You are on page 1of 9

DESKRIPSI PELAYANAN KESEHATAN (INSTALASI FARMASI)

DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

HEALTH SERVICES DESCRIPTION (Pharmacy Installation)


IN DISTRICT HOSPITAL PROF. DR. H. ALOEI SABOE
GORONTALO CITY
Dede Sutriono1*, Sudirman2
1
Program Studi Magister Administrasi Publik, Pasca Sarajana STIA Bina Taruna Gorontalo
2
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Bina Mandiri
*email: ddsutrio@gmail.com

Abstract
Improving the service quality system in the hospital will certainly create and provide satisfaction to
customers. Measurement of service quality is very important, especially in improving service quality
with the aim that the provider gets loyal customers. Therefore, the purpose of this study was to describe
the quality of service at the Pharmacy Installation of Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Gorontalo City. This
research is a qualitative descriptive type with a case study approach in September-October 2019 at the
Pharmacy Installation. The informants of this study were 5 health workers who were registered as
pharmacy staff at Prof. Dr. H. Aloei Saboe, and 5 patients selected based on accidental sampling
technique. Data analysis uses ISI analysis, then displays it in the form of narrative text. The results
showed that: (1) The quality of health services in the Pharmacy Installation of Prof. Dr. H. Aloei Saboe,
Gorontalo City in tangible and empathy dimensions showed unsatisfactory results where the lack of
infrastructure and utilization was not optimal. Dimensions of reliability, responsiveness and assurance
of service quality provided to the patient/patient's family are in accordance with customer standards
and expectations and are categorized as good. (2) Factors for supporting infrastructure in the waiting
room of the installation are still very minimal, as well as the rooms that are still less representative,
besides that the human resources on duty at the Pharmacy Installation do not match the qualifications
so that patient/patient family satisfaction is not fulfilled. It can be concluded that the Pharmacy
Installation is still considered lacking by the customer so that it is necessary to improve the quality of
service in the tangible and empathic dimensions.
Keywords: Health Service Quality, Pharmacy Installation, Patient Satisfaction.

Abstrak
Peningakatan sistem kualitas layanan di rumah sakit tentunya akan dapat menciptakan serta memberikan
kepuasan terhadap pelanggan. Pengukuran terhadap kualitas pelayanan menjadi sangat penting
khususnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan dengan tujuan bahwa penyedia mendapatkan
pelanggan yang setia. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas
pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Penelitian ini berjenis
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada Bulan September-Oktober 2019 di Instalasi
Farmasi. Informan penelitian ini berjumlah 5 orang tenaga kesehatan yang berada dan tercatat sebagai
pegawai farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, dan 5 orang pasien yang dipilih berdasarkan teknik
accidental sampling. Analisis data menggunakan analisis ISI, kemudian menampilkannya dalam bentuk
teks naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kualitas pelayanan kesehatan di Instalasi Farmasi
RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada dimensi tangible dan empathy menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan dimana minimnya sarana prasaran serta pemanfaatannya yang belum
maksimal. Dimensi reliability, responsiveness dan assurance kualitas pelayanan yang diberikan kepada
pasien/keluarga pasien sudah sesuai dengan standar dan harapan pelanggan dan dikategorikan baik. (2)
Faktor sarana prasarana penunjang di ruang tunggu instalasi masih sangat minim, serta ruangan yang
masih kurang representatif, selain itu juga SDM yang bertugas di Instalasi Farmasi yang belum sesuai
kualifikasi sehingga kepuasan pasien/keluarga pasien tidak terpenuhi. Dapat di simpulkan bahwa

117
118 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 2 September 2020

Instalasi Farmasi masih dipandang kurang oleh customer sehingga perlu untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pada dimensi tangible dan empathy.
Kata kunci: Kualitas Pelayanan Kesehatan, Instalasi Farmasi, Kepuasan Pasien.

