You are on page 1of 15

Faktor Risiko Barotrauma Telinga pada Nelayan Penyelam di Dusun Watu Ulo Desa

Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember

Risk Factors of Ear Barotrauma among Fisherman Divers in Watu Ulo Hamlet Sumberejo
Villages Ambulu Subdistrict Jember Regency

Siti Fatimatun Navisah1, Isa Ma'rufi2, Anita Dewi Prahastuti Sujoso3


1 2 3Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
e-mail: fatimahalnav@gmail.com

Abstract
Background: Ear barotrauma is a form of tissue damage in the ear tympanic membrane
rupture due to the failure of Eustachian tube to equalize the pressure between the middle
ear and the environment when there is extreme pressure changes. Traditional fisherman
divers used a limited equipment, lack of attention to aspects of the occupational health and
safety, and most of them had ear barotrauma.
Objective: This study aimed to identify risk factors associated with ear barotrauma in
fisherman divers.
Method: This type of research was an analytic observational with cross sectional design.
Data analysis used Cramer coëficient C test.
Result: The results showed that as many as 20 people (58.7%) of 34 fisherman that were
examined had the ear barotrauma. Cramer coëficient C test results showed that the some
factors associated with ear barotrauma were diving depth (Cramers'V value = 0.006, the
Approx. value Sig <0.05) and the long duration of dives (Cramers'V value = 0.008, the Approx.
value Sig <0.05). The conclusion of the study: the risk factors associated with ear
barotrauma in fisherman divers at Watu Ulo were the depth and duration of dives.
Keywords: Ear barotrauma, Perforation, Tympanic membrane, Fisherman divers.

Abstrak
Pendahuluan: Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan pada telinga berupa
rupturnya membran timpani akibat kegagalan tuba eustachius untuk menyamakan
tekanan antara telinga tengah dengan lingkungan saat terjadi perubahan tekanan yang
ekstrim. Nelayan penyelam tradisional menggunakan peralatan yang terbatas, kurang
memperhatikan aspek K3, dan sebagian besar pernah mengalami keluhan barotrauma
telinga.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang
berhubungan dengan barotrauma telinga pada nelayan penyelam.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross
sectional. Analisis data menggunakan uji Cramer Coeficient C.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang (58,7%) dari
34 orang nelayan penyelam yang diperiksa mengalami barotrauma telinga. Hasil uji
Cramer Coeficient C menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan barotrauma
telinga adalah kedalaman menyelam (nilai Cramers’V = 0,006, nilai Approx. Sig< 0,05) dan
lama menyelam (nilai Cramers’V = 0,008, nilai Approx. Sig< 0,05). Kesimpulan penelitian:
faktor risiko yang berhubungan dengan barotrauma telinga pada nelayan penyelam Watu
Ulo adalah kedalaman dan lama menyelam.
Kata kunci: Barotrauma telinga, Perforasi, Membran timpani, Nelayan penyelam.
1. Siti Fatimatun Navisah Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember,
2. Isa Ma'rufi Staf Pengajar Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember,
3. Anita Dewi Prahastuti Sujoso Staf Pengajar Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas
Kesehatan MasyarakatUniversitas Jember
98
99 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016

Pendahuluan dengan tinnitus (27,5%), dan vertigo


Barotauma adalah kerusakan (9,9%) [3].
jaringan yang dihasilkan dari efek Barotrauma terhadap telinga
langsung tekanan. Ketidakseimbangan merupakan cedera yang paling sering
tekanan terjadi apabila seseorang tidak mengenai penyelam. Barotrauma pada
mampu menyamakan tekanan udara di telinga tengah terjadi akibat kegagalan
dalam ruang telinga tengah pada waktu tuba Eustachius untuk menyamakan
tekanan air bertambah ataupun tekanan antara telinga tengah dan
berkurang. Perubahan yang ekstrim atau lingkungan saat terjadi perubahan
ketidakseimbangan antara tekanan tekanan. Barotrauma akan mudah
lingkungan dan tekanan dalam yang terjadi apabila perubahan tekanan
berhubungan dengan rongga tubuh semakin cepat dan perbedaan tekanan
dapat menyebabkan kerusakan fisik semakin besar [4]. Gejala yang sering
lapisan jaringan pada rongga. Rongga timbul pada barotrauma telinga meliputi
tubuh yang paling berisiko mengalami telinga terasa penuh, sakit, berdengung,
barotrauma adalah telinga tengah, sinus pusing, dan penurunan pendengaran [5].
paranasal, dan paru-paru [1]. Faktor yang mempengaruhi
Penelitian Kartono pada tahun barotrauma terdiri dari faktor individu,
2007 menemukan bahwa sebanyak lingkungan, dan karakteristik pekerjaan.
53,4% dari 148 nelayan penyelam di Berdasarkan penelitian Kartono pada
pulau Karimunjawa mengalami penyelam di Kabupaten Jepara,
barotrauma yang berdampak pada menunjukkan bahwa faktor risiko yang
gangguan pendengaran, gangguan paling dominan untuk kejadian
saluran hidung, dan gangguan paru. barotrauma adalah faktor kedalaman
Penelitian tersebut juga menyebutkan penyelaman (OR=0.55) [2]. Penelitian
bahwa dibandingkan dengan gangguan Ekawati tahun 2005, menunjukkan
organ lain, barotrauma lebih banyak bahwa frekuensi menyelam perhari > 14
menimbulkan gangguan pendengaran kali perhari lebih berisiko 57,79 kali
[2]. Berdasarkan penelitian Mawle & dibandingkan frekuensi < 14 kali [6].
Jackson yang dilakukan pada penyelam Selain itu, faktor alat selam yang
di London diketahui bahwa 64% dari digunakan, masa kerja, lama
142 penyelam melaporkan gejala penyelaman, kedalaman penyelaman
barotrauma telinga, dengan gejala dan frekuensi menyelam ada
berupa nyeri (47.9%), tuli sementara kecenderungan mempengaruhi
Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 100

