You are on page 1of 6

ANALISIS SEBARAN TEMPERATUR DAN SALINITAS AIR LIMBAH

PLTU-PLTGU BERDASARKAN SISTEM PEMETAAAN SPASIAL


(STUDI KASUS : PLTU-PLTGU TAMBAK LOROK SEMARANG)

Haryono Setiyo Huboyo*), Badrus Zaman*)

ABSTRACT

Heat wastewater emitted by power plant near seashore will be dispersed to bulk seawater by
stream. The main effects generated by this elevated streams is deteriorating of benthic and
aquatic life productivity. Further impact is subjected to depleting dissolved oxygen and seawater
salinity content. By means of spatial mapping, the pattern of temperature distribution would be
revealed and its impact could be predicted by then. Measurements of 14 purposive sampling
spots were conducted in the early morning, noon and afternoon within Tambak Lorok Port pond.
Control measurements also were taken in the East side and West side of the pond.
Temperature distribution observed from the early morning through the afternoon exhibited the
same pattern with dissolved oxygen distribution as well as stream pattern. Turbidity distribution
accumulated in the East side, mixed with domestic waste stream carrying large amount
suspended solids. Salinity distribution showed a little bit different pattern with temperature
distribution considering that salinity pattern was affected by incoming streams from bulk
seawater in the Northwest and Northeast of the pond.

Keywords: wastewater, temperature, salinity, dissolved oxygen

PENDAHULUAN adanya suatu sistem yang informatif karena


berdasarkan penelitian-penelitian yang ada
PLTU-PLTGU di Tambak Lorok, pada umumnya hanya memberikan
Semarang Jawa Tengah yang mensuplai database yang kadang kurang memberikan
kebutuhan listrik di Jawa dan Bali kemudahan untuk dipahami dengan baik
menghasilkan limbah panas dan langsung dan kurang informatif padahal informasi
dibuang ke badan air. Pembuangan air tersebut sangat diperlukan untuk program
limbah secara langsung ke badan air mengenai kualitas lingkungan dimasa
sekitarnya tanpa melalui proses datang (Bhattacharya et al., 2003). Sistem
pendinginan kembali dapat menyebabkan yang informatif akan memberi kemudahan
pengaruh baik langsung maupun tidak dalam analisa kondisi lingkungan yang
langsung berupa perubahan kualitas terjadi khususnya mengenai kondisi
perairan maupun pengaruh terhadap penyebaran limbah air panas dan
organisme yang hidup di dalam badan kemungkinan perubahan salinitasnya.
airnya (Trihadiningrum dan Tjondronegoro,
1998). Pencemaran Air Limbah Panas
Perubahan temperatur tersebut
kemungkinan juga dapat mempengaruhi Pencemaran air limbah panas
salinitas baik terhadap air limbah pendingin (thermal pollution) adalah masukan dalam
sendiri maupun terhadap perairan jumlah besar air yang mengalami
sepanjang penyebaran air limbah tersebut pemanasan dari satu atau sejumlah industri
karena adanya proses percampuran antara yang menggunakan sumber yang sama
air limbah dengan badan air di titik sehingga temperatur airnya melebihi
pembuangan dan sekitarnya. kondisi normalnya serta dapat
Dengan melihat kondisi tersebut menyebabkan efek merugikan pada
perlu adanya suatu penelitian mengenai kehidupan perairannya (Neves dan
sebaran temperatur dan salinitas buangan Lourenco 1996; GEMET, 2000; explosive
air limbah tersebut sebagai salah satu cara Dictionary, 2001; Ratterman, 2003;
monitoring kondisi lingkungan. www.willamette.edu, 2004; www.
Untuk mengetahui sebaran air limbah Discoverycube.org, 2004; mathInScience.
ke badan air sekitarnya tersebut perlu info, 2004, Anonimous, 2004). Industri air