PENDAHULUAN mewujudkan kesehatan masyarakat yang


Rumah sakit dibangun pada dasarnya setinggi-tingginya. Pada pasal pasal 4 mengenai
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tugas dan fungsi rumah sakit dijelaskan bahwa
seperti halnya industri jasa lainnya. Salah satu rumah sakit mempunyai tugas dalam
syarat faktor utama agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan perorangan
berlangsung yaitu apabila mampu memberi secara paripurna. Selaras dengan standar
pelayanan kesehatan yang prima serta prosedur farmasi di rumah sakit berdasarkan
menghasilkan kepuasan terhadap pelanggannya. keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Masyarakat yang puas dalam pelayanan rumah 1197/MENKES/SK/X/2004 bahwa pelayanan
sakit akan cenderung mematuhi rencana standar farmasi yang berorientasi pada pasien demi
pelayanan pengobatan yang diberikan, namun terwujudnya pelayanan yang efektif dan efisien.
sebaliknya jika masyarakat yang kurang puas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof.
cenderung tidak mematuhi dan hal terburuk Dr. H. Aloei Saboe di Provinsi Gorontalo
pastinya akan berganti ke fasilitas pelayanan berstatus sebagai Rumah Sakit kelas B
kesehatan lain atau rumah sakit lain (Azwar, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
2015). Nomor 084/MENKES/SK/I/2009, memiliki
Tuntutan pelanggan terhadap berbagai peran strategis dan sangat penting dalam
aspek dalam pelayanan di rumah sakit semakin memberikan pelayanan kesehatan bagi
meningkat dengan berlakunya perindustrian saat masyarakat Kota Gorontalo dan sekitarnya.
ini. Peningakatan sistem kualitas layanan di Kualitas layanan kesehatan yang dimaksud
rumah sakit tentunya akan dapat menciptakan tentunya memberikan layanan publik yang
serta memberikan kepuasan terhadap pelanggan. sesuai dengan persyaratan perundang-undangan.
Kualitas pelayanan di Rumah Sakit tentunya Dalam sebuah produk jasa seperti rumah sakit,
harus dimulai dari kebutuhan pasien serta persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan
berakhir pada persepsi atau penilaian pasien. merupakan suatu penilaian yang menyeluruh.
Oleh karena itu, kualitas layanan yang baik Kualitas jasa ditentukan semata-mata oleh
bukan hanya dilihat dari segi persepsi atau pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai
penilaian penyedia jasa itu sendiri, melainkan dengan memberikan kualitas pelayanan yang
berdasarkan persepsi pasien/pelanggan/ baik (Fahmi, A. 2014).
customer. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
Pengukuran terhadap kualitas pelayanan oleh peneliti pada tanggal 27-29 Agustus 2019
menjadi sangat penting khususnya dalam pada Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei
meningkatkan kualitas pelayanan dengan tujuan Saboe Kota Gorontalo, ditemukan informasi dari
bahwa penyedia mendapatkan pelanggan/ 3 informan bahwa: (1) terdapat malfungsi sarana
customer yang setia. Dalam hal keuntungan yang prasarana penunjang diruang tunggu. (2) Ruang
sebenarnya bukan datang dari pelanggan yang tunggu yang kurang kondusif dengan keadaan
puas saja, melainkan dari pelanggan yang setia. yang panas dan sesak. (3) Seringnya terjadi
Pemberian kualitas pelayanan kesehatan yang keliruan oleh petugas di instalasi farmasi dalam
buruk dan mengecewakan pelanggan/ customer menerapkan SOP seperti over time waiting dan
merupakan beberapa sebab dari kurang baiknya
sistem yang dibangun. Sehingga untuk kurang menunjukkan rasa empati dan simpati
memenuhi keperluan dan kebutuhan pasien serta kepada pasien. Hal tersebut berdampak pada
berusaha menjaga pelanggan merupakan ketidakpuasan dan ketidak senangan yang
keutamaan dari organisasi kesehatan, dirasakan oleh setiap pasien. Hal tersebut juga
(Hidayatullah, 2010). tidak sejalan dengan Undang-Undang nomor 44
Rumah sakit yang merupakan bagian dari tahun 2009 pasal 4 yang menjelaskan bahwa
layanan publik yang diatur dalam Undang- rumah sakit mempunyai tugas dalam
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah memberikan pelayanan kesehatan perorangan
Sakit. Dalam rangka meningkatkan mutu dan secara paripurna dan Keputusan Menteri
jangkauan pelayanan, rumah sakit harus mampu Kesehatan nomor 1197/MENKES/SK/X/2004
Deskripsi Pelayanan Kesehatan (Instalasi Farmasi)..... 119

bahwa pelayanan farmasi yang berorientasi pada tahun dengan jenjang pendidikan diploma (Amd.
pasien demi terwujudnya pelayanan yang efektif farm) hingga strata satu (S.Farma). Sedangkan
dan efisien. pada informan pasien,umur rata-rata antara 24
sampai dengan 52 tahun dengan jenjang
METODE PENELITIAN pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif hingga Strata 2 (Magister).
dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini Tabel 1. Kepemimpinan RSUD Prof. Dr. H.
dilakukan pada Bulan September hingga Aloei Saboe sejak 1929-2020
Oktober 2019 Di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Nama Periode Jabatan
dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Informan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Tahun 1929-1951
dalam penelitian ini adalah semua tenaga Dr. Lim Tang Hong Tahun 1951
kesehatan yang berada dan tercatat sebagai Dr. Teksan Tahun 1972
pegawai farmasi RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe Dr. Nicartin Pakaya Tahun 1972-1974
yang di tempatkan pada instalasi farmasi Dr. Hudaya Sudarman Tahun 1974-1978
berjumlah 5 orang dan 5 orang informan pasien Dr. Nicartin Pakaya Tahun 1974-1979
yang diambil dengan teknik accidental Dr. Abdul Latif Hiola Tahun 1979-1983
sampling. Pengumpulan data informasi Dr. Hi. Rahman H. Pakaja Tahun 1983-1997
Dr. T.D.E Abeng Tahun 1997-1998
menggunakan pendekatan wawancara
Dr. Hi. A. Tolohula Tahun 1998-1999
mendalam kepada sampel informan. Analisis Dr. H. Sudirman Muhammad Tahun 1999-2004
data menggunakan analisis ISI untuk menarik Dr. Hj. Nurinda Rahim, Tahun 2004-2010
kesimpulan dengan mengurangi data, kemudian M.Sc.
menampilkannya dalam bentuk teks naratif Dr. Andang Ilato, MM Tahun 2010-
dengan menggunakan fakta yang diperoleh di sekarang
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk Sumber: Laporan RSUD Aloei Saboe Tahun 2019.
mendeskripsikan kualitas pelayanan di Instalasi
Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Dimensi Tangible (Bukti Fisik)
Gorontalo. Hasil wawancara mendalam terhadap
petugas Instalasi Farmasi terkait dimensi
HASIL PENELITIAN tangible (bukti fisik) dengan pertanyaan tentang
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota alur pelayanan pengambilan obat, kebersihan
Gorontalo memiliki tugas pokok dan fungsi ruang tunggu, luas ruangan, dan ketersediaan
sesuai pada Peraturan Walikota Gorontalo sarana penunjang, yaitu:
Nomor 24 Tahun 2008, yaitu dengan tugas “Pada dasarnya bahwa rumah sakit memiliki
pokok melaksanakan sebagian dari tugas standar pelayanan, ini merupakan standar
pemerintah dan pembangunan dibidang pelayanan yang telah ditetapkan melalui Permenkes
pelayanan kesehatan, bidang keperawatan, yang dari peraturan tersebut di turunkan menjadi
bidang umum kepegawaian bidang perencanaan SOP, serta SOP ini hukumnya wajib ada dan
dan bidang keuangan. Fungsi RSUD Prof. Dr. H. dilaksanakan oleh dan sebagai acuan. Selain itu
Aloei Saboe Kota Gorontalo meliputi: (1) bahwa beberapa bukti fisik yang ada memang tidak
pelayanan medis. (2) Pelayanan penunjang berfungsi seperti TV LED yang seharusnya
berfungsi untuk memberikan informasi kepada
medis dan non medis. (3) Pelayanan dan asuhan
keluarga pasien, namun kami sadari bahwa TV LED
keperawatan. (4) Pelayanan rujukan. (5) tersebut telah trouble”. (A.H.P - Hasil Wawancara
Pendidikan dan pelatihan. (6) Penelitian dan Tanggal 12 November 2019).
pengembangan. (7) Pelayanan administrasi
umum dan pengembangan. Semenjak berdirinya Berdasarkan hasil wawancara mendalam
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe telah terjadi terhadap keluarga pasien, pada dimensi tangible
beberapa kali perubahan kepemimpinan. (bukti fisik) dengan pertanyaan tentang alur
pelayanan pengambilan obat, kebersihan ruang
tunggu, luas ruangan dan ketersediaan sarana
Karakteristik Informan penunjang, menunjukkan bahwa:
Informan penelitian berjumlah 10 orang yang
“Menurut saya bahwa di Instalasi Farmasi Rumah
terdiri dari 5 orang petugas kesehatan di Instalasi
Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe memang terdapat
Farmasi RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe, Kota alur informasi pelayanan obat, serta kondisinya
Gorontalo. Rata-rata umur informan pada bersih. Dalam hal alur tersebut tidak dijelaskan
Instalasi Farmasi antara 27 sampai dengan 36 kepada keluarga pasien, padahal baiknya adalah
120 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 2 September 2020

