You are on page 1of 27

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE

(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)

Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang

ABSTRACT
The case of issuers violation in stock market is one of the most frequent case that should be
solved by the stock market’s Regulator Board. In Indonesia, the authority to do the surveillance in
stock exchanges is handled by the Capital Market Supervisory Agency and Financial Institution
(or called ‘Bapepam-LK’ in Indonesian). There is a gap between society’s expectation toward
Bapepam-LK as the regulator and its performance in solving several companies violation cases
which demands some alternative solutions. Based on the above description, this study will
empirically investigate the development of fraud detection model using fraud triangle based on
the cases of violation committed by public companies in Indonesia. In detail, the problems in
this research are: (1) Is there any difference related to the triggering factors of Fraud Triangle
between the company that commits fraud and the company that does not; (2) Is there any difference
in terms of pressure between the company that commits fraud and the company that does not;
(3) Is there any difference in terms of opportunity between the company that commits fraud and
the company that does not; (4) Is there any difference in terms of rationalization between the
company that commits fraud and the company that does not. This research was carried out to the
public companies who are registered in Indonesia Stock Exchanges (BEJ). Generally, there are
WZR VDPSOH JURXS LQ WKLV UHVHDUFK 7KH ¿UVW VDPSOH JURXS FRQVLVWVWHG RI WKH FRPSDQLHV ZKR KDG
committed fraud and the second group as comparison consisted of the non-fraud companies. In
this research there are 98 companies as the research samples which consisted of 23 companies
who had committed fraud and 75 companies who did not commit fraud. The analysis tool used
for this research was logistic regression because the measurements of dependent variable used
the categorical that is dummy variable, code (0) was used for the non-fraud companies and code
(1) was used to indicate the companies who committed fraud. The research result shows that from
IRXU K\SRWKHVLV SURSRVHG LQ WKLV UHVHDUFK RQO\ RQH YDULDEOH ZKLFK ¿WV LQ WR WKH PRGHO YDULDEOH
LQ HTXDWLRQ EHFDXVH SRVHVVHV WKH VLJQL¿FDQFH VFRUH DERYH 7KH LQWHUSUHWDWLRQ LV WKDW WKH
higher the audit report (rationalization), will make the company’s probability to commit fraud is
also higher. From the above explanation, it can be concluded that the fourth hypothesis (H4) is
accepted because the audit report (rationalization) is proven to have the ability in forming the
model to predict fraud in a company.

Keywords:fraud, fraud triangle

PENDAHULUAN bidang pasar modal. Di Indonesia, wewenang


Kasus pelanggaran emiten di pasar untuk melakukan pengawasan di bursa efek
modal merupakan salah satu permasalahan dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
yang kerap dihadapi oleh badan regulator di dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 199
Sebagai otoritas pengawas bursa, Bapepam- lain kasus yang terkait dengan keterbukaan
LK telah mengeluarkan berbagai aturan emiten dan perusahaan publik, perdagangan
untuk melindungi kepentingan investor dan efek, dan pengelolaan investasi. Kasus terkait
menjaga sistem perdagangan yang fair dan dengan keterbukaan emiten yaitu antara lain
terbuka. Namun demikian, dalam praktiknya dugaan pelanggaran atas ketentuan transaksi
pelanggaran aturan Bapepam-LK masih yang mengandung benturan kepentingan,
cukup tinggi. Akibatnya, berbagai tindakan transaksi material, keterbukaan pemegang
dikenakan oleh Bapepam-LK terhadap para saham tertentu, informasi atau fakta material
emiten. Kasus-kasus yang berkaitan dengan yang harus segera diumumkan kepada publik,
keterbukaan emiten dan perusahaan publik penyajian laporan keuangan, penggunaan dana
antara lain dugaan pelanggaran atas ketentuan hasil penawaran umum, dan lain-lain. Kasus
transaksi yang mengandung benturan yang terkait dengan perdagangan efek antara
kepentingan, transaksi material, keterbukaan lain dugaan pelanggaran manipulasi pasar,
pemegang saham tertentu, informasi atau perdagangan semu, dan perdagangan orang
fakta material yang harus segera diumumkan dalam. Sedangkan, kasus yang terkait dengan
kepada publik, penyajian laporan keuangan, pengelolaan investasi antara lain pelanggaran
penggunaan dana hasil penawaran umum dan perilaku oleh manajer investasi. Dari 178 kasus
lain-lain. Tindakan yang dikenakan bergantung tersebut, 73 kasus di antaranya telah selesai
kepada jenis dan intensitas pelanggaran diproses. Sedangkan sisanya sebanyak 33
itu sendiri. Pelanggaran yang bersifat kasus telah dikenakan sanksi oleh Bapepam-
administratif biasanya dikenakan tindakan LK, baik dalam bentuk sanksi administratif
berupa denda. Sedangkan pelanggaran yang atau perintah untuk melakukan tindakan
relatif lebih berat seperti pelanggaran tindak tertentu kepada pihak-pihak yang melakukan
pidana akan dikenakan tindakan hukum. pelanggaran. Selain dugaan pelanggaran
Sepanjang 2011, Badan Pengawas peraturan, hingga saat ini Bapepam-LK
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan juga sudah melakukan penyidikan terhadap
(Bapepam-LK) memeriksa 178 kasus dugaan 12 kasus dugaan tindak pidana di bidang
pelanggaran di bidang pasar modal ditambah Pasar Modal. Itu berdasarkan kewenangan
penyidikan pada 12 kasus dugaan tindak Bapepam-LK yang diatur dalam Pasal 101
pidana di bidang pasar modal. Kedua tindakan Undang-Undang tentang Pasar Modal.
dilakukan berdasarkan UU No 8 Tahun 1995 Selama tahun 2011, bentuk sanksi
tentang Pasar Modal, khususnya Pasal 100 yang ditetapkan oleh Bapepam-LK pun
dan 101. Kasus-kasus yang ditangani antara beragam. Mulai dari pencabutan izin usaha

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
200 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
baik terhadap institusi maupun perseorangan, juga meningkat dari 420 menjadi 430 pihak.
pembekuan izin usaha, sanksi denda serta Dijelaskan dalam siaran pers tersebut, sebesar
peringatan tertulis. Dan sebagai bentuk Rp14,93 miliar itu terbagi atas 217 emiten
pertanggungjawaban kepada publik, Bapepam- yang dikenakan denda sebesar Rp 10,65 miliar.
LK melakukan paparan publik melalui press- Kemudian sebesar Rp398,90 juta untuk 17
release, menyampaikan data sanksi yang telah manajer investasi (MI), satu wakil MI Rp2,80
ditetapkan, khususnya terhadap kasus-kasus juta, empat perorangan Rp706,60 juta, lalu 46
yang menjadi perhatian publik. Sepanjang perusahaan efek Rp1,07 miliar. Di sisi lain,
2011, Badan Pengawas Pasar Modal dan Bapepam-LK juga telah mencabut izin usaha
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah dari 28 perusahaan efek sepanjang 2011 atau
mengenakan denda administratif kepada naik jumlahnya dari tahun lalu yang hanya
pelaku pelanggaran peraturan perundang- 10 perusahaan. Adapun ke-28 perusahaan itu
undangan di bidang pasar modal sebesar merupakan 11 perantara pedagang efek (PPE),
Rp14,93 miliar atau mengalami kenaikan delapan MI, dua wakil perantara pedagang
16,27 persen dari 2010 sebesar Rp12,84 miliar. efek, tiga wakil penjamin emisi efek, dan
Adapun jumlah pihak yang dikenakan denda empat wakil MI.

Tabel. 1.1. Sanksi BAPEPAM-LK di Tahun 2011


Sanksi Denda Peringatan Pembatasan Pembekuan Pencabutan
Tertulis Kegiatan Kegiatan izin usaha
Usaha Usaha
Pihak Jml Rp
Pihak (000)
Emiten 217 10.652.300 37 - - -
Perusahaan Efek 46 1.075.400 1 - 1 11
Perantara Pedagang Efek 15 82.300 - - - -
Penjamin Emisi Efek 24 1.446.000 - - - -
Manajer Investasi 17 398.900 4 - - 8
Lembaga Penyimpanan - - - - - -
dan Penyelesaian
Lembaga Kliring dan - - - - - -
Penjaminan
Perusahaan Pemeringkat 1 500 - - - -
Efek
Akuntan Publik 82 470.700 2 - - -
Penilai 20 74.300 - - - -
Biro Administrasi Efek 3 20.300 - - - -
Wali Amanat - - - - - -
Bank Kustodian - - 1 - - -
Wakil Perusahaan Efek - 2

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 201
Wakil Perantara - - - - 2 2
Pedagang Efek
Wakil Penjamin Emisi - - - - 1 3
Efek
Wakil Manajer Investasi 1 2.800 1 - 1 4
Perorangan 4 706.600 - - - -
-
Jumlah 430 14.930.100 46 - 7 28
Sumber : data pemaparan Bapepam-LK