barotrauma pada nelayan tradisional [7]. dimana hal ini sangat berisiko karena
untuk mendapatkannya nelayan harus
Pekerjaan yang berisiko melakukan penyelaman [10].
barotrauma adalah penyelam, Berdasarkan studi pendahuluan
pemelihara atau pengambil mutiara, diketahui bahwa nelayan penyelam di
pemelihara kapal laut, tim penyelamat, Watu Ulo memiliki risiko kesehatan
dan pekerja konstruksi bawah laut [8]. barotrauma telinga. Hasil studi
Nelayan penyelam tradisional yang pendahuluan yang dilakukan di Dusun
sering disebut dengan nelayan Watu Ulo dengan wawancara pada 86
kompresor yaitu penyelam yang nelayan penyelam menunjukkan bahwa
menggunakan peralatan sangat terbatas. sebagian besar nelayan penyelam
Potensi bahaya dapat dilihat juga dari pernah mengalami keluhan barotrauma
perilaku nelayan yang bekerja tanpa telinga, berupa pusing, telinga
memperhatikan aspek keselamatan berdengung, telinga terasa penuh,
(safety diving), antara lain: motivasi yang telinga terasa nyeri, hingga penurunan
kurang, sikap kerja dengan tidak pendengaran. Selain itu, berdasarkan
melakukan teknik ekualisasi, dan hasil penelitian Abshor tahun 2008 pada
pengetahuan individu nelayan yang nelayan penyelam di Kecamatan Puger
terbatas karena tidak mendapatkan Kabupaten Jember diketahui bahwa
pelatihan [9]. sebanyak 11 penyelam (68,9%)
Nelayan di Kabupaten Jember mengalami barotrauma telinga [11].
terletak di 5 kecamatan, yaitu: Puger, Berdasarkan uraian di atas maka
Ambulu, Kencong, Gumukmas, dan penulis tertarik melakukan penelitian
Tempurejo. Menurut Dinas Perikanan mengenai faktor risiko barotrauma
dan Kelautan Kabupaten Jember 80% telinga pada nelayan penyelam di Dusun
nelayan penyelam terdapat di Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan
Kecamatan Ambulu, tepatnya di wilayah Ambulu, Kabupaten Jember. Penelitian
Dusun Watu Ulo. Watu Ulo merupakan ini bertujuan untuk mengetahui faktor
sebuah dusun yang terletak di pantai risiko yang berhubungan dengan
selatan Kabupaten Jember Jawa Timur. barotrauma telinga pada nelayan
Produksi ikan laut di Dusun Watu Ulo penyelam.
merupakan salah satu produksi ikan
terbesar di Kabupaten Jember yang Metode Penelitian
terkenal dengan hasil tangkapannya Jenis penelitian ini adalah analitik
yaitu ikan kerapu dan udang lobster, observasional dengan desain cross
101 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016