memberikan informasi tersebut kepada keluarga memberitahukan penggunaan obat (DaGuSiBu)


pasien sehingga kami bisa memahami jika ada secara lengkap, petugas hanya memberitahukan
suatu saat keterlambatan dalam pengambilan cara mengkonsumsi saja, itu pun jika ditanya baru
obat, selain itu juga bahwa sebenarnya di instalasi mereka menyampaikan cara penggunaan
farmasi terdapat sound sistem namun kualitas tersebut” (H.M - Hasil wawancara tanggal 12
suaranya kurang bagus kadang-kadang suaranya November 2019).
kecil. Pada bagian ruang tunggu juga sebenarnya
Pendapat lain juga mengatakan bahwa:
terdapat TV LED yang terpasang namun tidak
menyala. Dengan melihat kondisi tersebut menurut “Kami selaku petugas di Instalasi Farmasi sangat
saya selaku keluarga pasien harusnya lembaga mudah untuk ditemui, serta memberikan layanan
harus memberikan pelayanan yang baik khususnya obat juga cepat. Tapi biasanya tergantung juga
di ruang tunggu harus diberikan fasilitas yang dari jenis obatnya, kalau obat jadi 15-30 menit
memadai misalnya seperti colokan Hand Phone, sudah ada, kalo racikan biasanya 30 menit lebih.
air minum, serta kipas angin karena kita ketahui Tapi kalo banyak pasien biasanya juga menunggu.
secara bersama ruang tunggu Instalasi Farmasi Untuk penyerahan obat iya kami selaku petugas
Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe dibuat memberikan obat dengan cara memberitahukan
terbuka dan begitu terasa panas”. (W.I, R.Z dan cara mengkonsumsi obatnya, karena itu memang
I.Y - Hasil wawancara pada tanggal 12 November tugas kami selaku petugas di Instalasi Farmasi”
2019, Pukul 10.15 WITA) (M.I - Hasil wawancara tanggal 12 November
2019).
Informasi yang berbeda diberikan oleh
informan R.O saat diwawancarai mengenai bukti Hasil wawancara yang dilakukan terhadap
fisik, yaitu: informan, mengenai keandalan petugas Instalasi
“Menurut saya sebagai keluarga pasien rawat
Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe,
inap setiap kali mengambil obat melihat bahwa, ditinjau dari aspek pertanyaan tentang: (1)
aspek fisik Instalasi Farmasi sudah sangat kemudahan petugas untuk ditemui dan
nyaman, bagus, dan rapi. Bahkan di ruang dihubungi, (2) Kecepatan dalam memberikan
instalasi terdapat alur pelayanan obat sehingga pelayanan, dan (3) Penjelasan petugas mengenai
ini memudahkan keluarga pasien untuk DAGUSIBU, menunjukkan bahwa:
mengetahui alur saat mengambil obat. Selain itu
“Petugas instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. H.
juga bahwa keadaan tersebut bersih karena saya
Aloei Saboe mudah untuk ditemui dan dihubungi,
melihat banyak cleaning service yang
berkenaan dengan kecepatan dalam pelayanan
membersihkan ruangan tersebut, jadi walaupun
terlihat bahwa semuanya tergantung dari jenis
menunggu lama karena bersih kita tetap nyaman.
obatnya, kalo obat biasa cepat tapi kalau obat
Aspek ini juga mungkin karena saat saya
racikan biasanya lama sampai 1 jam lebih.
mengantre masih pagi jadi kelihatannya rapi dan
Mengenai cara penggunaan, penyimpanan dan
bersih”. (Hasil wawancara tanggal 11 November
pembuangan petugas hanya menjelaskan tentang
2019).
cara penggunaan saja, itu pun hanya tertera di
plastik yang tertulis 3x1 misalnya”. (R.Z - Hasil
Dimensi Realibility wawancara tanggal 12 november 2019).
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap
informan, mengenai keandalan petugas instalasi Dimensi Responsiveness (Tanggap)
farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe ditinjau Wawancara yang dilakukan terhadap
dari aspek pertanyaan tentang: (1) kemudahan informan selaku petugas Instalasi Farmasi
petugas untuk ditemui dan dihubungi. (2) mengenai dimensi responsiveness (tangap)
Kecepatan dalam memberikan pelayanan, dan dengan pertanyaan tentang: (1) sikap petugas
(3) penjelasan petugas mengenai instalasi farmasi, (2) informasi jika terdapat
DAGUSIBUdiantanya adalah sebagai berikut: keterlambatan penyerahan obat kepada pasien,
“Petugas pada umumnya mudah ditemui dan dan (3) ketepatan waktu dalam memberikan
dihubungi karena memang petugas berada di loket pelayanan obat, menunjukkan bahwa: .
Instalasi Farmasi. Hanya saja dalam segi
“Sikap petugas dalam memberikan pelayanan
pelayanan pengambilan obat, saat resep
kadang-kadang ada yang ramah, bahwa semua
dimasukkan, waktu menunggunya cukup lama,
tergantung mood” (R.O - Hasil Wawancara
padahal kalau dilihat maksimal paling lama 60
Tanggal 11 November 2019).
menit berdasarkan standar yang ditempel, namun
faktanya lebih dari itu. Mungkin karena Wawancara yang dilakukan terhadap
petugasnya sedikit, selain itu juga menurut saya informan pasien mengenai dimensi
kenapa jadi lama karena loket yang dibuka hanya responsiveness (tangap) dengan pertanyaan
satu loket. Resep obat diberikan petugas tidak
Deskripsi Pelayanan Kesehatan (Instalasi Farmasi)..... 121

