You are on page 1of 7

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

ISSN: 1412-6869 e-ISSN: 2480-4038


journalhomepage: http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/index
doi: 10.23917/jiti.v16i2.4941.

Analisis Risiko Makanan Halal Di Restoran


Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis
Wildatus Sholichah1*, Iwan Vanany1#, Adi Soeprijanto1, Moch. Khoirul Anwar2, Lilik Fatmawati3

Abstract. The halal food served in restaurants is important for Muslim consumers and it is one of the
most susceptible issues for restaurant business. Therefore, restaurant internal efforts to ensure the
halal food by examining critical risks including the way to manage them become important to be
execute by restaurant management. This research aims to create a model using Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) method to identify and analyze the existing risks. Moreover, it also explains
some improvement programs toward the risk management. The results of the risk identification and
analysis will be determined by using Risk Priority Number (RPN). It is categorized that 7% risk event
is classified as ‘very high risk’, 50% as ‘high risk’, 25% as ‘moderate risk’, and 18% considered as
‘low risk’. Furthermore, the improvement programs explained in this research are about delivery
order system, packaging improvement, and also training, reward and punishment system. These
programs are mainly purposed to reduce the risk with ‘high risk’ category.

Keywords: risk management, halal, restaurant, failure mode and effect analysis.

Abstrak. Kehalalan makanan yang disajikan di restoran menjadi hal yang penting bagi konsumen
beragama Islam dan menjadi salah satu isu yang rentan bagi para pelaku usaha restoran. Upaya
internal restoran untuk memastikan kehalalan dengan mengetahui risiko-risiko mana yang kritis dan
bagaimana cara mengelola risiko yang ada menjadi hal penting untuk dilakukan pelaku usaha
restoran. Artikel ini bertujuan membuat model dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang ada. Upaya mengelola
risiko dengan melakukan program perbaikan juga diuraikan pada artikel ini. Berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis risiko dengan memperhatikan nilai Risk Priority Number (RPN) diketahui ada
sekitar 7% jenis kejadian risiko (risk event) yang termasuk kategori very high risk, 50% berkategori
high risk, 25% berkategori moderate risk, dan 18% berkategori low risk. Pada paper ini, program-
program perbaikan seperti pembuatan system delivery order, perbaikan kemasan, pelatihan dan
system reward and punishment yang perlu dilakukan untuk mereduksi terutama jenis kejadian risiko
berkategori high risk juga diuraikan.

Kata Kunci: manajemen risiko, halal, restoran, failure mode and effect analysis

berdasarkan Al Quran dan Hadist (Marzuki


I. PENDAHULUAN 1
dkk., 2014). Makanan dikatakan halal tidak
Makanan yang halal adalah makanan yang hanya karena sesuai dengan hukum Islam
diperbolehkan menurut syariah Islam tetapi juga menyehatkan ketika dikonsumsi.
Hal tersebut berhubungan dengan cara
makanan disiapkan dan diproses. Kebalikan
1
1
dari halal adalah haram yang berarti makanan
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Keputih, Sukolilo, Keputih, Sukolilo,
tersebut termasuk dalam kategori makanan
Surabaya, 60111 yang terlarang. Makanan yang dianggap
2
Ekonomi Islam, Universitas Negeri Surabaya, Jl. Kampus haram (dilarang) bagi umat Islam diantaranya
Unesa, Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya, 60213
4
LP-POM MUI Jawa Timur, Jln. Dharmahusada Selatan
yaitu babi dan semua produk-produknya,
No. 5, Surabaya, 60285 hewan yang disembelih tidak atas nama Allah
*
SWT, minuman beralkohol termasuk segala
email:wildatussholichah@gmail.com
bentuk minuman keras, hewan karnivora,
Diajukan: 15-08-2017 Diperbaiki: 18-11-2017 burung pemangsa dan makanan yang
Disetujui: 03-12-2017

