You are on page 1of 10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)

Vol. 8, No.1, 75-84, Maret 2019

STUDI CEMARAN MIKROBA PADA RENDANG SAPI DI RUMAH


MAKAN PADANG DI KECAMATAN KUTA,
KABUPATEN BADUNG, BALI
Study of Microbial Contamination on Beef Rendang at Padang Restaurant in Kuta
Subdistrict, Badung Regency, Bali

Sixtian Brema Sembiring1), I Nengah Kencana Putra2), Ni Made Indri Hapsari Arihantana2)
¹)Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
²)Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the microbial contamination on beef rendang and hygiene
sanitation practices at Padang restaurant in Kuta subdistrict, Badung regency, Bali. This study used survey
method with purposive sampling technique. The sampling determination was conducted at several Padang
restaurants in Kuta subdistrict, Badung regency, Bali. The data obtained were presented in the form of tables,
pictures, and analyzed descriptively. The variable observed were total microbes, Escherichia coli, and
Staphylococcous aureus. The results showed that 90% of beef rendang was suitable with requirements of total
microbes for processed meat in Indonesia ( SNI< 5 x 105), 80% of beef rendang was suitable with requirements
of Escherichia coli for processed meat in Indonesia and 100% of beef rendang was suitable with requirements of
Staphylococcous aureus for processed meat in Indonesia. The amount of 90% of beef rendang was cooked in the
morning, 20% of rendang was served over 24 hours. The hygiene and sanitation practices at Padang restaurant
in Kuta subdistrict, Badung regency were good enough.

Keywords : beef rendang, microbial contamination, hygiene sanitation, padang restaurant

PENDAHULUAN 2017a).
Rendang merupakan makanan tradisional
Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat, umumnya
yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam dibuat dari daging sapi yang dimasak dengan
maupun luar negeri karena keindahan pulau santan kelapa serta campuran rempah-rempah
Bali. Kecamatan Kuta memiliki luas wilayah dan bumbu lainnya. Rendang yang disajikan di
17,52 km2 yang terbagi atas lima kelurahan rumah makan Padang sangat dikhawatirkan
yaitu Seminyak, Legian, Kuta, Tuban dan terkontaminasi oleh cemaran mikroba selama
Kedonganan. Rumah makan Padang di proses pengolahan, penyajian yang terlalu
kecamatan Kuta diminati karena mudah lama di suhu ruang, dan penyimpanan.
ditemukan di tepi jalan besar, halal, ekonomis, Produsen rumah makan Padang biasanya
dan memiliki menu spesial seperti rendang membuat rendang sekitar 7 – 10 kg, disajikan
sapi. Pada tahun 2011 Cable News Network di lemari kaca secukupnya dan sisanya
(CNN) menetapkan rendang sapi sebagai disimpan sampai berjam-jam atau berhari-hari
hidangan peringkat pertama dalam daftar di lemari pendingin untuk memenuhi
World’s 50 most Delicious Food’s (Anon., kebutuhan konsumen karena kondisi rumah

*Korespondensi Penulis:
Email: sixtianbrema@gmail.com1)