tentang: (1) sikap petugas instalasi farmasi, (2) Wawancara yang dilakukan terhadap
informasi jika terdapat keterlambatan informan pasien pada dimensi assurance
penyerahan obat kepada pasien, dan (3) (jaminan) terhadap pelanggan . dengan beberapa
ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan pertanyaan tentang: (1) tenaga yang bertugas di
obat, menunjukkan bahwa: instalasi farmasi, (2) perilaku petugas instalasi
“Petugas instalasi farmasi hampir semua yang farmasi dalam memberikan pelayanan, dan (3)
ditempat penerimaan resep ataupun penyerahan biaya pengambilan obat di instalasi farmasi
resep memiliki sikap yang sopan, ramah terhadap untuk umum dan BPJS serta perlakuannya
keluarga pasien, itu mungkin dikarenakan mereka terhadap pasien umum dan BPJS, menunjukkan
sudah dibekali cara memberikan pelayanan bahwa:
publik”. (I.Y dan H.M - Hasil Wawancara Tanggal
“Petugas tidak mengenalkan dirinya sebagai
12 November 2019).
tenaga apoteker atau asisten apoteker, sehingga
“Pemberian pelayanan obat masih belum tepat
saya tidak tahu apakah yang melayani saya itu
waktu, padahal ada standarnya yang dipasang di
petugas farmasi atau hanya sebagai tenaga
ruang tunggu untuk obat biasa maksimal 30 menit
administrasi. Namun secara keseluruhan tentang
dan obat racikan maksimal 60 menit. Tapih
jaminan yang diberikan kepada saya selaku
realitanya bahwa masa tunggu pengambilan
keluarga pasien petugas memberikan jaminan
obatnya cukup lama lebih dari standar yang ada.
dengan sikap ramah, sopan serta tidak membeda-
Selain itu juga bahwa ketika terjadi keterlambatan
bedakan antara pasien Umum dan BPJS”. (R.Z -
petugas tidak memberitahukan kepada keluarga
Hasil wawancara tanggal 12 November 2019).
pasien sehingga harus menunggu dengan waktu
yang cukup lama, nah pada kondisi tersebut kita
sebagai keluarga merasa kejenuhan apalagi tidak Aspek Empathy (Empati)
ada hiburan yang bisa dilihat. Padahal harusnya Wawancara yang dilakukan terhadap
petugas memberikan informasi jika masih lama informan dengan melihat aspek empathy
waktu tunggu pengambilan obat, biar kita (empati) petugas terhadap keluarga pasien. Dari
keluarga mungkin bisa keluar sejenak misalnya konteks empati, petugas harus mampu
untuk mencari makan atau minum” (W.I.A - Hasil menempatkan dirinya pada pelanggan dapat
Wawancara Tanggal 12 November 2019). berupa mudah juga dalam menjalin hubungan
dan komunikasi, termasuk perhatiannya
Dimensi Assurance (Jaminan) terhadap keluarga pasien/pasien. Dalam
Wawancara yang dilakukan terhadap wawancara ini peneliti memberikan pertanyaan
informan petugas pada Instalasi Farmasi terkait kepada keluarga pasien seperti: (1) ketika
dimensi assurance (jaminan) terhadap keluarga pasien menyerahkan resep atau
pelanggan dengan beberapa pertanyaan berikut: mengambil obat memberikan salam, senyum,
(1) tenaga yang bertugas di instalasi farmasi, (2) dan sapa. (2) Apakah petugas memberikan
perilaku petugas instalasi farmasi dalam respon atau memperhatikan kebutuhan setiap
memberikan pelayanan, dan (3) biaya pelanggan, dan (3) apakah petugas dapat
pengambilan obat di Instalasi Farmasi untuk memahami perasaan atau kebutuhan dari
umum dan BPJS serta perlakuannya terhadap keluarga pasien/pasien. Berdasarkan
pasien umum dan BPJS, menunjukkan bahwa: wawancara yang dilakukan kepada informan
“Petugas instalasi farmasi menurutnya adalah petugas, diketahui bahwa:
tenaga apoteker dan tenaga asisten apoteker, “Petugas di bagian loket saat memberikan
tenaga itu terlihat bahwa mereka terlihat pelayanan khususnya saat menyerahkan obat tidak
menggunakan jas, berarti mengindikasikan mereka memberikan salam terlebih dahulu, yang ada
adalah tenaga apoteker. Selain itu juga keluarga pasien/pasien lebih duluan yang
menerangkan bahwa petugas yang memberikan memberikan salam. Padahal harusnya kalo
pelayanan memberikan jaminan kenyamanan merujuk pelayanan publik mereka harus
terhadap saya, disitu terlihat mereka saat memberikan salam dulu, seperti di bank-bank
menyerahkan obat terlihat sangat sopan, ramah. begitu. Dalam hal ini juga menurut saya mereka
Dalam pelayanan pun mereka tidak membedakan hanya menanyakan kembali nama pasien saja,
antara pasien umum dan BPJS karena tidak ada mungkin untuk mengonfirmasi kebenaran data
yang menspesialkan kepada kami sebagai yang masuk, tapi kalau untuk menerapkan yang
keluarga pasien/ pasien, sedangkan kalau biaya salam, senyum, dan sapa ini belum dilakukan oleh
misalnya BPJS murah karena tidak bayar kalau petugas. Sedangkan menurut saya untuk respon
umum tidak tahu mungkin mahal”. (R.Z - Hasil terhadap kami selaku pasien masih belum sesuai,
wawancara tanggal 12 November 2019). kalo untuk memahami kebutuhan kami selaku
122 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 2 September 2020

