You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320950307

BISNIS MULTI LEVEL MARKETING (MLM) DALAM PANDANGAN ISLAM

Article · July 2016


DOI: 10.29040/jiei.v2i02.47

CITATIONS READS

0 706

3 authors, including:

Tira Nur Fitria


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS Surakarta
21 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

IMPLEMENTASI PROGRAM KEGIATAN ENGLISH CLUB SEBAGAI SALAH SATU KEGIATAN MAHASISWA DI STIE AAS SURAKARTA View project

All content following this page was uploaded by Tira Nur Fitria on 19 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

BISNIS MULTI LEVEL MARKETING (MLM)


DALAM PANDANGAN ISLAM

Agus Marimin1, Abdul Haris Romdhoni2, dan Tira Nur Fitria3


STIE-AAS Surakarta
1
Email: agus.marimin@yahoo.com
2
Email:harisromdhoni27@yahoo.com
3
Email: tiranurfitria@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to find out about MLM (Multi Level Marketing) in Islamic view
(Islamic law). This research is qualitative descriptive. This study included literary research
to examine the written sources such as scientific journals, book references, literature,
encyclopedias, scientific articles, scientific papers and other sources that are relevant and
related to the object which is being studied. As for the object of study of this research is form
of texts or writings that describe and explain about MLM that be popular in Indonesia.
Results of this study is Islamic law permit MLM as long as not contrary with Islamic law.
However, if it is contrary with Islamic law, so MLM is forbiden. Islam has principles on the
development of business systems that must be free of elements dharar (danger), jahalah
(vagueness) and zhulm (detrimental or unfair to one party). The system of bonuses to be fair,
do not oppress and do not only benefit the people. Businesses also must be free from the
element of gambling, oppression, fraud, unclean, riba (interest), vanity etc. If we want to
develop a MLM business, it should be free from those elements above. Therefore, the goods
or services are commercialized and ordinances sales must be halal, no haram and doubtful,
and not in conflict with the principles of Shari'ah above.

Keywords: Business, MLM (Multi Level Marketing), syariah’

PENDAHULUAN ini sangat menggiurkan sebagian anggota


Akhir-akhir ini di tengah-tengah masyarakat karena menjanjikan
masyarakat Indonesia muncul sistem keuntungan besar dalam waktu yang
perdagangan baru yang dikenal dengan relatif singkat.
istilah Multi Level Marketing yang Semua bisnis termasuk yang
disingkat (MLM). Sistem perdagangan ini menggunakan sistem MLM dalam
dipraktekkan oleh berbagai perusahaan, literatur syari’ah Islam pada dasarnya
baik yang berskala lokal, nasional, termasuk kategori mu’amalat yang
regional, maupun internasional. dibahas dalam bab Al-Buyu’ (Jual-beli)
Diantaranya adalah Amway, Uni Beuty yang hukum asalnya dari aspek hukum
Shop International (UBSI) dan DNX jual-belinya secara prinsip boleh
Indonesia. Sistem perdagangan semacam berdasarkan kaidah fiqih sebagaimana

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 105
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

dikemukakan oleh Ibnul Qayyim Al- selain arti menjual, dalam marketing
Jauziyah “Pada dasarnya semua ibadah banyak aspek yang berkaitan dengannya
hukumnya haram kecuali kalau ada dalil antara lain ialah produk, harga, promosi,
yang memerintahkannya, sedangkan asal distribusi dan sebagainya. Jadi
dari hukum transaksi dan mu’amalah “Marketing” lebih luas maknanya dari
adalah halal kecuali kalau ada dalil yang menjual. Menjual merupakan bagian dari
melarangnya.” “Marketing” karena menjual hanyalah
Salah satu karakteristik trend kegiatan transaksi penukaran barang
marketing dalam Era Globalisasi adalah dengan uang (Yusuf, 2000: 3).
munculnya apa yang disebut Multi Level Pengertian multi level marketing
Marketing. Hal ini terbukti dengan atau di singkat MLM adalah sebuah
banyaknya perusahaan yang memakai system pemasaran modern melalui
sistem Multi Level Marketing untuk jaringan distribusi yang dibangun secara
memasarkan produk-produknya. Konsep permanen dengan memposisikan
MLM yang lahir pada tahun 1939 pelanggan perusahaan sekaligus sebagai
merupakan kreasi dan inovasi marketing, tenaga pemasaran. Dengan kata lain dapat
sebagai solusi untuk melibatkan dikemukakan bahwa MLM adalah
masyarakat konsumen dalam kegiatan pemasaran berjenjang melalui jaringan
usaha pemasaran. Dengan maksud agar distributor yang dibangun dengan
masyarakat konsumen dapat menikmati menjadikan konsumen sebagai tenaga
tidak saja manfaat produk, tapi juga pemasaran (Muslih, 2010: 613).
manfaat finansial (dalam bentuk insentif, Menurut Royan (2002) MLM atau
hadiah dan bahkan kepemilikan saham Multi Level Marketing dikenal juga
perusahaan). sebagai network marketing merupakan
salah satu metode pemasaran wirausaha
PEMBAHASAN dengan memanfaatkan sistem jaringan
Pengertian Multi Level Marketing (network). Yusuf (dalam Rozi, 2003)
Secara Etimologi Multi Level berpendapat bahwa, dikatakan network
Marketing (MLM) berasal dari bahasa marketing karena merupakan sebuah
Inggris Multi berarti banyak sedangkan jaringan kerja pemasaran yang di
level berarti jenjang atau tingkat. Adapun dalamnya terdapat sejumlah orang yang
marketing berarti pemasaran. Jadi dari melakukan proses pemasaran produk/jasa.
kata tersebut dapat dipahami bahwa MLM Pemasaran dan distribusi yang dilakukan
adalah pemasaran yang berjenjang melalui banyak level (tingkatan), yang
banyak. Disebut sebagai “Multi Level” biasa dikenal dengan istilah Upline
karena merupakan suatu organisasi (tingkat atas) dan Downline (tingkat
distributor yang melaksanakan penjualan bawah), orang akan disebut Upline jika
yang berjenjang banyak atau bertingkat- mempunyai Downline. Dan inti dari bisnis
tingkat. (Harefa, 1999:4). MLM ini adalah digerakkan dengan
Dalam pengertian “Marketing” jaringan, baik yang sifatnya vertikal atas
sebenarnya tercakup arti menjual dan bawah maupun horizontal kiri-kanan atau