sectional. Populasi dalam penelitian ini Coeficient C untuk mengetahui ada atau
adalah nelayan penyelam tradisional tidak kemaknaan hubungan antara
(kompresor) di Dusun Watu Ulo yang variabel bebas dan variabel terikat.
berjumlah 93 orang. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Hasil Penelitian
sebanyak 34 orang, dengan teknik A. Kejadian Barotrauma Telinga
pengambilan sampel yaitu simple Barotrauma telinga adalah
random sampling. Teknik pengumpulan kerusakan jaringan pada telinga berupa
data pada penelitian ini dengan cara: rupturnya membran timpani akibat
pemeriksaan otoskopi untuk mengetahui perubahan tekanan yang ekstrim. Pada
kejadian barotrauma telinga; wawancara pemeriksaan otoskopi, telinga yang
menggunakan kuesioner untuk normal akan memperlihatkan gendang
mengetahui variabel keluhan, umur, telinga yang intak atau utuh, namun
masa kerja, lama menyelam, frekuensi telinga yang mengalami barotrauma
menyelam, dan akan memperlihatkan adanya perforasi
waktu istirahat; pengukuran (lubang pada gendang telinga). Kejadian
menggunakan meteran kedalaman untuk barotrauma telinga pada nelayan
mengetahui variabel kedalaman penyelam di Watu Ulo Desa Sumberejo
menyelam. Selanjutnya data disajikan Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember
dengan cara tabulasi silang dan dapat dilihat pada tabel berikut.
dianalisis menggunakan uji Cramer

Tabel 1.1 Distribusi Kejadian Barotrauma Telinga


Kejadian Barotrauma N %
Intak (utuh) 14 41,3
Perforasi 20 58,7
Total 34 100

Berdasarkan hasil pemeriksaan mengalami barotrauma telinga, berupa

otoskopi yang dilakukan terhadap 34 perforasi pada gendang telinga atau

orang nelayan penyelam didapatkan membrane timpani.

hasil bahwa sebanyak 20 orang (58,7%)


Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 102

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Barotrauma Telinga


Kejadian Barotrauma
Keluhan Intak Perforasi Total
n % n %
Pusing 6 23,1 20 76,9 26
Telinga Berdengung 12 40 18 60 30
Telinga Terasa Penuh 7 41,2 10 58,8 17
Telinga Terasa Sakit/Nyeri 10 45,5 12 54,5 22
Pendarahan pada Telinga 2 40 3 60 5
Pendarahan pada Hidung 4 36,4 7 63,6 11

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa berupa pusing sebanyak 20 orang,


keluhan yang paling banyak dirasakan telinga berdengung yakni sebanyak 18
oleh responden yang mengalami orang, dan telinga terasa nyeri sebanyak
barotrauma telinga adalah keluhan 12 orang.

B. Faktor Individu

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Masa Kerja Responden
Faktor Kejadian Barotrauma
Total
Individu Intak Perforasi
n % n %
Umur
< 35 th 6 46,15 7 53,85 13
≥ 35 th 8 38,10 13 61,9 21
Total 14 41,3 20 58,7 34

Masa Kerja
0-10 th 5 27,8 13 72,2 18
11-20 th 6 60 4 40 10
21-30 th 3 50 3 50 6
Total 14 41,3 20 58,7 34

Tabel 1.3 tersebut dapat terjadi pada kelompok umur ≥ 35 tahun


menjelaskan bahwa barotrauma atau yaitu sebanyak 61,9%. Sedangkan
perforasi membran timpani banyak berdasarkan masa kerja barotrauma
103 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016

banyak terdapat pada kelompok masa kerja 0-10 tahun yaitu sebanyak 72,2%.

C. Faktor Lingkungan
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kedalaman Menyelam Responden
Kedalaman Kejadian Barotrauma
Total
Menyelam Intak Perforasi
n % n %
≤10 m 8 72,73 3 27,27 11
11-20 m 6 40 9 60 15
21-30 m 0 0 8 100 8
Total 14 41,3 20 58,7 34

Berdasarkan tabel 1.4 dapat terjadi pada responden dengan

diketahui bahwa barotrauma atau kedalaman menyelam 21-30 meter yaitu


perforasi membran timpani banyak sebanyak 100%.

D. Faktor Pekerjaan
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Responden
Kejadian Barotrauma
Faktor Pekerjaan Intak Perforasi Total
n % n %
Lama Menyelam
0-2 jam 7 41,18 10 58,82 17
>2-4 jam 1 10 9 90 10
>4-6 jam 6 85,71 1 14,29 7
Total 14 41,3 20 58,7 34

Frekuensi Menyelam
≤5 kali/hari 9 45 11 55 20
6-10 kali/hari 3 30 7 70 10
11-15 kali/hari 1 50 1 50 2
16-20 kali/hari 1 50 1 50 2
Total 14 41,3 20 58,7 34

Waktu Istirahat
Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 104
<10 menit 6 33,3 12 66,7 18

≥10 menit 8 50 8 50 16
Total 14 41,3 20 58,7 34

Berdasarkan tabel 1.5 dapat sebanyak 90%, frekuensi menyelam 6-


diketahui bahwa barotrauma telinga 10 kali/hari yaitu sebanyak 70%, dan
atau perforasi membran timpani lebih waktu istirahat < 10 menit yaitu
banyak terjadi pada nelayan penyelam sebanyak 66,7%.
dengan lama menyelam >2-4 jam yaitu

