You are on page 1of 18
Salinan. BUPATI BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BOJONEGORO NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG REMUNERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERREJO Menimbang: Mengingat KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, a. bahwa dengan diterapkannya Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Umum Daerah Sumberrejo yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, diperlukan adanya remunerasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diberikan kepada Pejabat Pengelola, Pegawai, Dewan Pcngawas, dan Sekretaris Dewan Pengawas; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 50 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, maka remunerasi pada Badan Layanan Umum Dacrah ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan yang disampaikan Pemimpin BLUD melalui Sekretaris Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Remunerasi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro; 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten/Kota Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 10. 1. 12, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomr 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3259); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597) sebagaimana telah diubah beberapa keli, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 290, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612); Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340); Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 3- 13.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan — Pengawasan _—Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 14.Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pclaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan; 15.Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah ‘beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Kevangen Badan Layanan Umum Daerah; 18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 19.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 85 Tahun 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga ‘Teknis Daerah Kabupaten Bojonegoro (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 9 Tahun 2011 (lembaran Dacrah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011 Nomor 12); 21, Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 8 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016 Nomor 7); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bojonegoro (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016 Nomor 16); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG REMUNERASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan: lL. 2. © 10. Tz 12. 13. Daerah adalah Kabupaten Bojonegoro. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Bupati adalah Bupati Bojonegoro. Rumah Sakit Umum Daerah, yang selanjutya disebut RSUD adalah Rumah Sakit Umum Dacrah Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah ‘Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Dewan Pengawas Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Dewan Pengawas adalah unit non struktural pada rumah sakit yang melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara internal yang bersifat nontcknis perumahsakitan yang melibatkan unsur masyarakat yang diangkat dan ditetepkan dengan Keputusan Bupati. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan perorangan paripurna di RSUD meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rchabilitatif. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan lainnya, Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang diberikan oleh RSUD termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan. Sistem Pembagian Jasa Pelayanan adalah suatu metode/cara pemanfaatan dan pembagian komponen jasa pelayanan deri pendapatan_retribusi dalam bentuk insentif yang diterima oleh pelaksana pelayanan dan petugas lainnya berdasarken kriteria/indeks beban kerja, indeks risiko, dan/atau indeks lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Indeksing adalah variabel yang ditetapkan untuk menghitung besaran jasa pelayanan. Indeks dasar (Basic Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan pengalaman kerja dan masa kerja dalam satuan tahunan atau ukuran lain yang dipersamakan. Indeks kemampuan (Competency Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan tingkat pendidikan dan/atau pelatihan terakhir sebagai representasi kemampuan, penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. 14, 15. 16. aes 18, 19. 20. 21. 5- Indeks risiko kerja (Risk Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan penilaian risiko kerja yang berdampak pada kesehatan, keselamatan dan/atau risiko hukum dalam menjalankan tugasnya. Indeks Kegawatan (Emergency Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan tugas keschariannya yang membutuhkan tingkat kecepatan, ketepatan, dan penyegeraan pelayanan dalam rangka penyelamatan jiwa (life saving) atau kegawat-daruratan lainnya. Indeks Jabatan (Position Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan jenjang jabatan yang disandangnya dalam organisasi (RSUD). Indeks Kinerja (Performance index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan kinerja yang dibasilkan melalui penilaian kinerja_ (performance appraisal) yang telah ditetapkan dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) atau penilaian lain yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan kinerja karyawan. . Bobot (Rating) adalah pemberian bobot nilai pada setiap indeks berdasarkan kriteria bahwa indeks tersebut rating-nya lebih tinggi satu dari yang lain. Dokter Tamu adalah dokter dari Rumah Sakit lain yang atas dasar perjanjian kerjasama diberikan iin melaksanakan pelayanan medik spesialis sesuai kewenangannya (clinical privilege) di RSUD. Kinerja adalah hasil kerja dari karyawan secara tim kerja berupa kinerja pelayanan dan kinerja keuangan yang terukur. Karyawan adalah Pegawai Negeri Sipil maupun Non Pegawai Negeri Sipil (pegawai kontrak) yang tercatat secara resmi sebagai Pegawai RSUD. BAB IT ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu ‘Asas Pasal 2 Pemanfaatan dan pembagian remunerasi dilaksanakan berdasarkan asas: a, b. legalitas, bahwa remunerasi menjadi hak karyawan setelah diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Bupati; keadilan, bahwa setiap karyawan memiliki hak yang sama atas kinerja yang telah dihasilkan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab, risiko kerja, prestasi kerja dan profesionalisme; 66» kebersamaan, bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu dihasilkan dari kerjasama tim kerja. Keberhasilan tim kerja. membutuhkan kebersamaan. Dalam pembagian remunerasi pun didasarkan pendekatan kepentingan kebersamaan; transparansi, bahwa pembagian remunerasi dengan sistem terbuka untuk semua pemangku kepentingan; kepatutan, bahwa remunerasi yang diterima dalam bentuk gaji, insentif, atau honorarium merupakan hak karyawan yang patut diterima setelah melaksanakan kewajibannya sesuai beban kerja, tanggung jawab dan risiko kerja yang telah ditunaikan; dan kecwajaran, bahwa besaran gaji, insentif, atau honorarium yang ditcrima adalah dalam batas yang wajar pada karyawan sejenis sesuai prestasi kerja, kompetensi, risiko, tanggung jawab, dan posisi jabatan yang diembannya. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 ‘Tujuan pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan adalah untuk: ia meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD dan untuk membangun citra pelayanan publik Pemerintah Daerah kepada masyarakat; meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan dan kinerja keuangan di RSUD; meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan di RSUD; meningkatkan motivasi dan disiplin kerja dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan scsuai tanggung jawab profesi dan tugas pokok masing-masing; meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan di RSUD; dan berjalannya fungsi pembinaan dan _pengendalian manajemen pengelolaan RSUD secara berhasil guna. BAB II PRINSIP Pasal 4 Pemanfaatan dan pembagian remunerasi dilaksanakan berdasarkan prinsip: Q) (2) kinerja, artinya bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari_kinerja pelayanan. Karyawan yang berkinerja lebih tinggi berhak mendapatkan yang lebih tinggi dibanding karyawan yang tidak atau kurang berkinerja. Bagi karyawan yang tidak bekerja atau tidak berkinerja tidak mendapatkan remunerasi; profesionalisme, artinya bahwa kemampuan olah pikir (soft skill) dari karyawan yang memberikan pelayanan lebih dihargai daripada kemampuan fisik (hard skill. Profesionalisme menggambarkan tingkat kompetensi setiap karyawan; distributif, artinya setiap penerimaan remunerasi dari masing-masing individa atau tim = dari_—_hasil pelayanan/tindakan medik, asuhan/tindakan keperawatan, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan konsultasi, pelayanan farmasi, pelayanan pembimbingan praktik dan pelayanan lainnya wajib didistribusikan secara adil berdasarkan kriteria objektif yang ditetapkan; kerjasama tim, artinya bahwa mutu dan_ kinerja pelayanan kesehatan merupakan hasil kerjasama tim yang masing-masing anggota tim secara langsung dan/atau tidak langsung memberikan konstribusi peran sesuai beban kerja, risiko kerja, tugas pokok, wewenang, dan tanggung jawabnya; dan proporsionalitas, artinya bahwa pemanfeatan dan pembagian remuncrasi atas dasar proporsi antara pemberi pelayanan langsung dan pemberi pelayanan tidak langsung berdasarkan kesepakatan bersama antara pemangku kepentingan. Remunerasi dalam bentuk insentif yang diterima oleh pemberi pelayanan langsung sccara proporsional lebih besar dibandingkan dengan pemberi pelayanan tidak langsung BABIV SUMBER DANA REMUNERASI Pasal 5 Sumber utama alokasi anggaran remunerasi berasal dari komponen jasa pelayanan dari pendapatan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber lain yang sah di RSUD. Sumber-sumber lain yang sah sebagaimana dimaksud ayat (1), antara lain meliputi: a, keuntungan pengelolaan depo farmasi (Unit Pelayanan Farmasi) di RSUD, @) 4) 6) 2 8S b. selisih lebih dari tarif pelayanan yang diselenggarakan dengan pihak ketiga dan/atau paket-paket pelayanan keschatan; dan c. pendapatan dari pelayanan pendidikan dan penelitian peserta didik di RSUD (pembimbingan praktik atau penelitian klinik atau manajemen RSUD). Proporsi pengalokesian keuntungan —scbagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Bupati tentang Pengelolaan Depo Farmasi (Unit Pelayanan Farmasi). Alokasi anggaran remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam DPA SKPD setiap tahunnya. Dalam hal alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terjadi kekurangan atau kelebihan karena adanya peningkatan (perubahan) kinerja pelayanan, maka dapat diajukan (tambahan) perubahan alokasi jasa pelayanan melalui mekanisme APBD Perubahan tahun anggaran berjalan. BABV KEBIJAKAN ANGGARAN Pasal 6 (1) Besaran proporsi pendapatan layanan RSUD yang 2) 8) (4) (5) menjadi sumber anggaran sistem pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dan setinggi- tingginya 50% (lima puluh persen) dari pendapatan BLUD. Setiap tahun Direktur mengajukan besaran proporsi pengalokasian anggaran mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam RBA RSUD sesuai mekanisme APBD setelah mendapatkan persetujuan Dewan Pengawas. Dalam pengajuan besaran alokasi anggaran remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur wajib mempertimbangkan: a. kinerja pelayanan; b, kemampuan pembiayaan; c. pengendalian mutu pelayanan dan pengendalian biaya; dan d. akumulasi penerimaan pembayaran klaim pelayanan BPJS kesehatan. Alokasi