Professional Documents
Culture Documents
ID Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling Audit Dan Faktorf PDF
ID Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling Audit Dan Faktorf PDF
1
ISSN: 1412-3126
ABSTRACT
To obtain the adequate evidence, auditor does not have to test all existing transaction.
Along of cost benefit consideration, it is impossible for auditor to test all transaction evidence.
Based on this consideration; then in profession recognized widely that most evidence obtained
using sampling. The limited audit sampling research motivated the writer to conduct this research.
This research is a development from previous researches by Hall of et al. (2002) and Zarkasyi
(1992). Researcher take the governmental auditor (BPK) as research subjects because sampling
problems in goverment audit differ from the practice make an audit of the private sector (Arkin,
1982). The purpose of this research is portraying how sampling audit practice in BPK and explore
factors affecting the use of sampling method by governmental auditors...
The responses from 122 respondents show 70,5% respondents did not use the statistical
sampling method. In nonstatistics sample selection method, two techniques which less get the
support empirically namely haphazard and block sampling, in the second (32,6%) and third rank
(11,6%). There is indication of selection bias mostly in size, measure, and location. Most
respondents (76,25%) answered that they did not get formal training in avoiding selection bias.
But that way only 36,9% respondents replied they did not use the procedures to mitigate the
selection bias.
There are four factors which hypothesized affecting the method used in audit sampling.
These factors are auditor perception to statistical sampling method, auditor perception to
perceived audit risk, time pressure and experience. Result from logit regression test indicated that
among four factors hypothesized, only perception factor to statistical sampling method is
significantly influent to the method used in audit sampling.
Key words: Sampling Audit, Governmental Auditor, Selection Bias.
Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara banyak kesempatan untuk terpilih daripada
matematis. Jika salah satu syarat ini tidak unit yang nilai tercatatnya kecil.
terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai Menurut Halim (2001) sampling statistik
sampling statistik. Berikut digambarkan tipe memerlukan lebih banyak biaya daripada
sampling audit syarat pengkategorian tipe-tipe sampling non statistik. Alasannya karena harus
tersebut. ada biaya yang dikeluarkan untuk training bagi
Tabel-1 staf auditor untuk menggunakan statistik dan
Tipe Sampling Audit biaya pelaksanaan sampling secara statistik.
No Types of Audit Sample Sample Namun tingginya biaya sampling statistik
Sampling Selection Evaluation dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
1 100 percent Key items Conclusive
dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling
2 Judgement Sample Judgmental Judgmental
3 Representative Random Judgmental statistik. Sedang menurut Guy (1981) ada empat
Sample kelebihan sampling statistik;
4 Statistical Sample Random Mathematical a. Memungkinkan auditor menghitung
Sumber: Guy, 1981 reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan
sampel.
Untuk memilih sampel secara random ada b. Mengharuskan auditor merencanakan
beberapa metode yang bisa digunakan sampling dengan lebih baik (more orderly
a. Simple Random Sampling. Menggunakan manner) dibandingkan dengan sampling non
pemilihan random untuk memastikan bahwa statistik
tiap elemen populasi mempunyai peluang c. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size,
yang sama dalam pemilihan. Tabel bilangan tidak overstated atau understated, dengan
acak dapat dipakai untuk mecapai risiko yang hendak diterima terukur secara
kerandoman (randomness). matematis.
b. Stratified Random Sampling. Membagi d. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat
populasi dalam kelompok-kelompok statement yang obyektif mengenai populasi
(grup/stratum) dan kemudian melakukan sampel.
