You are on page 1of 8

MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.

id

Artikel Penelitian
Penelitian
ANTROPOMETRI SENDI PERGELANGAN KAKI
ETNIS MINANGKABAU
Hafni Marsil1, Rizki Rahmadian1, Sylvia Rachman2, Erkadius3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengukur antropometri sendi pergelangan kaki etnis Minangkabau.
Penelitian cross sectional dilakukan pada 50 orang mahasiswa kedokteran etnis Minangkabau
berusia 21-25 tahun di lingkungan RS. dr. M Djamil Padang. Dilakukan pemeriksaan ROM,
rontgen ankle proyeksi anteroposterior, lateral dan mortise. Hasil penelitian didapatkan ROM
plantarfleksi 48,920±5,820, ROM dorsofleksi 31,300±4,070, inversi 10,320±2,280, eversi
5,94 ±1,20 , talocrural angel anteroposterior 76,53 ± 2,530 dan mortise 77,380±2,270, tibiofibular
0 0 0

overlap anteroposterior 7,51±2,64 mm dan mortise 4,71±2,45 mm, tibiofibular clear space
anteroposterior 3,6±1,18 mm dan mortise 3,85±1,09 mm, talar tilt anteroposterior 0,140±0,100
dan mortise 0,190±0,150, medial malleolar length anteroposterior 13,88±1,99 mm dan mortise
14,03±1,69 mm, lateral malleolar length anteroposterior 25,71±2,83 mm dan mortise 26,70±3,40
mm, johnson angle anteroposterior 87,770±1,710 dan mortise 87,570±1,840, medial clear space
2,97±0,75 mm, anteroposterior inclination angle 7,470±2,700, anterior distal tibial angle 82,530±
2,700, dan anteroposterior gap 3,50±1,43 mm.Terdapat perbedaan ukuran antropometri sendi
pergelangan kaki mahasiswa kedokteran beretnis Minangkabau di lingkungan RS. Dr. M. Djamil
Padang dengan kepustakaan, namun masih dalam rentang normal.
Kata kunci: antropometri, pergelangan kaki, Minangkabau

Abstract
This study aimed to measure anthropometric of ankle joint of Minangkabau ethnic group. Cross
sectional study has been done in 50 Minangkabau ethnic medical students, aged 21-25 years in
RSUP. Dr. M Djamil Padang. ROM, anteroposterior, lateral, and mortise X-ray projections of
ankle were examined. ROM plantarflexion was 48.920±5.820, ROM dorsiflexion was
4.070±31.300, inversion was 10.320±2.280, eversion was 5.940±1.200, talocrural angel
anteroposterior was 76.530±2.530 and mortise was 77.380±2.270, tibiofibular overlapp
anteroposterior was 7.51±2,64 mm and mortise was 4.71±2,45 mm, tibiofibular clear space
anteroposterior was 3.6±1.18 mm and mortise was 3.85±1.09 mm, talar tilt anteroposterior was
0.140 ± 0.100 and mortise was 0.190 ± 0.150, medial malleolar length anteroposterior was 13.88 ±
1,99mm and mortise was 14.03 ± 1,69mm, lateral length malleolar anteroposterior was
25.71±2,83 mm and mortise was 26.70 ± 3,40 mm, johnson angle anteroposterior was 87.770 ±
1.710 and mortise was 87.570±1.840, medial clear Space was 2,97±0,75 mm, anteroposterior
Inclination Angle was 7.470±2.700, anterior distal tibial Angle was 82.530 ± 2.700 and
anteroposterior gap was 3.50 ± 1,43 mm. There was a difference in antropometric size of the
ankle joint between Minangkabau ethnic medical student in RSUP. Dr. M. Djamil Padang and
literature, but still within the normal range.
Keyword: anthropometry, ankle joint, Minangkabau

Afiliasi Penulis: 1. Bagian Ilmu Bedah FK Unand/ RSUP dr. M. Djamil Padang, 2. Bagian Radiologi FK Unand/ RSUP
dr. M. Djamil Padang, 3. Bagian Fisiologi FK Unand, Korespondensi : Hafni Marsil, email : dr.pail@yahoo.co.uk, HP:
081363415107

