You are on page 1of 13

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2008, Hal. 54 - 66 Vol. 15, No.

1
ISSN: 1412-3126

STUDI EMPIRIS MENGENAI PENERAPAN METODE SAMPLING AUDIT DAN FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE SAMPLING AUDIT
OLEH AUDITOR BPK

OLEH: SURYA RAHARJA


Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT

To obtain the adequate evidence, auditor does not have to test all existing transaction.
Along of cost benefit consideration, it is impossible for auditor to test all transaction evidence.
Based on this consideration; then in profession recognized widely that most evidence obtained
using sampling. The limited audit sampling research motivated the writer to conduct this research.
This research is a development from previous researches by Hall of et al. (2002) and Zarkasyi
(1992). Researcher take the governmental auditor (BPK) as research subjects because sampling
problems in goverment audit differ from the practice make an audit of the private sector (Arkin,
1982). The purpose of this research is portraying how sampling audit practice in BPK and explore
factors affecting the use of sampling method by governmental auditors...
The responses from 122 respondents show 70,5% respondents did not use the statistical
sampling method. In nonstatistics sample selection method, two techniques which less get the
support empirically namely haphazard and block sampling, in the second (32,6%) and third rank
(11,6%). There is indication of selection bias mostly in size, measure, and location. Most
respondents (76,25%) answered that they did not get formal training in avoiding selection bias.
But that way only 36,9% respondents replied they did not use the procedures to mitigate the
selection bias.
There are four factors which hypothesized affecting the method used in audit sampling.
These factors are auditor perception to statistical sampling method, auditor perception to
perceived audit risk, time pressure and experience. Result from logit regression test indicated that
among four factors hypothesized, only perception factor to statistical sampling method is
significantly influent to the method used in audit sampling.
Key words: Sampling Audit, Governmental Auditor, Selection Bias.

PENDAHULUAN menerima bukti sampel tergantung dari fakta


atau data sampel tersebut merupakan “tipe
Sampling merupakan prosedur yang umum sampel data yang digunakan oleh ahli dalam
digunakan oleh auditor. IAI melalui Standar bidang tertentu untuk membentuk opini atau
Profesional Akuntan Publik Seksi 350 menarik kesimpulan atas subyek tertentu.”
mendefinisikan sampling sebagai: Dengan demikian bukti sampel yang dihimpun
Penerapan prosedur audit terhadap oleh auditor layak dijadikan bukti di pengadilan.
unsur-unsur suatu saldo akun atau Dan ini merupakan tantangan bagi profesi untuk
kelompok transaksi yang kurang dari meningkatkan kualitas pengambilan sampel.
seratus persen dengan tujuan untuk Pada kenyataannya auditor tidak akan
menilai beberapa karakteristik saldo mengetahui apakah sampel yang diambilnya
akun atau kelompok transaksi tersebut. merupakan sampel yang representatif maka
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor maksimal hanya dapat meningkatkan
auditor tidak harus memeriksa seluruh transaksi kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati
yang ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor kualitas sampel yang representatif (Halim,
harus mempertimbangkan manfaat dan biaya 2001).
karena pertimbangan ini kemudian dalam profesi Menurut Arkin (1982) berbeda dengan
dikenal secara luas bahwa sebagian besar bukti praktik komersil, audit di pemerintahan
diperoleh melalui sampel. mempunyai tujuan yang berbeda dan memiliki
Hall et al. (2002) menyebutkan bahwa permasalahan sampling yang berbeda. Auditor
pengadilan federal di Amerika Serikat sesuai Pemerintah lebih banyak terkait dengan aspek
dengan Federal Judicia Center 1994 memutuskan audit operasional. Auditor pemerintah akan
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 55

