You are on page 1of 10

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN RUANG

LINGKUP KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN DI


KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA
SURABAYA

Nuria1, Yuly Sulistyorini2


1,2Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat korespondensi: Nuria
E-mail: nuria-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
WHO (1947) defined health as a perfect condition both physically, mentally and socially and not only free from
disease. The socio-economic aspect states the meaning of health if the community is able to advance its life by
learning, working, or interacting with its surroundings. Public health in terms of socio-economic aspects can be
seen from the conditions of population and employment. Through these two things, it can be seen the level of
community welfare that can support the achievement of public health. Therefore, it is necessary to analyze
population and employment conditions in Pegirian Village. This study will make it easier to carry out health-
oriented development planning in order to achieve public health. This research is descriptive research with
cross sectional approach. Research was conducted at RT 06 RW 02 Pegirian Village. Research was done at
January 2018. This research was using secondary data from field work practices report of student FKM UNAIR
2018. Age data, gender, education, job, and tribe were used in this research. The results showed that the male
population was 52.63%. The population aged 15-64 years was 70.18%. As many as 93.86% of the population
was Madura Tribe. The percentage of the population that works and has the last primary education level or less
was 68.29%. The population generally worked at 73.68%. Work force was 39.47%. LFPR was 53.57% and open
unemployment rate was 8.89%. Public health conditions from the scope of population and employment in RT 06
RW 02 Pegirian Village Semampir Subdistrict are not good enough. Although, the population of productive age
is high, the LFPR is still low. In addition, the level of education is still low so the quality of labor is also low.

Keywords: public health, population, employment

ABSTRAK
WHO (1947) mengartikan kesehatan sebagai keadaan sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit. Aspek sosial ekonomi menyatakan arti sehat apabila masyarakat mampu memajukan
kehidupannya dengan belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan sekitarnya. Kesehatan masyarakat dari segi
sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan. Melalui dua hal tersebut dapat
dilihat tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat mendukung tercapainya kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan analisis kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan di Kelurahan Pegirian. Kajian ini akan
mempermudah dalam melakukan perencanaan pembangunan yang berwawasan kesehatan demi tercapainya
kesehatan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian dilakukan di wilayah RT 06 RW 02 Kelurahan Pegirian. Penelitian dilakukan pada Januari 2018. Data
penelitian menggunakan data sekunder dari Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa FKM UNAIR
tahun 2018. Data tersebut merupakan data karakteristik demografi penduduk yang meliputi data usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan suku. Hasil penelitian menunjukkan penduduk laki-laki sebesar 52,63%.
Penduduk usia 15-64 tahun sebesar 70,18%. Sebesar 93,86% penduduk merupakan keturunan Suku Madura.
Persentase penduduk yang bekerja dan memiliki tingkat pendidikan terakhir SD atau kurang adalah 68,29%.
Penduduk usia kerja sebesar 73,68%. Angkatan kerja sebesar 39,47%. TPAK sebesar 53,57% dan TPT sebesar
8,89%. Kondisi kesehatan masyarakat dari ruang lingkup kependudukan dan ketenagakerjaan di RT 06 RW 02
Kelurahan pegirian Kecamatan Semampir belum cukup baik. Meskipun, penduduk usia produktif tinggi, tetapi
TPAK masih rendah. Selain itu, tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kualitas tenaga kerja juga
rendah.
Kata kunci: kesehatan masyarakat, kependudukan, ketenagakerjaan

Received: 5 Juli 2018 Published: 31 Desember 2018

131
132 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 131–140

PENDAHULUAN yang padat penduduk. Sex ratio sebesar 98,1.