108
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

PENDAHULUAN langan kaki, pemeriksaan radiologis sa-


ngat membantu dalam menegakkan
Antropometri adalah ilmu yang diagnosis sehingga dapat memastikan
mempelajari pengukuran tubuh manusia terjadinya kelainan pada struktur tulang
guna merumuskan perbedaan ukuran maupun jaringan lunak dari sendi
pada tiap individu atau kelompok. Ilmu pergelangan kaki. Pengukuran antropo-
ini berkembang sejak abad ke-19. Istilah metri secara radiologis juga memegang
antropometri pertama kali diperkenalkan peranan penting bagi keberhasilan tinda-
oleh Quetlet seorang ilmuan asal Belgia kan operasi pada sendi pergelangan
dalam bukunya Antrhopometrie. Pengu- kaki. Nilai yang diperoleh dari pengu-
kuran bagian tertentu dari tubuh manusia kuran tersebut dapat memprediksi keber-
dapat dilakukan dengan berbagai cara hasilan tindakan operasi melalui peni-
dengan tujuan yang berbeda-beda, laian pre dan postoperatif.7 Pengukuran
seperti pengukuran tinggi dan berat antropometri pergelangan kaki juga ber-
badan untuk melihat status gizi, identifi- guna untuk merancang implant dan
kasi korban dalam ilmu forensik, mem- prosthesis yang ergonomis.8
buat alat-alat yang ergonomis dalam Penelitian Patil dkk terhadap
bidang industri, dan pengukuran antro- antropometri sendi pergelangan kaki
pometri secara radiologis untuk mem- didapatkan tibiofibular clear space pada
bantu dalam menegakkan diagnosis, x-ray proyeksi anteroposterior (AP)
penilaian pre dan pasca operatif kasus- adalah 2.4mm dengan proyeksi mortise
kasus ortopedi yang memerlukan pem- 4.5 mm, tibiofibular overlap pada
bedahan.1,2 proyeksi AP 11.2mm dengan proyeksi
Sendi pergelangan kaki adalah mortise 4.2mm, dan talocrural angle
daerah persendian antara tungkai bawah pada proyeksi AP 77.7mm dengan
dan kaki. Sendi pergelangan kaki terdiri proyeksi mortise 79.9mm. Patil dkk juga
dari 3 persendian yang kompleks, yaitu menemukan length of medial malleolus
sendi talokrural, sendi tibiofibular distal pada proyeksi AP 15.3mm dengan
(sindesmosis tibiofibular) dan sendi su- proyeksi mortise 15.3mm dan length of
btalar (talokalkaneal).3,4 Sendi pergela- lateral malleolus pada proyeksi AP
ngan kaki merupakan sendi yang me- 27.35mm dengan proyeksi mortise
nyokong berat badan dan penting dalam 26.5mm.8
tahapan berjalan berupa gerakan plan- Penelitian Goker dkk mendapat-
tarfleksi dan dorsofleksi.5 kan medial clear space 2,56 ± 0,50mm
Ukuran antropometri tulang diten- pada sendi pergelangan kaki kanan dan
tukan oleh maturasi dan pertumbuhan 2,55±0,48mm pada sendi pergelangan
tulang, yang dipengaruhi oleh faktor ge- kaki kiri. Goker mendapatkan medial
netik, nutrisi, hormonal, dan lingkungan. clear space pada laki-laki lebih lebar
Faktor genetik ini akan diturunkan se- dibandingkan pada perempuan.9 Kwon
hingga masing-masing ras dan suku dkk mendapatkan nilai normal antero-
bangsa akan mempunyai ciri ukuran posterior inclination angle pada populasi
antropometrinya sendiri.2,6 Korea 8,20±3,20. Kwon dkk juga men-
Pada kasus-kasus orthopedi dapatkan ukuran morfometri pergola-
yang berhubungan dengan sendi perge- ngan kaki pada orang Korea lebih kecil
109
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