150
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

terkontaminasi dengan bahan-bahan tersebut yang ada di restoran dan risikonya. Bagi
(Salman & Siddiqui, 2011). restoran yang telah bersertifikat halal,
Restoran merupakan salah satu tempat identifikasi titik kritis halal juga diperlukan
yang menyediakan makanan dan minuman. untuk melakukan pengendalian terhadap
Riset yang dilakukan oleh www.qraved.com, risiko yang mungkin terjadi sehingga
situs pencarian dan reservasi restoran kehalalan produk tetap terjaga. Diperlukan
terkemuka di Jakarta mencatat bahwa terjadi upaya melakukan analisis risiko pada produk
pergeseran tren dimana semakin banyak makanan halal dengan menggunakan metode
masyarakat Indonesia yang memiliki yang relevan dan sering digunakan dalam
kebiasaan makan di restoran. Sepanjang pengelolaan risiko.
tahun 2013, tercatat kunjungan orang Studi kasus untuk mengimplementasikan
Indonesia ke restoran mencapai 380 juta kali analisis risiko produk makanan halal di
dan menghabiskan total USD 1,5 miliar. restoran dipilih sebuah restoran yang
Tingginya kebiasaan makan di restoran ini menyajikan olahan steak sebagai menu
juga ditopang dengan pertumbuhan restoran utama. Restoran tersebut telah berdiri pada
kelas menengah dan atas hingga 250 persen tahun 2015 dan telah memiliki Sistem
dalam lima tahun terakhir (Asdhiana, 2014). Jaminan Halal serta telah memperoleh
Namun pertumbuhan restoran tersebut sertifikat halal. Upaya dari manajemen untuk
tidak diiringi dengan kesadaran sertifikasi terus menerus meningkatkan system jaminan
halal pada restoran. Di Indonesia, restoran kualitas halal menyebabkan upaya melakukan
dan kafe belum banyak yang bersertifikat dan analisis risiko menjadi hal yang perlu
baru dalam tataran self claim (Andriani dkk., dilakukan. Hasil assessment risiko halal ini
2015). Riset yang dilakukan oleh Halal akan membantu pihak restoran dalam menilai
Watch, lembaga resmi yang melakukan proses produksi yang menjadi titik kritis
advokasi dan perlindungan konsumen untuk dilihat dari sisi kehalalan seperti pemilihan
mendapatkan produk-produk halal di bahan baku, pembelian, penerimaan,
masyarakat menunjukkan bahwa dari 3081 penyimpanan bahan dan produk, proses
restoran yang ada di Indonesia hanya ada 46 produksi, penyajian, pengepakan dan proses
restoran (1,49%) yang telah memiliki lainnya. Dari titik kritis tersebut dapat
sertifikat halal dari MUI (Sugianto, 2016). diidentifikasi risiko yang menyebabkan
Sementara kasus lain yang pernah terjadi terjadinya produk tidak halal. Dengan
yaitu ditemukannya kandungan babi pada demikian pihak restoran dapat menjaga
salah satu restoran yang telah memiliki kehalalan produknya.
sertifikat halal. Hal tersebut bisa terjadi Penelitian sebelumnya yang terkait dengan
diduga karena pihak restoran tidak risiko tidak cukup banyak. Ali, dkk. (2013)
menjalankan tahapan Sistem Jaminan Halal berupaya membuat mitigasi dari integrasi
(SJH) secara menyeluruh (Billiocta, 2015). risiko pada rantai pasok. Masih belum
Dibandingkan negara lain, kesadaran dan ditemui upaya menganalisis risiko di
komitmen terhadap restoran halal di restoran. Dalam konteks Indonesia,
Indonesia masih jauh tertinggal. Dalam penelitian sebelumnya yang berupaya
Laporan Kajian Pengembangan Wisata melakukan analisis risiko dan membuat
Syariah tahun 2015 disebutkan bahwa aspek model untuk pengelolaan risiko sudah cukup
sertifikasi terhadap produk-produk halal banyak. Misalnya, Vanany dkk. (2007) serta
masih perlu dibenahi. Untuk mendapatkan Vanany dan Zailani (2010) telah melakukan
sertifikasi halal, salah satu hal yang harus studi untuk mengetahui seberapa urgensinya
dilakukan adalah mengetahui titik kritis halal pengelolaan risiko rantai pasok pada industri
dari proses penyajian makanan dan minuman manufaktur di Indonesia. Indrawati dkk.

