Professional Documents
Culture Documents
Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Dalam Pandangan Islam: July 2016
Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Dalam Pandangan Islam: July 2016
net/publication/320950307
CITATIONS READS
0 706
3 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
IMPLEMENTASI PROGRAM KEGIATAN ENGLISH CLUB SEBAGAI SALAH SATU KEGIATAN MAHASISWA DI STIE AAS SURAKARTA View project
All content following this page was uploaded by Tira Nur Fitria on 19 February 2019.
ABSTRACT
This study aims to find out about MLM (Multi Level Marketing) in Islamic view
(Islamic law). This research is qualitative descriptive. This study included literary research
to examine the written sources such as scientific journals, book references, literature,
encyclopedias, scientific articles, scientific papers and other sources that are relevant and
related to the object which is being studied. As for the object of study of this research is form
of texts or writings that describe and explain about MLM that be popular in Indonesia.
Results of this study is Islamic law permit MLM as long as not contrary with Islamic law.
However, if it is contrary with Islamic law, so MLM is forbiden. Islam has principles on the
development of business systems that must be free of elements dharar (danger), jahalah
(vagueness) and zhulm (detrimental or unfair to one party). The system of bonuses to be fair,
do not oppress and do not only benefit the people. Businesses also must be free from the
element of gambling, oppression, fraud, unclean, riba (interest), vanity etc. If we want to
develop a MLM business, it should be free from those elements above. Therefore, the goods
or services are commercialized and ordinances sales must be halal, no haram and doubtful,
and not in conflict with the principles of Shari'ah above.
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 105
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
dikemukakan oleh Ibnul Qayyim Al- selain arti menjual, dalam marketing
Jauziyah “Pada dasarnya semua ibadah banyak aspek yang berkaitan dengannya
hukumnya haram kecuali kalau ada dalil antara lain ialah produk, harga, promosi,
yang memerintahkannya, sedangkan asal distribusi dan sebagainya. Jadi
dari hukum transaksi dan mu’amalah “Marketing” lebih luas maknanya dari
adalah halal kecuali kalau ada dalil yang menjual. Menjual merupakan bagian dari
melarangnya.” “Marketing” karena menjual hanyalah
Salah satu karakteristik trend kegiatan transaksi penukaran barang
marketing dalam Era Globalisasi adalah dengan uang (Yusuf, 2000: 3).
munculnya apa yang disebut Multi Level Pengertian multi level marketing
Marketing. Hal ini terbukti dengan atau di singkat MLM adalah sebuah
banyaknya perusahaan yang memakai system pemasaran modern melalui
sistem Multi Level Marketing untuk jaringan distribusi yang dibangun secara
memasarkan produk-produknya. Konsep permanen dengan memposisikan
MLM yang lahir pada tahun 1939 pelanggan perusahaan sekaligus sebagai
merupakan kreasi dan inovasi marketing, tenaga pemasaran. Dengan kata lain dapat
sebagai solusi untuk melibatkan dikemukakan bahwa MLM adalah
masyarakat konsumen dalam kegiatan pemasaran berjenjang melalui jaringan
usaha pemasaran. Dengan maksud agar distributor yang dibangun dengan
masyarakat konsumen dapat menikmati menjadikan konsumen sebagai tenaga
tidak saja manfaat produk, tapi juga pemasaran (Muslih, 2010: 613).
manfaat finansial (dalam bentuk insentif, Menurut Royan (2002) MLM atau
hadiah dan bahkan kepemilikan saham Multi Level Marketing dikenal juga
perusahaan). sebagai network marketing merupakan
salah satu metode pemasaran wirausaha
PEMBAHASAN dengan memanfaatkan sistem jaringan
Pengertian Multi Level Marketing (network). Yusuf (dalam Rozi, 2003)
Secara Etimologi Multi Level berpendapat bahwa, dikatakan network
Marketing (MLM) berasal dari bahasa marketing karena merupakan sebuah
Inggris Multi berarti banyak sedangkan jaringan kerja pemasaran yang di
level berarti jenjang atau tingkat. Adapun dalamnya terdapat sejumlah orang yang
marketing berarti pemasaran. Jadi dari melakukan proses pemasaran produk/jasa.