75
Sembiring, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

makan Padang yang buka sampai 24 jam. Mikrobiologi PT. Bandar Nelayan Benoa Bali
Semakin lama penyimpanan masakan daging dan rumah makan Padang di kecamatan Kuta,
dan pemanasan kembali akan berpengaruh kabupaten Badung, Bali. Penelitian ini
terhadap mutu mikrobiologi daging sapi dilaksanakan dari bulan Juni sampai Juli 2018.
(Murhadi et al., 1994).
Pada tahun 2011 warga Bojongsari Depok Bahan dan Alat
keracunan setelah mengkonsumsi daging Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
rendang yang dibeli dari rumah makan, karena adalah rendang sapi, larutan BFP (Butterfield’s
adanya cemaran bakteri patogen yang Phospate Buffered), 3M petriflimTM EC plate (
disebabkan karena proses pengolahan yang Ingredients : polyester flim, guar gum,
tidak bersih (Anon., 2011a). Daging sapi nutrients, hinge tape, lactose, pancreatic
mudah rusak karena merupakan media yang digest of gelatin), petriflimTM AC plate (
cocok bagi pertumbuhan mikroba, karena Ingredients : Silicone coated paper,
tingginya kandungan air dan zat gizi seperti polypropylene film, guar gum, hinge tape,
protein (Fardiaz, 1992). media nutrients, sodium pyruvate) dan
Bakteri patogen yang mengkontaminasi petriflimTM STX plate aquades ( Ingredients :
daging sapi adalah Escherichia coli dan Nutrient media coated on paper with foam
Staphylococcus aureus yang dapat relatining dam and film cover sheet), plastik
menyebabkan penurunan mutu mikrobiologi PE (Polyetilen) dan alkohol 96%.
daging (Supar, 2005). Pengujian total mikroba Alat yang digunakan dalam pengujian ini
dilakukan pada bahan pangan untuk adalah cold box (Marina cooler), tabung reaksi
mengetahui gambaran jumlah mikroba pada (Iwaki), pipet volumetric (Iwaki), pipet mikro
bahan pangan. Bakteri Escherichia coli (Akura), gelas ukur (Pyrex), medical sterilizer
menunjukkan bahwa pangan tersebut tercemar (Fortune), enlemeyer 1000 ml (Pyrex), blue
oleh kotoran manusia atau hewan yang tip, pinset, vortex (Gemmy), bunsen,
tercemar dari air (Supardi dan Sukanto, 1999). timbangan analitik (Ohaus), vortex, inkubator
Staphylococcus aureus merupakan bakteri (Memert), stomacher 400 circulator (Seward),
patogen yang berada di lingkungan bahkan autoklaf (Hirayama), magnetic stirrer
pada tubuh manusia serta mudah untuk (Thermo scientific), spreader, dan laminar
mencemari makanan. Staphylococcus aureus flow.
umunya berasal dari infeksi misalnya luka,
bisul dan jerawat yang pecah (Lund et al., Rancangan Penelitian
2000). Praktek higiene dan sanitasi pada Penelitian dilakukan dengan menggunakan
rumah makan merupakan kebutuhan utama metode survei dengan teknik pengambilan
terhadap terwujudnya keamanan pangan. sampel purposive sampling yaitu pemilihan
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan sampel berdasarkan pertimbangan -
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pertimbangan tertentu (Singarimbun dan
cemaran (total mikroba, Escherichia coli, dan Effendi, 2008).
Staphylococcus aureus) pada rendang sapi dan Adapun pertimbangan - pertimbangan yang
praktek sanitasi higiene rumah makan Padang digunakan adalah rendang sapi rumah makan
di kecamatan Kuta, kabupaten Badung, Bali. Padang yang dijual ditepi jalan besar, mudah
ditemukan, dan selalu sedia 24 jam di Rumah
METODE PENELITIAN makan Padang. Total rumah makan Padang
yang dijadikan tempat pengambilan sampel
Tempat dan Waktu sebanyak 10 rumah makan Padang.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengumpulan data berupa wawancara

76
Vol.8, No.1, Maret 2019. Studi Cemaran Mikroba Pada Rendang …

kuisioner. Data hasil penelitian disajikan Analisis Coliform dan Escherichia coli
dalam bentuk tabel, gambar, dan dianalisis (Anon., 2017b)
secara deskriptif. Sampel rendang sapi ditimbang 25 g lalu
dimasukkan ke dalam plastik steril yang berisi
Variabel yang diamati 225 ml BFP, dihomogenkan dengan stomacher
Variabel yang diamati pada penelitian ini selama 2 menit dan terbentuk pengeceran 10-1.
adalah cemaran mikroba (total mikroba, Dipipet 1 ml larutan homogenan dari tabung
Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus) 10-1 ke BFP 10-2, 1 ml BFP 10-2 ke BFP 10-3.
dengan metode sebar pada 3M petriflim food Diinokulasi 1 ml dari masing-masing tabung
safety (Anon., 2017b) yang telah dievaluasi ke tengah - tengah petriflim EC yang
oleh AOAC official method dan disesuaikan dilakukan secara duplo. Diratakan permukaan
dengan metode pengujian cemaran mikroba petriflim EC dengan spreader. Diinkubasi
dalam olahan daging (Anon., 2008a). petriflim EC pada suhu 37oC selama 24 jam di
inkubator. Diamati perubahan yang terjadi,
Pelaksanaan Penelitian Coliform ditandai dengan koloni merah muda
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul dan bergas. Setelah itu petriflim yang positif
24.00 wita di rumah makan Padang kecamatan Coliform dinkubasi kembali selama 24 untuk
Kuta. Alat yang digunakan berupa wadah uji lanjut penentuaan E.coli. Koloni yang
plastik dan ice box yang sudah disterilkan positif E.coli ditandai dengan warna biru dan
dengan alkohol. Sebanyak ±100 g yang dibeli bergelembung gas.
dari masing-masing rumah makan Padang
dimasukkan ke dalam plastik kemudian Analisis Staphylococcus Aureus (Anon.,
disimpan di dalam cold box. Setelah itu, 2017b)
disimpan di freezer dan pada pukul 07.00 wita Sampel rendang sapi ditimbang 25 g lalu
dibawa ke laboratorium mikrobiologi PT dimasukkan ke dalam plastik steril yang berisi
Bandar Nelayan untuk dilakukan analisis 225 ml BFP, dihomogenkan dengan stomacher
cemaran mikroba. selama 2 menit dan terbentuk pengeceran 10-1.
Dipipet 1 ml larutan homogenan dari
Analisis Total Mikroba (Anon., 2017b) tabung10-1 ke BFP 10-2, 1 ml BFP 10-2 ke BFP
Sampel rendang sapi ditimbang 25 g lalu 10-3.
dimasukkan ke dalam plastik steril yang berisi Diinokulasi 1 ml dari masing-masing
225 ml BFP, dihomogenkan dengan stomacher tabung ke tengah - tengah petriflim Stx yang
selama 2 menit dan terbentuk pengenceran 10- dilakukan secara duplo. Setelah itu diratakan
1
. Dipipet 1 ml larutan homogenan dari tabung permukaan petriflim Stx dengan menggunakan
10-1 ke tabung BFP 10-2 dan 1 ml BFP 10-2 ke spreader supaya tidak terbentuk gelembung
BFP 10-3. Diinokulasi 1 ml dari masing- udara. Diinkubasi petriflim Stx pada suhu
masing tabung ke tengah - tengah petriflim 37oC selama 24 jam di inkubator. S.aureus
yang dilakukan secara duplo. Diratakan memiliki ciri dengan koloni berwarna merah
permukaan petriflim AC dengan spreader. violet.
Diinkubasi petriflim pada suhu 37oC selama
48 jam di inkubator. Koloni mikroba ditandai HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan merah muda bergelembung gas.
Selanjutnya dihitung koloni menurut Total mikroba
Fardiaz (1992) dengan rumus koloni yang Hasil pengujian total mikroba pada rendang
tumbuh dikali 1/faktor pengenceran. sapi di rumah makan Padang di kecamatan
Kuta, Kabupaten Badung dapat dilihat pada

