You are on page 1of 8

Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019 DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.

30
ISSN 2355-5017

Evaluasi Penerapan Sistem Mutu Safe Quality Food:


Lesson Learned di Industri Pangan PT XYZ
Evaluation of Safe Quality Food System Implementation:
Lesson learned from XYZ Food Industry
Siti Nurjanah1,2)* dan Muhammad Fahrizal Setiawan1)
1)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
South East Asian Food and Agricultural Science and Technology Center, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Abstract. Safe Quality Food (SQF) is food safety and quality management system that apllied food
safety principles (US National Advisory Committee on Microbiological Criteria for Food) combined with
HACCP system (Codex). SQF standards contains of Module 2 and another modules that suitable for
specific porpuses industry. The objectives of this research were to calculate the fulfillment 9 clauses of
SQF Module 2 requirements and its corrective actions to increase the effectiveness of SQF
implementation. PT XYZ has been certified SQF management system level 3 for Module 2 and evaluated
implementation of this system regularly. This research was conducted in steps: assessment of
implementation SQF 7.2 (Module 2), analysis of gap using GAP Analysis Tool, and evaluation of
corrective actions for continuous improvement process. Quantitative data showed that PT XYZ complied
100% for 6 out of 9 clauses of SQF 7.2 Module, and 3 others clauses have implemented 93% (clause of
document control and record), 99% (clause of attaining food safety and quality), and 94% (clause of
training). Corrective action have decided and implemented effectively. Corrective action were making
distribution document's SOP, matrix of hazard significance determination refers to Codex, implementing
pre and post-test for evaluating staff's competencies, and integrated audit system between SQF and ISO
9001:2015 using iAuditor application.
Keywords: corrective action, food safety, gap analysis, quality management system, safe quality food
(SQF)
Abstrak. Safe Quality Food (SQF) merupakan sistem manajemen keamanan pangan yang menerapkan
prinsip-prinsip keamanan pangan dari National Advisory Committee on Microbiological Criteria for
Food Amerika dan prinsip serta pedoman HACCP dari Codex. Standar SQF terbagi pada beberapa Modul
yang sesuai tujuan industri, diantaranya Modul 2 tentang elemen sistem manajemen mutu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur pemenuhan implementasi 9 klausul pada Modul 2 SQF dan melakukan
perbaikan untuk meningkatkan implementasi SQF di PT XYZ. PT XYZ telah tersertifikasi SQF Modul 2
dan melakukan evaluasi penerapan sistem tersebut secara berkala. Pengukuran pemenuhan klausul
dilakukan dengan analisis kesenjangan menggunakan GAP Analysis Tool dengan skoring penilaian. PT
XYZ telah menerapkan 100% persyaratan pada 6 dari 9 klausul, sedangkan untuk 3 klausul lainnya telah
menerapkan 93% (kausul document control and record), 99% (klausul attaining food safety and food
quality), dan 94% (klausul training). Tindakan perbaikan untuk pemenuhan dan peningkatan efektivitas
penerapan sistem SQF di perusahaan telah dilakukan dan dinilai efektif. Tindakan perbaikan tersebut
adalah pembuatan SOP distribusi dokumen, pembuatan matriks penentuan signifikansi bahaya yang
mengacu aturan Codex, pelaksanaan pre-test dan post-test singkat sebagai tolak ukur tindakan evaluasi
hasil pelatihan, dan penggunaan sistem audit online terintegrasi SQF dengan ISO 9001:2015
menggunakan aplikasi iAuditor.
Kata Kunci: analisis kesenjangan, skoring, sistem manajemen mutu, Safe Quality Food, tindakan
perbaikan

Aplikasi Praktis: Penelitian ini dapat memberikan gambaran metode pengukuran implementasi sistem
manajemen mutu SQF di industri pangan serta sebagai referensi perbaikan dalam penerapan sistem
manajemen mutu dan keamanan pangan di industri pangan.

PENDAHULUAN 1 sebagai produk utamanya. PT XYZ berhasil menjual


produknya hingga ke seluruh wilayah Indonesia dan
PT XYZ merupakan perusahaan populer di berbagai negara di dunia. Sebagai upaya dalam mem-
Indonesia yang memproduksi makanan ringan dan kukis pertahankan dan meningkatkan trend positif, diperlukan
penyesuaian terhadap kebutuhan konsumen yang
dinamis. Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan
Korespondensi: siti.nrjh@gmail.com

30 @JMP2019
DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30 Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019

