You are on page 1of 8

The Effectiveness of Yoga Pranayama on Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) and

Control Asthma: A Systematic Review

Akbar Nur1, Muhammad Amin2, Muhammad Sajidin3, and Jumain4


1,4
Faculty of Nursing, Airlangga University, Surabaya, East Java, Indonesia
2
Faculty of Medicine, Airlangga University, Surabaya, East Java, Indonesia
3
Nursing Science Program, STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto, East Java, Indonesia

Email: akbarskep@gmail.com

Abstract. Asthma prevalence increases sharply and currently asthma is known as the
most frequent cause of disability, it requires a lot of costs and preventable diseases
with death and One non-pharmacological therapy that can increase the forced
expiratory volume in 1 second (FEV1) and asthma control is practice yoga pranayama.
Yoga is called a “low impact” sport that can be adapted to the abilities of its
practitioners so that it is suitable for anyone. This systematic review is to find out the
effectiveness of yoga pranayama on the treatment of non-pharmacological asthma in
increasing the forced FEV1 and asthma control. Electronic search comes from the
Scopus, Medline, Ebsco, and Pubmed databases. The keyword used are “yoga
pranayama”, FEV1”. And “asthma control” with the limitation of article search starting
in 2012 until 2018. Literature search found 124 citations, then after review there were
only 15 quotes that met the inclucion criteria. Yoga pranayama exercises given to
asthmatic patients to see changes in levels FEV1, and PEFR levels for 12 weeks the
results obtained were a significant change (P<0.001) in pulmonary ventilation. A brief
study of yoga practice improves parameters for pulmonary function, increases FEV1
and controlled asthma.

