Professional Documents
Culture Documents
1, 2016
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the level of real income, interest rates, the statutory minimum, and the
level of consumer price index as factors that cause demand and supply of money in Indonesia which will be used as
input for decision makers in this Bank Indonesia in maintaining the stability of the economy, especially the stability of
money demand and supply in Indonesia.
The method used for processing the data is quantitative and descriptive. The empirical model of money
demand is a function of the price level, the level of real income and nominal interest rate, whereas empirical models of
money supply is a function of high-powered money. This study examines the mechanisms and magnitude of the effect
of consumer price index, real income, minimum reserve requirement, interest rates, and stock of money in a broad
sense in the period 2001 to 2008
The results using the equation Simultaneous Two-Stage Least Squares Estimator (2SLSE) shows that the
influence of the Consumer Price Index, Real Income of demand and supply of money and interest rates are positive,
but variable minimum reserve requirement and the stock of money in a broad sense negatively affect interest rates.
The increase in total reserves to increase the stock of money in the sense of importance that will affect the increase in
demand and supply of moneylowerinterestrates.
Keywords: Consumer Price Index, Real Income, Statutory, in The Meaning of Money Stock Size, Interest Rate,
Currency Quotation Request.
PENDAHULUAN
Proses permintaan dan penawaran uang dipengaruhi oleh perilaku bank-bank umum dan masyarakat di
negaranya. Tetapi pada perekonomian terbuka, perilaku bank umum, masyarakat dalam dan luar negeri serta neraca
pembayaran internasional merupakan kendala dalam proses penawaran uang. Fenomena ini mengarahkan pada
pendekatan yang menganggap bahwa penawaran uang tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh otoritas moneter,
melainkan juga dipengaruhi oleh semua partisipan di pasar uang dan pasar kredit (Insukindro, 1993). Permintaan
uang pada perekonomian terbuka akan sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan, nisbah perdagangan melalui
nilai tukar, suku bunga internasional dan pengaruh dari kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara
terus menerus sepanjang waktu dari suatu Negara (Mankiw, 2000). Jumlah uang yang beredar atau penawaran uang
yang terjadi dalam suatu Negara dalam kurun waktu tertentu merupakan variable ekonomi agregatif yang dipengaruhi
beberapa faktor, yang dapat menggeser kondisi perekonomian dari baik ke buruk atau sebaliknya. Kebijakan moneter
dapat dilakukan dengan membuat kebijakan yang berPengaruh dengan penawaran uang, yang bersifat konstraksi
atau ekspansi yaitu menarik uang dari peredaran apabila laju inflasi pada masyarakat cukup tinggi. Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi naik turunnya jumlah uang beredar di Indonesia baik dalam arti luas (M2) maupun
dalam arti sempit (M1), antara lain tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar rupiah, pengeluaran pemerintah,
cadangan devisa, dan angka pengganda uang. Dalam perkembangannya jumlah uang beredar harus dibatasi, hal ini
dilakukan guna membatasi konsumen untuk bersifat konsumtif dan menekan tingkat inflasi. Jumlah uang beredar (M1)
yaitu uang dalam arti sempit yang terdiri dari uang kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri
dari M1 ditambah uang kuasi (Nilawati, 2000:162). Uang kartal (currencies) adalah uang yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan atau bank sentral dalam bentuk uang kertas atau uang logam. Sedangkan uang giral (deposit
money) adalah uang yang dikeluarkan oleh suatu bank umum. Contoh uang giral adalah cek, bilyet giro. Uang kuasi
meliputi tabungan, deposito berjangka, dan rekening valuta asing.
2
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
Menurut Nilawati (2000) ada beberapa cara untuk mempengaruhi uang beredar, salah satunya yaitu
melalui koefisien angka pengganda uang. Nilai koefisien angka pengganda uang tergantung pada nilai dari uang
kartal dan cadangan bank. Semakin kecil nilai dari rasio tersebut, semakin besar nilai koefisien angka
pengganda uang. Nilai uang kartal yang rendah berarti masyarakat lebih suka menyimpan uang tunainya di
bank daripada di rumah. Selanjutnya nilai cadangan bank yang rendah berarti lebih banyak uang giral yang bisa
diciptakan dari setiap rupiah uang inti yang dipegang bank. Dalam UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
dijelaskan adapun tujuan dan tugas utama Bank Indonesia yaitu terfokus pada pencapaian dan pemeliharaan stabilitas nilai
rupiah. Tujuan umum dari kebijakan ini adalah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai
stabilitas rupiah tersebut instrumen moneter yang menjadi sasaran antara adalah jumlah uang beredar (money supply),
kredit (loan) dan tingkat bunga (interest). Adapun sasaran akhir yang ingin dicapai adalah kestabilan nilai rupiah meliputi
inflasi dan nilai tukar (exchange rate). Dalam kenyataannya Bank Indonesia memiliki empat cara untuk mengendalikan
jumlah uang beredar seperti yang tercantum dalam pasal 10 UU No.23 tahun 1999, yaitu operasi pasar terbuka dipasar
uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan
kredit dan pembiayaan.