pangan di industri pangan sangat penting untuk aspek mutu pangan dan pengendalian terkait untuk
memenuhi persyaratan yang diinginkan konsumen. menghasilkan suatu sistem manajemen keamanan dan
Mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen. mutu pangan yang komprehensif (SQFI 2014a). SQF
Mutu sebagai Fitness for Use (cocok atau layak Codes terdiri dari 6 bagian utama yaitu Komitmen
digunakan), berarti suatu produk atau jasa harus dapat Manajemen, Spesifikasi, Pengendalian Produksi (ter-
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen masuk persyaratan PRP dan HACCP), Verifikasi,
(Muhandri dan Darwin 2012). Pengendalian Dokumen dan Records, serta Identifikasi,
Berbagai standar nasional maupun internasional Penelusuran dan Penarikan Produk (Netterville dan
terkait mutu dan keamanan pangan terus diperbaharui Adendorff 2002).
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi pangan PT XYZ sendiri telah tersertifikasi SQF level 3.
serta isu terkait keamanan pangan yang ada di dunia. Tanggung jawab pengendalian mutu dan keamanan
Terdapat empat sistem yang diakui oleh Global Food pangan diberikan kepada Divisi Quality Assurance
Safety Initiative (GSFI), yaitu British Retail Concortium (QA). Penerapan sistem SQF di perusahaan ini berada
(BRC), Food Safety System Certification (FSSC), pada cakupan manufaktur kategori Bakery and Snack
International Food Standard (IFS), dan Safe Quality Food Processing. Berdasarkan kategori tersebut, PT
Food (SQF) (GSFI 2013). Salah satu bentuk komitmen XYZ diwajibkan menerapkan SQF Code Modul 2:
dalam menjamin mutu dan keamanan pangan, PT XYZ System elements dan Modul 11: GMP for processing of
telah mengimplementasikan dan melakukan sertifikasi food products. Perusahaan menyadari perlunya
beberapa sistem mutu dan keamanan pangan. Sistem itu melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap
antara lain adalah Hazard Analysis and Critical Control sistem manajemen mutu dan keamanan pangan yang
Points (HACCP), Sistem Jaminan Halal, ISO 9001:2008 telah diterapkan. SQF yang telah disusun oleh
yang akan diperbarui menjadi ISO 9001:2015 dan SQF manajemen diperlukan pengawasan dan pemeriksaan
level 3. terkait pelaksanaannya.
SQF merupakan suatu sistem yang menerapkan Besarnya volume penjualan produk kukis dengan
prinsip-prinsip keamanan pangan dari National Advisory brand XYZ berimplikasi terhadap penjaminan mutu dan
Committee on Microbiological Criteria for Food keamanan produk yang dihasilkan dan SQF merupakan
(NACMCF) Amerika dan prinsip serta pedoman sistem yang mengendalikan derajat pencapaian mutu
HACCP yang dibuat oleh Codex Alimentarius Commis- dan keamanan pangan tersebut. Kukis XYZ paling
sion (CAC) (SQFI 2013). Standar SQF menggabungkan banyak dihasilkan dari lini produksi 6 yang merupakan
penerapan keamanan pangan dan manajemen mutu pada lini produksi paling mutakhir karena telah diterapkan
semua rantai proses yang terlibat dalam produksi dan sistem robotik dalam prosesnya. Adanya gap penerapan
pengolahan pangan (Mensah dan Densye 2011). sistem SQF pada lini produksi tersebut tentu akan
Penerapan sistem SQF dapat memberikan efek positif memberikan pengaruh yang besar dalam pemenuhan
berupa peningkatan kuantitas ekspor produk berbasis kualitas produk yang diinginkan. Evaluasi penerapan
agri-food di Amerika (Seok et al. 2016). Penggunaan kondisi aktual SQF di lini produksi 6 dilandasi oleh
sistem SQF juga merupakan pendekatan yang paling kesadaran perusahaan dalam melakukan jaminan
praktis dan mudah dalam menerapkan HACCP, serta terhadap sistem manajemen mutu dan keamanan pangan.
lebih cepat diterima dengan baik di Australia maupun Tingkat pemenuhan dan kesenjangan yang ada perlu
negara-negara lain (Ropkins dan Beck 2000). Pengem- diketahui sehingga dapat dilakukan penyesuaian dan
bangan sistem SQF sendiri dilakukan di Australia tetapi perbaikan dalam mencapai sistem manajemen mutu dan
dimiliki oleh Food Marketing Institut (FMI) di Amerika. keamanan pangan yang lebih efektif. Namun evaluasi
Skema sistem SQF ditujukan untuk mempertemukan dalam penelitian ini terbatas pada Modul 2 SQF 7.2,
kebutuhan konsumen dan produsen di seluruh dunia sedangkan Modul 11 yang membahas lebih rinci tentang
dengan mensyaratkan pemenuhan jaminan sertifikasi proses tidak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
manajemen keamanan dan kualitas pangan yang sesuai mengukur pemenuhan implementasi 9 klausul pada
dengan regulasi lokal dan internasional (DAFWA 2000). Modul 2 SQF dan melakukan perbaikan untuk mening-
Saat ini terdapat dua sistem standar SQF Codes, yaitu katkan implementasi pelaksanaan sistem manajemen
SQF 1000 untuk produsen pertanian dan SQF 2000 SQF pada PT XYZ.
untuk industri manufaktur dan distributor (Kobylanski et
al. 2011). Sertifikasi sistem SQF terdiri dari 3 level.
Level 1 meliputi persyaratan fundamental bagi keama- BAHAN DAN METODE
nan pangan, yang berisikan pre-requisite programmes
(PRP) dasar untuk keamanan pangan. Level 2 Metode
mensyaratkan sertifikasi rencana HACCP, meliputi PRP Penelitian dilakukan di PT XYZ bagian Departemen
pada level 1 ditambah dengan pengendalian CCP Quality Assurance pada Bulan Februari-Mei tahun 2017.
(Critical Control Point) pada rencana HACCP. Level 3 Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu 1)
meliputi persyaratan lengkap sistem manajemen keama- Kajian implementasi SQF Modul 2, 2) Analisis
nan pangan dan mutu pangan. Pada level 3 disyaratkan kesenjangan (GAP Analysis) dan kuantifikasi, 3)
pemenuhan persyaratan level 1 dan 2 serta pemenuhan Tindakan perbaikan dan evaluasi efektivitas tindakan

@JMP2019 31
Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019 DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30