Menurut Direktur Utama BEI Ito informasi yang benar mengenai kinerja
Warsito, tindakan tegas berupa pemberian perusahaan publik sesungguhnya. Problem
sanksi pada emiten merupakan hal wajar. inilah yang disebut sebagai asimetri informasi.
“Tindakan tegas pada emiten yang keliru Terjadinya asimetri informasi di-
menyajikan laporan keuangan juga bagian sinyalir merupakan indikasi awal munculnya
dari tindakan bursa,” kata Ito. Selain itu, pada tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
tahun 2010, BEI juga melakukan suspensi pelaku bursa. Perusahaan publik yang se-
pada salah satu Emiten karena Modal Kerja harusnya memberikan informasi yang
Bersih Disesuaikan (MKBD) yang dimiliki transparan kepada pihak luar, terkadang masih
perusahaan tidak memenuhi aturan. Tindakan menyembunyikan fakta dan informasi yang
tegas yang dilakukan regulator dianggap memiliki pengaruh buruk terhadap reputasi
merupakan sinyal penting bagi pasar untuk perusahaan mereka. Manajemen perusahaan
memberikan jaminan rasa aman terhadap yang lebih tahu mengenai kondisi internal
investasi mereka. Investor baik perorangan perusahaan berupaya melakukan berbagai
dan institusi akan selalu memilih saham cara agar kinerja mereka tetap dinilai baik
perusahaan yang memiliki return yang bahkan meskipun harus melakukan tindakan
optimal menurut preferensi risiko masing- yang melanggar aturan bursa.
masing investor. Akan tetapi, saham yang Terdapat banyak bukti yang menunjuk-
prospektif mestinya juga harus diimbangi kan bahwa tata kelola organisasi sektor privat
dengan tata kelola yang baik (Good Corporate maupun sektor publik belum terlaksana
Governance). Transparansi atau tingkat dengan baik. Beberapa kasus besar di sektor
keterbukaan perusahaan dalam menjalankan privat terkait dengan kegagalan corporate
kegiatannya sebagai salah satu pilar tata kelola governance international (seperti Enron, World
harus selalu dikomunikasikan kepada pasar. Com, Parmalat) maupun di Indonesia (Bank
Apabila hal tersebut belum terlaksana dengan Indonesia) telah menarik perhatian baik secara
baik, maka investor tidak pernah memiliki nasional maupun internasional. Sedangkan di

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
202 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
sektor publik khususnya di Indonesia, Ikhtisar populer untuk membedah kasus kecurangan,
Hasil Pemeriksaan yang telah dilaksanakan penerapan metode ini untuk mengkaji kasus
Badan Pemeriksa Keuangan pada Semester pelanggaran emiten di Indonesia masih sangat
II Tahun 2010 atas 734 objek pemeriksaan jarang dilakukan.
yang terdiri dari 159 objek pemeriksaan Kondisi di atas memotivasi penelitian
keuangan, 147 objek pemeriksaan kinerja, ini untuk mengkaji lebih mendalam mengenai
dan 428 objek pemeriksaan dengan tujuan praktik pengungkapan kasus pelanggaran
tertentu menunjukkan bahwa jumlah temuan perusahaan publik di Indonesia. Penelitian
sebanyak 6.355 kasus senilai Rp6,46 triliun sejenis yang komprehensif di Indonesia masih
dan USD156.43 juta. Akibat yang ditimbulkan jarang dilakukan untuk mengungkap lebih
dari berbagai tindakan kecurangan yang mendalam misteri dibalik berbagai macam
dilakukan oleh perseroan sangatlah besar. skandal perseroan yang dilakukan oleh
Disamping kerugian materiil yang mencapai perusahaan publik.
trilyunan rupiah, kredibilitas Indonesia di Perkembangan dunia bisnis yang
mata investor luar juga menurun. Disisi lain, cepat selama satu dasawarsa terakhir telah
ketegasan pihak aparat hukum dan regulator menimbulkan kebutuhan terhadap pengelolaan
pasar modal untuk mengambil tindakan yang perusahaan yang berbasiskan prinsip
tegas belum memberikan rasa kepuasan dan transparansi dan akuntabilitas. Bermacam
keadilan bagi masyarakat. Terkadang kasus skandal korporasi yang muncul dalam beberapa
kecurangan yang besar hanya menghasilkan tahun terakhir telah menunjukkan betapa
tindakan hukum yang ringan atau bahkan pihak perusahaan memiliki ambisi untuk
hanya tindakan administratif saja. memuaskan ekspektasi utilitas mereka sendiri
Tindakan-tindakan pelanggaran se- dalam memaksimumkan keuntungan dengan
bagai salah satu bentuk kecurangan merupakan mengorbankan pihak lain. Kasus kebangkrutan
fenomena yang perlu dikaji lebih mendalam. Enron di Amerika Serikat misalnya, disinyalir
Menurut pendekatan fraud triangle (Cressey, akibat keserakahan manajemen dalam
1953), suatu kecurangan hanya akan muncul menyajikan angka-angka laporan keuangan
sebagai akibat tiga kondisi, yaitu kesempatan, yang manipulatif dengan berbagai trik
tekanan dan rasionalisasi. Secara simultan perekayasaan transaksi bisnis perusahaan.
ketiga hal tersebut akan mendorong suatu pihak Motifnya adalah menyembunyikan transaksi
untuk berada pada satu kondisi moral hazard yang cenderung merugikan yang terkait
\DQJ PHQMXVWL¿NDVL WLQGDNDQ NHFXUDQJDQ dengan pihak internal perusahaan dan hanya
Meskipun teori segitiga fraud sangat mengungkapkan kinerja yang bagus saja

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 203
kepada pihak eksternal. Berbagai macam trik berlalu dan pengetatan perbankan telah
manipulasi keuangan yang dilakukan oleh dilakukan oleh Bank Indonesia, ternyata
pihak manajemen Enron merupakan contoh terdapat cara lain untuk memperkaya
yata kecurangan manajemen dan kecurangan perseroan dengan mengambil dana dari pihak
keuangan yang mengakibatkan kerugian yang luar secara lebih halus. Banyaknya skandal
sangat besar terhadap kondisi ekonomi. kecurangan di perbankan seperti kasus bank
Kasus serupa ternyata berulang di Century dan bank Mega sampai mendorong
Eropa dengan munculnya kasus kebangkrutan Bank Indonesia untuk melakukan kebijakan
Parmalat, sebuah konglomerasi keluarga di pembatasan kepemilikan bank (BI, 2011).
Italia. Pihak keluarga Tanzil sebagai pendiri Berkaitan dengan maraknya kasus
sekaligus pemegang saham mayoritas kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan
mencoba menyembunyikan hutang publik, berbagai aturan sebenarnya telah
perusahaan yang kelewat besar melalui dikeluarkan oleh pihak regulator dalam hal
transfer antar perusahaan didalam satu grup ini Bapepam-LK. Dalam kaitannya dengan
bisnis (McCahery & Vermeulen, 2005) yang WUDQVDNVL \DQJ SRWHQVLDO PHQLPEXONDQ NRQÀLN
bersifat manipulatif. kepentingan, Bapepam-LK telah membuat
Dalam ranah domestik, kasus dengan aturan yang mengatur aturan tersebut. Khusus
motif serupa sebenarnya juga banyak dilakukan untuk manipulasi laporan keuangan, aturan
oleh perusahaan konglomerasi. Bahkan, Bapepam-LK menyatakan bahwa laporan
kalau dirunut ke belakang sebenarnya krisis keuangan perseroan mesti diaudit secara
ekonomi tahun 1997 banyak diakibatkan oleh independen dan publikasi laporan tahunan
tindakan manipulasi yang dilakukan oleh pihak harus tepat waktu. Keterlambatan ternhadap
pemilik dan manajemen perseroan. Banyak penyampaian laporan tahunan dianggap
konglomerat yang mendirikan bank tetapi mencerminkan kelalaian perseroan dan
kemudian menyalurkan dana dari masyarakat dikenakan tindakan denda. Pada setiap aksi
ke berbagai perusahaan didalam grup bisnis korporasi, Bapepam-LK juga mewajibkan
mereka. Ibaratnya bank hanya sebagai sapi adanya laporan keterbukaan informasi kepada
perahan (cash cow) untuk memperoleh dana publik segera setelah transaksi dilakukan untuk
segar yang digelontorkan ke kalangan internal menjamin transaksi dilakukan secara fair dan
grup bisnis. Dengan cara inilah kemudian terbuka. Tidak hanya itu, jika Bapepam-LK
berbagai transaksi internal didalam grup bisnis mengarai ada ketidakwajaran dalam suatu
dilakukan perseroan untuk menyembunyikan transaksi perdagangan saham akibat suatu
manipulasi tersebut. Meskipun krisis telah manipulasi atau kecurangan Bapepam -LK