Jumlah kelahiran pada tahun 2016 adalah
World Health Organization (WHO, 1947)
sebesar 31.572 kelahiran. Sedangkan, jumlah
mengartikan kesehatan sebagai suatu keadaan
kematian sebesar 20.304 kematian.
yang sempurna baik secara fisik, mental dan
Pertumbuhan penduduk Kota surabaya sebesar
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit.
0,63% dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000
Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah
(BPS Kota Surabaya, 2017c).
satu kondisi yang memungkinkan
Kondisi ketenagakerjaan Kota Surabaya
perkembangan fisik, intelektual dan emosional
adalah penduduk usia kerja (usia 15 tahun atau
yang optimal dari seseorang dan
lebih) sebesar 2.254.188 orang. Sebesar
perkembangan itu berjalan selaras dengan
1.495.837 adalah Angkatan Kerja (AK),
keadaan orang lain. Sehat secara sosial adalah
sedangkan sisanya adalah Bukan Angkatan
perikehidupan seseorang dalam masyarakat
Kerja (BAK). Sejumlah 89.479 orang yang
yang diartikan bahwa seseorang mempunyai
termasuk angkatan kerja merupakan
cukup kemampuan untuk memelihara dan
pengangguran. Besarnya TPAK adalah
memajukan kehidupannya sendiri dan
66,36% dan Tingkat Pengangguran Terbuka
kehidupan keluarga sehingga memungkinkan
(TPT) sebesar 5,98%. Terjadi kenaikan jumlah
untuk bekerja, beristirahat dan menikmati
angkatan kerja sebesar 1,89 % atau sekitar 33
liburan (Eliana & Sri, 2016).
ribu orang. Peningkatan dilihat dari jumlah
Berdasarkan dua pengertian kesehatan
angkatan kerja pada bulan Agustus 2015
tersebut, dapat disarikan bahwa kesehatan ada
sebesar 1,47 juta orang menjadi 1,5 juta orang
empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental
pada Agustus 2017. Peningkatan tersebut
(jiwa), sosial dan ekonomi yang saling
sejalan dengan peningkatan Tingkat Partisipasi
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat
Angkatan Kerja (TPAK) Kota Surabaya yang
kesehatan pada seseorang, kelompok, atau
menjadi 66,67% pada Agustus 2017. Besarnya
masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan bersifat
peningkatan adalah 0,26% dari Agustus 2015
holistik atau menyeluruh, tidak hanya
(BPS Kota Surabaya, 2017a).
memandang kesehatan dari segi fisik saja
Kecamatan Semampir termasuk ke dalam
(Eliana & Sri, 2016).
wilayah geografis Kota Surabaya, yaitu
Kesehatan masyarakat adalah aplikasi
wilayah Surabaya Utara. Kecamatan Semampir
terpadu antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan
memiliki luas wilayah ± 6,65 km2. Wilayah
ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang
Kecamatan Semampir terbagi menjadi 5
terjadi di masyarakat. Kesehatan masyarakat
kelurahan, yaitu Kelurahan Ampel, Sidotopo,
meliputi 7 ruang lingkup keilmuan. Salah
Pegirian, Wonokusumo, dan Ujung. Jumlah
satunya adalah ruang lingkup kependudukan
penduduk total Kecamatan Semampir pada
yang dapat menilai tingkat kesehatan
tahun 2016 adalah 180.613 jiwa. Kepadatan
masyarakat dari aspek sosial dan ekonomi.
penduduk adalah 29.416 jiwa/km2 (BPS Kota
Aspek sosial ekonomi menyatakan arti sehat
Surabaya, 2017b).
apabila seseorang, keluarga, atau masyarakat
Kehidupan ekonomi penduduk Kecamatan
mampu memajukan kehidupannya dengan
Semampir didominasi oleh sektor industri, baik
belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan
dalam skala besar, sedang, maupun kecil.
masyarakat sekitarnya (Eliana & Sri, 2016).
Contoh industri skala besar dan sedang yang
Kesehatan masyarakat dari segi sosial
ada di Kecamatan Semampir adalah industri
ekonomi dapat dilihat dari kondisi
mesin dan kendaraan bermotor. Terdapat 2
kependudukan dan ketenagakerjaan. Melalui
industri skala besar dan sedang di Kecamatan
kondisi kependudukan dan ketenagakerjaan
Semampir. Kedua industri tersebut cukup
dapat dilihat tingkat kesejahteraan masyarakat
banyak memiliki tenaga kerja, masing-masing
yang dapat mendukung tercapainya kesehatan
sejumlah 264 dan 453 tenaga kerja. Artinya,
masyarakat.
industri tersebut cukup banyak memberikan
Gambaran kependudukan Kota Surabaya
kesempatan kerja bagi penduduk Kecamatan
berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010
Semampir. Sedangkan, industri skala kecil
adalah sebesar 7,38% penduduk Jawa Timur
yang ada di Kecamatan Semampir adalah
terdistribusi di Kota Surabaya, yaitu sejumlah
industri makanan dan minuman, tekstil,
2.765.487 jiwa. Luas wilayah Kota Surabaya
pakaian jadi, furniture, daur ulang, dan lain-
sekitar 350,54 km2 sehingga termasuk kota
lain. Industri skala kecil juga cukup banyak
Nuria dan Sulistyorini, Analisis Kesehatan Masyarakat berdasarkan... 133