dibandingkan dengan ukuran pada orang pulasi lokal, sehingga data-data yang
kulit putih.10 Begitu juga dengan pene- ada tidak dapat dijadikan nilai standar
litian yang dilakukan oleh Kuo dkk pada untuk populasi lokal di Indonesia.
populasi ras Cina yang menemukan Karena belum adanya data me-
ukuran morfometri sendi pergelangan ngenai ukuran antropometri sendi perge-
kaki lebih kecil dibandingkan dengan langan kaki pada etnis Minangkabau di
ukuran pada orang kulit putih.11 dalam kepustakaan, maka peneliti ber-
Range of motion (ROM) adalah maksud melakukan penelitian mengenai
rentang pergerakan yang dapat dilaku- antropometri sendi pergelangan kaki
kan oleh suatu atau sekelompok sendi. pada etnis Minangkabau.
Pada sendi pergelangan kaki terdapat {

empat pergerakan sendi yaitu: dorso- METODE


fleksi, plantarfleksi, eversi dan inversi.
Penelitian cross sectional dilaku-
ROM dorsofleksi, plantarfleksi, eversi,
kan terhadap 50 orang mahasiswa etnis
dan inversi pada orang dewasa normal
Minangkabau di RSUP Dr. M Djamil
menurut American Academy of Ortho-
Padang dan pengukuran radiologis
paedic Surgeon secara berurut adalah
dilakukan di Semen Padang Hospital
200, 500, 50 dan 50.12
dari Februari 2015 hingga April 2015.
Sendi pergelangan kaki adalah
Subjek penelitian berusia 21-25 tahun,
sendi yang komplek, menerima beban
terdiri dari 25 orang laki-laki dan 25
tubuh dan penting dalam tahapan
orang perempuan. Pengambilan sampel
berjalan. Kelainan pada sendi ini harus
dilakukan secara consecutive sampling.
direposisi seanatomis mungkin. Lebih
Setelah mengisi formulir persetujuan,
lebarnya ankle mortise 1 mm menyebab-
maka dilakukan pengukuran ROM dan x-
kan berkurangnya luas kontak tibiotalar
ray sendi pergelangan kaki kiri subjek
sebesar 42%. Hal ini menyebabkan in-
penelitian. Kelayakan hasil x-ray diperik-
stabilitas sendi dan meningkatnya keja-
sa oleh observer radiologi. Batas-batas
dian osteoartritis. Karena itu pemaha-
daerah yang akan diukur dinilai dari hasil
man tentang antropometri sendi pergela-
x-ray secara komputerisasi dan dieva-
ngan kaki sangat penting.9
luasi oleh observer radiologi. Data
Selama ini sudah terdapat nilai-
deskriptif ditampilkan dalam bentuk
nilai normal pemeriksaan radiologis sen-
mean dan standar deviasi. Perbedaan
di pergelangan kaki dari berbagai pene-
pengukuran antara pria dengan wanita
litian di dunia. Hal ini lazim digunakan
diuji menggunakan t-test independen
sebagai pedoman untuk memperkirakan
dengan derajat keperca-yaan 95%. Hasil
adanya kelainan pada sendi perge-
uji bermakna jika nilai p < 0,05.
langan kaki. Nilai-nilai tersebut merupa-
kan hasil dari penelitian yang dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
di negara-negara barat dengan subjek
penelitian terutama bangsa kulit putih, Rerata ROM dorsofleksi mahasis-
yang secara fisik berbeda dengan po- wa kedokteran yang beretnis minangka-
pulasi lokal di Indonesia. Dengan demi- bau adalah 31,300±4,070 dengan ren-
kian kurang dapat memberikan gamba- tang 220–390. Hasil ini lebih besar dari
ran mengenai nilai-nilai normal pada po- nilai yang ditetapkan oleh American
110
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Academy of Orthopaedic Surgeon dan inversi 50. Penelitian Collete dkk di