77
Sembiring, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Tabel 1. antimikroba pada olahan pangan ( Jenie et al.,


1992).
Tabel 1. Total mikroba pada rendang sapi di Berdasarkan data total mikoba pada Tabel 1
rumah makan Padang di kecamatan sebanyak 10% sampel rendang sapi R7 yang
Kuta, kabupaten Badung, Bali memiliki nilai total mikroba 2.4x106 koloni/g
Sampel Total SNI Keterangan telah melebihi batasan maksimum jumlah total
Mikroba 7388:2009 mikroba, sehingga tidak memenuhi syarat
koloni/ g olahan dengan kualitas keamanan pangan yang rendah
daging
dan tidak layak untuk dikonsumsi. Dari hasil
Koloni/g
R1 1,4 x 103 1 x 105 ms
penelitian survei menunjukkan bahwa
R2 4,0 x 10 2
1 x 105 ms
tingginya jumlah total mikroba pada R7 dapat
R3 4,3 x 10 3
1 x 10 5
ms disebabkan karena lamanya waktu proses
R4 3,1 x 102 1 x 105 ms pengolahan pada pukul 21.00 wita, disajikan
R5 3,5 x 102 1 x 105 ms pada pukul 06.00 wita, dan pengambilan
R6 1,5 x 102 1 x 105 ms sampel pada pukul 24.00 wita. Penyimpanan
R7 2,4 x 106 1 x 105 tms di suhu ruang tanpa adanya perlakuan khusus
R8 1,0 x 104 1 x 105 ms akan mempengaruhi peningkatkan
3
R9 1,0 x 10 1 x 105 ms pertumbuhan mikroba R7 dimana dari proses
R10 4,5x 103 1 x 105 ms pengolahan sampai pengambilan sampel telah
Keterangan : ms (memenuhi syarat) mencapai lebih dari 24 jam.
tms ( tidak memenuhi syarat)
Menurut Soeparno (2005), jumlah mikroba
akan meningkat dengan cepat pada fase
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa total pertumbuhan seiring dengan bertambahnya
mikroba pada 10 rendang sapi di rumah makan waktu. Faktor yang dapat mempengaruhi
Padang di kecamatan Kuta berkisar antara 1,5 pertumbuhan mikroba antara lain air,
x 102 koloni/g sampai 2,4 x 106 koloni/g. Total lingkungan, suhu dan praktek sanitasi higiene.
mikroba tertinggi ditemukan pada R7 yaitu 2,4 Kontaminasi juga dapat terjadi dalam proses
x 106 koloni/g dan total mikroba terendah pendistribusian karena lokasi pengolahan yang
ditemukan pada sampel R6 yaitu 1,5 x 102 berbeda dari dapur rumah dibawa ke rumah
koloni/g. makan Padang dan proses penyajian serta
Hasil pengujian total mikroba pada Tabel 1 penyimpanan rendang yang lebih dari 24 jam
menunjukkan bahwa 90% rendang sapi di sehingga dapat meningkatkan jumlah total
rumah makan Padang kecamatan Kuta mikroba. Hasil ini sesuai dengan penelitian
memiliki total mikroba dibawah 1x105 (Murhadi et al.,1994) yang menjelaskan
koloni/g (SNI 7388:2009). Hal ini bahwa penyimpanan 24 jam di suhu ruang
menunjukkan bahwa 90% rendang sapi dapat meningkatkan jumlah total mikroba
tersebut telah memenuhi syarat batasan rendang hingga mencapai 8.6 x 106 koloni/g
maksimum total mikroba pada produk olahan sehingga semakin lama proses penyimpanan
daging dengan panas dalam SNI 7388:2009 akan berpengaruh terhadap jumlah total
(Anon., 2009). Rendang yang memenuhi mikroba.
syarat sebanyak 90% menunjukkan bahwa
proses pengolahan, penyimpanan, dan praktek Coliform dan Escherichia coli
sanitasi yang baik sehingga berpengaruh Hasil pengujian Coliform dan E.coli pada
terhadap keamanan pangan. Rempah-rempah rendang sapi di rumah makan Padang di
yang digunakan dalam pembuatan rendang kecamatan Kuta, kabupaten Badung, Bali
seperti bawang merah, bawang putih, dapat dilihat pada Tabel 2.
lengkuas, dan cabai berperan sebagai

