You are on page 1of 11

KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIATOR UTAMA DALAM EFEK STRES

KERJA TERHADAP KINERJA


Florence Mairiska Johan, Mohamad Reza Hilmy, Rina Anindita
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit,
Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat
mohamad.reza@esaunggul.ac.id

ABSTRAK
There are various important factors to run the hospital optimally, such as performance of its employees in
management, medical, and non-medical department. Performance could be affected by stress, job
satisfaction, and other influential factors which are important for hospital to know to determine the best way
in improving their employes performance. The purpose of the study was to analyze the effect of job stress and
job satisfaction on employee performance at X Hospital. This study is an observational analytic study with
an associative quantitative method of SEM pathway analysis model with a hypothesis aimed at providing an
overview of the relationship between stress and job satisfaction simultaneously (X1), job stress (X2), job
satisfaction (X3) on the performance (Y) of professional caregiver staff at Hospital X in the October-
November 2019 study period using purposive sampling method. The results showed that job stress and job
satisfaction simultaneously and significantly influence performance. The higher job stress gets, the lower job
satisfaction and performance will be. Increasing the job satisfaction will also increase the
performance.Iindividual and organizational stress management, work life balance, and remuneration system
review could be used as managerial implication to decrease and manage the job stress and increase job
satisfaction.

Keywords: Job stress, job satisfaction, performance

obligasi, produktivitas, dan bila pekerjanya


Pendahuluan merasakan stres dalam bekerja maka pekerja tidak
akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan
Kinerja sebuah organisasi, termasuk rumah sakit memberi efek negatif pada organisasi. Mailani, et
tidak dapat dipisahkan dari sumber daya al (2016) juga menemukan bahwa pengaruh
manusianya yang merupakan faktor pendukung kepuasan kerja terhadap kinerja memiliki korelasi
aktivitas organisasi tersebut. Menurut Noor et al yang positif dan signifikan terhadap kinerja
(2016), kondisi stres kerja merupakan variabel karyawan.
yang paling berpengaruh pada kinerja karyawan. Organisasi harus fokus pada kebutuhan
Stresor yang paling sering terjadi menurut Jaroslav karyawan rumah sakit dan harus menciptakan
(2015) adalah lingkungan kerja yang kelebihan lingkungan yang akan meningkatkan kepuasan
kerja, tanggung jawab khusus, konflik dan rasa kerja dan komitmen. Jadi, beberapa penelitian
tidak aman, karir profesional, perubahan diperlukan di bidang ini untuk mengeksplorasi
organisasi, konflik peran dan perubahan kepuasan kerja berbagai bidang pekerjaan. Berbeda
interpersonal di dalam organisasi. Permintaan dengan penelitian terdahulu, penulis mengangkat
organisasi yang melebihi kapasistas seseorang penelitian ini di rumah sakit pendidikan yang
menyebabkan munculnya kelebihan beban kerja, karyawannya memiliki tanggung jawab ganda
yang bila kurangnya relaksasi juga mungkin dapat untuk mengajar dan merawat pasien dengan
menciptakan stres. Kontrol stress menurut Vijayan standar yang terus di tingkatkan.
(2018) perlu dilakukan pihak manajemen Rumah Sakit X merupakan rumah sakit swasta
berhubungan dengan kinerja. Menurut Luthans di Jakarta Barat, Indonesia yang merupakan rumah
(2011), stres dapat dibedakan menjadi distress sakit tempat pendidikan bagi program profesi
yang memberi efek negatif seperti terbebani dan dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Rumah Sakit
eustress memberi efek positif seperti motivasi, X memiliki aktivitas yang cukup padat setiap
tantangan. harinya dengan rata-rata 200 pasien per hari.
Selain dipengaruhi stress, kepuasan kerja Melalui observasi dan wawancara bagian SDM,
menurut Saputra, et al (2016) memiliki pengaruh serta beberapa karyawan, didapatkan banyaknya
positif terhadap kinerja karyawan. Abbas (2017) tekanan dan beban kerja yang bertambah mengikuti
mengatakan bahwa peningkatan kepuasan pekerja, sistem akreditasi baru dan tuntutan dari berbagai
dapat memperoleh hasil terbaik dari kreativitas, pihak untuk memenuhi standar tertentu.
1
Keluhan juga disampaikan co-ass kedokteran melaksanakan kerja, komitmen kerja, dan tanggung
gigi yang merasakan lamanya rekam medis karena jawab karyawan terhadap organisasinya.
penumpukan pasien saat jam awal shift, dan Robbins and Judge (2011) mendefinisikan
asesmen keperawatan cukup lama karena perawat kepuasan kerja sebagai perasaan positif tentang
multitasking yang dilakukan perawat, yaitu serah pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari
terima rekam medis, asesmen pasien, pengambilan sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang
bahan dan alat, serta input data pemakaian bahan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi akan
pekerjaan co-ass. Tidak jarang terjadi desakan dan memiliki perasaan positif terhadap pekerjaan dan
tekanan dari co-ass maupun pasien kepada seseorang dengan kepuasan kerja yang rendah akan
karyawan yang ikut berperan seperti perawat dan memiliki perasaan negatif terhadap pekerjaannya.
karyawan rekam medis untuk bekerja cepat di saat Menurut Luthans (2008), kepuasan kerja
jam berawalnya shift kerja. Multitasking juga merupakan keadaan emosional karyawan yang
dirasakan oleh dokter yang berperan sebagai dosen, terjadi atau tidak terjadi titik temu antara batas jasa
DPJP co-ass dan juga residensi. Karena hal ini, pegawai dengan tingkat nilai bias jasa baik
dokter yang harus bisa membagi waktunya dengan finansial maupun non finansial. Luthans (2011),
baik dalam melaksanakan pekerjaan dan tidak juga menyatakan bahwa terdapat beberapa
sedikit dokter yang saat bertugas menjadi dosen, indikator yang mempengaruhi kepuasan kerja,
juga harus memenuhi jadwal jaga sebagai DPJP. yaitu pekerjaan itu sendiri yang merupakan sumber
Tekanan berlebih dapat menyebabkan stress kepuasan terbesar,pembayaran yang adil, rekan
kerja yang menjadi faktor penting yang perlu di kerja yang ramah dan mendukung, promosi
perhatikan rumah sakit karena dapat berpengaruh pekerjaan, supervisi, dan kondisi kerja
pada kepuasan kerja dan kinerja karyawannya. Hellrieger dan Slocum (2011), mendefinisikan
Oleh karena itu, ini merupakan perhatian penting stres sebagai perasaan kecemasan atau ketegangan
manajemen sumber daya manusia Rumah Sakit X fisik yang terjadi ketika tuntutan atau penyebab
agar bisa mengurangi tingkat stress dan stres yang dirasakan seseorang melebihi
meningkatkan kepuasan kerja karyawan untuk kemapuannya untuk mengatasi masalah. Luthans
memperoleh kinerja yang lebih baik lagi. (2011) menyederhanakan definisi stres sebagai
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis respon adaptif terhadap situasi eksternal yang