American Medical Association yang Australia mendapatkan nilai ROM inversi
mengatakan nilai ROM dorsofleksi de- 150±6,10 (disitasi dari Norkin dan white,
wasa normal adalah 200.12 Salah satu 2009).12
faktor yang mempengaruhi ROM adalah Pada penelitian ini tidak ditemu-
aktifitas dan latihan. Penelitian Johanson kan perbedaan yang bermakna secara
dkk menyimpulkan terdapat peningkatan statistik nilai ROM dorsofleksi, plantar-
ROM dorsofleksi setelah dilakukan lati- fleksi, eversi dan inversi antara pria dan
han gastrocnemius stretching.13 Apakah wanita. Berbeda dengan penelitian
lebih besarnya ROM dorsofleksi pada Grimston dkk pada 120 subjek, menda-
orang minangkabau mungkin dise- patkan wanita memiliki ROM sendi
babkan karena setiap harinya melaksa- pergelangan kaki lebih besar dibanding-
nakan sholat? Dalam gerakan sholat kan pria. Hasil ini serupa dengan
pada saat sujud, sendi pergelangan kaki penelitian Bell dan Hoshizaki dimana
berada pada keadan dorsofleksi ROM plantarfleksi dan dorsofleksi wanita
maksimal dan terjadi regangan pada otot lebih besar dari pria. Nigg berpendapat
gastrocnemius, sehingga latihan yang lebih besarnya nilai plantarfleksi pada
rutin dikerjakan setiap harinya ini me- wanita disebabkan kebiasaan wanita
nyebabkan orang minangkabau mempu- memakai sepatu high-heeled. Hasil
nyai ROM dorsofleksi yang lebih besar penelitian ini berbeda dengan penelitian
dibandingkan dengan bangsa kulit putih. lainnya mungkin dikarenakan mahasiswa
American Academy of Ortho- kedokteran wanita yang menjadi subjek
paedic Surgeon mengatakan nilai ROM penelitian jarang memakai sepatu high-
plantarfleksi dewasa normal adalah 500. heeled sehingga tidak didapatkan
Hasil yang hampir sama didapatkan berbedaan antara ROM wanita dan pria
pada penelitian ini, dimana didapatkan (disitasi dari Norkin dan white, 2009).12
rerata ROM plantarfleksi adalah Menurut Isman dan Inam talo-
0 0
48,92 ±5,82 . Penelitian yang dilakukan crural angel berfungsi untuk melihat
oleh Boone dan Azen didapatkan ROM perubahan panjang fibula.14 Codi
plantarfleksi 56,20±6,10 (disitasi dari Nor- mengatakan talocrural angel harus
kin dan white).12 dibandingkan dengan ekstremitas yang
Pada penelitian ini didapatkan sehat, dan perbedaannya tidak boleh
hasil ROM eversi 5,940±1,200, hasil ini lebih dari 20. Sedangkan Phillips
hampir sama dengan American Acade- berpendapat perbedaan lebih dari 50
my of Orthopaedic Surgeon yang antara kiri dan kanan menandakan suatu
mendapatkan ROM eversi 50. Penelitian keadaan yang abnormal (disitasi dari
Collete dkk di Australia mendapatkan Magid et al., 1990).15 Pada penelitian ini
nilai normal ROM eversi 8,30±3,60 didapatkan nilai talocrural angel pada
(disitasi dari Norkin dan white, 2009).12 proyeksi anteroposterior 76,530±2,530
Nilai ROM inversi pada penelitian dan pada proyeksi mortise 77,380±2,270,
ini adalah 10,320±2,280, hasil ini lebih serta tidak terdapat perbedaan bermak-
besar dari nilai inversi yang ditetapkan na secara statistik antara pria dan
oleh American Academy of Orthopaedic wanita. Penelitian ini serupa dengan
Surgeon yang mengatakan nilai ROM penelitian yang dilakukan Donna dkk di
111
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

