Professional Documents
Culture Documents
1 SM PDF
1 SM PDF
Abstract: Solo Baru region has a very strategic location and were originally intended for residential
areas, but then experienced a rapid development of economic activities. The development of
economic activity is the most visible trade activities and services that continue to increase precisely
since 2002. The development of trade and services activities is of course have an influence on land
use changes that occur rapidly in Solo Baru region. Based on these issues, the formulation of the
problem in this research is how the influence brought about by the development of the activity of
trade in services to changes in land use. In line with these problems, this study aims to determine the
effect of the development of trading activities and services to changes in land use Solo Baru Region.
The method used is quantitative descriptive to determine the level of development to later described
spatially. These results indicate that the development of trade and services activities has encouraged
the development of other activities either similar activities (commercial) as well as supporting
activities (housing, public services, and industry) so the impact on the provision of land. The need for
this land that drives the changes in land use, both in terms of area, intensity, and land use patterns
are formed. Developments are vertically making it more influential in the development of land
compared to the intensity of the land area. Besides land development patterns that are formed are
random pattern of development as the region woke formed does not have a specific shape (sporadic)
and develop segmental.
Keywords: Activities Development, Trade and Services Activity, Land Use Change
jasa, industri, maupun hunian dengan dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan
mengkonversi lahan pertanian. (RUTR atau kompensasi.
Kecamatan Grogol 2004-2013).
Sebelas sektor yang terbentuk pada 2.1.2 Jenis Kegiatan Perdagangan dan
Kawasan Solo Baru juga telah mengalami Jasa
pergeseran dengan adanya penambahan Chapin (1997) menyebutkan jenis kegiatan
fungsi perdagangan jasa dan industri perdagangan antara lain adalah pertokoan
(Kartiko, 1998). Dari sebelas sektor dan dealer, sedangkan kegiatan jasa antara
perumahan, terdapat tiga sektor yang lain adalah perkantoran, keuangan, asuransi,
ditambahkan fungsinya sebagai kawasan hotel, restoran, dan rekreasi. Sedangkan Kyle
perdagangan dan jasa yang terletak pada (2000) menyebutkan bahwa kegiatan
posisi center di Solo Baru dan selanjutnya perdagangan dan jasa ini secara umum dapat
disebut sebagai pusat Kawasan Solo Baru, digolongkan ke dalam commercial real
serta terdapat 4 sektor yang ditambahkan estate yaitu pada jenis office building
fungsinya sebagai kawasan industri dan (penyedia jasa) dan retail property (area
terletak pada pinggiran kawasan. komersil/ perdagangan produk).
Berdasar hal tersebut dapat dilihat
bahwa keberadaan kegiatan perdagangan dan 2.1.3 Perkembangan Kegiatan
jasa yang berkembang pesat pada Kawasan Perdagangan dan Jasa
Solo Baru telah berdampak pada perubahan Kegiatan perdagangan dan jasa
penggunaan lahan. Perkembangan kegiatan memiliki kaitan yang sangat erat dengan
perdagangan dan jasa ini memicu perkembangan suatu kota. Hal ini sesuai
pertumbuhan kegiatan-kegiatan lain baik dengan pendapat Adisasmita (2005) yang
kegiatan sejenis maupun kegiatan menyatakan bahwa perkembangan kota dapat
pendukungnya. Perkembangan kegiatan mencakup kegiatan pelayanan ekonomi bagi
secara terus menerus inilah yang mendorong kawasan di sekitarnya sehingga pertumbuhan
adanya perubahan pada penggunaan lahan kota sangat dikaitkan dengan kepentingan
suatu kawasan (Jayadinata, 1999). penduduknya terutama terkait kegiatan
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ekonominya.
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Selanjutnya dalam menentukan
dari perkembangan kegiatan perdagangan perkembangan kegiatan perdagangan dan
dan jasa terhadap perubahan penggunaan jasa pada suatu kawasan, dapat digunakan
lahan Kawasan Solo Baru. Perubahan beberapa variabel. Jayadinata (1999)
penggunaan lahan yang dilihat merupakan mengemukakan bahwa dalam perkembangan
perubahan pada luas lahan, intensitas lahan, kegiatan suatu kawasan dapat dilihat dari
serta pola penggunaan lahan yang terbentuk. peningkatan sarana prasarana yang
menandakan perkembangan jumlah kegiatan
2. TINJAUAN TEORI serta perluasan skala pelayanan yang
2.1 Kegiatan Perdagangan dan Jasa ditunjukkan dengan jangkauan kegiatan yang
2.1.1 Pengertian Kegiatan Perdagangan semakin luas dilihat dari asal barang dan
dan Jasa target pemasaran (konsumen).