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 106
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

pun bisa juga gabungan antara keduanya. Marketing merupakan suatu cara atau
Setiap orang yang berhasil diajak dan metode menjual barang secara langsung
bergabung dalam kelompoknya akan kepada pelanggan melalui jaringan yang
memberikan manfaat dan keuntungan dikembangkan oleh para distributor yang
kepada yang mengajaknya, lazimnya memperkenalkan para distributor
dengan memakai sistem presentase atau berikutnya.
bonus (Mujtaba, 2008: 59)
Multi Level Marketing (MLM) SEJARAH MULTI LEVEL
masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 80- MARKETING
an, jaringan bisnis Penjualan Langsung Ide kelahiran konsep MLM ini
(Direct Selling) MLM, terus marak dan dilatarbelakangi kenyataan bahwa, konsep
subur menjamur dan bertambah merebak retail dan direct selling (tanpa melupakan
lagi setelah adanya badai krisis moneter segala kelebihannya), hanya memberikan
dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia manfaat finansial kepada kalangan
MLM yang memanfaatkan momentum tertentu yang jumlahnya terbatas. Yakni
dan situasi krisis untuk menawarakan pemilik modal dan pengelola usaha,
solusi bisnis pemain asing maupun lokal. tenaga adm, karyawan, sales atau kurir.
Hal itu menunjukkan bahwa bisnis MLM Dan pihak ketiga yang berkemampuan
banyak diminati banyak kalangan menjadi jasa perantara (minimal mampu
(Zaharudin, 2003). membuka kios). Serta pihak keempat yang
Multi Level Marketing dinilai melaksanakan peran advertising
sebagai metode pemasaran yang lebih (periklanan), seperti stasiun tv, radio,
efisien dan efektif pada tingkat retail koran, majalah, papan reklame dan
(penjualan eceran) karena besarnya dan sejenisnya. Sementara masyarakat
luasnya gerakan individu-individu yang konsumen hanya diposisikan sebagai
melancarkan program marketing ini penerima manfaat produk saja.
dibandingkan sistem pemasaran biasa. Diakui bahwa konsep MLM non
Multi Level Marketing atau Network syariah yang tumbuh dan berkembang di
Marketing merupakan sistem bumi nusantara ini sejak tahun 1986 dan
pendistribusian barang atau jasa lewat kini telah mencapai 106 perusahaan. (62
suatu jaringan atau orang-orang yang perusahaan diantaranya memiliki Izin
independen, kemudian orang-orang ini Usaha Penjualan berjenjang dari
akan mensponsori orang-orang lain untuk Deperidag RI) memang telah
membantu-meneruskan lewat satu atau meningkatkan derajat ekonomi (sebagian)
beberapa tingkat pemasukan. (Roller, masyarakat konsumen (distributornya).
1995: 3) Namun yang menjadi masalah adalah soal
Peter Clotier dalam bukunya kehalalan dan kesucian produk, aturan
yang berjudul Multi Level Marketing A main dan budaya kerjanya, apakah produk
Practical Guide To Succesful Network yang dijual bebas dari unsur-unsur yang
Selling seperti yang dikutip Axinantio diharamkan dalam Islam dan apakah cara
(1996:10), merumuskan Multi Level kerjanya bebas dari unsur riba, gharar

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 107
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