E. Hubungan Faktor Individu, Lingkungan, dan Pekerjaan terhadap Barotrauma Telinga


Tabel 1.6 Hasil Uji Statistik Cramer Coeficient C
Faktor-faktor Cramers’V Kesimpulan
Umur 0,643 Tidak ada hubungan
Masa Kerja 0,224 Tidak ada hubungan
Kedalaman Menyelam 0,006 Ada hubungan
Lama Menyelam 0,008 Ada hubungan
Frekuensi Menyelam 0,858 Tidak ada hubungan
Waktu Istirahat 0,324 Tidak ada hubungan

Berdasarkan hasil analisis data yang dianalisis dengan uji Cramer


dapat disimpulkan bahwa dari 6 variabel Coefficient C terdapat 2 variabel yang
memiliki hubungan signifikan dengan kedua membran timpani intak atau utuh.
kejadian barotrauma telinga, diantaranya Kejadian barotrauma telinga pada
kedalaman dan lama menyelam. penelitian ini dapat dikatakan tinggi
Pembahasan dengan persentase perforasi membran
A. Kejadian Barotrauma Telinga timpani sebanyak 58,7%. Menurut
Berdasarkan hasil pemeriksaan Jansen et al., prevalensi barotrauma
otoskopi yang dilakukan terhadap 34 telinga tengah dikatakan tinggi karena
orang nelayan penyelam didapatkan berdasarkan pemeriksaan otoskopi
hasil bahwa sebanyak 20 orang (58,7%) ditemukan perforasi membran timpani
mengalami barotrauma telinga, pada penyelam di Laut Merah sebesar
sedangkan sebanyak 14 orang tidak 36,5% [12]. Penelitian Kartono juga
mengalami barotrauma telinga dengan menemukan bahwa terdapat prevalensi
105 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016

barotrauma yang tinggi pada nelayan telinga memiliki gejala seperti nyeri,
penyelam di Kecamatan Karimunjawa telinga terasa penuh, berkurangnya
Kabupaten Jepara yaitu sebesar 53,4% pendengaran, vertigo, telinga
[2]. berdengung, pendarahan pada hidung
Barotrauma yang terjadi pada dan telinga, dan membran timpani akan
nelayan penyelam di Watu Ulo bersifat mengalami perforasi [1]. Penelitian
akut karena terjadi secara mendadak, Koriwchak & Werkhaven menyebutkan
dalam waktu singkat, dan menunjukkan bahwa keluhan telinga yang paling
gangguan atau kelainan. Mekanisme banyak dialami oleh penyelam dengan
terjadinya barotrauma telinga bermula barotrauma adalah rasa penekanan dan
dari tekanan air di sekitar penyelam yang buntu di telinga sebanyak 62,8% [13]. B.
meningkat saat turun ke kedalaman. Faktor Individu
Tekanan ini ditransmisikan ke cairan 1. Umur
tubuh dan jaringan sekitar ruang telinga Berdasarkan hasil penelitian
tengah yang menyebabkan kompresi diketahui bahwa barotrauma telinga
ruang gas di telinga tengah. Bila gas lebih banyak terjadi pada responden
terdapat dalam struktur yang lunak dengan umur lebih ≥ 35 tahun. Pada
(membran timpani), maka struktur dasarnya tidak ada batasan umur yang
tersebut dapat rusak karena ekspansi tegas dalam kesehatan penyelaman
atau kompresi. Penyelam menyadari asalkan memenuhi persyaratan
adanya penurunan volume gas telinga kesehatan fisik dan kemampuan
tengah dan melakukan ekualisasi. Jika penyelaman. Umur ideal untuk pekerja
penyelam gagal untuk melakukan dengan kegiatan penyelaman yang
ekualisasi, tekanan air akan memaksa dilakukan secara rutin dan terus
gendang telinga ke dalam, timbul menerus setidaknya harus berusia 35
peregangan, dan meningkatnya sensasi tahun serta memiliki kesehatan fisik dan
tekanan menjadi salah satu rasa sakit mental yang prima [6]. Namun menurut
pada telinga [4]. Avongsa, usia lebih dari 35 tahun mulai
Keluhan yang paling banyak menurun fungsi organ-organ tubuh yang
dirasakan oleh responden yang vital sehingga kemampuan seseorang
mengalami barotrauma telinga adalah untuk dapat melakukan teknik
keluhan berupa pusing sebanyak 20 penyelaman dan teknik ekualisasi mulai
orang, telinga berdengung yakni berkurang [14].
sebanyak 18 orang, dan telinga terasa Hasil analisis bivariat
nyeri sebanyak 12 orang. Barotrauma memperlihatkan bahwa faktor risiko
Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 106