pasien/keluarga pasien belum begitu nampa., suaranya kecil begitu pula dengan TV LED yang
Buktinya kita yang lama mengantri ini tidak tidak dapat menyala. Kondisi ini juga dikuatkan
diberikan fasilitas hiburan atau informasi yang oleh kepala instalasi bahwa memang sarana
bisa kita lihat saat menunggu” (I.S - Hasil tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Selain
wawancara tanggal 12 November 2019).
itu juga bahwa kondisi ruang tunggu instalasi
farmasi yang terbuka ini menjadi kelemahan
PEMBAHASAN tersendiri. Akses terbuka tersebut dijadikan
sebagai akses hilir mudiknya masyarakat
Dimensi Tangible (Bukti Fisik) umum/pelanggan/ keluarga pasien yang akan
Tangible atau bukti fisik dapat berupa
menuju ke sentra atau unit lain di rumah sakit.
ketersediaan sarana dan prasarana termasuk di
Selaras dengan teori yang dikemukakan oleh
dalamnya adalah alat yang siap pakai serta
Tjiptono pada tahun 2006 dalam Pakpahan 2015
penampilan petugas yang menyenangkan.
yang menyatakan bahwa dimensi tangible (bukti
Dimensi ini juga dapat gambarkan sebagai
fisik) harusnya meliputi fasilitas fisik seperti
kemampuan rumah sakit dalam memberikan
sarana, serta keselarasan antara fasilitas fisik dan
atau menunjukkan pelayanan dan eksistensinya
jenis layanan yang di berikan kepada pelanggan.
kepada pelanggan yaitu keluarga pasien/pasien.
Selain itu juga bukti fisik harusnya berupa
Bukti fisik seperti sarana dan prasarana rumah
ketersediaan sarana dan prasarana termasuk alat
sakit serta keadaan lingkungan di sekitarnya
yang siap pakai (Bustami, 2011).
merupakan representasi nyata dari pelayanan
yang diberikan oleh pemberi layanan di rumah
Dimensi Reliability (Keandalan)
sakit. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat
Reliabilility atau keandalan dalam konteks
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu
atau tujuan, alat, media. Sedangkan prasarana
kemampuan rumah sakit dalam memberikan
adalah segala sesuatu yang merupakan
pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses
dengan akurat dan terpercaya, keharusan dan
(usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya)
kesesuaian dengan harapan pasien dalam kinerja
(KBBI, 2007 dalam Evans, 2017).
yang tepat waktu, sikap simpatik dengan akurasi
Hasil penelitian menujukkan bahwa
yang tinggi, serta pelayanan tanpa kesalahan.
Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Hasil penelitian Pada Instalasi Farmasi RSUD
Saboe, Kota Gorontalo menunjukkan bahwa dari
Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Kota Gorontalo
aspek ketersediaan informasi alur layanan
terhadap dimensi keandalan petugas instalasi
pengambilan obat serta lama waktu tunggu telah
terhadap kemudahan untuk ditemui oleh
terpenuhi sesuai dengan standar pelayanan
pelanggan/keluarga pasien menunjukkan bahwa
kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri
semua informan menyatakan mudah menemui
Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 tentang Standar
petugas, karena pada dasarnya semua petugas
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Mengenai
stand by di loket Instalasi Farmasi. Namun
aspek kebersihan ruang tunggu Instalasi Farmasi
berbanding terbalik dengan kecepatan
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Kota Gorontalo
pemberian pelayanan obat. Hasil yang didapat
dapat dikategorikan memiliki kebersihan yang
bahwa pelayanan yang diberikan begitu lamban
sudah baik karena secara berkala petugas
bahkan tidak sesuai dengan standar yang telah
kebersihan yang ada mengerjakan pembersihan
ditetapkan dalam SOP Instalasi Farmasi RSUD
dan jika melihat kotoran, petugas langsung
Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Kota Gorontalo yang
mengangkat dan membersihkannya. Mengenai
mana dituliskan dalam standar tersebut untuk
aspek bukti fisik lainnya dalam Instalasi Farmasi
pengambilan obat jadi paling lama 30 menit dan
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Kota Gorontalo
obat racikan selama 60 menit. Sebagian besar
yaitu sarana prasarana penunjang seperti sound
pelanggan menyampaikan pelayanan yang
system dan TV LED sebagai media informasi.
diberikan cukup menunggu lama bahkan
Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat
biasanya sampai lebih dari 60 menit.
fasilitas sound system dan TV LED namun
Faktor dalam keterlambatan ini menurut
secara fungsi masih kurang representatif
informasi dari kepala instalasi laboratorium
sehingga masih banyaknya keluhan yang
karena adanya sistem yang sedikit kontradiktif
disampaikan oleh keluarga pasien.
antara instalasi Poli di RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Hal yang mendasar adalah suara sound
Saboe, Kota Gorontalo. Instalasi farmasi
system terkadang terdengar keras dan terkadang
berusaha membuka loket sesuai standar waktu
Deskripsi Pelayanan Kesehatan (Instalasi Farmasi)..... 123