(tipuan atau ketidak pastian), maisir (judi) Adapun yang menjadi ciri-ciri dan bisnis
dan zulm (eksploitasi)? Makalah singkat Multi Level Marketing adalah:
ini akan berupaya memaparkan hal ini  Memberikan kesempatan yang sama
dengan menjelaskan apa yang dimaksud bagi setiap anggota untuk berhasil.
dengan bisnis multi Level Marketing dan  Keuntungan dan keberhasilan
ciri khasnya, dan pandangan Islam distributor sepenuhnya ditentukan oleh
terhadp bisnis ini. hasil kerja (keras) dalam bentuk
Akar dari MLM tidak bisa penjualan dan pembelian produk dan
dilepaskan dari berdirinya Amway jasa perusahaan.
Corporation dan produknya nutrilite yang  Setiap anggota berhak menjadi
berupa makanan suplemen bagi diet agar anggota satu kali.
tetap sehat. Konsep ini dimulai pada tahun  Biaya pendaftaran menjadi anggota
1930 oleh Carl Rehnborg, seorang tidak terlalu mahal dan dapat
pengusaha Amerika yang tinggal di Cina dipertanggungjawabkan karena
pada tahun 1917-1927. Setelah 7 tahun nilainya setara dengan barang yang
melakukan eksperimen akhirnya dia diperoleh.
berhasil menemukan makanan suplemen  Keuntungan yang diperoleh distributor
tersebut dan memberikan hasil temuannya independen dihitung dengan sistem
kepada teman-temannya. Tak kala mereka perhitungan yang jelas berdasarkan
ingin agar dia menjualnya pada mereka, hasil penjualan pribadi maupun
Rehnborg berkata “Kamu yang jaringannya.
menjualnya kepada teman-teman kamu  Setiap distributor independen dilarang
dan saya akan memberikan komisi untuk menumpuk barang, karena yang
padamu”. terpenting adalah pemakaian produk
Inilah praktek awal MLM yang yang dirasakan manfaat atau
singkat cerita selanjutnya perusahaan khasiatnya secara langsung oleh
Rehnborg ini yang sudah bisa merekrut konsumen.
15.000 tenaga penjualan dari rumah  Keuntungan yang dinikmati anggota
kerumah yang kemudian dilarang Multi Level Marketing, tidak hanya
beroperasi oleh pengadilan pada tahun bersifat finansial tetapi juga non
1951, karena mereka melebih-lebihkan finansial seperti penghargaan, posisi
peran dari makanan tersebut. Yang mana dalam peringkat, derajat sosial,
hal ini membuat Rich DeVos dan Jay Van
kesehatan, pengembangan karakter,
Andel Distributor utama produk nutrilite dan sebagainya.
tersebut yang sudah mengorganisasi lebih
 Perusahaan Multi Level Marketing
dari 2000 distributor mendirikan
membina distributornya dalam
American Way Association yang akhirnya
program pendidikan dan pelatihan
berganti nama menjadi Amway.
yang berkesinambungan.
 Dalam sistem Multi Level Marketing
CIRI-CIRI MULTI LEVEL
pelatihan produk menjadi hal yang
MARKETING

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 108
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

sangat penting untuk disampaikan perusahaan. (Ahmad Basyuni Lubis, Al-


kepada konsumen. Iqtishad, November 2000).
 Setiap sponsor atau up-line Secara umum, cara kerja dalam bisnis
berkepentingan untuk meningkatkan MLM adalah sebagai berikut :
kualitas distributor di jaringannya. 1. Setiap orang akan mendapat
 Pembagian komisi atau bonus keuntungan dari aktifitas jual beli
biasanya dilakukan sebulan sekali. yang dilakukannya. Jika dia ingin
(Andreas Harefa, 1999: 19) mendapatkan bonus yang lebih besar,
maka dia bisa membangun organisasi
SISTEM KERJA MULTI LEVEL yang lebih besar pula.
MARKETING
2. Mereka yang ada di bawah, tetapi bisa
Pakar marketing ternama Don Failla,
membangun organisasi yang lebih
membagi marketing menjadi tiga macam.
besar daripada yang mengajaknya,
Pertama, retail (eceran), Kedua, direct
maka yang bersangkutan memiliki
selling (penjualan langsung ke
peluang untuk mendapatkan
konsumen), Ketiga multi level marketing
keuntungan yang lebih besar daripada
(pemasaran berjenjang melalui jaringan
orang yang mengajaknya di atas.
distribusi yang dibangun dengan
3. Jika pada periode tertentu seorang
memposisikan pelanggan sekaligus
mitra tidak melakukan pembelian
sebagai tenaga pemasaran). Kemunculan
produk, maka dia tidak akan
trend strategi pemasaran produk melalui
mendapatkan keuntungan walau pun
sistem MLM di dunia bisnis modern
jalur dibawahnya menghasilkan omzet
sangat menguntungkan banyak pihak,
yang tidak terhingga.
seperti pengusaha (baik produsen maupun
4. Setiap orang yang bergabung dengan
perusahaan MLM). Hal ini disebabkan
bisnis MLM dan ingin mendapatkan
karena adanya penghematan biaya dalam
bonus yang lebih besar, maka dia
iklan, Bisnis ini juga menguntungkan para
harus berperan sebagai seller atau end-
distributor yang berperan sebagai simsar
user dengan membeli sejumlah produk
(Mitra Niaga) yang ingin bebas (tidak
yang memenuhi syarat untuk
terikat) dalam bekerja.
mendapatkan bonus,dan dia juga harus
Sistem marketing MLM yang lahir
mensponsori orang lain agar terbentuk
pada tahun 1939 merupakan kreasi dan
organisasi bisnis yang bisa
inovasi marketing yang melibatkan
menghasilkan omzet.
masyarakat konsumen dalam kegiatan
Secara global sistem bisnis MLM
usaha pemasaran dengan tujuan agar
dilakukan dengan cara menjaring calon
masyarakat konsumen dapat menikmati
nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai
tidak saja manfaat produk, tetapi juga
konsumen dan member (anggota) dari
manfaat finansial dalam bentuk insentif,
perusahaan yang melakukan praktek
hadiah-hadiah, haji dan umrah,
MLM. Adapun secara terperinci bisnis
perlindungan asuransi, tabungan hari tua
MLM dilakukan dengan cara: 1) Mula-
dan bahkan kepemilikan saham
mula pihak perusahaan berusaha