151
Sholichah,dkk./Analisis Risiko Makanan Halal di Restoran Menggunakan..... JITI, Vol.16 (1), Des 2017, 150 – 156

(2015) berupaya membuat model interaksi program diberikan untuk membantu pihak
risiko dalam konteks rantai pasok dengan restoran dalam mengelola risiko yang ada
menggunakan metode Interpretive Structural pada proses produksi halal yang dilakukan.
Modeling and Analytical Network Process.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah salah satu metode yang dapat Hasil observasi lapangan dan diskusi
digunakan untuk mengidentifikasi dengan pihak karyawan/manajer dilakukan
permasalahan pada produk atau proses untuk mengidentifikasi proses bisnis dan
sebelum terjadinya kerusakan (McDermott aktivitas mulai dari penerimaan bahan
dkk., 2009). Potensi risiko dari suatu proses masakan, penyajian, dan pengiriman
diketahui dengan mendefinisikan nilai makanan ke konsumen. Upaya memetakan
frekuensi untuk setiap kegagalan proses/aktivitas adalah hal yang penting
(occurence), keseriusan kegagalan terhadap untuk dilakukan agar proses/aktivitas yang
pelanggan (severity), dan kemungkinan ada secara keseluruhan dapat diketahui
mendeteksi kegagalan sebelum dikonsumsi (Vanany, 2016).
(detection). Tingkat prioritas risiko (risk a. Pembelian bahan: Pembelian bahan
priority number) dihitung untuk setiap risiko pokok dilakukan melalui pemasok yang
kegagalan dari nilai ketiga variabel tersebut. telah dikenal dengan baik sehingga
Tindakan korektif disarankan berdasarkan bahan yang diperlukan terjamin mutunya
hasil dari penilaian risiko untuk mengurangi dan dari segi kehalalannya juga bisa
dan menghilangkan potensi kegagalan dari dipertanggungjawabkan. Untuk daging
sistem. ayam, pihak restoran bekerja sama
dengan satu pemasok sedangkan untuk
II. METODOLOGI daging sapi bekerja sama dengan dua
Dalam menentukan risiko yang ada pada pemasokdankeduanyatelah memiliki
proses produksi halal di restoran, tahap yang sertifikat halal.
harus dilakukan terlebih dahulu yaitu b. Pemeriksaan dan penerimaan bahan:
mengidentifikasi faktor-faktor yang Setiap bahan dasar dan bahan pendukung
berpengaruh terhadap proses produksi halal, yang datang dari pemasok selalu
mulai dari pembelian bahan baku sampai diperiksa terlebih dahulu baik dari segi
pengiriman produk ke pelanggan. Faktor- kualitas atau kuantitas.
faktor tersebut didapatkan dari hasil c. Penyimpanan bahan: Barang/bahan yang
kuesioner yang diisi oleh pihak auditor diterima dari pemasok disimpan dalam
LPPOM MUI Jawa Timur. Selanjutnya wadah yang sesuai sebelum digunakan.
faktor-faktor yang berpengaruh tersebut Untuk daging ayam dan daging sapi jika
diubah dalam bentuk risiko (risk event). berlebih maka disimpan ke dalam
Setelah risiko teridentifikasi, dilakukan freezer. Sedangkan untuk sayur juga
penilaian risiko menggunakan metode failure ditempatkan ke dalam lemari pendingin.
mode and effect analysis (FMEA). Penilaian d. Pengolahan: Ketika ada pesanan, bahan-
tersebut didapatkan dari hasil kuesioner yang bahan tersebut diproses untuk dijadikan
diisi oleh pihak restoran (Manajer Outlet). menu. Proses pengolahan yang dilakukan
Risiko halal dinilai berdasarkan tiga indikator tergantung masing-masing menu. Waktu
yaitu potential effect (severity), risk cause yang diperlukan untuk mengolah satu
(occurence), dan current control (detection). menu sekitar 10-15 menit.
Selanjutnya dilakukan perhitungan risk e. Penyajian: Setelah proses pengolahan
priority number (RPN) untuk menentukan menu selesai maka menu tersebut
prioritas risiko yang harus ditangani. Usulan disajikan dan dihidangkan ke pelanggan.
152
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

f. Pengemasan: Untuk pemesanan delivery, pengisian kuesioner kepada manager outlet