40 *) Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip


Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang
Haryono Setiyo Huboyo, Badrus Zaman
Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas

pendingin merupakan sumber awal panas


dimana pembangkit tenaga listrik Kelarutan gas secara langsung
menggunakan 80% air pendingin (Neves sebanding dengan tekanan parsial yang
dan Lourenco 1996; Kristanto, 2002). dipengaruhi temperatur pada kondisi
Luas pengaruh limbah panas setimbang. Perubahan temperatur
tergantung pada beberapa faktor yaitu menyebabkan oleh perubahan
volume air limbah, temperatur air limbah, keseimbangan dinamis oksigen dalam air
temperatur air tempat pembuangan limbah, yang kompleks yang berhubungan dengan
arus atau sirkulasi massa air tempat reaerasi atmosfir, produksi fotosintesis,
pembuangan limbah panas. Limbah panas difusi, mixing dan sebagainya.
menyebabkan pengaruh baik fisik, kimia Pengaruh secara kimia adalah
maupun biologi. Secara fisik berpengaruh terhadap kecepatan reaksi dimana reaksi
terhadap densitas, viskositas, tekanan uap, pada kondisi yang setimbang akan berubah
dan kelarutan. Pengaruh terhadap densitas sejalan dengan perubahan temperatur.
dan viskositas berdasarkan hukum stokes Kecepatan reaksi akan naik sekitar
0
tentang pengendapan padatan dalam duakalinya untuk setiap kenaikan 10 C.
medium non-turbulen seperti dirumuskan Banyak reaksi yang mempengaruhi kualitas
sebagai berikut (Tchobanoglous dan air yaitu reaksi biokimia dan sekitar pusat
Burton, 1991; Neves
2
dan Lourenco,1996): aktivitas mikroba. Rasa dan bau terjadi
D g pada air yang hangat karena terjadinya
dengan : t
V = (ρ − ρ )
s f penurunan kelarutan terutama gas H2S,
18µ
Vt = kecepatan pengendapan (m/s) SO2, CH4, SOx.
D = diameter partikel (m) Efek temperatur mempunyai dampak
g = kecepatan gravitasi (m/s2) spesifik sehingga perlu dipelajari efeknya
µ = viskositas dinamik (N.s/m2) terhadap spesies lokal yang penting.
ρs = densitas padatan (kg/m3) Tingkat oksigen dan salinitas turut
ρf = densitas cairan (kg/m3) mempengaruhi efek tersebut. Penurunan
oksigen terlarut dan kenaikan laju
Berdasarkan persamaan tersebut metabolisme dapat berkombinasi yang
dapat dilihat bahwa temperatur akan membuat lingkungan kurang sesuai bagi
mengalami kenaikan dengan penurunan ρf kehidupan ikan.
and µ Dan kemudian Vt naik, dimana Temperatur air yang lebih hangat
kenaikan temperatur dipengaruhi oleh menyebabkan organisme perairan
lokasi dan jumlah deposit sedimen. mengalami peningkatan laju respirasi dan
Densitas yang sedikit berbeda (0,001- peningkatan konsumsi oksigen serta lebih
0,002) dapat disebabkan oleh adanya mudah terkena penyakit, parasit dan bahan
stratifikasi, juga tergantung pada kimia beracun. Sedangkan untuk
kedalaman dan pergerakan air yang meminimalisisr efek panas yang berlebihan
menghambat percampuran secara vertikal terhadap ekosistem perairan adalah melalui
(vertical mixing) dan transfer oksigen. mengurangi penggunaan dan pembuangan
Pengaruh terhadap tekanan uap listrik dan pembatasan jumlah buangan air
yang akan naik sejalan dengan kenaikan panas ke dalam badan air yang sama,
temperatur dan mempengaruhi laju kontrol dengan dilusi, mentransfer panas
evaporasi yang akan naik sejalan dengan dari air ke atmosfir dengan tower pendingin
kenaikan tekanan uap karena adanya basah atau kering, pembuangan air panas
perbedaan tekanan uap udara dan air serta ke dalam kolam yang dangkal atau kanal
aliran udara seperti persamaan sebagai untuk pendinginan dan memanfaatkan
berikut (Neves dan Lourenco,1996) : kembali (reuse) sebagai air pendingin
(cooling water).
CW
F= (es − ea ) Salinitas
dengan: L
F = flux evaporasi (kg m-2 s-1) L = panas
laten (J kg-1) Merupakan jumlah gram garam yang
C = coefisien empiris evaporasi W = terlarut dalam satu kilogram air laut ( Millero
keceptan angin (m s-1) and Sons, 1992). Konsentrasi garam
es = tekanan uap dari udara jenuh pada dikontrol oleh batuan alami yang
temperatur di permukaan air (Pa) mengalami pelapukan, tipe tanah, dan
ea = tekanan uap lapisan udara (Pa) komposisi kimia dasar perairan. Salinitas