78
Vol.8, No.1, Maret 2019. Studi Cemaran Mikroba Pada Rendang …

Tabel 2. Uji Coliform dan E.coli pada rendang sapi di rumah makan Padang di kecamatan Kuta,
Kabupaten Badung, Bali
Sampel Coliform Escherichia coli SNI 7388:2009 olahan Keterangan
Koloni/ g daging (Negatif/g)
R1 4,0x 102 Negatif Negatif Ms
R2 0 Negatif Negatif Ms
R3 1,3 x 102 Negatif Negatif Ms
R4 0 Negatif Negatif Ms
R5 1,0x 102 Negatif Negatif Ms
R6 0 Negatif Negatif Ms
R7 1,4 x 103 Positif Negatif Tms
R8 1,3 x 103 Positif Negatif Tms
R9 1,5 x 102 Negatif Negatif Ms
R10 0 Negatif Negatif Ms
Keterangan : ms ( memenuhi syarat)
tms (tidak memenuhi syarat)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah Sumber kontaminasi yang memungkinkan


dilakukan pada rendang sapi di rumah makan terjadinya cemaran berasal dari air yang telah
Padang di kecamatan Kuta menunjukkan terkontaminasi E.coli yang digunakan untuk
bahwa 60% rendang sapi terdapat Coliform mencuci daging, digunakan pekerja untuk
setelah diinkubasi selama 24 jam yang ditandai mencuci alat-alat, dan mencuci tangan selama
dengan titik merah muda dengan gelembung. bekerja tanpa menggunakan sabun. Dari hasil
Penelitian dari Murhadi et al., (1994) kuisioner juga diperoleh bahwa karyawan R7
menunjukkan bahwa total Coliform setelah 24 mencuci tangan seperlunya dan tidak
jam pada rendang umumnya meningkat selama menggunakan sabun, dan lemari kaca R8
proses penyimpanan pada suhu 25-30oC hanya dibersihkan bila terlihat kotor dengan
dengan wadah terbuka setelah 24 jam yaitu 4,0 kisaran waktu tiga kali seminggu
x 102 koloni/g. Rendang sapi yang terdapat menggunakan kain lap yang sedikit basah. Hal
Coliform akan dilakukan uji lanjut penegasan ini dapat menyebabkan kontaminasi dari air
dengan menginkubasi selama 24 jam untuk yang digunakan ke dalam rendang yang
mengetahui bakteri E.coli positif yang ditandai disajikan dilemari kaca. Kontaminasi cemaran
dengan koloni biru dengan gelembung gas E.coli pada R7 dan R8 akan berpengaruh
pada media petriflim E.coli/Coliform count terhadap keamanan pangan. Rendang yang
plate. tekontaminasi cemaran E.coli melebihi batas
Hasil uji penegasan tersebut menunjukkan maksimum tidak layak untuk dikonsumsi
bahwa dari 10 rendang sapi didapat sebanyak karena mempengaruhi tingkat keamanan
2 (20%) rendang sapi yang positif E.coli, yaitu pangan.
sampel R7 dan rendang R8 sehingga tidak Berdasarkan hasil survei dengan
memenuhi standar pada olahan daging dengan wawancara menjelaskan bahwa kontaminasi
keterangan E.coli harus negatif dalam SNI bakteri patogen E.coli pada sampel R7 dan R8
7388:2009 (Anon., 2009). Keberadaan bakteri juga disebabkan karena penanganan rendang
ini dalam daging menunjukkan bahwa bahan seperti cara penyajian dan penyimpanan yang
pangan tersebut pernah tercemar oleh kotoran terlalu lama sehingga mengakibatkan bakteri
manusia atau hewan, sehingga dalam patogen E.coli dapat tumbuh. Kontaminasi
mikrobiologi pangan E.coli disebut sebagai pada R7 dan R8 juga disebabkan karena
indikator sanitasi (Supardi dan Sukanto 1999). lamanya proses penyajian di lemari kaca yang