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
204 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
akan bertindak cepat dengan menghentikan model yang dapat melakukan deteksi dan
perdagangan saham perusahaan yang diduga sekaligus prediksi terhadap kasus-kasus
bermasalah tersebu baik secara sementara atau pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan
permanen. publik di bursa efek.
Meskipun demikian, didalam Berdasarkan uraian diatas, studi ini
prakteknya banyak kritik yang ditujukan akan meneliti secara empiris pengembangan
kepada Bapepam-LK mengenai masih model deteksi kecurangan berbasis fraud
maraknya kasus pelanggaran yang terjadi. triangle pada kasus-kasus pelanggaran
Setiap tahunnya, nilai pelanggaran masih perusahaan publik di Indonesia. Secara rinci
sangat tinggi yang berkisar pada agka masalah dalam penelitian ini adalah:
ratusan milyar rupiah. Disamping itu, 1. Apakah terdapat perbedaan terkait
masyarakat sering dikejutkan dengan kasus faktor-faktor pembentuk fraud triangle
manipulasi perusahaan yang tiba-tiba muncul antara perusahaan yang melakukan
dipermukaan dan menimbulkan kepanikan fraud dan yang tidak melakukan fraud.
psikologis. Padahal ketika ditelusuri tindakan 2. Apakah terdapat perbedaan terkait
manipulasi tersebut dilakukan dalam kurun tekanan (pressure) antara perusahaan
waktu yang agak lama yang harusnya bisa yang melakukan fraud dan yang tidak
terdeteksi lebih awal oleh Bapepam-LK melakukan fraud.
selaku pihak pengawas bursa. Belum lagi 3. Apakah terdapat perbedaan terkait
penanganan terhadap suatu kasus yang kesempatan (opportunity) antara
ditangani terkesan sangat lambat. Khusus perusahaan yang melakukan fraud dan
pelanggaran yang bersifat pidana, Bapepam- yang tidak melakukan fraud.
LK akan bekerjasama dengan pihak penegak 4. Apakah terdapat perbedaan
hukum seperti Polri, Kejaksaan, PPATK, dan terkait rasionalisasi/pembenaran
pengadilan. Sudah bukan rahasia lagi kalu (rationalization) antara perusahaan
kinerja aparat hukum kita masih sangat lemah. yang melakukan fraud dan yang tidak
Terdapatnya gap antara harapan melakukan fraud.
masyarakat kepada Bapepam-LK selaku pihak
regulator dengan kinerja lembaga tersebut TINJAUAN PUSTAKA DAN
dalam menangani berbagai kasus pelanggaran PENGEMBANGAN HIPOTESIS
perseroan perlu segera dicarikan alternatif Fraud (Kecurangan)
pemecahannya. Kondisi tersebut memotivasi Tindakan kecurangan perusahaan
penelitian ini untuk mengembangkan suatu (corporate fraud) merupakan suatu tindakan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 205
yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak misappropriation di bagi menjadi dua hal
manajemen dan atau pemilik perusahaan untuk yaitu cash dan non-cash. Bentuk penjarahan
melakukan tindakan yang melanggar aturan cash dilakukan dalam tiga bentuk: skimming,
yang telah ditetapkan oleh pihak regulator. larceny dan fraudulent disbursements.
Secara mendasar, kecurangan yang dilakukan Sedangkan modus operandi dalam penjarahan
oleh perusahaan merupakan salah satu jenis aset yang bukan uang tunai atau uang di bank
kecurangan yang terjadi di sekitar kita. Pada adalah misuse dan larceny. (3) Fraudulent
SUDNWLNQ\D GH¿QLVL GDUL NHFXUDQJDQ VHQGLUL Statements dibedakan menjadi dua hal yaitu
bisa beraneka ragam. fraud dalam menyusun laporan keuangan
Menurut $VVRFLDWLRQ RI &HUWL¿HG yang terdiri dari asset/revenue overstatements
Fraud Examiners (ACFE), kecurangan (fraud) dan asset/revenue understatements) dan fraud
merupakan tindakan penipuan atau kekeliruan dalam menyusun laporan non-keuangan.
yang dilakukan oleh seseorang atau badan yang Fraud tree ini bermanfaat untuk
mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat memetakan fraud dalam lingkungan kerja. Peta
mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak ini membantu akuntan forensik mengenali dan
baik kepada individu atau entitas atau pihak mendiagnosis fraud yang terjadi. Ada gejala-
ODLQ $&)( 0HUXMXN SDGD GH¿QLVL gejala “penyakit” fraud yang dalam auditing
tersebut maka secara umum kecurangan GLNHQDO VHEDJDL UHG ÀDJV 'HQJDQ PHPDKDPL
merupakan suatu perbuatan melawan hukum gejala-gejala ini dan menguasai teknik-teknik
yang dilakukan orang-orang baik dari daam auidt investigatif, akuntan forensik dapat
atau uar organisasi yang dimaksudkan mendeteksi fraud tersebut.
untuk memperoleh keuntungan pribadi atau Fraud Triangle
kelompoknya yang dapat merugikan pihak Salah satu penjelasan teoritis
lainnya. Tindakan tersebut dilakukan dengan mengenai tindakan kecurangan disampaikan
kesengajaan baik secara spontan maupun oleh Cressey (1953). Menurutnya, seseorang
direncanakan. bisa melakukan tindakan kecurangan apabila
ACFE menggambarkan fraud dalam dilandasi oleh tiga hal yaitu kesempatan
bentuk ranting dan anak rantingnya. Fraud (opportunity), tekanan atau insentif (pressure or
Tree ini mempunyai tiga cabang utama, incentive) dan rasionalisasi (rationalization).
yakni corruption, asset misappropriation Ketiganya saling mendukung sama lain dan
dan fraudulent statements: (1) Corruption membentuk pilar kecurangan yang disebut
terdiri dari FRQÀLFWV RI LQWHUHVW EULEHU\ LOHJDO sebagai segitiga kecurangan (fraud triangle).
gratuities, dan economic extortion; (2) Asset

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
206 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
Gambar 2.1. Fraud Triangle
Kesempatan
.HVHPSDWDQ

)UDXG
7ULDQJOH

7HNDQDQ 5DVLRQDOLVDVL

Elemen pertama dari segitiga prosedur yang tidak jelas ikut andil dalam
kecurangan adalah tekanan. Tekanan dapat membuka peluang terjadinya kecurangan.
diakibatkan oleh berbagai hal termasuk tekanan Elemen ketiga dalam tindakan
\DQJ EHUVLIDW ¿QDQVLDO GDQ QRQ ¿QDQVLDO kecurangan adalah rasionalisasi. Hal ini
)DNWRU ¿QDQVLDO PXPFXO NDUHQD NHLQJLQDQ merupakan pembenaran terhadap tindakan
untuk memiliki gaya hidup yang berkecukupan yang dilakukan. Para pelaku fraud biasanya
VHFDUD PDWHUL 6HGDQJNDQ IDNWRU QRQ ¿QDQVLDO mencari berbagai alasan secara rasional untuk
bisa mendorong seseorang melakukan fraud, PHQMXVWL¿NDVL WLQGDNDQ PHUHND
yaitu tindakan untuk menutupi kinerja yang Di Amerika Serikat, badan yang
buruk. Selain itu sifat dasar manusia yang menaungi para pemeriksa eksternal yang
serakah bisa jadi memberikan tekanan secara independen yaitu American Institute of
internal sehingga mendorong seseorang &HUWL¿HG 3XEOLF $FFRXQWDQW (AICPA)
melakukan tindakan kecurangan mencoba mengadopsi konsep fraud triangle
Faktor kecurangan yang kedua adalah kedalam salah standar audit, yaitu SAS No.99
kesempatan. Terbukanya kesempatan ini tentang fraud risk factor. Dalam lingkup
dikarenakan si pelaku percaya bahwa aktivitas standar tersebut, pihak auditor eksternal perlu
mereka tidak akan terdeteksi. Bahkan PHQJLGHQWL¿NDVL GDQ PHPSHUWLPEDQJNDQ
andaikan aksi seseorang itu diketahui, maka faktor-faktor risiko yang potensial
tidak ada tindakan yang serius yang akan menyebabkan klien audit mereka untuk
diambil. Peluang ini terjadi biasanya terkait melakukan tindak kecurangan. Berdasarkan
dengan lingkungan dimana kecurangan tiga pilar kecurangan, apabila auditor
memungkinkan untuk dilakukan. Sistem menemukan satu pilar saja hal tersebut sudah
pengendalian internal yang lemah, manajemen cukup untuk mengindikasikan potensi terjadi
pengawasan yang kurang memadai serta kecurangan. Secara rinci, faktor-faktor risiko

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 207
dari ketiga pilar kecurangan berdasarkan SAS 99 dapat dirangkum pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 2.1. Faktor-faktor Risiko Kecurangan berdasarkan SAS No. 99


terkait dengan kasus pelanggaran perusahaan
Kesempatan Tekanan Rasionalisasi
1. Financial stability or 1.Industry provides 1.Attitudes/rationalizations
SUR¿WDELOLW\ LV WKUHDWHQHG E\ opportunities for by board members,
economic, industry, or entity management, or employees
operating that allow them to engage
conditions: in and/or justify fraudulent
¿QDQFLDO UHSRUWLQJ
Related-party transactions High degree of competition or Ineffective communication,
beyond ordinary GHFOLQLQJ SUR¿W PDUJLQ implementation, support, or
enforcement of ethics
$ VWURQJ ¿QDQFLDO SUHVHQFH RU High vulnerability to rapid 1RQ ¿QDQFLDO PDQDJHPHQW¶V
ability to dominate a certain changes (i.e., technology, excessive participation in
industry sector that allows obsolescence, or interest rates) selection of accounting
the entity to dictate terms or principles or the determining
conditions to suppliers or estimates
Customers
$FFRXQWV EDVHG RQ VLJQL¿FDQW Declines in customer demand Known history of violations of
estimates securities laws or other laws