perbaikan. Bahan acuan yang digunakan dalam dilakukan untuk setiap sub-sub-klausul dengan jumlah
penelitian adalah General Guidance SQF 7.2 Modul 2: total 119 sub-sub-klausul, kemudian dirata-ratakan
System Elements, laporan audit internal PT XYZ serta dalam satu klausul. Persentase 100% didapatkan apabila
dokumen HACCP PT XYZ. semua sub-sub-klausul memenuhi skor maksimal (nilai
5).
General guidance SQF 7.2, modul 2: system elements
General Guidance for Developing, Documenting, Tabel 2. Ketentuan skoring penilaian dan presentase
Implementing, Maintaining, and Auditing an SQF pemenuhan penerapan Modul 2 SQF 7.2
Skoring Penilaian
System, Modul 2: System Elements. Modul 2 berisi 9 Skor Keterangan
klausul, 42 sub-klausul dan 119 sub-sub-klausul tentang 0 Jika perusahaan tidak memahami apa yang
sistem elemen SQF. Klausul sendiri merupakan dipersyaratkan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak yang akan 1 Jika perusahaan tidak melakukan persyaratan tersebut
2 Jika perusahaan memahami persyaratan tersebut
melakukan sertifikasi. Isi klausul yang terdapat dalam tetapi tidak melakukannya.
dokumen SQF Modul 2 adalah tentang struktur SQF 3 Jika perusahaan melakukan persyaratan terkadang
System serta jumlah klausul dan sub-klausul (Tabel 1). saja.
4 Jika perusahaan melakukan persyaratan tetapi belum
Tabel 1. Struktur system elements SQF 7.2 sempurna
5 Jika perusahaan melakukan persyaratan dengan baik
Jumlah Jumlah
Presentase Pemenuhan per Klausul
Nomor Klausul Sub- Sub-Sub-
Klausul Klausul 75- Perusahaan telah memenuhi persyaratan klausul SQF
100%
2.1 Management commitment 6 27
50- Perusahaan masih harus memperbaiki pemenuhan
Document control and 2 6
2.2 74% persyaratan SQF
record
1-49% Sistem perusahaan sangat butuh perbaikan karena
Specification and product 5 19
2.3 berbeda jauh dari persyaratan klausul SQF
development
2.4 Attaining food safety 9 23 Sumber: (ISO 2000)
2.5 SQF system verification 7 15
Product identification, 3 8 Efektivitas tindakan perbaikan
2.6
trace, withdrawal and recall Tahapan ini berupa penentuan dan pelaksanaan
2.7 Site security 1 2
2.8 Identity preserved foods 2 12
tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi pada
2.9 Training 7 7 tahapan sebelumnya. Tindakan perbaikan dapat pula
Jumlah 42 119 berupa rekomendasi untuk pengembangan sistem mana-
Sumber: (SQFI 2014b), Modul 2 jemen mutu dan keamanan pangan di perusahaan.
Tindakan perbaikan dievaluasi efektifitasnya dengan
Kajian implementasi SQF modul 2
Tahapan ini merupakan evaluasi tingkat penerapan melakukan pengukuran terhadap parameter tertentu pada
SQF. Data diperoleh dari hasil kajian dokumen sistem klausul yang terkait (Audit Internal, distribusi dokumen,
implementasi HACCP dan pengukuran hasil pelatihan).
yang telah dibuat, observasi lapangan secara periodik,
dan peninjauan penerapan SQF secara aktual. Observasi
dilakukan melalui pengecekan kinerja aktual, pe-
ngecekan record atau laporan harian serta wawancara HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada para pegawai yang terlibat. Observasi dilakukan Pemenuhan persyaratan modul 2 SQF 7.2
secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengumpulkan PT XYZ berkomitmen memenuhi tuntutan pelang-
informasi dari seluruh bagian yang terlibat sesuai gan dengan mengimplementasikan dan melakukan
kebutuhan di lapangan yang dibandingkan dengan sertifikasi sistem manajemen mutu dan keamanan
panduan pertanyaan audit serta persyaratan yang telah pangan. Sistem itu antara lain adalah SQF level 3,
ditentukan SQF. HACCP, Sistem Jaminan Halal, ISO 9001. Persyaratan
pada standar Modul 2 SQF 7.2 terbagi menjadi 9 klausul
Analisis kesenjangan (GAP analysis) seperti yang disajikan dalam Tabel 1, dan setiap klausul
Tahapan ini merupakan analisis berdasarkan hasil terdapat sub-klausul masing-masing. PT XYZ telah
temuan aktual pada tahapan sebelumnya. GAP Analysis menerapkan sistem mutu dan keamanan pangan SQF
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana PT XYZ dan memperoleh sertifikat dari badan sertifikasi
dalam memenuhi persyaratan SQF dengan mem- independen. Berdasarkan kajian persyaratan Modul 2
bandingkan pemenuhan sistem manajemen mutu dan SQF 7.2, secara umum menunjukkan bahwa PT XYZ
keamanan pangan di perusahaan dengan persyaratan telah menerapkan, mendokumentasikan, memelihara,
standar sistem Modul 2 SQF 7.2. Hasil observasi diolah dan melakukan perbaikan berkelanjutan sistem mana-
menggunakan checklist skoring (Tabel 2) untuk jemen mutu dan keamanan pangan SQF sesuai dengan
mengukur tingkat implementasi SQF di perusahaan. standar yang berlaku seperti yang disajikan dalam Tabel
Penilaian skoring dibuat berdasarkan perbandingan 3.
kondisi aktual dengan isi klausul Modul 2 SQF 7.2.
Ketentuan penilaian diadopsi dari ISO 9001:2000 GAP Klausul 2.1 management commitment
Analysis Tool (Bakhtiar dan Bambang 2009) karena Klausul Management Commitment memiliki 6 sub-
lebih mudah dipahami dan digunakan. Skor penilaian klausul tentang kebijakan mutu, tanggung jawab

32 @JMP2019
DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30 Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019