Keywords: asthma; yoga pranayama; FEV1; control asthma


1. INTRODUCTION

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodic, batuk,
dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas besar hingga perifer, beberapa bukti menyatakan
bahwa saluran napas kecil memberikan kontribusi terhadap keparahan asma. Pada umumnya penderita
asma dapat diterapi secara efektif dengan menggunakan obat-obatan yang saat ini tersedia. Namun
ada sebagian penderita asma yang sering kambuh atau tidak terkontrol sehingga menjadi tantangan
pengobatan bagi pelayanan kesehatan. Penurunan FEV1 merupakan tanda khas pada pasien asma. Saat
ini asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, asma dapat bersifat ringan
dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan
kegiatan harian (1).
Menurut World Health Organization (2) Penderita asma 235 juta orang, angka kematian
akibat asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77% dari total jumlah kematian
penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 dunia perihal kematian akibat
asma. Global Initiative For Asthma (3). Setiap tahun terdapat sekitar 180.000 kematian di seluruh
Dunia dari kondisi ini, dan asma telah menjadi penyakit yang serius dalam beberapa tahun terakhir (4).
Penelitian telah mengungkapkan bahwa penurunan fungsi paru pada individu dengan asma secara
tetap atau riwayat asma pada anak-anak dan dewasa muda. Peradangan saluran napas kronis dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru jangka Panjang pada pasien asma (5).
Penatalaksanaan asma difokuskan untuk menurunkan gejala, mencegah kekambuhan dan
penurunan konsumsi kortikosteroid atau bisa dikatakan asma terkontrol (3,6). Pengontrolan asma
dapat dipantau dengan menggunakan suatu alat ukur yaitu Asthma Control Test. Asthma Control Test
merupakan metode evaluasi dengan cara menilai score akhir yang didapatkan dari jawaban pertanyaan
yang diajukan pada pasien asma. Hasil score tersebut diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu
terkontrol penuh, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol. Hasil tersebut diharapkan dapat membantu
penderita asma untuk menentukan perlunya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau dapat
melakukan perawatan mandiri dirumah (7–9).
Penilaian beratnya gangguan yang terjadi dapat dinilai dengan tes faal paru yaitu dengan
pemeriksaan arus puncak ekspirasi paksa. Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan yang lebih
sederhana dengan menggunakan Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter). Pengukuran volume
ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver
ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Pemeriksaan sangat bergantung kepada kemampuan
penderita sehingga dibutuhkan instruksi yang jelas dan kooperatif penderita. Untuk mendapatkan nilai
yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable. Hasil tes fungsi
paru pada pasien asma, dapat diketahui adanya obstruksi jalan napas bila rasio VEV1 (volume
ekspirasi paksa detik Pertama) atau kapasitas vital paksa (KVP) <75% atau VEP1 <80% nilai prediksi.
(10–12).
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
asma yang terkontrol. Asma yang tidak terkontrol diakibatkan oleh beberapa komponen, diantaranya
kebiasaan merokok, penggunaan obat kortikosteroid yang salah, genetic, pengobatan yang kurang
tepat, serta kurangnya pengetahuan mengenai asma.bentuk penatalaksanaan yang dapat dilakukan
untuk menghindari adanya kondisi yang memburuk pada pasien asma adalah dengan memperbaiki
ventilasi, memperkuat otot pernapasan, dan mencegah terjadinya komplikasi sehingga dapat
meningkatkan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV 1), kontrol asma sehingga terjadi
peningkatan kualitas hidup pada pasien asma, untuk mencapai hal tersebut maka penderita asma harus
diberikan rehabilitasi pulmonal (13–15)
Rehabilitasi pulmonal akan mendapatkan hasil yang sangat optimal bila dilakukan sedini
mungkin, salah satu bentuk rehabilitasi pulmonal pada pasien asma yaitu dengan memberikan latihan
pernapasan yoga pranayama. Exercise (Pranayama). Pranayama adalah latihan pernapasan dengan
tehnik bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Yoga merupakan suatu metode latihan
fisik dan mental untuk seluruh kalangan usia. Yoga memberikan relaksasi pada tubuh, melancarkan
peredaran darah, dan mengontrol pernapasan. Yoga sangat baik bagi penderita asma (16,17). Yoga
menunjukkan efek menguntungkan bagi penderita asma menahun seperti pengurangan obat asma,
meningkatkan kapasitas latihan, peningkatan FEV1, kapasitas fungsional dan kontrol asma (15,18)
2. METHODS
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah Sistematic review, diawali dengan
pemilihan topik kemudian ditentukan keyword menggunakan Bahasa Inggris melalui database Scopus,
Medline, Ebsco, dan Pubmed. Keyword yang digunakan untuk pencarian artikel adalah “Yoga
pranayama”, “FEV1”, dan “control asthma” Pada pencarian literatur didapatkan 124 artikel. Artikel
yang terbit mulai tahun 2010 Sampai dengan tahun 2018. Namun pencarian dipersempit lagi mulai
tahun 2011 sampai dengan tahun 2018. Sebanyak 15 Artikel yang dianggap relevan, dilakukan
penilaian artikel dengan metode PICO. Kriteria inklusi dalam Sistematic review ini adalah umur
responden diantara 6-65 tahun yang telah di diagnosis asthma dan total keseluruhan subyek yang
digunakan dalam systematic review ini 2.583 responden.

Records identified trought


Database searching
(n=893
identification
Records excluded based on
Records screened after tit;e and abstract (n=68)
Removing duplicates
(n=124)

Screening
Full text articles assessed Full-text articles exluded,
For eligibility with reasons (n=41)
(n=56) 1. Not human model
2. Not Engglish language
Eligibility 3. Not relevant study
design
Studies included in
4. Not relevant outcome
qualitative synthesis
(n=15)