Perdagangan dan jasa berdasar UU No. 7 Sedangkan Zahnd (1999) bahwa
Tahun 2014 tentang Perdagangan diartikan perkembangan kegiatan pada perkotaan tidak
sebagai tatanan kegiatan yang terkait dengan hanya terjadi secara horizontal melainkan
transaksi barang dan/ atau jasa di dalam juga secara vertikal. Hal ini dapat dikaitkan
negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan luas lantai kegiatan tersebut yang
dengan tujuan pengalihan hak atas barang tidak hanya dihitung berdasarkan luas satu
lantai melainkan juga dengan luas lantai di
2
Dina Arifia, Soedwiwahjono, Rizon Pamardhi Utomo, Pengaruh Perkembangan....
atasnya apabila kegiatan tersebut menempati ke penggunaan lain yang diikuti dengan
bangunan bertingkat. berkurangnya tipe penggunaan lahan yang
lainnya dalam kurun masa tertentu
2.2 Penggunaan Lahan (Wahyunto, 2001). Perubahan penggunaan
2.2.1 Pengertian Penggunaan Lahan lahan juga dapat dikaitkan dengan luas lantai
Lahan adalah seluruh kemampuan muka bangunan yang ada (Zahnd, 1999) sehingga
daratan beserta gejala di bawah berpengaruh pada intensitas lahan yang
permukaannya yang bersangkut paut dengan dijabarkan dalam nilai KDB dan KLB.
pemanfaatannya bagi manusia (Cooke,
1983). Berdasar hal tersebut dapat 2.2.4 Pola Penggunaan Lahan
disimpulkan bahwa lahan merupakan seluruh Bintarto (1977) menyebutkan bahwa
daerah pada permukaan bumi yang menjadi perubahan penggunaan lahan akan dapat
tempat bagi makhluk hidup dalam menyebabkan terjadinya perubahan pola
menjalankan kegiatannya sekaligus menjadi penggunaan lahan pula. Menurut Aziz
salah satu sumber daya bagi makhluk hidup (2014), pola penggunaan lahan pada suatu
dalam melakukan kehidupannya tersebut. kawasan dapat digambarkan menjadi tiga
pola perkembangan secara umum yaitu:
2.2.2 Jenis Penggunaan Lahan
Yeates dalam Marangkup (2006) 1. Pola acak (Leap-frog Development)
menyebutkan bahwa penggunaan lahan merupakan pola perkembangan dengan
dalam suatu wilayah dapat terdiri dari arah yang melompat, berbentuk sporadis,
permukiman, industri, komersil, jalan, tanah berkembang secara segmental dan
publik, serta tanah kosong. Berbeda dengan memiliki dampak yang tidak efisien.
Anderson dalam Utomowati (2012)
mengklasifikasikan penggunaan lahan 2. Pola Memanjang (Linear Development)
perkotaan menjadi guna lahan hunian, merupakan pola perkembangan dengan
penggunaan umum, kompleks industri dan arah mengikuti jaringan transportasi
komersil, serta lahan sedang dibangun. utama, berbentuk memanjang/ menjari,
Terakhir dalam Malingreau (1978) berkembang secara segmental dan
klasifikasi guna lahan di Indonesia memiliki dampak yang cukup efisien.
berdasarkan pada data penginderaan jauh 3. Pola Konsentris (Concentric
dapat dibedakan menjadi permukiman Development) merupakan pola
perkotaan, perdagangan jasa dan industri, perkembangan yang melapisi batas
kelembagaan, transportasi komunikasi, lahan terluar kota, berbentuk melingkar
terbangun lainnya, serta bukan lahan kompak, berkembang secara
terbangun. komprehensif dan memiliki dampak
Berdasar teori-teori tersebut dapat yang sangat efisien.
disimpulkan bahwa jenis penggunaan lahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2.3 Pengaruh Perkembangan
perumahan, perdagangan jasa, fasilitas Kegiatan Perdagangan dan Jasa terhadap
pelayanan, industri, persawahan, dan ruang Perubahan Penggunaan Lahan
terbuka. Berdasar pendapat Sujarto yang
dijabarkan oleh Adisasmita (2005), faktor-
2.2.3 Perubahan Penggunaan Lahan faktor perkembangan dan pertumbuhan yang
Perubahan penggunaan lahan dapat bekerja pada suatu kota dapat menumbuhkan
didefinisikan dengan bertambahnya suatu dan mengembangkan kota pada suatu arah
penggunaan lahan dari satu tipe penggunaan tertentu yang dipengaruhi oleh tiga faktor
3
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 1-9
utama yaitu faktor manusia, faktor kegiatan, dapat diberi nilai atau diberi peringkat
dan faktor pergerakan. Ketiga faktor ini akan tertentu.
tergabung secara fisik membentuk tuntutan Nilai perkembangan dari masing-
kebutuhan akan ruang sehingga berimplikasi masing sub variabel dihitung dengan rumus
pada perubahan pola penggunaan lahan suatu perkembangan sebagai berikut:
kawasan.