manajemen, sistem manajemen mutu, dan keamanan ditetapkan terhadap kualifikasi bahan baku atau bahan
pangan, tinjauan manajemen, manajemen komplain, dan kemasan, tahapan proses dan produk akhir. Dokumen
perencanaan kelangsungan bisnis. spesifikasi harus dikendalikan oleh perusahaan.
Dokumen spesifikasi yang digunakan PT XYZ adalah
Tabel 3. Checklist penilaian pemenuhan penerapan klausul spesifikasi bahan baku dan kemasan, spesifikasi formula,
modul 2 SQF 7.2 spesifikasi proses pada setiap tahapan yang diterjemah-
Nilai Rataan Rataan Pre-
Klausul dari Sub- sentase Peme- kan kedalam Standard Operating Procedure (SOP),
sub-klausul nuhan (%) Work Instruction (WI), dan spesifikasi produk akhir
2.1 Management commitment 5 100
2.2 Document control and 4.67 93
termasuk juga spesifikasi untuk crumb dan produk Work
record In Process (WIP). Daftar keseluruhan dokumen
2.3 Specification and product 5 100 spesifikasi dipelihara oleh Document Controller dan
development
2.4 Attaining food safety and 4.95 99 masing-masing User serta dilakukan kajian setiap tahun
food quality dan atau jika terdapat perubahan. Hal ini telah sesuai
2.5 SQF system verification 5 100
2.6 Product identification, trace,
dengan isi klausul yang dipersyaratkan.
5 100 Terdapat prosedur dalam pengembangan dan
withdrawal and recall
2.7 Site Security 5 100 penyetujuan spesifikasi bahan baku dan kemasan,
2.8 Identity preserved foods 5 100
2.9 Training 4.71 94 keduanya harus sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku seperti SNI, BPOM, dan lainnya. Raw
Keseluruhan persyaratan klausul ini telah dimiliki Material (RM) dan Packaging Material (PM) harus
dan diimplementasikan oleh PT XYZ dengan baik divalidasi terlebih dahulu untuk menjamin keamanan
(100%). Klausul ini merupakan klausul fundamental dan mutu bahan sesuai dengan kualifikasi yang diingin-
dalam penerapan SQF 7.2, yang berisi persyaratan kan. Dalam melakukan validasi dibutuhkan dokumen
menyangkut sistem yang harus dibangun, dipelihara, dan dari supplier seperti Certificate of Conformance (CoC),
dikendalikan di perusahaan karena mempengaruhi inte- Certificate of Analysis (CoA), atau dilakukan uji
gritas dan keamanan produk. Tidak terpenuhinya sampling. Sedangkan untuk kemasan harus ada sertifikat
implementasi klausul ini dapat menyebabkan tidak kontak langsung dengan produk serta potensi migrasi
dikeluarkannya sertifikat. Berdasarkan SQFI (2014b), bahan. Sedangkan untuk spesifikasi FG meliputi kriteria
klausul ini berkaitan dengan tingkat komitmen dan batas kandungan mikroba dan batas cemaran kimia,
dukungan manajemen dalam efektifitas implementasi keterangan label kemasan, atribut mutu fisik (warna,
sistem manajemen mutu dan keamanan pangan SQF. tekstur, dan ukuran), atribut mutu kimia (kadar garam,
Manajemen harus mampu mendorong lingkungan kadar air), atribut mutu mikrobiologi (jumlah kapang
proaktif diantara karyawan terhadap pemenuhan aspek dan kamir). Dalam pengembangan produk baru,
mutu dan keamanan pangan. manajemen PT XYZ khususnya divisi New Product
Manajemen PT XYZ dalam memenuhi komitmen Development yang merupakan bagian dari RND
dan tanggung jawab atas pelaksanaan SQF 7.2 telah menetapkan metode dalam mendisain dan mengembang-
melakukan sosialisasi kepada semua karyawan untuk kan produk dari konsep menjadi produk komersial.
dapat meningkatkan kepedulian mengenai pentingnya Terdapat lima tahapan yang dilakukan, 1) uji feasibility
produksi pangan aman dan sehat, sesuai dengan produk 2) desain produk 3) tahap pengembangan produk,
Undang-Undang Pangan yang berlaku, dan pemenuhan 4) launching produk, dan 5) evaluasi produk. Shelf life
kebutuhan pelanggan. Kebijakan mutu PT XYZ telah trial juga dilakukan untuk mendapatkan tanggal “best
ditetapkan, disosialisasi, dan diletakkan ditempat before” atau sejenisnya. Proses tersebut diikuti dengan
strategis pabrik sehingga mudah dilihat oleh seluruh kajian verifikasi food safety and quality plan untuk
karyawan. Kebijakan ini didukung oleh visi perusahaan menjamin aspek keamanan dan mutu produk.
yaitu No Subtitute for Quality. Dalam hal peningkatkan Banyak kewajiban dalam proses produksi atau
kinerja dan pencapaian sasaran mutu dan keamanan fasilitas yang mungkin dikerjakan oleh pihak lain yang
pangan, manajemen menjamin kecukupan sumber daya bukan bagian dari manajemen, tetapi mereka dikontrak
yang dibutuhkan serta melakukan pengkajian jalannya untuk melakukan pekerjaan tersebut. Hal inilah yang
sistem. Sebagai tanggung jawab perusahaan dalam disebut dengan contract service providers. PT XYZ
pemenuhan kepuasan pelanggan, PT XYZ memiliki menggunakan jasa service providers dalam proses
prosedur penanganan komplain yang terorganisir. Sesuai penanganan pest, kebersihan, kontraktor, kantin, laundry,
yang dipersyaratkan SQF, keseluruhan persyaratan keamanan, dan transportasi. Dalam persetujuan kontrak
fundamental ini akan dibahas dalam Management dengan penyedia jasa, PT XYZ memiliki spesifikasi
Review Meeting yang dilaksanakan setahun sekali. terhadap kesesuaian dengan persyaratan SQF. Sedang-
kan contract manufactures dapat diartikan sebagai
Klausul 2.3 spesification and product development maklon. PT XYZ tidak memiliki maklon dengan
Klausul ini memiliki 5 sub-klausul yaitu pengem- perusahaan lain sehingga tidak berkewajiban untuk
bangan produk baru, bahan baku dan kemasan, finish memenuhi sub-klausul contract manufactures. Imple-
product (FG), serta kontrak manufacturing, dan contract mentasi klausul ini telah terpenuhi sesuai persyaratan
service providers. Spesifikasi merupakan standar yang (100%).