41
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 3 No.2 September 2007, ISSN 1907-187X

merupakan indikator utama untuk


mengetahui penyebaran massa air lautan METODE PENELITIAN
sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas
secara langsung menunjukkan penyebaran Penelitian ini merupakan studi kasus
dan peredaran massa air dari satu tempat dengan metode purposif sampling, dengan
ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas pengambilan sampel dilakukan dengan
secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa survey sample method. Penentuan titik
faktor antara lain curah hujan, pengaliran sampling didasarkan pada pendugaan air
air tawar ke laut secara langsung maupun limbah dari PLTU-PLTGU tersebut
lewat sungai dan gletser, penguapan, arus menyebar secara merata dalam kolam
laut, turbulensi percampuran, dan aksi pelabuhan sehingga titik samplingnya
gelombang (Meadows dan Campbell., didasarkan pada jaring-jaring seperti pada
1988; Illahude, 1999). gambar 1 dan diharapkan dapat ditentukan
Di samudera salinitasnya berkisar arah sebaran sebenarnya dari hasil
antara 34-35 0/00 (Nontji, 1993). Variasi pengukuran pada stasiun sampling
salinitas di permukaan air sangat mirip tersebut. Titik sampling dibentuk dengan
dengan keseimbangan evaporasi dan menarik garis dari titik hilir saluran
presipitasi (Meadow dan Campbell. 1988). pembuangan limbah PLTU-PLTGU yang
Salinitas merupakan faktor pembatas bagi membentuk suatu pola tertentu sehingga
organisme perairan terutama yang berada dapat mewakili seluruh kolam pelabuhan
pada range yang sempit. Densitas air laut dimana aliran pembuangan limbah hanya
naik sejalan dengan kenaikan salinitas dan satu titik. Titik sampling seperti pada
tekanan serta penurunan temperatur. Satu gambar 1 dimana terdapat 14 stasiun
bagian per 1000 garam kenaikan sampling.
densitasnya sekitaar 0,8 bagian per 1000 Kontrol ditentukan pada 2 titik
(Meadows dan Campbell, 1988) sampling (C1dan C2) yaitu stasiun
sampling yang terletak diluar kolam
Program Surfer pelabuhan dan diasumsikan sebagai lokasi
yang tidak terpengaruh oleh buangan air
Menurut Keckler (1995) Surfer limbah dari PLTU-PLTGU. Stasiun C1
merupakan program komputer yang merupakan stasiun kontrol yang terletak di
berdasar pada grid untuk menghasilkan sebelah barat kolam pelabuhan dan
kontur dan gambar permukaan tiga dimensi sebagai titik inlet air pendingin PLTU-
yang di jalankan dengan program PLTGU dan C2 berada di sebelah timur
windows. Surfer versi 7.0 dapat kolam pelabuhan. Peta lokasi sampling
menginterpolasi data XYZ yang tidak dapat digambarkan sebagai berikut:
beraturan ke dalam bentuk grid beraturan
yang digunakan untuk menghasilkan peta-
peta kontur dan plot-plot permukaan. Peta-
peta hasil surfer dapat dikembangkan
dengan penambahan informasi pembatas,
titik-titk data, kombinasi beberapa peta,
penambahan gambar ke dalam peta,
penandaan peta dengan teks, penempatan
beberapa peta menjadi satu halaman, dan
overlay peta. Selain fungsi tersebut dari file-
file data dapat dilakukan perhitungan dan
dapat menentukan volume di bawah
permukaan atau diantara dua permukaan,
menghitung volume-volume di atas dan di
bawah bidang (volume potongan dan isi),
menghitung area permukaan, dan proyeksi
bidang luasan permukaan atau bagian
permukaan, mengkreasi file data untuk
menunjukkan profil potongan vertikal
(cross sectional) atau menghitung
perbedaan antara interpolasi data dalam
file grid dengan data aslinya (residu).