Penjualan surat obligasi oleh pemerintah bertujuan untuk mengurangi manipulasi rasio legal reserve dengan
mempengaruhi rasio simpanan legal minimum. Rasio simpanan legal minimum adalah angka banding minimum antara
uang tunai dengan kewajiban giral bank. Pemerintah dapat menciptakan uang yang lebih banyak dari pada sebelumnya jira
rasio simpanan legal minimum diturunkan. Sebaliknya jumlah uang beredar dapat dikurangi dengan menaikkan rasio
simapan legal minimum. Sedangkan kebijakan Kontrol kredit selektif yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar menggunakan moral suasion sebagai salah satu bentuk pengawasan. Bank sentral pada moral
suasion, secara informal mempengaruhi kebijakn bank-bank umum, khususnya mengenai kebijakan dalam perkreditan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang yaitu pendapatan, harga/tingkat bunga dan selera.
Penelitian tentang permintaan uang juga dilakukan oleh Esther S. Astuti (2002) yaitu mengkaji tentang
permintaan berbagai jenis uang di Indonesia sebelum dan selama krisis. Model yang digunakan untuk menjelaskan
permintaan uang di Indonesia adalah model yang dikembangkan Barro (1997) dengan menggunakan estimasi ECM
(error correction model) menemukan bahwa permintaan uang di Indonesia terdiri dari real currency, real demand
deposit, real narrow money, real quasy money dan real broad money secara signifikan dipengaruhi oleh variabel real
exchange rate (RER), produk domestik bruto riil (PDRBR), real money market rate (RMMR) sebelum dan selama
krisis moneter di Indonesia.
Dhani Agung Dharmawan (2005) menganalisis permintaan uang kuasi di Indonesia periode 1983 – 2005
dengan pendekatan ECM, menyatakan bahwa perilaku permintaan uang kuasi dalam jangka pendek menunjukkan
bahwa secara serentak, variabel pendapatan nasional, nilai tukar, indeks harga konsumen, tingkat suku bunga dalam
dan luar negeri signifikan sebab mempengaruhi permintaan uang kuasi di Indonesia. Secara parsial variabel nilai
tukar, indeks harga konsumen dan suku bunga luar negeri yang signifikan. Dalam jangka panjang hanya variabel
pendapatan, nilai tukar, suku bunga deposito yang signifikan, sedangkan indeks harga konsumen dan suku bunga
tidak signifikan .Kajian tentang permintaan uang juga diteliti Wihana Kirana (1997) mengkaji tentang integrasi pasar
keuangan Indonesia di Asean dengan model yang digunakan melalui estimasi FLBS (Forward Looking Buffer Stock
Model), yang menemukan bahwa valuta asing dan nilai tukar serta kebijakan berpengaruh positif terhadap integrasi
keuangan. Disamping itu, dibuktikan bahwa pendekatan stock penyangga mampu menjelaskan dengan baik
fenomena dalam integrasi pasar keuangan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Permintaan uang kas
diteliti oleh Nopirin (1998) mengkaji tentang permintaan uang kas di Indonesia periode 1975-1996 dengan model yang
digunakan regresi linier, sedangkan variabel yang digunakan adalah pendapatan nasional, uang dalam arti sempit dan
arti luas, tingkat suku bunga dalam dan luar negeri yang menunjukkan bahwa permintaan uang tunai sebelum dan
sesudah deregulasi di tahun 1998 mengalami perubahan. Dengan menggunakan Chow test, ternyata permintaan
uang tidak stabil. Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan uang adalah tingkat suku bunga. Dini Hariyanti
(2002) mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Model yang dipakai adalah model
permintaan uang dengan fungsi biaya kuadrat tunggal denggan menggunakan estimasi ECM (error correction model).