anggaran remunerasi tahun sebelumnya yang belum terbayarkan karena klaim pelayanan BPJS Kesehatan yang belum cair, dapat diakumulasikan dan/atau dibagikan pada tahun anggaran berikutnya setelah terlebih dahulu diakui scbagai utang jasa pelayanan. Ketentuan lebih lanjut mengenai remunerasi ditetapkan oleh Direktur. BAB VI TIM REMUNERASI RSUD Pasal 7 (1) Dalam rangka pelaksanaan Remunerasi RSUD, Direktur membentuk Tim Remunerasi RSUD. (2) Tim Remunerasi RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas dan bertanggung jawab dalam: a. menyusun pedoman penilaian indeksing untuk pembagian pos kebersamaan; b. mengelola dan memfasilitasi keluhan karyawan terhadap implementasi Remunerasi; c. menghimpun, memverifikasi, dan — mengolah (menghitung) total poin indeksing dari semua unit kerja yang sudah melakukan penilaian sendiri (self sessment) masing-masing keryawan yang bekcrja di Unit Kerjanya berdasarkan Pedoman Penilaian Indeksing yang sudah ditetapkan; dan d. mengajukan usulan pembayaran kepada Direktur untuk dibayarkan kepada masing-masing nama dalam daftar penerima remunerasi setiap bulannya. BAB VII ALOKASI REMUNERASI Pasal 8 (1) Alokasi anggaran Remunerasi scbagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), pemanfaatannya digunakan untuk peningkatan mutu dan kinerja__pelayanan kesehatan di RSUD. (2) Peningkatan mutu dan kinerja pelayanan kesehatan sebagaimana dimakeud pada ayat (1) diharapkan dapat terwujud dari peningkatan motivasi kerja pemberi pelayanan langsung di Unit Kerja (Instalasi). (3) Pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) menggunakan sistem Remuncrasi dalam bentuk insentif, dibagi secara proporsional antara Unit Kerja (Instalasi) penghasil pendapatan _pelayanan langsung dan pemberi pelayanan tidak langsung dengan pola dasar tertentu. Pasal 9 (1) Jasa pelayanan di RSUD dimanfaatkan untuk: a. insentif keryawan pemberi pelayanan langsung; b. inscntif karyawan pemberi pelayanan tidak langsung; dan c. jasa medis dokter tamu. (2) 8) @) q@) (2) 3) (1) = 0% Setiap karyawan yang telah berkinerja dan memberikan kontribusi pada peningkatan mutu pelayanan dan/atau pendapatan RSUD berhak memperoleh insentif selain gaji tetap yang diterimanya. Insentif pemberi pelayanan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diberikan kepada individu ateu tim sesuai dengan jenis pelayanan yang telah dilaksanakan. Insentif pemberi pelayanan tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diberikan kepada pemberi pelayanan tidak langsung yang memungkinkan pelayanan kesehatan RSUD dapat dilaksanakan dengan baik. BAB VIII POLA REMUNERASI Pasal 10 Pola dasar proporsi pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) adalah scbagai berikut: a. sebesar 66% (enam puluh enam persen) untuk insentif unit kerja (Instalasi Pelayanan) pemberi pelayanan langsung sesuai pendapatan komponen jasa pelayanan di Unit Kerja yang bersangkutan; dan b, sebesar 34% (tiga puluh empat persen) untuk insentif pelayanan tidak langsung. Pembagian jasa pelayanan sebesar 66% (enam puluh enam persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai hasil pembagian jasa pelayanan yang disusun oleh Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD yang ditetapkan dalam Keputusan Direktur. Pembagian jasa pelayanan sebesar 34% (tiga puluh empat persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, sebagai berikut: a. scbesar 26% (dua puluh cnam persen), dibagikan pada tingkat individu dengan menggunakan sistem indeksing; sebesar 5% (lima persen) untuk insentif Direktur; dan c. sebesar 3% (tiga persen) diperuntukkan insentif para Pejabat Struktural sesuai jenjang eselonering dan beban kerja. BAB IX POLA INDEKSING Pasal 11 Indeksing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf a yang diperhitungkan, meliputi: (2) (3) (4) 6) -1l- a. Indeks Dasar (Basic Index) berdasarkan gaji pokok masing-masing pegawai. Bobot (Rating) Indeks