umur tidak ada hubungan yang signifikan kerja maka akan timbul kebiasaan buruk
dengan kejadian barotrauma telinga pada tenaga kerja [16].
pada nelayan penyelam. Uji statistik Hasil analisis bivariat
dengan α = 0,05 diperoleh nilai Cramer’s menunjukkan bahwa faktor risiko masa
V = 0,643 (nilai Approx. Sig > 0,05). kerja tidak ada hubungan yang signifikan
Penelitian Prasetyo et al. juga dengan kejadian barotrauma telinga
menunjukkan bahwa kejadian pada nelayan penyelam. Uji statistik
barotrauma telinga banyak terjadi pada dengan α = 0,05 diperoleh nilai Cramer’s
kelompok umur penyelam 31-40 tahun V = 0,224 (nilai Approx. Sig > 0,05). Hasil
sebesar 15 orang (62,5%) [15]. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
penelitian Ruslam et al. juga Ekawati yang memperlihatkan bahwa
memperlihatkan bahwa faktor risiko tidak ada hubungan masa kerja dengan
umur tidak ada hubungan yang barotrauma telinga pada nelayan
bermakna terhadap gangguan penyelam tradisional, nilai p = 1,00 (p
pendengaran pada nelayan penyelam, p value > 0,05) [6]. Beberapa penelitian
value = 0,157 (p > 0,05) [18]. Beberapa belum ada yang dapat membuktikan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan antara masa kerja
umur tidak memiliki hubungan yang dengan kejadian barotrauma telinga. C.
signifikan terhadap kejadian barotrauma. Faktor Lingkungan
2. Masa Kerja Kedalaman Menyelam
Berdasarkan hasil penelitian dapat Pada penelitian ini didapatkan
diketahui bahwa barotrauma telinga hasil bahwa barotrauma telinga banyak
banyak terjadi pada responden dengan terjadi pada nelayan penyelam dengan
masa kerja 0-10 tahun yaitu sebanyak kedalaman 21-30 meter yaitu sebanyak
72,2 % dari 18 nelayan penyelam. Masa 100% dari 8 orang nelayan penyelam.
kerja dapat mempengaruhi kinerja baik Penelitian Prasetyo et al. tahun 2012
positif maupun negatif. Pengaruh positif memperlihatkan bahwa kedalaman
akan dirasakan oleh seseorang apabila penyelaman terbanyak pada kedalaman
dengan semakin lamanya masa kerja >10 – 30 meter sejumlah 19 orang
maka semakin bertambah pengalaman (79,2%) [15]. Ekawati juga menemukan
seseorang dalam melaksanakan bahwa 90% barotrauma telinga terjadi
pekerjaannya. Sebaliknya, masa kerja pada nelayan penyelam dengan
akan memberikan pengaruh negatif kedalaman menyelam >10 meter [6].
apabila dengan semakin lamanya masa Menurut USN Navy Diving, kedalaman
menyelam maksimum yang
107 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016

diperbolehkan untuk jenis penyelaman tekanan lingkungan menyebabkan


SCUBA adalah 47 meter dengan waktu rongga udara dalam telinga tengah dan
menyelam tidak lebih dari 10 menit. dalam tuba eustachius menjadi tertekan.
Peselam pemula dibatasi untuk tidak Hal ini cenderung menyebabkan
melebihi kedalaman 18 meter / 60 feet. penciutan tuba eustachius sehingga gagal
Kedalaman menyelam berbeda untuk membuka. Jika tuba eustachius
tergantung dengan tujuan penyelaman tersumbat, maka tekanan udara di dalam
[17]. Pada penelitian ini, nelayan telinga tengah berbeda dengan tekanan
penyelam dengan kedalaman 21-30 udara di luar gendang telinga, hal ini
meter lebih banyak mengalami menyebabkan barotrauma [1]. D. Faktor
barotrauma telinga atau perforasi Pekerjaan
membran timpani dibandingkan dengan 1. Lama Menyelam
nelayan penyelam dengan kedalaman < Berdasarkan hasil penelitian dapat
10 meter. diketahui bahwa barotrauma telinga
Hasil analisis bivariat banyak terjadi pada nelayan penyelam
menunjukkan bahwa faktor risiko dengan lama menyelam >2-4 jam yaitu
kedalaman menyelam memiliki sebanyak 90% dari 10 orang nelayan
hubungan yang signifikan dengan penyelam. Prasetyo et al. menemukan
kejadian barotrauma telinga pada bahwa barotrauma telinga banyak
nelayan penyelam. Uji statistik dengan α terjadi pada lama menyelam >2–4 jam
= 0,05 diperoleh nilai Cramer’s V = 0,006 yaitu sejumlah 16 orang (66,7%) [16].
(nilai Approx. Sig < 0,05). Hasil penelitian Semakin lama berada di bawah
ini diperkuat oleh penelitian Kartono permukaan air maka semakin lama
tahun 2007 pada penyelam di Kabupaten terpapar tekanan yang berulang.
Jepara yang menunjukkan bahwa faktor Kemampuan untuk teknik ekualisasi
risiko yang paling dominan untuk sangat dibutuhkan dalam hal ini. Apabila
kejadian gangguan pendengaran adalah telinga gagal melakukan ekualisasi
faktor kedalaman penyelaman yaitu terdap tekanan tersebut maka akan
dengan OR = 0,55. Setiap penurunan berisiko mengalami barotrauma [18].
kedalaman penyelaman 10 meter, risiko Hasil analisis bivariat
penyelam mengalami gangguan menunjukkan bahwa faktor lama
pendengaran sebesar 0,55 kali [2]. menyelam memiliki hubungan yang
Semakin bertambah kedalaman signifikan dengan kejadian barotrauma
menyelam maka tekanan udara yang telinga pada nelayan penyelam. Uji
diterima semakin besar. Peningkatan statistik dengan α = 0,05 diperoleh nilai
Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 108