Variabel yang digunakan yaitu pendapatan nasional, jumlah uang beredar, suku bunga dalam negeri dan nilai tukar
yang menemukan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia dapat menerangkan dengan baik fenomena dari variabel
tingkat suku bunga, tingkat pendapatan dan tingkat nilai tukar. Disini jumlah uang beredar dalam jangka panjang
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, nilai tukar secara positif dan tingkat suku bunga secara negatif.
Permintaan uang akan naik jika pendapatan riil naik dan permintaan uang turun jika tingkat bunga nominal naik (Manurung,
3
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
2009). Permintaan uang merupakan permintaan atas saldo riil dikarenakan masyarakat memegang uang untuk apa yang
dibelinya. Permintaan atas saldo riil tergantung pada tingkat pendapatan riil dan suku bunga. Jika pendapatan suatu
masyarakat meningkat maka daya beli akan meningkat, masyarakat terkadang hanya mementingkan kepuasan
maksimum (dalam jangka pendek), tidak memikirkan untuk jangka panjang (saving). Dari latar belakang masalah yang
dikemukakan diatas, dikemukakan rumusan masalah adalah apakah tingkat pendapatan riil, tingkat suku bunga, giro wajib
minimum dan tingkat indeks harga konsumen sebagai faktor yang menyebabkan permintaan dan penawaran uang di
Indonesia?
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Permintaan Uang
Teori permintaan uang bertujuan untuk mengembangkan pengertian tentang faktor-faktor penentu
permintaan uang, dimana fungsi uang sebagai alat tukar dan optimisasi jumlah permintaan uang. Permintaan uang
nominal akan semakin tinggi jika rencana transaksi riil semakin tinggi, dan permintaan uang riil semakin rendah jika
biaya memegang uang atau tingkat bunga semakin tinggi. Teroi permintaan uang klasik tercermin dari Irvin Fisher dan
teori Cambridge (Marshal-Pigou). Irving Fisher dalam teori kuantitas uang, pada dasarnya tidak bermaksud untuk
menjelaskan mengapa seseorang menyimpan uang kas, tetapi lebih menjelaskan pada peranan uang tersebut.
Menurut Fisher, orang bersedia memegang uang karena pada dasarnya kegunaan uang dalam proses
transaksi akan dipengaruhi faktor-faktor kelembagaan, seperti kebiasaan masyarakat dalam melakukan pembayaran,
alat yang digunakan dalam membayar (kartu kredit dan ATM) dan kualitas dari komunikasi. Keynes berpendapat bahwa
fungsi uang tidak hanya sebagai alat pertukaran (medium of exchange) tetapi juga sebagai penyimpan nilai (a store of
value) yang kemudian dikenal sebagai teori Liquidity Preference. Keynes memasukkan unsur-unsur ketidakpastian
(uncertainty) dan harapan (expectation) sebagaimana pendekatan Cambridge. Akan tetapi teori Keynes lebih
menitikberatkan pada variable tingkat suku bunga yang merupakan variable penting dalam permintaan uang (Mankiw,
2000). Keynes dalam teorinya tentang permintaan uang, membedakan antara motif transaksi, berjaga-jaga serta
spekulasi. Motif transaksi juga diakui lebih dititik beratkan pada motif spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi
dan berjaga-jaga, dimaksudkan bahwa individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi
karena mereka berpikir bahwa pengeluaran sering terjadi lebih dahulu daripada uang masuk (dari pendapatannya).
Pengeluaran ini sering tidak bisa ditentukan lebih dahulu, sehingga diperlukan uang kas di tangan. Meskipun
engeluaran dan pendapatan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang ditangan tetap diperlukan, sebab
penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima, atau pengeluaran untuk tujuan transaski yang sangat penting
perlu dilakukan sebelum permintaan datang, atau mungkin suatu transasksi yang memberikan keuntungan besar tapi
ditarik sebelum diterima, dan sebagainya. Sedangkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi, menurut Keynes bahwa
masyarakat menghendaki jumlah uang yang lebih besar untuk keperluan transaksi, akibat keinginan untuk
menyediakan kekayaannya dalam bentuk yang paling likuid yaitu uang kas. Uang kas yang disimpan ini memiliki fungsi
sebagai alat penimbun kekayaan (store of value) atau permintaan uang untuk menimbun kekayaan (asset demand for
money). Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini akan ditentukan oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat
suku bunga semakin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan spekulasi. Alasannya, apabila tingkat
suku bunga naik maka ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money) makin kecil. Sebaliknya
semakin rendah tinkat suku bunga semaik besar keinginan masyarakat untuk memegang menyimpan uang kas.
