Professional Documents
Culture Documents
A Systematic Review INC 2019 PDF
A Systematic Review INC 2019 PDF
Email: akbarskep@gmail.com
Abstract. Asthma prevalence increases sharply and currently asthma is known as the
most frequent cause of disability, it requires a lot of costs and preventable diseases
with death and One non-pharmacological therapy that can increase the forced
expiratory volume in 1 second (FEV1) and asthma control is practice yoga pranayama.
Yoga is called a “low impact” sport that can be adapted to the abilities of its
practitioners so that it is suitable for anyone. This systematic review is to find out the
effectiveness of yoga pranayama on the treatment of non-pharmacological asthma in
increasing the forced FEV1 and asthma control. Electronic search comes from the
Scopus, Medline, Ebsco, and Pubmed databases. The keyword used are “yoga
pranayama”, FEV1”. And “asthma control” with the limitation of article search starting
in 2012 until 2018. Literature search found 124 citations, then after review there were
only 15 quotes that met the inclucion criteria. Yoga pranayama exercises given to
asthmatic patients to see changes in levels FEV1, and PEFR levels for 12 weeks the
results obtained were a significant change (P<0.001) in pulmonary ventilation. A brief
study of yoga practice improves parameters for pulmonary function, increases FEV1
and controlled asthma.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodic, batuk,
dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas besar hingga perifer, beberapa bukti menyatakan
bahwa saluran napas kecil memberikan kontribusi terhadap keparahan asma. Pada umumnya penderita
asma dapat diterapi secara efektif dengan menggunakan obat-obatan yang saat ini tersedia. Namun
ada sebagian penderita asma yang sering kambuh atau tidak terkontrol sehingga menjadi tantangan
pengobatan bagi pelayanan kesehatan. Penurunan FEV1 merupakan tanda khas pada pasien asma. Saat
ini asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, asma dapat bersifat ringan
dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan
kegiatan harian (1).
Menurut World Health Organization (2) Penderita asma 235 juta orang, angka kematian
akibat asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77% dari total jumlah kematian
penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 dunia perihal kematian akibat
asma. Global Initiative For Asthma (3). Setiap tahun terdapat sekitar 180.000 kematian di seluruh
Dunia dari kondisi ini, dan asma telah menjadi penyakit yang serius dalam beberapa tahun terakhir (4).
Penelitian telah mengungkapkan bahwa penurunan fungsi paru pada individu dengan asma secara
tetap atau riwayat asma pada anak-anak dan dewasa muda. Peradangan saluran napas kronis dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru jangka Panjang pada pasien asma (5).
Penatalaksanaan asma difokuskan untuk menurunkan gejala, mencegah kekambuhan dan
penurunan konsumsi kortikosteroid atau bisa dikatakan asma terkontrol (3,6). Pengontrolan asma
dapat dipantau dengan menggunakan suatu alat ukur yaitu Asthma Control Test. Asthma Control Test
merupakan metode evaluasi dengan cara menilai score akhir yang didapatkan dari jawaban pertanyaan
yang diajukan pada pasien asma. Hasil score tersebut diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu
terkontrol penuh, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol. Hasil tersebut diharapkan dapat membantu
penderita asma untuk menentukan perlunya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau dapat
melakukan perawatan mandiri dirumah (7–9).
Penilaian beratnya gangguan yang terjadi dapat dinilai dengan tes faal paru yaitu dengan
pemeriksaan arus puncak ekspirasi paksa. Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan yang lebih
sederhana dengan menggunakan Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter). Pengukuran volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver
ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan sangat bergantung kepada kemampuan
penderita sehingga dibutuhkan instruksi yang jelas dan kooperatif penderita. Untuk mendapatkan nilai
yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable. Hasil tes fungsi
paru pada pasien asma, dapat diketahui adanya obstruksi jalan napas bila rasio VEV1 (volume
ekspirasi paksa detik Pertama) atau kapasitas vital paksa (KVP) <75% atau VEP1 <80% nilai prediksi.
(10–12).
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
asma yang terkontrol. Asma yang tidak terkontrol diakibatkan oleh beberapa komponen, diantaranya
kebiasaan merokok, penggunaan obat kortikosteroid yang salah, genetic, pengobatan yang kurang
tepat, serta kurangnya pengetahuan mengenai asma.bentuk penatalaksanaan yang dapat dilakukan
untuk menghindari adanya kondisi yang memburuk pada pasien asma adalah dengan memperbaiki
ventilasi, memperkuat otot pernapasan, dan mencegah terjadinya komplikasi sehingga dapat
meningkatkan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV 1), kontrol asma sehingga terjadi
peningkatan kualitas hidup pada pasien asma, untuk mencapai hal tersebut maka penderita asma harus
diberikan rehabilitasi pulmonal (13–15)
Rehabilitasi pulmonal akan mendapatkan hasil yang sangat optimal bila dilakukan sedini
mungkin, salah satu bentuk rehabilitasi pulmonal pada pasien asma yaitu dengan memberikan latihan
pernapasan yoga pranayama. Exercise (Pranayama). Pranayama adalah latihan pernapasan dengan
tehnik bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Yoga merupakan suatu metode latihan
fisik dan mental untuk seluruh kalangan usia. Yoga memberikan relaksasi pada tubuh, melancarkan
peredaran darah, dan mengontrol pernapasan. Yoga sangat baik bagi penderita asma (16,17). Yoga
menunjukkan efek menguntungkan bagi penderita asma menahun seperti pengurangan obat asma,
meningkatkan kapasitas latihan, peningkatan FEV1, kapasitas fungsional dan kontrol asma (15,18)
2. METHODS
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah Sistematic review, diawali dengan
pemilihan topik kemudian ditentukan keyword menggunakan Bahasa Inggris melalui database Scopus,
Medline, Ebsco, dan Pubmed. Keyword yang digunakan untuk pencarian artikel adalah “Yoga
pranayama”, “FEV1”, dan “control asthma” Pada pencarian literatur didapatkan 124 artikel. Artikel
yang terbit mulai tahun 2010 Sampai dengan tahun 2018. Namun pencarian dipersempit lagi mulai
tahun 2011 sampai dengan tahun 2018. Sebanyak 15 Artikel yang dianggap relevan, dilakukan
penilaian artikel dengan metode PICO. Kriteria inklusi dalam Sistematic review ini adalah umur
responden diantara 6-65 tahun yang telah di diagnosis asthma dan total keseluruhan subyek yang
digunakan dalam systematic review ini 2.583 responden.
Screening
Full text articles assessed Full-text articles exluded,
For eligibility with reasons (n=41)
(n=56) 1. Not human model
2. Not Engglish language
Eligibility 3. Not relevant study
design
Studies included in
4. Not relevant outcome
qualitative synthesis
(n=15)
Included
15 studies included in
systematic review