menyerap tenaga kerja karena jumlahnya yang dan pertumbuhannya melambat (Junaidi &
banyak, yaitu total 570 tenaga kerja. Terdapat Zulfanetti, 2016).
82 industri kecil di Kecamatan Semampir. Data mengenai kependudukan dan
Industri skala kecil yang paling banyak adalah ketenagakerjaan memegang peranan penting
industri makanan minuman, yaitu sebanyak 24 dalam proses perencanaan pembangunan,
(BPS Kota Surabaya, 2017b). termasuk dalam pembangunan kesehatan.
Kelurahan Pegirian merupakan salah satu Semakin lengkap dan tepat, maka rencana
kelurahan di Kecamatan Semampir dengan pembangunan akan semakin mudah tersusun.
luas wilayah ± 0,40 km2. Jumlah penduduk di Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor
Kelurahan Pegirian adalah sebesar 31.874 kependudukan dan ketenagakerjaan merupakan
jiwa. Kepadatan penduduknya adalah 79.685 unsur terpenting pada proses pembangunan,
jiwa/km2 (BPS Kota Surabaya, 2017b). termasuk pembangunan kesehatan (Syaadah,
Padatnya penduduk menjadi penyebab 2014).
timbulnya berbagai masalah terkait Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
kependudukan dan ketenagakerjaan, seperti perlu dilakukan analisis kondisi kependudukan
rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya dan ketenagakerjaan di Kecamatan Semampir.
tingkat pengangguran. Kepadatan penduduk Kajian ini akan mempermudah dalam
menyebabkan besarnya jumlah pencari kerja melakukan perencanaan pembangunan yang
lebih besar daripada lapangan kerja yang berwawasan kesehatan demi tercapainya
tersedia. Akibatnya jumlah pengangguran kesehatan masyarakat.
meningkat. Hal ini berdampak pada
menurunnya kualitas sosial, seperti banyaknya
tuna wisma, pengemis, kriminalitas, dan lain- METODE PENELITIAN
lain (Christiani, et.al., 2014). Penelitian ini merupakan penelitian
Pemerintah telah mengupayakan berbagai observasional. Penelitian dilakukan di wilayah
cara untuk mengatasi masalah kepadatan RT 06 RW 02 Kelurahan Pegirian Kecamatan
penduduk, seperti program KB dan sosialisasi Semampir Kota Surabaya. Penelitian dilakukan
tunda nikah dini. Masalah ketenagakerjaan pun pada bulan Januari 2018. Data yang digunakan
tidak luput dari perhatian Pemerintah. merupakan data sekunder dari kegiatan Praktik
Pemerintah telah berupaya untuk membuka Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Fakultas
lapangan pekerjaan untuk mengurangi jumlah Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
pengangguran. Akan tetapi, sampai saat ini Data yang digunakan dalam penelitian
upaya-upaya tersebut nampaknya belum merupakan data karakteristik demografi
banyak menyelesaikan permasalahan penduduk yang meliputi data usia, jenis
kependudukan maupun ketenagakerjaan kelamin, suku, pendidikan, dan pekerjaan.
(Christiani, et.al., 2014). Data tersebut kemudian diolah menggunakan
Kelurahan Pegirian harus melakukan aplikasi komputer dan dianalisis secara
upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan deskriptif.
yang muncul sebagai akibat padatnya
penduduk. Perlu dilakukan analisis kondisi
kependudukan dan ketenagakerjaan di HASIL PENELITIAN
Kelurahan Pegirian. Hal ini penting untuk Karakteristik Penduduk
dilakukan karena penduduk dan tenaga kerja
Data mengenai karakteristik penduduk
(Sumber Daya Manusia/SDM) dibutuhkan
dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan
untuk menopang pembangunan. SDM yang
bahwa terdapat 52,63% penduduk berjenis
memadai akan mempercepat terlaksananya
kelamin laki-laki. Berdasarkan usia sebagian
rencana pembangunan wilayah, termasuk di
besar penduduk merupakan penduduk usia
dalamnya adalah pembangunan kesehatan
produktif antara 15-64 tahun, yaitu sebesar
masyarakat. SDM adalah sumber daya utama
70,18%. Mayoritas penduduk merupakan
pada proses pembangunan. SDM yang
keturunan suku Madura, yaitu sebesar 93,86%.
melimpah juga akan mempercepat
Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh
perkembangan ekonomi sehingga membentuk
mayoritas penduduk adalah Sekolah Dasar
perekonomian yang lebih baik. Sebaliknya,
(SD), yaitu sebesar 44,74%.
tanpa SDM yang adekuat akan menyebabkan
aktivitas perekonomian menjadi terhambat
134 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 131–140