Berdasar hal tersebut dapat dilihat p : persentase peningkatan
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan y : nilai pada tahun 2016
terjadinya perubahan penggunaan lahan x : nilai pada tahun 2002
adalah faktor kegiatan. Perkembangan Hasil kuantitatif diberi skala rendah,
kegiatan perdagangan dan jasa dapat memicu sedang, dan tinggi dengan besaran persentase
perubahan penggunaan lahan di sekitarnya. klasifikasi dihitung dengan nilai interval nilai
Perubahan penggunaan lahan tersebut dapat perkembangan pada masing-masing sub
berupa perubahan dalam luasannya, variabel.
intensitasnya maupun perubahan pada
polanya. 3.2.2 Analisis Deskriptif Spasial
Analisis deskriptif spasial digunakan untuk
3. METODE PENELITIAN menjelaskan pengaruh yang terbentuk secara
lebih spasial (keruangan). Analisis deskriptif
3.1 Ruang Lingkup Penelitian spasial ini digunakan untuk menjelaskan
Penelitian dilakukan pada Kawasan Solo pengaruh yang terbentuk antara
Baru yang dibatasi secara fungsional yaitu perkembangan kegiatan perdagangan jasa
pada kawasan dengan dominasi kegiatan dengan perubahan luas, intensitas, dan pola
perdagangan jasa sesuai dengan arahan dari penggunaan lahan. Analisis ini dilakukan
masterplan pengembangan Kawasan Solo dengan menjelaskan secara deskriptif
Baru, dokumen tata ruang, serta fenomena eksplanatif dengan interpretasi peta.
pada lapangan. Waktu penelitian yang
digunakan adalah dengan melihat 4. HASIL PENELITIAN
perkembangan baik kegiatan perdagangan
jasa maupun perubahan penggunaan lahan 4.1 Perkembangan Kegiatan
dari tahun 2002 hingga 2016. Perdagangan dan Jasa
4
Dina Arifia, Soedwiwahjono, Rizon Pamardhi Utomo, Pengaruh Perkembangan....
Jangkauan
78,29% Sedang
tidak terpola, sehingga memberikan bentuk
Pelayanan sporadis. Hal ini dikarenakan pada Kawasan
Jumlah
103,07% Sedang Solo Baru sejak tahun 2002 masih banyak
Pelaku
Luas Lantai 464,31% Tinggi terdapat ruang terbuka baik area persawahan
maupun lahan kosong yang tersebar secara
4.2 Perubahan Penggunaan Lahan merata pada seluruh kawasan, baik di pusat
Analisis perubahan penggunaan lahan maupun pinggiran kawasan.
dibagi menjadi 2 analisis yaitu analisis Hal inilah yang memicu pembentukan
kuantitatif dan analisis deskriptif spasial. pola perkembangan secara acak karena pihak
Analisis kuantitatif digunakan untuk pembangun memilih tanah-tanah kosong
mengetahui perubahan luas lahan dan tersebut pada lokasi yang dinilai
intensitas lahan pada Kawasan Solo Baru. menguntungkan bagi mereka, baik dari segi
Sedangkan analisis deskriptif spasial letak hingga dari segi harga lahan. Pada peta
digunakan untuk mengetahui perubahan pola perkembangan Kawasan Solo Baru juga
penggunaan lahan pada kawasan. Seperti dapat dilihat bahwa perkembangan yang
halnya dengan analisis kuantitatif pada terjadi bersifat segmental, yaitu hanya
perkembangan kegiatan perdagangan dan terbangun pada beberapa bagian wilayah
jasa, analisis kuantitatif pada perubahan saja.
penggunaan lahan juga menggunakan rumus
yang sama. Berdasarkan hasil perhitungan 4.3 Pengaruh Perkembangan
tersebut, diperoleh hasil yang dapat dilihat Kegiatan Perdagangan Jasa terhadap
pada Tabel 2. Perubahan Penggunaan Lahan
Tabel 2. Hasil Perubahan Luas dan Intensitas 4.3.1 Pengaruh terhadap Luas Lahan
Lahan Secara spasial, terdapat temuan bahwa
Besar Klasifikasi perkembangan kegiatan perdagangan dan
Variabel Perkemba Perkemban jasa pada Kawasan Solo Baru telah
ngan gan
memberikan pengaruh yaitu adanya
Luas
25,20% Rendah penambahan luas untuk kawasan terbangun
Lahan
Intensitas akibat kegiatan yang sejenis maupun
21,28% Sedang
Lahan kegiatan pendukung yang muncul. Perluasan
kawasan terbangun seperti guna lahan
Sesuai dengan hasil perhitungan pada komersil, perdagangan jasa, dan fasilitas
perkembangan luas lahan yang menunjukkan umum ini terjadi dengan menempati
perkembangan kawasan tidak terbangun kawasan tidak terbangun sehingga telah
menjadi kawasan terbangun, maka mengurangi luasan lahan kosong tersebut
perkembangan pola penggunaan lahan yang (Lihat Lampiran 1).