kerja mulai dari jam 08.00 pagi, namun instalasi


poli yang ada di rumah sakit membuka loket Dimensi Responsiveness (Tanggap)
biasanya pada pukul 09.30 hingga pukul 10.00. Responsiveness atau ketanggapan
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap merupakan suatu keinginan ataupun kemauan
pelayanan obat di Instalasi Farmasi, dikarenakan untuk memberikan pelayanan cepat dan tepat
pada saat poli dibuka semua resep tertumpuk kepada keluarga pasien dalam menghadapi
begitu banyak. Informasi tersebut setelah permintaan, pertanyaan, keluhan, dan masalah
dilakukan konfirmasi langsung dan peninjauan dari keluarga pasien serta memberikan perhatian
langsung oleh peneliti bahwa benar adanya, yang penuh terhadap keluarga pasien. Pada
pelanggan akan tertumpuk diantara jam 10.00 dimensi ketanggapan ini merefleksikan
tersebut. komitmen perusahaan atau instansi untuk
Instalasi Farmasi telah mencoba melakukan memberikan pelayanan yang tepat pada
dan mengurai kondisi tertumpuknya keluarga waktunya dan persiapan instansi sebelum
pasien dalam pengambilan obat dengan cara memberikan pelayanan kepada pelanggan
membuat skema dan berkoordinasi dengan (Bustami, 2011). Dalam konteks ketanggapan ini
Instalasi Poli yang ada di rumah sakit, namun juga termasuk dalam hal membiarkan pasien
hasilnya masih belum maksimal. Menurut menunggu tanpa adanya alasan yang jelas, maka
kepala instalasi bahwa belum ada sinkronisasi ini dapat menyebabkan persepsi yang negatif
antar sistem yang di bangun. Disamping itu, para dalam kualitas pelayanan (Mulyadi, dkk. 2013).
dokter di Instalasi Poli melakukan kunjungan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas
pasien sehingga tetap belum bisa memecahkan Instalasi Farmasi telah memiliki kemampuan
penumpukan pengambilan obat di waktu dalam memberikan layanan kepada pelanggan
tertentu. Namun insiatif dari kepala instalasi dan dengan bersikap ramah dan sopan. Hal ini juga
petugas farmasi jika terjadi penumpukan dan terlihat jelas bahwa keluarga pasien mengalami
komplain maka keluarga pasien dipanggil untuk kepuasan tersendiri terhadap sikap ramah dan
diberikan edukasi dan penjelasan tentang sopan dari petugas Instalasi Farmasi. Ini jelas
keterlambatan dan lama waktu tunggunya. bahwa petugas Instalasi Farmasi
Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa mempertimbangkan kode etik keprofesian dan
pada dimensi keandalan petugas Instalasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari tugas
Farmasi terhadap pemberian informasi kefarmasian seperti yang tertuang dalam Standar
penggunaan obat, sebagian besar informan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit berdasarkan
menyatakan kepuasannya, karena setiap petugas Permenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004.
menyerahkan obat dengan memberikan Kualitas layanan yang diberikan petugas
keterangan dan penjelasan tentang cara Instalasi Farmasi kepada keluarga pasien
penggunaan obat, penyimpanan obat maupun ditinjau dari aspek ketanggapan petugas instalasi
cara membuang pembungkus obat. Cara tersebut dinilai baik dan memenuhi standar yang telah
sudah sesuai dengan standar pelayanan farmasi ditetapkan
di rumah sakit yang dikeluarkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Dimensi Assurance (Jaminan)
Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada Bab II tentang Standar Pelayanan Farmasi petugas yang berada di instalasi tidak semuanya
Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa tujuan tenaga kefarmasian dengan komposisi yang ada
pelayanan farmasi poin b adalah di instalasi adalah 4 tenaga apoteker, 8 tenaga
menyelenggarakan kegiatan pelayanan asisten kefarmasian, dan 3 tenaga administrasi.
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian Kendala SDM pada Instalasi Farmasi yaitu
dan etik profesi, serta pada poin c yang masih ada tenaga di Instalasi Farmasi yang
menerangkan bahwa tujuan pelayanan farmasi hanya lulusan SMA. Hal ini dikarenakan mereka
adalah Melaksanakan KIE (Komunikasi merupakan tenaga abdi/ honorer yang telah
Informasi dan Edukasi) mengenai obat. diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara dan
Sehingga simpulan akhir pada dimensi sudah lama mengabdikan dirinya. Melihat
keandalan dapat dinyatakan bahwa kualitas fenomena tersebut pemenuhan SDM yang
pelayanan yang diberikan oleh petugas kepada profesional sebenarnya tidak sesuai dengan
pelanggan/keluarga pasien dapat dinyatakan kebutuhan dari instalasi itu sendiri. Faktor SDM
sudah sesuai dengan standar dan harapan ini terkonfirmasi seperti yang disampaikan oleh
pelanggan. keluarga pasien yang menyatakan bahwa saat
124 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 2 September 2020