mengaudit aspek-aspek yang terkait dengan belum melakukan upaya-upaya untuk


aktivitas entitas yang diperiksa dan tidak seperti mengurangi bias personal.
akuntan publik, auditor pemerintah harus Dengan latar belakang tersebut,
menarik kesimpulan dari berbagai aktivitas penelitian ini hendak meneliti praktik sampling
secara terpisah. Arkin (1982) mencontohkan di lingkungan auditor pemerintah yakni Badan
dalam welfare payments auditor pemerintah Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
tidak saja memeriksa kelengkapan dokumen Penelitian juga diarahkan untuk meneliti faktor-
secara formal tetapi juga memeriksa frekuensi faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
dan besarnya pembayaran kepada penerima yang sampling audit di BPK. Penelitian akan
tidak memenuhi syarat (ineligibles). Oleh karena mereplikasi penelitian Hall et al. (2002) dan
itu, penggunaan sampel projection akan berbeda Zarkasy (1992) dengan seting lebih terfokus
untuk auditor pemerintah. pada auditor pemerintah (BPK) dan
Hal lain yang membedakan penggunaan mengembangkannya dengan meneliti faktor-
sampling antara akuntan publik dengan auditor faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pemerintah yakni penggunaan bukti sampling. sampling non statistik atau statistik.
Akuntan publik menggunakan sampling
terutama untuk memberikan ketenangan dan Perumusan Masalah
perlindungan opininya atas dasar kewajaran Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
laporan keuangan dan hasil sampel sebagai berikut:
diperuntukkan bagi dirinya dalam memberikan 1. Bagaimana auditor BPK memilih sampel.
pendapat. Sedangkan auditor pemerintah harus 2. Jika auditor sudah menggunakan metode
memberikan fakta spesifik mengenai sejauh sampling non statistik apakah sudah
mana kesalahan terjadi dan biasanya berkaitan melakukan upaya untuk mengurangi bias
dengan sampel yang ada dalam laporan audit pemilihan sampel.
untuk memperkuat temuan auditnya. Jadi tidak 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
sekedar keputusan menerima atau menolak penggunaan pemilihan metode sampling
namun dalam laporannya auditor pemerintah audit.
harus memberikan indikasi level kesalahan yang
ditemukan. Auditor pemerintah tidak bisa KERANGKA TEORITIS DAN
membatasi sampel hanya untuk dirinya sendiri PENGEMBANGAN HIPOTESIS
tetapi harus mempublikasikannya dalam laporan
audit untuk didistribusikan kepada sejumlah Sampling Audit Statistik dan Non Statistik
badan/organisasi di dalam atau di luar struktur Ada dua pendekatan umum dalam sampling
pemerintahan. Jadi metode yang audit yang dapat dipilih auditor untuk
merepresentasikan fakta harus ada. memperoleh bukti audit kompeten yang
Menurut Fowler et al. (1994) sampling memadai yaitu Sampling Statistik dan Sampling
statistik merupakan alat yang sangat bernilai Non Statistik
bagi auditor pemerintah. Dengan penggunaan
yang tepat, sampling statistik bisa diterima Sampling Statistik
pengadilan. Selain hal tesebut di atas, ternyata Guy (1981) menyatakan bahwa sampling
penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan statistik adalah penggunaan rencana sampling
rendahnya penggunaan sampling statistik. (sampling plan) dengan cara sedemikian rupa
Penelitian Hall et al. (2000) dengan enam ratus sehingga hukum probabilitas digunakan untuk
responden dari KAP, perusahaan publik, dan membuat statement tentang suatu populasi. Ada
instansi pemerintah yang diteliti, metode dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu
sampling non statistik digunakan sekitar 85% prosedur audit bisa dikategorikan sebagai
dari seluruh penggunaan sampling audit. Dari sampling statistik. Pertama, sampel harus dipilih
penelitian selanjutnya yang dilakukan Hall et al. secara random. Random merupakan lawan
(2002) terungkap bahwa dalam menggunakan arbritrari atau judgemental. Seleksi random
sampling non statistik sebagian besar responden menawarkan kesempatan sampel tidak akan bias.
56 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara banyak kesempatan untuk terpilih daripada
matematis. Jika salah satu syarat ini tidak unit yang nilai tercatatnya kecil.
terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai Menurut Halim (2001) sampling statistik
sampling statistik. Berikut digambarkan tipe memerlukan lebih banyak biaya daripada
sampling audit syarat pengkategorian tipe-tipe sampling non statistik. Alasannya karena harus
tersebut. ada biaya yang dikeluarkan untuk training bagi
Tabel-1 staf auditor untuk menggunakan statistik dan
Tipe Sampling Audit biaya pelaksanaan sampling secara statistik.
No Types of Audit Sample Sample Namun tingginya biaya sampling statistik
Sampling Selection Evaluation dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
1 100 percent Key items Conclusive
dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling
2 Judgement Sample Judgmental Judgmental
3 Representative Random Judgmental statistik. Sedang menurut Guy (1981) ada empat
Sample kelebihan sampling statistik;
4 Statistical Sample Random Mathematical a. Memungkinkan auditor menghitung
Sumber: Guy, 1981 reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan
sampel.
Untuk memilih sampel secara random ada b. Mengharuskan auditor merencanakan
beberapa metode yang bisa digunakan sampling dengan lebih baik (more orderly
a. Simple Random Sampling. Menggunakan manner) dibandingkan dengan sampling non
pemilihan random untuk memastikan bahwa statistik
tiap elemen populasi mempunyai peluang c. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size,
yang sama dalam pemilihan. Tabel bilangan tidak overstated atau understated, dengan
acak dapat dipakai untuk mecapai risiko yang hendak diterima terukur secara
kerandoman (randomness). matematis.
b. Stratified Random Sampling. Membagi d. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat
populasi dalam kelompok-kelompok statement yang obyektif mengenai populasi
(grup/stratum) dan kemudian melakukan sampel.
pemilihan menggunakan secara random
untuk tiap kelompok. Kelebihan metode ini, Sampling Non Statistik
pertama, pemilihan sampel bisa Sampling non statistik merupakan
dihubungkan dengan item kunci serta bisa pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan
menggunakan teknik audit berbeda untuk kriteria subyektif. Besarnya sampel dan
tiap stratum. Kedua, stratifikasi pelaksanaan evaluasi atas sampel dilakukan
meningkatkan reliabilitas sampel dan secara subyektif berdasarkan pengalaman
mengurangi besarnya sampel (sample size) auditor. Guy (1981) mendefinisikan sampling
yang dibutuhkan. Jika sampel yang homogen yang sampelnya dipilih secara subyektif,
dikelompokkan maka keefektifan dan sehingga proses pemilihan sampel tidak random
keefisienan sampel bisa ditingkatkan. dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara
c. Systematic Sampling. Menggunakan random matematis. Ada beberapa metode pemilihan
strart point kemudian memilih tiap populasi sampel yang dikategorikan dalam sampling non
ke n. Kelebihan utama metode ini adalah statistik;
penggunaannya mudah. Namun problem a. Haphazard sampling. Auditor memilih
utama adalah kemungkinan masih timbul sampel yang diharapkan representatif
sampel yang bias (Guy, 1981). terhadap populasi lebih berdasar judgement
d. Sampling Probability Proportional to Size individu tanpa menggunakan perandom
(Dollar Unit Sampling). Memilih sampel probabilistik (misalnya semacam tabel
secara random sehingga probabilitas pilihan bilangan random). Untuk menghindari bias,
langsung terkait dengan nilai (size). Dengan sampel dipilih tanpa memperhatikan ukuran,
metode ini unit yang nilai tercatatnya besar sumber, atau ciri-ciri khas lainnya (Arrens
secara proporsional akan memiliki lebih dan Loebbecke, 2000). Tetapi kelemahan
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 57