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 109
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

menjaring konsumen untuk menjadi mana seseorang bisa menjadi membernya


member, dengan cara mengharuskan calon tidak harus dengan menjual produk
konsumen membeli paket produk perusahaan, namun cukup dengan
perusahaan dengan harga tertentu. 2) mendaftarkan diri dengan membayar uang
Dengan membeli paket produk pendaftaran, selanjutnya dia bertugas
perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi mencari anggota lainnya dengan cara yang
satu formulir keanggotaan (member) dari sama, semakin banyak anggota maka akan
perusahaan. Sesudah menjadi member semakin banyak bonus yang diperoleh
maka tugas berikutnya adalah mencari dari perusahaan tersebut.
member-member baru dengan cara seperti
diatas, yakni membeli produk perusahaan CONTOH BISNIS MLM (Multi Level
dan mengisi folmulir keanggotaan. 3) Para Marketing)
member baru juga bertugas mencari calon Misalnya PT Sinar Mentari Net
member-member baru lagi dengan cara sebagai sebuah perusahaan yang
seperti diatas yakni membeli produk memasarkan produk atau jasa dengan
perusahaan dan mengisi formulir sistem Network Marketing telah
keanggotaan. 4) Jika member mampu menjaring si Ahmad sebagai anggota atau
menjaring member-member yang banyak, distributor. Kemudian si Ahmad selain
maka ia akan mendapat bonus dari sebagai anggota diharapkan pula dapat
perusahaan. Semakin banyak member menjaring anggota-anggota baru untuk
yang dapat dijaring, maka semakin masuk kedalam kelompoknya, misalnya B
banyak pula bonus yang didapatkan dan C. selanjutnya B dan C berusaha pula
karena perusahaan merasa diuntungkan memperluas jaringannya, misal B telah
oleh banyaknya member yang sekaligus menjaring D, E dan F, sedangkan C telah
mennjadi konsumen paket produk menjaring G, H, I, J, K, L dan M.
perusahaan. Dengan adanya para member Selanjutnya D, E, F (grup dari B) dan H, I,
baru yang sekaligus menjadi konsumen J, K, L, dan M (grup dari C) akan
paker produk perusahaan, maka member berusaha pula untuk memperluas
yang berada pada level pertama, kedua jaringannya dengan cara mencari anggota
dan seterusnya akan selalu mendapatkan baru, demikian seterusnya.
bonus secara estafet dari perusahaan, Dari perluasan dan pengembangan
karena perusahaan merasa diuntungkan jaringan diatas, Ahmad akan memperoleh
dengan adanya member-member baru keuntungan berupa komisi, apakah berupa
tersebut. keuntungan langsung, komisi rabat,
Diantara perusahaan MLM, ada komisi pengembangan grup dan bentuk
yang melakukan kegiatan menjaring dana keuntungan lainnya sesuai dengan
masyarakat untuk menanamkan modal kebijaksanaan perusahaan. Jelasnya
diperusahaan tersebut, dengan janji akan semakin banyak dan berkembang grup
memberikan keuntungan sebesar hampir Ahmad, semakin besar pula komisi yang
100% dalam setiap bulannya. Ada diperolehnya karena anggota dan grup
beberapa perusahaan MLM lainnya yang yang berada di bawah Ahmad akan

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 110
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