Cramer’s V = 0,008 (nilai Approx. Sig < untuk membuka. Sehingga menyebabkan
0,05). Penelitian ini dapat membuktikan terjadinya barotrauma pada telinga [18].
bahwa lama menyelam memiliki 2. Frekuensi Menyelam
hubungan yang signifikan terhadap Berdasarkan hasil penelitian dapat
kejadian barotrauma telinga. diketahui bahwa barotrauma telinga
Lama menyelam setiap individu banyak terjadi pada nelayan penyelam
berbeda bergantung pada kemampuan dengan frekuensi menyelam 6-10
penyelamannya di dalam air. Semakin kali/hari yaitu sebanyak 70% dari 10
lama seseorang menyelam artinya orang nelayan penyelam. Penelitian
semakin sering untuk menyamakan Ekawati menemukan bahwa frekuensi
tekanan, maka semakin besar pula menyelam >14 kali/hari berpeluang
kemungkinan gagal dalam menyamakan terhadap kejadian barotrauma membran
tekanan tersebut. Sehingga setiap timpani 1,879 kali lebih besar
kegiatan penyelaman harus terdapat dibandingkan dengan frekuensi
rencana penyelaman terutama terkait menyelam ≤ 14 kali. Penelitian ini tidak
dengan durasi atau lama penyelaman sejalan dengan penelitian Ekawati
[17]. dikarenakan pada penelitian tersebut
Semakin lama seseorang lebih banyak nelayan penyelam dengan
menyelam di bawah permukaan air, jenis penyelaman tahan napas
maka semakin besar risiko mengalami dibandingkan nelayan penyelam
gangguan pendengaran. Apabila kompresor. Sedangkan pada penelitian
seseorang berada di daratan dalam ini keseluruhan nelayan penyelam
kondisi normal, maka tekanan udara menggunakan kompresor. Frekuensi
telinga bagian dalam akan sama dengan menyelam pada penyelam tahan napas
tekanan udara di luar telinga. Namun tentu akan lebih banyak karena
pada saat menyelam seseorang akan penyelam tersebut tidak mampu
mengalami perubahan tekanan pada bertahan lama di kedalaman, sehingga
telinga tengah. Sehingga perlu dilakukan harus naik turun ke permukaan untuk
ekualisasi atau penyamaan tekanan, hal mendapatkan suplai udara dan
ini dibantu oleh keberadaan saluran yang kemudian kembali menyelam ke
menghubungkan telinga bagian tengah kedalaman [6].
dengan bagian belakang hidung, di atas Hasil uji statistik dengan α = 0,05
tenggorokan yang disebut tuba diperoleh nilai Cramer’s V = 0,858 (nilai
eustachius. Kegagalan ekualiasi Approx. Sig > 0,05), maka dapat
menyebabkan tuba eustachius gagal disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
109 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret
2016