pengaruh stres kerja dan kepuasan kerja terhadap menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan/
kinerja karyawan di Rumah Sakit X atau perilaku peserta organisasi. Menurut Jaroslav
Kontribusi penelitian ini adalah sebagai indikator (2015), stresor yang paling sering terjadi adalah
penilaian, evaluasi dan masukan mengenai kinerja lingkungan kerja yang kelebihan kerja, tanggung
karyawan Rumah Sakit X, khususnya untuk staf jawab khusus, konflik dan rasa tidak aman, karir
PPA. profesional, perubahan organisasi, konflik peran
dan perubahan interpersonal di dalam organisasi.
Kajian Teoritik dan Penelitian Jaroslav juga mengatakan bahwa permintaan
Terdahulu organisasi yang melebihi kapasistas seseorang
menyebabkan munculnya kelebihan beban kerja,
Samsonowa (2012) menggunakan istilah yang bila kurangnya relaksasi mungkin dapat
“performance” sebagai level/ tingkatan pencapaian menciptakan stres.
tujuan sebuah organisasi/ departemen dari pada Penelitian mengenai stress dan kepuasan kerja
individual.. Sesuai dengan pernyataan tersebut, terhadap kinerja pernah dilakukan oleh Dewi, dkk
menurut Ghalem (2016), kinerja adalah pencapaian (2014) dengan hasil bahwa terdapat pengaruh
tujuan organisasi daripada individu, dengan sumber positif dan signifikan antara stres kerja dan
daya minimum yang dikonsumsi untuk mencapai kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
tujuan. Hasibuan (2008), menyatakan bahwa Anastasiou (2014) melakukan survei berhubungan
kinerja berasal dari kata prestasi kerja atau prestasi dengan ketiga faktor ini yang menunjukkan bahwa
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan karyawan yang tidak puas dengan kondisi kerjanya
tugas di bidang pekerjaannya yang diberikan oleh akan menunjukkan tingkat stres tinggi dan faktor
organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja, lingkungan seperti penghargaan etis, kondisi kerja
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan bagus, motivasi dan partisipasi dalam administrasi
kesungguhan. Terdapat tujuh kriteria untuk dan pengambilan keputusan memberi efek positif
menmgukur kinerja karyawan secara individual dalam kinerja. Ismail et al (2015) juga melakukan
menurut Bono dan Judge (2003) , yaitu kualitas, penelitian yang membahas mengenai efek stres di
produktifitas, ketepatan waktu dalam tempat kerja terhadap kinerja dan mendapatkan
menyelesaikan dan memaksimalkan waktu yang bahwa stres secara fisiologis dan psikologis dapat
ada, efektivitas sumber daya, kemandirian bertindak sebagai prediktor penting dalam kinerja
2
karena stres memiliki pengaruh positif dan Likert.dari sangat tidak setuju bernilai 1 hingga
signifikan terhadap kinerja. Hal serupa juga sangat setuju bernilai 5.
dilakukan oleh Vijayan (2018) yang Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan
menginvestigasi faktor yang berhubungan dengan bantuan perangkat lunak Statistical Package for
stres terhadap kinerja karyawan yang mendapatkan Social Sciences (SPSS) untuk mengetahui
bahwa kontrol stres perlu dilakukan pihak kelayakan kuesioner. Uji validitas untuk menilai
manajemen untuk meningkatkan kinerja karyawan. ketepatan dan kecermatan alat ukur dilakukan
Ajayi (2018) juga menemukan bahwa stres secara dengan metode Kaiser-Meyer Olkin (KMO)
signifikan dapat mengurangi kinerja individu. dilakukan dengan signifikansi 5%, dan reliabilitas
Khamisa et al (2017) dalam penelitiannya untuk mengetahui konsistensi alat ukur
mengenai efek stres personal dan kerja terhadap menggunakan Cronbach Alpha dengan nilai alfa
burnout, kepuasan kerja, dan kesehatan umum, crobach yang dianggap reliabel adalah >0.6
juga mendapatkan bahwa stres pribadi dapat
menjadi prediktor baik terhadap kelelahan dan Definisi operasional
kesehatan umum yang dan stres kerja merupakan Variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
predictor baik terhadap kepuasan kerja. Saputra, et antara lain :
al (2016) menemukan bahwa terdapat pengaruh a. Kinerja
positif kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi yang
yang datanya didapatkan melalui teknik kuesioner, dicapai seseorang dalam pekerjaannya dengan
wawancara, dan pencatatan dokumen. Mailani, et melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
al (2016) menemukan bahwa pengaruh kepuasan sesuai fungsi dan indikator pekerjaannya
kerja terhadap kinerja memiliki korelasi yang Indikator kinerja berdasarkan Bono and
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Judge (2003) terdiri dari kualitas kerja,
produktifitas, ketepatan waktu, efektivitas,
Pengembangan Hipotesis kemandirian, komitmen kerja, dan tanggung
1. H1: Terdapat pengaruh stres kerja bersama jawab terhadap organisasi
kepuasan kerja secara signifikan terhadap b. Stres kerja
kinerja karyawan Stres kerja adalah ketegangan emosional
2. H2: Terdapat pengaruh stres secara negatif karena tuntutan yang melebihi kemampuan
signifikan terhadap kinerja karyawan. seseorang yang dapat menyebabkan
3. H3: Terdapat pengaruh stres kerja secara ketidakseimbangan diri baik secara psikis,
negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja fisik, emosi, pola berfikir, hingga kondisi
4. H4: Terdapat pengaruh kepuasan kerja secara seseorang
positif dan signifikan terhadap kinerja Indikator stres kerja dikembangkan melalui
karyawan. Mangkunegara (2011) dan Jaroslav (2015),
antara lain beban kerja yang dirasakan , tingkat
Metodologi Penelitian kenyamanan lingkungan kerja, peran ganda,
hubungan interpersonal di tempat kerja
Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan metode kuantitatif c. Kepuasan kerja
asosiatif model analisis jalur SEM dengan hipotesis Kepuasan kerja adalah perasaan atau emosi
bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan menyenangkan yang dimiliki seseorang
antara stress dan kepuasan kerja secara simultan terhadap penilaian hasil pekerjaan atau
(X1), stress kerja (X2), kepuasan kerja (X3) pengalaman kerja dengan harapannya terhadap
terhadap kinerja (Y) staf PPA di Rumah Sakit X pekerjaan tersebut
pada periode penelitian Oktober-November 2019 Indikator kepuasan kerja mengikuti Luthans
Jumlah sampel berkisar antara 85-170 didapatkan (2011), yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, rekan
melalui perhitungan menggunakan rumus Hair,et al kerja, peluang promosi , supervisi, dan kondisi
(1998). Sampling menggunakan teknik purposive kerja
sampling berdasarkan kriteria inklusi, yaitu staf
PPA Rumah Sakit X yang telah memiliki masa Analisis data
kerja minimal 6 bulan dan eksklusi yaitu staf PPA Analisis deskriptif dilakukan dengan
Rumah Sakit X yang tidak setuju untuk menjadi menggunakan metode three box methods, dengan
subjek penelitian. rumus perhitungan menurut Ferdinand (2006) dan
Perolehan data dilakukan melalui kuesioner, analisis data dengan uji SEM AMOS model
dengan 5 tingkat penilaian menggunakan skala analisis jalur.