Menurut Keynes (Nopirin, 2007 : 117) adapun tujuan dari permintaan uang yaitu:
1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi.
Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi karena mereka pikir bahwa
pengeluaran ini sering terjadi lebih dahulu dari uang masuk (dari pendapatannya). Pengeluaran ini seringkali tidak
bisa diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat diperlukan adanya uang kas ditangan. Keynes mengatakan bahwa
permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan makin
besar makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat
pendapatannya tinggi biasanya melakuakn transaksi yang lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang
pendapatannya lebih rendah.
2. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi
tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan/motif spekulasi. Alasannya pertama
apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos besar /tinggi, sehingga keinginan masyarakat akan uang kas akan makin
4
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
kecil. Tetapi sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas.
Kedua hipotesa Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal berdasar pengalaman
terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi.
5
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji tentang beberapa variabel yang dapat membuat terjadinya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran uang di Indonesia. Adapun data yang dibutuhkan sesuai dengan judul penelitian ini
adalah data pendapatan riil, tingkat bunga nominal, tingkat harga dan jumlah uang beredar. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) dalam kurun waktu 2001-2008 yang diperoleh dari Laporan
statistik ekonomi moneter Bank Indonesia. Metode yang digunakan untuk pengolahan data adalah kuantitatif dan
deskriptif. Model permintaan uang secara empiris adalah fuungsi dari tingkat harga, tingkat pendapatan riil dan tingkat
bunga nominal. Model penawaran uang secara empiris adalah fungsi dari high-powered money dan tingkat bunga,
yaitu:
Mt
ln 0 1 ln( yt ) 2 ln(Rt ) t
Pt
ln(M t ) ln(Pt ) 0 1 ln( yt ) 2 ln(Rt ) t
ln(M t ) 0 1 ln(H t ) 2 ln(Rt ) t
Dampak t, t, ln(yt) dan ln(Pt) mengakibatkan nilai ekspektasi stok uang riil aktual [Mte = Mt] masing-
masing sebagai berikut:
ln(M te ) ln(Pt e ) 0 1 ln( yte ) 2 ln(Rt ) 0
ln(M te ) 0 1 ln(H t ) 2 ln(Rt ) 0
Keseimbangan permintaan dan penawaran stok uang nominal sebagai berikut:
21 ln( H t ) 2 [ln( Pt ) 1 ln( y )]
t
0 2 20 2 t 2 t
ln( M t )
2 2 2 2
Model permintaan stok uang riil [M1/GPI] diformulasikan sebagai fungsi dari output agregat riil [GDP],
tingkat bunga pinjaman [RLN] sistem perbankan dan tingkat harga umum [GPI]. Model penawaran uang riil [M1/GPI]
merupakan fungsi dari stok uang dalam arti paling luas riil [HPM/GPI], tingkat bunga pinjaman [RLN] sistem
perbankan dan tingkat giro wajib minimum[GWM]. Rasio uang kas dengan total deposit tidak dimasukkan karena rasio
tersebut diluar pengendalian Bank Indonesia. Model penawaran stok uang riil dan permintaan stok uang riil [M1/GPI]
adalah:
6
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
M1
0 GDP 1 RLN 2 GPI 3
GPI
M1
0 RLN 1GWM 2 CRR (1 1 2 ) [ HPM / GPI ] 3
GPI
Model estimasi yang dibentuk akan dianalisis dengan menggunakan paket olah data Eviews dengan
metode Simultan, formulasi model penelitian ini sebagai berikut :
d
M1
0 1GDP 2 RLN 3GPI
GPI
s
M1
0 1RLN 2GWM 3 HPM / GPI
GPI
Keterangan :
d
M1
= Permintaan Uang
GPI
s
M1
= Penawaran Uang
GPI
GDP = Tingkat Pendapatan Riil
RLN = Tingkat Suku Bunga
GPI = Tingkat Indeks Harga Umum
GWM = Giro wajib Minimum
HPM/GPI = Stok uang dalam arti luas (High-powered money)
Dari persamaan struktural, dapat diidentifikasi Reduced-Form Equation persamaan tersebut yakni :