pemilihan menggunakan secara random
untuk tiap kelompok. Kelebihan metode ini, Sampling Non Statistik
pertama, pemilihan sampel bisa Sampling non statistik merupakan
dihubungkan dengan item kunci serta bisa pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan
menggunakan teknik audit berbeda untuk kriteria subyektif. Besarnya sampel dan
tiap stratum. Kedua, stratifikasi pelaksanaan evaluasi atas sampel dilakukan
meningkatkan reliabilitas sampel dan secara subyektif berdasarkan pengalaman
mengurangi besarnya sampel (sample size) auditor. Guy (1981) mendefinisikan sampling
yang dibutuhkan. Jika sampel yang homogen yang sampelnya dipilih secara subyektif,
dikelompokkan maka keefektifan dan sehingga proses pemilihan sampel tidak random
keefisienan sampel bisa ditingkatkan. dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara
c. Systematic Sampling. Menggunakan random matematis. Ada beberapa metode pemilihan
strart point kemudian memilih tiap populasi sampel yang dikategorikan dalam sampling non
ke n. Kelebihan utama metode ini adalah statistik;
penggunaannya mudah. Namun problem a. Haphazard sampling. Auditor memilih
utama adalah kemungkinan masih timbul sampel yang diharapkan representatif
sampel yang bias (Guy, 1981). terhadap populasi lebih berdasar judgement
d. Sampling Probability Proportional to Size individu tanpa menggunakan perandom
(Dollar Unit Sampling). Memilih sampel probabilistik (misalnya semacam tabel
secara random sehingga probabilitas pilihan bilangan random). Untuk menghindari bias,
langsung terkait dengan nilai (size). Dengan sampel dipilih tanpa memperhatikan ukuran,
metode ini unit yang nilai tercatatnya besar sumber, atau ciri-ciri khas lainnya (Arrens
secara proporsional akan memiliki lebih dan Loebbecke, 2000). Tetapi kelemahan
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 57
utama metode ini adalah kesulitan untuk sampling non statistik yang direncanakan secara
benar-benar menghilangkan bias pemilihan. tepat akan dapat seefektif sampling statistik.
b. Block sampling. Menggunakan seleksi satu Banyak situasi yang membuat judgement
atau lebih kelompok elemen populasi secara sampling lebih sesuai daripada sampling
berurut. Satu item dalam blok terpilih maka statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik
secara berurut item-item berikutnya dalam merupakan alat yang berguna untuk sebagian,
blok terpilih dengan otomatis. Metode ini tidak semua situasi. Apakah sampling statistik
secara teoritis merupakan metode pemilihan harus digunakan, tergantung dari keputusan,
sampel yang representatif namun jarang tujuan audit, pertimbangan kos diferensial
digunakan karena tidak efisien. Waktu dan (dibandingkan dengan judgement sampling) serta
biaya untuk memilih sampel yang memadai trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat
agar representatif terhadap populasi sangat dalam pengauditan.
mahal (Guy dan Carmichael, 2001).
c. Systematic sampling. Menggunakan start REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
point yang ditentukan secara judgement
kemudian memilih tiap elemen populasi ke Sampling Non Statistik Dan Bias Seleksi
n. Sampel dipilih berdasarkan interval yang Hall et al. (2000) meneliti sejauh mana
ditentukan dari pembagian jumlah unit prosedur sampling non statistik digunakan
dalam populasi dengan jumlah sampel. auditor dan menguji bias seleksi yang muncul
d. Directed sampling. Menggunakan seleksi dengan penggunaan sampling non statistik oleh
berdasarkan judgement elemen bernilai (high auditor. Dari responden yang diteliti, metode
value) atau elemen yang diyakini sampling non statistik digunakan sekitar 85%
mengandung error. Pemilihan sampel dari seluruh penggunaan sampling audit. Dan
berdasarkan kriteria yang telah disusun oleh 90% dari jumlah tersebut menggunakan salah
auditor. Auditor tidak mendasarkan pada satu tipe metode non statistik yakni haphazard
pemilihan yang mempunyai kesempatan selection. Dan hasil pengujian dengan
sama (probabilistik), namun lebih eksperimen laboratioum menunjukkan
menitikberatkan pemilihan berdasarkan penggunaan haphazard selection
kriteria. Kriteria yang ditetapkan berkaitan mengindikasikan adanya bias. Bias muncul
dengan representiveness bisa juga tidak. terutama berkaitan dengan bentuk, warna, dan
Kriteria yang biasa digunakan adalah: letak. Penelitian Hall et al. (2001) selanjutnya
1) Item-item yang paling mungkin bahkan membuktikan bahwa penambahan
mengandung salah saji. jumlah sampel untuk mengurangi bias seleksi
2) Item-item yang memiliki pada haphazard sampling tidak didukung. Hasil
karakteristik populasi tertentu. penelitian menunjukkan pada satu populasi yang
3) Item yang mempunyai nilai tinggi diteliti penambahan jumlah sampel tidak ada
(large dollar coverage). perubahan signifikan secara statistik pada
Dibanding sampling statistik, judgement komposisi sampel. Sementara itu pada populasi
atau sampling non statistik sering dikritik karena kedua ada perubahan yang signifikan tetapi
secara berlebihan mengandalkan intuisi. menunjukkan hanya sedikit pengurangan pada
Kecukupan ukuran sampel tidak bisa secara overrepresentation. Berdasarkan hasil penelitian
obyektif ditentukan. Sampling non statistik juga ini Hall et al. (2001) memperingatkan badan-
sering secara irasional dipengaruhi faktor-faktor badan penyusun standar seperti ASB dan IFAC
subyektif. Misalnya reaksi personal auditor untuk kembali menguji kemampuan haphazard
terhadap karyawan klien, proses pengadilan, dan sampling dalam menghasilkan sampel yang
waktu yang tersedia untuk menyelesaikan representatif.
penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran
sampel (Guy, 1981). Namun demikian terlepas Penggunaan Metode Sampling
dari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, Dari beberapa penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa penggunaan sampling
58 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi
statistik dalam pengauditan masih rendah. H1: Persepsi auditor mengenai sampling
Sebuah studi yang dilakukan Hitzig (1995) pada statistik mempengaruhi penggunaan
800 Kantor Akuntan di New York menunjukkan metode sampling audit
95,7% responden menggunakan sampling audit.
Dari jumlah tersebut 93,9% responden Persepsi Terhadap Risiko Audit
menggunakan sampling non statistik. Hanya Bedingfield (1974) dalam Arkin (1982)
38,7% responden yang menggunakan sampling menyatakan bahwa dampak berkembangya
statistik. Ini berarti 56,4% responden hanya tuntutan hukum terhadap KAP mengawali atau
menggunakan sampling non statistik. Penelitian memperluas penggunaan sampling.statistik.
yang dilakukan Hall et al.( 2000) melakukan Menurut Tucker dan Lordi (1997) sejak awal
survei terhadap 300 KAP, 200 perusahaan publik penyelelidikan metode sampling statistik oleh
dan 100 instansi pemerintah. Dari 600 responden AICPA, mereka sangat menyadari implikasi
diteliti metode sampling non statistik digunakan hukum (legal) dari penggunaan metode ini. Dan
sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling menurut kedua peneliti tersebut ketidakpuasan
audit. terhadap metode sampling tradisional dan
keraguan terhadap kemampuan bertahan
Pengembangan Hipotesis pendekatan sampling tradisonal terhadap
Persepsi adalah proses individu serangan ahli statistik di pengadilan telah
menyeleksi, mengorganisir, dan menginterpretasi menjadi katalis berkembangya sampling statistik.
rangsangan (stimuli) kedalam suatu gambaran Dalam penelitian sebelumnya (Zarkasyi,
yang berarti dan koheren dengan dunia. Dua 1992) menyebutkan bahwa penggunaan metode
hipotesis pertama dikembangkan berdasarkan statistik mempunyai hubungan dependensi
persepsi auditor terhadap metode sampling dengan persepsi auditor terhadap risiko audit.
statistik dan persepsi auditor terhadap risiko Hall et al. (2002) dalam pengembangan
audit. penelitian berikutnya, menyarankan antara lain
penyelidikan pengaruh persepsi audit pada
Persepsi Terhadap Metode Sampling Statistik pemilihan teknik sampling dan evaluasinya.
Dua penelitian sebelumnya di Indonesia Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung
Zarkasyi (1992) dan Silaban (1993) menggunakan metode yang menurutnya lebih
menunjukkan bahwa persepsi auditor obyektif dan lebih bertahan. Jika auditor
mempengaruhi rendahnya penggunaan sampling menganggap risiko audit tinggi kemungkinan ia
statistik. Penelitian Zarkasyi (1992) menemukan menggunakan sampling statistik semakin besar.