42
Haryono Setiyo Huboyo, Badrus Zaman
Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas

Gambar 1. Peta Posisi Pengambilan Sampel


Lokasi Penelitian
Gambar 2. Situasi Arus di Lokasi
sumber: Dishidros TNI AL (1986)
Penelitian
Sumber: Fuad (2003)

Data tersebut diolah menjadi memiliki kapasitas panas yang tinggi


berbagai peta kontur dari berbagai (Pinet,1992).
parameter tersebut. Hasil dari program Berdasar teori Hukum Stokes, seharusnya
surfer tersebut kemudian dimasukkan ke semakin rendah temperatur di daerah yang
dalam peta plot sehingga pola sebaran air jauh dari daratan maka semakin tinggi
limbah yang terjadi dapat dilihat dan dapat kecepatan pengendapan partikel sehingga
dilakukan perkiraan dampaknya. turbiditas juga makin kecil. Namun dari pola
turbiditas tidak terdapat pola yang jelas
HASIL DAN PEMBAHASAN keterkaitan antara turbiditas dengan pola
sebaran temperatur. Hal ini disebabkan
Pola sebaran temperatur pada pagi kondisi perairan yang turbulen akibat
hari terjadi pemusatan temperatur yang pengaruh pembatas kolam pelabuhan
tinggi di lokasi sekitar aliran pembuangan (break water).
limbah panas PLTU yaitu koordinat UTM Sebaran turbiditas yang
437000 – 436200 (gambar 2a). Debit air terkamulasi di bagian Timur, karena
3
limbah panas PLTU sebesar 10.8 m /detik pengaruh aliran arus dari daerah aliran
diperkirakan membentuk pola menguncup sungai daerah pemukiman nelayan yang
di koordinat tersebut. cenderung memiliki nilai kekeruhan yang
Nilai temperatur tertinggi yang tinggi. Penelitian dimuara Banjir Kanal
teramati adalah 32.53 ºC, lebih rendah Timur oleh Suhartono (2004) menunjukkan
dibanding pengamatan primer di outlet nilai kekeruhan diantara 25.3 – 35.7 NTU.
PLTU sebesar 37 ºC yang diukur pada Peningkatan kekeruhan juga akan
malam hari. Sebaran temperatur pada meningkatkan temperatur air karena
siang hari lebih mengarah lateral sebanding partikel padat cenderung mengabsorb
dengan pola arus yang ada (gambar 2b) cahaya yang lebih banyak dibanding air
dengan temperatur tertinggi yang teramati (Anonym, 2004).
sebesar 32.8 ºC. Sore hari, sebaran Sebaran temperatur sangat
temperatur lebih meluas dan lebih berkaitan dengan sebaran oksigen terlarut,
homogen kearah lateral dengan temperatur semakin tinggi temperatur semakin rendah
tertinggi di aliran pembuangan PLTU oksigen terlarutnya. Pola penaikan oksigen
mencapai 33.63 ºC. Semakin tingginya pola terlarut (DO) pada pagi hari sampai sore
temperatur di sore hari dibanding waktu hari sebanding dengan pola penurunan
siang dan pagi hari disebabkan oleh temperatur pada pagi hari sampai sore dari
pemanasan sinar matahari karena air laut Selatan ke Utara (gambar 2a, 2b, dan 2c).
Hanya sedikit terjadi perbedaan pada arah