makanan dikemas ke dalam kotak box yang dianggap expert. Kriteria penilaian yang
untuk dikirim ke pelanggan. digunakan yaitu dengan skala 1-5 disesuaikan
g. Distribusi: Menu yang sudah dikemas dengan kondisi yang ada di restoran. Untuk
dikirim ke pelanggan melalui pihak risiko yang sangat kritis, severity diberikan
ketiga, biasanya dilakukan oleh ojek nilai 10 yang menunjukkan bahwa risiko ini
online karena sampai saat ini pihak merupakan risiko yang sangat kritis karena
restoran belum memiliki layanan mampu mengubah status kehalalan produk
delivery. sehingga harus segera diprioritaskan untuk
Setelah mereview proses yang dijalankan, ditangani. Sedangkan kriteria penilaian untuk
kuesioner dibuat untuk mengetahui faktor- severity, occurence, dan detection secara
faktor atau kriteria-kriteria yang berpotensi umum yang digunakan dapat dilihat pada
berpengaruh terhadap proses produksi halal Tabel 1 berikut.
yang dilakukan. Kuesioner tersebut diisi dan Selanjutnya dilakukan penilaian tingkat
divalidasi oleh pihak auditor LPPOM MUI severity, occurence, dan detection yang
Jawa Timur sehingga didapatkan sebanyak dilakukan oleh pihak manajer restoran. Nilai
27 faktor atau kriteria yang mempengaruhi Risk Priority Number (RPN) didapatkan dari
produksi halal yang dilakukan. Faktor-faktor hasil perkalian antara severity (S), occurence
tersebut selanjutnya diubah dalam bentuk (O), dan detection (D) seperti berikut.
risiko (risk event) dan didapatkan sebanyak = .... (1)
28 risiko yang teridentifikasi. Tahap Hasil yang diperoleh digunakan untuk
selanjutnya yaitu melakukan identifikasi menyusun urutan prioritas risiko mulai dari
terhadap potential effect, risk cause, dan risiko yang tertinggi sampai risiko yang
current control untuk mengetahui tingkat terendah, seperti terlihat pada Tabel 2. Dari
dampak atau severity dengan hasil perhitungan nilai RPN didapatkan nilai
mengidentifikasi potential effect-nya, tingkat RPN terbesar yang termasuk dalam kategori
probabilitas terjadinya sebuah kejadian atau very high, yaitu R28 dan R26.
occurence dengan mengidentifikasi risk Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada
cause-nya, dan tingkat kontrol saat ini yang Gambar 1, sebanyak 7% merupakanvery high
ada atau detection dengan mengidentifikasi risk, 50% merupakan high risk, 25%
current control yang dilakukan. dikategorikan sebagai moderate risk, dan
Dalam menentukan nilai severity, sisanya 18% sebagai low risk.
occurence, dan detection didapatkan melalui

Tabel 1. Kriteria Penilaian Severity, Occurrence, dan Detection


Likelihood of
Rank Effect of Severity Likelihood of Detection
Occurence
1 Risiko tidak berpengaruh terhadap 0-25% peluang Cara yang dilakukan selalu bias mencegah
status kehalalan produk terjadinya risiko terjadinya risiko
2 Risiko berpeluang kecil berpengaruh 26 - 50% peluang Cara yang dilakukan berpeluang sangat
terhadap status kehalalan produk terjadinya risiko besar bias mencegah terjadinya risiko
3 Risiko kemungkinan berpengaruh 51-60% peluang Cara yang dilakukan kemungkinan
terhadap kehalalan produk terjadinya risiko berpeluang bias mencegah terjadinya risiko
4 Risiko berpeluang besar berpengaruh 61-75% peluang Cara yang dilakukan berpeluang sangat
terhadap status kehalalan produk terjadinya risiko kecil bias mencegah terjadinya risiko
5 Risiko berpengaruh terhadap status 76-100% peluang Cara yang dilakukan tidak mungkin bias
kehalalan produk terjadinya risiko mencegah terjadinya risiko

