You are on page 1of 14

DOI: 10.24014/jush.v25i1.

2559

PENGARUH TASAWUF AL-GHAZALI


DALAM ISLAM DAN KRISTEN

Syofrianisda1 dan M. Arrafie Abduh2


1
Sekolah Tinggi Agama Islam YAPTIP Pasaman Barat, Indonesia
2
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
sofialwihdah86@gmail.com

Abstrack
One of the leading Muslim intellectuals who successfully compromised and integrated Sufism
with Shari’ah into a highly satisfactory construction of the Shar’ites and the Sufis is Imam al-
Ghazali (1058-1111), through his monumental work Ihyā ‘Ulūm al-Dīn offers Sufism Which
is dynamic and creative by looking at life as a process to achieve self-improvement that must
be passed through creative activity. The Book of Ihyā ‘Ulūm al-Dīn was enthusiastically
welcomed by Muslims, since al-Ghazali elaborated Sufism in the Qur’an and Sunnah, so Mir
Valiuddin wrote his dissertation under the title The Qur`anic Sufism. He presents the concept
of love (mahabbah), tauhīd (monotheism), makhafah (fear) and ma’rifah (knowledge). Among
the greatest sufi figures influenced by al-Ghazali was Muhyiddin Ibn Arabi (1165-1240) on the
whole manifestation of the real world and the unseen world, then al-Sha’rani (w.973/1585,
one of the followers of the Syadziliyah tarekat Founded by al-Shadzili, w.656/1258) about
morality that good life lies in the devotion to others. In addition, the works of al-Ghazali also
influenced the greatest Christian writers of the Middle Ages. Thomas Aquinas (1225-1274) on
the concept of Beatic Vision. The next generation of Christian writers to whom al-Ghazali’s
impact is found is the French mystic Pascal (1623-1662) of intuition that is only the conscious
mind of God and can gain direct experience of God, not mind.

Keywords: Influence, sufism, al-Ghazali, Islam and Christianity.

Abstrak
Salah seorang tokoh cendekiawan muslim yang berhasil mengkompromikan dan mengintegrasikan
antara tasawuf dengan syari’at menjadi konstruksi yang sangat memuaskan kalangan syar’i
dan kalangan sufi adalah Imam al-Ghazali (1058-1111), melalui karya monumentalnya
Ihyā’ Ulūm al-Dīn menawarkan sufisme yang dinamis dan kreatif dengan melihat kehidupan
sebagai proses untuk mencapai penyempurnaan diri yang harus dilalui melalui aktivitas yang
kreatif. Kitab Ihyā’ Ulūm al-Dīn mendapat sambutan antusias dari kalangan Islam, karena al-
Ghazali mengelaborasi tasawuf dalam al-Qur’an dan Sunnah, sehingga Mir Valiuddin menulis
disertasinya, The Qur`anic Sufism (Sufisme dalam al-Qur`an). Ia menyuguhkan konsep cinta
(mahabbah), tauhīd (monoteisme), makhafah (takut) dan ma’rifah (pengetahuan). Di antara
tokoh sufi terbesar yang terpengaruh oleh al-Ghazali ialah Muhyiddin Ibn Arabi (1165-1240)
tentang perwujudan Tuhan secara keseluruhan alam nyata dan alam ghaib, kemudian al-
Sya’rani (w.973/1585) salah seorang pengikut tarekat Syadziliyah (didirikan oleh al-Syadzili,
w.656/1258) tentang akhlak bahwa hidup yang baik terletak pada pengabdian terhadap orang

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 69


lain. Di samping itu, karya-karya al-Ghazali juga mempengaruhi penulis Kristen terbesar
pada abad pertengahan, yaitu St. Thomas Aquinas (1225-1274) tentang konsep Beatic Vision.
Penulis generasi Kristen selanjutnya yang dapat dijumpai adanya dampak al-Ghazali adalah
mistikus Perancis Pascal (1623-1662) tentang intuisi, yaitu hanya hati yang sadar akan Tuhan
dan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang Tuhan, bukan pikiran.

Kata kunci: Pengaruh, tasawuf, al-Ghazali, Islam, dan Kristen.

Pendahuluan akhlak, hingga pada akhirnya tasawuf menjadi


Inti ajaran tasawuf telah dipraktikkan oleh penyeimbang kehidupan manusia, di samping
Nabi Muhammad Saw. selama hayatnya, baik harus memenuhi kebutuhan jasmani juga
sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan sekaligus kebutuhan ruhani.2 Dalam tatanan ini,
Rasul maupun setelah itu. Para sufi demikian tasawuf tidak lagi dipahami sebagai realitas rutin
termotivasi untuk menelaah kehidupan Nabi yang bersifat lahiriah, akan tetapi lebih dari itu
Muhammad Saw. memahami, dan menghayati seorang penganut tasawuf (sufi) harus hidup
Sunnahnya sebagai sumber pencerahan yang membaur dalam kehidupan interaksi sosial.
takkan pernah habis. Hadis merupakan pilar Cendekiawan muslim banyak mencoba
kedua setelah al-Qur’an yang kepadanya sufi mengaktualisasikan ajaran tasawuf dengan
dan seluruh Muslim menyandarkan kepercayaan mengkonsiliasikan ajaran tasawuf dengan syari’at.
dan kehidupannya. Sejak awal Islam, Nabi Salah seorang tokoh cendekiawan muslim yang
Muhammad Saw. tidak kekurangan pengikut berhasil menyusun dan mengkompromikan antara
setia yang senantiasa mengikuti jejak langkahnya, tasawuf dengan syari’at menjadi konstruksi baru
hidup salih, tawadhu’, sabar, tawakkal, qana’ah, yang sangat memuaskan kalangan syar’i dan
dan ridha di hadapan Tuhan dan manusia. kalangan sufi adalah Imam al-Ghazali. Beliau
Keteguhan iman dan kesempurnaan amal mereka mampu mengikat tasawuf dengan dalil-dalil
begitu menyenangkan Sang Khalik, hingga wahyu, baik yang terdapat dalam al-Qur’an
dengan karunia tak terbatas-Nya, dipilihnya maupun hadis Nabi Saw.3
mereka sebagai Wali-wali-Nya, sebuah istilah Nama Imam al-Ghazali sangat populer di
yang belakangan lebih kurang semakna dengan lingkungan umat Islam, rasanya amat jarang
santa (saints atau santo) dalam Kristen. Seorang pelajar Islam yang tidak mengenal tokoh ini.
sufi mendambakan sekali kemuliaan semacam itu, Ia bahkan menempati kedudukan istimewa di
sungguh tekun dan gigih mempelajari perilaku hadapan umat Islam.4 Sebagai seorang ulama
orang-orang suci di tengah-tengah masyarakat yang ahli dalam bidang syari’at dan penganut
ataupun secara pribadi, sembari meresapkan ke mazhab Syafi’i dalam hukum Fikih, al-Ghazali
dalam hati sanubari kata-kata bijak (hikmah). termasuk pendukung mazhab al-Asy’ari yang
Inilah pilar ketiganya.1 Dalam sejarah Islam, kritis. Akan tetapi setelah lanjut usia beliau
mulai dikenal salah satu jalan mendekatkan diri meragukan dalil akal yang menjadi tiang tegaknya
kepada Tuhan yang disebut dengan tasawuf. mazhab Asy’ariyah di samping dalil wahyu. Oleh
Umat Islam mulai akrab dengan tasawuf setelah
adanya upaya pembinaan akidah, syari’ah, dan 2
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I
(Jakarta: UI Press, 1985), 46.
3
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Cet. I
1
A.J. Arberry, Sufism: an Account of the Mystics of Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 159.
Penerjemah Bambang Herawan, Pasang Surut Aliran Tasawuf, 4
Abd al-Rahman Badawi, Mu’allafat al-Ghazali (Kuwait:
Cet. I (Bandung: Mizan, 1985), 10. Wakalah al-Matbu’at, 1977), 9.