43
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 3 No.2 September 2007, ISSN 1907-187X

penyebaran, dimana untuk penyebaran DO Berhubung penelitian dilakukan pada


sedikit mengarah ke Barat. musim kering, maka faktor yang
Persebaran temperatur diatas temperatur berpengaruh adalah evaporasi. Evaporasi
normal ini diperkirakan akan menimbulkan akan meningkat seiring dengan
dampak seperti (GEMET, 2000): meningkatnya temperatur. Jadi pola
mempengaruhi metabolisme kehidupan sebaran salinitas (gambar 2d, 2e, dan 2f)
akuatik (sensitif terhadap racun, migrasi seharusnya bersesuaian dengan pola
biota) serta menurunkan kadar oksigen sebaran temperatur. Namun dari gambar
terlarut. tersebut, pola sebaran salinitas nampak
lebih acak (dari waktu pagi-sore hari). Hal
Sebaran salinitas (gambar 2d, 2e, dan 2f) ini dipengaruhi oleh arus masuk dari luar
memperlihatkan adanya kecenderungan kolam ke dalam kolam pelabuhan yang
perbedaan salinitas antara waktu pagi, berada di sisi Barat Laut dan Timur Laut.
siang dan sore. Nilai tertinggi salinitas Perubahan salinitas berpengaruh
mencapai 3.402% di bagian Barat hingga terhadap kehidupan biota laut terutama
tengah waktu sore hari, sedang nilai spesies euryhaline dan spesies air payau
terendah salinitas yaitu 3.36% di bagian yang tidak tahan terhadap salinitas diatas
Timur Laut waktu siang hari. Secara 30º/◦◦ (Meadows dan Campbell, 1988).
sederhana ada dua hal penting yang
berpengaruh terhadap salinitas yaitu
evaporasi dan presipitasi (Pinet,1992).

32.4 C
9234400 9234400 9234400

32.4 C
31.8 C 9234200
9234200 9234200

9234000
9234000 31.2 C 31.8 C 9234000

9233800
9233800 9233800
30.6 C
31.2 C

9233600
9233600
9233600
30 C
30.6 C
9233400
9233400
9233400
29.4 C
9233200
30 C
9233200
9233200
28.8 C
9233000
9233000
29.4 C 9233000
436000 436200 436400 436600 436800 437000 437200 437400 437600
28.2 C
436000 436200 436400 436600 436800 437000 437200 437400 437600
436000 436200 436400 436600 436800 437000 437200 437400 437600

a. Temperatur pagi b. Temperatur siang c. Temperatur sore

3.375%
9234400 9234400 9234400
3.398%

9234200 9234200 3.372% 9234200


3.395%

9234000 9234000 9234000


3.369%
3.392%
9233800 9233800 9233800

3.366%
3.389%
9233600 9233600
9233600

9233400 9233400 3.363%


3.386% 9233400

9233200 9233200
3.36% 9233200
3.383%

9233000 9233000
9233000
3.38% 3.357%
436000 436200 436400 436600 436800 437000 437200 437400 437600 436000 436200 436400 436600 436800 437000 437200 437400 437600
436000 436200 436400 436600 436800 437000 437200 437400 437600

d. Salinitas pagi e. Salinitas siang f. Salinitas sore

Gambar 3. Pola Sebaran Temperatur dan Salinitas di Waktu Pagi Hingga Sore

KESIMPULAN Berdasar analisis spasial, sebaran


temperatur sangat berkaitan dengan
Pengamatan distribusi temperatur sebaran oksigen terlarut dan sedikit
menunjukkan adanya gradasi nilai berpengaruh terhadap distribusi turbiditas.
temperatur air dari outlet pembuangan Distribusi salinitas lebih sulit diprediksi
limbah panas PLTU ke arah Utara dan pengaruhnya karena efek aliran arus keluar
lateral. Sedangkan pengamatan distribusi masuk di kolam pelabuhan yang
salinitas menunjukkan pola yang lebih acak mengakibatkan adanya campuran salinitas
karena pengaruh aliran keluar masuk air dari luar kolam pelabuhan.
laut ke kolam pelabuhan.