6LJQL¿FDQW XQXVXDO RU KLJKO\ Operating losses Excessive interest in


complex transactions maintaining or increasing
stock price
6LJQL¿FDQW RSHUDWLRQV DFURVV 5HFXUULQJ QHJDWLYH FDVK ÀRZV Aggressive or unrealistic
international borders from operations forecasts
environments and cultures
6LJQL¿FDQW EDQN DFFRXQWV LQ Rapid growth or unusual Failure to correct known
tax-haven jurisdictions SUR¿WDELOLW\ reportable conditions on a
timely basis
New accounting, statutory, or Interest by management in
regulatory requirements employing inappropriate
means to min. reported
earnings for tax
2. Excessive pressure exists 2. Ineffective monitoring of Recurring attempts by
for management to meet management allows: management to justify
requirements of third marginal or inappropriate
parties: accounting on the basis of
materiality
3UR¿WDELOLW\ WUHQG Domination of management Strained relationship with
expectations by a single person or small current or predecessor auditor
group
Need to obtain additional debt Ineffective board of directors Frequent disputes with the
RU HTXLW\ ¿QDQFLQJ or audit committee oversight current or predecessor
auditor
MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE
(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
208 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
Marginal ability to meet 3. There is a complex or Unreasonable demands on the
exchange listing requirements unstable organizational auditor, such as
or debt repayment or other structure unreasonable time constraints
debt covenant requirements
/LNHO\ SRRU ¿QDQFLDO UHVXOWV 'LI¿FXOW\ LQ GHWHUPLQLQJ WKH Restrictions on the auditor that
RQ VLJQL¿FDQW SHQGLQJ organization orindividuals that inappropriately limit access
transactions have control of company
3. Management or Overly complex structure Domineering management
GLUHFWRUV¶ SHUVRQDO ¿QDQFLDO behavior in dealing with the
situationis: auditor
6LJQL¿FDQW ¿QDQFLDO LQWHUHVWV High turnover of senior
in the entity management, counsel, orboard
6LJQL¿FDQW SHUIRUPDQFH EDVHG ,QWHUQDO FRQWURO GH¿FLHQW
compensation
Personal guarantees of debts Inadequate monitoring of
controls
4. There is excessive High turnover rates or
pressure on management or employment of ineffective
operating personnel to meet accounting, internal audit, or
¿QDQFLDO WDUJHWV VHWXS E\ information technology staff
directors or management
Ineffective accounting and
information systems
Sumber: Skousen et. al. (2009)

Pengembangan fraud triangle juga serta jaringan dengan lingkungan sekitar


dilakukan oleh Albrecht et al (2007) dalam yang kompleks. Pada sisi rasionalisasi,
konteks kecurangan keuangan. Menurut aturan standar akuntansi yang terlalu banyak
mereka, kecenderungan untuk melakukan memberikan alternatif pilihan justru menjadi
NHFXUDQJDQ ¿QDQVLDO GDODP WLJD HOHPHQ MXVWL¿NDVL EDJL SLKDN PDQDMHPHQ XQWXN
kecurangan dapat dirinci lagi kedalam merekayasa angka-angka laporan keuangan.
beberapa motif. Tekanan misalnya, bisa berasal Disamping itu, tingkat etika yang rendah dari
dari dalam diri seseorang atau organisasi pihak manajemen juga ikut menyumbang
dilandasi oleh ambisi tertentu atau bisa karena pembenaran pribadi atas apa yang telah
tekanan dari lingkungan luar. Sedangkan dilakukan. Secara singkat pengembangan
peluang munculnya kecurangan didapat dari fraud triangle oleh Albrecht et. al. (2007)
celah lemahnya sistem pengawasan internal dapat dilihat dari gambar 2.2 dibawah.

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 209
Gambar 2.2. Propensity to Commit Fraud

Penelitian Terdahulu ¿QDQVLDO GDUL VXDWX SHUXVDKDDQ DWDX VXSHUYLVRU


Berbagai macam penelitian empiris perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari
dilakukan untuk menerapkan konsep fraud transaksi yang kompleks suatu perusahaan,
triangle. Turner et. al. (2003) menguji integritas manajer yang dipertanyakan, dan
dampak dari fraud triangle terhadap proses hubungan yang kurang harmonis antara
audit. Mereka mengembangkan jaringan bukti auditor dengan perusahaan.
yang memiliki dua sub-jaringan. Pertama, Skousen et al (2009) melakukan peng-
untuk menangkap risiko dan bukti hubungan ujian empiris terhadap konsep fraud triangle
untuk audit laporan keuangan konvensional. yang diadopsi oleh SAS 99 untuk mendeteksi
Kedua, bukti untuk menangkap hubungan kecurangan laporan keuangan. Menggunakan
risiko dan bukti penilaian kecurangan. Hasil data yang tersedia dalam laporan keuangan,
analisis penelitian mendukung konsep fraud 6NRXVHQ HW DO PHQJLGHQWL¿NDVLNDQ OLPD
triangle tentang hubungan ketiga elemen yang proksi dari elemen tekanan dan dua proksi dari
memiliki dampak besar terhadap risiko audit. HOHPHQ NHVHPSDWDQ \DQJ VHFDUD VLJQL¿NDQ
Penelitian Lou dan Wang (2009) berhubungan dengan kecurangan. Disamping
dilakukan untuk menguji faktor risiko dari itu mereka menemukan bahwa pertumbuhan
fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang
bahwa kecurangan pelaporan berkiatan tunai, dan pembiayaan ekternal berhubungan
dengan salah satu kondisi berikut: tekanan positif dengan kemungkinan terjadinya fraud.

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
210 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
Aspek kepemilikan saham eksternal dan interal menemukan bahwa keberadaan komite audit
kontrol dewan direksi juga terkait dengan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
peningkatan fraud. Disisi lain, peningkatan melakukan kecurangan. Temuan lainnya
jumlah anggota komite audit yang independen adalah kecenderungan kecurangan laporan
terbukti dapat mengurangi terjadinya tindakan keuangan akan menurun seiring dengan
kecurangan. meningkatnya jumlah masa tugas direksi
Penelitian terhadap kasus pelanggaran eksternal; menurunnya jumlah rangkap jabatan
yang dilakukan oleh perusahaan memiliki yang dilakukan oleh pihak direksi.
hasil yang beragam. DeChow, Sloan, dan Hal senada diungkapkan oleh Fich
Sweeney (1996) menguji sejumlah 92 dan Shivdasani (2007). Mereka menyelidiki
perusahaan yang melakukan manipulasi laba dampak diuangkapnya kasus kecurangan
yang terkena tindakan oleh SEC (Security perusahaan terhadap reputasi direksi eksternal
Exchange Commission). Mereka menguji yang duduk di perusahaan. Pasca terungkapnya
motivasi perusahaan melakukan manipulasi skandal perseroan, direksi eksternal yang
laba, kemudian karakteristik tata kelola bertugas untuk melakukan pengawasan
perusahaan yang terkait dengan peluang menjadi menurun reputasinya sehingga
untuk melakukan manipulasi serta dampak mengakibatkan menurunnya rangkap jabatan
dari tindakan manipulasi yang dilakukan mereka di perusahaan lain. Tidak hanya
perusahaan. Mereka menemukan bahwa itu, perusahaan lain tempat ireksi eksternal
keinginan untuk memperoleh pembiayaan bekerja juga merasakan dampak negatif akibat
yang murah merupakan motivasi utama menurunya reputasi direksi tersbut..
bagi perseroan untuk memanipulasi kinerja Beneish (1997) mengembangkan
¿QDQVLDO PHUHND 'LVLVL ODLQ VWUXNWXU FRUSRUDWH model untuk mendeteksi pelanggaran prinsip
governance yang lemah dan beban modal yang akuntansi yang berterima umum melalui
tinggi memberikan peluang dan tekanan bagi manajemen laba bagi erusahaan yang kinerja
perusahaan. keuangannya kritikal. Dasar penelitiannya
Penelitian oleh Beasley (1996) adalah SAS 99 yang menyatakan bahwa
masih berkaitan dengan kecurangan laporan deteksi terhadap perusahaan yang agresif
keuangan. Dia menggunakan analisis logit dalam melakukan manajemen aba merupakan
untuk mendeteksi apakah komite audit, indikator potensial terjadinya kecurangan
komposisi direksi dan struktur corporate laporan keuangan. Temuannya mencatat bahwa
governance mempengaruhi kecenderungan beberapa ukuran seperti total akrua dibagi
kecurangan laporan keuangan. Beasley total aset, pertumbuhan penjualan, dan tingkat