utama metode ini adalah kesulitan untuk sampling non statistik yang direncanakan secara
benar-benar menghilangkan bias pemilihan. tepat akan dapat seefektif sampling statistik.
b. Block sampling. Menggunakan seleksi satu Banyak situasi yang membuat judgement
atau lebih kelompok elemen populasi secara sampling lebih sesuai daripada sampling
berurut. Satu item dalam blok terpilih maka statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik
secara berurut item-item berikutnya dalam merupakan alat yang berguna untuk sebagian,
blok terpilih dengan otomatis. Metode ini tidak semua situasi. Apakah sampling statistik
secara teoritis merupakan metode pemilihan harus digunakan, tergantung dari keputusan,
sampel yang representatif namun jarang tujuan audit, pertimbangan kos diferensial
digunakan karena tidak efisien. Waktu dan (dibandingkan dengan judgement sampling) serta
biaya untuk memilih sampel yang memadai trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat
agar representatif terhadap populasi sangat dalam pengauditan.
mahal (Guy dan Carmichael, 2001).
c. Systematic sampling. Menggunakan start REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
point yang ditentukan secara judgement
kemudian memilih tiap elemen populasi ke Sampling Non Statistik Dan Bias Seleksi
n. Sampel dipilih berdasarkan interval yang Hall et al. (2000) meneliti sejauh mana
ditentukan dari pembagian jumlah unit prosedur sampling non statistik digunakan
dalam populasi dengan jumlah sampel. auditor dan menguji bias seleksi yang muncul
d. Directed sampling. Menggunakan seleksi dengan penggunaan sampling non statistik oleh
berdasarkan judgement elemen bernilai (high auditor. Dari responden yang diteliti, metode
value) atau elemen yang diyakini sampling non statistik digunakan sekitar 85%
mengandung error. Pemilihan sampel dari seluruh penggunaan sampling audit. Dan
berdasarkan kriteria yang telah disusun oleh 90% dari jumlah tersebut menggunakan salah
auditor. Auditor tidak mendasarkan pada satu tipe metode non statistik yakni haphazard
pemilihan yang mempunyai kesempatan selection. Dan hasil pengujian dengan
sama (probabilistik), namun lebih eksperimen laboratioum menunjukkan
menitikberatkan pemilihan berdasarkan penggunaan haphazard selection
kriteria. Kriteria yang ditetapkan berkaitan mengindikasikan adanya bias. Bias muncul
dengan representiveness bisa juga tidak. terutama berkaitan dengan bentuk, warna, dan
Kriteria yang biasa digunakan adalah: letak. Penelitian Hall et al. (2001) selanjutnya
1) Item-item yang paling mungkin bahkan membuktikan bahwa penambahan
mengandung salah saji. jumlah sampel untuk mengurangi bias seleksi
2) Item-item yang memiliki pada haphazard sampling tidak didukung. Hasil
karakteristik populasi tertentu. penelitian menunjukkan pada satu populasi yang
3) Item yang mempunyai nilai tinggi diteliti penambahan jumlah sampel tidak ada
(large dollar coverage). perubahan signifikan secara statistik pada
Dibanding sampling statistik, judgement komposisi sampel. Sementara itu pada populasi
atau sampling non statistik sering dikritik karena kedua ada perubahan yang signifikan tetapi
secara berlebihan mengandalkan intuisi. menunjukkan hanya sedikit pengurangan pada
Kecukupan ukuran sampel tidak bisa secara overrepresentation. Berdasarkan hasil penelitian
obyektif ditentukan. Sampling non statistik juga ini Hall et al. (2001) memperingatkan badan-
sering secara irasional dipengaruhi faktor-faktor badan penyusun standar seperti ASB dan IFAC
subyektif. Misalnya reaksi personal auditor untuk kembali menguji kemampuan haphazard
terhadap karyawan klien, proses pengadilan, dan sampling dalam menghasilkan sampel yang
waktu yang tersedia untuk menyelesaikan representatif.
penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran
sampel (Guy, 1981). Namun demikian terlepas Penggunaan Metode Sampling
dari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut, Dari beberapa penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa penggunaan sampling
58 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi

statistik dalam pengauditan masih rendah. H1: Persepsi auditor mengenai sampling
Sebuah studi yang dilakukan Hitzig (1995) pada statistik mempengaruhi penggunaan
800 Kantor Akuntan di New York menunjukkan metode sampling audit
95,7% responden menggunakan sampling audit.
Dari jumlah tersebut 93,9% responden Persepsi Terhadap Risiko Audit
menggunakan sampling non statistik. Hanya Bedingfield (1974) dalam Arkin (1982)
38,7% responden yang menggunakan sampling menyatakan bahwa dampak berkembangya
statistik. Ini berarti 56,4% responden hanya tuntutan hukum terhadap KAP mengawali atau
menggunakan sampling non statistik. Penelitian memperluas penggunaan sampling.statistik.
yang dilakukan Hall et al.( 2000) melakukan Menurut Tucker dan Lordi (1997) sejak awal
survei terhadap 300 KAP, 200 perusahaan publik penyelelidikan metode sampling statistik oleh
dan 100 instansi pemerintah. Dari 600 responden AICPA, mereka sangat menyadari implikasi
diteliti metode sampling non statistik digunakan hukum (legal) dari penggunaan metode ini. Dan
sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling menurut kedua peneliti tersebut ketidakpuasan
audit. terhadap metode sampling tradisional dan
keraguan terhadap kemampuan bertahan
Pengembangan Hipotesis pendekatan sampling tradisonal terhadap
Persepsi adalah proses individu serangan ahli statistik di pengadilan telah
menyeleksi, mengorganisir, dan menginterpretasi menjadi katalis berkembangya sampling statistik.
rangsangan (stimuli) kedalam suatu gambaran Dalam penelitian sebelumnya (Zarkasyi,
yang berarti dan koheren dengan dunia. Dua 1992) menyebutkan bahwa penggunaan metode
hipotesis pertama dikembangkan berdasarkan statistik mempunyai hubungan dependensi
persepsi auditor terhadap metode sampling dengan persepsi auditor terhadap risiko audit.
statistik dan persepsi auditor terhadap risiko Hall et al. (2002) dalam pengembangan
audit. penelitian berikutnya, menyarankan antara lain
penyelidikan pengaruh persepsi audit pada
Persepsi Terhadap Metode Sampling Statistik pemilihan teknik sampling dan evaluasinya.
Dua penelitian sebelumnya di Indonesia Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung
Zarkasyi (1992) dan Silaban (1993) menggunakan metode yang menurutnya lebih
menunjukkan bahwa persepsi auditor obyektif dan lebih bertahan. Jika auditor
mempengaruhi rendahnya penggunaan sampling menganggap risiko audit tinggi kemungkinan ia
statistik. Penelitian Zarkasyi (1992) menemukan menggunakan sampling statistik semakin besar.
bahwa persepsi audior mempengaruhi rendahnya H2: Persepsi auditor terhadap risiko audit
hubungan dependensi dengan rendahnya mempengaruhi penggunaan metode
frekuensi penerapan metode sampling statistik. sampling audit
Sementara itu penelitian Silaban (1993)
menyimpulkan bahwa mayoritas akuntan publik Time Pressure
belum memahami penggunaan sampling statistik Hall et al. (2000) menyebutkan bahwa
untuk pemeriksaan. Dan tingkat pemahaman penggunaan metode sampling non statistik oleh
tersebut berhubungan posistif dengan sebagian besar akuntan publik karena semakin
penggunaan dan frekuensi penggunaan sampling ketatnya persaingan. Secara umum metode non
statistik oleh audior. Jika persepsi auditor buruk statisitik dianggap lebih cepat dan lebih mudah
terhadap metode sampling statistik, maka auditor dilakukan daripada metode sampling statistik.
cenderung menghindari penggunaannya. Namun Hall et al. (2002) menduga pertimbangan
jika persepsi auditor baik, kemungkinan mereka efisiensi mempengaruhi pemilihan teknik dan
menggunakan sampling statistik semakin besar. evaluasi sampling.
Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini Apabila audior didesak waktu untuk
adalah: segera menyelesaikan penugasan, auditor
cenderung memilih metode sampling yang relatif
cepat dan mudah. Tekanan waktu memperbesar
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 59

kemungkinan auditor tidak menggunakan Model Penelitian


metode statistik. Dihipotesiskan dalam penelitian
ini: Persepsi
H3: Time Pressure mempengaruhi mengenai Penggunaan
penggunaan metode sampling audit sampling metode
sampling non
Persepsi
Pengalaman risiko audit
Menurut Ashton (1991) pengalaman auditor
diukur berdasarkan lamanya bekerja atau Time
posisi/jabatan. Sementara itu menurut Tubbs Penggunaan
Pressure metode
(1992) semakin berpengalaman seorang auditor, sampling
semakin berkembang pengetahuannya tentang Pengalaman
error. Tubbs (1992) menyatakan dalam sebuah
audit seorang auditor pasti mengandalkan
pengetahuan tentang error. Pengetahuan auditor
ini tentang error ini berguna bagi auditor untuk METODE PENELITIAN
membuat profesional judgement. Menurut
Ponemon dan Wendell (1995) profesional Populasi adalah kumpulan dari individu
judgement memainkan peranan penting dalam dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
pemilihan sampling non random. Halim (2001) ditetapkan. Populasi yang dimaksud dalam
menyebutkan bahwa dalam sampling non penelitian ini adalah auditor BPK sejumlah 1837
statistik penentuan dan pengevaluasian sampel auditor yang tersebar di 7 (tujuh) kantor
dilakukan secara subyektif atas dasar perwakilan BPK. Sampel dalam penelitian ini
pengalaman auditor. terdiri atas auditor pada kantor-kantor
Menurut Ponemon dan Wendell (1995) Perwakilan BPK di Seluruh Indonesia. Data
auditor yang berpengalaman menunjukkan diperoleh melalui mail survey. Kuesioner
proyeksi error yang lebih baik daripada auditor penelitian dikirimkan ke masing-masing kantor
pada level junior. Akan lebih cepat dan mudah perwakilan BPK.
penerapannya bagi auditor, dalam menentukan Sebelum digunakan dalam penelitian
dan mengevaluasi sampel menggunakan sesungguhnya, penelitian ini diujicobakan (pilot
judgement daripada harus menghitung secara test) lebih dahulu dengan menggunakan sampel
matematis. Apabila auditor berdasarkan beberapa auditor BPK yang menjadi mahasiwa
pengalamannya bisa menghasilkan bukti S2 MSi dan Maksi UGM. Respon pilot test ini
sampling yang lebih baik tanpa harus digunakan untuk memastikan pemahaman
menggunakan perhitungan statistik, maka auditor responden, reliabilitas, dan validitas kuesioner.
cenderung memilih metode sampling non Tabel-2
statistik. Dalam penelitian ini dihipotesiskan: Jumlah Auditor Pada BPK Pusat dan Setiap
H4: Pengalaman mempengaruhi penggunaan Kantor Perwakilan BPK
metode sampling audit Kantor Perwakilan BPK Jumlah Auditor
BPK Perwakilan I Medan 124 auditor
BPK Perwakilan II 81 auditor
Palembang
BPK Pusat dan Perwakilan 1186 auditor
Khusus Jakarta
BPK Perwakilan III 142 auditor
Jogjakarta
BPK perwakilan IV 84 auditor
Denpasar