44
Haryono Setiyo Huboyo, Badrus Zaman
Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas

UCAPAN TERIMAKASIH Behaviour and Management. First


edition. Blackwell Science, Inc.
Penulis mengucapkan terimakasih Massachusetts.
kepada Universitas Diponegoro (c.q Lemlit Meadows, P.S., Campbell, J.I.1988, An
Undip) karena penelitian ini didanai dari Introduction to Marine Science,
DIK Rutin Universitas Diponegoro tahun John Wiley and Sons, New York.
anggaran 2004. Penulis juga mengucapkan Millero, F.J. dan Sohn, M.L., 1991,
penghargaan atas bantuan beberapa Chemical Oceanography, CRC
mahasiswa Teknik Lingkungan dan Press, London
mahasiswa Biologi dalam pelaksanaan Neves,R dan Lourenco, S., 1996,
sampling di lapangan. ThermalPollution.
http://www.Cape.canterbury.ac.Nz
/archive/ THERMAL / tte1.htm
Nontji, A.1993. Laut Nusantara. Djambatan.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Pinet, Paul R.1992. Oceanograph: An
Anonimous, 2000, General Environmental Introduction to the Planet Oceanus.
Multilingual Thesaurus (GEMET), West Publishing company.New
http// www.gemet.com York
_________, 2001, Explosive Dictionary Ratterman, Gretchen, 2003, The Thermal
(Definitions of Technical Terms), Pollution of Water.
http:// http://outreach.ecology.
projects.ghostwhell.com/dictionary uga.edu/watershed/ thermal/htm.
_________, 2004. Thermal Pollution. Suhartono,Edy. 2004. Identifikasi Kualitas
http://MathInScience.info Perairan Pantai Akibat Limbah
_________, 2004, Thermal Pollution, Domestik dan Alternatif
http://www.willamette.edu/~ecaruso Pengendaliannya (Studi kasus
/thermal. htm Jakarta, Semarang dan Jepara),
Bhattacharya, B., Sarkar, S.K., Das, R. Tesis Program Magister Ilmu
2003. Seasional Variation And Lingkungan Program Pascasarjana
Inherent Variability of Selenium In Undip.
Marine Biota of a Tropical Wetland Tchobanoglous, G dan Burton, F.L., 1991.
Ecosystem: Implication for Waste Water Engineering:
Bioindicator Species. J. Eco. Treratment, Disposal and Reuse.
Indicators . Vol .2 (2003). Elsevier. McGraw-Hill. New York. USA
http://www.elsevier.com/locate/ecoli Thayib, M. H. 1994. Pencemaran
nd Ekosistem Laut dan Tata Ruang
Fuad, M Arif Z, 2003. Pola Penyebaran Air (Seminar Pencemaran Laut dan
Limbah PLTU Tambak Lorok Penanggulangannya). LON LIPI.
Semarang, Praktek Kerja Jakarta.
Lapangan Jurusan Ilmu Kelautan Trihadiningrum, Y. dan Tjondronegoro, I.
FPIK Undip. 1998. Makroinvertebrata Sebagai
Ilahude, 1999. Pengantar ke Oseanologi Bioindikator Pencemaran Badan Air
Fisika. LIPI. Jakarta. Tawar di Indonesia Siapkah Kita ?.
Keckler, Doug. 1995. Surfer for Windows. Lingkungan dan Pembangunan 18
Golden Software Inc. USA. (1). Jakarta.
Kristanto, Philip, 2002, Ekologi Industri,
LPPM Univ. Kristen Petra
Surabaya&Andi Yogyakarta
Laevastu and Taivo, 1996. Exploitable
Marine Ecosystems: Their

45

You might also like