70 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen
karena itu, al-Ghazali beralih kepada filsafat, yaitu berupa kitab Imam al-Ghazali Ihyā’ ‘Ulūm
karya beliau tentang filsafat adalah Tahāfut al-Dīn. Sedangkan sumber sekunder adalah karya
al-Falāsifah, kemudian filsafat dikritik dan orang lain tentang pemikiran Imam al-Ghazali,
ditinggalkannya lalu ia pun mendalami ilmu seperti al-Haqiqat fi Nazhari al-Ghazali oleh
kalam. Hal ini dibuktikan melalui karyanya Sulaiman Dunya, al-Ghazali: The Mystic oleh
al-Iqtishād fī al-I’tiqād. Akhirnya proses Margareth Smith dan Filsafat Ilmu al-Ghazali
pencarian pemahaman al-Ghazali mendapatkan oleh Saeful Anwar. Adapun sumber tertier berupa
puncak kepuasan dalam penghayatan kejiwaan jurnal, ensiklopedi, dan buku-buku yang tekait
sufisme yang dimplementasikannya dalam karya dengan pemikiran Imam al-Ghazali.
monumentalnya, Ihyā ‘Ulūm al-Dīn.5
Di samping kemasyhurannya, al-Ghazali Sejarah Ringkas Kehidupan al-Ghazali
juga dianggap sebagai penyebab kemunduran Sekalipun cinta melilitku, tapi tidak
rasionalisme yang menjadi penyebab kemunduran memilukanku
Islam, karena beliau pernah menyerang pemikiran Karena mati berarti hidup bersama-Mu yang
para filosof muslim tentang persoalan metafisika kucinta
sebagai pemikiran yang sesat bahkan sampai Kehausanku menjadi kekasih-Mu
mengklaim mereka kafir.6 Bagiku jauh lebih manis dari semua yang
Terlepas dari semua itu, dalam perjalanan menyegarkan.9
sejarah Islam dan kehidupan muslim, al-
Ghazali sangat berjasa kepada Islam dan umat Demikian salah satu bait syair Imam al-
Islam, karena beliau berhasil menciptakan Ghazali yang menggambarkan tasawufnya yang
keseimbangan keagamaan yang tiada taranya. dinamis. Beliau memiliki nama lengkap Abu
Bahkan Philip K. Hitti (seorang orientalis) Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali.10
menempatkan al-Ghazali pada urutan kedua Ia lahir tahun 450 H/1058 M di Thus (suatu
setelah Rasulullah SAW dalam bidang pemikiran kota kecil di Khurasan, Persia, Iran).11 Nama al-
dan peletakan dasar-dasar ajaran Islam, begitu Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali
juga Zwemmer (seorang ahli penyelidik (double Z), kata ini berasal dari Ghazzāl yang
Protestan) mempunyai kesan bahwa sesudah berarti tukang pintal benang wol (shūf) yang
Nabi Muhammad Saw. datanglah dua orang menjadi pekerjaan orang tuanya sehari-hari untuk
besar untuk menyempurnakan Islam, yaitu Imam menafkahi keluarganya. Sedangkan al-Ghazali
Bukhari yang mengumpulkan hadis Rasulullah (tidak dengan double Z) diambil dari kata al-
Saw. dan Imam al-Ghazali yang menguraikan Ghazalah yang merupakan nama kampung
paham sufisme.7 kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir inilah yang
Penelitian ini bercorak studi kepustakaan banyak dipakai karena ia merupakan keturunan
(library research), yaitu serangkaian kegiatan asli Persia.12
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca, mengolah, dan mengkaji bahan 9
Tajuddin al-Subki, Thabaqāt al-Syafī’iyyah, Jilid IV (Cairo:
penelitian.8 Sumber primer dalam pembahasan ini t.p., 1324 H), 115.
10
Abdul Halim Mahmud, Qadhiyah al-Tasawuf al-Munqidz min
al-Dhalal (Kairo: Dar al- Ma’arif, 1985), 296.
5
Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam (Jakarta: 11
Muhammad Jalal Syaraf dan Ali Abdul Muth’i Muhammad,
Paramadina, 1997), 179. al-Fikr al-Siyasi fi al-Islam (Kairo: Dar al-Jami’at, 1978), 361.
6
Nurcholis Madjid, Islam Kemordenan dan Keindonesiaan, Cet. 12
Yusuf al-Qardhawi, al-Imām al-Ghazālī bayna Madīhiyyah
II (Jakarta: Mizan, 1988), 283. wa Naqīdiyah (Mesir: Dār al-Wiffa, 1992), 19; Harun Nasution,
7
Ibid., 286. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, 85; Departemen Agama RI,
8
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994),
Obor Indonesia, 2004), 3. 25.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 71


Al-Ghazali dilahirkan dari orang tua yang Berkat kecerdasan al-Ghazali, dalam waktu
terkenal sangat hati-hati dalam menjalani yang relatif singkat ia mampu menguasai ilmu
kehidupan, mereka hanya mau makan dari hasil yang diajarkan kepadanya, bahkan ia dapat
usaha tenunannya sendiri dan senantiasa cinta menampilkan karya perdananya dalam bidang
terhadap berbagai macam ilmu, terutama ilmu ilmu fikih, yaitu Madkhāl fī ilm al-Ushūl.
tasawuf serta selalu berdoa agar anaknya (al- Selain itu, di madrasah ini pula ia belajar teori
Ghazali) kelak menjadi ulama. Namun, orang tua dan praktik tasawuf kepada Abu Ali al-Fadhal
al-Ghazali tidak dapat menyaksikan keberhasilan Ibn Muhammad Ibn al-Farmadhi (477 H).
anaknya sebagaimana doanya karena meninggal dengan demikian, semakin lengkaplah ilmu
dunia. Sebelum meninggal dunia, orang tua yang diterimanya selama berada di Naisabur.
al-Ghazali sempat menitipkan al-Ghazali dan Pendidikan formal al-Ghazali berakhir sejak
saudaranya Ahmad kepada sahabatnya (seorang al-Farmadhi wafat, karena dalam sejarahnya
sufi) agar dapat dididik dan dibimbing dengan al-Ghazali tidak tampak lagi berguru kepada
baik. Abdul Karim Usman13 mengatakan bahwa siapapun kecuali secara autodidak.15 Hal ini berarti
diperkirakan al-Ghazali belajar di sini sampai ia bahwa al-Farmadhi adalah guru terakhir bagi al-
berusia 15 tahun. Ghazali dalam pengembaraannya menuntut ilmu.
Keadaan ini tidak bertahan lama dilalui oleh Pembinaan keilmuan al-Ghazali dilanjutkan
al-Ghazali, sebab harta warisan yang ditinggalkan dengan pengabdian menjadi dosen di Nizhamiah,
oleh orang tuanya untuk bekal hidupnya dan pada waktu itu ia berusia 25 tahun. Al-Ghazali
adiknya telah habis, sementara orang yang pindah ke Mu’askar dan berhubungan baik dengan
merawatnya juga menjalani kehidupan secara Nizham al-Mulk (Perdana Menteri Sultan Bani
sufistik yang sangat sederhana tidak mampu Saljuk) yang kemudian mengangkat al-Ghazali
memberikan tambahan nafkah. Akhirnya al- sebagai guru besar di Madrasah Nizhamiah
Ghazali dan adiknya diserahkan ke suatu Baghdad. Pengangkatan ini juga didasarkan atas
Madrasah yang menyediakan biaya hidup akademiknya yang begitu hebat.
bagi muridnya. Di Madrasah inilah al-Ghazali Di Baghdad nama al-Ghazali semakin
bertemu dengan Yusuf al-Nasaj, seorang sufi terkenal, halaqah pengajiannya semakin luas.
kenamaan pada waktu itu. Di sinilah titik awal Di kota ini ia berpolemik dengan golongan
perkembangan intelektual dan spiritual al-Ghazali Bathiniyah Islamiyah dan kaum filosof. Pada
yang kelak membawanya menjadi seorang ulama periode ini beliau menderita krisis rohani sebagai
yang sangat berpengaruh dalam perkembangan akibat sikap kesangsiannya, oleh orang Barat
pemikiran Islam. diistilahkan dengan sikap scepticisme (krisis
Sepeninggal gurunya, al-Ghazali belajar menyangsikan semua ma’rifah (pengetahuan), baik
di Thus kepada seorang ulama yang bernama empiris maupun rasional. Akibat dari krisis ini,
Ahmad Ibn Muhammad al-Razakany al-Thusi. al-Ghazali menderita sakit 6 bulan dan ia terpaksa
Selanjutnya al-Ghazali belajar pula dengan Abu menanggalkan semua jabatan yang disandangnya,
Nashar al-Islami di Jurjan dan akhirnya ia masuk seperti Rektor dan guru besar di Baghdad.
ke madrasah Nizhamiyah di Naisabur yang
dipimpin oleh al-Juwaini Imam al-Haramain al-Asy’ariy bahkan ia pengikut setia aliran ini. Di samping
ilmu kalam, imam ini juga pengikut mazhab Syafi’i. Di sinilah
(Imam Dua Kota Haram, yakni Mekah dan berawalnya al-Ghazali memperoleh ilmu kalam, ilmu mantiq
Madinah).14 (logika), filsafat, sufisme, dan ilmu fikih. Lihat; Harun Nasution,
Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), 41.
13
Abdul Karim Usman, Sīrah al-Ghazālī (Damaskus: Dar al- 15
Yahya Jaya, Spritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan
Fikr, t.th), 17. Kepribadian dan Kesehatan Mental (Jakarta: Ruhama, 1991),
14
Imam ini sangat mahir dalam ilmu kalam, terutama paham 21.