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 211
OHYHUDJH EHUJXQD XQWXN PHQJLGHQWL¿NDVL beserta tindakan yang diambil oleh regulator;
perusahaan-perusahaan pelanggar prinsip E ,GHQWL¿NDVL IDNWRU IDNWRU SHPEHQWXN WLJD
akuntansi. pilar kecurangan (kesempatan, tekanan, dan
Di Indonesia, banyaknya kasus rasionalisasi) yang aplikatif dan bisa diukur; (c)
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan Mendapatkan bukti empiris tentang keakuratan
publik dikarenakan masih banyak yang belum penerapan model deteksi kecurangan berbasis
melakukan pengungkapan yang transparan fraud triangle. Pengembangan model deteksi
dari berbagai transaksi yang berpotensi kecurangan selanjutnya dihubungkan dengan
PHQLPEXONDQ NRQÀLN NHSHQWLQJDQ $NLEDWQ\D valuasi pasar serta model manipulasi laba
pemegang saham publik sering menjadi korban ULLO XQWXN PHOLKDW NRPSUHKHQVL¿WDV PRGHO
dari kurang transparannya manajemen. Salah (d) Rumusan rekomendasi kebijakan
satu referensi mengenai perbaikan terhadap berdasarkan hasil analisis empiris yang
transaksi ini datang dari temuan ROSC dilakukan untuk perbaikan terhadap rerangka
(Report on the Observance of Standards and peraturan (regulatory framework) yang ada
Code) dari corporate governance country untuk meningkatkan prinsip good corporate
assessment yang dilakukan secara bersama governance.
antara World Bank dan International Monetary Secara umum penelitian ini
Fund (2004). Salah satu temuan menyatakan bertujuan memperoleh bukti empiris terkait
bahwa praktik transaksi yang berpotensi pengembangan model deteksi kecurangan
PHQLPEXONDQ NRQÀLN NHSHQWLQJDQ SDGD berbasis fraud triangle pada kasus-kasus
perusahaan publik di Indonesia masih memiliki pelanggaran perusahaan publik di Indonesia.
tingkat ketidakpastian yang tinggi karena Berdasarkan pemaparan tersebut diatas,
peraturan yang tidak jelas. Rekomendasi yang peneliti mengajukan hipotesis penelitian
diberikan adalah untuk memperkuat transaksi sebagai berikut :
tersebut melalui perbaikan peraturan yang H1: Secara simultan terdapat perbedaan
lebih komprehensif. terkait faktor-faktor pembentuk fraud
triangle antara perusahaan yang
Pengembangan Hipotesis melakukan fraud dan yang tidak
Penelitian ini diharapkan dapat melakukan fraud.
memberikan manfaat bagi berbagai pihak H2: Secara parsial terdapat perbedaan
yang terkait, yaitu terkait dengan (a) terkait tekanan (pressure) antara
Violation assesment terhadap jenis-jenis perusahaan yang melakukan fraud
kasus pelanggaran dan frekuensi pelanggaran dan yang tidak melakukan fraud.

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
212 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
H3: Secara parsial terdapat perbedaan (rationalization) antara perusahaan
terkait kesempatan (opportunity) yang melakukan fraud dan yang tidak
antara perusahaan yang melakukan melakukan fraud.
fraud dan yang tidak melakukan fraud. Kerangka Berpikir
H4: Secara parsial terdapat perbedaan Dari uraian diatas dapat diilustrasikan
terkait rasionalisasi/pembenaran ke dalam kerangka pemikiran teoritis :

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

Perusahaan Yang Perusahaan Yang Tidak


Melakukan Fraud Melakukan Fraud
x Faktor Pembentuk x Faktor Pembentuk
Fraud Fraud
x Tekanan (3UHVVXUH) x Tekanan (3UHVVXUH)
x Kesempatan x Kesempatan
Uji Beda
(2SSRUWXQLW\) (2SSRUWXQLW\)
x Rasionalisasi x Rasionalisasi
/pembenaran /pembenaran
(5DWLRQDOL]DWLRQ) (5DWLRQDOL]DWLRQ)

METODA PENELITIAN pelanggaran dan kelompok sampel yang kedua


Ruang Lingkup sebagai pembanding adalah perusahaan non-
Penelitian atau studi ini bermaksud pelanggar. Pengambilan sampel dilakukan
melakukan mapping terjadinya kecurangan secara purposive dengan beberapa kriteria
(fraud) berdasarkan fraud triangle untuk yang telah ditentukan agar sesuai dengan
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesi tujuan penelitian. Kriteria pertama adalah
(BEI) dan membentuk model terkait faktor- perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek
faktor yang mempengaruhi fraud. Indonesia pada tahun 2000 sebagai tahun awal
Populasi dan Sampel Penelitian pengamatan. Kemudian untuk kriteria yang
Penelitian ini dilaksanakan terhadap kedua bagi perusahaan yang melanggar maka
perusahaan publik yang terdaftar pada Bursa perusahaan tersebut harus masuk kedalam
Efek Indonesia (BEI). Secara garis besar, daftar resmi perusahaan yang melakukan
terdapat dua kelompok sampel di dalam pelanggaran sesuai dengan laporan Bapepam-
penelitian ini. Kelompok sampel pertama LK. Sedangkan perusahaan non-pelanggar
adalah perusahaan yang melakukan tindakan akan dipilih perusahaan yang sepadan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 213
dengan perusahaan pelanggar dalam hal Ketiga pilar tersebut akan diurunkan menjadi
kelompok industrinya dan ukurannya. Kriteria EHUEDJDL YDULDEHO \DQJ EHUVLIDW ¿QDQVLDO
berikutnya, perusahaan tidak mengalami QRQ ¿QDQVLDO PDXSXQ \DQJ WHUNDLW GHQJDQ
SHUXEDKDQ VWUXNWXUDO VHFDUD VLJQL¿NDQ VHSHUWL tata kelola perusahaan yang relevan dengan
merger selama tahun pengamatan. konsep dasar pilar kecurangan. Setiap variabel
,GHQWL¿NDVL VDPSHO SHUXVDKDDQ akan dibuatkan pengukurannya sehingga
pelanggar aturan Bapepam-LK dilakukan menjadi lebih operasional dalam pengujian
dengan menelusuri rangkaian laporan HPSLULV ,GHQWL¿NDVL YDULDEHO DNDQ PHQJDFX
Bapepam-LK mulai dari press release, laporan pada penelitian terdahulu dan disesuaikan
akhir tahun, serta laporan tahunan Bapepam- dengan konteks Indonesia. Salah satu acuan
LK. Data tersebut didukung oleh dokumentasi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
tambahan dari berbagai media cetak dan adalah model penelitian dari
elektronik yang ada. Pada tahap selanjutnya, keseluruhan
Tahapan Penelitian variabel yang telah dikembangkan akan
Pelaksanaan penelitian dilakukan digabungkan kedalam suatu model deteksi
melalui dua hal pokok. Pertama, analisis kecurangan. Dalam melakukan deteksi
GHVNULSWLI PHODOXL LGHQWL¿NDVL WHODDK EHUEDJDL akan dibandingkan antara perusahaan yang
jenis pelanggaran (corporate’s regulatory melakukan tindak pelanggaran (IUDXG ¿UPV)
violation assesment) yang dilakukan oleh dan perusahaan yang tidak melakukannya (non-
perusahaan publik selama lima tahun terakhir IUDXG ¿UPV). Dengan adanya perbandingan
(2006-2010) yang bersumber dari laporan sampel tersebut akan diketahui keakuratan
resmi Bapepam-LK Telaah dilakukan dengan prediksi model. Untuk melaksanakan tahap
PHODNXNDQ NODVL¿NDVL MHQLV GDQ VLIDW GDUL ketiga ini, sebagai langkah awal perlu
pelanggaran yang dilakukan perusahaan dilakukan pemilihan sampel dan penjelasan
publik, serta nilai materiil pelanggarannya jika metodologi analisis statistik seperti yang
ada. Selanjutnya akan dianalisis penyelesaian dijelaskan pada sub bagian dibawah ini.
oleh Bapepam-LK sebagai badan regulator
pengawas pasar modal terhadap berbagai jenis Variabel Penelitian
tindak pelanggaran tersebut. Variabel dependen dalam penelitian
Tahap kedua akan dilakukan ini adalah perusahaan yang melakukan
LGHQWL¿NDVL IDNWRU IDNWRU \DQJ LPSOHPHQWDWLI pelanggaran (fraud) dan perusahaan yang tidak
dari ketiga pilar utama kecurangan, yaitu melakukan pelanggaran (fraud). Sedangkan
kesempatan, tekanan, dan rasionalisasi. variabel independen dalam penelitian ini adalah

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
214 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
tiga faktor pembentuk fraud yaitu tekanan didasarkan pada penelitian Skousen et al.
(pressure), kesempatan (opportunities), dan (2009) yang ringkasan variabelnya dapat
rasionalisasi/pembenaran (rationalizations). dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tahapan pengukuran variabel penelitian

Tabel 4.1.
Komponen Fraud Risk dan penjabaran variabelnya
Elemen Fraud Kategori menurut Proksi variabel
Triangle SAS No.99.
Tekanan Stabilitas Finansial  *URVV 3UR¿W 0DUJLQ
· perubahan penjualan - perubahan penjualan rata-
rata industri
· perubahan aset dua tahun sebelum pelanggaran
· Penjualan/piutang
· Penjualan/total aset
· Persediaan/total aset
Tekanan Eksternal · Total Hutang/ total aset
· (Kas Operasi-Capex)/ Aset lancar
 )UHH FDVK ÀRZ
Kebutuhan Finansial · % kepemilikan saham mayoritas
Personal · % kepemilikan saham direksi
Target Finansial · ROA
Kesempatan Karakteristik · Piutang, Persediaan, Penjualan Asing
Industri
Pengawasan yang · Proporsi Dewan Komisaris Independen
tidak efektif · Jumlah komite audit
· Proporsi komite audit independen
· Keahlian komite audit
Struktur · Perangkapan jabatan direksi diluar
Organisasi · Tingkat turnover direksi sebelum pelanggaran
Rasionalisasi · Perubahan auditor eksternal
· Opini audit