memberi keuntungan kepada Ahmad seseorang (mitranya) berdasarkan target-


(akumulasi penjualan kelompok). target penjualan kuantitatif material yang
Demikiaan juga dengan B dan C yang mereka capai yang pada akhirnya dapat
berada di bawah Ahmad, begitu juga D, E, mengindikasikan seseorang yang berjiwa
F, (grup B) dan G, H, I, J, K, L, M (grup materialis dan melupakan tujuan asasinya
C) dan seterusnya anggota-anggota lain. untuk dekat kepada Allah di dunia dan
Tegasnya, semakin besar akumulasi akhirat.
penjualan kelompok, semakin besar pula
keuntungan yang diperoleh. PANDANGAN ISLAM TENTANG
MULTI LEVEL MARKETING
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF Pada dasarnya, hukum MLM
BISNIS MULTI LEVEL ditentukan oleh bentuk muamalatnya. Jika
MARKETING muamalat yang terkandung di dalamnya
MLM dinilai sebagai metode adalah muamalat yang tidak bertentangan
pemasaran yang lebih efisien dan efektif dengan syariat Islam, maka absahlah
pada tingkat retail (penjualan eceran) MLM tersebut. Namun, jika muamalatnya
karena besarnya dan luasnya gerakan bertentangan dengan syariat Islam, maka
individu yang melancarkan program haramlah MLM tersebut. Dalam MLM
marketing ini dibandingkan sistem ada unsur jasa, artinya seorang distributor
pemasaran biasa. Multi Level Marketing menjualkan barang yang bukan miliknya
atau Network Marketing merupakan dan ia mendapatkan upah dari prosentasi
sistem pendistribusian barang atau jasa harga barang dan jika dapat menjual
lewat suatu jaringan atau orang-orang sesuai target dia mendapat bonus yang
yang independen, kemudian orang-orang ditetapkan perusahaan.
ini akan mensponsori orang-orang lain MLM banyak sekali macamnya dan
untuk membantu-meneruskan lewat satu setiap perusahaan memiliki spesifikasi
atau beberapa tingkat pemasukan. (David tersendiri. Sampai sekarang sudah ada
Roller, 1995: 3) sekitar 200 perusahaan yang mengatas
Dampak negatif MLM menurut namakan MLM. Hal yang perlu diketahui
Dewan Syariah Partai Keadilan melalui dalam menilai suatu bisnis/ jual-beli yang
fatwa No.02/K/DS-P/VI/11419, di sesuai dengan ketentuan Syariah.
antaranya: obsesi yang berlebihan untuk Memang pada dasarnya segala
mencapai target penjualan tertentu karena bentuk mu’amalah atau transaksi
terpacu oleh sistem ini, suasana tidak hukumnya boleh (mubah) sehingga ada
kondusif yang kadang mengarah pada argumentasi yang mengharamkannya.
pola hidup hedonis ketika mengadakan Islam mempunyai prinsip-prinsip tentang
acara rapat dan pertemuan bisnis, banyak pengembangan sistem bisnis yaitu harus
yang keluar dari tugas dan pekerjaan terbebas dari unsur dharar (bahaya),
tetapnya karena terobsesi akan mendapat jahalah (ketidakjelasan) dan zhulm (
harta yang banyak dalam waktu singkat. merugikan atau tidak adil terhadap salah
System ini akan memperlakukan satu pihak). Sistem pemberian bonus

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 111
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

harus adil, tidak menzalimi dan tidak fikih Islam hal ini disebut Samsarah /
hanya menguntungkan orang yang di atas. Simsar. Kegiatan samsarah dalam bentuk
Bisnis juga harus terbebas dari unsur distributor, agen, member atau mitra niaga
MAGHRIB, singkatan dari lima unsur dalam fikih Islam termasuk dalam akad
judi, aniaya, penipuan, haram, riba ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan
(bunga), batil dll. Kalau kita ingin jasa orang lain dengan imbalan, insentif
mengembangkan bisnis MLM, maka ia atau bonus (ujrah) Semua ulama
harus terbebas dari unsur-unsur di atas. membolehkan akad seperti ini.
Oleh karena itu, barang atau jasa yang Sama halnya seperti cara berdagang
dibisniskan serta tata cara penjualannya yang lain, strategi MLM harus memenuhi
harus halal, tidak haram dan tidak syubhat rukun jual beli serta akhlak (etika) yang
serta tidak bertentangan dengan prinsip- baik. Di samping itu komoditas yang
prinsip syari’ah di atas. dijual harus halal (bukan haram maupun
MLM yang menggunakan strategi syubhat), memenuhi kualitas dan
pemasaran secara bertingkat (levelisasi) bermafaat. MLM tidak boleh
mengandung unsur-unsur positif, asalkan memperjualbelikan produk yang tidak
diisi dengan nilai-nilai Islam dan jelas status halalnya. Atau menggunakan
sistemnya disesuaikan dengan syari’ah modus penawaran (iklan) produksi
Islam. Bila demikian, MLM dipandang promosi tanpa mengindahkan norma-
memiliki unsur-unsur silaturrahmi, norma agama dan kesusilaan. Sehingga,
dakwah dan tarbiyah. Menurut pada dasarnya sistem MLM adalah
Muhammad Hidayat, Dewan Syari’ah muamalah atau buyu' yang prinsip
MUI Pusat, metode semacam ini pernah dasarnya boleh (mubah) selagi tidak ada
digunakan Rasulullah dalam melakukan unsur: - Riba' - Ghoror (penipuan) -
dakwah Islamiyah pada awal-awal Islam. Dhoror (merugikan atau mendhalimi fihak
Dakwah Islam pada saat itu dilakukan lain) - Jahalah (tidak transparan).
melalui teori gethok tular (mulut ke Syarat agar MLM menjadi syari’ah
mulut) dari sahabat satu ke sahabat diantaranya: 1) Produk yang dipasarkan
lainnya. Sehingga pada suatu ketika Islam harus halal, thayyib (berkualitas) dan
dapat di terima oleh masyarakat menjauhi syubhat (Syubhat adalah sesuatu
kebanyakan (Tarigan, 2002 : 30) yang masih meragukan). 2) Sistem
Bisnis yang dijalankan dengan sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan
MLM tidak hanya sekedar menjalankan rukun jual beli sebagaimana yang terdapat
penjualan produk barang, tetapi juga jasa, dalam hukum Islam (fikih muamalah). 3)
yaitu jasa marketing yang berlevel-level Operasional, kebijakan, corporate culture,
(bertingkat-tingkat) dengan imbalan maupun sistem akuntansinya harus sesuai
berupa marketing fee, bonus, hadiah dan syari’ah. 4) Tidak ada excessive mark up
sebagainya, tergantung prestasi, dan level harga barang (harga barang di mark up
seorang anggota. Jasa marketing yang sampai dua kali lipat), sehingga anggota
bertindak sebagai perantara antara terzalimi dengan harga yang amat mahal,
produsen dan konsumen. Dalam istilah tidak sepadan dengan kualitas dan