Dasar adalah 1 (satu). b. Indeks Kemampuan (Competency Index) berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dan kegiatan pelatihan dalam satuan hari pelatihan yang pernah diikuti Bobot (Rating) Indeks Kemampuan adalah 3 (tiga); c. Indeks Risiko (Risk Index) dengan memperhitungkan risiko sclama melaksanakan tugas pekerjaan yang dikelompokkan dalam 4 (empat) grade. Semalin tinggi risiko pekerjaan semakin tinggi gradenya. Masing- masing jenis pekerjaan yang masuk kategori grade tertentu ditetapkan bersama oleh Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD. Bobot (Rating) Indeks Risiko adalah 3 (tiga); d. Indeks Kegawatdaruratan (Emergency _Index) memperhitungkan beban kerja yang berkaitan dengan penyclamatan nyawa pasicn baik secara langsung maupun tidak secara langsung atau penyegeraan pelayanan. Jenis pekerjaan yang masuk kategori indeks ini juga dikelompokkan dalam 4 Grade. Bobot (Rating) Indeks Kegawatdaruratan adalah 3 (tiga); ¢. Indeks Jabatan (Position Index) setiap jabatan formal yang menjadi tanggung = jawab—ppegawai diperhitungkan berdasarkan jenjang — tanggung jawabnya maupun luasan bidang tugas yang diembannya, Bobot (Rating) Indeks Jabatan adalah 3 (tiga); dan f. Indeks Kinerja (Performance Indeks) memperhitungkan kinerja karyawan yang dicapai setiap pegawai berdasarkan penilaian kinerja pegawai atau penilaian capaian Sasaran Kinerja Pegawai atau penilaian lain yang disetarakan. Bobot (Rating) Indeks Kinerja adalah 4 (empat). Tim Remunerasi RSUD, setiap bulan melakukan verifikasi dan mengkompilasi capaian indeks kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluruh karyawan RSUD, kecuali Direktur dan Dokter tamu. Total indeksing seluruh karyawan merupakan faktor pembagi (denominatoj dari alokasi —_ anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf a sebagai nilai per poin. Penerimaan pembagian jasa pelayanan dari tingkat individu merupakan perkalian antara total poin indeksing yang dicapai dengan nilai per poin sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Ketentuan terkait pola indeksing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. BABX PERUBAHAN POLA REMUNERASI Pasal 12 (1) Pembagian proporsi insentif antar profesi pemberi pelayanan langsung ditetapkan sesuai dengan dinamika perubahan kesepakatan antar profesi yang bersangkutan (pelayanan yang diberikan). (2) Antar profesi pemberi pelayanan langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi a. antara tenaga medis spesialis opcrator dengan dokter spesialis anestesi; dan b. antara tenaga medis spesialis dengan perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya. (3) Dalam hal tindakan medik dilimpahkan kepada tenaga perawat atau bidan, proporsi pembagian insentif yang melaksanakan tugas limpah dengan tenaga medis sesuai kesepakatan bersama. (4) Besarnya proporsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan aspek asionalitas, kepatutan, kewajaran dan risiko atas tugas limpah yang bersangkutan. (5) Tanggung jawab mutu pelayanan tugas limpah ada pada tenaga medis yang memberikan tugas limpah. (6) Pembagian proporsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Dircktur sesuai usulan Tim Remunerasi dari hasil kesepakatan antar profesi. Pasal 13 (1) Pembagian jasa pelayanan pemberi pelayanan langsung tindakan medik operatif dikamar bedah, terdiri dari jasa dokter spesialis operator dan jasa dokter spesialis anestesi. (2) Proporsi pembagian jasa pelayanan antar dokter spesialis operator dengan dokter spesialis anestesi ditetapkan sesuai kesepakatan antar kedua tenaga medik yang bersangkutan. (3) Dalam hal tindakan medik anestesi dilakukan tenaga perawat anestesi karena RSUD belum memiliki dokter spesialis anestesi, maka proporsi jasa pelayanan maksimal 15% (lima belas persen) dengan asisten operator, atau perawat/bidan instrumen —_yang membantu. (4) 6) 6) ( (2) (3) (4) (5) () (2) - 13 - Jasa dokter spesialis