kata tersebut dapat dipahami bahwa MLM Pemasaran dan distribusi yang dilakukan
adalah pemasaran yang berjenjang melalui banyak level (tingkatan), yang
banyak. Disebut sebagai “Multi Level” biasa dikenal dengan istilah Upline
karena merupakan suatu organisasi (tingkat atas) dan Downline (tingkat
distributor yang melaksanakan penjualan bawah), orang akan disebut Upline jika
yang berjenjang banyak atau bertingkat- mempunyai Downline. Dan inti dari bisnis
tingkat. (Harefa, 1999:4). MLM ini adalah digerakkan dengan
Dalam pengertian “Marketing” jaringan, baik yang sifatnya vertikal atas
sebenarnya tercakup arti menjual dan bawah maupun horizontal kiri-kanan atau
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 106
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
pun bisa juga gabungan antara keduanya. Marketing merupakan suatu cara atau
Setiap orang yang berhasil diajak dan metode menjual barang secara langsung
bergabung dalam kelompoknya akan kepada pelanggan melalui jaringan yang
memberikan manfaat dan keuntungan dikembangkan oleh para distributor yang
kepada yang mengajaknya, lazimnya memperkenalkan para distributor
dengan memakai sistem presentase atau berikutnya.
bonus (Mujtaba, 2008: 59)
Multi Level Marketing (MLM) SEJARAH MULTI LEVEL
masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 80- MARKETING
an, jaringan bisnis Penjualan Langsung Ide kelahiran konsep MLM ini
(Direct Selling) MLM, terus marak dan dilatarbelakangi kenyataan bahwa, konsep
subur menjamur dan bertambah merebak retail dan direct selling (tanpa melupakan
lagi setelah adanya badai krisis moneter segala kelebihannya), hanya memberikan
dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia manfaat finansial kepada kalangan
MLM yang memanfaatkan momentum tertentu yang jumlahnya terbatas. Yakni
dan situasi krisis untuk menawarakan pemilik modal dan pengelola usaha,
solusi bisnis pemain asing maupun lokal. tenaga adm, karyawan, sales atau kurir.
Hal itu menunjukkan bahwa bisnis MLM Dan pihak ketiga yang berkemampuan
banyak diminati banyak kalangan menjadi jasa perantara (minimal mampu
(Zaharudin, 2003). membuka kios). Serta pihak keempat yang
Multi Level Marketing dinilai melaksanakan peran advertising
sebagai metode pemasaran yang lebih (periklanan), seperti stasiun tv, radio,
efisien dan efektif pada tingkat retail koran, majalah, papan reklame dan
(penjualan eceran) karena besarnya dan sejenisnya. Sementara masyarakat
luasnya gerakan individu-individu yang konsumen hanya diposisikan sebagai
melancarkan program marketing ini penerima manfaat produk saja.
dibandingkan sistem pemasaran biasa. Diakui bahwa konsep MLM non
Multi Level Marketing atau Network syariah yang tumbuh dan berkembang di
Marketing merupakan sistem bumi nusantara ini sejak tahun 1986 dan
pendistribusian barang atau jasa lewat kini telah mencapai 106 perusahaan. (62
suatu jaringan atau orang-orang yang perusahaan diantaranya memiliki Izin
independen, kemudian orang-orang ini Usaha Penjualan berjenjang dari
akan mensponsori orang-orang lain untuk Deperidag RI) memang telah
membantu-meneruskan lewat satu atau meningkatkan derajat ekonomi (sebagian)
beberapa tingkat pemasukan. (Roller, masyarakat konsumen (distributornya).
1995: 3) Namun yang menjadi masalah adalah soal
Peter Clotier dalam bukunya kehalalan dan kesucian produk, aturan
yang berjudul Multi Level Marketing A main dan budaya kerjanya, apakah produk
Practical Guide To Succesful Network yang dijual bebas dari unsur-unsur yang
Selling seperti yang dikutip Axinantio diharamkan dalam Islam dan apakah cara
(1996:10), merumuskan Multi Level kerjanya bebas dari unsur riba, gharar
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 107
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
(tipuan atau ketidak pastian), maisir (judi) Adapun yang menjadi ciri-ciri dan bisnis
dan zulm (eksploitasi)? Makalah singkat Multi Level Marketing adalah:
ini akan berupaya memaparkan hal ini Memberikan kesempatan yang sama
dengan menjelaskan apa yang dimaksud bagi setiap anggota untuk berhasil.
dengan bisnis multi Level Marketing dan Keuntungan dan keberhasilan
ciri khasnya, dan pandangan Islam distributor sepenuhnya ditentukan oleh
terhadp bisnis ini. hasil kerja (keras) dalam bentuk
Akar dari MLM tidak bisa penjualan dan pembelian produk dan
dilepaskan dari berdirinya Amway jasa perusahaan.