72 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen
Kemudian beliau mengembara ke Damaskus Ghazali, Zainuddin menuliskan hasil karya al-
dan Masjid Jami’ Damaskus, ia mengisolasi diri Ghazali sebanyak 15 buah dalam bidang tasawuf,
(‘uzlah) untuk beribadah, kontemplasi dan sufistik sedangkan Sulaiman Dunya menyebutkan 17
yang berlangsung selama dua tahun. buah, dan Saeful Anwar menjelaskan 23 buah
Pada tahun 490 H./1098 M, al-Ghazali dalam bidang tasawuf yaitu: (1) Ihyā` ‘ulūm
mengembara menuju Palestina dan berdoa di al-Dīn (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama); (2)
samping makam Nabi Ibrahim a.s. Setelah itu, Mīzān al-‘Amal (Timbangan Amal); (3) Misykāt
ia berangkat ke Mekah dan Madinah untuk al-Anwār (Relung-Relung Cahaya); (4) Minhaj
menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam al-‘Ābidīn (Pedoman Beribadah); (5) Al-Durar
Rasulullah Saw. Kemudian al-Ghazali kembali al-Fakhīrah fī Kasyfi al’Ulūm al- Ākhirah
memimpin Nizhamiah di Baghdad atas desakan (Mutiara Penyingkap Ilmu Akhirat); (6) Al-‘Anīs
Menteri Fakhri al-Mulk (anak Nizham al-Mulk). fī Wahdah (Lembut dalam Kesatuan); (7) Al-
Setelah Perdana Menteri tersebut mati terbunuh, Qurbah ilā Allāhi Azza wa jalla (Mendekatkan
al-Ghazali kembali ke Thus tempat kelahirannya Diri dari Allah SWT); (8) Akhlāk al-Abrār wa
dan membangun sebuah madrasah Khanqah al-Najāt min al-Asyrār (Akhlak yang Luhur dan
(semacam tempat praktik suluk, ribāth atau Menyelamatkan dari Keburukan); (9) Bidāyat al-
zawiyyah) untuk mengajar menempat diri dengan Hidāyah (Permulaan Mencari Petunjuk); (10) Al-
sufisme. Usaha ini dilakukan al-Ghazali sampai Mabādī wa al-Ghāyah (Permulaan dan Tujuan
ia wafat pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 Akhir); (11) Talbīs al-Iblīs (Tipu Daya Iblis);
H/18 Desember 1111 M (dalam usia 55 tahun (12) Nashīhat al-Mulk (Nasihat untuk para Raja);
Hijriyah). Jasadnya dikebumikan di sebelah (13) Al-Risalah al-Qudsiyyah (Ilmu Laduni);
Timur benteng dekat Thabaran berdekatan (14) Al-Ma’khadz (Tempat Pengambilan); (15)
dengan makam al-Firdausi (penya’ir yang Al-Amalī (Kemuliaan);18 (16) Ma’ārij al-Quds
terkenal dari Persia).16 (Tangga Kesucian); (17) Al-Maqshid al-Atsnā fī
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Syarh al-Asmā al-Husnā;19 (18) Al-Kasyf wa al-
kehidupan al-Ghazali bagaikan lingkaran besar Tabyīn fī ghurūr al-khalq al-ajma’īn; (19) Kimiyā
yang berakhir pada titik di mana ia memulai. al-Sa’ādah; (20) Sirr al-‘Alamain wa Kasyf mā fī
Ia dilahirkan dalam kehidupan sufi di Thus dan Dārain; (21) Asrār Mu’āmalāt al-Dīn; (22) Zād
kembali ke Thus (w. 505 H) dengan kehidupan al-Ākhirat; dan (23) Risālat al-Aqthāb.20
sufi, begitu juga dengan aktivitas ilmiahnya. Dari refleksi berbagai karyanya dapat disimak
bahwa Muhyiddin Imam al-Ghazali ragu dalam
Karya-karya al-Ghazali dalam Bidang Sufisme keadaan masih muda, lalu beliau menyimak
Muhyiddin Imam al-Ghazali merupakan salah golongan yang menyimpang saat itu dan beliau
seorang dari pemikir Islam terbesar yang telah dapat menarik benang merah untuk menentukan
menghasilkan hampir 400 buah17 karya ilmiah sikapnya, sehingga penguasaannya terhadap
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara ilmu kalam, filsafat, mazhab bathiniah (syi’ah),
lain; ilmu kalam, usul fikih, fikih, tafsir, akhlak, tasawuf dan falsafat al-ruhiyyah, tafsir al-Qur`an
filsafat, tasawuf, pendidikan, siyāsāh (politik dan hadis cukup kuat. Hal tersebut dapat dilihat
Islam), iqtishādī (ekonomi), dan otobiografinya.
Dalam buku Seluk Beluk Pendidikan al- 18
Ibid., 21.
19
Sulaiman Dunya, al-Haqiqat fi Nazhari al-Ghazali, penerjemah
Ibnu Ali, al-Haqiqat: Pandangan Hidup Imam al-Ghazali, Cet. I
16
Zainudin, dkk., Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Cet. (Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana, 2002), 148 dan 187.
II (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 19. 20
Saeful Anwar, Filsafat Ilmu al-Ghazali: Dimensi Ontotlogi,
17
Azyumardi Azra, Pimpinan Redaksi, Ensiklopedi Tasawuf, Epistemologi dan Aksiologi, Cet. I (Bandung: Pustaka Setia,
Jilid I, Cet. I (Bandung: Angkasa, 2008), 131. 2007), 75.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 73