Amerika Serikat yang mendapatkan nilai mortise 15,3mm.8 Penelitian antropome-


770±40 (disitasi dari Magid et al., 1990)15, tri tentang panjang malleolus medial ma-
dan Rolfe dkk yang mendapatkan hasil sih kurang, padahal panjang malleolus
78,50.16 Pada penelitian yang lain di medial berguna untuk mengukur talocru-
India, Patil dkk mendapatkan nilai ral angle pada pasien dengan fraktur
talocrural angel pada proyeksi antero- bimalleolar. Peranjakan vertikal malleo-
posterior 77,70 dan pada proyeksi lus medial, khususnya pada pasien
mortise 79,90.8 Penelitian yang dilakukan dengan fraktur vertikal malleolus medial
Shisirkumar mendapatkan tidak terdapat atau pada fraktur comminuted malleolus
perbedaan talocrural angel pada pria medial tidak hanya akan mempengaruhi
dan wanita.17 nilai talocrural angle tapi juga merupakan
Pemendekan fibula selain dari faktor prognosis yang jelek untuk hasil
talocrural angel dapat dinilai dari pengu- pengobatan (disitasi dari Rukavina,
kuran lateral malleolar length. Pada 1998).18
penelitian ini didapatkan nilai lateral Pada penelitian ini didapatkan
malleolar length pada proyeksi nilai tibiofibular overlap pada proyeksi
anteroposterior 25,71±2,83mm dan pada anteroposterior 7,51±2,64mm dengan
proyeksi mortise 26,70±3,40mm, serta rentang 2,69–13,41mm dan pada
terdapat perbedaan yang bermakna proyeksi mortise 4,71±2,45mm dengan
secara statistik antara pria dan wanita. rentang 0,00–9,31mm, serta terdapat
Hasil penelitian ini hampir sama dengan perbedaan yang bermakna secara statis-
penelitian Patil dkk pada populasi orang tik antara pria dan wanita. Penelitian
India, dimana didapatkan nilai lateral yang dilakukan Shisirkumar menyimpul-
malleolar length proyeksi anteroposterior kan tidak terdapat perbedaan tibiofibular
27,35mm dan proyeksi mortise 26,5mm.8 overlap pada pria dan wanita.17 Nilai ini
Nilai ini lebih kecil dari hasil penelitian lebih kecil dari hasil penelitian Patil dkk
Fessy dkk pada populasi orang Prancis, yang mendapatkan nilai tibio-fibular
dimana didapatkan nilai lateral malleolar overlap proyeksi anteroposterior 11,2
length 29,1±2,5 mm (disitasi dari mm dan proyeksi mortise 4,2mm.8
Rukavina, 1998).18 Penelitian Shishirkumar mendapatkan ni-
Pada penelitian ini didapatkan ni- lai tibiofibular overlap 10,67mm.17 Kegu-
lai medial malleolar length proyeksi an- naan klinis tibiofibular overlap adalah un-
teroposterior 13,88±1,99mm dan proyek- tuk memprediksi cedera pada syndes-
si mortise 14,03±1,6mm, serta terdapat mosis akibat fraktur atau cedera liga-
perbedaan bermakna antara pria dan ment. Pneumaticos dkk mengatakan
wanita. Hasil ini sama dengan penelitian tibiofibular overlap selalu ada disetiap
Fessy dkk pada orang Perancis yang pemeriksaan x-ray pergelangan kaki,
mendapatkan nilai medial malleolar namun apabila tibiofibular overlap tidak
length 13,1±1,8mm (disitasi dari ditemukan maka kemungkinan terdapat
18
Rukavina, 1998). Nilai ini lebih kecil cedera pada syndesmosis dan diper-
dibanding hasil penelitian Patil dkk pada lukan fiksasi pada syndesmosis (disitasi
orang India yang mendapatkan nilai dari Sowman, 2012).19 Sowman dkk
medial malleolar length proyeksi dalam penelitiannya menemukan adanya
anteroposterior 15,3mm dan proyeksi variasi anatomi normal dimana tidak
112
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