3
Model penelitian berada pada tingkat sedang. Ini berarti semua
Berdasarkan kajian teori dan metode penelitian indikator berada pada tingkat normal. Staf PPA
yang diambil, maka didapatkan gambaran model Rumah Sakit X sudah memiliki tingkat stress,
penelitian sebagai berikut kinerja dan kepuasan berada pada taraf yang
normal.
H1
Tabel 3. Rekapitulasi Three Box Methhod Distribusi
Stress Kerja DataVariabel
H2 No Variabel Rendah Sedang Tinggi Total
H3 1 Stres kerja 3 10 0 13
Kinerja
2 Kinerja 0 19 2 21
H4 Kepuasan
Kepuasan 3 0 18 0 18
Kerja
Kerja

Uji kelayakan model


Gambar 1 Goodness of fit model (Gambar 2) dan hasil
Model Penelitian evaluasi goodness of fit dapat dilihat pada Tabel 4
berikut ini.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Distribusi responden
Penelitian memperoleh 150 responden staf PPA
Rumah Sakit X dengan karakteristik responden
dibagi menjadi jenis kelamin, usia, dan masa kerja
dengan detil sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Responden


No Karakterist Keterangan Jumlah Persentas
Gambar 2
ik e
Goodness of fit model
1. Jenis Laki – laki 44 29,3%
kelamin Perempuan 106 70,7%
Tabel 4. Hasil Evaluasi Goodness of Fit
2. Usia < 25 tahun 3 2%
Kriteria Hasil Nilai Kritis Kesimpulan
26- 35 tahun 21 14%
Chi- 135.157 Diharapkan
36-45 tahun 50 33,3% Good fit
Square sig 0,086 kecil
46-55 tahun 71 47,3% CMIN/DF 1,186 <2 Good fit
> 55 tahun 5 3,3% GFI 0,909 > 0,90 Good fit
3. Masa Kerja 6 bln - 5 37 24,7% NFI 0,950 > 0,95 Good fit
tahun
CFI 0,992 > 0,93 Good fit
6-10 tahun 39 26%
TLI 0,990 > 0,95 Good fit
11-15 tahun 59 39,3%
RMSEA 0,035 < 0,08 Good fit
>15 tahun 15 10%
RMR 0,058 < 0,08 Good fit
Sumber : Pengolahan Data Kuesioner
Sumber : Hasil Analisis SEM-AMOS
Pengujian validitas dan reliabilitias Pada penelitian ini, sampel berjumlah kurang
Hasil uji validitas dan reliabilitas pada ketiga dari 200 sehingga Chi-Square dapat digunakan
variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut sebagai salah satu indikator mengukur goodness of
fit. Nilai chi-square yang didapatkan dari penelitian
Tabel 2.Uji Validitas dan Reliabilitas ini sesuai Tabel 4 di atas adalah 135.157, yang bila
No. Variabel KMO Reliabilitas
dilakukan pembagian dengan nilai df, akan
1. Stress Kerja 0,714 0,784
didapatkan hasil 1.186 (Tabel 4), yang berarti
2. Kinerja 0,686 0,924
3. Kepuasan 0,707 0,911
model sudah memunuhi fit model. Kkriteria
Kerja goodness of fit lainnya juga dapat dilihat dari nilai
Sumber : Hasil olah data menggunakan SPSS GFI yang sudah di atas 0,90; NFI, CFI dan TLI di
atas 0,95; serta RMSEA dan RMR di bawah 0,08.
Deskripsi data Sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruk untuk
Berdasarkan dari seluruh data kuesioner, membentuk model penelitian ini (Gambar 2) sudah
didapatkan rekapitulasi data variabel stress kerja, memenuhi kriteria goodness of fit yang telah
kinerja, dan kepuasan kerja pada Tabel 3 berikut ditentukan.
ini. Diketahui bahwa kebanyakan dari indikator
4
Uji hipotesis Pengaruh stres kerja bersama kepuasan
Uji hipotesis pertama dilakukan dengan melihat kerja secara signifikan terhadap kinerja
nilai Chi-square di Table 4 yang memiliki nilai karyawan
signifikan. Ini berarti hipoesis pertama, yaitu Berdasarkan hasil uji, diketahui bahwa stres kerja
pengaruh stres kerja bersama kepuasan kerja secara bersamaan dengan kepuasan kerja dapat
signifikan terhadap kinerja karyawan diterima. mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut hasil
Sedangkan untuk hipotesis ke-dua, ke-tiga, dan ke- deskripsi data, diperoleh stress kerja dan kepuasan
empat dilihat dari nilai P dan C.R. hasil regression kerja yang dirasakan karyawan adalah sedang dan
weight kinerja yang dimiliki juga sedang, Melalui hasil
deskriptif variabel stres kerja, indikator mengenai
Tabel 5. Nilai R Square hubungan interpersonal, yaitu merasa hasil
Estimate pekerjaan kurang dihargai oleh rekan kerja
KK .272 merupakan indikator dengan skor terendah. Ini
KIN .521 merupakan hal yang bagus karena kebanyakan dari
Sumber : Hasil Analisis SEM-AMOS staf PPA sudah merasa hasil pekerjaannya dihargai
oleh co-ass/ rekan kerja/ atasannya. Sedangkan
Melalui Tabel 5 tampak hasil nilai R square stres tertinggi berada pada kurangnya waktu
kepuasan kerja adalah 0,272, berarti 27.2% bersama keluarga. Hal ini berarti perlu
variansi kepuasan kerja karyawan dipengaruhi stres diperhatikan lebih lanjut mengenai keseimbangan
kerja, sedangkan sisanya 72.8% dipengaruhi faktor peran kerja dan peran pada keluarga dari staf PPA
lain. Nilai R square kinerja sebesar 0,521 berarti RS X.
52.1% variansi kinerja karyawan dipengaruhi oleh Selanjutnya pada variabel kepuasan kerja,
stres kerja dan kepuasan kerja, sedangkan 47.9% indikator terendah berada pada jumlah honor yang
sisanya dipengaruhi faktor lain. diterima setiap bulan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pada variabel
Tabel 6. Uji Hipotesis Pengaruh Parsial kinerja, indikator dengan indeks tertinggi berada
C.R P Ket pada dimensi kemandirian, yaitu indikator dapat
H2 diterima mengerjakan tugas sepenuhnya tanpa meminta
KINSK -4.181 ***
bantuan orang lain dengan skor termasuk kategori
KKSK -6.443 *** H3 diterima tinggi. Ini berarti tingkat kemandirian staf PPA
Rumah Sakit X sangatlah tinggi dalam
KIN KK 6.379 *** H4 diterima
mengerjakan tugasnya. Untuk indikator terendah
Sumber : Hasil Analisis SEM-AMOS
pada variabel kinerja berada pada pernyataan
Tabel 7. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
merasa bangga dengan pekerjaan yang dibebankan
Variabel Tidak langsung
kepada mereka, yaitu hanya 56 responden yang
H Langsung
sudah merasa bangga dengan pekerjaan mereka.
H2 KIN  SK -.316 -.263 Hal ini perlu ditingkatkan dan penting bagi
H3 KK  SK -.521 .000 karyawan merasa bangga terhadap pekerjaan
H4 KIN  KK .505 .000 mereka agar mereka dapat merasa lebih senang
Sumber : Hasil Analisis SEM-AMOS dalam melaksanakan pekerjaannya.
Hasil secara simultan ini sesuai dengan
Selain terdapat pengaruh langsung secara parsial penelitian yang dilakukan Nur (2013) yang
variabel stres terhadap kinerja maupun kepuasan menyatakan bahwa konflik, stress kerja, dan