dalam karyanya seperti: Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa:
1. Ilmu Kalam (Teologi) di mana beliau juga Saat aku menjadi budak, nafsu adalah
menulis kitab, seperti al-Iqtishād fī al-‘Itiqād. temanku
2. Falsafah ‘aqliyyah di mana beliau juga menulis Lalu, hawa nafsu menjadi pelayanku dan aku
dan mengkritiknya terutama melalui kitabnya bebas
Tahāfut al-Falasifah, yang dibantah oleh Ibnu Aku tinggalkan keramaian, aku lihat
Rusydi dengan karyanya Tahāfut al-Tahāfut. kehadiran-Mu
3. Mazhab bathiniyah (syi’ah) di mana beliau Dalam sendiri, aku dapat Kau menemaniku.22
mengkritik aliran batiniah melalui kitabnya
al-Mustazhiri fī radd ‘alā al-bathīniyyah. Karya-karya Imam al-Ghazali semasa
4. Tasawuf dan falsafat al-ruhiyyah di mana beliau hayatnya telah tersebar sampai ke Afrika Utara
sangat mendukung dan menjadikan sufisme dan Andalusia. Sejak abad pertengahan, karya-
sebagai way of life, terutama dalam kitabnya karyanya juga telah banyak diterjemahkan ke
Ihyā ‘Ulūm al-Dīn dan Misykāt al-Anwār. dalam bahasa-bahasa Eropa (Latin, Inggris,
5. Tafsir al-Qur`an, metode ta’wil dan hadis di Perancis, Jerman, dan Spanyol). Pemikiran dan
mana beliau menafsirkan sebagian ayat-ayat al- ajaran Imam al-Ghazali pada gilirannya banyak
Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah Saw. melalui mempengaruhi filosof dan mistikus Eropa.
karyanya Jawāhir al-Qur`ān, al-Qanūn al-Kulli Sekarang, dalam bahasa Melayu dan Indonesia,
fī ta`wīl, dan al-Arba’īn fī Ushūl al-Dīn. juga telah banyak dijumpai edisi terjemahannya.23
Sepeninggalnya, pemikiran-pemikiran Imam al-
Walaupun Imam al-Ghazali populer dan Ghazali mendapat tanggapan dan kritikan dari
masyhur sebagai penulis produktif dan pengajar beberapa penulis besar Muslim yang lain, seperti
(Guru Besar di Nizhamiyah Baghdad) sebagaimana Abu Bakar ibn Thufail (w.581/1185), Abu al-
yang terefleksi dalam berbagai karyanya, ia juga Faraj al-Jawzi (w.597/1200, ia mengumpulkan
seorang penyair dengan satu jilid karya syairnya ajaran-ajaran al-Ghazali yang dianggap salah
(Mu’āmalāt Asrār al-Dīn). Tidak mengherankan dalam kitab Ihyā ‘Ulūm al-Dīn dalam suatu buku
jika di dalam berbagai karangannya terdapat yang berjudul I’lām al-Ihyā biilghāt al-Ihyā),
pilihan kata dan ilustrasi yang mengesankan Ibn Rusydi (1126-1198), dan Taimiyyah (1263-
dirinya sebagai seorang penyair. Pendengaran, 1328).
penglihatan, dan penghayatan Imam al-Ghazali
mampu menembus dunia nyata yang berada di Corak Tasawuf al-Ghazali
balik yang tercerap oleh indra. Ia menulis bahwa Muhyiddin Imam al-Ghazali – dua orang
orang yang tidak melihat dan mendengar tidak lainnya yang bergelar Muhyiddin dari kalangan
dapat menikmati merdunya tembang, keindahan sufi adalah Ibnu Arabi dan Abd al-Qadir al-
rupa, dan warna warni. Kemampuan itu tidak Jailani – bukan orang yang pertama disebut
diberikan kepada semua orang yang memiliki sufi. Ia bukan perintis dan peletak dasar ilmu
mata dan telinga, demikian juga halnya batin tasawuf. Jauh sebelum Imam al-Ghazali menulis
yang kurang mampu menangkap keindahan buku-buku tasawuf, beberapa abad sebelumnya
pemandangan dan suara yang merdu bahwa citra sudah muncul beberapa ulama yang concern
akan keindahan dan cinta keindahan dunia, suatu pada ilmu tasawuf, seperti al-Harits al-Muhasibi
kegembiraan yang secara umum telah mendunia (165-243/781-856), Abu Yazid al-Busthami
dan tersebar luas.21 Dalam salah satu bait syairnya, (188-261 H), Junaid al-Baghdadi (w.279/910),

Imam al-Ghazali, Ihyā ‘Ulūm al-Dīn, Jilid 4 (Beirut: Dar al-


21 22
Muhammad al-Murtadha, Ithāf al-Sadā (Cairo: t.p., 1311 H), 24.
Fikr, t.th), 23. 23
Azyumardi Azra, 134.

74 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen
Abu Manshur al-Hallaj (244-309/858-913), al- hanya tujuh yaitu: al-taubah, al-wara’, al-zuhud,
Thusi (w.378/988), al-Kalabazi (w.380-990), al-faqr, al-tawakkal dan al-ridha.27
Abu Thalib al-Makki (w.386/996), al-Sulami Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin
(325-412/937-1021), Abu Na’im al-Isbahani menyebutkan bahwa maqamat ada delapan yaitu
(948-1038), al-Hujwiri (w.456/1073), al-Qusyairi al-taubah, al-shabr, al-zuhd, al-tawakkal, al-
(376-465/), dan al-Harawi (396-481/1005-1088),24 mahabbah, al-ma’rifah dan al-ridha.28
kemudian baru disusul oleh Imam al-Ghazali Dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din, Imam al-
(450-505/1058-1111). Ghazali merujuk pada konsep tauhid Husain Ibn
Pandangan dan corak yang muncul dalam Mansur al-Hallaj dan asketisme al-Muhasibi,
dunia sufisme memang bermacam-ragam. Namun, misalnya, dalam al-Munqiz min al-Dhalāl, Imam
kesemua pendapat yang dikemukakan berada al-Ghazali mengakui bahwa para sufi berikut
pada satu tujuan. Yang berbeda barangkali adalah adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat
terletak pada sudut pandang yang mereka simak. dalam membentuk corak pemikiran dan pilihan
Said Agil Siradj melihat bahwa corak tasawuf hidup al-Ghazali. Mereka itu adalah Abu Talib al-
pada dasarnya ada dua, satu di antaranya adalah Makki, Haris al-Muhasibi, Junayd al-Baghdadi,
tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang mempunyai Abu Yazid al-Bustami, dan lain-lain.29
karakter dinamis, karena selalu mendahulukan Merujuk kepada para tokoh sufi itu, Imam al-
syari’at. Seseorang tidak akan mencapai hakikat Ghazali dalam kitab Ihyā’ Ulūm al-Dīn banyak
bila tidak melalui syari’at. Sedangkan proses mengeksplorasi maqāmāt dan ahwāl seperti telah
pencapaian kepada hakikat itu harus melalui diletakkan fondasinya oleh para sufi sebelumnya,
maqāmāt (stations). Dzun Nun al-Misri (w. 245 ia berbicara tentang taubat, keutamaan riyadah,
H) menyebutkan empat maqam, lalu berkembang zuhud, tawakkal dan ridha. Ibrahim Basyuni
menjadi tujuh maqam, yaitu taubat, zuhud, wara, menyebut stasiun-stasiun spiritual tersebut bukan
faqir, sabar, tawakkal dan ridha. Bahkan thariqat dengan maqāmāt, melainkan mujāhadāt.30 Bagi
Qadiriyah menyebutkan empat puluh maqam al-Ghazali sekiranya seorang sālik tidak sanggup
dan al-Harawi (1005-1088) menyebutkan 100 menjalani maqāmāt tersebut karena gangguan di
maqam.25 luar, maka dianjurkan yang bersangkutan untuk
Tentang berapa tangga atau maqamat yang menjalani uzlah (mengisolasi diri secara sosial).
harus ditempuh seorang sufi untuk sampai Pendidikan al-Ghazali sesungguhnya berawal
menuju Tuhan, di kalangan para sufi tidak sama dari keluarga yang sudah terbiasa dengan dunia
pendapatnya. Muhammad al-Kalabaziy dalam sufistik, sehingga hal ini pula yang menjadi
kitabnya al-Ta’arruf li mazhab ahl al-Tasawuf, terminal terakhir bagi beliau setelah melalui
seperti yang dikutip oleh Harun Nasution, proses pencarian ilmu dan pemahaman diri.
misalnya mengatakan bahwa maqamat itu Beralihnya al-Ghazali kepada tasawuf setelah
jumlahnya ada sepuluh, yaitu al-taubah, al-zuhud, melakukan pengembaraan yang panjang bahkan
al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al- dinilai para ahli sufisme al-Ghazali sudah sempat
tawakkal, al-ridha, al-mahabbah, al-ma’rifah.26
Sementara itu abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam 27
Ibid.
kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat 28
al-Ghazali, Ihyā’ Ulūm al-Dīn, Jilid 3, 162.
29
al-Ghazali, al-Munqidz min al-Dhalāl (Cairo: Dar al-Ma’arif,
1304 H), 19.
30
Ibrahim Bayuni menyebut bagian-bagian mujāhadāt itu,
24
Muhammad Ghallāb, al-Tashawwuf al-Muqāran (al-Qahirah: menjadi: at-taubah, al-Zuhd, al-Ridha, al-Tawakkul, al-Khalwah
Maktabah Nahdhah, 1956), 33. dan al-Dzikr. Menurutnya jalan-jalan ini harus ditempuh para
25
Laily Mansur, Ajaran dan Tauladan Para Sufi, Cet. II (Jakarta: salik untuk bisa berjumpa dengan Allah dalam bentuk ma’rifah
Raja Grapindo Persada, 1999), 154. dan ittihad. Baca Ibrahim Basyuni, Nash’at al-Tasawwuf al-
26
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, 62. Islāmī (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.), 119-163.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 75