Corporation dan produknya nutrilite yang Setiap anggota berhak menjadi
berupa makanan suplemen bagi diet agar anggota satu kali.
tetap sehat. Konsep ini dimulai pada tahun Biaya pendaftaran menjadi anggota
1930 oleh Carl Rehnborg, seorang tidak terlalu mahal dan dapat
pengusaha Amerika yang tinggal di Cina dipertanggungjawabkan karena
pada tahun 1917-1927. Setelah 7 tahun nilainya setara dengan barang yang
melakukan eksperimen akhirnya dia diperoleh.
berhasil menemukan makanan suplemen Keuntungan yang diperoleh distributor
tersebut dan memberikan hasil temuannya independen dihitung dengan sistem
kepada teman-temannya. Tak kala mereka perhitungan yang jelas berdasarkan
ingin agar dia menjualnya pada mereka, hasil penjualan pribadi maupun
Rehnborg berkata “Kamu yang jaringannya.
menjualnya kepada teman-teman kamu Setiap distributor independen dilarang
dan saya akan memberikan komisi untuk menumpuk barang, karena yang
padamu”. terpenting adalah pemakaian produk
Inilah praktek awal MLM yang yang dirasakan manfaat atau
singkat cerita selanjutnya perusahaan khasiatnya secara langsung oleh
Rehnborg ini yang sudah bisa merekrut konsumen.
15.000 tenaga penjualan dari rumah Keuntungan yang dinikmati anggota
kerumah yang kemudian dilarang Multi Level Marketing, tidak hanya
beroperasi oleh pengadilan pada tahun bersifat finansial tetapi juga non
1951, karena mereka melebih-lebihkan finansial seperti penghargaan, posisi
peran dari makanan tersebut. Yang mana dalam peringkat, derajat sosial,
hal ini membuat Rich DeVos dan Jay Van
kesehatan, pengembangan karakter,
Andel Distributor utama produk nutrilite dan sebagainya.
tersebut yang sudah mengorganisasi lebih
Perusahaan Multi Level Marketing
dari 2000 distributor mendirikan
membina distributornya dalam
American Way Association yang akhirnya
program pendidikan dan pelatihan
berganti nama menjadi Amway.
yang berkesinambungan.
Dalam sistem Multi Level Marketing
CIRI-CIRI MULTI LEVEL
pelatihan produk menjadi hal yang
MARKETING
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 108
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 109
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 110
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 111
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
harus adil, tidak menzalimi dan tidak fikih Islam hal ini disebut Samsarah /
hanya menguntungkan orang yang di atas. Simsar. Kegiatan samsarah dalam bentuk
Bisnis juga harus terbebas dari unsur distributor, agen, member atau mitra niaga
MAGHRIB, singkatan dari lima unsur dalam fikih Islam termasuk dalam akad
judi, aniaya, penipuan, haram, riba ijarah, yaitu suatu transaksi memanfaatkan
(bunga), batil dll. Kalau kita ingin jasa orang lain dengan imbalan, insentif
mengembangkan bisnis MLM, maka ia atau bonus (ujrah) Semua ulama
harus terbebas dari unsur-unsur di atas. membolehkan akad seperti ini.
Oleh karena itu, barang atau jasa yang Sama halnya seperti cara berdagang
dibisniskan serta tata cara penjualannya yang lain, strategi MLM harus memenuhi
harus halal, tidak haram dan tidak syubhat rukun jual beli serta akhlak (etika) yang
serta tidak bertentangan dengan prinsip- baik. Di samping itu komoditas yang
prinsip syari’ah di atas. dijual harus halal (bukan haram maupun
MLM yang menggunakan strategi syubhat), memenuhi kualitas dan
pemasaran secara bertingkat (levelisasi) bermafaat. MLM tidak boleh
mengandung unsur-unsur positif, asalkan memperjualbelikan produk yang tidak
diisi dengan nilai-nilai Islam dan jelas status halalnya. Atau menggunakan
sistemnya disesuaikan dengan syari’ah modus penawaran (iklan) produksi
Islam. Bila demikian, MLM dipandang promosi tanpa mengindahkan norma-
memiliki unsur-unsur silaturrahmi, norma agama dan kesusilaan. Sehingga,
dakwah dan tarbiyah. Menurut pada dasarnya sistem MLM adalah
Muhammad Hidayat, Dewan Syari’ah muamalah atau buyu' yang prinsip
MUI Pusat, metode semacam ini pernah dasarnya boleh (mubah) selagi tidak ada
digunakan Rasulullah dalam melakukan unsur: - Riba' - Ghoror (penipuan) -
dakwah Islamiyah pada awal-awal Islam. Dhoror (merugikan atau mendhalimi fihak
Dakwah Islam pada saat itu dilakukan lain) - Jahalah (tidak transparan).