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 112
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

manfaat yang diperoleh. 5) Struktur akidah dari serbuan idiologi, budaya dan
manajemennya memiliki Dewan produk yang tidak sesuai dengan nilai-
Pengawas Syari’ah (DPS) yang terdiri dari nilai Islami. 5) mengantisipasi dan
para ulama yang memahami masalah mempersiapkan strategi dan daya saing
ekonomi. 6) Formula intensif harus adil, menghadapi era globalisasi dan teknologi
tidak menzalimi down line dan tidak informasi dan 6) meningkatkan
menempatkan up line hanya menerima ketenangan konsumen dengan tersedianya
pasif income tanpa bekerja, up line tidak produk-produk halal dan thayyib.
boleh menerima income dari hasil jerih Ada beberapa bentuk sistem MLM
payah down linenya. 7) Pembagian bonus yang jelas keharamannya atau meragukan,
harus mencerminkan usaha masing- yaitu apabila ia menggunakan sistem
masing anggota. 8) Tidak ada eksploitasi berikut :
dalam aturan pembagian bonus antara 1. Harga tinggi dari biasa. Menjual
orang yang awal menjadi anggota dengan produk yang diperjualbelikan dalam
yang akhir, 9) Bonus yang diberikan harus sistem MLM dengan harga yang
jelas angka nisbahnya sejak awal. 10) jauh lebih tinggi dari harga biasa, ini
Tidak menitikberatkan barang-barang sangat tidak dianjurkan dalam islam,
tertier ketika ummat masih bergelut malah menurut sebagian ulama,
dengan pemenuhan kebutuhan primer. 11) aqad seperti ini adalah tidak sah.
Cara penghargaan kepada mereka yang Menjual barang dengan harga yang
berprestasi tidak boleh mencerminkan lebih tinggi dari harga biasa
sikap hura-hura dan pesta pora, karena merupakan bentuk penipuan harga
sikap itu tidak syari’ah. Praktik ini kepada orang awam yang tidak
banyak terjadi pada sejumlah perusahaan mengetahui harga normal. Dalam
MLM. DAN 12) Perusahaan MLM harus sistem MLM harga yang sengaja
berorientasi pada kesehatan ekonomi dinaikkan karena sekaligus
ummat. digabungkan dengan uang
Usaha bisnis MLM, (khususnya pendaftaran sebagai anggota.
yang dikelola oleh kaum muslimin), 2. Target Pembelian Pribadi Sebagai
seharusnya memiliki misi mulia dibalik Syarat Komisi. Selain dari iuran
kegiatan bisnisnya. Di antaranya: 1) yang wajib dibayar oleh anggota,
mengangkat derajat ekonomi ummat biasanya terdapat syarat yang
melalui usaha yang sesuai dengan mewajibkan anggota tersebut
tuntunan syari’at Islam. 2) meningkatkan mencapai target pembelian tertentu
jalinan ukhuwah ummat Islam di seluruh sebagai syarat untuk mendapat
dunia, 3) membentuk jaringan ekonomi komisi dari hasil penjualan anggota
ummat yang berskala internasional, baik di bawahnya. Apabila ia gagal
jaringan produksi, distribusi maupun mencapai target pembelian tersebut
konsumennya sehingga dapat mendorong maka keanggotaannya akan hilang
kemandirian dan kejayaan ekonomi atau dia tidak akan mendapatkan
ummat. 4) memperkokoh ketahanan komisi sedikitpun walaupun orang