kerja, dan kepuasan kerja terhadap kinerja, juga kepuasan kerja berpengaruh secara simultan dan
terdapat pengaruh tidak langsung pada variabel signifikan terhadap kinerja pegawai, dengan
stress kerja terhadap kinerja sebesar -0,263, namun pengaruh stress kerja adalah secara negatif, dan
pengaruh tidak langsung pada variabel lain tidak kepuasan kerja secara positif. Berarti jika stress
ditemukan. Perbandingan ini tampak pada Tabel 7 kerja diturunkan dan kepuasan kerja di tingkatkan,
di atas. Bila dibandingkan dengan pengaruh tidak maka akan semakin tinggi kinerja karyawannya.
langsung stres kerja dengan pengaruh secara Menurut Anastasiou (2014), karyawan yang tidak
langsung, yaitu sebesar -0.316 terhadap kinerja, puas dengan kondisi kerjanya akan menunjukkan
maka pengaruh stress kerja secara langsung lebih tingkat stres tinggi dan faktor lingkungan seperti
besar daripada secara tidak langsung. penghargaan etis, kondisi kerja bagus, motivasi dan
partisipasi dalam administrasi dan pengambilan
Pembahasan hasil penelitian keputusan memberi efek positif dalam kinerja.
Pengaruh signifikan stres kerja bersamaan
5
kepuasan kerja terhadap kinerja juga sesuai dengan tersebut, yang akan berdampak secara negatif pada
penelitian yang dilakukan Dewi,et al (2014) yang prestasi kerjanya. Jum’ati dan Himmayatul (2013)
menyatakan terdapat pengaruh positif dan melakukan penelitian antara stres kerja yang terdiri
signifikan antara stress kerja dan kepuasan kerja dari stres individu dan organisasi terhadap kinerja.
terehadap kinerja karyawan. Namun dari penelitian Diperoleh sebesar 48.8% kinerja secara signifikan
ini, pengaruh stress kerja terhadap kinerja dan dipengaruhi oleh stresor individu dan stresor
kepuasan kerja yang diperoleh adalah negative, dan organisasi baik secara simultan maupun parsial.
kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap Berbeda dengan penelitian ini, didapatkan bahwa
kinerja. Wala, et al (2017) juga mengungkapkan semakin tinggi stressor yang dirasakan, maka akan
hasil yang sama, yaitu stres kerja dan kepuasan semakin tinggi kinerja karyawannya.
kerja secara simultan berpengaruh positif Vijayan (2018) mendapatkan bahwa kontrol stres
signifikan terhadap kinerja karyawan. perlu dilakukan pihak manajemen untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Astianto (2014)
Pengaruh stres kerja secara negatif dan juga menjelaskan bahawa stres kerja pada
signifikan terhadap kinerja karyawan tingkatan tertentu diperlukan oleh karyawan agar
Hasil olah data mendapatkan bahwa stress kerja pekerjaan yang dilakukan lebih menantang,
memiliki pengaruh secara negatif dan signifikan sehingga kinerjanya lebih baik. Sormin (2017)
terhadap kinerja karyawan. Berpengaruh secara dalam jurnalnya menyatakan bahwa tingkat stress
negatif memiliki arti bahwa semakin besar stres rendah hingga sedang bagi kebanyakan orang akan
kerja yang dirasakan, maka akan semakin besar menyebabkan kinerja yang lebih baik, tapi bila
penurunan kinerja karyawan. tingkat stress yang dirasakan tinggi atau tingkat
Hasil analisis deskriptif mendapatkan bahwa sedang yang berkepanjangan akan menyebabkan
variabel sres kerja staf PPA Rumah Sakit X berada menurunnya kinerja. secara fisik dan pada akhirnya
pada tingkat sedang. Ini menunjukkan bahwa staf akan sering menolak suatu pekerjaan dengan alasan
PPA Rumah Sakit X memiliki tingkat beban kerja, menghindari stres.
tingkat kenyamanan lingkungan kerja, peran
ganda, hubungan interpersonal yang dapat Pengaruh stres kerja secara negatif dan
menimbulkan stress kerja dalam tingkat sedang. signifikan terhadap kepuasan kerja
Sedangkan untuk tingkat kinerja yang dimiliki para Tingkat stres kerja pada penelitian ini diukur
staf PPA Rumah Sakit X, yang diukur melalui melalui tingkat beban kerja, tingkat kenyamanan
kualitas kerja, produktifitas, ketepatan waktu, lingkungan kerja, peran ganda, hubungan
efektivitas, kemandirian, komitmen kerja, dan interpersonal; dan kepuasan kerja yang diukur
tanggung jawab juga berada pada tingkat sedang. melalui pekerjaan itu sendiri, gaji, rekan kerja,
Stres kerja menurut Noor et al (2016) merupakan peluang promosi, supervisi, dan kondisi kerja.
variabel dapat berpengaruh secara parsial maupun Menurut hasil distribusi data kedua variabel
simultan terhadap kinerja dan merupakan yang tersebut, stress kerja dan kepuasan kerja sama-
paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal sama berada pada indeks sedang. Hasil analisis
ini sesuai dengan yang diperoleh dari hasil memperoleh stress kerja mimiliki pengaruh
penelitian ini, yaitu sebanyak 52.1% kinerja staf signifikan secara negatif terhadap kepuasan kerja,
PPA Rumah Sakit X dipengaruhi oleh stress kerja. yang berarti semakin tinggi stress kerja, maka akan
Hubungan stres kerja yang signifikan dan negatif semakin rendah kepuasan kerja. Melalui R square
terhadap kinerja karyawan juga sesuai dengan kepuasan kerja, dikethui 27.2% kepuasan kerja
penemuan Ajayi (2018) yang menyatakan bahwa dipengaruhi stress kerja dan 72.8 % dipengaruhi
stres secara signifikan dapat mengurangi kinerja oleh faktor lain. Maka dapat dikatakan 27.2%
individu, maka perlu dilakukan meminimalisasi penyebab kepuasan kerja staf PPA Rumah Sakit X
secara proaktif terhadap stres dengan memberikan bertingkat sedang dikarenakan stress kerja yang
dukungan administrasi yang cukup kepada dirasakannya.
karyawan. Astianto (2014) juga membahas bahwa Bemana et al (2013) juga menyatakan bahwa
stress yang tidak dapat diatasi akan mempengaruhi terdapat hubungan signifikan antara stres kerja dan
kinerja. Setiap individu memiliki kemampuan dan kepuasan kerja dan menyimpulkan bahwa motivasi
daya tahan berbeda dalam mengatasi stress. Bila merupakan faktor kunci yang mempengaruhi stress
stres yang terjadi pada individu memiliki kerja karena pegawai yang termotivasi akan lebih
kemampuan dan daya tahan rendah tersebut bahagia dan memiliki keinginan lebih bekerja
berlarut dan tidak teratasi, maka individu tersebut untuk organisasinya. Sedangkan untuk
dapat mengalami burn out, yaitu kondisi kelelahan meningkatkan kepuasan kerja juga diperlukan
fisik, mental, maupun emosional karena stres kompensasi untuk karyawan melalui insentif yang