Sumber: Skousen et al. (2009) Analisis secara kualitatif dilakukan pada tahap
Metoda Analisis Data DZDO GHQJDQ PHODNXNDQ LGHQWL¿NDVL MHQLV GDQ
Analisis Deskriptif item-item pelanggaran perusahaan sampai
Dalam hal ini akan dilakukan analisis dengan penanganan terhadap pelanggaran
deskriptif baik terkait terkait dengan variabel. WHUVHEXW %HUEDJDL LOXVWUDVL WDEHO GDQ JUD¿N

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 215
perbandingan dibuat untuk mendukung data berikut:
dan kemudian dianalisis dengan metode FRAUDi = 0
+ 1
OPTit + 2
PRESS it +
deskriptif interpretatif. RATIO it + }...(1)
3

Analisis Inferensial Keterangan:


Analisis secara kuantitatif melalui - FRAUD : probabilitas terjadinya
pengujian statistika dilakukan untuk me- tindak kecurangan
ngetahui hubungan antar variabel yang diteliti. - OPT : opportunity atau
Sedangkan pengujian statistik dapat dibagi kesempatan
menjadi beberapa tahap sebagai berikut: - PRESS : pressure
a). Uji Beda - RATIO : rasionalisasi
Uji beda dilakukan untuk menguji } : error term
perbedaan karakteristik antara HASIL DAN PEMBAHASAN
perusahaan yang melakukan Pada bab ini akan dilakukan pem-
kecurangan dan perusahaan yang tidak bahasan mengenai data-data yang berhasil
melakukan kecurangan. diperoleh dan pengolahan data-data tersebut
b). Analisis regresi logistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
Untuk menguji hubungan antara penelitian. Hasil pengolahan data yang
variabel independen dan variabel diperoleh akan ditelaah dan dijabarkan
dependen dilakukan analisis regresi sesuai dengan hasilnya. Pembahasan akan
logistik. Regresi logistik merupakan memberikan gambaran yang jelas mengenai
regresi yang melakukan prediksi hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan
terhadap probabilitas terjadinya suatu oleh peneliti.
peristiwa. Dalam hal ini, regresi Analisis Deskriptif
logistik dipilih sebagai alat analisis Berdasar Tabel 5.1 berikut dapat
dalam penelitian ini karena variabel kita lakukan analisis deskriptif responden
dependen merupakan variabel EHUGDVDUNDQ SHQJNODVL¿NDVLDQ GXD NHORPSRN
kategorikal yang pengukurannya perusahaan, yaitu perusahaan yang melakukan
dengan dummy (kode 1) untk pelanggaran (fraud) dan perusahaan yang
perusahaan yang tidak melakukan tidak melakukan pelanggaran (fraud).
pelanggaran (fraud) dan kode (1) Perusahaan yang melakukan fraud sejumlah
untuk perusahaan yang melakukan 23 perusahaan (23%) sedangkan perusahaan
pelanggaran (fraud). Persamaan yang tidak melakukan fraud sejumlah 75
regresinya dapat digambarkan sebagai perusahaan (77%).

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
216 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
Tabel 5.1
Demografi Responden
Keterangan Kriteria Jumlah Prosentase

Melakukan Fraud 23 23%


Jenis perusahaan Tidak Melakukan Fraud 75 77%
Total 98 100%
.Sumber: Data penelitian 2012

Analisis Inferensial WLGDN VLJQL¿NDQ VHKLQJJD DNKLUQ\D GLNHWDKXL


Penelitian ini juga menggunakan YDULDEHO \DQJ SDOLQJ VLJQL¿NDQ
model regresi logistik untuk melihat kekuatan Tahap terakhir adalah menguji kembali
prediksi terhadap kategori peringkat. Tahap YDULDEHO \DQJ VLJQL¿NDQ GDUL XML UHJUHVL ORJLVWLN
awal adalah memasukkan variabel ke dalam teknik Stepwise kedalam uji selanjutnya, yaitu
uji regresi logistik dengan menggunakan uji regresi logistik teknik Enter. Pengujian
metode Backward Stepwise. Teknik Stepwise regresi logistik menghasilkan uji Nagelkerke
digunakan untuk menyaring variabel-variabel R Square, uji Hosmer and Lemeshow, dan
independen, kemudian mengeluarkan satu XML VLJQL¿NDQVL XQWXN WLDS WLDS YDULDEHO
persatu dimulai dari variabel yang paling independen.

Tabel 5.2
Hasil uji Hipotesis Model Analisis Regresi Logistik
Persamaan Regresi Logistik
Y = -0.872 -20.331Audit Report
Variabel B S.E Wald Df Sig.
Constant -.872 .248 12.327 1 .000
AuditReport -20.331 8.987E3 0.000 1 0,000
Kategori Tidak Melakukan Fraud = 0 Melakukan Fraud = 1

Percentage Correct 0% 100 %


N 98
2PQLEXV WHVW RI PRGHO FRHI¿FLHQW 12.190
-2 Log Likehood Block 0 106.798
-2 Log Likehood Block 1 94.607
Cox & Snell-R² 0.117
Nagelkerke-R² 0.176
Hosmer and Lemeshaw Test 0
Chi Square 0.00
Overall Percentage 98,6 %
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 2012

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 217
Tabel 5.2 menunjukkan hasil uji mempunyai kekuatan prediksi model yang
hipotesis dengan menggunakan alat analisis dijelaskan oleh audit report, sedangkan
regresi logistik. Untuk menilai kecocokan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya.
model (PRGHO ¿W), kriteria yang digunakan 'DODP SHQHOLWLDQ LQL NRH¿VLHQ 1LODL Cox dan
adalah nilai -2 Log Likehood (-2LL). Snell’s R Square VHEHVDU GDQ .RH¿VLHQ
Awalnya hanya konstanta saja tanpa variabel korelasi Nagelkerke-R² sebesar 0.176 yang
menunjukkan nilai statistik -2LogL sebesar berarti variabilitas variabel dependen yang
106.798, namun setelah dimasukkan 10 dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
variabel baru maka nilai -2LogL turun menjadi independen sebesar 17,6%.
$GDQ\D SHQXUXQDQ \DQJ VLJQL¿NDQ 0RGHO ¿W GDSDW MXJD GLXML GHQJDQ
nilai -2LogL dari 106,798 pada model awal +RVPHU DQG /HPHVKRZ¶V *RRGQHVV RI ¿W yang
menjadi 94,607 hal ini mengindikasikan menguji hipotesis nol bahwa data empiris
bahwa model regresi ini baik. Hal ini berarti cocok atau sesuai dengan model. Hasil output
penambahan variabel audit report ke dalam SPSS menunjukkan bahwa nilai Hosmer
PRGHO PHPSHUEDLNL PRGHO ¿W and Lemeshow’s Goodness sebesar 0.00 dan
Nilai Cox dan Snell’s R Square VLJQL¿NDQVL PDND QLODL WHUVHEXW GL EDZDK
GDQ .RH¿VLHQ NRUHODVL Nagelkerke-R² PDND PRGHO GLNDWDNDQ WLGDN ¿W GDQ PRGHO
menunjukkan seberapa besar model ini tidak dapat diterima.

Tabel 5.3
+DVLO .ODVL¿NDVL 7DEHO
&ODVVL¿FDWLRQ 7DEOHa
Predicted
Fraud Percentage
Observed 0 1 Correct
Step 1 Fraud 0 75 0 100.0
1 23 0 .0
Overall Percentage 76.5
a. The cut value is ,500
Sumber: Hasil Olah Data SPSS 2012

&ODVVL¿FDWLRQ WDEOH pada tabel melakukan fraud (kode 0) adalah 75 perusahaan


PHQXQMXNNDQ KDVLO NDODVL¿NDVL XQWXN sedangkan hasil observasi menunjukkan 75
menghitung nilai estimasi yang benar dan yang SHUXVDKDDQ VHKLQJJD NHWHSDWDQ NODVL¿NDVLQ\D
salah. Menurut prediksi, perusahaan yang tidak 100% (75/75). Sedangkan kita memprediksi

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
218 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
perusahaan melakukan fraud (kode 1) adalah merupakan variabel kategorikal yang
23 perusahaan sedangkan hasil observasinya pengukurannya dengan dummy (kode 1) untuk
DGDODK VHKLQJJD NHWHSDWDQ NODVL¿NDVLQ\D perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran
0% (0/23). Secara keseluruhan dapat dikatakan (fraud) dan kode (1) untuk perusahaan yang
EDKZD NHWHSDWDQ NODVL¿NDVL WRWDO DGDODK melakukan pelanggaran (fraud). Dalam
76.5%. penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan
untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah
Hasil Pengujian Hipotesis dikemukakan sebelumnya. Dalam penelitian
Dalam pengujian hipotesis ini diguna- ini terdapat empat (4) hipotesis. Hasil
kan alat uji Regresi Logistik. Dalam hal ini, pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 5.4
regresi logistik dipilih sebagai alat analisis di bawah ini.
dalam penelitian ini karena variabel dependen

Tabel 5.4.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Arti Hasil
H1 Tidak Terdapat Beda Tidak Diterima
H2 Tidak Terdapat Beda Tidak Diterima
H3 Tidak Terdapat Beda Tidak Diterima
H4 Terdapat Beda Diterima
Sumber: Hasil olah data 2012