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 113
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

bawahannya menjual dengan begitu setiap anggota harus mencari angota-


banyak. Semua MLM yang anggota baru dan demikian selanjutnya.
menerapkan syarat seperti ini, Setiap anggota membayar iuran pada
menyebabkan sistem MLM mereka perusahaan dengan jumlah tertentu
menjadi bermasalah dari sudut dengan angan-angan mendapat bonus,
Syariah karena adanya unsur semakin banyak anggota dan memasarkan
kezaliman terhadap anggota dan produknya maka akan semakin banyak
adanya kewajiban penjualan bonus yang dijanjikan. Sebenarnya
bersyarat dengan syarat yang kebanyakan anggota MLM yang
ditentukan sepihak dan merupakan mengikuti cara ini adalah termotivasi
berbentuk penindasan. Pada bonus yang dijanjikan tersebut dengan
dasarnya, komisi yang diambil atas harapan agar cepat kaya dalam waktu
usaha menjual sesuatu barangan yang sesingkat mungkin, padahal ia
adalah adalah boleh menurut sebenarnya tidak menginginkan
Syari’ah. produknya.
3. Jika angota mendaftar sebagai Selain itu perlu kiranya dicermati
anggota MLM dengan iuran tertentu, beberapa isu syariah pada bisinis MLM
tetapi tidak ada satu produkpun diantaranya sebagaimana yang disoroti
untuk diperdagangkan, usahanya oleh MUI DKI dalam Fiqh Indonesia
hanyalah dengan mencari anggota Himpunan Fatwa MUI DKI Jakarta (hal:
bawahanya (downline). Setiap kali 288) adalah;
ia mendapat anggota baru, maka
diberikan beberapa persen dari 1. Barang-barang yang diperjualbelikan
pembayaran anggota baru tersebut dalam sistem MLM menggunakan
kepadanya. Semakin banyak anggota harga yang jauh lebih tinggi dari harga
baru maka semakin banyak jualah wajar, maka hukumnya haram karena
bonusnya. Ini adalah bentuk riba secara tidak langsung pihak
karena memperdagangkan sejumlah perusahaan telah menambahkan harga
uang untuk mendapat uang yang yang dibebankan kepada pihak
lebih banyak di kemudian hari. pembeli sebagi sharing modal dalam
4. Terdapat juga MLM yang akad syirkah (kemitraan) mengingat
melakukan manipulasi dalam pembeli sekaligus akan menjadi
menjual produknya, atau memaksa member perusahaan yang apabila ia
pembeli untuk menggunakan ikut memasarkan akan mendapat
produknya atau yang dijual adalah keuntungan estafet. Dengan demikian
barang haram. Maka MLM tersebut praktek perdagangan MLM juga
jelas keharamannya. mengandung unsur kesamaran atau
Syeikh Salim Al-Hilali pernah penipuan karena terjadi kekaburan
mengeluarkan fatwa pengharaman antara akad jual beli, syirkah dan
terhadap MLM dengan skim piramid mudharabah, karena pihak pembeli
dalam sistem pemasarannya, dengan cara sesudah menjadi member juga

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 114
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

berfungsi sebagai pekerja yang Selain kriteria penilaian di atas perlu


memasarkan produk perusahaan diperhatikan pula hal-hal berikut:
kepada calon pembeli atau member 1. Transparansi penjualan dan
baru. pembagian bonus serta komisis
2. Jika calon anggota mendaftar ke penjualan, disamping pembukuan
perusahaan MLM dengan membayar yang menyangkut perpajakan dan
uang tertentu, dengan ketentuan dia perkembangan networking atau
harus membeli produk perusahaan jaringan dan level, melalui laporan
baik untuk dijual lagi atau tidak otomatis secara periodik.
dengan ketentuan yang telah 2. Penegasan niat dan tujuan bisnis
ditetapkan untuk bisa mendapatkan MLM sebagai sarana penjualan
point atau bonus. Dan apabila tidak langsung produk barang ataupun
bisa mencapai target tersebut maka jasa yang bermanfaat, dan bukan
keanggotaannya akan dicabut dan permainan uang (money game).
uangnya pun hangus. Hal ini 3. Meyakinkan kehalalan produk
diharamkan karena mengandung unsur yang menjadi objek transaksi riil
gharar yang sangat jelas dan (underlying transaction) dan tidak
kedzaliman terhadap anggota. mendorong kepada kehidupan
3. Jika calon anggota mendaftar dengan boros, hedonis, dan
membayar uang tertentu, tapi tidak membahayakan eksistensi produk
ada keharusan untuk membeli atau domestik terutama MLM produk
menjual produk perusahaan, dia hanya asing.
berkewajiban mencari anggota baru 4. Tidak adanya excessive mark up
dengan cara seperti diatas, yakni (ghubn fakhisy) atas harga produk
membayar uang pendaftaran. Semakin yang dijeluabelikan di atas
banyak anggota maka akan semakin covering biaya promosi dan
banyak bonusnya. Ini merupakan salah marketing konvensional.
satu transkasi berbasis riba karena 5. Harga barang dan bonus (komisi)
menaruh uang diperusahaan tersebut penjualan diketahui secara jelas
kemudian mendapatkan hasil yang sejak awal dan dipastikan
lebih banyak semacam money game. kebenarannya saat transaksi.
Sebagaimana kasus perusahaan MLM 6. Tidak adanya eksploitasi pada
yang melakukan kegiatan menjaring jenjang manapun antar distributor
dana dari masyarakat untuk aataupun antara produsen dan
menanamkan modal disitu dengan distributor, terutama dalam
janji akan diberikan bunga dan bonus pembagian bonus yang merupakan
dari modalnya dengan memutarnya cerminan hasil usaha masing-
diantaranya pada investasi ribawi masing anggota.
seperti deposito perbankan Untuk lebih memudahkan
konvenisonal. Ini jelas hukumnya dalam mengetahui status kehalalan
haram karena mengandung unsur riba. atau kesyariahan perusahaan