6
sesuai baik berupa uang ataupun selain uang. Hasil analisis deskriptif staf PPA Rumah Sakit
Sormin (2017) juga memperoleh pengaruh X, diketahui bahwa dari variabel kepuasan kerja,
signifikan antara stress kerja dan kepuasan kerja. dimensi yang diukur dari pekerjaan itu sendiri
Namun, pengaruh yang diperoleh dalam didapatkan rata-rata indeks sedang dengan yang
penelitiannya adalah secara positif, yang berarti paling rendah adalah karyawan merasa senang
semakin tinggi stress kerja maka akan semakin bekerja di RS X dengan 49.3% responden merasa
tinggi kepuasan kerja. Berbeda dengan hasil sudah senang bekerja di RS X, dan skor paling
penelitian Chaudhry (2012), yang memperoleh tinggi berada pada indikator yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan signifikan antara stress responden senang karena pengalaman baru yang
kerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan diperolehnya dari bekerja di RS X. Berhubungan
Menurut Hosseinabadi et al (2018), dengan kepuasan terhadap gaji dan promosi
menyarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan berada pada tingkat sedang, yaitu dari
di kalangan perawat melalui peningkatan situasi di 150 responden, 60 responden merasa honor mereka
tempat kerja dan pengurangan beban kerja dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari..
harapan untuk meningkatkan permintaan Untuk dimensi rekan kerja juga memiliki rata-rata
pekerjaan, pembuatan keputusan, menerapkan indeks sedang, yang melalui indikator diketahui
metode terapeutik, meningkatkan keterampilan bahwa 86 responden merasa memiliki hubungan
dalam menjalin hubungan, dan meminimalkan dekat dengan rekan kerja dan lebih dari setengah
konflik peran. Khamisa et al (2015) dalam responden merasa mendapat dukungan yang cukup
penelitiannya mengenai stres, burnout, kepuasan dari rekan kerja dan adanya saling membantu. Hal
kerja, dan kesehatan menyatakan bahwa strategi ini termasuk bagus karena tampak bahwa staf PPA
manajemen stres dan program intervensi penting saling memiliki hubungan yang cukup bagus
dikembangkan berhubungan dengan efek stres dengan sesamanya. Sedangkan untuk hubungan
kerja pada karyawan. dengan supervisornya juga termasuk pada indeks
sedang, lebih dari setengah responden merasa
Pengaruh kepuasan kerja secara positif supervisornya mau mendengarkan saran, kritik,
dan signifikan terhadap kinerja dan keluhan mereka, sedangkan hampir setengah
karyawan responden merasa supervisor mereka memberi
Kepuasan kerja merupakan suatu variabel yang arahan jelas, merasa nyaman dengan mereka dan
dapat memberi dampak pada kinerja karyawan. memberi bimbingan yang baik. Walaupun
Hasil penelitian memperoleh kepuasan kerja termasuk indeks sedang, tetapi 3 dari 4 indikator
berpengaruh positif dan signifikan terhadap masih belum mencapai setengah responden yang
kinerja. Semakin tinggi kepuasan kerja, maka puas terhadap supervisornya sehingga ini dapat
semakin tinggi kinerja. Hasil penelitian ini sesuai menjadi salah satu dimensi yang perlu
dengan Saputra et al (2016) yang menyatakan ditingkatkan. Untuk dimensi terakhir, yaitu kondisi
bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh kerja, juga berindikator sedang. Didapatkan bahwa
signifikan positif terhadap kinerja. Mailani , et al lebih dari setengah responden sudah merasa puas
(2016) juga menemukan bahwa kepuasan kerja dengan kondisi kerja mereka.
memiliki korelasi yang positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hasil Temuan Penelitian
penelitiannya, didapatkan bahwa faktor pekerjaan
dalam kepuasan kerja yang terdiri dari bos, Penelitian ini memperoleh bahwa stres kerja dan
pekerja, teman kerja, promosi, dan gaji, dan atasan kepuasan kerja secara simultan 52.1%
menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kinerja mempengaruhi kinerja staf PPA. Stres kerja
karyawan.Yanidrawati, et al (2012) mendapatkan berpengaruh negatif pada kinerja secara langsung
subjek penelitiannya 92.96% merasa tidak puas maupun tidak langsung dengan pengaruh langsung
dan hanya 7.04% yang merasa puas, memiliki skor yang lebih besar. Stres juga berpengaruh negatif
kinerja minimal, dengan faktor yang menjadi
pada kepuasan kerja secara langsung. Sedangkan
prioritas utama untuk meningkatkan kepuasan
adalah pada faktor penghasilan dan promosi. Ali kepuasan kerja berpengaruh positif pada kinerja.
(2019) dalam penelitiannya menyatakan faktor Pengaruh stres yang semakin tinggi dapat
seperti struktur gaji, praktek manajemen sumber menurunkan kinerja, namun kepuasan kerja yang
daya manusia, lingkungan kerja, motivasi dan tinggi meningkatkan kinerja. Adanya hubungan
promosi memiliki kontribusi secara positif tidak langsung antara stres kerja terhadap kinera