penyelam. Penelitian Ekawati


yang signifikan antara frekuensi
menunjukkan bahwa barotrauma telinga
menyelam dengan kejadian barotrauma
atau perforasi membran timpani banyak
telinga pada nelayan penyelam. Hasil
terjadi pada nelayan penyelam dengan
penelitian ini sejalan atau sesuai dengan
waktu istirahat > 6 menit yaitu sebanyak
penelitian Ruslam et al. juga
23 (51,1%) dari 45 orang. Data dari
memperlihatkan bahwa faktor risiko
penelitian tersebut diperoleh hasil
frekuensi menyelam tidak ada hubungan
bahwa rata-rata waktu istirahat di
yang bermakna terhadap gangguan
permukaan yang dilakukan oleh nelayan
pendengaran pada nelayan penyelam,
penyelam tradisional adalah 6 menit
nilai p = 0,577 (p value > 0,05) [19].
dengan lama waktu istirahat terpanjang
Semakin sering frekuensi
9 menit [6].
penyelam yang dilakukan akan semakin
Hasil analisis bivariat
berbahaya bagi kesehatan para
menunjukkan bahwa faktor risiko waktu
penyelam. Semakin sering menerima
istirahat tidak memiliki hubungan yang
tekanan maka semakin banyak usaha
signifikan dengan kejadian barotrauma
yang diperlukan untuk menyamakan
telinga pada nelayan penyelam. Uji
tekanan (ekualisasi) dalam rongga
statistik dengan α = 0,05 diperoleh nilai
telinga dengan tekanan air di sekitarnya.
Cramer’s V = 0,324 yang artinya nilai
Namun frekuensi menyelam yang lebih
Approx. Sig > 0,05. Sehingga dapat
banyak apabila diiringi dengan teknik
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
ekualisasi yang benar, maka akan lebih
yang signifikan antara waktu istirahat
kecil kemungkinan terjadi trauma
dengan kejadian barotrauma telinga.
tekanan yang berulang pada membran
Hasil penelitian ini sejalan atau sesuai
timpani. Semua orang dapat belajar
dengan penelitian Ekawati yang
melakukan teknik ekualisasi dengan
menjelaskan bahwa tidak ada hubungan
benar. Keberhasilan dalam melakukan
yang bermakna antara waktu istirahat
ekualisasi dapat mencegah terjadinya
dengan kejadian barotrauma membran
barotrauma telinga [20].
timpani, p value = 0,646 (p>0,05) [6].
3. Waktu Istirahat
Istirahat di permukaan perlu
Hasil penelitian menunjukkan
dilakukan agar udara tidak terjebak
bahwa barotrauma telinga atau perforasi
dalam jangka waktu yang lama dan
membran timpani banyak terjadi pada
membran timpani tidak mengalami
nelayan penyelam dengan waktu
kompresi secara terus-menerus.
istirahat di permukaan < 10 menit yaitu
Menurut PADI, seharusnya pada
sebanyak 66,7% dari 18 orang nelayan
Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 110

penyelaman yang dilakukan berulang- pemeriksaan rutin dan pelatihan


ulang, seperti nelayan tradisional di penyelaman guna meningkatkan penge-
Watu Ulo, waktu istirahat di permukaan tahuan dan keterampilan nelayan
setidaknya selama 10 menit. Istirahat penyelam di Dusun Watu Ulo. Nelayan
beberapa waktu di antara penyelaman penyelam juga diharapkan dapat
juga bermanfaat agar nitrogen yang meningkatkan kemampuan dan ket-
terserap bisa keluar dari tubuh, tidak erampilan mengenai teknik penyelaman
heran apabila banyak penyelam dan ekualisasi, menyusun rencana
tradisional yang akhirnya lumpuh karena peyelaman, serta melakukan pemerik-
efek tersebut [21]. saan kesehatan secara rutin.