Survei dilakukan dengan menyebar


kuesioner melalui pos (mail survey). Pengiriman
60 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi

kuesioner mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Juli pengkategorian (skala) yang ditetapkan
2004 dan berakhir pada tanggal 15 Agustus sebelumnya di awal.
2004. Dari 500 kuesioner yang dikirim sejumlah Penggunaan Metode Sampling Audit
134 kuesioner atau 26,8% yang kembali. Data Variabel dependen ini diukur dengan
yang diolah sejumlah 122 data yang berasal dari menggunakan pengkategorian 1 dan 2. Angka 1
BPK perwakilan V Banjarmasin sebanyak 40 menunjukkan responden menggunakan metode
kuesioner, BPK Perwakilan III Yogyakarta non statistik dan 2 menunjukkan responden
sebanyak 50 kuesioner, BPK Perwakilan menggunakan metode statistik.
Palembang sebanyak 32 kuesioner.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Variabel
Persepsi Terhadap Sampling Statistik Statistik Deskriptif
Variabel ini diukur menggunakan 7 Digunakan untuk menggambarkan praktik
pertanyaan mengenai persepsi terhadap sampling penggunaan metode sampling audit di BPK.
statistik yang merupakan modifikasi instrumen Sama dengan pengelitian sebelumnya (Akresh
penelitian Zarkasyi (1992). Jawaban dari dan Tatum, 1988; Hitzig, 1995 ) hasil survei
responden diukur menggunakan skala likert 5. disajikan dalam prosentase.
Ada lima pilihan untuk merespon jawaban yaitu
“Sangat Tidak Setuju”, “Setuju”, “Abstain, Latar Belakang Responden
“Setuju”, “Sangat Setuju”. Dengan skala ini Tabel-3
pertanyaan disusun untuk menilai sikap atau Profil Pendidikan Dan Profesi Responden
pendapat. No Profil responden Jumlah Persentase
1 Pendidikan Terakhir
Persepsi Terhadap Risiko Audit Responden 6 4.9%
1. Akademi/Diploma 102 83.6%
Persepsi terhadap risiko audit diukur 2. S1 10 8.2%
menggunakan 8 pertanyaan. Pertanyaan- 3. S2 4 3.3%
pertanyaan tersebut dikembangkan dari Risiko 4. Lain-lain
Audit (Acceptable Audit Risk). Faktor yang
mempengaruhi risiko tersebut adalah derajat 2 Memiliki Latar Belakang
Pendidikan Akuntansi 81 66.4%
ketergantungan pemakai laporan auditan (Arrens 1. Ya 41 33.6%
dan Loebbeck, 2001) diukur dengan pertanyaan 2. Tidak
3 dan 8, evaluasi auditor terhadap integritas 3 Memiliki Register Akuntan
manajemen (Arrens dan Loebbeck, 2001) diukur 1. Ya 47 38.5%
dengan pertanyaan 1, 2, dan 7 serta kebutuhan 2. Tidak 75 61.5%
penggunaan bukti sampling untuk kepentingan
pengadilan (Hall et al. 2002) diukur dengan
pertanyaan 4, 5 dan 6. Jawaban dari responden Pendidikan dan Profesi. Dari tabel-3
diukur menggunakan skala likert 5. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
Time Pressure (83,67%) berpendidikan S1. Dari 122 responden
Untuk mengukur variabel time pressure 66,4% mempunyai latar belakang pendidikan
digunakan lima pertanyaan. Kelima pertanyaan akuntansi. Sejumlah 47 atau 38,5% auditor yang
tersebut merupakan instrumen yang digunakan berlatar belakang pendidikan akuntansi tersebut
Ridayeni (2003) untuk mengukur time pressure. mempunyai register akuntan. Dari prosentase ini
Kelima pertanyaan tersebut dimunculkan dari menunjukkan besarnya peran profesi pendidikan
definisi. Jawaban dari responden diukur dan akuntansi. Apalagi dalam Standar Audit
menggunakan skala likert 5. Pemerintahan (BPK RI, 1995) menegaskan
Pengalaman mengikuti standar pekerjaan lapangan IAI dan
Variabel ini diukur dari lamanya bekerja. Jumlah PSA yang menjabarkan standar pekerjaan
tahun yang diisikan responden diskala 1 sampai lapangan tersebut.
dengan 5. Skala ini menggantikan
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 61

Tabel-4 Dari tabel-5 dapat dilihat bahwa dari 122


Profil Materi Pendidikan dan Training responden, 86 responden (70,5%) tidak
Responden menggunakan metode statistik. Tiga puluh enam
No Profil responden Jumlah Persentase responden (29,5%) menggunakan sampling
1 Materi Statistik Meliputi statistik dan metode ini digunakan dengan
Statistik Inference 53 43.4% prosentase beragam.
1. Ya 69 56.6%
2. Tidak Bias Seleksi
2 Materi Audit meliputi Tabel-6
Sampling Statistik 85 69.7% Profil Responden Mengenai Bias Seleksi
1. Ya 37 30.3% No Profil responden Rata-rata
2. Tidak Skala
3 Mendapat Job Training 1 Penggunaan Sampling Non 3,13
tentang Statistik 107 87.7% Statistik (Warna)
1. Ya 15 12.3%
2. Tidak 2 Penggunaan Sampling Non 2,32
4 Saat Bekerja di BPK Statistik (Ukuran)
mengikuti 119 97.5%
Pelatihan/Pendidikan 3 2.5% 3 Penggunaan Sampling Non 2,17
1. Pernah Statistik (Tempat/Lokasi)
2. Tidak Pernah