mengalami krisis dan penyakit yang serius, bukan menjadi lancar kembali berkat usaha beliau dalam
berarti beliau mendukung menjadi pengikut aliran menyelaraskan keduanya yang bersumber dari
sufistik yang sudah lama muncul dan berkembang ajaran dasar Islam yaitu al-Qur‘an, sehingga Mir
sebelum beliau memasuki dunia itu. Karena Valiuddin dari India menulis disertasinya dengan
tidak semua aliran sufisme yang dapat diterima judul The Qur`anic Sufism.33
oleh kalangan ulama waktu itu, bahkan mereka Al-Ghazali memandang ma’rifah sebagai
menilai tasawuf sebagai hal yang menyeleweng tingkat yang maksimal untuk mendekatkan
dari ajaran Islam. Seperti kalangan ulama yang diri kepada Allah SWT. Konsep ma’rifah al-
menolak aliran sufisme yang diajarkan oleh Ghazali tidak jauh berbeda dengan konsep
al-Bustami dan al-Hallaj, yaitu al-Ittihad dan ma’rifah para sufi sebelumnya, yaitu pengenalan
al-Hulul. Ketegangan inilah sesungguhnya yang langsung terhadap Allah melalui pandangan
menjadikan timbulnya paham yang berbenturan batin (musyahadah) yang intinya adalah tauhid.34
antara para ahli syari’at dan ahli sufi. Konsep- Namun, beliau membatasi ma’rifah ini dengan
konsep seperti al-ittihād dan al-hulūl dipandang istilah al-qurb (penghayatan teramati dekat
oleh kelompok syari’at telah menyimpang dari dengan Tuhan).
frame akidah Islam. Dalam dunia tasawuf, sesungguhnya konsep
Sejak saat itu, jurang pemisah antara syari’at al-ma’rifah telah diperkenalkan oleh Zunnun al-
dan tasawuf semakin jauh. Para sufi bukannya Mishri (w. 860 M). Menurutnya ada tiga macam
takut atau gentar, bahkan dalam praktiknya pengetahuan tentang Tuhan, yaitu:
mereka semakin liar, sampai saat ini, ada kesan 1. Pengetahuan awam (Tuhan satu dengan
bahwa sufisme berjalan seperti agama tersendiri perantaraan ucapan syahadah).
dalam Islam.31 Artinya, para sufi berjalan sendiri 2. Pengetahuan ulama (Tuhan satu menurut
dan mengabaikan ajaran-ajaran Islam lainnya. logika akal).
Pada situasi seperti ini, sejumlah ulama ahl 3. Pengetahuan sufi (Tuhan satu dengan
al-sunnah 32 berusaha menyelaraskan antara perantaraan hati sanubari).35
sufisme dan ahli syari’at. Mereka mencoba
menggairahkan kembali pola-pola kehidupan Pengetahuan tingkat pertama dan kedua
sufistik ahl al-sunnah pada masa perintisannya. belum merupakan pengetahuan yang hakiki
Namun, usaha itu baru mencapai puncak tentang Tuhan. Keduanya disebut ilmu bukan
keberhasilannya di tangan al-Ghazali. Kehadiran ma’rifah. Pengetahuan ketigalah yang merupakan
al-Ghazali dalam dunia tasawuf membawa pengetahuan hakiki tentang Tuhan yang dikenal
angin segar bagi perkembangan tasawuf, karena dengan al-ma’rifah. Ma’rifah ini hanya terdapat
perjalanan tasawuf yang macet selama hampir dalam diri seorang sufi yang sanggup melihat
dua abad, akibat berbenturan dengan ahli syari’at Tuhan dengan hati sanubarinya. akan tetapi untuk
mencapai tingkat ma’rifah ini sangat tergantung
31
Muhammad Zurkani Jahja, Teologi Ghazali; Pendekatan dengan izin Allah SWT. karena ma’rifah
Metodologi (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 51. bukanlah merupakan hasil pemikiran manusia,
32
Minimal ada enam tokoh yang berusaha menyajikan sufisme
dengan corak sunni, yaitu: Abu Nashr al-Sarraj al-Thusi (w. 379
H) dengan karyanya al-Luma’, Abu Thalib al-Makki (w. 386 H)
karyanya: Qūth al-Qulb, Abu Bakar Ishaq al-Kalabadi (w. 380 33
The works is intended to present, what the author believers
H) karyanya: al-Ta’āruf li Madzhab al-Tasawuf, Abu ‘Abd al- to be, the contribution of the Qur’an to Mysticism and has
Rahman al-Sulami (w. 412 H) karyanya: Thabaqāt al-Sufiyyah, therefore a value to all seekers of knowledge on that subject. Mir
Abu al-Qasim al-Qusyairi (w. 465 H) karyanya: al-Risālah al- Valiuddin, The Qur`anic Sufism, Second Revised Edition (Delhi:
Qusyairiyyah. Kemudian al-Hujwiri dengan karyanya: Kasyf al- Motilal Banarsidass, 1981), vi.
Mahjūb. Lihat Abdul Aziz Dahlan, “Tasawuf Sunni dan Tasawuf 34
Chatib Quzwain, “al-Ghazali dan Tasawuf”, Kumpulan
Falsafi, Tinjauan Filosofis”, dalam Jurnal Ulum al-Qur’an II, Makalah Simposium tentang al-Ghazali, 15.
no. 8 (1991), 27. 35
Ibid., 16.