M1D = M1S,
maka :
0 1GDP 2 RLN 3GPI 0 1RLN 2GWM 3 HPM / GPI
HASIL PENELITIAN
Hasil Estimasi Model Penelitian dengan metode 2SLSE
Estimation Method: Iterative Two-Stage Least Squares
Date: 02/24/11 Time: 21:28
Sample: 2001:1 2008:4
Included observations: 32
Total system (unbalanced) observations 63
Convergence achieved after 7 iterations
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C(11) 0.110492 0.002961 37.31918 0.0000
C(12) 0.211286 0.027095 7.797910 0.0000
C(20) -20.56074 9.508886 -2.162266 0.0349
C(21) -0.150416 0.248331 -0.605707 0.5472
C(22) 7.198348 1.903476 3.781685 0.0004
C(23) -1.005338 0.235299 -4.272598 0.0001
C(24) 0.873370 0.046733 18.68840 0.0000
Determinant residual covariance 4.88E-05
Equation: LOG(M0)=C(11)*LOG(GPI)+C(12)*LOG(GDP)+(1-C(11)
-C(12))*LOG(HPM)
Instruments: C GPI GDP GWM HPM RASIO
Observations: 32
R-squared 0.975117 Mean dependent var 11.57858
Adjusted R-squared 0.974288 S.D. dependent var 0.366288
S.E. of regression 0.058735 Sum squared resid 0.103492
Durbin-Watson stat 1.776276
Equation: LOG(RLN)=C(20)+C(21)*LOG(GWM)+C(22)*LOG(GPI)+C(23)
7
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
*LOG(HPM)+[AR(1)=C(24)]
Instruments: C GPI GDP GWM HPM RASIO
Observations: 31
R-squared 0.858340 Mean dependent var 2.200120
Adjusted R-squared 0.836546 S.D. dependent var 0.336139
S.E. of regression 0.135899 Sum squared resid 0.480183
Durbin-Watson stat 1.698149
Persamaan simultan untuk melihat pengaruh variabel bebas yakni Indeks harga konsumen (GPI),
Pendapatan riil (GDP) dan Stok uang dalam arti penting (HPM) terhadap permintaan dan penawaran uang (M0), serta
variabel Giro wajib minimum (GWM), Indeks Harga konsumen (GPI), dan Stok uang dalam arti penting (HPM)
terhadap tingkat suku bunga (RLN).
Dari estimasi di atas ditunjukkan bahwa R2 untuk persamaan (1) sebesar 0.975117 yang berarti 97.51
persen variasi permintaan dan penawaran uang (M0) dapat dijelaskan oleh variasi variable Indeks Harga Konsumen
(GPI), Pendapatan riil (GDP), dan Stok uang dalam arti luas (HPM). Demikian juga R 2 untuk persamaan (2)
ditunjukkan sebesar 0.8583 yang berarti 85.83 persen variasi tingkat suku bunga (RLN) dapat dijelaskan oleh variasi
variabel Giro wajib minimum (GWM), Indeks Harga konsumen (GPI) dan Stok uang dalam arti penting (HPM).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa Indeks Harga Umum (GPI) berpengaruh signifikan terhadap uang kartal
(M0) pada = 1 persen. Demikian juga Pendapatan riil (GDP) berpengaruh signifikan terhadap uang kartal (M0) pada
= 5 persen. Sementara Giro Wajib Minimum (GWM) berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Suku bunga
(RLN) pada = 5 persen. Namum Indeks Harga konsumen (GPI) dan Stok uang dalam arti luas (HPM) berpengaruh
signifikan terhadap tingkat suku bunga (RLN) pada = 1 persen.
Determinant Residual Covariance dari hasil estimasi tersebut di atas adalah 0.0000488. Artinya instrumen
Indeks harga konsumen (GPI), Pendapatan riil (GDP), Giro wajib minimum m(GWM) dan Stok uang dalam arti luas
(HPM) secara bersama-sama memberi pengaruh secara simultan terhadap permintaan dan penawaran uang kartal
(M0) dan tingkat suku bunga (RLN) dalam = 5 persen
Uji Asumsi Ekonometrika
Uji asumsi ekonometrika yang digunakan adalah : Uji Normalitas, Uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas. Uji
asumsi normalitas pada nilai residual menggunakan Jarque-Berra Test yang ditunjukkan
8
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
Ditunjukkan bahwa pada Residual 01 JB = 2.135160 dan pada Residual 02 nilai JB = 0.016863 dan tidak
signifikan pada tingkat = 1 persen, artinya residual dari permintaan dan penawaran uang (M0) dan residual dari
tingkat suku bunga (RLN) terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi normalitas.
Penelitian ini menggunakan time series data, sehingga uji autokorelasi sangat penting. Pengujian auto
korelasi dilakukan dengan Durbin Watson test, dimana dari hasil estimasi (1) ditunjukkan DB-stat untuk variasi
variabel Indeks Harga konsumen (GPI), Pendapatan riil (GDP), dan Stok uang dalam arti luas (HPM) terhadap
permintaan dan penawaran uang (M0) sebesar 1.7763. Demikian juga hasil estimasi (2) yang ditunjukkan DB-stat
untuk variasi variabel Giro wajib minimum (GWM), Indeks harga konsumen (GPI), dan Stok dalam arti luas (HPM)
terhadap tingkat suku bunga (RLN) sebesar 1.6981. Artinya kedua estimasi ini tidak mengalami autokorelasi atau
memenuhi asumsi non autokorelasi.
Uji multikolinieritas menggunakan VIF dan Tolerance. Untuk menghitung VIF dan Tolerance terlebih dahulu
ditentukan matriks korelasi variabel Indeks Harga Konsumen (GPI), Pendapatan riil (GDP), Giro wajib minimum
(GWM) dan Stok uang dalam arti penting (HPM)
Matriks Korelasi Variabel bebas
GDP GWM GPI HPM
GDP 1
GWM 0.8492779 1
GPI 0.9630499 0.8425742 1
HPM 0.9594607 0.8131542 0.9240870 1
Sumber : data diolah dengan Eviews 4.1
Dapat dihitung VIF antara variabel Pendapat riil (GDP) terhadap Giro wajib minimum (GWM) sebesar
3.5877 dan TOL = 0.7213. Artinya nilai VIF lebih kecil dari 10 atau TOL lebih besar dari 0.1 sehingga tidak mengalami
multikolinieritas yang serius. Nilai VIF dan TOL Pendapatan riil (GDP) dengan Indeks harga konsumen (GPI) sebesar
9.7865 atau TOL= 0.9275, artinya nilai VIF lebih kecil dari 10 dan TOL lebih besar dari 0.1 sehingga juga tidak
mengalami multikolinieritas yang serius. Demikian juga Pendapatan riil (GDP) dengan Stok uang dalam arti penting
(HPM) sebesar 8.5888 atau TOL= 0.9206, artinya nilai VIF lebih kecil dari 10 dan TOL lebih besar dari 0.1 sehingga
juga tidak mengalami multikolinieritas yang serius.
Hasil estimasi 2SLSE menunjukkan persamaan variabel permintaan dan penawaran uang (M0) dengan
Pendapatan riil (GDP), Indeks Harga Konsumen (GPI), suku bunga (RLN), Giro wajib minimum (GWM), dan Stok
uang dalam arti penting (HPM/GPI) adalah sebagai berikut :
LOG(M0) = 0.1104924125 * LOG(GPI) + 0.2112856056 * LOG(GDP) + (1 -
0.1104924125 - 0.2112856056) * LOG(HPM)
Dari persamaan di atas ditunjukkan bahwa pengaruh Indeks Harga Konsumen (GPI) terhadap permintaan
dan penawaran uang (M0) adalah sebesar 0.11049. Artinya setiap peningkatan (penurunan) Indeks Harga konsumen
akan meningkatkan (menurunkan) permintaan dan penawaran uang (M0) sebesar 0.11049 persen. Pengaruh
Pendapatan Riil (GDP) terhadap permintaan dan penawaran uang (M0) adalah sebesar 0.21138. Artinya setiap
peningkatan (penurunan) Pendapatan riil (GDP) akan meningkatkan (menurunkan) permintaan dan penwaran uang
sebesar 0.21138 persen. Namun pengaruh high powered money(HPM) terhadap permintaan dan penawarn uang
(M0) sebesar 0.6782, artinya setiap peningkatan (penurunan) uang dalam arti luas akan meningkatkan (menurunkan )
permintaan dan penawaran auang sebesar 0.6782 persen.