Materi Pendidikan dan Training. Dari Dari tabel-6 dapat dilihat bahwa hasil survei
tabel-4 dapat dilihat bahwa semua responden menunjukkan responden cenderung terpengaruh
menjawab mendapatkan materi statistik ketika oleh letak dan karakteristik fisik. Rata-rata rating
kuliah. Namun hanya 56,6% responden yang untuk warna 3,13 artinya pengaruh warna pada
menjawab bahwa materi statistik yang didapat pemilihan sampel cenderung sedang atau netral.
meliputi inference. Dan hanya 69,7% responden Rata-rata rating 2,32 dan 2,17 mengindikasikan
mengaku mendapat materi sampling statistik auditor cenderung terpengaruh oleh ukuran dan
dalam mata kuliah auditing. Hampir semua lokasi sebagian responden dalam pemilihan
(97,5%) responden saat bekerja di BPK RI sampel. Hasil ini memperkuat penelitian Hall et
mengikuti pelatihan /pendidikan yang al. (2000) bahwa auditor terpengaruh
menunjang tugas pengauditan. Akan tetapi karakteristik fisik dan letak dalam memilih
87,7% menjawab tidak mendapat job training sampel. Dalam metode Haphazard sampling
tentang statistik sebagai bagian dari pendidikan letak dan karakteristik fisik ini bisa sangat
profesi. berpengaruh pada individu sehingga
menimbulkan bias seleksi.
Penggunaan Metode Sampling

Tabel-5
Profil Responden dalam Penggunaan Metode
Sampling
No Profil responden Jumlah Persentase
1 Penggunaan Tehnik
Sampling Statistik 36 29.5%
1. Ya 86 70.5%
2. Tidak
2 Persentase penggunaan
Sampling Statistik 8 22%
1. 1%-20% 14 38.9%
2. 21%-40% 9 25%
3. 41%-60% 4 11.3%
4. 61%-80% 1 2.8%
5. 81%-100%
62 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Tipe Audit dan Metode Sampling Metode Pemilihan Sampel

Tabel-7 Tabel-8
Profil Responden Mengenai Tipe Audit Dan Profil Responden dalam Metode Pemilihan
Metode Sampling Sampel.
No Profil responden Jumlah Persentase No Profil responden Jumlah Persentase
1 Tipe Audit yg paling 1 Pilihan Metode Non
sering menggunakan 84 68.9% Statistik 28 32.6%
Sampling 21 17.2% 1. Haphazard 10 11.6%
1. Audit keuangan 17 13.9% Sampling 4 4.7%
2. Audit 2. Block Sampling 42 48.8%
Kepatuhan 3. Systematic 2 2.3%
3. Audit Kinerja Sampling
2 Tipe Audit Yg paling 4. Directed
sering digunakan 76 62.2% Sampling
1. Audit Keuangan 28 23% 5. Prosedur Lain
2. Audit 18 14.8%
Kepatuhan
3. Audit Kinerja 2 Pilihan Metode Statistik 13 36%
1. Simple Random 13 36%
Sampling 1 2.9%
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa tipe audit yang 2. Stratified Random 8 22.2%
paling sering dilakukan responden (62,2%) Sampling 1 2.9%
adalah audit keuangan. Dan 14,8% responden 3. Systematic
menjawab paling sering melakukan audit kinerja. Sampling
Hasil survei menunjukkan 68,9% responden 4. Probablity
proportional to
menganggap audit keuangan merupakan tipe size
audit yang paling sering menggunakan sampling. 5. Prosedur Lain

Dari tabel-8 dapat kita lihat bahwa pada metode


sampling non statistik mayoritas responden
(48,8%) menggunakan directed sampling dalam
memilih sampel. Urutan kedua adalah
Haphazard sampling (32,6%). Penelitian Hall et
al. (2001) mengungkap bahwa metode ini rentan
terhadap bias personal dalam pemilihan sampel.
Lebih lanjut Hall et al. (2001) memperingatkan
badan-badan penyusun standar seperti ASB dan
IFAC untuk kembali menguji kemampuan
haphazard sampling dalam menghasilkan
sampel yang representif. Kelemahan utama dari
metode ini adalah kesulitan untuk
menghilangkan benar-benar menghilangkan bias
pemilihan (Arrens dan Loebbecke, 2000). Block
sampling menempati urutan ketiga dengan
11,6%. Studi yang dilakukan AICPA
mengindikasikan metode ini paling tidak populer
(Hitzig, 1995). Block sampling secara teoritis
bisa untuk mendapatkan sampel yang
representatif, jarang digunakan karena tidak
efisien (Guy et al., 2001). Biaya dan waktu
untuk memilih blok sehingga representatif sangat
mahal.
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 63