bahwa persepsi audior mempengaruhi rendahnya H2: Persepsi auditor terhadap risiko audit
hubungan dependensi dengan rendahnya mempengaruhi penggunaan metode
frekuensi penerapan metode sampling statistik. sampling audit
Sementara itu penelitian Silaban (1993)
menyimpulkan bahwa mayoritas akuntan publik Time Pressure
belum memahami penggunaan sampling statistik Hall et al. (2000) menyebutkan bahwa
untuk pemeriksaan. Dan tingkat pemahaman penggunaan metode sampling non statistik oleh
tersebut berhubungan posistif dengan sebagian besar akuntan publik karena semakin
penggunaan dan frekuensi penggunaan sampling ketatnya persaingan. Secara umum metode non
statistik oleh audior. Jika persepsi auditor buruk statisitik dianggap lebih cepat dan lebih mudah
terhadap metode sampling statistik, maka auditor dilakukan daripada metode sampling statistik.
cenderung menghindari penggunaannya. Namun Hall et al. (2002) menduga pertimbangan
jika persepsi auditor baik, kemungkinan mereka efisiensi mempengaruhi pemilihan teknik dan
menggunakan sampling statistik semakin besar. evaluasi sampling.
Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini Apabila audior didesak waktu untuk
adalah: segera menyelesaikan penugasan, auditor
cenderung memilih metode sampling yang relatif
cepat dan mudah. Tekanan waktu memperbesar
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 59
kuesioner mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Juli pengkategorian (skala) yang ditetapkan
2004 dan berakhir pada tanggal 15 Agustus sebelumnya di awal.
2004. Dari 500 kuesioner yang dikirim sejumlah Penggunaan Metode Sampling Audit
134 kuesioner atau 26,8% yang kembali. Data Variabel dependen ini diukur dengan
yang diolah sejumlah 122 data yang berasal dari menggunakan pengkategorian 1 dan 2. Angka 1
BPK perwakilan V Banjarmasin sebanyak 40 menunjukkan responden menggunakan metode
kuesioner, BPK Perwakilan III Yogyakarta non statistik dan 2 menunjukkan responden
sebanyak 50 kuesioner, BPK Perwakilan menggunakan metode statistik.
Palembang sebanyak 32 kuesioner.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Variabel
Persepsi Terhadap Sampling Statistik Statistik Deskriptif
Variabel ini diukur menggunakan 7 Digunakan untuk menggambarkan praktik
pertanyaan mengenai persepsi terhadap sampling penggunaan metode sampling audit di BPK.
statistik yang merupakan modifikasi instrumen Sama dengan pengelitian sebelumnya (Akresh
penelitian Zarkasyi (1992). Jawaban dari dan Tatum, 1988; Hitzig, 1995 ) hasil survei
responden diukur menggunakan skala likert 5. disajikan dalam prosentase.
Ada lima pilihan untuk merespon jawaban yaitu
“Sangat Tidak Setuju”, “Setuju”, “Abstain, Latar Belakang Responden
“Setuju”, “Sangat Setuju”. Dengan skala ini Tabel-3
pertanyaan disusun untuk menilai sikap atau Profil Pendidikan Dan Profesi Responden
pendapat. No Profil responden Jumlah Persentase
1 Pendidikan Terakhir
Persepsi Terhadap Risiko Audit Responden 6 4.9%
1. Akademi/Diploma 102 83.6%
Persepsi terhadap risiko audit diukur 2. S1 10 8.2%
menggunakan 8 pertanyaan. Pertanyaan- 3. S2 4 3.3%
pertanyaan tersebut dikembangkan dari Risiko 4. Lain-lain
Audit (Acceptable Audit Risk). Faktor yang
mempengaruhi risiko tersebut adalah derajat 2 Memiliki Latar Belakang
Pendidikan Akuntansi 81 66.4%
ketergantungan pemakai laporan auditan (Arrens 1. Ya 41 33.6%
dan Loebbeck, 2001) diukur dengan pertanyaan 2. Tidak
3 dan 8, evaluasi auditor terhadap integritas 3 Memiliki Register Akuntan
manajemen (Arrens dan Loebbeck, 2001) diukur 1. Ya 47 38.5%
dengan pertanyaan 1, 2, dan 7 serta kebutuhan 2. Tidak 75 61.5%
penggunaan bukti sampling untuk kepentingan
pengadilan (Hall et al. 2002) diukur dengan
pertanyaan 4, 5 dan 6. Jawaban dari responden Pendidikan dan Profesi. Dari tabel-3
diukur menggunakan skala likert 5. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
Time Pressure (83,67%) berpendidikan S1. Dari 122 responden
Untuk mengukur variabel time pressure 66,4% mempunyai latar belakang pendidikan
digunakan lima pertanyaan. Kelima pertanyaan akuntansi. Sejumlah 47 atau 38,5% auditor yang
tersebut merupakan instrumen yang digunakan berlatar belakang pendidikan akuntansi tersebut
Ridayeni (2003) untuk mengukur time pressure. mempunyai register akuntan. Dari prosentase ini
Kelima pertanyaan tersebut dimunculkan dari menunjukkan besarnya peran profesi pendidikan
definisi. Jawaban dari responden diukur dan akuntansi. Apalagi dalam Standar Audit
menggunakan skala likert 5. Pemerintahan (BPK RI, 1995) menegaskan
Pengalaman mengikuti standar pekerjaan lapangan IAI dan
Variabel ini diukur dari lamanya bekerja. Jumlah PSA yang menjabarkan standar pekerjaan
tahun yang diisikan responden diskala 1 sampai lapangan tersebut.