akan dilihat adalah perkembangan pola yang Hal ini sesuai dengan teori bahwa
dibentuk oleh kawasan terbangun dan tidak semua kegiatan yang berkembang akan
terbangun yang ada pada Kawasan Solo memerlukan lahan sebagai wadahnya
Baru. (Jayadinata, 1999). Meski demikian
Kawasan Solo Baru pada tahun 2002 penambahan luas kawasan terbangun yang
dan 2016, secara keseluruhan dapat dilihat terjadi pada Kawasan Solo Baru masih
telah menunjukkan adanya kecenderungan tergolong rendah atau hanya ada sedikit
perkembangan pola penggunaan lahan secara kawasan yang terdampak oleh
acak. Perkembangan kawasan terbangun perkembangan kegiatan perdagangan dan
yang terbentuk memiliki arah yang acak atau jasa ini.
5
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 1-9
6
Dina Arifia, Soedwiwahjono, Rizon Pamardhi Utomo, Pengaruh Perkembangan....
intensitas yang terjadi lebih tinggi dibanding Malingreau, 1978. Penggunaan Lahan
perubahan luas lahan. Sedangkan pola guna Pedesaan Penafsiran Citra Untuk
lahan yang terbentuk adalah pola acak (leap- Inventarisasi dan Analisanya.
frog development), karena perkembangan Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM
terjadi secara segmented pada beberapa Press.
bagian kawasan tanpa adanya bentuk Marangkup, Hubert dan Eka Ulin S. 2006.
tertentu. Identifikasi Pola Pengembangan
Daerah Pinggiran dan Pola Jaringan
REFERENSI Jalan Kota Semarang. [Tesis].
Semarang: Universitas Diponegoro.
Adisasmita, Raharjo H. 2005. Dasar-dasar Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)
Ekonomi Wilayah. Jogjakarta: Graha Kecamatan Grogol Tahun 2004-2013.
Ilmu. BAPPEDA Kabupaten Sukoharjo.
Aziz, Rudi dan Asrul. 2014. Pengantar Undang-undang No. 7 Tahun 2014 tentang
Sistem dan Perencanaan Transportasi. Perdagangan.
Jogjakarta: Deepublish. Utomowati, Rahning. 2012. Pemanfaatan
Bintarto, R. 1977. Pengantar Geografi Kota. Citra Landsat 7 Enhanced Thematik
Yogyakarta: U.P. Spring. Mapper Untuk Penentuan Wilayah
Branch, M.C. 1995. Perencanaan Kota Prioritas Penanganan Banjir Berbasis
Komprehensif, Pengantar dan Sistem Informasi Georafis [Prosiding
Penjelasan. Yogyakarta: Gadjahmada Seminar Nasional Penginderaan Jauh
University Press. dan Sistem Informasi Geografis 2012].
Chapin, F. Stuart Jr. 1997. Urban Land Use Surakarta: Muhammadiyah University
Planning, Third Edition. Chicago: Press.
University of Illinois Press. Wahyunto, et.al.2001. Studi Perubahan
Cooke, P. 1983. Theory of Planning and Penggunaan Lahan Di Sub DAS
Spatial Development. London: Citarik, Jawa Barat Dan DAS
Hutchinson and Co Publiser LTD. Kaligarang, Jawa Tengah. [Prosiding
Seminar Nasional Multifungsi Lahan
Jayadinata, T. Johara. 1999. Tata Guna
Sawah]. Bogor: Departemen Pertanian,
Tanah dalam Perencanaan Pedesaan
Badan Penelitian dan Pengembangan,
Perkotaan dan Wilayah. Bandung:
Pertanian Pusat Penelitian dan
ITB.
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Kartiko dkk. 1998. Sekilas Sejarah
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota
Perjuangan Solo Baru Kota Mandiri.
Secara Terpadu. Yogyakarta:
Sukoharjo: Cipta Sarana Megah.
Kanisius.
Kyle, Robert C. 2000. Property Management
(Sixth Edition). Chicago: Dearborn
Real Estate Education.
7
Arsitektura, Vol. 15, No.1, April 2017: 1-9
Lampiran 1
Gambar 1. Peta Pengaruh terhadap Perubahan Luas Per Jenis Guna Lahan
(Citra Satelit Google Earth Tahun 2002-2016)
Lampiran 2
8
Dina Arifia, Soedwiwahjono, Rizon Pamardhi Utomo, Pengaruh Perkembangan....
Lampiran 3