You are on page 1of 9

NILAI INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kurnia Adam, Rusman Mansyur


Program Studi Hukum Ekonomi Syariah | Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri Parepare
Email: kurniaadammm@gmali.com dan roezmank@gmail.com
ABSTRACK
In various literatures it is stated that inflation is defined as a general continuous increase in
prices of an economy. The Islamic perspective views that inflation is divided into two based on the
causes, namely natural inflation and human error inflation. Meanwhile, in the conventional economic
perspective, inflation is divided into three (3) namely based on the cause, origin and severity.
Inflation is one of the problems in the economy that is always faced by every country with different
inflation rates every time. The impact of inflation itself is often identical with the negative effect
because the increase in the price of goods makes people’s purchasing power decrease, especially
people with lower middle income. Inflation is one of the factors why exchange rates or money
exchange rates fluctuate. Countries with low or stable inflation, the value of their currency rarely
weakens against other currencies. In contrast to countries where inflation rises more than falls, the
value of the currency weakens more often and strengthens (unstable) from time to time. Because
inflation cannot be avoided, macroeconomic policies are needed to overcome inflation, namely
stabilizing prices and predicting inflation. So that people can prepare everything well.

Keyword: Inflation, and Exchange Rate.

ABSTRAK
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga
secara umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Perspektif Islam memandang bahwa
inflasi dibagi menjadi dua berdasarkan sebabnya yaitu natural inflation dan human error inflation.
Sedangkan dalam perspektif ekonomi konvensional inflasi dibedakan menjadi tiga (3) yaitu
berdasarkan sebab, asal dan tingkat keparahannya. Inflasi merupakan salah satu masalah dalam
perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara dengan tingkat inflasi yang berbeda setiap waktu.
Dampak inflasi sendiri seringkali identik dengan efek negatif karena kenaikan harga barang sehingga
membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Inflasi merupakan salah satu faktor kenapa kurs atau nilai tukar uang berubah-ubah. Negara yang
inflasinya rendah atau stabil, nilai mata uangnya jarang sekali mengalami pelemahan terhadap mata
uang lain. Berbeda dengan negara yang inflasinya lebih sering naik ketimbang turunnya, nilai mata
uangnya lebih sering melemah dan sewaktu-waktu menguat (tidak stabil). Oleh karena inflasi tidak
dapat dihindari, maka dibutuhkan kebijakan makro ekonomi dalam mengatasi inflasi yakni

1
menstabilkan harga dan memprediksikan terjadinya inflasi. Sehingga masyarakat mampu
mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.

Kata Kunci: Inflasi, dan Nilai Tukar.


1. PENDAHULUAN
Inflasi adalah diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus dalam jangka waktu tertentu.1 Masalah inflasi adalah masalah yang selalu
terjadi di dalam suatu negara bukan hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang,
seperti yang terjadi negara kita Indonesia. Bahkan saat ini Indonesia sedang mengalami
inflasi Minyak Goreng dan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penyebab inflasi karena banyak faktor antara lain permintaan yang tinggi terhadap
suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami
kenaikan, adanya peningkatan biaya produksi, bertambahnya uang yang beredar di
masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Penyebab selanjutnya
adalah perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi atau biasa disebut sebagai inflasi
ekspetasi, dan terakhir penyebab inflasi karena kekacauan ekonomi dan politik seperti yang
terjadi di Indonesia saat kerusuhan tahun 1998.2
Inflasi juga memberikan keuntungan, tapi hanya beberapa pihak saja. Seperti
produsen atau pengusaha yang akan mendapatkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan
kenaikan biaya produksi, pada saat terjadi inflasi produsen akan terdorong untuk
memproduksi lebih banyak barang yang akan meningkatkan penghasilan produsen, terutama
produsen kebutuhan pokok yang barangnya akan tetap dibeli meskipun harga barang naik.
Sedangkan dampak negatif inflasi menyebabkan menurunnya kesejahteraan
masyarakat terutama bagi mereka yang memiliki penghasilan tetap, dengan adanya inflasi,
harga barang-barang di pasar akan naik sedangkan penghasilan masyarakat tidak mengalami
perubahan, sehingga daya beli masyarakat menjadi rendah. (Embun, 2017)3
Inflasi juga sangat mempengaruhi nilai tukar uang di sebuah negara. Inflasi
menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga diluar negeri dan
oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor menyebabkan harga-harga barang

1
“Definisi Inflasi” Bank Indonesia, www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/default.aspx.
Diakses pada 14 April 2022.
2
Muhammad Idris, “Penyebab Inflasi “ Kompas.com,
amp.kompas.com/money/read/2021/03/13/234100826/apa-itu-inflasi-pengertian-penyebab-dampak-dan-
perhitungannya. Diakses pada 14 April 2022.
3
Embun, D. (2017). Dampak positif dan negatif inflasi terhadap suatu negara,
https://blog.ruangguru.com/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara. Diakses pada 19 April 2022.

2
ekpor menjadi lebih mahal.4 Pada jurnal ini akan menjelaskan mengenai nilai inflasi dalam
teori nilai tukar konvensional yang didalamnya dibahas mengenai Purcasing Power Parity,
Permintaan dan penawaran uang dalam negeri, dan Equiblirium in exchange rate.

2. PEMBAHASAAN
2.1 Teori Nilai Tukar Uang Konvensional
Exchange Rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency)
atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. 5 Nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan
digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, atau aliran uang jangka pendek antar negara.
Nilai tukar uang atau kurs valuta asing didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata
uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang domestik (dalam negeri). 6 Sistem nilai
tukar biasa dipakai dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu pergerakan dari nilai
tukar akan mempengaruhi transaksi yang menggunakan mata uang asing.7 Lebih lanjut
fluktuasi nilai tukar juga berpengaruh terhadap laba rugi bank sebab adanya resiko pertukaran
mata uang (foreign exchange risk).8
Kurs valuta asing dapat dibedakan menjadi dua sistem yakni, kurs tetap dan kurs
fleksibel. Adapaun yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem penentuan nilai mata
uang asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan
harga tersebut tidak diubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel
adalah nilai mata uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan
penawaran di pasaran valuta asing dari hari ke hari.9
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas moneter)
seperti negara-negara yang memakai sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate) ataupun
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi (bank

4
Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol.9 No. 2, Desember 2008 : 156-167. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5
Douglas Greenwald:, Encyclopedia of Economics, McGraw-Hill, Inc, 1982; hlm. 430.
6
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian
Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.197.
7
Ibid, hlm. 196.
8
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Keempat, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.274.
9
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.197.

3
komersial – perusahaan komersial – perusahaan manajemen aset – perusahaan asuransi –
bank devisa – bank sentral) serta kebijakan pemerintah seperti negara-negara yang memakai
sistem nilai tukar fleksibel (flexible exchange rate).10

2.2 Purchasing Power Parity (PPP)


Definisi dari Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas Daya Beli adalah suatu
kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat diperdagangkan (tradable goods) dalam
suatu mata uang seharusnya sama dimana pun barang itu dibeli. 11 Purchasing Power Parity
(PPP) menyatakan bahwa variasi harga-harga antar negara akan sesuai dengan nilai tukar,
sehingga nilai tukar nominal akan menunjukkan perbedaan tingkat inflasi antar negara.
Pada dasarnya Purchasing Power Parity (PPP) merupakan teori yang menjelaskan
bahwa nilai tukar antara dua mata uang akan berubah sesuai dengan perubahan tingkat harga
relatif pada dua negara yang bertransaksi dengan mata uang tersebut atau dengan kata lain
nilai tukar nominal dari mata uang seharusnya setara dengan rasio harga agregat diantara dua
negara tersebut. Hal ini mengandung pengertian bahwa nilai satu unit mata uang suatu negara
memiliki daya beli yang sama jika digunakan di negara lain.
Namun teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebab dalam kajian emperis belum
dapat dipastikan benar atau salahnya namun dari kajian empiris yang telah dilakukan ternyata
banyak hal yang mampu membuktikan tidak berlakunya PPP, Sehingga teori ini masih
membutuhkan kajian teori untuk melakukan spesifikasi kondisi berlakunya Purchasing Power
Parity dalam menggambarkan perilaku nilai tukar uang.
Terdapat dua bentuk pendekatan teori PPP yaitu PPP absolut dan PPP relatif. Dalam
PPP absolut dinyatakan bahwa nilai tukar ditentukan dengan membandingkan harga
sekelompok barang di suatu negara dengan harga sekelompok barang yang identik di negara
lain. Pada teori PPP relatif, mengemukakan bahwa nilai tukar juga ditentukan oleh perbedaan
tingkat inflasi yang terjadi antara dua negara yang bertransaksi.12
Pada konsep The Law of One Price (LOP), yang menyatakan bahwa PPP didasarkan
bahwa suatu komoditi yang dikonversi ke mata uang yang sama, akan sama dinegara yang
berbeda. Tarif, biaya transportasi, hambatan non tarif mendorong terjadinya perbedaan harga

10
Ibid, hlm. 157.
11
S.E. Landsburg:, Macroeconomics, McGraw-Hill, Inc. 1997; hlm. 503.
12
Kartikaningtyas, Nisita et al… 2014. Pengujian Teori Paritas Daya Beli Nilai Tukar Empat Mata
Uang Utama Terhadap Rupiah Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia Periode 2003.I – 2013.Ii ).

4
i negara yang berbeda dengan skala perbedaan harga yang tergantung pada kemampuan
barang yang diperdagangkan. Perdagangan antara dua negara akan memberikan manfaat
lebih jika rasio harga komoditi yang diperdagangkan dikedua negara adalah sama. Misal ada
dua negara A dan B yang masing-masing memproduksi dua macam komodii X dan Y.

2.3 Permintaan dan Penawaran Uang Dalam Negeri


Dalam ilmu ekonomi, keseimbangan pasar (market equilibrium) terjadi ketika orang
bersedia untuk membeli (permintaan) sama dengan jumlah orang yang bersedia untuk
menjual (penawaran) pada harga tertentu. Dalam pasar uang, keseimbangan tersebut dicapai
ketika jumlah uang yang diminta sama dengan jumlah uang yang ditawarkan, disebut sebagai
harga keseimbangan atau harga market-clearing.13
2.3.1 Permintaan Uang
Permintaan uang sendiri merupakan istilah bagi para ekonom dalam menjelaskan
alasan individu atau perusahaan memegang sejumlah uang.14 Dilihat secara garis besar, ada
dua alasan kenapa individu atau perusahaan memegang uang:
1. Transaction demand, yaitu kebutuhan untuk melakukan transaksi.
2. Asset demand, yaitu kebutuhan untuk berjaga-jaga.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan uang. Umumnya, faktor-faktor
tersebut sejalan dengan teori pendapatan yang dikemukakan J.M. Keynes.
1. Meningkatnya kekayaan
2. Pendapatan nasional mengalami perubahan karena besar-kecilnya pembelanjaan
negara
3. Meningkatnya kebutuhan transaksi dengan uang sebagai alat tukar.
4. Kebutuhan untuk berjaga-jaga
5. Kebutuhan membuat spekulasi
2.3.2 Penawaran Uang

13
Isra Hayati. 2002. Analisis Permintaan dan Penawaran Uang Di Indonesia. Vol. 02, No. 01, 2002.
Hlm. 8.
14
Sereliciouz. (2017). “Permintaan dan Penawaran Uang” Quiper.com,
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/permintaan-dan-penawaran-uang-ekonomi-kelas-11-k13-
revisi/amp/. Diakses pada 20 April 2022.

5
Penawaran uang mengacu pada jumlah uang yang tersedia dalam suatu
perekonomian. Penawaran uang adalah tugas negara yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Dalam penawaran uang, kamu akan menemukan istilah M1, M2, M3, serta Near Money.
M1 merupakan uang logam, uang kertas, dan rekening giro. Jika M1 ditambahkan
dengan tabungan non-giral dan rekening bank yang tidak dapat dicairkan dalam bentuk cek,
akan diperoleh M2. Jika M2 ditambahkan dengan kesepakatan pembelian kembali dalam
jangka panjang, deposito jangka panjang, dan aset lain, akan diperoleh M3. Near money
adalah kekayaan bentuk lain yang bisa dikonversi ke dalam bentuk likuid serta dapat dihitung
sebagai uang, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan Bank Indonesia pada saat
melakukan tugasnya dalam mengatur penawaran uang.
1. Tingkat bunga
2. Tingkat inflasi
3. Tingkat produksi dan pendapatan nasional
4. Kondisi kesehatan dunia perbankan
5. Nilai tukar rupiah

2.4 Equilibrium in Exchange Rate


Equilibrium exchange rate atau nilai tukar ekuilibrium menjadi nilai tukar
‘penyeimbang, karena nilai tukar ekuilibrium menjadi nilai tukar yang memenuhi penawaran
an permintaan atas mata uang tertentu (Ingham 2004, 167).15 Equilibrium in Fixed Exchange
menurut Adiwarman mengasumsikan bahwa hanya ada dua negara yang melakukan
perdagangan internasional, yaitu domestic dan asing.
Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah penawaran
mata uangnya adalah Bank Sentral dari negara itu sendiri. Bank sentral dalam kesehariannya
biasanya menjual dan membeli mata uang asing. Ada dua kebijakan dalam memilih nilai
tukar yang berbeda yaitu:
1. Rezim Nilai Tukar Dipagu (Fixed Exchange Rate Regime). Dalam sistem kebijakan ini
bank sentral suatu negara cukup mengumumkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata
uangnya terhadap mata uang asing tertentu dimana Bank sentral bersedia membeli dan
menjual mata uang asing dengan kuantitas berapa pun. Dalam rezim nilai tukar dipagu ini
Bank Sentral biasa dipaksa untuk mencetak uang melebihi apa yang diinginkannya. Bank
sentral juga dapat mengendalikan nilai tukar atau penawaran uang, akan tetapi keduanya
15
Ingham, Barbara. 2004. “Foreign Exchange Market “ dalam internasional Economics: European
Focus. Prentice Hall, PT.2, Ch, pp. 155-178.

6
sekaligus. Jika bank sentral menetapkan nilai tukar, maka Bank sentral harus menawarkan
berapapun kuantitas uang yang dibutuhkan oleh para pedagang.
2. Rezim Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate Regime) merupakan sistem yang
dipakai hampir setiap negara di dunia pada saat ini. Jika Bank sentral ingin menambah
penawaran uang bank sentral dapat mencetak dan kemudian membeli sesuatu aset
(biasanya berbentuk obligasi pemerintah). Jika Bank sentral ingin mengurangi penawaran
uang, maka Bank sentral dapat menjual sesuatu aset (biasanya juga dalam bentuk obligasi
pemerintah) dan memusnahkan uang yang didapatnya dari penjualan tersebut.

3. KESIMPULAN
Dalam nilai tukar konvensional atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari
mata uang asing dalam harga mata uang domestik atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang atau kurs valuta asing didefinisikan
sebagai nilai seunit mata uang asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri. Dan
nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua sistem yakni, kurs tetap dan kurs fleksibel.
Adapaun yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem penentuan nilai mata uang
asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga
tersebut tidak diubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah
nilai mata uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di
pasaran valuta asing dari hari ke hari.
Definisi dari Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas Daya Beli adalah suatu
kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat diperdagangkan dalam suatu mata uang
seharusnya sama dimana pun barang itu dibeli. Purchasing Power Parity (PPP) menyatakan
bahwa variasi harga-harga antar negara akan sesuai dengan nilai tukar, sehingga nilai tukar
nominal akan menunjukkan perbedaan tingkat inflasi antar negara. Dan terdapat dua bentuk
pendekatan teori PPP yaitu PPP absolut dan PPP relatif.
Dalam PPP absolut dinyatakan bahwa nilai tukar ditentukan dengan membandingkan
harga sekelompok barang di suatu negara dengan harga sekelompok barang yang identik di
negara lain. Pada teori PPP relatif, mengemukakan bahwa nilai tukar juga ditentukan oleh
perbedaan tingkat inflasi yang terjadi antara dua negara yang bertransaksi.
Keseimbangan pasar terjadi ketika orang bersedia untuk membeli (permintaan) sama
dengan jumlah orang yang bersedia untuk menjual (penawaran) pada harga tertentu.
Permintaan uang sendiri merupakan istilah bagi para ekonom dalam menjelaskan alasan

7
individu atau perusahaan memegang sejumlah uang. Sedangkan Penawaran uang mengacu
pada jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian.
Equilibrium exchange rate atau nilai tukar ekuilibrium menjadi nilai tukar
‘penyeimbang, karena nilai tukar ekuilibrium menjadi nilai tukar yang memenuhi penawaran
an permintaan atas mata uang tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, “Definisi Inflasi” (


www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/default.aspx diakses pada 14 April
2022)
Muhammad Idris, “Penyebab Inflasi “ Kompas.com,
amp.kompas.com/money/read/2021/03/13/234100826/apa-itu-inflasi-pengertian-
penyebab-dampak-dan-perhitungannya. Diakses pada 14 April 2022.
Embun, D. (2017). Dampak positif dan negatif inflasi terhadap suatu negara,
https://blog.ruangguru.com/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara.
Diakses pada 19 April 2022.
Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol.9 No. 2, Desember 2008 : 156-167. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Douglas Greenwald:, Encyclopedia of Economics, McGraw-Hill, Inc, 1982; hlm. 430.
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.197.
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Keempat, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.274.
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.197
S.E. Landsburg:, Macroeconomics, McGraw-Hill, Inc. 1997; hlm. 503.

8
Kartikaningtyas, Nisita et al… 2014. Pengujian Teori Paritas Daya Beli Nilai Tukar Empat
Mata Uang Utama Terhadap Rupiah Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia Periode
2003.I – 2013.Ii ).
Isra Hayati. 2002. Analisis Permintaan dan Penawaran Uang Di Indonesia. Vol. 02, No. 01,
2002. Hlm. 8.
Sereliciouz. (2017). “Permintaan dan Penawaran Uang” Quiper.com,
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/permintaan-dan-penawaran-uang-
ekonomi-kelas-11-k13-revisi/amp/. Diakses pada 20 April 2022.
Ingham, Barbara. 2004. “Foreign Exchange Market “ dalam internasional Economics:
European Focus. Prentice Hall, PT.2, Ch, pp. 155-178.

You might also like