dengan 5. Skala ini menggantikan
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 61
Materi Pendidikan dan Training. Dari Dari tabel-6 dapat dilihat bahwa hasil survei
tabel-4 dapat dilihat bahwa semua responden menunjukkan responden cenderung terpengaruh
menjawab mendapatkan materi statistik ketika oleh letak dan karakteristik fisik. Rata-rata rating
kuliah. Namun hanya 56,6% responden yang untuk warna 3,13 artinya pengaruh warna pada
menjawab bahwa materi statistik yang didapat pemilihan sampel cenderung sedang atau netral.
meliputi inference. Dan hanya 69,7% responden Rata-rata rating 2,32 dan 2,17 mengindikasikan
mengaku mendapat materi sampling statistik auditor cenderung terpengaruh oleh ukuran dan
dalam mata kuliah auditing. Hampir semua lokasi sebagian responden dalam pemilihan
(97,5%) responden saat bekerja di BPK RI sampel. Hasil ini memperkuat penelitian Hall et
mengikuti pelatihan /pendidikan yang al. (2000) bahwa auditor terpengaruh
menunjang tugas pengauditan. Akan tetapi karakteristik fisik dan letak dalam memilih
87,7% menjawab tidak mendapat job training sampel. Dalam metode Haphazard sampling
tentang statistik sebagai bagian dari pendidikan letak dan karakteristik fisik ini bisa sangat
profesi. berpengaruh pada individu sehingga
menimbulkan bias seleksi.
Penggunaan Metode Sampling
Tabel-5
Profil Responden dalam Penggunaan Metode
Sampling
No Profil responden Jumlah Persentase
1 Penggunaan Tehnik
Sampling Statistik 36 29.5%
1. Ya 86 70.5%
2. Tidak
2 Persentase penggunaan
Sampling Statistik 8 22%
1. 1%-20% 14 38.9%
2. 21%-40% 9 25%
3. 41%-60% 4 11.3%
4. 61%-80% 1 2.8%
5. 81%-100%
62 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Tabel-7 Tabel-8
Profil Responden Mengenai Tipe Audit Dan Profil Responden dalam Metode Pemilihan
Metode Sampling Sampel.
No Profil responden Jumlah Persentase No Profil responden Jumlah Persentase
1 Tipe Audit yg paling 1 Pilihan Metode Non
sering menggunakan 84 68.9% Statistik 28 32.6%
Sampling 21 17.2% 1. Haphazard 10 11.6%
1. Audit keuangan 17 13.9% Sampling 4 4.7%
2. Audit 2. Block Sampling 42 48.8%
Kepatuhan 3. Systematic 2 2.3%
3. Audit Kinerja Sampling
2 Tipe Audit Yg paling 4. Directed
sering digunakan 76 62.2% Sampling
1. Audit Keuangan 28 23% 5. Prosedur Lain
2. Audit 18 14.8%
Kepatuhan
3. Audit Kinerja 2 Pilihan Metode Statistik 13 36%
1. Simple Random 13 36%
Sampling 1 2.9%
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa tipe audit yang 2. Stratified Random 8 22.2%
paling sering dilakukan responden (62,2%) Sampling 1 2.9%
adalah audit keuangan. Dan 14,8% responden 3. Systematic
menjawab paling sering melakukan audit kinerja. Sampling
Hasil survei menunjukkan 68,9% responden 4. Probablity
proportional to
menganggap audit keuangan merupakan tipe size
audit yang paling sering menggunakan sampling. 5. Prosedur Lain
secara tepat akan dapat seefektif sampling Badan Pemeriksa Keuangan-RI. 1995. Standar