79
Sembiring, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

lewat 24 jam dengan keadaan tidak tertutup Tabel. 3 Uji S. aureus pada rendang sapi di
atau terbungkus. Produsen R7 menyatakan rumah makan Padang di kecamatan
bahwa rendang yang selesai diolah yang tidak Kuta, Kabupaten Badung, Bali
disajikan di lemari kaca disimpan di dalam Sampel S. aureus SNI Keterangan
lemari pendingin selama persedian di lemari (koloni/g) 7388:2009
kaca masih cukup. Kisaran waktu olahan
daging
penyimpanan rendang yang biasanya
(koloni/g)
dilakukan oleh rumah makan adalah 48 jam. R1 0 1 x 102 ms
Setiap jenis makanan menggunakan wadah R2 0 1 x 102 ms
yang tertutup agar tidak terjadi kontaminasi R3 0 1 x 102 ms
silang dan dapat memperpanjang masa saji R4 0 1 x 10 2
ms
makanan sesuai dengan tingkat keawetan R5 0 1 x 102 ms
makanan (Anon., 2011b). Rendahnya R6 0 1 x 102 ms
kebersihan pada peralatan pengolahan pangan R7 0 1 x 102 ms
juga dapat menyebabkan penyebaran E.coli R8 0 1 x 102 ms
R9 0 1 x 102 ms
(Pohan, 2009).
R10 0 1 x 102 ms
Sebanyak 8 (80%) rendang sapi di rumah
Keterangan : ms (memenuhi syarat)
makan Padang di kecamatan Kuta negatif tms ( tidak memenuhi syarat)
E.coli yang ditandai dengan tidak adanya
koloni berwarna biru dan bergelembung gas. Berdasarkan hasil survei wawancara dan
Hal ini dapat disebabkan karena proses pengamatan langsung yang telah dilakukan,
pengolahan, penyimpanan, dan sanitasi yang tidak adanya kontaminasi S.aureus pada
sudah baik. Pengaruh penggunaan rempah- rendang sapi di rumah makan Padang di
rempah seperti cabai dengan kandungan kecamatan Kuta karena telah menerapkan
oleoresin dapat menghambat pertumbuhan praktek higiene yang baik. Praktek personal
Escherichia coli (Maharani dan Warsiki, higiene yang baik seperti menggunakan
2014). pakaian kerja yang bersih, memiliki kondisi
badan yang sehat, tidak sedang batuk dan
Staphylococcus aureus pilek, tidak memiliki luka pada kulit, menjaga
Berdasarkan hasil penelitian pada rendang kuku tangan bersih dan pendek untuk
sapi di rumah makan Padang di kecamatan mencegah kontaminasi dari S.aureus.
Kuta ditinjau dari S.aureus bahwa sebanyak 10 Kontaminasi S.aureus umumnya berasal dari
(100%) sudah memenuhi syarat pada produk infeksi, misalnya luka dan bisul pada manusia,
olahan daging dengan nilai 0 koloni/g (< 1x102 serta jerawat yang pecah (Lund et al., 2000).
koloni/g) (Anon., 2009). Hal ini dibuktikan Pencegahan kontaminasi S.aureus pada
hasil pengujian S.aureus pada Petriflim
makanan dapat dilakukan dengan
Staphylococcus aureus Express tidak
menghindarkan pekerja yang sedang sakit
menunjukkan tanda koloni berwarna merah
dalam proses pengolahan makanan karena
violet. Hasil pengujian S. aureus pada rendang
bakteri patogen ini ditemukan pada
sapi di rumah makan Padang di kecamatan
manusia, seperti pada hidung, kerongkongan,
kuta, Kabupaten Badung, Bali dapat dilihat
dan luka terbuka. Hasil wawancara dan
pada Tabel 3.
pengamatan pada rumah makan Padang
menunjukkan bahwa 100% karyawan tidak
diizinkan untuk bekerja jika dalam keadaan
sakit, karena produsen mengkhawatirkan dapat
terjadi kontaminasi bakteri patogen pada