terhadap kepuasan kinerja. melalui kepuasan kerja membuat kepuasan kerja
menjadi faktor mediasi untuk memberi pengaruh
7
positif pada kinerja. Walaupun pegawai mengalami Implikasi
stress, bila dapat menaikkan faktor kepuasan kerja, Implikasi teoritis
maka kinerja bisa meningkat, mengubah stimulasi Implikasi teoritis dalam hasil penelitian ini terdiri
stres kerja yang negatif berujung positif terhadap dari beberapa teori, diantaranya menurut Robbins
kinerja melalui peningkatan kepuasan kerja. and Judge (2008), stress dapat berdampak
Hasil penelitian ini sesuai dengan Robbins and psikologis yang menurunkan kepuasan kerja
Judge (2008) yang menyatakan bahwa stres seseorang.Greenberg (2006) mengatakan bahwa
bila seseorang mengalami eustress (stress yang
berdampak psikologis yang menurunkan kepuasan
positif), akan terjadi peningkatan kinerja dan
kerja seseorang. Sesuai dengan Robbins (2004) kesehatan, dan jika mengalami distress (stress yang
menyatakan stres kerja merupakan beban kerja negatif), maka kinerja dan kesehatan semakin
yang berlebih, perasaan susah dan ketegangan buruk, serta hubungan dengan orang lain pun dapat
emosional yang menghambat performa individu.. terganggu. Stres dapat mengurangi kinerja
Sesuai dengan Spector (1997) juga menyatakan individu sehingga menurut Ajayi (2018) sebaiknya
perilaku pekerja tergantung pada tingkat kepuasan stress diminimalisir secara proaktif dengan
memberikan dukungan administrasi yang cukup
kerja yang akan menghasilkan perilaku positif dan
kepada karyawan.
ketidakpuasan menghasilkan perilaku negatif. Kepuasan kerja menurut Robbins and Judge
Kepuasan kerja dapat berfungsi sebagai indikator (2011) adalah perasaan positif tentang pekerjaan
kegiatan organisasi. Selain itu, evaluasi kepuasan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
kerja merupakan indikasi yang baik untuk evaluasi karakteristiknya. Jika tingkat kepuasan
mengetahui perubahan unit organisasi yang kerja tinggi, maka akan memiliki perasaan positif
diperlukann untuk meningkatkan kinerja. terhadap pekerjaan dan kepuasan kerja yang rendah
akan memiliki perasaan negatif terhadap
Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesakan
pekerjaannya. Luthans (2011) menyatakan bahwa
bahwa semakin tinggi stres kerja, maka akan menyukai pekerjaan itu sendiri; pembayaran yang
semakin rendah kepuasan dan kinerja karyawan. adil; rekan kerja yang ramah dan mendukung;
Kepuasan kerja penting sebagai faktor mediasi promosi pekerjaan; supervisi yang adil, terbuka,
untuk meningkatkan kinerja staf Profesional dan mau bekerjasama; kondisi kerja yang baik
Pemberi Asuhan. akan mempengaruhi kepuasan kerja menjadi lebih
baik. Menurut Abbas, (2017), kepuasan kerja dapat
dianggap sebagai salah satu faktor utama efisiensi
Kesimpulan dan efektivitas organisasi bisnis. Peningkatan
Melalui penelitian ini, maka dapat disimpulkan : kepuasan pekerja dapat memberi hasil terbaik dari
1. Stres kerja dan kepuasan kerja secara kreativitas, obligasi, produktivitas. Bila pekerja
bersamaan memiliki pengaruh terhadap kinerja merasa stress, pekerja tidak akan menyelesaikan
karyawan. pekerjaannya dengan baik dan memberi efek
2. Semakin tinggi stres kerja yang dirasakan, negatif pada organisasi.
maka akan semakin rendah kinerja staf
profesional pemberi asuhan di rumah sakit X. Implikasi manajerial
Staf profesional pemberi asuhan Rumah sakit Rumah Sakit X telah mengimplementasikan
X memiliki kinerja sedang dengan tingkat stres sistem manajemen yang cukup baik karena seluruh
kerja yang sedang. variabel berada pada kategori sedang. Namun ini
3. Semakin tinggi stres kerja, maka semakin membuka peluang untuk meningkatkan kepuasan
rendah kepuasan kerja yang dirasakan staf kerja dan kinerja. Perlu dilakukan berbagai upaya
profesional pemberi asuhan Rumah sakit X. untuk mengembangkan dan memaksimalkan
Kepuasan kerja yang dimiliki staf profesional kinerja Rumah Sakit X, antara lain :
pemberi asuhan Rumah Sakit X berada pada 1. Implikasi dalam manajemen stres kerja yang
tingkat sedang dengan stres kerja yang sedang dirasakan staf PPA berada pada kategori
4. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki, sedang perlu di kurangi melalui manajemen
maka akan semakin tinggi pula kinerja staf stres. Bila dikaji dari setiap dimensi yang
profesional pemberi asuhan Rumah Sakit X. digunakan untuk mengukur stres, diperlukan
Tingkat kepuasan kerja yang sedang pada staf penurunan indikator penyebab stres, terutama
profesional pemberi asuhan Rumah sakit X peran ganda, dan meningkatkan hubungan baik
memberikan tingkat kinerja yang sedang pula. antar rekan kerja, co-ass maupun atasan, tidak