76 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen
namun rahmat dan kehendak Allah SWT. sempurna. Dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn diterangkan
Sebagaimana jawaban Zunnun ketika ditanyakan tingkatan dalam syari’at, seperti cara menjalankan
bagaimana memperoleh ma’rifah dari Tuhan?, Ia shalat, puasa dan sebagainya. Di dalamnya juga
berkata: “Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan dibedakan tingkatan orang shalat, antara orang
dan sekiranya tidak dengan Tuhan, aku tidak akan awam, orang khawas, dan yang lebih khusus lagi.
tahu Tuhan. Demikian juga puasa dan sebagainya. Sesudah
Menurut al-Qusyairi, ada tiga alat dalam tubuh menjalankan syari’at dengan tertib dan penuh
manusia yang dipergunakan sufi dalam menjalin pengertian, baru kemudian dimulai mempelajari
hubungan dengan Tuhan. Qalb untuk mengetahui tarekat, yaitu tentang mawas diri, pengendalian
sifat Tuhan, Ruh untuk mencintai Tuhan dan Sirr hawa nafsu, sehingga akhirnya berhasil mencapai
untuk melihat Tuhan. Sirr lebih halus dari ruh ilmu kasyf dan penghayatan ma’rifat.
dan ruh lebih halus dari qalb. Qalb tidak sama Untuk mempertahankan nilai-nilai luhur
dengan jantung atau heart (dalam bahasa Inggris) agama dan spiritual mistik ini, seseorang harus
karena qalb selain alat untuk merasa, juga alat awas dari godaan nafsu dan penyakit-penyakit
untuk berpikir. Perbedaan qalb dengan akal ialah yang terus menyerang dan mengotori hati,
bahwa akal tidak dapat memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan panca indra dan anggota
sesungguhnya tentang Tuhan, sedangkan qalb badan serta bagaimana mengatasinya. Jadi
dapat mengetahui hakekat dari segala sesuatu sebagai penyelarasan hubungan syari’at dan
yang ada. Jika dilimpahi cahaya Tuhan, maka tasawuf, Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn merupakan karya
qalb dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. monumental yang cukup lengkap dan teliti serta
Sirr bertempat dalam ruh dan ruh bertempat sitematis.36 Jadi wajar ketika al-Ghazali, baik
dalam qalb. karena pengaruhnya sebagai ahl al-sunnah yang
Sirr timbul dan dapat menerima iluminasi terpercaya, pemikir sufisme yang brilian dan
dari Allah, kalau qalb dan ruh telah suci sesuci- juga karyanya yang agung (Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn),
sucinya dan kosong sekosong-kosongnya tidak tasawuf akhirnya mendapat tempat di hati ahl al-
berisi apapun, di waktu itulah Tuhan menurunkan syarī’at dan diterima sebagai bagian dari sistem
cahaya-Nya kepada seorang sufi dan yang dilihat agama ilmu ke-Islaman yang sangat dibanggakan
sufi hanya Allah. Pada tingkat ini, sampailah sufi umat Islam umumnya. Bahkan tasawuf menyebar
tersebut dalam ma’rifah, untuk memperolehnya dan merakyat ke seluruh pelosok-pelosok di
harus menempuh proses yang berkesinambungan. dunia Islam, terutama pada masa kemunduran
Makin banyak seorang sufi memperoleh ma’rifah pemikiran Islam selama berabad-abad, sejak abad
dari Tuhan, makin banyak pengetahuannya ke-13 hingga dewasa ini.
tentang rahasia-rahasia Tuhan dan makin dekat Kecuali Negara Saudi Arabia, di mana
dengan Allah SWT. pengaruh tasawuf disapu bersih oleh ajaran
Salafiyyah Wahabiyyah yang amat ketat dalam
Pengaruh Tasawuf al-Ghazali dalam Islam mengamalkan kemurnian syari’at, tasawuf
dan Kristen masih tetap mewarnai masyarakat di negeri-
Berdasarkan susunan Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn negeri Islam. Hal ini bisa terjadi karena cita
tergambar pokok pikiran al-Ghazali mengenai kebangkitan dan modernisasi Islam masih belum
hubungan syari’at dan hakikat atau tasawuf, yakni cukup efektif mengubah pikiran umat Islam.
sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf, Bahkan yang dikatakan kebangkitan Islam itupun
seseorang harus mendalami ilmu syari’at dan baru semangatnya yang menyala-nyala, karena
akidah terlebih dahulu. Selain itu, dia juga harus
konsekuen menjalankan syari’at secara tekun dan 36
Simuh, 160.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 77


selama kebangkitan itu belum merambah pada di sana ia mempelajari pemikiran-pemikiran
kebangkitan penalaran ilmiah, belum akan cukup Muhyiddin Imam al-Ghazali. Kemudian, Ibnu
efektif dan berarti. Tanpa kebangkitan penalaran Arabi melawat ke dunia Timur mengunjungi
dan penguasaan cara berpikir ilmiah, umat Mesir, Siria, Baghdad, Aleppo, dan Asia Minor.
Islam tentu akan ketinggalan laju perkembangan Akhirnya ia menetap di Damaskus dan wafat di
peradaban dunia. sana (638/1240). Kajiannya terhadap karya-karya
Dengan demikian, sistem pemikiran al- al-Ghazali dibuktikan dengan ungkapan kagum
Ghazali merupakan upaya untuk membatasi terhadap para mistik terdahulu yang diakuinya
penghayatan mistik dengan penghayatan qurbah sebagai salah seorang pemimpin jalan sufi yang
(amat dekat pada zat Tuhan). Oleh karena itu, memiliki pengetahuan khusus dipunyai oleh yang
dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn al-Ghazali menyusun terpilih di antara para sufi, orang tersebut dapat
suatu sistem ajaran tasawuf yang dipandang menjelaskan nama dan yang dinamai, karena
ideal, yang menjalin keselarasan antara syari’at Allah Swt, telah mambukakan tabir kepadanya,
dan tasawuf. Tasawuf untuk menghidupkan yang memungkinkan melihat dunia ghaib.38
pengamalan syari’at dan sebaliknya ikatan Salah seorang penulis sufisme terbesar yang
syari’at untuk meluruskan pengamalan tasawuf produktif yang terpengaruh oleh pemikiran Imam
agar konstruktif, tidak menjerumuskan dan al-Ghazali adalah Abd al-Wahhab al-Sya’rani
meracuni alam pikiran manusia ke dalam bid’ah- (Mesir, 1493-1585), salah seorang pengikut
bid’ah serta khayal serba Tuhan. tarekat Syadziliyyah (yang didirikan oleh Abu
Upaya yang dilakukan al-Ghazali tidaklah sia- Hasan al-Syadzili, lahir di Marokko 1195 dan
sia. Sistem tasawuf Ihyā` ‘Ulūm al-Dīn akhirnya wafat di Mesir 1258),39 oleh karena itu, sangat
berhasil merebut hati mayoritas penganut wajar bila ia tertarik kepada ajaran Imam al-
tasawuf. Pengaruh sistem Ghazaliyah ini ternyata Ghazali. Terdapat bukti kuat bahwa ia mengikuti
menentukan arah perkembangan pengamalan jejak langkah al-Ghazali tentang akhlak,
ajaran tasawuf di Seantero alam Islami. Namun misalnya, kecintaannya kepada binatang dan
demikian paham union-mistik,37 ternyata tidak pendiriannya bahwa hidup yang baik terletak
dapat dimatikan. Walaupun pengaruhnya bisa pada pengabdian terhadap masyarakat dan
disudutkan oleh kebesaran pengaruh al-Ghazali amal saleh demi menjaga akidah. Ia juga
sebagai Hujjat al-Islām, namun paham union- mengajarkan bahwa seorang sufi memiliki
mistik tetap bertahan, walau kemudian hanya mata batin dan ketika pemahaman ruhaninya
diikuti oleh minoritas masyarakat sufi dan selalu tercerahkan, ia dapat menyerap semua rahasia
mendapat kecaman keras dari paham ortodoks. (sirr al-asrār).
Sedangkan penganutnya adalah tokoh-tokoh Tidak disangkal lagi bahwa karya-karya Imam
ulama yang cukup berpengaruh besar. Bahkan al-Ghazali termasuk di antara karya-karya yang
sesudah masa al-Ghazali ajaran union-mistik menarik perhatian para sarjana Eropa. Popularitas
mengambil bentuk paling puncaknya dalam Imam al-Ghazali tidak hanya berlangsung dalam
pemikiran Ibn ‘Arabi (1165-1240 M), wahdat al- dunia umat Islam, melainkan juga hingga non-
wujūd (unity of being) dan di Indonesia muncul muslim. Noktah-noktah pemikiran Imam al-
sufi besar Hamzah Fanshuri (w.1605 M) dengan Ghazali misalnya menjelma dalam karya-karya
konsep wujūdiyyah. filosof Yahudi bernama Musa ibn Maymun
Muhyiddin Ibnu Arabi tinggal selama 30 tahun
di Seville (Andalusia pusat sufisme di Spanyol) 38
Margareth Smith, Al-Ghazali: The Mystic, Penerjemah
Amrourani, Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam al-Ghazali,
Seperti paham al-hulūl, al-ittihād dan al-wushūl yang
37
Cet. I (Jakarta: Riora Cipta, 2000), 236.
didasarkan atas khayal. 39
Laily Mansur, 200.