80
Vol.8, No.1, Maret 2019. Studi Cemaran Mikroba Pada Rendang …

makanan yang dijual. Beberapa jenis rempah- di pagi hari dengan kisaran waktu
rempah yang diketahui memiliki aktivitas penyimpanan 10 jam.
antimikroba yang cukup kuat adalah bawang
merah, bawang putih, cabai dan jahe (Jenie et Kondisi proses pengolahan dan
al, 1992). penyimpanan
Hasil survei terhadap kondisi proses
Praktek Sanitasi dan Higiene pada rumah pengolahan dan penyimpanan rendang dapat
makan Padang dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil survei kondisi terhadap proses
Kondisi bahan baku rendang pengolahan rendang dan penyimpanan
Hasil survei terhadap kondisi bahan baku di rumah makan Padang di kecamatan
dalam pembuatan rendang sapi dapat dilihat Kuta, kabupaten, Badung, Bali
pada Tabel 4. No Indikator/Variabel Persentase
Tabel 4. Hasil survei terhadap kondisi bahan 1 Waktu pengolahan rendang sapi
baku pada rendang sapi di rumah - Pagi 90%
- Malam 10%
makan Padang di kecamatan Kuta
2 Maksimal lama penyajian
kabupaten Badung, Bali - 24 jam 80%
No Indikator/Variabel Persentase
- > 24 jam 20%
1 Tempat pembelian
3 Maksimal lama penyimpanan
- Pasar 100%
- > 1 hari 100%
2 Jenis sapi
- Lokal 100%
3 Bahan baku diolah Berdasarkan hasil data survei penelitian
- Ya 30% bahwa produsen di rumah makan Padang di
- Tidak 70% kecamatan Kuta pada Tabel 5 menunjukkan
4 Penyimpanan bahan baku bahwa sebanyak 90% mengolah rendang sapi
- Freezer 70% di pagi hari pukul 05.00 sampai 08.00 wita.
- Tidak disimpan 30% Namun sebanyak 10% produsen yang
5 Maksimal lama
mengolah rendang di malam hari pada pukul
penyimpanan
21.00 wita dan disajikan di pagi hari pukul
- < 1 hari 70%
- tidak disimpan 30% 06.00 wita. Hal ini dapat memicu pertumbuhan
mikroba karena lamanya waktu proses
Berdasarkan hasil data survei penelitian pengolahan, lokasi yang berbeda dan
menunjukkan bahwa produsen di rumah kontaminasi selama di dalam perjalanan.
makan Padang di kecamatan Kuta sebanyak Sesuai dengan pengujian pada R7 maka
100% mendapatkan bahan baku dari pasar terbukti total mikroba tidak memenuhi
yang berada di Kabupaten Badung seperti persyaratan karena telah melewati batas
pasar badung dan senggol dan jenis sapi yang maksimum cemaran mikroba olahan daging.
digunakan adalah sapi lokal. Kontaminasi Dalam proses penyajian di lemari kaca,
bakteri patogen pada bahan baku bisa bermula sebanyak 80% rumah makan Padang
dari pasar karena kondisi pasar yang tidak menyajikan rendang sampai 24 jam namun
dijaga kebersihannya (Utari, 2016). Sebanyak biasanya rendang sudah habis sebelum 24 jam
30% bahan baku yang diperoleh dari pasar sesuai dengan penjualan di rumah makan
langsung diolah oleh produsen untuk dijadikan Padang. Sebanyak 20% rumah makan Padang
rendang dan sebanyak 70% bahan baku yang yang menyajikan rendang lebih dari 24 jam
dibeli di pasar tidak langsung diolah karena dan akan diproduksi kembali jikalau
produsen menyimpan di frezzer untuk dikelola persediaan sudah menipis. Rendang sapi yang