@JMP2019 33
Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019 DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30

Klausul 2.5 SQF system verification sesuai untuk produksi pangan. Inspeksi ini meliputi
Klausul 2.5 ini terdiri dari 7 sub-klausul, yaitu inspeksi pabrik untuk mengidentifikasi resiko ke produk
validasi, verifikasi, audit internal, tindakan perbaikan yang berasal dari bangunan atau peralatan (audit GMP).
dan pencegahan dan verifikasi terhadap tindakan per- Untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen mutu
baikan. Proses validasi dan verifikasi perlu dilakukan dan keamanan pangan SQF, PT XYZ secara teratur
dalam pemeliharaan sistem HACCP. Validasi merupa- memantau beberapa aspek yang berkaitan dengan
kan aktivitas untuk membuktikan bahwa persyaratan pemantauan dan pengukuran yang menyangkut aspek
telah dikontrol secara efektif, sedangkan verifikasi internal, seperti audit internal untuk mengetahui kese-
merupakan proses konfirmasi melalui bukti hasil kajian suaian dengan persyaratan atau spesifikasi. Sedangkan
persyaratan yang telah terpenuhi (GFSI Guidance audit eksternal merupakan aspek kepuasan pelanggan
Document version 6.2) (GFSI 2013). Berdasarkan dan dibahas dalam tinjauan manajemen meeting yang
persyaratan SQF, proses validasi harus diaplikasikan secara rutin dilaksanakan setiap tahun sekali.
secara ilmiah untuk membuktikan bahwa batas kritis Selama proses pemantauan apabila ditemukan suatu
setiap Critical Control Points (CCP) dan Critical ketidaksesuaian maka harus dilakukan tindakan per-
Quality Points (CQP) tercapai sesuai dengan hasil yang baikan, contoh jika ada ketidaksesuaian yang ditemukan
diinginkan. Selain itu, proses verifikasi diaplikasikan dari hasil audit maka kesenjangan tersebut harus segera
untuk seluruh sistem SQF termasuk juga penggunaan dilaksanakan dengan mengisi report tindakan koreksi
metode sampling, audit, revalidasi untuk menggambar- dan harus ditindaklanjuti kepada departemen yang
kan sistem SQF berjalan secara efektif. berkaitan. Prosedur audit internal telah didokumen-
Tanggung jawab pelaksanaan aktivitas validasi dan tasikan dalam SOP. Tim audit internal dipilih dari
verifikasi dipegang oleh SQF Practitioner agar berjalan beberapa divisi yang kemungkinan berkaitan dengan
efektif dan sesuai jadwal. Semua kegiatan verifikasi dan aktivitas manejemen mutu dan keamanan yang diper-
validasi terkait sistem HACCP yang dilakukan PT XYZ syaratkan SQF. Jadwal untuk penyusunan audit internal
terlebih dahulu mendapat persetujuan langsung dari SQF didasarkan pada tingkat risiko. Untuk audit internal SQF
Practitioner dibawah Departemen Quality Assurance. dilakukan setiap tahun sekali mengikuti persiapan audit
Hasil dari aktivitas tersebut nantinya akan dibahas dalam eksternal pada setiap area yang bersangkutan. Dalam
Management Review Meeting setiap tahunnya dan setahun terlalu banyak audit internal yang dilakukan
digunakan dalam memperbarui sistem manajemen mutu seperti Audit GMP, SQF, RSPO, dan Plant Walk.
dan keamanan pangan. Jadwal pelaksanaan verifikasi Aktivitas audit belum ditambah dengan audit dari
dan validasi untuk setiap proses dapat disesuaikan supplier atau distributor tujuan pasar. Pelaksanaan audit
dengan aktivitas audit yang sedang dilakukan, seperti secara keseluruhan sangat baik, tetapi jumlah tim auditor
audit GMP, SQF atau pada saat HACCP review. kurang sesuai dengan banyaknya aktivitas audit yang
Alat ukur produk telah secara aktif dikalibrasi sesuai dilakukan. Sistem audit terintegrasi perlu dijalankan
jadwal kalibrasi baik internal maupun eksternal. Biasa- untuk mereduksi jumlah audit. Oleh karena itu, sistem
nya kalibrasi internal dilakukan setiap bulan, sedangkan audit terintegrasi antara SQF dan ISO 9001:2015 dibuat.
eksternal setiap tahun. Selain alat, juga terdapat aktivitas Audit ini dikelompokkan berdasarkan divisi di perusa-
sampling, inspeksi, dan atau analisis dalam pengujian haan. Untuk meningkatkan keefektifan audit, proses
bahan baku, kemasan, produk akhir maupun produk audit dapat dijalankan menggunakan aplikasi berbayar
selama proses. Dalam melakukan kalibrasi atau analisa iAuditor. Aplikasi tersebut dapat mempercepat proses
oleh pihak eksternal, perusahaan memilih laboratorium audit dan memudahkan penulisan report karena tidak
yang telah memperoleh akreditasi ISO 17025 sesuai lagi berbasis kertas melainkan smartphone. Implemen-
dengan yang dipersyaratkan SQF. tasi klausul ini telah terpenuhi sesuai persyaratan
Klausul ini juga mensyaratkan dilakukannya (100%).
tindakan koreksi terhadap ketidaksesuaian atau gap
berdasarkan asal masalah. Akar masalah terjadinya Klausul 2.6 product identification, trace, withdrawal
ketidaksesuaian harus diketahui agar dapat dilakukan and recall
tindakan koreksi yang sesuai. Selanjutnya tindakan Klausul terdiri dari 3 sub-klausul, tentang identi-
koreksi akan diverifikasi apakah telah dilaksanakan fikasi produk, ketertelusuran produk serta penarikan
secara efektif. Masalah paling berat dalam melakukan produk atau recall. Identifikasi produk sangat penting
tindakan koreksi apabila terjadi perubahan yang sporadis dilakukan karena dapat berakibat fatal apabila terjadi
dan penyebabnya tidak segera diketahui. Hal ini kesalahan dalam produksi atau distribusi. SQF men-
biasanya terjadi saat mendiagnosa penyebab. Sehingga syaratkan perusahaan memiliki prosedur atau panduan
perusahaan memutuskan untuk bertindak sigap dalam identifikasi produk untuk setiap proses produksi dan
menelusuri akar masalah. Biasanya penelusuran dilaku- penyimpanan. PT XYZ memiliki format identifikasi
kan bersama dengan departemen yang berkaitan untuk yang khas dan berbeda sesuai kebutuhan untuk setiap
meningkatkan keefektifan hasil. bahan baku dan kemasan, produk WIP, serta hasil
Standar SQF mensyaratkan perusahaan melakukan produk akhir. Khusus untuk identifikasi produk akhir
audit internal dalam rangka memastikan lingkungan dalam kemasan disesuaikan dengan regulasi negara
pabrik dan peralatan proses dipelihara pada kondisi yang tujuan distribusi. Sistem pelabelan digunakan dalam