Included
15 studies included in
systematic review

Figure 1 Flow Diagram


3. RESULTS
3.1 literature search and study selection
From the search results by using the specified keywords found 893 articles then conducted
screening by looking at the title and asbtract and first obtained 56 journals. Lastly, there were 15
journals that meet inclusion criteria.
3.2 study characteristic
3.2.1 population
Total responden dalam literatur yang dipilih adalah 2.583 responden dengan rentang usia 6-65
tahun
3.2.2 Intervensi characteristic
Dalam systematic review ini terdapat 15 jurnal yang telah di review. Jurnal menunjukkan
karakteristik subyek yang dapat mengikuti latihan yoga adalah merupakan subyek dengan asma
stabil, tidak menderita komplikasi pernapasan lain selain asma, mampu berkomunikasi dengan baik,
tidak memiliki gangguan ekstremitas atas dan intervensi yang dilakukan dalam penelitian tersebut
adalah pemberian terapi komplementer guna untuk mendukung terapi farmakologis yaitu melakukan
latihan yoga paranayama pada pasien asma. Dengan melakukan latihan Yoga pranayama yang teratur
terbukti signifikan terhadap peningkatan fungsi paru, peningkatan kapasitas difusi, menurungkan
angka stress akibat sesak dan peningkatan Forced Vital Capacity (FVC), Forced Expiratory Volume
in 1 second (FEV1), Peak expiratory Forced Rate (PEFR), dan kontrol asma sehingga mampu
meningkatkan kualitas hidup pasien asma.
3.3 Resulth of Individual Studies
Penelitian yang dilakukan pada pasien asma menunjukkan hasil yang sanagat signifikan secara
statistic pada semua parameter fungsi paru. Yoga pranayama yang diberikan kepada kelompok yoga
selama 6 minggu berlatih menunjukkan peningkatan yang signifikan pada FEV 1 dan PEFR pada tes
fungsi paru penderita asma yang telah melakukan yoga pranayama (4,19–21).
Efek yoga pranayama menunjukkan peningkatan signifikan dalam FEV1 (t= 4,38 jadi P<0,05);
PEFR (t=4,03 jadi P<0,05) pada tes fungsi paru, semua pasien menunjukkan peningkatan kualitas
hidup yang dianalisis dengan uji Wilcoxon. Tidak ada peningkatan FEV1 dan PEFR yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan, juga tidak terdapat perbedaan FEV1 dan PEFR yang signifikan dalam
peningkatan usia dari 50 dan kurang dari 50 tahun (4).
Latihan yoga pranayama, yang terdiri dari Teknik slow pranayama dan fast pranayama selama
12 minggu guna untuk mengevaluasi fungsi paru. Hasil penelitian yang didapatkan pada kelompok
yang dilakukan slow pranayama selama 30 menit setiap hari terdapat peningkatan FVC, FEV 1, PEFR,
PEF, dan MVV yang signifikan (P<0,05), sedangkan pada kelompok yang dilakukan fast pranayama
selama 30 menit setiap hari juga terdapat peningkatan yang signifikan pada nilai FEV 1/FVC, PEFR,
PEF (P<0,05). Yoya pranayama juga efektif menurungkan fatigue yang sedang menjalani terapi
radiasi, pada penelitian ini yoga pranayama dilakukan selama 8 menit pada pagi dan malam hari
selama 6 minggu (22–24).
Latihan pernapasan yoga pranayama yang diberikan kepada pasien asma bronkial untuk melihat
perubahan tingkat pernapasan (RR), breath holding time (BHT) dan PFT (FVC, FEV 1, FEV1% dan
PEFR) selama 12 minggu. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perubahan yang signifikan (P<0,001)
pada ventilasi paru setelah melakukan latihan yoga pranayama pada pasien asma. Latihan yoga
pranayama yang dilakukan selama 12 minggu dengan durasi 20 menit 2 kali sehari juga terdapat
penurunan yang signifikan pada gejala, peningkatan FEV1 dan PEFR pada kelompok intervensi
(P<0,001) dibandingkan pada kelompok kontrol (25,26).