81
Sembiring, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

disajikan lebih dari 24 jam dalam keadaan (Lund et al., 2000). Hal ini berhubungan
tidak tertutup akan meningkatkan dengan hasil pengujian seluruh rendang sapi
pertumbuhan E.coli seperti pada R7 dan R8. yang memenuhi syarat untuk S.aureus. Rata-
Sisa rendang setelah 24 jam akan dipanaskan rata jumlah karyawan yang terdapat dalam
dan dicampur dengan rendang yang baru. rumah makan Padang kecamatan Kuta adalah
Pengaruh pemanasan kembali hanya efektif 3-5 orang. Sebanyak 100% karyawan
menurunkan total mikroba jika dilakukan menyajikan rendang dengan menggunakan
kurang lebih 12 jam sejak pembuatan rendang capit, dimana penggunaan capit ini lebih baik
(Murhadi et al., 1994). dari pada menggunakan tangan, sehingga tidak
Sebanyak 100% produsen menyimpan menyebabkan kontaminasi dari tangan ke
rendang sapi dengan wadah tertutup di lemari rendang sapi. Sebanyak 100% karyawan tidak
pendingin karena membuat persediaan sampai ada yang menggunakan kelengkapan karyawan
dengan satu hari kedepannya. Hal ini seperti hair net, masker selama proses
dilakukan karena rata-rata produsen membuat pengolahan dan sebanyak 90% karyawan telah
rendang sapi hingga 7 – 10 kg/hari untuk menerapkan prinsip mencuci tangan dengan
disajikan secukupnya di lemari kaca dan sabun dan sesudah beraktivitas selama
sisanya disimpan di lemari pendingin. mengelola rendang di rumah makan Padang,
10% hanya mencuci tangan jika diperlukan
Personal higiene dan tidak menggunakan sabun. Praktek
Hasil survei terhadap personal higiene personal higiene yang tidak baik akan
karyawan di rumah makan Padang di berpengaruh terhadap keamanan pangan.
kecamatan Kuta, dapat dilihat pada Tabel 6. Cemaran E.coli pada R7 juga disebabkan
Tabel 6. Hasil survei personal hygiene karena karyawan yang mencuci tangan
karyawan di rumah makan Padang di seperlunya dan tidak menggunakan sabun. Air
kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, yang tercemar E.coli dapat menyebabkan
Bali kontaminasi pada rendang. Hasil analisis
No Indikator /Variabel Persentase mikroba pada rendang juga membuktikan
1 Cara pengambilan sampel bahwa R7 terkontaminasi E.coli. Kebiasaan
Capit 100% mencuci tangan dapat membantu mencegah
2 Kelengkapan karyawan
terjadinya penularan bakteri dari tangan ke
Tidak ada 100%
3 Frekuensi mencuci tangan
makanan (Arisman, 2009). Sebanyak 80%
Sebelum dan sesudah 90% karyawan tidak menggunakan aksesoris
Seperlunya 10% selama proses pengolahan rendang.
4 Menggunakan aksesoris cincin
Ya 80% Praktek sanitasi pada rumah makan
Tidak 20% Padang
Berdasarkan hasil survei dan pengamatan
Berdasarkan hasil data survei penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
terhadap praktek personal higiene di rumah sebanyak 8 (80%) rumah makan Padang telah
makan Padang di kecamatan Kuta, membersihkan lemari kaca setiap pagi hari
menunjukkan bahwa karyawan memiliki sekitar pukul 05.00 wita oleh karyawan
kondisi badan yang baik, tidak sedang batuk, dengan menggunakan isopropyl alkohol dan
pilek, tidak memiliki luka pada kulit, sebanyak 20% lemari kaca hanya dibersihkan
menggunakan pakaian kerja yang bersih dah jikalau terlihat kotor. Keberadaan E.coli dalam
rapi. Kontaminasi S.aureus umumnya berasal makanan juga dipengaruhi oleh kurangnya
dari infeksi, misalnya luka, bisul, dan jerawat praktek sanitasi yang baik (Pratidina et al.,

82
Vol.8, No.1, Maret 2019. Studi Cemaran Mikroba Pada Rendang …

2017). Berdasarkan analisis pada R8 daging dengan panas sedangkan 10%


menunjukkan bahwa terdapat kontaminasi rendang sapi tidak memenuhi syarat.
E.coli karena rendahnya praktek sanitasi pada 2.Sebanyak 80% rendang sapi pada rumah
tempat penyajian rendang sapi akan makan Padang di kecamatan Kuta,
menyebabkan kontaminasi mikroba patogen kabupaten Badung, Bali sudah memenuhi
pada produk. Rendahnya praktek sanitasi pada syarat Escherichia coli sedangkan 20%
R8 akan berpengaruh terhadap keamanan rendang sapi tidak memenuhi syarat.
pangan. Hasil survei terhadap praktek sanitasi 3.Seluruh rendang sapi di rumah makan
di rumah makan Padang dapat dilihat pada Padang di kecamatan Kuta, kabupaten
Tabel 7. Badung, Bali sudah memenuhi syarat
Tabel 7. Hasil survei praktek sanitasi di rumah Staphylococcus aureus pada produk olahan
makan Padang di kecamatan daging dengan panas.
Kuta,kabupaten Badung, Bali. 4.Sebanyak 100% rumah makan Padang di
No Indikator/ Variabel Persentase kecamatan Kuta, kabupaten Badung, Bali
1 Membersihkan lemari kaca membeli bahan baku dipasar lokal, 30%
Ya 80% bahan baku langsung diolah, 90% produsen
Tidak 20%
mengolah rendang di pagi hari, 20%
2 Membersihkan peralatan
pengolahan rendang
rendang disajikan melebihi 24 jam, 100%
Ya 100% karyawan tidak menggunakan kelengkapan
3 Membersihan dan sanitasi karyawan namun praktek sanitasi dan
ruang pengolahan sebelum higiene sudah cukup baik.
dan sesudah aktivitas
Ya 100%
Saran
Proses membersihkan peralatan dalam Saran yang dapat penulis berikan yaitu
proses pengolahan rendang sapi di rumah pengolahan rendang dilakukan di pagi hari,
makan Padang di kecamatan Kuta secara penyajian tidak lebih dari 24 jam dan
keseluruhan menggunakan air panas dengan meningkatkan praktek sanitasi dan higine
suhu 80oC yang dilakukan sebelum memulai untuk menghindari kontaminasi mikroba.
aktivitas di rumah makan. Peralatan yang telah
dibersihkan disimpan dalam keadaan yang DAFTAR PUSTAKA
kering. Membersihkan lingkungan sekitar
rumah makan juga dilakukan di pagi hari
Anonimus. 2008. SNI 2897:2008. Metode
antara lain menyapu, mengepel, dan
Pengujian Cemaran Mikroba Dalam
membuang limbah sampah.
Daging, Telur dan Susu, serta hasil
olahannya. BSN, Jakarta.
SIMPULAN DAN SARAN
Anonimus. 2009. SNI 7388:2009. Batas
Simpulan Maksimum Cemaran Mikroba Pada
Berdasarkan penelitian yang telah Pangan. BSN, Jakarta.
dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut: Anonimus. 2011a. Warga Berjatuhan Setelah
1.Sebanyak 90% rendang sapi pada rumah Mengonsumsi Daging Rendang.
makan Padang di kecamatan Kuta, Kompas.https://lifestyle.com/read/2011/
kabupaten Badung, Bali sudah memenuhi 06/11/030518/wargaberjatuhan.setelah.
syarat total mikroba pada produk olahan mengonsumsi.dagin g rendang.