Sedangkan pada metode sampling untuk probabilitas responden yang


statistik paling banyak menggunakan Probability menggunakan teknik sampling statistik,
proportional to size yakni 22,2%. Dan metode dan 2 untuk yang tidak menggunakan
yang paling sedikit digunakan responden adalah teknik sampling statistik.
systematic sampling. PMS adalah persepsi terhadap metode
Prosedur dan Training Untuk Menghindari sampling statistik yang diukur dengan 7
Bias Seleksi indikator.
Tabel-9 PRA adalah persepsi terhadap risiko audit
Profil Responden Dalam Training dan yang diukur dengan 8 indikator.
Prosedur Untuk Menghindari Bias Seleksi TP adalah time pressure yang diukur dengan
No Profil responden Jumlah Persentase 5 indikator.
1 Training Formal Dlm PNG adalah pengalaman.
menghindari Bias Seleksi 29 23.8% Pengujian hipotesis dilakukan dengan
1. Ya 93 76.2%
2. Tidak menggunakan regresi logistik berganda dengan
2 Prosedur menghindari Bias empat variabel independen. Hasil dari pengujian
Seleksi 45 36.9% regresi logistik berganda dengan tingkat
1. Tidak 75 61.5% signifikansi yang digunakan adalah 0.05. Hasil
menggunakan 2 1.6% pengujian regresi logistik secara ringkas dapat
2. Meningkatkan
Sampel dilihat pada tabel berikut ini:
3. Prosedur Lain Tabel-10
Hasil Uji Hipotesis 1 sampai 4
Dari tabel-9 dapat dilihat bahwa mayoritas Model Analisis Regresi Logistik Dua Kategori
responden (76,25%) mengaku tidak
Persamaan Regresi Logistik
mendapatkan training formal dalam menghindari Y = -6.595 + 0.246 PMS + 0.025 PRA + 0.065 TP + 0.090 PNG
bias seleksi. Namun demikian hanya 36,9% Variabel B S.E Wald Df Sig
PMS 0.246 0.057 18.573 1 0.000
responden yang menjawab tidak menggunakan PRA 0.025 0.085 0.087 1 0.767
prosedur untuk mengurangi bias seleksi. TP 0.065 0.099 0.429 1 0.513
PNG 0.090 0.167 0.294 1 0.588
Sebagian responden (61,5%) mengurangi bias Constant - 3.202 4.243 1 0.039
seleksi dengan meningkatkan jumlah sampel. 6.595
Kategori Statistik =1 Non Statistik = 2
Menurut Hall et al. (2001) untuk metode Percentage Correct 41.7% 89.5%
Haphazard penambahan sampel kurang efektif N 122
Omnibus Test of Model 31.954
dalam mengurangi bias seleksi. Coefficients
-2 Log Likehood Block 0 148.020
-2 Log Likehood Block 1 116.066
Pengujian Hipotesis Cox & Snell R Square 0.230
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini Nagelkerke R Square 0.328
Hosmer and Lemeshow Test 0.265
menggunakan regresi logit, karena variabel Overall Percentage 75.4%
dependennya berupa variabel dummy. Model Chi-Square 10.004
regresi logistik mempunyai beberapa kelebihan
antara lain regresi logistik tidak memiliki asumsi Nilai Hosmer and Lemeshow test sebesar
normalitas atas variabel bebas yang digunakan 0.265 dan probabilitas Chi-Square sebesar
dalam model dan juga variabel bebas dalam 10.004 yang lebih besar dari tingkat signifikansi
regresi logistik bisa campuran dari variabel 0.05, menunjukkan bahwa model ini sudah
kontinyu, diskrit, dan dikotomi. Modelnya cukup baik, artinya tidak ditemukan adanya
sebagai berikut : perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang
DVRit = β0 + β1PMS + β2 PRA + β3 TP + diprediksi dengan yang diamati dan model
β4PNG + є it regresi binary ini layak dipakai untuk analisis
β0 – β4 adalah intercept selanjutnya. Dengan kata lain berarti model
DVR adalah variabel respon yang diukur mampu memprediksi nilai observasinya atau
dengan variabel dummy, angka 1 dapat dikatakan model dapat diterima karena
cocok dengan data observasinya.
64 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Untuk melihat kecocokan model (model Analisis Uji Hipotesis Ketiga


fit), kriteria yang digunakan adalah nilai –2 Log Koefisien regresi untuk time pressure
Likehood (-2 LL) adanya penurunan nilai dari adalah positif tetapi secara statistik tidak
148,020 menjadi 116,066 mengindikasikan signifikan pada p < 0.05, maka dapat
bahwa model regresi ini baik. Koefisien disimpulkan bahwa dengan tingkat signifikansi
Nagelkerke R Square sebesar 0,328 berarti 95%, time pressure tidak mempunyai pengaruh
model ini mempunyai kekuatan prediksi sebesar terhadap penggunaan metode sampling. Dugaan
32,8% yang di jelaskan oleh keempat variabel peneliti time pressure lebih mempengaruhi
tersebut, sedangkan 67,2% dijelaskan oleh premature sign off. Oleh karena tekanan waktu
variasi variabel lain. Dengan menggunakan auditor memilih mengurangi sampelnya atau
keempat variabel independen dalam model ini tidak menyelesaikan prosedur audit lainnya.
menunjukkan ketepatan prediksi model secara Kemungkinan sebagian besar auditor sudah
keseluruhan sebesar 75,4%. memilih metode sampling non statistik yang
relatif cepat dan mudah meskipun tanpa ada
Analisis Uji Hipotesis Pertama tekanan waktu.
Hasil pengujian regresi logistik
menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk Analisis Uji Hipotesis Keempat
Persepsi terhadap Metode Sampling Statistik Koefisien regresi untuk pengalaman adalah
(PMS) adalah positif secara statistik signifikan positif tetapi secara statistis tidak signifikan pada
pada p < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa p < 0.05, maka disimpulkan bahwa dengan
dengan tingkat keyakinan 95% persepsi terhadap tingkat signifikansi 95%, pengalaman tidak
metode sampling statistik mempengaruhi mempunyai pengaruh terhadap penggunaan
penggunaan metode sampling oleh auditor BPK. metode sampling. Berarti pengalaman tidak
Semakin baik persepsi auditor mengenai metode mempengaruhi pemilihan metode sampling
sampling statistik akan cenderung menggunakan audit. Auditor berpengalaman akan lebih baik
metode sampling statistik. dalam memproyeksi error dibandingkan auditor
yang belum berpengalaman (Ponemon dan
Analisis Uji Hipotesis Kedua Wendell,1995) tetapi tidak berarti pengalaman
Koefisien regresi untuk persepsi terhadap mempengaruhi pemilihan metode sampling.
risiko audit adalah positif tetapi secara statistik Auditor baru atau lama cenderung memilih
tidak signifikan pada p < 0.05, maka dapat metode non statistik.
disimpulkan bahwa dengan tingkat signifikansi
95% persepsi terhadap risiko audit tidak SIMPULAN DAN SARAN
mempunyai pengaruh terhadap penggunaan
metode sampling. Hasil yang tidak signifikan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tersebut menunjukkan bahwa auditor tidak dilakukan ada beberapa hal yang menjadi
terpengaruh dengan risiko audit dalam implikasi dari penelitian ini.
menentukan pilihan metode sampling.
Kemungkinan auditor belum menyadari Simpulan
kelebihan metode sampling statistik untuk Berdasarkan hasil penelitian yang telah
memenuhi kebutuhan penggunaan bukti dilakukan, penulis menyimpulkan hal-hal
sampling untuk kepentingan pengadilan (Hall et berikut :
al. 2002). Dan juga tuntutan akuntabilitas baik 1. Hasil penelitian bahwa 70,5% responden
dari legislatif maupun masyarakat belum tidak menggunakan metode sampling
membuat auditor memilih metode sampling yang statistik. Oleh karena itu sebaiknya BPK
lebih bertahan. melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan
kualitas perencanaan sampling, terutama
yang berkaitan dengan teknik-teknik untuk
mengatasi bias pada sampling non statistik.
Sampling non statistik yang direncanakan
Vol. 15, No. 1, Maret 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 65