78 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen
(Moses the Maimonedes). Menarik, Maimonedes kajiannya terhadap karya Raymond Martin, Pugio
menulis buku dalam bahasa Arab dengan judul Fidei dalam edisi bahasa Perancis, sampai akhir
yang sama dengan buku karya Imam al-Ghazali, hidupnya saat ia menulis karyanya, Pansees.
yaitu al-Munqidz min al-Dhalāl. Tidak hanya di Pascal menganggap bahwa ada tiga metode yang
kalangan Yahudi, pemikiran Imam al-Ghazali menyampaikan manusia kepada kepercayaan
juga mempengaruhi pada para pemikir Kristen yang kuat yaitu pikiran, kebiasaan, dan inspirasi.
abad pertengahan seperti Bonaventura. Bahkan, Hanya hati yang sadar akan eksistensi Tuhan dan
mistisisme Imam al-Ghazali ikut mempengaruhi bisa memperoleh pengalaman langsung mengenai
mistisisme Kristen Katolik Ordo Fransiscan, Tuhan (makrifah), bukan pikiran. Keyakinannya
sebuah ordo yang karena menyerap ilmu-ilmu pada intuisi mengingatkan keyakinan Imam
keislaman memiliki orientasi yang lebih ilmiah al-Ghazali tentang superioritas makrifah pada
dibanding ordo-ordo lain, seperti terungkap dalam pikiran. Pikiran kata Pascal bergerak sangat
novel Umberto Eco yang berjudul The Name of lamban dan selamanya gagal dan hancur. Namun,
the Rose.40 intuisi berlaku dalam kilatan dan selalu siap sedia
Dengan demikian, nyatalah bahwa skolastik beraksi. Jadi manusia harus mempercayainya,
Kristen dan konsep-konsep mistisisme Kristen karena intuisi dijamin. Intuisi adalah gnosis
abad pertengahan dipengaruhi oleh penulis- yang datang seperti kilat cahaya, tapi mampu
penulis Muslim, termasuk Imam al-Ghazali. Di mendatangkan perasaan pasti (yakin).42
antara penulis Kristen terbesar yang terpengaruh Para pemerhati tasawuf serta umat Islam
oleh pemikiran Imam al-Ghazali adalah St. pada umumnya menilai keberhasilan al-Ghazali
Thomas Aquinas (1225-1274), ia mengadakan sebagai reputasi yang harus diberi pujian. Karena
pengkajian mengenai penulis-penulis Arab kepiawaiannya di dalam menempatkan tasawuf
dan mengakui hutang budinya kepada para kembali berada dalam pangkuan Islam. Hanya
cendikiawan Muslim. Ia belajar di Universitas saja sekian banyak sanjungan tersebut tidaklah
Naples (pada abad XIII Frederick II mendirikan membuat al-Ghazali terlena. Malahan umat
Universitas Naples),41 di mana literatur-literatur Islam sendirilah yang terlena dan lupa dengan
Arab dan kebudayaannya sangat berpengaruh pujiannya terhadap Muhyiddin Imam al-Ghazali.
dominan saat itu. Ajaran St. Thomas Aquinas Mereka melihat pemikiran tasawuf al-Ghazali
tentang Beatic Vision dan makrifah (penyingkapan sebagai suatu pemikiran keagamaan final dan
melalui iman) tampaknya banyak mengambil dari tidak menanggapinya sebagai hasil pemikiran
ajaran-ajaran mistik Islam, khususnya pemikiran terhadap zamannya yang akan senantiasa
sufisme al-Ghazali. dinamis dan berubah serta berhak diapresiasi
Penulis Kristen selanjutnya yang dapat dan dikritik.43
dijumpai adanya pengaruh al-Ghazali adalah Karya-karya Imam al-Ghazali menyebar
seorang mistikus asal Perancis yaitu Blaise Pascal di seluruh dunia Islam, terutama Islam sunni.
(1623-1662). Pengetahuannya tentang ajaran- Tidak hanya di kawasan Timur Tengah seperti di
ajaran mistik Muslim, tidak diragukan lagi melalui Mesir, Maroko, melainkan juga di Asia tenggara.
Fazlur Rahman menyatakan bahwa pengaruh
Imam al-Ghazali tak terkirakan. Baginya, Imam
40
Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, 90.
41
Ia memberikan semangat kebebasan dan menerima sarjana- al-Ghazali tidak hanya membangun kembali
sarjana Arab dan Yahudi di majlisnya, pengaruh intelektual Islam ortodoks dengan menjadikan tasawuf
mereka tersebar di Palermo dan Salerno seperti di Naples.
Perang salib membawa akibat tersiarnya pengetahuan peradaban
Islam dan literatur-literatur, baik ide Arab maupun Yahudi Ibid., 251.
42

saling berinteraksi di universitas-universitas yang ada di Barat Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historisitas
43

(Spanyol) sejak abad XII dan seterusnya. Margareth Smith, 246. (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 267.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 79