statistik Audit Pemerintahan. Badan Pemeriksa
2. Dengan karakteristik lingkungan audit BPK Keuangan-RI. Jakarta.
yang berbeda dengan audit swasta,
disarankan untuk melakukan standarisasi
prosedur sampling audit, berkaitan dengan Fowler, Janert F., James E. Foster, Lisa S. Foley
kemungkinan dijadikannya bukti sampling dan Alan H. Kvanli. 1994.
sebagai bukti audit dalam bukti pengadilan “Statistics, The Law and Government Auditors’
ataupun pembuktian atas tuntutan Sampling Procedures.” The Government
masyarakat/legislatif. Accounting Journal;
Saran SpringVol.43:1;35-46
Sebagai penelitian yang bersifat
eksploratorif maka diharapkan membuka Guy, Dan M. 1981. “An Intorduction to
penelitian di masa datang. Penelitian di masa Statistical Sampling in Auditing.” John
datang yang bisa dilakukan antara lain: Wiley and Sons. New York.
1. Penelitian dilakukan dengan pengambilan Guy, Dan M. dan D. R. Carmichael. 2001.
sampel yang lebih merata di ketujuh “Wiley Practitioner’s Guide to GAAS.”
perwakilan BPK sehingga generalisasi hasil John Wiley and Sons. New York.
menjadi lebih baik.
2. Dari penelitian yang bersifat ekploratori dan Halim, Abdul. 2001. “Auditing I (Dasar-Dasar
R square yang rendah, masih banyak faktor Audit Laporan Keuangan).” Edisi
yang belum tercakup dalam model penelitian 2.,UPP AMP YKPN., Yogyakarta
ini. Misalnya perlu dipertimbangkan Hall, T., J. Hunton, dan B. Pierce. 2000. “The
pengaruh supervisi dan tipe audit. Use of and selection biases associated
3. Penelitian bisa dikembangkan untuk with non statistical sampling and
mengetahui bagaimana auditor mengevaluasi auditing”. Behavioral Research in
hasil sampel dalam sampling audit. Accounting 12:231-255
Hall, Thomas W, Terri L Herron, Bethane Jo
REFERENSI
Pierce dan Tery J. Witt. 2001. ”The
effectiveness of increasing sample size
Akresh, Abraham D. dan Kay W. Tatum. 1988. to mitigate the influence of population
”Audit Sampling-Dealing with The characteristics in haphazard sampling.”
Problems.” Journal of Accountancy, Auditing: A Journal of Practice and
Dec:58-64 Theory; Spring; 20, 1; 169-185
Arkin, Herbert. 1982. “Sampling Methods for Hall, Thomas W, James E Hunton dan Bethane
Auditors: An Advanced Treatment.” Jo Pierce. 2002. “Sampling practices of
McGraw-Hill Book Company. New auditors in public accounting, industry,
York and government.” Accounting
Arrens dan Loebbecke. 2000. “Auditing: An Horizons; Jun; 16, 2; pg. 125-136
Integrated Approach.” Prentice Hall Hitzig, N. 1995. “Audit sampling: A survey of
International, Inc. New Jersey current practice.” The CPA Journal
Ashton, Alison H. 1991. “Experience and Error (July):54-57
Frequency Knowledge as Potential Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Determinants of Audit Expertise.” The Akuntan Publik.2001. ”Standar
Accounting Review, Vol. 66. No. 2; Profesional Akutan Publik.” Salemba
April 1991; pp. 218-239. Empat. Jakarta.
Ponemon, L. dan J. Wendell. 1995. ”Judmental
versus random sampling in auditing: An
66 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi