Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga
secara umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Perspektif Islam memandang bahwa
inflasi dibagi menjadi dua berdasarkan sebabnya yaitu natural inflation dan human error inflation.
Sedangkan dalam perspektif ekonomi konvensional inflasi dibedakan menjadi tiga (3) yaitu
berdasarkan sebab, asal dan tingkat keparahannya. Inflasi merupakan salah satu masalah dalam
perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara dengan tingkat inflasi yang berbeda setiap waktu.
Dampak inflasi sendiri seringkali identik dengan efek negatif karena kenaikan harga barang sehingga
membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Inflasi merupakan salah satu faktor kenapa kurs atau nilai tukar uang berubah-ubah. Negara yang
inflasinya rendah atau stabil, nilai mata uangnya jarang sekali mengalami pelemahan terhadap mata
uang lain. Berbeda dengan negara yang inflasinya lebih sering naik ketimbang turunnya, nilai mata
uangnya lebih sering melemah dan sewaktu-waktu menguat (tidak stabil). Oleh karena inflasi tidak
dapat dihindari, maka dibutuhkan kebijakan makro ekonomi dalam mengatasi inflasi yakni
1
menstabilkan harga dan memprediksikan terjadinya inflasi. Sehingga masyarakat mampu
mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.
1
“Definisi Inflasi” Bank Indonesia, www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/default.aspx.
Diakses pada 14 April 2022.
2
Muhammad Idris, “Penyebab Inflasi “ Kompas.com,
amp.kompas.com/money/read/2021/03/13/234100826/apa-itu-inflasi-pengertian-penyebab-dampak-dan-
perhitungannya. Diakses pada 14 April 2022.
3
Embun, D. (2017). Dampak positif dan negatif inflasi terhadap suatu negara,
https://blog.ruangguru.com/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara. Diakses pada 19 April 2022.
2
ekpor menjadi lebih mahal.4 Pada jurnal ini akan menjelaskan mengenai nilai inflasi dalam
teori nilai tukar konvensional yang didalamnya dibahas mengenai Purcasing Power Parity,
Permintaan dan penawaran uang dalam negeri, dan Equiblirium in exchange rate.
2. PEMBAHASAAN
2.1 Teori Nilai Tukar Uang Konvensional
Exchange Rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency)
atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. 5 Nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan
digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, atau aliran uang jangka pendek antar negara.
Nilai tukar uang atau kurs valuta asing didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata
uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang domestik (dalam negeri). 6 Sistem nilai
tukar biasa dipakai dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu pergerakan dari nilai
tukar akan mempengaruhi transaksi yang menggunakan mata uang asing.7 Lebih lanjut
fluktuasi nilai tukar juga berpengaruh terhadap laba rugi bank sebab adanya resiko pertukaran
mata uang (foreign exchange risk).8
Kurs valuta asing dapat dibedakan menjadi dua sistem yakni, kurs tetap dan kurs
fleksibel. Adapaun yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem penentuan nilai mata
uang asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan
harga tersebut tidak diubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel
adalah nilai mata uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan
penawaran di pasaran valuta asing dari hari ke hari.9
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas moneter)
seperti negara-negara yang memakai sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate) ataupun
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi (bank
4
Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol.9 No. 2, Desember 2008 : 156-167. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5
Douglas Greenwald:, Encyclopedia of Economics, McGraw-Hill, Inc, 1982; hlm. 430.
6
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga Keynesian
Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.197.
7
Ibid, hlm. 196.
8
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Keempat, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011), hlm.274.
9
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.197.
3
komersial – perusahaan komersial – perusahaan manajemen aset – perusahaan asuransi –
bank devisa – bank sentral) serta kebijakan pemerintah seperti negara-negara yang memakai
sistem nilai tukar fleksibel (flexible exchange rate).10
10
Ibid, hlm. 157.
11
S.E. Landsburg:, Macroeconomics, McGraw-Hill, Inc. 1997; hlm. 503.
12
Kartikaningtyas, Nisita et al… 2014. Pengujian Teori Paritas Daya Beli Nilai Tukar Empat Mata
Uang Utama Terhadap Rupiah Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia Periode 2003.I – 2013.Ii ).
4
i negara yang berbeda dengan skala perbedaan harga yang tergantung pada kemampuan
barang yang diperdagangkan. Perdagangan antara dua negara akan memberikan manfaat
lebih jika rasio harga komoditi yang diperdagangkan dikedua negara adalah sama. Misal ada
dua negara A dan B yang masing-masing memproduksi dua macam komodii X dan Y.
13
Isra Hayati. 2002. Analisis Permintaan dan Penawaran Uang Di Indonesia. Vol. 02, No. 01, 2002.
Hlm. 8.