153
Sholichah,dkk./Analisis Risiko Makanan Halal di Restoran Menggunakan..... JITI, Vol.16 (1), Des 2017, 150 – 156

Tabel 2. Hasil Penilaian Risiko


Kode
Risiko Teridentifikasi Kategori S O D RPN Level Rank
Risiko
R28 Pengangkutan tercampur dengan bahan atau Tidak 5 5 1 25 1 Very
produk lain atau titipan perusahaan/orang lain kritis high
yang tidak jelas kehalalannya
R26 Kemasan tidak mampu mencegah kontaminasi Tidak 3 3 2 18 2 Very
silang dengan produk kritis high
R23 Lingkungan kerja tidak bersih dan steril sehingga Tidak 3 2 2 12 3 High
memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan kritis
kotoran hewan yang najis seperti cicak dan tikus
R01 Bahan terkontaminasi bahan yang najis Kritis 10 1 1 10 5 High
R02 ……. High
R03 ……. High
R14 ……. High
R19 ……. High
R20 ……. High
R21 ……. High
R22 ……. High
R25 Fasilitas dan peralatan penyajian tidak Kritis 10 1 1 10 12 High
dikhususkan untuk menyajikan produk halal
R27 Alat transportasi dan distribusi (bahan dan/atau Tidak 3 1 3 9 17 Medium
produk jadi) tidak dalam keadaan bersih dan suci kritis
dari najis
R06 ……. Medium
R16 ……. Medium
R18 ……. Medium
R07 ……. Medium
R15 ……. Medium
R12 Bahan yang tersimpan di gudang adalah tidak Tidak 5 1 1 5 23 Medium
sesuai dengan daftar bahan yang telah diketahui kritis
LPPOM MUI
R05 Tidak didukung dengan sistem administrasi yang Tidak 4 1 1 4 24 Low
baik kritis
R08 ……. Low
R13 ……. Low
R17 ……. Low
R24 Penyelenggaraan proses produksi tidak didukung Tidak 4 1 1 4 28 Low
oleh sistem administrasi yang baik kritis

Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang makanan halal maka aspek kehalalan pada
tergolong very high harus ditangani untuk setiap tahapan proses harus diperhatikan.
tetap menjaga kehalalan produk. Penanganan Strategi penanganan risiko perlu dilakukan
yang dilakukan akan menyebabkan ada biaya untuk mengurangi risiko yang ada pada
tambahan yang dikeluarkan oleh pihak proses produksi halal di restoran. Ada empat
restoran namun kehalalan produk adalah program perbaikan yang diusulkan, yaitu:
sesuatu yang tidak bisa dilihat secara fisik (1) pembuatan system delivery order, (2)
karena memerlukan eksperimen atau perbaikan kemasan, (3) program pendidikan
pengujian khusus. Namun sebagai restoran dan pelatihan serta reward dan punishment,
yang telah berkomitmen untuk menyajikan dan (4) pembuatan system mampu

154
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

Gambar 1. Persebaran nilai RPN

telusur/traceability. Program pertama yaitu program D memiliki nilai efisiensi sebesar


pembuatan sistem delivery order, dimana 50%. Pemilihan program usulan perbaikan
program ini mampu mengurangi nilai R26 diserahkan kepada pihak restoran sesuai
(pengangkutan tercampur dengan bahan atau dengan kondisi yang ada.
produk lain atau titipan perusahaan / orang
lain yang tidak jelas kehalalannya). Program IV. SIMPULAN
kedua yaitu perbaikan kemasan. Program ini Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi
mampu mencegah terjadinya kontaminasi oleh auditor LPPOM MUI Jawa Timur
silang. Dengan demikian R28 dapat terkait kriteria Halal Assurance System yang
dikurangi. Program ketiga yaitu mengadakan ada di restoran, terdapat 27 kriteria yang
program pendidikan dan pelatihan serta berpengaruh terhadap proses produksi halal
reward and punishment. Program ini yang dilakukan. Kriteria-kriteria tersebut
bertujuan untuk memberikan motivasi bagi tersebar mulai dari proses pembelian bahan
karyawan agar bekerja sesuai dengan aturan sampai pengiriman produk ke pelanggan.
yang dibuat dalam Sistem Jaminan Halal, Dari 27 kriteria yang digunakan dihasilkan
sehingga risiko-risiko yang disebabkan factor sebanyak 28 risiko. Hasil persentase
kelalaian manusia mampu dikurangi seperti menunjukkan bahwa 7% risiko tergolong
bahan-bahan yang digunakan tidak sesuai very high risk, 50% risiko termasuk kategori
dengan daftar bahan yang telahdiketahui oleh high risk, 25% termasuk moderate risk dan
LPPOM MUI, dan risiko lain. Sedangkan sisanya termasuk dalam kategori low risk.
program keempat yaitu pembuatan system Untuk mengelola risiko yang ada, beberapa
mampu telusur/traceability. Hal tersebut usulan perbaikan diberikan untuk mendukung
dimaksudkan agar status, asal usul bahan produksi halal di restoran yaitu (Program A)
mudah ditelusuri sehingga diharapkan dalam Pembuatan sistem delivery order yang
proses produksi tidak ada bahan-bahan yang memiliki nilai 33.3 %, (Program B)
status kehalalannya diragukan. Selanjutnya Perbaikan kemasan dengan nilai efisiensi
empat program tersebut dihitung efisiensinya, 40%, (Program C) Pelatihan, reward, dan
yaitu pengaruhnya dalam mengurangi risiko punishment dengan nilai efisiensi 48.3%, dan
yang ada. Program A memiliki nilai efisiensi (Program D) Pembuatan sistem mampu
sebesar 33.3%, program B sebesar 40%, telusur/traceability dengan nilai efisiensi
program C sebesar 48.3%, sedangkan
155
Sholichah,dkk./Analisis Risiko Makanan Halal di Restoran Menggunakan..... JITI, Vol.16 (1), Des 2017, 150 – 156