terdapatnya tibiofibular overlap tanpa pergeseran talus dari tibia.20 Pada


adanya cedera pada syndesmosis, dima- penelitian ini didapatkan semua sampel
na dari 324 pasien yang ditelitinya dite- memiliki nilai talar tilt dalam range
mukan 4 pasien (1,23%) tidak terdapat normal, dimana nilai talar tilt pada
tibiofibular overlap.19 Pada penelitan ini proyeksi anteroposterior 0,140±0,100 dan
ditemukan satu subjek yang tidak memi- pada proyeksi mortise 0,190±0,150, serta
liki tibiofibular overlap tanpa adanya tidak terdapat perbedaan yang bermak-
cedera pada syndesmosis. Pemeriksaan na antara pria dan wanita.
yang lebih baik untuk menentukan Pada penelitian ini didapatkan
cedera syndesmosis adalah dengan nilai medial clear space pada proyeksi
pemeriksaan MRI, namun pemeriksaan mortise 2,97±0,75mm dengan range
ini tidak tersedia disemua fasilitas kese- 1,73–5,20mm. Hasil ini lebih besar
hatan dan memerlukan biaya yang lebih dibanding penelitian Goker dkk di Turki
tinggi. yang mendapatkan ukuran medial clear
Kegunaan klinis tibiofibular clear space sendi pergelangan kaki kanan
space adalah untuk memprediksi cedera 2,56 ±0,50mm dan 2,55±0,48mm pada
pada syndesmosis akibat fraktur atau sendi pergelangan kaki kiri.9 Namun
cedera ligament. Apabila tibiofibular hasil penelitian ini lebih kecil dibanding
clear space besar dari 6 mm maka hasil penelitian Joshua dkk di Amerika
kemungkinan terdapat cedera pada Serikat yang mendapatkan ukuran
syndesmosis.7 Jenkinson dkk menga- medial clear space sendi pergelangan
takan peningkatan tibiofibular clear kaki kanan 3,3±0,60mm. Penelitian Go-
space lebih dari 1mm merupakan ker dan Joshua menemukan medial
indikasi untuk dilakukan stabilisasi pada clear space pada pria lebih lebar diban-
syndesmosis. Penelitian Leeds dkk ding wanita (disitasi dari Goker dkk,
menyimpulkan peningkatan tibiofibular 2009).9 Berbeda dengan penelitian Go-
clear space 2mm merupakan indikasi ker dan Joshua, penelitian ini menyim-
untuk dilakukan stabilisasi syndesmosis pulkan tidak terdapat perbedaan ber-
(disitasi dari Patil dkk, 2012). Pada makna antara pria dan wanita.
penelitian ini didapatkan nilai tibiofibular Medial clear space berguna untuk
clear space pada proyeksi anteropos- melihat adanya cedera pada ligamentum
terior 3,64±1,18mm dan proyeksi mortise deltoid. Hal ini sesuai dengan hasil
3,85±1,09mm, serta tidak terdapat per- penelitian Hermans dkk yang menyim-
bedaan yang bermakna antara pria dan pulkan terdapat korelasi antara medial
wanita. Hasil ini lebih besar dari hasil clear space dengan kelainan pada
penelitian Patil dkk yang mendapatkan ligamentum deltoid.7 Koval dkk menya-
nilai tibiofibular clear space proyeksi takan apabila medial clear space lebih
anteroposterior 2,4mm dan lebih kecil besar dari 5mm dicurigai adanya cedera
pada proyeksi mortise 4,5mm.8 pada ligamentum deltoid. Sumber lain
Talar tilt adalah sudut yang diben- menyatakan apabila medial clear space
tuk oleh garis permukaan sendi talus besar dari 4mm dicurigai adanya cedera
dengan garis permukaan sendi tibial pada ligamentum deltoid (disitasi dari
plafond. Nilai normal talar tilt 00±1,50. Herman dkk, 2012).7 Namun menurut
Melebarnya sudut ini menandakan Joshua dkk ukuran medial clear space
113
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