34 @JMP2019
DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30 Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019

mengidentifikasi produk. Umumnya setiap kode dalam tasi klausul ini telah terpenuhi sesuai persyaratan
label disertai dengan tanggal penerimaan/produksi untuk (100%).
memudahkan sistem penelusuran. Selain label, PT XYZ
menggunakan komponen warna pada palet dan plastik Klausul 2.8 identity preserved foods
untuk mengidentifikasi produk terutama pada produk Klausul ini terdiri dari 2 sub-klausul, tentang syarat
yang mengandung alergen yaitu warna merah. bahan pengawet pangan dan manajemen alergen.
Daya telusur (Traceability) wajib dimiliki perusaha- Identity preserved food (IPF) merupakan produk yang
an sebagai bagian dari sistem SQF. Sistem daya telusur memiliki klaim nutrisional, ethical, ataupun keagamaan
PT XYZ diatur dalam Manual Traceability. Daya seperti klaim organik, halal, koshr, Genetically Modified
telusur di perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu up Organism (GMO) free, dan lainnya. Alergen juga
stream yang berarti penelusuran produk akhir hingga ke termasuk ke dalam klausul ini tetapi dibahas secara
tangan distributor dan down stream yang berarti terpisah pada sub klausul berbeda. Penanganan IPF
penelusuran produk akhir hingga bahan baku yang diperlukan pemisahan dengan bahan baku atau produk
digunakan. Daya telusur PT XYZ dijalankan mengguna- lain di setiap tahapan proses atau penyimpanan. Peme-
kan sistem yang terintegrasi. Setiap tahun sekali dilaku- nuhan sistem daya telusur, identifikasi produk antara
kan uji coba daya telusur sesuai dengan persyaratan SQF. dan produk akhir hendaknya dibuat untuk memastikan
Sistem daya telusur di PT XYZ mencapai angka 100%, semua klaim yang berhubungan dengan asal usul atau
artinya setiap produk yang dihasilkan dapat ditelusur. jaminan tertentu telah sesuai. Klaim yang digunakan PT
Recall produk merupakan cara yang bertujuan XYZ hanya halal. Semua produk yang dihasilkan
menarik kembali satu unit produk yang tidak sesuai dari berasal dari bahan baku halal, sehingga tidak memerlu-
konsumen atau konsumen akhir, sedangkan withrawal kan proses pemisahan proses produksi. Pemenuhan
produk adalah cara yang bertujuan menarik kembali satu klaim halal mengikuti prosedur Sistem Jaminan Halal
unit produk dari konsumen tetapi bukan konsumen akhir (SJH) dari MUI. PT XYZ telah mendapatkan sertifikat
(FSA 2013). Penarikan produk terjadi apabila ditemukan SJH dengan nilai A, dan telah memenuhi klausul ini.
masalah keamanan produk di pasar atau ketidaksesuaian Alergen dapat menjadi masalah signifikan apabila
dengan regulasi dan konsumen disarankan untuk tidak penanganannya tidak benar. Hal ini karena alergen dapat
mengonsumsi produk tersebut. Proses withdrawal dan menyebabkan efek kesehatan skala ringan, berat, hingga
recall di PT XYZ diatur dalam Manual Witrawal and kematian. Kebanyakan alergen merupakan protein dan
Recall. Penetapan status recall diikuti dengan investi- tidak terdenaturasi pada proses produksi. Alergen secara
gasi akurat dan tindakan koreksi oleh perusahaan. kontinyu telah menjadi penyebab jumlah penarikan
Manajer senior seperti kepala divisi dalam perusahaan produk yang signifikan di Amerika Utara dan Eropa.
ikut terlibat jika proses ini terjadi. Uji coba mock recall Mengingat pasar PT XYZ mencakup pasar dunia dan
dilakukan setiap tahun sekali untuk melihat keefektifan setiap negara mempunyai daftar alergen masing-masing,
prosedur mengingat proses ini bersifat krusial. Selain perusahaan perlu memiliki sistem manajemen alergen
kepada badan pemerintahan terkait, perusahaan harus untuk mencegah kontaminasi. Manajemen yang dimak-
melaporkan ke Certification Body dan SQFI dalam 24 sud meliputi pengaturan alergen di perusahaan dari
jam jika terjadi recall produk. Implementasi klausul ini berbagai aspek, mulai dari perencanaan, kajian resiko,
telah terpenuhi sesuai persyaratan (100%). hingga produk akhir. Kajian resiko alergen harus
mempertimbangkan beberapa hal seperti bentuk fisik
Klausul 2.7 site security produk (bubuk, cair, partikel), titik potensi kontaminasi
Klausul ini terdiri dari 1 sub-klausul, tentang silang, dan kajian risiko kontaminasi silang setiap proses.
prosedur atau pemenuhan protokol food defense. PT XYZ memiliki manual terkait Allergen Management
Masalah keamanan baik lingkungan pabrik maupun dan pelaksanaannya termasuk sistem HACCP perusa-
produk menjadi isu mengalami perkembangan nyata haan.
dalam standar ini. Sistem keamanan dibangun untuk Penanganan alergen di PT XYZ dimulai dari bagian
menjamin pabrik dan produk dilindungi dari serangan preparasi. Terdapat kode warna khusus sebagai wadah
pihak luar, pencurian, sabotase/tindakan terorisme, dan produk mengandung alergen, yaitu warna merah. Ruang
kontaminasi yang disengaja dalam lingkungan pabrik. persiapan bahan baku dan peralatan khusus alergen
Standar ini mensyaratkan dilakukannya kajian risiko terpisah dengan produk non-alergen. Selain warna,
pengaturan keamanan pabrik. Perusahaan telah memiliki terdapat label khusus untuk produk mengandung alergen
protokol tentang kriteria pencegahan kejadian tersebut. pada tahapan proses. PT XYZ memiliki prosedur
Protokol dipersyaratkan harus dapat mengidentifikasi cleaning alergen untuk menghilangkan residu alergen
bagaimana perusahaan membatasi akses ke fasilitas pada fasilitas produksi. Terdapat tiga prosedur cleaning
pabrik atau bagian tertentu di lini produksi kepada di lini produksi, yaitu cleaning biasa dan cleaning detil
orang-orang yang telah mendapat izin. Keamanan untuk pergantian produk non-alergen dan cleaning
penyimpanan transportasi produk dan peralatan juga alergen. Validasi keefektifan cleaning alergen dilakukan
termasuk protokol. Aktivitas dalam pemenuhan klausul setahun sekali. Kebanyakan produk di PT XYZ
ini ialah prosedur pemberian akses masuk kepada menggunakan beberapa bahan baku yang mengandung
karyawan, kontraktor, dan tamu perusahaan. Implemen- alergen seperti telur, susu, dan kacang. Perusahaan tetap