memberikan pelayanan petugas tidak diinginkan dalam pemberian pelayanan sebisa


menginformasikan identitas dirinya atau mungkin memberikan pelayanan yang
memperkenalkan dirinya. Perilaku tersebut berkualitas dan memuaskan. Dalam hal ini
secara emosional belum dapat memberikan tinjauan peneliti melihat pada konteks dasar
kepuasan serta kualitas tersendiri yang pada sikap petugas tentang konsep 5S (salam,
didapatkan keluarga pasien jika petugas tidak senyum, sapa, sopan, dan santun). Tinjauan ini
memberikan informasi kepada keluarga pasien digunakan untuk mengukur seberapa besar sikap
karena dapat berkaitan dengan jaminan rasa petugas dalam memberikan pelayanan yang baik
aman yang diberikan. Kualitas pelayanan yang kepada pasien/ keluarga pasien. Seperti hasil
diberikan harus memenuhi unsur kesesuaian yang peneliti dapatkan bahwa pernyataan dari
dengan persyaratan/tuntutan (Tjiptono, 2004 kepala instalasi menyampaikan bahwa budaya
dalam Pakpahan, 2015). Disamping itu, dalam 5S merupakan keharusan yang harus dilakukan
hal kenyamanan, petugas memberikan rasa aman oleh para petugas karena merupakan dasar
dengan cara memberikan sikap yang sopan, pelayanan untuk memberikan rasa empati
ramah, serta hormat terhadap pelanggan. kepada keluarga pasien/pasien.
Perilaku tersebut menutupi kekurangan pada Fenomena yang terjadi dalam penelitian ini
komunikasi awal, selain itu juga bahwa petugas yaitu petugas belum menerapkan budaya 5S
Instalasi Farmasi tidak membeda-bedakan secara baik. Hal ini jelas tergambarkan
keluarga pasien/pasien dari BPJS maupun pasien berdasarkan hasil wawancara terhadap keluarga
dari umum. Semua dalam perlakuan yang sama pasien/pasien yang menyatakan bahwa petugas
melalui satu sistem yaitu nomor antrian. Hal tidak memberikan salam, senyum, dan sapa.
tersebut menunjukkan bahwa keadilan yang Sebaliknya yang sering terjadi adalah keluarga
diberikan Petugas Instalasi Farmasi RSUD Prof. pasien terkebih dahulu yang memberikan salam
Dr. H. Aloei Saboe, Kota Gorontalo sudah baik bahkan senyuman tidak ditampakkan oleh
sesuai dengan cara memberikan pelayanan petugas. Sebagai masyarakat yang berada di
kepada keluarga pasien. Indikator yang telah kawasan timur dengan budaya keramahan, arti
dilakukan dan diberikan dengan baik tersebut salam dan senyum memberikan makna yang
menjadikan pelayanan yang dilakukan oleh cukup besar terhadap perilaku yang diberikan
petugas berjalan dengan baik dan lancar. Sikap pelayanan. Hasil tersebut dikuatkan juga oleh
ramah, sopan, dan menghargai keluarga pasien kepala instalasi bahwa memang benar
yang diberikan oleh petugas Instalasi Farmasi kekurangan di Instalasi Farmasi masih ada
membuat rasa aman dan nyaman kepada oknum petugas yang masih belum menerapkan
keluarga pasien/pasien, maka disimpulkan salam, senyum, dan sapa kepada keluarga
dimensi assurance pada kualitas pelayanan pasien/pasien.
kesehatan di Instalasi Farmasi rumah sakit Hasil penelitian dalam masa tunggu yang
dinyatakan baik. SDM merupakan suatu faktor lama juga mempengaruhi terhadap kualitas
yang sangat penting dalam sebuah organisasi, pelayanan, dengan hasil tersebut bahwa ada
bahkan tidak dapat dilepaskan dalam konteks perasaan kurang empati atau kurang merasakan
organisasi pemerintahan maupun non apa yang dirasakan oleh pasien/keluarga pasien.
pemerintahan serta dalam konteks pelayanan Komunikasi yang baik perlu terjalin dengan baik
kesehatan maupun non kesehatan. Hakikatnya kepada pasien/keluarga pasien, pasalnya
SDM adalah berupa manusia yang dipekerjakan pasien/keluarga pasien merupakan customer
dalam sebuah institusi/ perusahaan/ organisasi yang harus mendapatkan pelayanan yang
sebagai motor penggerak, pemikir serta sebagai berkualitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perencana dalam mencapai tujuan dari kualitas pelayanan kesehatan di Instalasi
organisasinya (Greer, 2012 dalam Mukarom Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Kota
2015). Gorontalo ditinjau dari dimensi empati petugas
masih kurang memuaskan bagi pasien/keluarga
Dimensi Emphaty (Empati) pasien.
Hasil penelitian bahwa petugas Instalasi Berdasarkan uraian pembahasan diatas
Farmasi masih belum dapat merasakan apa yang maka harapan dari pasien/keluarga pasien adalah
dirasakan oleh pasien/keluarga pasien. terciptanya pelayanan yang berkualitas sehingga
Pasien/keluarga pasien merupakan customer memberikan nilai kepuasan tersendiri bagi
yang secara psikologis mengalami tekanan atau pasien/keluarga pasien. Pelayanan yang
penuh kekhawatiran, sehingga harapan yang diberikan secara menyeluruh di Instalasi Farmasi
Deskripsi Pelayanan Kesehatan (Instalasi Farmasi)..... 125