sebagai bagian integralnya, melainkan juga ajarannya berdasarkan atas karangan Muhyiddin
ia merupakan pembaharu besar tasawuf yang Imam al-Ghazali.45 Di samping itu, karya-karya
berhasil membersihkannya dari anasir yang tidak al-Ghazali juga mempengaruhi penulis Kristen
Islami (Hujjat al-Islām). Melalui pengaruhnya, terbesar pada abad pertengahan, yaitu St. Thomas
tasawuf mendapatkan pengakuan melalui Aquinas tentang konsep Beatic Vision dan
konsensus umat Islam.44 makrifah. Penulis generasi Kristen selanjutnya
yang dapat dijumpai adanya dampak al-Ghazali
Kesimpulan adalah mistikus Perancis Blaise Pascal tentang
Muhyidddin Imam al-Ghazali sebagai seorang intuisi, yaitu hanya hati yang sadar akan Tuhan
tokoh tasawuf dan ulama ahli dalam bidang dan dapat memperoleh pengalaman langsung
syari’at, mencoba mengikat tasawuf dengan dalil- tentang Tuhan, bukan pikiran. Intuisi menurutnya
dalil wahyu, baik yang terdapat dalam al-Qur›an adalah gnosis yang datang seperti kilat cahaya,
maupun hadis Nabi Saw., sehingga berhasil tapi mampu mendatangkan perasaan yakin.
menciptakan keseimbangan yang harmonis dan
integratif. Konsep tasawuf Muhyiddin Imam
al-Ghazali yang cukup populer adalah ma’rifah Daftar Kepustakaan
dan mahabbah (tingkatan para sufi dalam usaha
mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Allah ‘Abd al-Rahman, Badawi. Mu’allafāt al-Ghazālī.
SWT). Untuk mencapai tingkat ma’rifah ini Kuwait: Wakālah al-Mathbū’at, 1977.
sangat tergantung dengan izin Allah SWT, karena Abdul Aziz Dahlan. “Tasawuf Sunni dan Tasawuf
al-ma’rifah bukanlah merupakan hasil pemikiran Falsafi: Tinjauan Filosofis”. Dalam Jurnal
dan upaya manusia, namun rahmat dan kehendak Ulum al-Qur’an II, no. 8 (1991).
Allah SWT. Adanya upaya mengkompromikan
dan mengintegrasikan antara tasawuf dan syari’at Amin Abdullah. Studi Agama; Normativitas atau
oleh Muhyiddin Imam al-Ghazali yang selama Historisitas. Yokyakarta: Pustaka Pelajar,
ini saling berbenturan, ternyata mendapat tempat 1996.
di kalangan ahli syari’at dan menjadikan tasawuf Arberry, A.J. Sufism: an Account of the Mystics
sebagai wadah mengaplikasikan syari’at itu of Islam. Penerjemah Bambang Herawan,
sendiri dengan benar sebagai akibat adanya Pasang Surut Aliran Tasawuf. Cet. I.
hubungan timbal-balik antara tasawuf dan syari’at Bandung: Mizan, 1985.
itu sendiri. Pengaruh sistem al-Ghazaliyah ini
Azyumardi Azra. Pimpinan Redaksi. Ensiklopedi
menentukan arah perkembangan pengamalan
Tasawuf. Jilid I. Cet. I. Bandung: Angkasa,
ajaran tasawuf di dunia Islam dan Kristen. Di
2008.
antara tokoh sufi terbesar yang terpengaruh oleh
pemikiran Muhyiddin Imam al-Ghazali ialah Bashuni, Ibrahim. Nasy’at al-Tasawwuf al-Islāmī.
Muhyiddin Ibn Arabi tentang perwujudan Tuhan Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.
secara keseluruhan alam nyata dan alam ghaib,
kemudian disusul oleh al-Sya’rani (al-Sya’rawi), 45
Syekh Abd al-Qadir al-Jailani, Jilā al-Khāthir/Purification of
salah seorang pengikut tarekat Syadziliyah. the Mind, Penerjemah Lukman Hakim, Ritual Cinta: Menjadikan
Tuhan sebagai Kekasih Hati, Cet. I (Bandung: Marja, Juni 2012);
Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Sykeh Syekh Abd al-Qadir al-Jailani, Futūh al-Ghayb, diterjemahkan
Abdul Qadir al-Jailani yang seluruh karyanya oleh M. Hilman Anshary, Resonansi Spiritual Wali Quthub/
Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Cet. III (Jakarta: Kalam Mulia,
dengan jelas menigindikasikan bahwa ajaran- 2008); dan Syekh Abd al-Qadir al-Jailani, al-Fath al-Rabbānī
wa al-Faydh al-Rahmānī, Penerjemah M. Zuhri, Bimbingan
Tasawuf Syekh Abdul Qadir al-Jilani ra (Semarang: Karya Toha
Fazlur Rahman, Islam (Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), 22.
44
Putra, 2001).

80 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen
Chatib Quzwain. “al-Ghazali dan Tasawuf”. Laily Mansur. Ajaran dan Tauladan Para Sufi. Cet.
Kumpulan makalah simposium tentang II. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1999.
al-Ghazali. Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan.
Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Muhammad Zurkani Jahja. Teologi Ghazali;
1994. Pendekatan Metodologi. Yokyakarta:
Dunya, Sulaiman. al-Haqīqat fī Nazhari al- Pustaka Pelajar, 1996.
Ghazālī. Penerjemah Ibnu Ali. al-Haqīqat: al-Murtadha, Muhammad. Ithāf al-Sadā. Cairo:
Pandangan Hidup Imam al-Ghazali. Cet. t.p., 1311 H.
I. Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana,
2002. Nashruddin Baidan. Rekonstruksi Ilmu Tafsir.
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
Ghallāb, Muhammad. al-Tashawwuf al-Muqāran. 2000
al-Qahirah: Maktabah Nahdhah, 1956.
Nurcholish Madjid. Kaki Langit Peradaban
al-Ghazālī, Imām Muhyiddīn. Ihyā’ Ulūm al-Dīn. Islam. Jakarta: Paramadina, 1997.
Beirūt: Dār al-Fikr, t.th.
-------. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.
-------. al-Munqidz min al-Dhalāl. Cairo: Dar al- Jakarta: Mizan, 1988.
Ma’arif, 1304 H.
al-Qardhawi, Yusuf. al-Imām al-Ghazālī bayna
Halim, Abdul Mahmud. Qadhiyyah al-Tasawuf Madīhiyyah wa Naqīdiyyah. Mesir: Dār
al-Munqidz min al-Dhalāl. Kairo: Dār al- al-Wiffā, 1992.
Ma’ārif, 1985.
Rahman, Fazlur. Islam. Bandung: Penerbit
Harun Nasution. Islam Ditinjau Dari Berbagai Pustaka, 2000.
Aspek. Jakarta: UI Press, 1985.
Saeful Anwar. Filsafat Ilmu al-Ghazali: Dimensi
-------. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Ontotlogi, Epistemologi dan Aksiologi.
Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Cet. I. Bandung: Pustaka Setia, 2007.
al-Jailani, Syekh Abd al-Qadir. Jilā al-Khāthir/ Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya dalam
Purification of the Mind. Penerjemah Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Lukman Hakim. Ritual Cinta: Menjadikan 1996.
Tuhan sebagai Kekasih Hati. Cet. I.
Bandung: Marja, Juni 2012. Smith, Margareth. Al-Ghazali: The Mystic.
Penerjemah Amrourani. Pemikiran dan
-------. Futūh al-Ghayb. Penerjemah M. Hilman Doktrin Mistis Imam al-Ghazali. Cet. I.
Anshary. Resonansi Spiritual Wali Jakarta: Riora Cipta, 2000.
Quthub. Cet. III. Jakarta: Kalam Mulia,
2008. al-Subki, Tajuddin. Thabaqāt al-Syafī’iyyah. Jilid
IV. Cairo: t.p., 1324 H.
-------. al-Fath al-Rabbānī wa al-Faydh al-
Rahmānī. Penerjemah M. Zuhri. Bimbingan Syaraf, Muhammad Jalāl dan ‘Ali Abd al-Muth’i
Tasawuf Syekh Abdul Qadir al-Jilani ra. Muhammad. al-Fikr al-Siyāsī fī al-Islām.
Semarang: Karya Toha Putra, 2001. Kairo: Dār al-Jāmi’at, 1978.

Karim, Abdul Usman. Sirāh al-Ghazālī. Valiuddin, Mir. The Qur`anic Sufism. Second
Damaskus: Dār al-Fikr, t.th. Revised Edition. Delhi: Motilal
Banarsidass, 1981.

Jurnal Ushuluddin Vol . 25 No.1, Januari-Juni 2017 81


Yahya Jaya. Spiritualisasi Islam dalam Zainudin, dkk. Seluk-Beluk Pendidikan dari al-
Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Kesehatan Mental. Jakarta: Ruhama, 1991.

82 Syofrianisda dan M Arrafie Abduh: Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali alam Islam dan Kristen

You might also like