@JMP2019 35
Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019 DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30

harus menyesuaikan daftar alergen negara tujuan ekspor tindakan perbaikan yang dilakukan yaitu pembuatan
karena bisa jadi berbeda antara negara satu dengan yang SOP distribusi dokumen, pembuatan matriks penentuan
lain. Selain itu, dalam kemasan produk akhir disyaratkan signifikansi bahaya yang mengacu aturan CODEX;
untuk mencantumkan keterangan bahwa kemungkinan pelaksanaan pre-test dan post-test singkat sebagai tolak
produk mengandung alergen berdasarkan regulasi. Im- ukur tindakan evaluasi hasil pelatihan, dan penggunaan
plementasi klausul ini telah terpenuhi sesuai persyaratan sistem audit online terintegrasi SQF dengan ISO
(100%). 9001:2015 menggunakan aplikasi iAuditor dapat
dijadikan upaya dalam peningkatan efektivitas penera-
Analisis kesenjangan, tindakan perbaikan dan efek- pan sistem SQF di perusahaan.
tivitasnya Dampak dari hasil Tindakan Perbaikan dievaluasi
Presentase pemenuhan implementasi klausul modul berdasarkan perubahan setelah dilakukan tindakan
2 SQF 7.2 (Tabel 3). Hasil yang diperoleh menunjukkan perbaikan dan sebelumnya (Tabel 4). Semua tindakan
bahwa dari kesembilan klausul utama, terdapat tiga perbaikan memberikan perubahan yang positif pada
klausul yang tidak mendapatkan nilai 100% atau setiap klausul dibandingkan dengan sebelumnya. Hasil
terdapat gap, diantaranya klausul 2.2 Document Control kajian ini menunjukan PT XYZ telah melaksanakan
and Record (pemenuhan 93%), 2.4 Attaining Food penerapan SQF 7.2 dengan sangat baik dan terbukti
Safety and Food Quality (pemenuhan 99%), dan 2.9 layak mendapatkan sertifikasi mengingat SQF sendiri
Training (pemenuhan 94%). Kesenjangan klausul 2.2 merupakan poin utama dalam penjaminan dan pengen-
adalah pada pendistribusian dokumen dan penataan dalian mutu dan keamanan produk yang harus dipahami
dokumen dalam file penyimpanan. Kesenjangan klausul secara menyeluruh. Perusahaan telah melakukan proses
2.4 tentang attaining food safety and food quality adalah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindakan per-
penyusunan tabel HACCP pada produksi packing 6 baikan sesuai sistem mutu yang dijalankan.
belum diperbarui beberapa bagian. Kesenjangan pada
klausul 2.9 training adalah evaluasi pemahaman
karyawan terkait pelatihan yang diberikan baru KESIMPULAN
dilakukan pada sebagian pelatihan.
Serangkaian tindakan perbaikan dilakukan untuk Hasil kajian pemenuhan persyaratan Modul 2 sistem
mengatasi kesenjangan tersebut (Tabel 4), untuk manajemen mutu dan keamanan pangan SQF 7.2 di PT
mencegah adanya penyimpangan pelaksanaan sistem XYZ dengan menggunakan gap analysis tools
serta untuk meningkatkan efektifitas proses pengenda- menunjukkan bahwa sebagian besar persyaratan dalam
lian melalui penguatan implementasi sistem di lapangan. klausul telah terpenuhi. PT XYZ memperoleh hasil
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan tersebut, presentase pemenuhan 100% untuk 6 dari 9 klausul.

Tabel 4. Evaluasi tindakan perbaikan berdasarkan klausul Modul 2 SQF 7.2


Klausul Kondisi Aktual Tindakan Perbaikan Perubahan Setelah Perbaikan
Klausul 2.5  Implementasi sudah sesuai dengan  Pembuatan sistem audit online  Jumlah audit internal dalam
SQF System klausul yang dipersyaratkan. menggunakan aplikasi berbayar satu tahun tereduksi.
Verification  Frekuensi audit. internal dalam satu iAuditor.  Penulisan report lebih
tahun terlalu padat.  Pembuatan sistem audit praktis dan mudah.
 Audit dilakukan secara paper- terintegrasi antara SQF 7.2  Pelaksanaan audit internal
based. dengan ISO 9001:2015. semakin efektif.
 Audit dilakukan secara
smartphone-based.
Klausul 2.2  Terdapat mekanisme distribusi  Pembuatan SOP distribusi  Mekanisme distribusi
Document dokumen tetapi SOP belum dokumen dan penanganan dokumen menjadi jelas.
Control and dibakukan. dokumen yang hilang.
Record  Terdapat beberapa dokumen di lini  Penyesuaian persebaran
produksi yang tidak sesuai dengan dokumen dengan daftar isi di lini
daftar isi dokumen. produksi.
Klausul 2.4  Tabel HACCP di area packing lini  Pembuatan dokumen HACCP  Dokumen HACCP sesuai
Attaining Food produksi belum diperbarui pada pada lini produksi terkait. dengan keadaan aktual.
Safety and beberapa bagian.  Pembuatan usulan matriks  Signifikansi bahaya dalam
Quality  Matriks penentuan signifikansi signifikansi bahaya yang sistem HACCP menjadi
bahaya perlu disesuaikan dengan disesuaikan dengan aturan seragam.
aturan CODEX. CODEX.