Hasil pengujian regresi logistik (Tabel bahwa hipotesis pertama (H1) yang berbunyi
5.2) menunjukkan bahwa secara simultan “secara simultan terdapat perbedaan terkait
variabel fraud triangle tidak dapat digunakan faktor-faktor pembentuk fraud triangle antara
untk membedakan antara perusahaan yang perusahaan yang melakukan fraud dan yang
melakukan pelanggaran (fraud) maupun tidak melakukan fraud” tidak diterima. Hal ini
perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran berarti tidak terdapat beda antara perusahaan
(fraud). Hal ini ditunjukkan oleh hasil output yang melakukan pelanggaran (fraud) dengan
SPSS menunjukkan bahwa nilai Hosmer perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran
and Lemeshow’s Goodness sebesar 0.00 (fraud) terkait faktor-faktor pembentuk fraud.
GDQ VLJQL¿NDQVL PDND QLODL WHUVHEXW GL Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
EDZDK PDND PRGHO GLNDWDNDQ WLGDN ¿W hasil bahwa Hipotesis 2 yang berbunyi “Secara
dan model tidak dapat diterima. Hal ini berarti parsial terdapat perbedaan terkait tekanan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 219
(pressure) antara perusahaan yang melakukan variabel masuk ke dalam model (variabel in
fraud dan yang tidak melakukan fraud” equation NDUHQD PHPLOLNL QLODL VLJQL¿NDQVL GL
tidak diterima. Hal ini berarti tidak terdapat atas 0.05. Interpretasinya adalah bahwa semakin
perbedaan perusahaan yang melakukan tinggi nilai audit report (rationalization), maka
pelanggaran (fraud) dengan perusahaan yang probabilitas perusahaan melakukan fraud
tidak melakukan pelanggaran (fraud) terkait juga semakin tinggi. Dari uraian diatas dapat
faktor tekanan (pressure). disimpulkan bahwa hipotesis empat (H4)
Hasil pengujian hipotesis diterima karena audit report (rationalization)
menunjukkan hasil bahwa Hipotesis 3 yang terbukti mempunyai kemampuan dalam
berbunyi “Secara parsial terdapat perbedaan membentuk model untuk memprediksi fraud
terkait kesempatan (opportunity) antara suatu perusahaan.
perusahaan yang melakukan fraud dan yang Pressure
tidak melakukan fraud” tidak diterima. Hal ini Sesuai dengan SAS No. 99 terdapat
berarti tidak terdapat perbedaan perusahaan empat jenis pressure yang terkait dengan
yang melakukan pelanggaran (fraud) fraud laporan keuangan. Empat jenis tersebut
dengan perusahaan yang tidak melakukan yaitu ¿QDQFLDO VWDELOLW\ H[WHUQDO SUHVVXUH
pelanggaran (fraud) terkait faktor kesempatan managers’ personal ¿QDQFLDO VLWXDWLRQV DQG
(opportunity). PHHWLQJ ¿QDQFLDO WDUJHWV Dalam penelitian ini
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan kami mengambil satu proksi yaitu ¿QDQFLDO
hasil bahwa Hipotesis 4 yang berbunyi stability.
“Secara parsial terdapat perbedaan terkait a. Financial stability
rasionalisasi/pembenaran (rationalization) Sesuai dengan SAS No. 99 manajer
antara perusahaan yang melakukan fraud menghadapi tekanan (pressure)
dan yang tidak melakukan fraud.” diterima. terkait ¿QDQFLDO VWDWHPHQW IUDXG
Hal ini berarti terdapat perbedaan perusahaan ketika ¿QDQFLDO VWDELOLW\ dan/atau
yang melakukan pelanggaran (fraud) dengan SUR¿WDELOLW\ WHUDQFDP ROHK HNRQRPL
perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran industry ataupun kondisi operasi
(fraud) terkait faktor rasionalisasi/pembenaran perusahaan. Loebbecke et al. (1989)
(rationalization). and Bell et al. (1991) mengindikasikan
bahwa dimana perusahaan mengalami
Pembahasan pertumbuhan maka akan berada
Dari empat hipotesis yang diajukan dibawah rata-rata industri sehingga
dalam penelitian ini, hanya terdapat satu manajer akan memanipulasi laporan

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
220 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
keuangan agar tampak lebih baik. pressure. Vermeer (2003) and Press and
Namun dengan cepatnya pertumbuhan Weintrop (1990) melaporkan bahwa
perusahaan akan tetap memanipulasi ketika dihadapkan dengan violation
laporan keuangan agar pertumbuhan of debt covenants, manajer akan
Nampak lebih stabil. Kemudian terkait lebih menyukai untuk memeprecayai
GHQJDQ JURVV SUR¿W PDUJLQ *30 discretionary accruals. Kemudian debt
pertumbuhan penjualan (CATA) levels berhubungan dnegan income
(Beasley 1996; Summers and Sweeney increasing discretionary accruals
1998), and pertumbuhan asset (Beneish (DeAngelo et al.1994; DeFond and
1997; Beasley et al. 2000) digunakan Jiambalvo 1991). Manajer akan
sebagai proksi dari ¿QDQFLDO VWDELOLW\. merasa berada di bawah tekanan
Albrecht (2002) and Wells (1997) sebagai hasil dari kebutuhan untuk
menyimpulkan bahwa item atau akun memperoleh additional debt or equity
dari neraca dan laporan laba rugi ¿QDQFLQJ untuk mampu bersaing.
dapat digunakan untuk mendeteksi Sebagai contoh, perusahaan baru
fraud. Persons (1995) menyarankan membutuhkan riset dan pengembangan
agar sales to accounts receivable, atau perluasan faislitas. Dalam hal
sales to total assets, and inventory ini leverage merupakan salah satu
to total sales dapat digunakan untuk proksi dari external pressure: LEV
mendeteksi fraud. Selain itu kita = Total debt / Total assets. Dechow
juga dapat menggunakan proksi yang et al. (1996) beragumen bahwa
lain yaitu SALAR = Sales / Accounts permintaan atas H[WHUQDO ¿QDQFLQJ
receivables; SALTA = Sales / Total tidak hanya tergantung pada operating
assets dan INVSAL = Inventory / Total and investment activities tetapi juga
sales. terkait pendanaan yang tersedia untuk
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan. Mereka menyarankan
tidak ada pengaruh ¿QDQFLDO VWDELOLW\ bahwa the average capital expenditure
terhadap fraud. Hal ini bertentangan selama tiga tahun sebelum adanya
dengan beberapa teori tersebut diatas. manipulasi laporan keuangan
b. External pressure merupakan pengukuran dari level
Kemampuan exchange-listing require- investasi selama periode manipulasi
ments, repay debt or meet debt laporan keuangan. Hasil penelitian ini
covenants termasuk dalam external menyatakan bahwa tidak ada pengaruh

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 221
external pressure terhadap fraud. Hal berdasarkan estimasi dan subjective
ini bertentangan dengan beberapa teori judgments. Summers and Sweeney
tersebut diatas. (1998) mencatat bahwa uncollectible
c. Financial targets accounts dan obsolete inventory
Return on total assets (ROA) merupakan ditetapkan secara subyektif.
alat yang dgunakan untuk mengukur Mereka menyarankan bahwa
kinerja dengan menggunakan indikasi manajemen harus focus pada beberapa
HI¿FLHQWO\ DVVHWV GDSDW GLJXQDNDQ akun yang berpotensi besar untuk
ROA sering digunakan untuk mengukur dilakukan manipulasi. Konsisten
penilaian kinerja manajer terutama dengan Loebbecke et al. (1989),
terkait dengan bonus peningkatan dan yang melakukan observasi terhadap
sebagainya.. Summers and Sweeney sejumlah fraud dalam sampel mereka
(1998) melaporkan bahwa ROA secraa yang terdiri dari accounts receivable
VLJQL¿NDQ PDPSX PHPEHGDNDQ and inventory. SAS No. 99 and
perusahaan yang melakukan fraud Albrecht (2002) mengindikasikan
dan perusahaan yang tidak melakukan bahwa ketika perusahaan memiliki
fraud. VLJQL¿FDQW RSHUDWLRQV ORFDWHG dalam
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perbedaan international jurisdictions
WLGDN DGD SHQJDUXK ¿QDQFLDO WDUJHWV maka kesempatan terjadinya fraud
terhadap fraud. Hal ini bertentangan akan meningkat.
dengan beberapa teori tersebut diatas. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Opportunity tidak ada pengaruh nature of industry
SAS No. 99 PHQJNDOVL¿NDVLNDQ terhadap fraud. Hal ini bertentangan
opportunities terkait dengan fraud atas dengan beberapa teori tersebut diatas
laporan keuangan ke dalam tiga kategori. Rationalization
Tiga kategori tersebut yaitu nature of industry, Rationalization merupakan jenis
ineffective monitoring dan organizational ketiga dari fraud triangle and paling sulit
structure. Dalam hal ini penelitian ini hanya untuk dilakukan pengukurannnya. Beberapa
menggunakan 1 proksi dari opportunity yaitu riset mengindikasikan bahwa kejadian terkait
variabel nature of industry. kegagalan audit dan peningkatan litigasi
a. Nature of industry setelah adanya perubahan auditor (Stice 1991;
Nominal yang tercantum dalam akun St. Pierre and Anderson 1984; Loebbecke
di dalam laporan keuangan mayoritas et al.1989). Dalam hal ini penelitian kali ini

MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE


(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
222 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
menggunakan audit report sebagai proksi dari dalam penelitian ini, hanya terdapat satu
razionalization. variabel masuk ke dalam model (variabel in
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa equation) yaitu audit report sebagai proksi
terdapat pengaruh audit report terhadap fraud. dari rasionalisasi (rationalization). Hipotesis
Hal ini sesuai dengan teori tersebut diatas pertama, kedua dan ketiga tidak diterima
.RH¿VLHQ Cox & Snell-R²; (ditolak) sedangkan hipotesis keempat
Nagelkerke-R² maupun Hosmer and Lemeshaw diterima. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
Test yang menunjukkan bahwa model tidak nilai audit report (rationalization), maka
¿W Hal ini berarti bahwa ketiga variabel probabilitas perusahaan melakukan fraud juga
fraud triangle yaitu tekanan, kesempatan dan semakin tinggi.
rasionalisasi tidak mampu membentuk model Berikut ini merupakan keterbatasan
\DQJ ¿W 'HQJDQ NDWD ODLQ NHWLJD YDULDEHO dan kekurangan yang ada dalam penelitian
tersebut tidak cocok untuk membentuk suatu ini dan saran yang diharapkan mampu
model, sehingga tidak memiliki kekuatan meningkatkan kualitas penelitian yang lebih
prediksi untuk membedakan antara perusahaan lanjut, yaitu :
yang melakukan pelanggaran (fraud) maupun 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian
perusahaan yang tidka melakukan pelanggaran ini tidak dapat digunakan untuk membentuk
(fraud). model. Saran untuk penelitian selanjutnya
Rasio-rasio keuangan yang digunakan menggunakan variabel lain untuk membentuk
dalam penelitian ini tidak dapat digunakan model.
untuk menggambarkan perbedaan antara 2. Selain itu saran untuk penelitian
perusahaan yang melakukan pelanggaran selanjutnya adalah menggunakan rasio
(fraud) maupun perusahaan yang tidak keuangan yang lain atau menggunakan
melakukan pelanggaran (fraud). Hanya pengukuran selain rasio keuangan untuk
audit report sebagai proksi dari rasionalisasi mengukur fraud.
(rationalization) yang membedakan
antara antara perusahaan yang melakukan
pelanggaran (fraud) maupun perusahaan yang DAFTAR PUSTAKA
$PHULFDQ ,QVWLWXWH RI &HUWL¿HG 3XEOLF
tidka melakukan pelanggaran (fraud).
Accountants (AICPA).(2002).
&RQVLGHUDWLRQ RI IUDXG LQ D ¿QDQFLDO
KESIMPULAN DAN SARAN statement audit. Statement on auditing
standards No.99. NewYork,NY:
Penelitian ini memberikan hasil AICPA.
bahwa dari empat hipotesis yang diajukan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 223
Apostolon, N. & Crumbley, D.L.(2005). with Asian Corporate Governance
Fraud surveys: lessons for forensic Association (ACGA)
accounting. Journal of Forensic
Accounting, 4: 103-118. Cooke, T.E. (1991). Disclosure in the
Corporate Annual reports of Swedish
Bapepam-LK. (2010). Laporan Tahunan 2009 Companies, Accounting and Business
Research, 19, Spring, pp. 113-124.
Bapepam-LK. (2009). Surat Keputusan
Ketua BAPEPAM-LK No. KEP-412/ Cressey, D.(1953). Other people’s money;
%/ WHQWDQJ WUDQVDNVL D¿OLDVL a study in the social psychology of
dan benturan kepentingan transaksi embezzlement. Glencoe, IL:FreePress.
tertentu
Dechow, P., Sloan,R., & Sweeney,A.(1996).
Bapepam-LK. (2001). Peraturan BAPEPAM- Causes and consequences of earnings
LK No. IX.E.1. tentang transaksi PDQLSXODWLRQ $Q DQDO\VLV RI ¿UPV
D¿OLDVL subject to enforcement actions by
theSEC. Contemporary Accounting
Bainbridge, Stephen M., 1999. A Behavioral Research, 13(1), 1–36.
Economic Analysis of Mandatory
Disclosure:A Thought Experiment Deegan, C. (2000). Financial accounting
Turned Cautionary Tale. Working theory. McGrawHill Publisher, 2nd
Paper Edition, Australia

Beasley, M.(1996). An empirical analysis of the Farber, D.B.(2005). Restoring trust after
relation between the board of director fraud: Does corporate governance
FRPSRVLWLRQ DQG ¿QDQFLDO VWDWHPHQW matter? The Accounting Review, 80(2),
fraud. The AccountingReview, 71(4), 539–561.
443–465.
Fich, E. M., & Shivdasani, A. (2007).
Beneish, M.(1997).Detecting GAAP Financial fraud, director reputation,
violation: Implications for assessing and shareholder wealth. Journal of
HDUQLQJV PDQDJHPHQW DPRQJ ¿UPV Financial Economics. 86. 306-336
ZLWK H[WUHPH ¿QDQFLDO SHUIRUPDQFH
Journal of Accounting and Public Forum for Corporate Governance in Indonesia
Policy, 16(3), 271–309. (FCGI). (2004). Review of Corporte
Governance in Indonesia. Publication,
Bower, J. & Gilson, S. (2003). The Social Cost dapat diakses melalui http://www.
of Fraud and Bankruptcy. Harvard fcgi.or.id
Business Review, December 03.
Gertner, R.H., Scharfstein, D.S, & Stein, J.C.
Cendrowski, H., Martin, J.P. & Pedro, L.W. (1994). Internal versus External Capital
(2007). The Handbook of Fraud Markets. The Quarterly Journal of
Deterrence. John Wiley & Son, United Economics, 109(4), 1211-1230
States.
Hendriksen, Eldon S., & Van Breda, M.
CLSA (2007). CG Watch: Corporate (1998). Accounting Theory ¿IWK
Governance in Asia. Regional Special edition, Irwin-McGraw-Hill
Report of CLSA in cooperation
MODEL DETEKSI KECURANGAN BERBASIS FRAUD TRIANGLE
(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia)
224 Sukirman
Maylia Pramono Sari
Universitas Negeri Semarang
Hirschey, M, John, K, & Makhija, A.M. Lou, Y.I., & Wang, M.L. (2009). Fraud Risk
(2009). Advances in Financial Factor of the Fraud Triangle Assesing
Eonomics: Corporate Governance the Likelihood of Fraudulent Financial
and Performance. 1st edition, JAI Reporting. Journa of Business and
Publishing, Emerald Group. Vol. 13 Economic Research. Vol.7 (2), 62-66

Husnan, S. (2001). Indonesia in Zhuang McCahery, J.A., & Vermeulen, E.P.M. (2005).
J., David Edwards and Virginita Corporate governance crises and
A. Capulong (Eds.), Corporate related party transactions: a post
JRYHUQDQFH DQG ¿QDQFH LQ (DVW $VLD parmalat agenda. Working Paper
a study of Indonesia, Republic of University of Groningen, Netherland
Korea, Malaysia, Philippines, and
Thailand (Volume 2 pp.1-23). Asian Roychowdhury, S. (2006). Earnings
Development Bank. Management through Real Activities
Manipulation. Journal of Accounting
Ikatan akuntan Indonesia. (2001). Pernyataan and Economics. 42: 335-370.
Standar Akuntansi Indonesia per 1
April 2001. Penerbit Salemba Empat: Saudagaran, S.M., & Diga, J.G. (1997).
Jakarta, edisi kedua. Financial Reporting in Emerging
Capital Market: Characteristics and
Jensen, M. C. & Meckling, W.H. (1976). Policy Issues, Accounting Horizon,
7KHRU\ RI WKH ¿UP 0DQDJHULDO Vol 11, No. 2.
behavior, agency costs, and ownership
structure, Journal of Financial Skousen, C.J., Smith, K.R, & Wright, C.J.
Economics, 3: 305–360. (2009). Detecting and Predicting
Financial Statement Fraud: the
Kaminski, K.,Wetzel, T., & Guan, L.(2004). Effectiveness of the Fraud Triangle and
&DQ ¿QDQFLDO UDWLRV GHWHFW IUDXGXOHQW SAS No.99; in Advances in Financial
¿QDQFLDO UHSRUWLQJ" Managerial Eonomics: Corporate Governance
AuditingJournal, 19(1), 15–28. and Performance1st edition, JAI
Publishing, Emerald Group. Vol. 13
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., and Shleifer,
A. (1999). Corporate ownership Skousen,C.J,&vWright,C.(2008).
around the world. Journal of Finance Contemporaneous risk factors and the
54 No.2, 471-5178. SUHGLFWLRQ RI ¿QDQFLDO VWDWHPHQW IUDXG
Journal of Forensic Accounting, IX,
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & 37–62.
Zamarripa, G. (2003). Related lending,
Quarterly Journal of Economics, 119, Turner, J.L., Mock, T.J., & Sripastava, R.P.
231-268. (2003). An Analysis of the Fraud
Triangle. Working Paper.
Lo, Agnes W.Y., Wong, R.M.K., & Firth, M.
(2009). Can corporate governance World Bank. (2004). Report on the observance
deter management from manipulating of standards and codes (ROSC)-
earnings? Evidence from related-party Corporate governance country
sales transactions in China. Journal assessment Republic of Indonesia.
of Corporate Finance, doi:10.1016/j. Available at http://www.rru.worldbank.
MFRUS¿Q org/PapersLinks/Open.aspx?id

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225 225

You might also like