yang menentukan cedera ligamentum populasi Korea lebih besar yaitu


deltoid tergantung ukuran individu ma- 4,2±1,7mm.10 Pada penelitian ini dida-
sing-masing. Pemeriksaan yang lebih patkan nilai anteroposterior gap pada
baik untuk menentukan cedera ligamen- proyeksi lateral 3,500±1,430, serta terda-
tum deltoid adalah dengan pemeriksaan pat perbedaan yang bermakna antara
MRI, namun pemeriksaan ini tidak pria dan wanita.
tersedia disemua fasilitas kesehatan Anterior distal tibia angle diguna-
serta memerlukan biaya yang lebih tinggi kan untuk melihat kemiringan permuka-
(disitasi dari Goker dkk, 2009).9 an sendi talokrural dengan sumbu pan-
Johnson angle adalah sudut jang tibia dari anterior. Pada penelitian
antara permukaan sendi tibial plafond ini didapatkan nilai anterior distal tibia
dengan sumbu panjang tibia. Sudut ini angle pada proyeksi lateral 82,530±
digunakan untuk melihat kemiringan 2,700, serta terdapat perbedaan yang
permukaan sendi talokrural dengan bermakna antara pria dan wanita. Hasil
sumbu panjang tibia dari anterior. Pada ini hampir sama dengan penelitian
penelitian ini didapatkan nilai Johnson Mendicino dkk yang mendapatkan nilai
Angle pada proyeksi anteroposterior anterior distal tibia angle pada populasi
87,770±1,710 dan pada proyeksi mortise bangsa Eropa 800±30 (disitasi dari Kwon
87,570±1,840, serta terdapat perbedaan dkk, 2014).10
yang bermakna antara pria dan wanita.
Hasil ini hampir sama dengan hasil
SIMPULAN
penelitian Isman di Amerika Serikat yang
mendapatkan nilai normal Johnson Nilai rerata ROM plantarfleksi
Angle 850±50 dengan range 750 sampai 48,920±5,820, dorsofleksi 31,300±4,070,
960. 14 inversi 10,320±2,280, dan eversi
Pada penelitian ini didapatkan 0 0
5,94 ±1,20 . Nilai rerata talocrural angel
nilai anteroposterior inclination angle proyeksi anteroposterior 76,530±2,530
pada proyeksi lateral 7,470±2,700, dan dan proyeksi mortise 77,380±2,270, tibio-
terdapat perbedaan yang bermakna fibular overlap proyeksi anteroposterior
antara pria dan wanita. Hasil penelitian 7,51±2,64mm dan proyeksi mortise 4,71
ini lebih besar dari hasil Stagni dkk yang ±2,45mm, tibiofibular clear space
mendapatkan nilai normal anteropos- proyeksi anteroposterior 3,64±1,18 mm
terior inclination angle pada populasi dan proyeksi mortise 3,85±1,09 mm,
bangsa Eropa 5,00±3,40 (disitasi dari talar tilt proyeksi anteroposterior 0,140
Kwon dkk, 2014)10, dan lebih kecil ±0,100 dan proyeksi mortise 0,190±0,150,
dibanding hasil penelitian Kwon pada medial malleolar length proyeksi antero-
populasi Korea dengan nilai 8,20±3,20.10 posterior 13,88±1,99mm dan proyeksi
Anteroposterior gap digunakan mortise 14,03±1,69mm, lateral malleolar
untuk melihat peranjakan pada malleolus length proyeksi antero-posterior 25,71±
posterior. Stagni dkk mendapatkan nilai 2,83mm dan proyeksi mortise 26,70±
normal anteroposterior gap pada popu- 3,40mm, johnson angle proyeksi antero-
lasi bangsa Eropa 2,7±1,8mm (disitasi posterior 87,770±1,710 dan proyeksi mor-
dari Kwon dkk, 2014)10, sedangkan tise 87,570±1,840, medial clear space
Kwon dkk mendapatkan nilai normal 2,97±0,75mm, anteroposterior inclination
114
MKA, Volume 38, Nomor 2, Agustus 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id

angle 7,470±2,700, anterior distal tibial angle, anterior distal tibial angle, dan
angle 82,530±2,700, dan anteroposterior anteroposterior gap.
gap 3,50±1,43mm. Tidak didapatkan perbedaan yang
Didapatkan perbedaan yang ber- bermakna antara pria dan wanita dalam
makna antara pria dan wanita dalam hal hal ukuran dorsofleksi, plantarfleksi,
ukuran tibiofibular overlap, medial mal- eversi, inversi talocrural angel, tibio-
leolar length, lateral malleolar length, fibular clear space, medial clear space
johnson angle, anteroposterior inclination dan talar tilt.
.

DAFTAR RUJUKAN

1. Panero J. Dimensi Manusia dan Ruang Inte- Population. J Foot Ankle Res. 2008;1(suppl
rior: Buku Panduan untuk Standar Pedoman 1):011.
Perancangan. Jakarta: Erlangga, 2003. 12. Norkin C, White J. Measurement of Joint
2. Siniarska A, Wolanski N. Ethnic differences in Motion A Guide to Goniometry 4th edition. The
body proportions, genes or environment? J Ankle and Foot. Philadelphia: E.A. Davis
Hum Ecol. 2002;13(5):337-43. Company;2009.
3. Rahmadian R. Penanganan awal cedera 13. Johanson M, Baer J, Hovermale H,
olahraga dalam penatalaksanaan orthopedi Phouthavong P. Subtalar joint position during
terkini untuk dokter layanan primer. Edisi 1. gastrocnemius stretching and ankle
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014. dorsiflexion range of motion. J Athl
4. Hertel J. Functional anatomy, pathomecha- Train.2008;43:172–8.
nics, and pathophysiology of lateral ankle 14. Isman RE, Inman VT. Anthropometric studies
instability. J Athl Train. 2002;37(4);364–75. of the human foot and ankle. Buletin of
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell A. Gray’s anatomy Prosthetics Research. 1969;97– 129.
for student. Elsevier, 2007. 15. Magid D, Michelson J, Ney D, et al. Adult
6. Gilsans V, Ratib O. Hand bone age: a digital ankle fractures: comparison of plain films and
atlas of skeletal maturity. Los Angeles: interactive two and three-dimensional CT
Springer; 2005. scans. Am J Roengtgenol. 1990;154:1017–
7. Hermans JJ, Wentink N, Beumer A, Hop 23.
WCJ, Heijboer MP, Moonen AFCM, et al. 16. Rolfe B, Nordt W, Sallis JG, Distefano M.
Correlation between radiological assesment Assesing fibular length using bimalleolar
of acute ankle fractures and syndesmotic angular measurements. Foot Ankle.1989;10:
injury on MRI. Skeletal Radiol. 2012;41:787– 104–9.
801. 17. Shishirkumar, Nambiar S. Antropometric
8. Patil MS, Raza SMG, Ali N. Anthropometric analysis of talocrural joint based on
measurements of ankle mortise for evaluating radiological study in south indian population.
mortise fracture reductions with an aim to IJSR.2014;3(7).
develop contoured implants. Al Ameen J Med. 18. Rukavina, A. The role of fibular length and the
2012;5(4):381–7. width of ankle mortise in post-traumatic
9. Goker B, Gomen E, Demirag M, Block JA. osteoarthrosis after malleolar fracture. Int
Quantification of the radiographic joint space Orthop.1998; 22:357–60.
width of the ankle. Clin Orthop and Relat Res. 19. Sowman B, Radic R, Kuster M, Yates P,
2009;467:2083–9. Breidiel B, Karamfilef S. Distal tibiofibular
10. Kwon DG, Sung KH, Chung CY, Lee SH, Kim radiological overlap. Bone Joint Res. 2012;
TW, Lee JH, et al. Preliminary finding of 1:20–4.
morphometric analysis of ankle joint in Korea 20. Anwar R, Tuson K, Khan SA. Classification
Population. J Foot Ankle Surg;2014.53:3–7. and diagnosis in orthopae-dic trauma. New
11. Kuo C, Lee G, Chang C, Hsu H, Leardini A, York: Cambridge University Press;2008: 194-
Lu T. Ankle morphometry in the Chinese 200.
115

You might also like