Klausul 2.9  Evaluasi pemahaman karyawan  Pemberian tes singkat untuk  Dapat mengetahui tingkat
Training sebelum dan sesudah training menguji pemahaman karyawan pemahaman karyawan
belum dilakukan pada setiap terkait training yang telah terkait training yang
training yang diberikan. diberikan. diberikan.
 Disarankan untuk memberikan  Proses evaluasi menjadi
pre-test dan post-test pada lebih mudah.
karyawan sebagai tolak ukur
evaluasi.

36 @JMP2019
DOI: 10.29244/jmpi.2019.6.30 Jurnal Mutu Pangan Vol. 6(1): 30-37, 2019

Angka tersebut menunjukkan bahwa PT XYZ telah [Kemenperin] Kementrian Perindustrian Republik
menerapkan persyaratan klausul modul 2 SQF 7.2 Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Perindustrian
dengan sangat baik dan layak mendapatkan sertifikasi. Republik Indonesia Nomor 96/M-IND/PER/11/2015
Klausul 2.2 tentang document control and record tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindus-
mendapat nilai 93% karena belum memiliki SOP baku trian Nomor 60/MD-IND/PER/7/2015 tentang Pem-
terkait distribusi dokumen di lini produksi dan masih berlakuan Standar Nasional Indonesia Kukis secara
terdapat duplikasi penyimpanan dokumen elektronik. Wajib. Jakarta (ID): Kemenperin RI.
Pemenuhan klausul 2.4 tentang attaining food safety and Kobylanski A, Bozena P, Anna S. 2011. The role of
food quality mendapat nilai 99% karena tabel HACCP customer satisfaction in the quality management
pada produksi packing 6 belum diperbarui di beberapa systems: a crosscultural study. Int J Management
bagian. Perusahaan telah memenuhi sebanyak 94% pada Market Res 4(3): 57-74.
kalusul 2.9 tentang training karena belum semua
Mensah L, Denyse J. 2011. Implementation of food
pelatihan menggunakan metode untuk mengevaluasi pe-
safety management systems in the UK. Food
mahaman karyawan terkait pelatihan yang diberikan.
Control 22(8): 1216-1225. DOI: 10.1016/j.foodcont.
Berdasarkan hasil kesenjangan yang diperoleh, usulan
2011.01.021.
tindakan perbaikan diberikan sebagai upaya perbaikan
perusahaan dalam memenuhi persyaratan sistem SQF. Muhandri T, Darwin K. 2012. Sistem Jaminan Mutu
Pembuatan SOP distribusi dokumen, pembuatan matriks Industri Pangan. IPB Press, Bogor (ID).
penentuan signifikansi bahaya yang mengacu aturan Netterville R, Adendorff K. 2002. Quality systems in the
CODEX; pelaksanaan pre-test dan post-test singkat fresh fruit export industry. J Industrial Eng 13(2): 1-
sebagai tolak ukur tindakan evaluasi hasil pelatihan, dan 14. DOI: 10.7166/13-2-305.
penggunaan sistem audit online terintegrasi SQF dengan Ropkins K, Beck A. 2000. Evaluation of worldwide
ISO 9001:2015 menggunakan aplikasi iAuditor dapat approaches to the use of HACCP to control food
dijadikan upaya dalam peningkatan efektivitas penera- safety. Trends Food Sci Technol 11(1): 10-21. DOI:
pan sistem SQF di perusahaan. 10.1016/S0924-2244(00)00036-4.
Seok JH, Michael RR, Sayed S. 2016. The impact of
SQF certification on US agri-food exports. Int J
DAFTAR PUSTAKA
Food Agr Economics 4(3): 1-16.
[SQFI] Safe Quality Food Institute. 2013. SQF Code –
Bakhtiar A, Bambang P. 2009. Analisis implementasi A HACCP-Based Supplier Assurance Code for the
sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 dengan Food Industry Edition 7.1 July 2013. Arlington
menggunakan GAP analysis tools (studi kasus di PT (US): SQFI.
PLN (Persero) PIKITRING JBN bidang perenca-
naan). JATI Undip 3(4): 185-193. [SQFI] Safe Quality Food Institute. 2014a. SQF Code:
A HACCP-Based Supplier Assurance Code for the
[DAFWA] Department of Agriculture and Food Food Industry Edition 7.2 July 2014. Arlington
Western Australia. 2000. Taking the SQF 2000 (US): SQFI.
quality code to the world stage. J Department Agr
41(1): 65-67. [SQFI] Safe Quality Food Institute. 2014b. General
Guidance for Developing, Documenting, Imple-
[GFSI] Global Food Safety Initiative. 2013. Global menting, Maintaining, and Auditing an SQF
Food Safety Initiative. Maryland (US): GSFI. System-Module 2: System Elements SQF Code,
http://www.mygfsi.com/. [9 Februari 2017]. Edition 7.2. Arlington (US): SQFI.
[ISO] International Organization for Standarditation.
JMP-05-18-18-Naskah diterima untuk ditelaah pada 27 Mei 2018. Revisi
2000. ISO 9001 Fifth Edition: Quality Management makalah disetujui untuk dipublikasi pada 09 Maret 2019. Versi Online:
Systems. Geneva (CH): ISO. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmpi

@JMP2019 37

You might also like