secara tepat akan dapat seefektif sampling Badan Pemeriksa Keuangan-RI. 1995. Standar
statistik Audit Pemerintahan. Badan Pemeriksa
2. Dengan karakteristik lingkungan audit BPK Keuangan-RI. Jakarta.
yang berbeda dengan audit swasta,
disarankan untuk melakukan standarisasi
prosedur sampling audit, berkaitan dengan Fowler, Janert F., James E. Foster, Lisa S. Foley
kemungkinan dijadikannya bukti sampling dan Alan H. Kvanli. 1994.
sebagai bukti audit dalam bukti pengadilan “Statistics, The Law and Government Auditors’
ataupun pembuktian atas tuntutan Sampling Procedures.” The Government
masyarakat/legislatif. Accounting Journal;
Saran SpringVol.43:1;35-46
Sebagai penelitian yang bersifat
eksploratorif maka diharapkan membuka Guy, Dan M. 1981. “An Intorduction to
penelitian di masa datang. Penelitian di masa Statistical Sampling in Auditing.” John
datang yang bisa dilakukan antara lain: Wiley and Sons. New York.
1. Penelitian dilakukan dengan pengambilan Guy, Dan M. dan D. R. Carmichael. 2001.
sampel yang lebih merata di ketujuh “Wiley Practitioner’s Guide to GAAS.”
perwakilan BPK sehingga generalisasi hasil John Wiley and Sons. New York.
menjadi lebih baik.
2. Dari penelitian yang bersifat ekploratori dan Halim, Abdul. 2001. “Auditing I (Dasar-Dasar
R square yang rendah, masih banyak faktor Audit Laporan Keuangan).” Edisi
yang belum tercakup dalam model penelitian 2.,UPP AMP YKPN., Yogyakarta
ini. Misalnya perlu dipertimbangkan Hall, T., J. Hunton, dan B. Pierce. 2000. “The
pengaruh supervisi dan tipe audit. Use of and selection biases associated
3. Penelitian bisa dikembangkan untuk with non statistical sampling and
mengetahui bagaimana auditor mengevaluasi auditing”. Behavioral Research in
hasil sampel dalam sampling audit. Accounting 12:231-255
Hall, Thomas W, Terri L Herron, Bethane Jo
REFERENSI
Pierce dan Tery J. Witt. 2001. ”The
effectiveness of increasing sample size
Akresh, Abraham D. dan Kay W. Tatum. 1988. to mitigate the influence of population
”Audit Sampling-Dealing with The characteristics in haphazard sampling.”
Problems.” Journal of Accountancy, Auditing: A Journal of Practice and
Dec:58-64 Theory; Spring; 20, 1; 169-185
Arkin, Herbert. 1982. “Sampling Methods for Hall, Thomas W, James E Hunton dan Bethane
Auditors: An Advanced Treatment.” Jo Pierce. 2002. “Sampling practices of
McGraw-Hill Book Company. New auditors in public accounting, industry,
York and government.” Accounting
Arrens dan Loebbecke. 2000. “Auditing: An Horizons; Jun; 16, 2; pg. 125-136
Integrated Approach.” Prentice Hall Hitzig, N. 1995. “Audit sampling: A survey of
International, Inc. New Jersey current practice.” The CPA Journal
Ashton, Alison H. 1991. “Experience and Error (July):54-57
Frequency Knowledge as Potential Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Determinants of Audit Expertise.” The Akuntan Publik.2001. ”Standar
Accounting Review, Vol. 66. No. 2; Profesional Akutan Publik.” Salemba
April 1991; pp. 218-239. Empat. Jakarta.
Ponemon, L. dan J. Wendell. 1995. ”Judmental
versus random sampling in auditing: An
66 Surya Raharja Jurnal Bisnis dan Ekonomi

experimental investigation.” Auditing: Organization and Amount of


A Journal of Practice & Theory 14 Fall; Knowledge.” The Accounting Review.
17-34 Vol 67, No 4; October; pp. 783-801.
Ridayeni. 2003. “Pengaruh Tekanan Waktu, Tucker III , James J dan Frank C Lordi. 1997.
Kompleksitas Tugas dan Motivasi ”Early Efforts of The U.S. Public
Pencapaian terhadap Perhatian Auditor Accounting Profession to
pada Kecurangan.” Tesis S2. Program Investigate The Use Of Statistical
Magister Sains.UGM. Yogyakarta. Sampling”. TheAccounting Historians
Journal. Vol 24, No.1;June; pp. 93-116.
Silaban, Adanan. 1993. “Studi Empiris
Pemahaman Akuntan Publik tentang Zarkasyi, Wahyudin. 1992. “Faktor-faktor yang
Penggunaan Metode Sampling Statistik mempunyai hubungan dependensi
Untuk Pemeriksaan Akuntan.” Tesis S2. dengan rendahnya frekuensi penerapan
Program Magister Sains.UGM. metode sampling statistis untuk
Yogyakarta. pemeriksaan akuntan.” Tesis. FPS-
UGM, Yogyakarta
Tubbs, Richard. M. 1992. “The Effect of
Experience on the Auditor’s

You might also like