Demikian pula pengaruh variabel Giro wajib minimum (GWM) terhadap Tingkat suku bunga sebesar negatif
0.15041. Artinya setiap peningkatan (penurunan) Giro wajib minimum (GWM) akan menurunkan (meningkatkan) suku
9
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
bunga (RLN) sebesar 0.15041 persen. Demikian juga variabel Indeks Harga konsumen (GPI) juga berpengaruh pada
peningkatan (penurunan) suku bunga (RLN) sebesar 7.19834, artinya setiap peningkatan (penurunan) Indeks harga
konsumen (GPI) akan meningkatkan (menurunkan) Tingkat suku bunga (RLN) sebesar 7.19834 persen . Demikian
juga variabel Stok uang dalam arti penting (HPM) berpengaruh negatif 1.00534 terhadap tingkat Suku bunga (RLN),
artinya setiap peningkatan (penurunan) Stok uang paling penting (HPM) sebesar satu persen akan menurunkan
(meningkatkan) Tingkat Suku Bunga sebesar 1.00534 persen . Koefisien Autoregression atau AR (1) sebesar
0.87337, artinya pengaruh tenggang waktu permintaan dan penawaran uang (M0t-1) terhadap permintaan dan
penawaran uang sekarang (M0) sebesar 0.87337 persen. Besarnya koefisien ini menjelaskan bahwa model
permintaan dan penawaran uang adalah Stasioner atau rata-rata dari varians konstan.
Model persamaan Simultan di atas menjelaskan Pengaruh antara permintaan dan penawaran uang dengan
tingkat bunga. Artinya perubahan permintaan dan penawaran uang mempengaruhi tingkat bunga, dan sebaliknya
perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran uang.
Simulasi peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 2.5 persen dan peningkatan Rasio total
Cadangan Bank sebesar 5 persen akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang dari rata-rata Rp. 106939.5
milyar menjadi Rp.108329.8 milyar atau 1.3 persen. Demikian juga rata-rata Stok Uang Dalam Arti Penting (HPM)
akan meningkat dari Rp. 213927 milyar menjadi Rp.218199.1 milyar atau 1.99 persen. Sebaliknya rata-rata Tingkat
Suku bunga turun dari 7.27 persen menjadi 7.12 persen atau 0.15 persen. Dari ketiga variabel di ketahui bahwa
pengaruh peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM) dan Rasio Total Cadangan lebih efektif mempengaruhi Stok uang
dalam arti penting (HPM).
Hasil simulasi di atas sesuai dengan ekspektasi teori. Alasannya peningkatan Giro Wajib Minimum akan
meningkatkan Stok uang dalam arti penting (HPM), kemudian peningkatan Stok uang dalam arti penting (HPM) akan
meningkatkan permintaan dan penawaran uang (M0) dan menurunkan Tingkat Suku bunga (RLN).
Demikian juga hasil simulasi menunjukkan bahwa persamaan dalam penelitian ini adalah simultan.
Alasannya peningkatan Pendapatan Riil (GDP) akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang (M0) dan
peningkatan permintaan dan penawaran uang (M0) akan meningkatkan stok uang dalam arti luas (HPM), peningkatan
Stok dalam arti luas (HPM) akan menurunkan Tingkat suku bunga (RLN) dan penurunan tingkat suku bunga (RLN)
akan menurunkan Stok uang dalam arti luas (HPM) demikian seterusnya
SARAN
Dari hasil estimasi dan simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal
sebagai implikasi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan permintaan dan penawaran di Indonesia, sebagai
berikut :
1. Peningkatan total cadangan dapat meningkatkan stok uang dalam arti penting sehingga apabila stok uang dalam
arti penting meningkat akan mempengaruhi peningkatan permintaan dan penawaran uang serta akan
menurunkan tingkat suku bunga.
2. Perlu adanya upaya pemerintah untuk menurunkan tingkat inflasi agar dapat menurunkan tingkat suku bunga.
3. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan permintaan dan penawaran uang. Peningkatan
permintaan dan penawaran uang akan meningkatkan stok uang dalam arti penting dan menurunkan tingkat suku
bunga.
10
Jurnal Ilmiah Maksitek Vol.I No. 1, 2016
DAFTAR PUSTAKA
11