Simpulan dan Saran Daftar Rujukan


Kejadian barotrauma pada nelayan [1] Domino, Baldor, Grimes, Golding.
penyelam di Dusun Watu Ulo Desa The 5 minute clinical consult 2015
Sumberejo Kecamatan Ambulu [Internet]. United Kingdom: Medical
Kabupaten Jember adalah sebesar 20 E-book; 2015 [cited 2016 Januari
orang (58,7%). Hasil penelitian ini 10]. Available from:
menunjukkan bahwa terdapat hubungan http://www.lww.co.uk/the-5-
yang signifikan antara kedalaman dan minute-clinical-consult-standard-
lama menyelam dengan kejadian 2015.
barotrauma telinga. Sedangkan faktor [2] Kartono SA. Prevalensi dan faktor
umur, masa kerja, frekuensi menyelam, risiko kejadian penyakit dekompresi
dan waktu istirahat tidak menunjukkan dan barotrauma pada nelayan
adanya hubungan yang signifikan dengan penyelam di KecamatanKarimun
kejadian barotrauma telinga. Jawa Jepara [Internet]. 2007 [cited
Saran yang diberikan adalah Pusk- 2016 Februari 1]. Available
esmas Sabrang melalui Pos Usaha from:http://etd.repository.ugm.ac.id
Kesehatan Kerja Nelayan dapat menga- [3] Mawle SE, Jackson CA. An investiga-
dakan Survei Mawas Diri (SMD) khu- tion of ear trauma in divers includ-
susnya kepada kelompok nelayan ing ear barotrauma and ear infec-
penyelam untuk mengetahui permasala- tion. Journal of Underwater and Hy-
han kesehatan kaitannya dengan kejadi- perbaric Medicine. 2002; ISSN:
an barotrauma telinga yang dialami ne- 1605-9204: 3(2).
layan penyelam. Selain itu, Puskesmas [4] Edmonds C, Thomas R, McKenzie B,
dapat menyelenggarakan kegiatan Pennefather J. Diving medicine for
111 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016
SCUBA divers 6th edition [Internet]. Masyarakat Nasional. 2012: 6 (4):
Australia: National Library of Aus- 186.
tralia; 2015 [cited 2016 Februari 1]. [10] Dinas Kependudukan dan Pencata-
Available from: tan Sipil. Jumlah rumah tangga ne-
http://www.divingmedicine.info. layan di Kabupaten Jember. Jember;
[5] Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu 2014.
kesehatan olahraga. Bandung: PT. [11] Abshor U. Barotrauma auris ter-
Remaja Rosdakarya; 2013. hadap gangguan pendengaran pada
[6] Ekawati T. Analisis faktor risiko ba- nelayan penyelam di Kecamatan
rotrauma membrana timpani pada Puger Kabupaten Jember. Jember:
nelayan penyelam tradisional di Skripsi Universitas Jember. Universi-
Kecamatan Semarang Utara Kota tas Jember: Tidak dipublikasikan.
Semarang [Internet]. Semarang: [12] Jansen S, Meyer MF, Grosheva M.
Tesis Universitas Diponegoro; 2005 Prevalence of barotrauma in recrea-
[cited 2016 Februari 1]. Available tional SCUBA divers after repetitive
from:eprints.undip saltwater dives [Internet]. Amerika:
.ac.id/14995/1/2005E4B003038.pd PubMed; 2016 [cited 2016 Oktober
f. 8]. Avilable from:
[7] Paskarini I, Tualeka AR, Ardianto www.ncbi.nlm.nih.gov
DY, Dwiyanti E. Kecelakaan dan [13] Koriwchak MJ, Werkhaven JA. Mid-
gangguan kesehatan penyelam dle ear barotrauma in SCUBA divers.
tradisional dan faktor-faktor yang Journal Wilderness Medical. 1994; 5:
mempengaruhi di Kabupaten Seram 98.
Maluku. 2010 [cited 2016 Februari [14] Avongsa M. Hal –hal yang harus
1].Available from: diketahui sebelum menyelam [In-
http://portalgaruda.org/article.178 ternet]. Jakarta; 2012 [cited 2016
35&1095.Pdf. November 7]. Available from:
[8] Meily L, Kurniawidjaja. Teori dan http://www.beritasatu.com/
aplikasi kesehatan kerja. Jakarta: [15] Prasetyo AT, Soemantri JB, Luk-
Penerbit Universitas Indonesia; mantya. Pengaruh kedalaman dan
2010. lama menyelam terhadap ambang
[9] Dharmawirawan DA, Modjo R. Iden- dengar penyelam tradisional dengan
tifikasi bahaya dan keselamatan ker- barotruma telinga. Jurnal Kedokter-
ja pada penangkapan ikan nelayan an. 2012; 42 (2): 2-6.
Muroami. Jurnal Kesehatan
[16] Tulus A. Manajemen sumber daya Utara. Jurnal e-Biomedik. 2015; 3
manusia. Jakarta: PT. Gramedia (1): 373.
Pustaka Utama; 1992.
[17] United State Navy Diving. U.S.Navy [20] Bentz, B. G. & Hughes, A. Barotrauma
Diving manual revision 6 [Internet]. - American hearing research founda-
Amerika; 2005 [cited 2016 Oktober tion [Internet]. 2008 [cited 2016
8]. Available from: November 27]. Available from:
www.usu.edu/scuba http://
/navymanual6.pdf. www.americanhearing.org/disease/
[18] Harrill WC. 2006. Barotrauma of the barotrauma.html
middle and inner ear [Internet]. [21] Professional Association of Diving
London; 2006 [cited 2016 Novem- Instructors (PADI). The encyclope-
ber 27]. Available from: dia of recreational diving [Internet].
http://www.bcm.edu/oto/grand/32 1994 [cited 2016 Oktober 8]. Avail-
395.html. able from:
[19] Ruslam RD, Rumampuk JF, Danes https://www2.padi.com/scuba/buc
VR. Analisis gangguan pendengaran eo/noticias-y-
pada penyelam di Danau Tondano eventos/encyclopedia-
Desa Watumea Kecamatan Eris Ka- spanish/default.aspx
bupaten Minahasa Provinsi Sulawesi

You might also like