sudah dapat dinyatakan cukup baik. Hal ini Saran yang dapat diberikan kepada
tergambarkan Instalasi Farmasi mencoba manajemen RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe,
mendesain dan melaksanakan proses pelayanan Kota Gorontalo yaitu: (1) lebih memperhatikan
secara maksimal dengan memberikan apa yang sarana penunjang seperti penambahan kipas
dibutuhkan oleh pasien/keluarga pasien. angin diruang tunggu instalasi farmasi,
Walaupun fenomena yang terjadi masih terlihat mengaktifkan kembali TV LED yang digunakan
nampak beberapa kekurangan dari pelayanan sebagai sumber informasi pasien/keluarga
yang diberikan. Di samping itu, pasien memiliki pasien, memperbesar jangkauan sound system.
harapan dan keinginan terhadap pelayanan (2) Jalur evakuasi untuk pasien ke instalasi yang
kesehatan yang baik melalui semua keinginan lain sebaiknya tidak disatukan dengan bagian
pasien/keluarga pasien terpenuhi agar perasaan ruang tunggu pasien/ keluarga pasien. (3)
pasien/keluarga pasien menjadi lebih enak dan Penambahan dan peningkatan Kualitas SDM
secara psikologis dapat memberikan dampak yang relevan sesuai bidang ilmu yaitu
dalam percepatan dalam penyembuhan kefarmasian, sehingga dengan kapasitas SDM
penyakitnya. Sedangkan menurut para petugas yang memadai ini dapat memberikan layanan
kesehatan khususnya di instalasi farmasi bahwa yang cepat sesuai dengan harapan
pelayanan yang diberikan sudah sesuai standar pasien/keluarga pasien.
yang telah ditetapkan. Perbedaan persepsi ini
bisa timbul, karena secara teoritis yang DAFTAR RUJUKAN
dikemukakan oleh menerangkan bahwa
pelayanan kesehatan memiliki keunikan 1] Azwar, A., 2015. Menjaga Mutu Pelayanan
tersendiri dibandingkan dengan pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
publik lainnya, antara lain yang dimaksudkan 2] Bustami, 2011. Penjaminan Mutu
adalah bersifat asymetri of information yang Pelayanan Kesehatan dan
berarti bahwa konsumen pada pelayanan Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.
kesehatan berada pada posisi yang lemah serta
kurang memiliki pengetahuan serta infromasi 3] Evans, R., 2007. The Economic of
tentang alur dan sistem pelayanan yang Canadian Health care. Toronto:
diberikan. Sedangkan provider dalam hal ini Butterworths.
adalah petugas kesehatan mengetahui jauh lebih 4] Fahmi, A., 2016. Analisis Penyebab
banyak tentang kualitas pelayanan kesehatan Rendahnya Budaya 3S Pada Karyawan
tersebut (Evans, 2007). Rumah Sakit XYZ. Jurnal Kesehatan, pp.
24-35.
KESIMPULAN DAN SARAN
5] Hidayatullah, F., 2010. Pendidikan
Kesimpulan Karakter membangun Peradaban bangsa.
Kualitas pelayanan kesehatan di Instalasi Surakarta: Yuma Pustaka.
Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Kota 6] Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Gorontalo dilihat dari 5 dimensi yaitu Tangible, 1197/MENKES/SK/X/2004, 2004. Tentang
Relianbility, Responsiveness, Assurance, dan Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Emphaty menunjukkan bahwa Instalasi Farmasi Indonesia,
masih dipandang kurang oleh customer sehingga 7] Mukarom, Z., 2015. Manajemen Pelayanan
perlu untuk meningkatkan kualitas Publik. Bandung: Pustaka Setia.
pelayanannya terutama pada dimensi tangible
(bukti fisik) dan emphaty (empati). Sedangkan 8] Mulayadi, D., Fadli, U. & Kusuma, F.,
dimensi relianbility (keandalan), responsiveness 2013. Analisis manajemen Mutu Pelayanan
(tanggap), dan assurance (jaminan) dipandang Kesehatan Pada Rumaha Sakit Islam
cukup namun tetap harus meningkatkan kualitas Karawang. Jurnal Manajemen, pp. 19-30.
SDM yang merupakan motor penggerak 9] Pakpahan, S., 2015. Pelayanan Prima.
organisasi karena masih belum memiliki Artikel Ilmiah Rumah Sakit, pp. 15-25.
kompetensi pendidikan yang sesuai berdasarkan
persyaratan perundang-undangan.

Saran

You might also like