operator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi secara proporsional antara tenaga medis spesialis operator dengan asisten operator, atau perawat/bidan instrumen yang membantu. Jasa dokter spesialis anestesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi secara proporsional antara tenaga medis spesialis anestesi dengan perawat anestesi yang membantu termasuk perawat yang mengobservasikan post operatif di ruang pulih sadar (recovery room). Pembagian proporsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Keputusan Direktur sesuai usulan Tim Remunerasi RSUD. Pasal 14 Dokter tamu dapat memberikan pelayanan kesehatan di RSUD sesuai kontrak perjanjian kerjasama_ dan penugasan dari Direktur (clinical appointment) atas dasar usulan kewenangan klinik (clinical privilege) dari Komite Medik RSUD. Dalam hal dokter tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapatkan tunjangan kelangkaan profesi atau tunjangan khusus lainnya dari Pemerintah Daerah, maka dialokasikan dalam anggaran subsidi APBD pada tahun anggaran yang berkenaan. Jasa pelayanan dokter tamu dalam bentuk jasa medis discrahkan langsung pada dokier yang bersangkutan setelah dipotong pajak dan/atau potongan lain scsuai perjanjian kerjasama yang telah disepakati. Besaran potongan jasa medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam perjanjian kerjasama berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Pemanfaatan hasil potongan jasa medis dokter tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diutamakan untuk pengembangan mutu pelayanen di RSUD dan kesejahteraan yang ditetapkan dalam Keputusan Direktur BAB XI KRITERIA PENERIMA REMUNERASI Pasal 15 Penerima remunerasi pemberi pelayanan langsung diberikan kepada setiap karyawan yang bekerja di RSUD yang berhak mendapatkan pembagian jasa pelayanan sesuai kriteria yang ditetapkan. Kriteria penerima remunerasi pemberi jasa pelayanan langsung scbagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: 2 ages a. Tenaga Medis dan Tenaga Keperawatan atau Kebidanan yang berhak secara individu atas jasa pelayanan profesi yang telah ditunaikan; b, Tim Keperawatan, Tim Kebidanan, atau Tim Kesehatan Lain (Farmasis, Analisa Medi, _Radiographer, Fisioterapis, Ahli Gizi dan Tenaga Keschatan Lainnya) yang kinerjanya tidak bisa dinilai secara individu; dan c. Pegawai Non PNS atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada RSUD yang tugasnya memberikan pelayanan langsung kepada pasien. (3) Pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan tidak langsung diberikan kepada: a. Direktur RSUD; b. Pejabat Struktural; dan c. Karyawan RSUD yang secara tidak langsung membantu dan/atau memungkinkan _ pelayanan kesehatan dapat dilakukan oleh pemberi pelayanan langsung di Unit Kerja Pelayanan (Instalasi) BAB XII MONITORING DAN EVALUASI Pasal 16 (1) Direktur secara periodil wajib melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan/implementasi sistem remunerasi. (2) Direktur melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Karyawan (IKK) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai indikator kepuasan terhadap pelaksanaan sistem remunerasi dan indikator kinerja pelayanan kesehatan yang bermutu. (3) Setiap tahun Direktur wajib menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik (LAKIP) dan Laporan Kinerja Pelayanan dan Laporan Kinerja Keuangan. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 40 Tahun 2016 tentang Remunerasi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro (Berita Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016 Nomor 40), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018. Agar setiap orang = mengetahuinya, _ memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bojonegoro. Ditetapkan di Bojonegoro pada tanggal 2 Januari 2018 BUPATI BOJONEGORO, ttd, H.SUYOTO Diundangkan di Bojonegoro pada tanggal 2 Januari 2018 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO ttd. SOEHADI MOELJONO BERITA DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2018 NOMOR 8. Salinan sesuai dengan aslinya EKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO & Drs. SOEHADI MOELUJt Pembina Utama Madya NIP<19600131 198603 1 008 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BOJONEGORO NOMOR : 8 TAHUN 2018 TANGGAL : 2 JANUARI 2018 a. DASAR PERHITUNGAN INDEKS DASAR (BASIC INDEX) Setiap gaji pokok pegawai sebesar Rp. 500.000,- dinilai sama dengan 1 (satu) nilai indeks Rp. 500.000,- = 1 (satu) 1. Gaji pokok berdasarkan SK Gaji Berkala Terakhir. 2. Gaji Pegawai BLUD Non PNS (PPPK) menyesuaikan. 3. Dalam hal ada perbedaan besaran gaji tenaga medis PNS dengan tenaga medis PPPK Non PNS, maka dilakukan penyetaraan yang ditctapkan dengan Keputusan Direktur. b. DASAR PERHITUNGAN INDEKS KEMAMPUAN (COMPETENCY INDEX) ‘A. | JENJANG PENDIDIKAN FORMAL (LINEAR DENGAN PEKERJAANNYA) 1 | SD atau sederajat T 2. | SLTP atau sederajat _ 2 3. | SLTA atau sederajat 3 4. | Diploma 1 (D-1) 4 5. | Diploma 3 (D-3) 5 6. | Diploma 4 (D-4) | 6 7. | Sirata 1 (8-1) 7 8. Strata 1 (S-1) Dokter Umum/Dokter Gigi/ 3 Apoteker 9. | Strata-2 /Dokter Spesialis 9 10. | Strata 3 /Sub Spesialis Konsultan 10 B. | JENJANG PELATIHAN TEKNIS/FUNGSI T. | 2hari sd. 7 hari 02 2. | Sharis.d. 14 hari 0,4 3. | 15 hari s.d. 30 hari 0,6 4, | 31 hari sd. 120 hari og 5. | 121 hari s.d. 180 hari 0,9 6. | Lebih dari 180 hari 1 - Bs c. DASAR PERHITUNGAN INDEKS RISIKO (RISK INDEX) 1. | TINGKAT RISIKO RENDAH : Bekerja di administrasi perkantoran non 1 keuangan 2. | TINGKAT RISIKO SEDANG : a. Staf administrasi keuangan shift malam. 2 b. Gizi dan Farmasi. 3. | TINGKAT RISIKO TINGGI : a. Pelaksana pelayanan di IRNA, IRJ, Radiologi, Laboratorium, Kamar Jenazah, dan Ruang 3 Isolasi. | b. Rehabilitasi Medik. 4. | RISIKO SANGAT TINGGI a. Pelaksana pelayanan di Kamar Bedah (Bedah Sentral), Rawat Intensif (ICU, ICCU, NICU), IGD, Laundry dan Sterilisasi (CSSD). d. DASAR PERHITUNGAN INDEKS KEGAWATDARURATAN (EMERGENCY INDEX) EMERGENCY GRADE 1 Karyawan yang bekerja di lingkungan : a. Administrasi perkantoran, Unit Sanitasi (PAL, Incenerator), Sopir. b.Petugas keamanan dan ketertiban, Parkir, dan Rekam Medik. 2. [EMERGENCY GRADE 2: a.IRJ, IRNA, Laboratorium Non Shift dan | Radiologi Non Shift. | ». Gizi, Farmasi, dan Laundry. 3. | EMERGENCY GRADE 3: a. Tenaga profesi di IRNA, Rchab Mcdik, Rawat Jalan, dan Sterilisasi (CSSD). b. Radiologi dan Laboratorium Shift. 4. [EMERGENCY GRADE 4: ‘Tenaga profesi di Bedah Sentral, Rawat Intensif, Rawat Intermediate/HCU, Ruang Pulih Sadar, 4 ROI, dan IGD. age ow c. DASAR PERHITUNGAN INDEKS JABATAN (POSITION INDEX) | 1. KELOMPOK JABATAN 1: Case Manager. [No Dasar Perhitungan Tingkat Jabatan Kepala Ruangan, Koordinator, Ketua Panitia, Ketua Tim Kredensial RS, Ketua Tim Etikdan | Nilai Indeks | 1 2 KELOMPOK JABATAN 2 = Kepala Instalasi, Ketua SMF, Ketua Komite | Medik, Ketua Komite Keperawatan, dan Kepala | SPI. | f. REKAPITULASI REMUNERASI T | RATING | | ] No PARAMETER PENGUKURAN INDEKS | (popon | SKOR | 1. | BASIC INDEX 1 2. | COMPETENCY INDEX 1) Pendidikan Terakhir : 2) Pelatihan yang diikuti dalam tahun ini RISK INDEX. EMERGENCY INDEX yl) PERFORMANCE INDEKS TOTAL SKOR (POIN) INDIVIDU KARYAWAN Catatan: 1, Dari Total Skor Individu Karyawan, kemudian dijumlahkan sccara kescluruhan karyawan (agregat), maka menjadi Total Skor Pembagian Jasa Pelayanan di RSUD. Total Alokasi Pos Remunerasi RSUD. Nilai Rupiah per Skor (Point} Total Skor (poin) Tingkat RSUD. y e Total Skor Pembagian Remunerasi di Total Alokasi Pos Remunerasi dibagi 4. Nilai rupiah yang diterima individu sebagai remunerasi setiap bulannya rupiah per skor {nomor 3) = total skor (poin) yang dicapai individu karyawan dikalikan nilai BUPATI BOJONEGORO, ttd. HSUYOTO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO Pembina Utama Madya NIP. 19600131 198603 1 008

You might also like