83
Sembiring, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Diaskes 1 April 2017. no 3.

Anonimus. 2011b. Peraturan Mentri Kesehatan Pajan, S.A., O. Waworuntu dan M.A. Leman.
Republik Indonesia 2016. Potensi Antibakteri Air Perasan
No.1096/Menkes/PER/VI/2011. Tentang Bawang Putih (Allium sativun L)
Higiene Sanitasi Jasaboga. Kementian terhadap pertumbuhan Staphylococcus
Kesehatan, Jakarta. aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5
No 4.
Anonimus. 2017a. World’s 50 most best
foods.CNN.http://edition.cnn.com/travel/ Pohan S, D 2009. Pemeriksaan Escherichia
article/worldbestfoodsreaderchoice/inde coli pada usapan peralatan makan yang
x.html.diakses tanggal 30 mei 2018 digunakan oleh pedagang makanan di
pasar petisah medan tahun 2009.
Anonimus. 2017b. Interperatation Guide 3M Dipublikasi. FKM. USU, Medan.
Petriflim Microbiology. 3M Food
Safety. 3M Petrfilim, Australia. Pratidina, P., Y.H. Darundiati dan H. L.
Dangiran. 2017. Hubungan Higiene
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Dan Sanitasi Dengan Kontaminasi
Keracunan Makanan. Jakarta. Escherichia coli Pada Jajanan Pedagang
Kaki Lima di Sekolah Dasar Kelurahan
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengelolaan Pendrikan Lor, Semarang. Jurnal
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat. Vol 5. No. 5.
Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
Universitas Pangan dan Gizi. Institut Gadjah Mada University Press.
Pertanian Bogor, Bogor. Yogajakarta.
Fardiaz, S. 2001. Mikrobiologi Pangan. Singarimbun M. dan S. Effendi. 2008.Metode
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Penelitian Survei. Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
Jenie. B.S.L., K. Undriyani dan R. Dewanti. dan Sosial, Jakarta.
2010. Pengaruh Konsentrasi Jahe dan
Waktu Kontak terhadap aktivitas Supar. 2005. Keamanan Pangan Produk
beberapa mikroba penyebab kerusakan Peternakan Ditinjau Dari Aspek
pangan. Bul Ilmu dan Teknologi Pangan Prapanen: Permasalahan dan Solusi.
I1 1(2). Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.
Lund, J.A, Shulman dan A.J. Nahmias. 2000.
Staphylocooccal infections: clinical Supardi dan Sukanto. 1999. Mikrobiologi
aspects In: Cohen JO,eds. Dalam Pengolahan Dan Keamanan
Thestaphylococci, Wiley, New York. Produk Pangan. Alumni, Bandung.
Murhadi., S. Fardiaz dan S. Laksmi. 1994. Utari, L.K. 2016. Status Mikrobiologi Daging
Pengaruh Penyimpanan dan Pemanasan Broiler di Pasar Tradisional Kab
Kembali terhadap mutu Mikrobiologi Pringsewu, Dipublikasi. Fakultas
Kalio dan Rendang Daging Sapi. Teknologi Pertanian. Univeristas
Bul. Teknologi Industri Pangan. Vol V Lampung, Lampung.

84

You might also like