8
untuk menghilangkan stres kerja, tetapi hanya supervisor terhadap kemampuan dalam
untuk mengurangi tingkat stres. Bisa dilakukan menangani stres se-efektif mungkin, serta
melalui manajemen stres individual, menciptakan budaya kerja yang lebih ramah
menerapkan sistem stress risk management dan mendukung dari yang telah dimilki
sesuai standar WHO (2004), deteksi dini stres sekarang baik di tempat kerja maupun di
dan work-life balance, melibatkan staf dalam rumah agar peran ganda tidak menyebabkan
menciptakan suasana lingkungan kerjanya stress berlebih.
sendiri, mengembangkan sistem manajemen
yang lebih sensitif dan responsif agar staf Saran dalam peningkatan kepuasan dan kinerja
mendapatkan dukungan sosial di dalam dan di melalui beberapa hal berikut ini, antara lain :
luar pekerjaan a. Memberikan kebijakan mendetail mengenai
2. Implikasi peningkatan kepuasan kerja sesuai job description, perjalanan karir, pelatihan,
dari hasil distribusi data dapat dilakukan peluang promosi hingga dana pensiun para
melalui peningkatan rasa senang bekerja di RS staf, lalu meninjau, membandingkan, dan
X, jumlah honor setiap bulannya, dukungan menyamakan kebijakan dan tujuan Rumah
dari sesama rekan kerja, kesempatan Sakit X dengan ekspektasi dan kebutuhan
mendapatkan promosi, peningkatan dalam staf PPA agar meningkatkan motivasi dan
bimbingan dari atasan dalam melaksanakan rasa bangga akan pekerjaannya.
pekerjaan, dan sarana prasarana untuk b. Meninjau ulang sistem remunerisasi sesuai
mendukung pekerjaan. Peningkatan kepuasan pekerjaan para staf dan memberikan reward
kerja dapat dilakukan dengan memberi berdasarkan hasil penilaian kinerja yang
kebijakan detai khususnya mengenai peluang bagus karena kepuasan kerja terendah saat
promosi, meninjau, membandingkan, dan ini pada bayaran karyawan tiap bulannya
menyamakan kebijakan dan tujuan rumah sakit yang dirasa cukup memenuhi kebutuhan.
dengan ekspektasi dan kebutuhan staf c. Meningkatkan kemampuan komunikasi
antar rekan kerja maupun dengan atasan dan
Saran pasien melalui pelatihan agar pendapat,
arahan, dukungan, kritikan, pertanyaan,
1. Bagi Rumah Sakit X hingga pujian dapat tersampaikan dan
Penurunan tingkat stres kerja penting agar terjawab dengan baik karena ini termasuk
stress selalu berada dalam tingkat yang dapat indikator yang perlu diperhatikan dalam
diatasi dan tidak memberi dampak negatif pada kepuasan kerja staf PPA RS X.
pribadi dan pekerjaan, maka disarankan untuk: d. Edukasi supervisor mengenai pentingnya
a. Secara individual: menyadari pertanda stress, manajemen kinerja dan budaya manajemen
menganalisis situasi dan mengembangkan kinerja yang kuat, berkomitmen, dan juga
rencana aktif menangani stress, mempelajari dapat mengimplementasikannya
relaksasi/ meditasi atau melakukan time out e. Menetapkan dan selalu menyamakan target
(mencuci muka, dan sebagainya) bila kedepannya Rumah Sakit X setiap tahunnya
merasakan ketegangan maupun perubahan dengan staf PPA
perilaku kearah negatif, memiliki gaya hidup 2. Bagi penelitian selanjutnya
yang penetral stress seperti menjaga pola Perlu penilaian lebih lanjut mengenai faktor
makan dan olah raga rutin lain yang dapat mempengaruhi kinerja,
b. Menerapkan sistem stress risk management kepuasan kerja, maupun yang dipengaruhi
oleh WHO (2004). stress di Rumah Sakit X agar dapat
c. Deteksi dini melalui monitor kepuasan dan memaksimalkan kinerjanya. Beberapa literatur
kesehatan karyawan, mengajarkan karyawan menyatakan hubungan timbal balik antar
mengenai work-life balance, memaksimalkan kinerja dan kepuasan kerja. Namun, pada
penggunaan teknologi dan komunikasi dalam penelitian ini hanya menganalisis hubungan
pekerjaan satu arah dari kepuasan kerja terhadap kinerja.
d. Meningkatkan dan menciptakan suasana Maka kedepannya dapat dilakukan juga
lingkungan yang lebih mendukung dengan analisis lebih lanjut mengenai hubungan ini.
melibatkan staf secara langsung dalam Alat penilaian yang digunakan dapat dikatakan
menciptakan situasi kerjanya sendiri, edukasi cukup dan efektif untuk pengukuran pada
dan pelatihan manjemen stres Rumah Sakin X yang berskala kecil. Akan
e. Mengembangkan manajemen yang sensitif lebih baik lagi bila dilakukan evaluasi lebih
dan responsif agar terdapat dukungan sosial, dalam lagi bila akan menggunakan metode
menambah pengetahuan dan pemahaman pengukuran ini untuk skala lebih besar
9
the Motivational Effects of Transformational
Leaders, Academy of Management Journal, Vol.
Ucapan Terimakasih 46, No 5
Chaudhry, Abdul Qayyum.2012.The relationship
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan between occupational stress and job satisfaction:
Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat yang telah The case of Pakistan Universities. International
Ia limpahkan khususnya dalam penyelesaian junal Education Studies, 5 (3):212-221
ini. . Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis CNC Dewi, I Wayan Bagia, Gede Putu Agus Jana
juga mengucapkan terimakasih kepada: Susila. Pengaruh Stres Kerja Dan Kepuasan
1. Bapak Mohamad Reza Hilmy,SKM, Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian
MARS,Ph.D selaku pembimbing utama yang Tenaga Penjualan Ud Surya Raditya Negara .E-
telah memberikan perhatian, kemudahan, Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
tenaga, bantuan serta dorongan kepada Jurusan Manajemen.Vol2.2014
penulis untuk penyusunan tesis ini hingga Ghalem, Âta & Okar, Chafik & Chroqui, Razane &
selesai. Semma, Elalami. 2016, Performance: A concept
2. Dr. Rina Anindita, MM. selaku pembimbing to define. 10.13140/RG.2.2.24800,28165.
kedua yang telah membantu memberikan Hasibuan, Malayu SP, 2008, Manajemen Sumber
saran dan penghiburan di masa sulit, serta Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi
dorongan dalam penyusunan tesis ini hingga Aksara,Jakarta.
selesai Hellriegel, D., & Slocum, J. W, 2011,
Organizational behavior, thirteenth edition.
Daftar Pustaka South-western: Cengage learning
Ismail, Azman & Haji Abdul Ghani, Ahmad
Abbas, Ammar, 2017, Impact of Job Satisfaction
Bashawir & Subhan, Muhammad & Joarder,
on Job Performance of Nurses at Al-Suwaira
Mohd & Ridzuan, ahmad azan. (2015). The
General Hospital, The Iraqi National Journal of
Relationship between Stress and Job
Nursing Specialties, 30, 2017.
Satisfaction: An Evidence from Malaysian
Ajayi, Samuel, Effect of Stress on Employee
Peacekeeping Mission. Mediterranean Journal of
Performance and Job Satisfaction: A Case Study
Social Sciences. 6. 647-655.
of Nigerian Banking Industry (April 11, 2018).
10.5901/mjss.2015.v6n4s3p647.
Available at
Jaroslav Nekoranec, Miroslav Kmošena. Stres In
SSRN: https://ssrn.com/abstract=3160620or http:
The Workplace – Sources, Effects And Coping
//dx.doi.org/10.2139/ssrn.3160620
Strategies. No 1 (28) 2015.
Ali, Mohammad & Qun, Wang. (2019). Factors
Jum’ati, N., Wusma, H. (2013). Stres Kerja
Contributing to Job Satisfaction and Job
(Occupational Stres) yang Mempengaruhi
Performance of Nurses in the Healthcare
Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang
Industry. 3. 7-22. 10.30546/2523-
Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan
4331.2019.1.1.7.
Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di Kabupaten
Astianto, Anggit dan Heru Suprihhadi. 2014.
Bangkalan. Jurnal NeO-Bis, 7(2), 1-17.
“Pengaruh Stres Kerja Dan Beban Kerja
Khamisa N, Oldenburg B, Peltzer K, Ilic D. Effect
Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Surabaya”.
of personal and work stress on burnout, job
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. Vol. 3 No. 7,
satisfaction and general health of hospital nurses
pp. 1-17.
in South Africa. Health SA Gesondheid. Volume
Bagheri Hosseinabadi M, Etemadinezhad S,
22, December 2017, Pages 252-258.
Khanjani N, et al. Evaluating the relationship
https://doi.org/10.1016/j.hsag.2016.10.001
between job stress and job satisfaction among
Khamisa N, Oldenburg B, Peltzer K, Ilic D. Work
female hospital nurses in Babol: An application
related stress, burnout, job satisfaction and
of structural equation modeling. Health Promot
general health of nurses. Int J Environ Res
Perspect. 2018;8(2):102–108. Published 2018
Public Health. 2015;12(1):652–666. Published
Apr 18. doi:10.15171/hpp.2018.13
2015 Jan 12. doi:10.3390/ijerph120100652
Bemana S, et al. The Relationship among Job
Luthans, F, 2008. Organization Behavior Eight
Stress and Job Satisfaction in Municipality
Edition”, Singapore: Mc Graw Hill
Personnel in Iran.World Applied Sciences
Luthans, F,2011. Organizational Behavior : An
Journal 22 (2): 233-238, 2013 ISSN 1818-4952.
Evidence-Based Approach. New York: McGraw-
DOI: 10.5829/idosi.wasj.2013.22.02.3640
Hill.
Bono, J.E., & Judge, T.A., 2003, Self –
Mailani R, Muhadi M. Analisis Pengaruh
Concordance at Work: Toward Understanding
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
10
Bagian Manajemen di RSUD Bhakti Dharma Jurnal EMBA Vol.5 No.2 September 2017,
Husada Surabaya. Journal article Jurnal Hal.2752-2760
Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr.
Soetomo • October 2016.DOI WHO. 2004. Work Organization & Stress.
10.29241/jmk.v2i2.64 Protecting Workers Health Series No.3.I-WHO:
Noor NN, Rahardjo K, Ruhana I. Pengaruh Stres United Kingdom
Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Yanidrawati, Kartika. Hubungan Kepuasan Kerja
Karyawan (Studi Pada Karyawan PT Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap
JasaRaharja (Persero) Cabang JawaTimur di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Surabaya).JAB.Vol. 31 No.1Feb2016. Bekasi. Students e-
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id Journal,[S.l.],v.1,n.1,p.32,aug.2012. Tersedia
Nur, S. (2013). Konflik, stres kerja dan kepuasan pada:
kerja pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada <http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/7
Universitas Khairun Ternate. Jurnal EMBA: 53>.
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi.
Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge, 2004,
Teori organisasi, struktur, desain, dan aplikasi.
(Alih Bahasa: Tim Indeks). New Jersey: Prentice
Hall.
Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge.2008.
Perilaku Organisasi Edisi ke-12, Jakarta:
Salemba Empat.
Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge., 2011,
Organizational Behavior Fourteenth Edition,
New Jersey:Prentince Hall
Samsonowa T, 2012, Industrial Research
Performance Management Key Performance
Indicators in The ICT Industry. Springer:Berlin
Saputra AT, Bagia IW, Yulianthini NN,Pengaruh
Kepuasan Kerja Dan Loyalitas Karyawan
Terhadap Kinerja Karyawan. e-Journal Bisma
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
Sormin, T. R., Anisah, U. H., & Dewi, M. S.
(2017). Pengaruh stres kerja terhadap kepuasan
kerja serta dampaknya terhadap kinerja karyawan
pada karyawan di PT. Panin Bank Lambung
Mangkurat Banjarmasin. Pusat pengelolaan
jurnal dan penerbitan Universitas Lambung
Mangkurat , Vol. 5 No. 1
Spector, PE, 1997, Job satisfaction: Application,
assessment, causes and consequences,Thousand
Oaks,CA,Sage Publications, Inc
Vijayan, Mathangi. (2018). IMPACT OF JOB
STRESS ON EMPLOYEES’ JOB
PERFORMANCE IN AAVIN, COIMBATORE.
Vijayan, Mathangi. (2018). Impact Of Job Stress
On Employees’ Job Performance In Aavin,
Coimbatore.
F.M.Wala.,Y.Uhing.,G.Lumintang.,Pengaruh
Stress Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang Manado..

11

You might also like