Tabel 1. Karakteristik Penduduk RT 06 RW penduduk. Artinya jumlah penduduk pada


02 Kelurahan Pegirian Tahun 2018 masing-masing karakteristik dibandingkan
dengan total penduduk sejumlah 114 dan
Karakteristik Jumlah Persentase (%) dikalikan 100%. Hasil perhitungan
menunjukkan besarnya persentase penduduk
Jenis Kelamin usia kerja adalah 73,68%.
Laki-laki 60 52,63
Penduduk yang termasuk angkatan kerja
Perempuan 54 47,37 adalah 39,47%. Angkatan kerja terdiri dari
Usia (tahun) penduduk bekerja dan pengangguran.
0-14 31 27,19 Meskipun demikian, dalam perhitungan
15-64 80 70,18 persentasenya, penduduk bekerja dan
>65 3 2,63 pengangguran dilakukan berdasarkan total
Suku populasi, bukan angkatan kerja. Sehingga
Madura 107 93,86 menghasilkan besarnya persentase penduduk
Jawa 7 6,14 bekerja adalah 35,97% dan pengangguran
Tingkat Pendidikan sebesar 3,51%.
Tidak sekolah 17 14,91 Persentase penduduk bukan angkatan
Belum sekolah 19 16,67 kerja sebesar 60,53%. Penduduk bukan
SD 51 44,74 angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu
SMP 13 11,40 rumah tangga, dan lain-lain. Persentase dari
SMA 13 11,40 masing-masing karakteristik juga dilakukan
PT 1 0,88 berdasarkan total penduduk. Hasil perhitungan
Sumber: Laporan PKL Mahasiswa FKM UNAIR menunjukkan besarnya penduduk yang masih
Tahun 2018 sekolah adalah 25,44%, ibu rumah tangga
adalah 27,19%, dan lain-lain sebesar 7,90%.
Karakteristik Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah
Karakteristik ketenagakerjan penduduk perbandingan antara angkatan kerja dengan
ditunjukkan tabel berikut. penduduk usia kerja dikali 100%. Hasil
perhitungan menunjukkan besarnya TPAK
Tabel 2. Karakteristik Ketenagakerjaan RT 06 adalah 53,57%. Sedangkan, Tingkat
RW 02 Kelurahan Pegirian Tahun Pengangguran Terbuka (TPT) adalah
2018 perbandingan antara pengangguran dengan
angkatan kerja dikali 100%. Hasil perhitungan
Persentase menunjukkan besarnya TPT adalah sebesar
Karakteristik Jumlah
(%) 8,89%.
Penduduk usia
84 73,68 Gambaran Tingkat Pendidikan dan Status
kerja
Angkatan Kerja 45 39,47 Pengangguran Penduduk
Bekerja 41 35,97 Berikut ini disajikan tabulasi silang antara
Pengangguran 4 3,51 tingkat pendidikan dan status pengangguran.
Bukan Angkatan
69 60,53 Tabel 3. Tingkat Pendidikan dan Status
Kerja
Sekolah 29 25,44 Pengangguran Penduduk RT 06
Mengurus Rumah RW 02 Kelurahan Pegirian Tahun
31 27,19 2018
Tangga
Lainnya 9 7,90 Tingkat Pendidikan
TPAK - 53,57 Status
Total
TPT - 8,89 Pengangguran SD SMP SMA PT
Sumber: Laporan PKL Mahasiswa FKM UNAIR Ya 0 0 4 0 4
Tahun 2018 (%) (0) (0) (100) (0) (100)
Tidak 87 13 9 1 110
Masing-masing karakteristik (%) (79,1) (11,8) (8,2) (0,9) (100)
ketenagakerjaan yang disebutkan pada tabel 2 Sumber: Laporan PKL Mahasiswa FKM UNAIR
dihitung persentasenya berdasarkan total Tahun 2018
Nuria dan Sulistyorini, Analisis Kesehatan Masyarakat berdasarkan... 135