Tujuan dari kontrol asma adalah untuk menurunkan frekuensi serangan asma, perbaikan
inflamasi saluran pernapasan dan meningkatkan aktivitas fisik dan fungsi paru dan juga memperbaiki
kualitas hidup yang juga menjadi komponen penting dalam penatalaksanaan asma (21,27). Latihan
yoga yang diberikan selama 2 bulan kepada pasien asma terdapat peningkatan yang signifikan secara
statistic (P<0,001) dalam kapasitas vital paksa (FVC), volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV 1),
puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) (12,18).
4. DISCUSSION
Secara umum, semua jurnal yang telah di review memberikan hasil bahwa yoga pranayama
sangat efektif untuk meningkatkan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) dan kontrol asma.
Tinjauan sistematik ini mencakup 15 kasus yoga pranayama yang diberikan kepada penderita/pasien
asma. Kinerja kardiorespirasi setelah melakukan latihan yoga mampu meningkatkan kapasitas paru
dan memperbaiki fungsi ventilasi paru sehingga terjadi pertukaran antara O 2 dan CO2 dengan baik
setelah latihan napas. Pengiriman oksigen ke otot dan peningkatan pengiriman oksigen ke jaringan
yang mampu mengurangi respons reflex terjadinya hipoksia (28). Pernapasan pranayama dan
peregangan postur yoga digunakan untuk meningkatkan stamina pernapasan, meningkatkan otot-otot
dada, merelaksasi paru, meningkatkan energi, dan menenangkan tubuh (12).
Penelitian menunjukkan bahwa berbagai latihan seperti latihan ekstremitas atas, Tai Chi dan yoga
dapat meningkatkan FEV1, PEFR , dan kontrol asma. Yoga telah dimasukkan sebagai komponen
latihan yang dianjurkan untuk program rehabilitasi paru dan sebagai tambahan pengobatan terapi fisik
pada program rehabilitasi dan terbukti meningkatkan koordinasi pikiran dan tubuh. Yoga disebut
merupakan olahraga yang “low impact” karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta
kemampuan para praktisinya sehingga sesuai bagi siapapun termasuk penderita asma melalui asana
(postur yoga) dan pranayama (teknik pernapasan) (Cramer, Posadzki, Dobos, & Langhorst, 2014; Liu,
Xun-Chao Pan, Lei Hu, Qing Dong., 2014 ).
Penatakaksanaan asma yang tepat diantaranya adalah membuat fungsi paru mendekati normal,
mencegah kekambuhan, mengontrol secara berkala, dan meningkatkan kebugaran dengan melakukan
latihan fisik yang telah dianjurkan. Latihan yoga pranayama merupakan latihan yang lebih
berkonsentrasi pada pernapasan sehingga dapat diterapkan pada pasien asma. Yoga pranayama
bermanfaat untuk meningkatkan asupan oksigen secara maksimal, dan memperlancar peredaran darah
(Ambareesha Kondam et al. 2012; Shyam Karthik et al. 2014).
Latihan yoga yang teratur dapat meningkatkan kualitas pasien dengan perbaikan fungsi paru.
Yoga juga efektif dalam pengelolaan asma dan banyak studi ilmiah diperlukan dibidang ini untuk
memanfaatkan yoga (18,31). Yoga pranayama yang dilakukan 2 kali seminggu selama 12 minggu
dapat meningkatkan kapasitas vital paksa dan FEV1 dan dapat merangsang oksigen didalam darah dan
kapasitas glikolitik pada orang dewasa (30,32,33).
Yoga juga dapat dipratekkan sebagai terapi adjuvant dengan melakukan perawatan medis standar
asma sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. Dimana yoga merupakan salah satu intervensi yang
dapat mendukung terapi farmakologis karena efektif untuk meningkatkan fungsi paru, meningkatkan
folume ekspirasi dan mengontrol asma (18,20,33) Latihan pernapasan yoga pranayama juga dapat
bermanfaat pada anak-anak penderita asma kronis (ringan, dan sedang) dan tidak terkontrol namun