50%. Usulan program yang dipilih Vanany, I.; Zailani, S. (2010). "Urgency in managing the
risk in supply chain amongst Indonesian manufacturing
diserahkan kepada pihak restoran sesuai companies". International Business Management, Vol. 4
dengan kondisi restoran saat ini. Penelitian (4), p.: 199 – 208.
kedepannya perlu juga memperhatikan aliran Vanany, I.; Zailani, S.; Rusdiansyah, A. (2007). Supply
Chain Risk Management (SCRM) in the Indonesian
value stream-nya, mulai dari pemasok hingga Manufacturing Companies: Survey from Manager’s
didistribusikan ke konsumen (Vanany, 2006) Perspectives. Makalah disampaikan pada The 2nd
dan juga memperhatikan teknologi International Conference Operations and Supply Chain
Management (OSCM), 18 - 20 May 2007.
identifikasi otomatis, seperti barcode dan Vanany, I.; Shaharoun, A.B.M. (2009). "Pengadopsian
RFID untuk mendukung aplikasi traceability teknologi RFID di rumah sakit Indonesia, manfaat dan
bahan bakunya (Vanany & Shaharoun, 2009) hambatannya". Jurnal Teknik Industri, Vol. 11 (1), pp.:
82 - 94.
Vanany, I. (2006). "Aplikasi pemetaan aliran nilai di industri
DAFTAR PUSTAKA kemasan semen". Jurnal Teknik Industri, Vol. 7 (2), pp.:
Ali, M.H.; Tan, K.H.; Makhbul, Z.M. (2013). Mitigating 127 - 137.
halal food integrity risk through supply chain
integration. Proceeding of Asia Pacific Industrial
Engineering and Management System (APIEMS)
Conference.
Andriani, D.; Akbar, K.; Aqmarina, L.; Nurhayati, T.;
Permanasari, I.K.; Binarwan, R.; Murniati, D. (2015).
Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah.
Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan Deputi Bidang Pengembangan
Kelembagaan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata.
Asdhiana, I.M. (2014). Makan di Restoran Semakin Ngetren.
Diambil 14 April 2017, dari
http://travel.kompas.com/read/2014/04/04/1632122/Mak
an.di.Restoran.Semakin.Ngetren
Billiocta, Y. (2015). 2 Sertifikat halal Solaria dan temuan
bumbu masak mengandung babi. Diambil 14 April 2017,
dari https://www.merdeka.com/peristiwa/2-sertifikat-
halal-solaria-dan-temuan-bumbu-masak-mengandung-
babi.html
Indrawati, C.D.; Karningsih, P.D.; Vanany, I. (2015).
"Development of supply chain risks interrelationships
model using interpretive structural modeling and
analytical network process". IPTEK Journal of
Proceedings Series, Vol. 1, pp.: 449 - 453.
Marzuki, S.Z.S.; Hall, C.M.; Ballantine, P.W. (2014).
"Measurement of restaurant manager expectations
toward halal certification using factor and cluster
analysis". Procedia - Social and Behavioral Sciences,
Vol. 121, pp.: 291 – 303.
McDermott, R.E.; Mikulak, R.J.; Beauregard, M.R. (2009).
The Basics of FMEA. 2nd Edition. US: CRC Press,
Taylor & Francis Group.
Salman, F.; Siddiqui, K. (2011). "An exploratory study for
measuring consumers’ awareness and perceptions
towards halal food in Pakistan". Interdisciplinary
Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 3,
pp.: 639 – 652.
Sugianto, D. (2016). 3.040 Restoran di Indonesia Tidak
Mempunyai Sertifikat Halal. Diambil 14 April 2017, dari
http://economy.okezone.com/read/2016/12/28/320/1577
483/3-040-restoran-di-indonesia-tidak-mempunyai-
sertifikat-halal
Vanany, I. (2016). Business Process Re-engineering. Sinar
Gamedia.

156

You might also like