melalui teori gethok tular (mulut ke Syarat agar MLM menjadi syari’ah
mulut) dari sahabat satu ke sahabat diantaranya: 1) Produk yang dipasarkan
lainnya. Sehingga pada suatu ketika Islam harus halal, thayyib (berkualitas) dan
dapat di terima oleh masyarakat menjauhi syubhat (Syubhat adalah sesuatu
kebanyakan (Tarigan, 2002 : 30) yang masih meragukan). 2) Sistem
Bisnis yang dijalankan dengan sistem akadnya harus memenuhi kaedah dan
MLM tidak hanya sekedar menjalankan rukun jual beli sebagaimana yang terdapat
penjualan produk barang, tetapi juga jasa, dalam hukum Islam (fikih muamalah). 3)
yaitu jasa marketing yang berlevel-level Operasional, kebijakan, corporate culture,
(bertingkat-tingkat) dengan imbalan maupun sistem akuntansinya harus sesuai
berupa marketing fee, bonus, hadiah dan syari’ah. 4) Tidak ada excessive mark up
sebagainya, tergantung prestasi, dan level harga barang (harga barang di mark up
seorang anggota. Jasa marketing yang sampai dua kali lipat), sehingga anggota
bertindak sebagai perantara antara terzalimi dengan harga yang amat mahal,
produsen dan konsumen. Dalam istilah tidak sepadan dengan kualitas dan
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 112
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
manfaat yang diperoleh. 5) Struktur akidah dari serbuan idiologi, budaya dan
manajemennya memiliki Dewan produk yang tidak sesuai dengan nilai-
Pengawas Syari’ah (DPS) yang terdiri dari nilai Islami. 5) mengantisipasi dan
para ulama yang memahami masalah mempersiapkan strategi dan daya saing
ekonomi. 6) Formula intensif harus adil, menghadapi era globalisasi dan teknologi
tidak menzalimi down line dan tidak informasi dan 6) meningkatkan
menempatkan up line hanya menerima ketenangan konsumen dengan tersedianya
pasif income tanpa bekerja, up line tidak produk-produk halal dan thayyib.
boleh menerima income dari hasil jerih Ada beberapa bentuk sistem MLM
payah down linenya. 7) Pembagian bonus yang jelas keharamannya atau meragukan,
harus mencerminkan usaha masing- yaitu apabila ia menggunakan sistem
masing anggota. 8) Tidak ada eksploitasi berikut :
dalam aturan pembagian bonus antara 1. Harga tinggi dari biasa. Menjual
orang yang awal menjadi anggota dengan produk yang diperjualbelikan dalam
yang akhir, 9) Bonus yang diberikan harus sistem MLM dengan harga yang
jelas angka nisbahnya sejak awal. 10) jauh lebih tinggi dari harga biasa, ini
Tidak menitikberatkan barang-barang sangat tidak dianjurkan dalam islam,
tertier ketika ummat masih bergelut malah menurut sebagian ulama,
dengan pemenuhan kebutuhan primer. 11) aqad seperti ini adalah tidak sah.
Cara penghargaan kepada mereka yang Menjual barang dengan harga yang
berprestasi tidak boleh mencerminkan lebih tinggi dari harga biasa
sikap hura-hura dan pesta pora, karena merupakan bentuk penipuan harga
sikap itu tidak syari’ah. Praktik ini kepada orang awam yang tidak
banyak terjadi pada sejumlah perusahaan mengetahui harga normal. Dalam
MLM. DAN 12) Perusahaan MLM harus sistem MLM harga yang sengaja
berorientasi pada kesehatan ekonomi dinaikkan karena sekaligus
ummat. digabungkan dengan uang
Usaha bisnis MLM, (khususnya pendaftaran sebagai anggota.
yang dikelola oleh kaum muslimin), 2. Target Pembelian Pribadi Sebagai
seharusnya memiliki misi mulia dibalik Syarat Komisi. Selain dari iuran
kegiatan bisnisnya. Di antaranya: 1) yang wajib dibayar oleh anggota,
mengangkat derajat ekonomi ummat biasanya terdapat syarat yang
melalui usaha yang sesuai dengan mewajibkan anggota tersebut
tuntunan syari’at Islam. 2) meningkatkan mencapai target pembelian tertentu
jalinan ukhuwah ummat Islam di seluruh sebagai syarat untuk mendapat
dunia, 3) membentuk jaringan ekonomi komisi dari hasil penjualan anggota
ummat yang berskala internasional, baik di bawahnya. Apabila ia gagal
jaringan produksi, distribusi maupun mencapai target pembelian tersebut
konsumennya sehingga dapat mendorong maka keanggotaannya akan hilang
kemandirian dan kejayaan ekonomi atau dia tidak akan mendapatkan
ummat. 4) memperkokoh ketahanan komisi sedikitpun walaupun orang
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 113
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 114
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 115
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 116
Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Dalam Pandangan Islam ISSN : 2477-6157
JURNAL ILMIAH EKONOMI ISLAM VOL. 02, NO. 02, JULI 2016 117