14
Sereliciouz. (2017). “Permintaan dan Penawaran Uang” Quiper.com,
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/permintaan-dan-penawaran-uang-ekonomi-kelas-11-k13-
revisi/amp/. Diakses pada 20 April 2022.
5
Penawaran uang mengacu pada jumlah uang yang tersedia dalam suatu
perekonomian. Penawaran uang adalah tugas negara yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Dalam penawaran uang, kamu akan menemukan istilah M1, M2, M3, serta Near Money.
M1 merupakan uang logam, uang kertas, dan rekening giro. Jika M1 ditambahkan
dengan tabungan non-giral dan rekening bank yang tidak dapat dicairkan dalam bentuk cek,
akan diperoleh M2. Jika M2 ditambahkan dengan kesepakatan pembelian kembali dalam
jangka panjang, deposito jangka panjang, dan aset lain, akan diperoleh M3. Near money
adalah kekayaan bentuk lain yang bisa dikonversi ke dalam bentuk likuid serta dapat dihitung
sebagai uang, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan Bank Indonesia pada saat
melakukan tugasnya dalam mengatur penawaran uang.
1. Tingkat bunga
2. Tingkat inflasi
3. Tingkat produksi dan pendapatan nasional
4. Kondisi kesehatan dunia perbankan
5. Nilai tukar rupiah
6
sekaligus. Jika bank sentral menetapkan nilai tukar, maka Bank sentral harus menawarkan
berapapun kuantitas uang yang dibutuhkan oleh para pedagang.
2. Rezim Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate Regime) merupakan sistem yang
dipakai hampir setiap negara di dunia pada saat ini. Jika Bank sentral ingin menambah
penawaran uang bank sentral dapat mencetak dan kemudian membeli sesuatu aset
(biasanya berbentuk obligasi pemerintah). Jika Bank sentral ingin mengurangi penawaran
uang, maka Bank sentral dapat menjual sesuatu aset (biasanya juga dalam bentuk obligasi
pemerintah) dan memusnahkan uang yang didapatnya dari penjualan tersebut.
3. KESIMPULAN
Dalam nilai tukar konvensional atau kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari
mata uang asing dalam harga mata uang domestik atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang atau kurs valuta asing didefinisikan
sebagai nilai seunit mata uang asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri. Dan
nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua sistem yakni, kurs tetap dan kurs fleksibel.
Adapaun yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem penentuan nilai mata uang
asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga
tersebut tidak diubah dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah
nilai mata uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di
pasaran valuta asing dari hari ke hari.
Definisi dari Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas Daya Beli adalah suatu
kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat diperdagangkan dalam suatu mata uang
seharusnya sama dimana pun barang itu dibeli. Purchasing Power Parity (PPP) menyatakan
bahwa variasi harga-harga antar negara akan sesuai dengan nilai tukar, sehingga nilai tukar
nominal akan menunjukkan perbedaan tingkat inflasi antar negara. Dan terdapat dua bentuk
pendekatan teori PPP yaitu PPP absolut dan PPP relatif.
Dalam PPP absolut dinyatakan bahwa nilai tukar ditentukan dengan membandingkan
harga sekelompok barang di suatu negara dengan harga sekelompok barang yang identik di
negara lain. Pada teori PPP relatif, mengemukakan bahwa nilai tukar juga ditentukan oleh
perbedaan tingkat inflasi yang terjadi antara dua negara yang bertransaksi.
Keseimbangan pasar terjadi ketika orang bersedia untuk membeli (permintaan) sama
dengan jumlah orang yang bersedia untuk menjual (penawaran) pada harga tertentu.
Permintaan uang sendiri merupakan istilah bagi para ekonom dalam menjelaskan alasan
7
individu atau perusahaan memegang sejumlah uang. Sedangkan Penawaran uang mengacu
pada jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian.
Equilibrium exchange rate atau nilai tukar ekuilibrium menjadi nilai tukar
‘penyeimbang, karena nilai tukar ekuilibrium menjadi nilai tukar yang memenuhi penawaran
an permintaan atas mata uang tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
8
Kartikaningtyas, Nisita et al… 2014. Pengujian Teori Paritas Daya Beli Nilai Tukar Empat
Mata Uang Utama Terhadap Rupiah Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia Periode
2003.I – 2013.Ii ).
Isra Hayati. 2002. Analisis Permintaan dan Penawaran Uang Di Indonesia. Vol. 02, No. 01,
2002. Hlm. 8.
Sereliciouz. (2017). “Permintaan dan Penawaran Uang” Quiper.com,
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/permintaan-dan-penawaran-uang-
ekonomi-kelas-11-k13-revisi/amp/. Diakses pada 20 April 2022.
Ingham, Barbara. 2004. “Foreign Exchange Market “ dalam internasional Economics:
European Focus. Prentice Hall, PT.2, Ch, pp. 155-178.