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 115
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

MLM, dapat diketahui bahwa dalam memperoleh keuntungan tersebut.


perusahaan yang telah terdaftar Artinya, harga produk harus wajar dan
sebagai MLM syariah dan tidak dimark up sedemikian rupa dalam
mendapatkan sertifikat bisnis jumlah yang amat mahal, sebagaimana
syariah dari Dewan Syariah yang banyak terjadi di perusahaan bisnis
Nasional MUI sekaligus MLM saat ini. Sekalipun Al-quran tidak
mendapatkan jaminan kesesuaian menentukan secara fixed besaran nominal
syariah dalam produk dan kegiatan keuntungan yang wajar dalam
operasional bisnisnya dari MUI perdagangan, namun dengan tegas Al-
yang diwajibkan memiliki Dewan quran berpesan, agar pengambilan
Pengawas Syariah. keuntungan dilakukan secara fair, saling
ridha dan menguntungkan.
KESIMPULAN Perusahaan MLM syariah adalah
MLM adalah singkatan dari Multi perusahaan yang menerapkan sistem
Level Marketing yang juga disebut pemasaran modern melalui jaringan
dengan istilah Network Marketing. Dalam distribusi yang berjenjang, dengan
bahasa Indonesia MLM dikenal dengan menggunakan konsep syariah, baik dari
istilah Pemasaran Berjenjang, atau sistemnya maupun produk yang dijual.
Penjualan Langsung Berjenjang MLM Pada dasarnya MLM syariah merupakan
atau Pemasaran Langsung Berjenjang konsep jual beli yang berkembang dengan
adalah sistem penjualan yang dilakukan berbagai macam variasinya.
oleh perusahaan, dimana perusahaan yg Perkembangan jual beli dan variasinya ini
bergerak dalam industry MLM hanya tentu saja menuntut kehati-hatian agar
menjual produk-produknya secara tidak bersentuhan dengan hal-hal yang
langsung kepada konsumen yg sudah diharamkan oleh syariah,
terdaftar (member), tidak melalui misalnya riba dan gharar, baik pada
agen/penyalur; selain itu perusahaan juga produknya atau pada sistemnya. Jadi,
memberikan kesempatan kepada setiap dalam menjalankan bisnis MLM perlu
konsumen yg sudah terdaftar (member) diwaspadai dampak negatif psikologis
untuk menjadi tenaga pemasar atau yang mungkin timbul, sehingga
penyalur. Dengan cara ini maka seorang membahayakan kepribadian.
konsumen secara otomatis menjadi tenaga
pemasar (marketer). Dengan kata lain DAFTAR PUSTAKA
seorang konsumen akan berfungi ganda di Andreas Harefa. 1999. Multi Level
mata perusahaan, yakni yang pertama ia Marketing, (Jakarta: PT Gramedia
menjadi konsumen, kedua ia juga sebagai Pustaka Utama
mitra perusahaan dalam memasarkan Axinantio, Yoes, Multi Level Marketing
produknya. dan Mail Order, Pekalongan: CV
Setiap perdagangan pasti Gunung Mas, 1996.
berorientasi pada keuntungan. Namun Harefa, Andreas. 1999. Multi Level
Islam sangat menekankan kewajaran Marketing Alternatif Karier dan

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 116
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157

Usaha Menyongsong Milenium Rozi, M. F., 2003. Budaya industri


Ketiga, Jakarta: PT: Gramedia pemasaran jaringan di
Pustaka Utama. Indonesia.Yogyakarta: Netbooks
Mujtaba, Saifuddin. 2008. Al-Masailul press Yogyakarta.
Fiqhiyah. Surabaya: IMTIYAZ Royan, F. M. 2002. Rahasia sukses
Muslih, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh menjual (Sumber inspirasi
Muamalat. Jakarta: Amzah. distributor MLM dan salesman).
Roller, David, Menjadi Kaya Dengan Yogyakarta: Andi.
Multi Level Marketing, Jakarta: http://www.landasanteori.com/2015/09/pe
PT. Gramedia, 1995. ngertian-mlm-definisi-multi-
Tarmidzi Yusuf. 2002. Strategi MLM level.html
Secara Cerdas dan Halal. Jakarta: http://juraganmakalah.blogspot.co.id/2013
PT: Gramedia /03/multi-level-marketing-mlm-
Zaharuddin. 2003. Isu Syariah Dalam islami.html
Perniagaan. Jakarta: Gema Insani
Press

JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 117

View publication stats

You might also like