bukan penderita asma berat dan akut (9,34)
5. CONCLUSION
Berdasarkan hasil analisis dari seluruh jurnal dalam systematic review ini, menunjukkan hasil
yang signifikan bahwa latihan yoga pranayama dapat mempengaruhi nilai FEV 1, PEFR, FVC, dan
menurunkan frekuensi kekambuhan asma sehingga kontrol asma semakin baik. Studi jangka pendek
pada praktek yoga telah didapatkan hasil yang signifikan terkait peningkatan parameter fungsi paru,
peningkatan kapasitas difusi, menurunkan angka stress akibat asma dan meningkatkan kualitas hidup.
Pelatihan yoga pada pasien asma dilaporkan adanya perbaikan fungsi paru dibandingkan dengan terapi
konvensional.
REFERENCE
[1] Wener RRL, Bel EH. Severe refractory asthma: An update. Eur Respir Rev. 2013;22(129):227–
35.
[2] WHO. WHO | Bronchial asthma [Internet]. WHO. World Health Organization; 2018 [cited
2018 Nov 3]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs206/en/
[3] GINA. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2018.
[4] Parmar J, Nagarwala R. Effects of Pranayama on Bronchial Asthma. Int J Physiol.
2014;2(1):96.
[5] Chen Y, Rennie DC, Pahwa P, Dosman JA. Pulmonary function in adults with recent and
former asthma and the role of sex and atopy. BMC Pulm Med. 2012;12.
[6] Quirt J, Hildebrand KJ, Mazza J, Noya F, Kim H. Asthma. Allergy, Asthma Clin Immunol
[Internet]. 2018;14(S2):50. Available from:
https://aacijournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13223-018-0279-0
[7] duRivage N, Ross M, Mayne SL, Suh A, Weng D, Grundmeier RW, et al. Asthma Control
Test. Clin Pediatr (Phila) [Internet]. 2017;56(4):341–7. Available from:
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0009922816675013
[8] Yang ZY, Zhong HB, Mao C, Yuan JQ, Huang YF, Wu XY, Gao YM TJ. Yoga for asthma (
Review ) Summary Of Findings For The Main Comparison. Cochrane Database Syst Rev.
2016;(4).
[9] Sankar J, Das RR. Asthma – A Disease of How We Breathe: Role of Breathing Exercises and
Pranayam. Indian J Pediatr. 2017;1–6.
[10] Adeniyi BO, Erhabor GE. The peak flow meter and its use in clinical practice. African J Respir
Med. 2011;5–8.
[11] PDPI. Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta Dep Kesehatan
Republik Indonesia. 2012;
[12] Singh S, Soni R, Singh KP, Tandon OP. Effect of yoga practices on pulmonary function tests
including transfer factor of lung for carbon monoxide (TLCO) in asthma patients. Indian J
Physiol Pharmacol. 2012;56(1):63–8.
[13] Black JM, Hawks JH. Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. Elsevier (Singapore); 2014.
[14] José A, Holland AE, Oliveira CS d., Selman JPR, Castro RAS d., Athanazio RA, et al. Does
home-based pulmonary rehabilitation improve functional capacity, peripheral muscle strength
and quality of life in patients with bronchiectasis compared to standard care? Brazilian J Phys
Ther [Internet]. 2017;21(6):473–80. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.bjpt.2017.06.021
[15] Cebrià I Iranzo MDÀ, Arnall DA, Camacho CI, Tomás JM. Effects of inspiratory muscle
training and yoga breathing exercises on respiratory muscle function in institutionalized frail
older adults: A randomized controlled trial. J Geriatr Phys Ther. 2014;37(2):65–75.
[16] Kristina Zaičenkovienė1 AS, , Roma Aleksandravičienė1 2, Stasiulevičienė1 L, Lithuanian.
Yoga practice has minor influence on. 2013;i(1):97–101.
[17] Christina Novarin, Murtaqib NW. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Aliran
Puncak Ekspirasi Klien dengan Asma Bronkial di Poli Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru
Kabupaten Jember ( The Effect of Progressive Muscle Relaxation on Peak Expiratory Flow of
Clients with Bronchial A. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2015;3(2).
[18] Agnihotri S, Kant S, Mishra SK, Singh R. Efficacy of yoga in mild to moderate persistent
chronic bronchial asthma. Indian J Tradit Knowl. 2016;15(2):337–40.
[20] Ambareesha Kondam1, Chandrasekhar M.1, Purushothaman G.1 , Qairunnisa S.1 , Vijay
Kumar A. N.2 SVP. A study to evaluate the effect of vital capacity (vc), forced vital capacity
(fvc) and peak expiratory flow rate (pefr) in subjects practicing pranayama ijcrr. IJCRR.
2012;04(Vc):154–8.
[21] Shyam Karthik P, Chandrasekhar M, Ambareesha K, Nikhil C. Effect of pranayama and
suryanamaskar on pulmonary functions in medical students. J Clin Diagnostic Res.
2014;8(12):BC04-BC06.
[22] Agarwal RP, Maroko-Afek A. Yoga into cancer care: a review of the evidence-based research.
Int J Yoga. 2018;11(1):3.
[23] Dinesh T, Gaur GS, Sharma VK, Madanmohan T, Kumar KTH, Bhavanani AB. Comparative
effect of 12 weeks of slow and fast pranayama training on pulmonary function in young,
healthy volunteers: A randomized controlled trial. Int J Yoga. 2015;8(1):22.
[24] Thangavel D, Gaur GS, Sharma VK, Bhavanani AB, Rajajeyakumar M, Syam Sunder A.
Effect of slow and fast pranayama training on handgrip strength and endurance in healthy
volunteers. J Clin Diagnostic Res. 2014;8(5):1–4.
[25] Ruprai RK, Kamble P, Kurwale M. Effect of yoga training on breathing rate and lung functions
in patients of bronchial asthma. Int J Recent Trends Sci Technol. 2013;5(3):127–9.
[26] Saxena T, Saxena M. The effect of various breathing exercises (pranayama) in patients with
bronchial asthma of mild to moderate severity. Int J Yoga. 2009;2(1):22.
[27] Cramer H, Posadzki P, Dobos G, Langhorst J. Yoga for asthma: A systematic review and meta-
analysis. Ann Allergy, Asthma Immunol [Internet]. 2014;112(6):503–510.e5. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.anai.2014.03.014
[28] Akhtar P, Yardi S, Akhtar M. Effects of yoga on functional capacity and well being. Int J
Yoga. 2013;6(1):76.
[29] Liu X-C, Pan L, Hu Q, Dong W-P, Yan J-H, Dong L. Effects of yoga training in patients with
chronic obstructive pulmonary disease: a systematic review and meta-analysis. J Thorac Dis
[Internet]. 2014;6(6):795–802. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4073384&tool=pmcentrez&rendert
ype=abstract
[30] William Fernando Benavides-Pinzón JLT. Effects of yoga ( pranayama ) on lung function and
lactate kinetics in sedentary adults at intermediate altitude. 2017;65(3):467–72.
[31] Bidwell AJ, Yazel B, Davin D, Fairchild TJ, Kanaley JA. Yoga Training Improves Quality of
Life in Women with Asthma. J Altern Complement Med [Internet]. 2012;18(8):749–55.
Available from: http://online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/acm.2011.0079
[32] Abel AN, Lloyd LK, Williams JS. The effects of regular yoga practice on pulmonary function
in healthy individuals: a literature review. J Altern Complement Med. 2013;19(3):185–90.
[33] Drescher U, Schefter T, Koschate J, Schiffer T, Brixius K, Schneider S, et al. Oxygen uptake
kinetics following six weeks of interval and continuous endurance exercise training − An
explorative pilot study. Respir Physiol Neurobiol. 2018;247(September 2017):156–66.
[34] Ray US, Pathak A, Tomer OS. Hatha yoga practices: Energy expenditure, respiratory changes
and intensity of exercise. Evidence-based Complement Altern Med. 2011;2011.

You might also like