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi


Tabel 3 menjelaskan bahwa penduduk kurangnya peran perempuan dalam kegiatan
yang merupakan pengangguran berjumlah 4 ekonomi atau dunia kerja. Dua diantaranya
orang dan semuanya memiliki tingkat adalah faktor pendidikan dan status
pendidikan terakhir SMA/sederajat. perkawinan. Budaya patriarkhi memandang
bahwa anak laki-laki dianggap lebih penting
Gambaran Tingkat Pendidikan dan Status daripada perempuan. Oleh karena itu,
Bekerja Penduduk pendidikan pada laki-laki akan lebih
Berikut ini disajikan tabulasi silang antara diutamakan daripada perempuan. Akibatnya
tingkat pendidikan dan status bekerja. tingkat pendidikan pada perempuan rendah
(Yusrini, 2017). Keterbatasan perempuan
dalam pendidikan berakibat pada kurangnya
Tabel 4. Tingkat Pendidikan dan Status
peran wanita dalam dunia kerja. Hal tersebut
Bekerja Penduduk RT 06 RW 02
terjadi karena saat ini pekerjaan sektor formal
Kelurahan Pegirian Tahun 2018
akan meminta kualifikasi tenaga kerja yang
Status Tingkat Pendidikan Total tinggi. Kalaupun dapat memasuki pekerjaan
Bekerja SD SMP SMA PT pada sektor formal, seseorang dengan
Ya 28 5 7 1 41 pendidikan rendah akan menempati posisi
(%) (68,3) (12,2) (17,1) (2,4) (100) terbawah dengan upah yang minimal dan
Tidak 59 8 6 0 73 terbatasnya prospek pengembangan karir (ILO,
(%) (80,8) (11,0) (8,2) (0) (100) 2015).
Faktor status perkawinan juga
Tabel 4 menunjukkan bahwa 68,3% mempengaruhi peran perempuan dalam dunia
penduduk yang bekerja merupakan penduduk kerja. Tenaga kerja perempuan biasanya sudah
dengan tingkat pendidikan terakhir bekerja sebelum berumah tangga. Akan tetapi,
SD/sederajat atau lebih rendah. beban perempuan akan bertambah ketika
mereka sudah menikah dan memiliki anak.
Perempuan akan memiliki peran ganda apabila
PEMBAHASAN bekerja sekaligus mengurus rumah tangga.
Karakteristik Penduduk Peran ganda ini akhirnya menyebabkan konflik
bagi seorang perempuan yang bekerja
Jenis Kelamin (Rahayuningsih, 2013). Peran ganda
Penduduk laki-laki lebih banyak daripada menyebabkan kurangnya keterlibatan
perempuan dengan persentase 52,63%. Apabila perempuan di dunia kerja dibandingkan laki-
dilihat berdasarkan sex ratio, diperoleh sex laki. Kurangnya keterlibatan perempuan di
ratio penduduk sebesar 111,11, artinya dalam dunia kerja menyebabkan TPAK
terdapat 111,11 penduduk laki-laki pada setiap perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
100 penduduk perempuan. Berdasarkan sudut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
pandang kependudukan, angka tersebut masih Timur menunjukkan bahwa TPAK perempuan
tergolong rasio yang normal. sebesar 52,06%, sedangkan TPAK laki-laki
Menurut sudut pandang ketenagakerjaan sebesar 80,89% (BPS Provinsi Jawa Timur,
yang berkembang di masyarakat, terdapat 2017).
perbedaan peran antara laki-laki dan Telah dijelaskan di awal bahwa penduduk
perempuan. Masyarakat menganggap bahwa RT 06 RW 02 Kelurahan Pegirian terdiri dari
laki-laki adalah main/primary breadwinner dan laki-laki dan perempuan yang hampir
perempuan adalah secondary breadwinner. seimbang. Oleh karena itu diharapkan kedua
Budaya ini dikenal sebagai budaya patriarkhi kelompok penduduk dapat sama-sama terlibat
(Yusrini, 2017). Budaya tersebut menyebabkan secara ekonomi untuk meningkatkan
terjadinya perbedaan peran dalam masyarakat. pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga
Laki-laki banyak berperan dalam kegiatan yang cukup diharapkan dapat mendukung
ekonomi dan kemasyarakatan (publik- dalam upaya peningkatan status kesehatan
produktif). Sedangkan perempuan berperan keluarga.
dalam ranah domestik-reproduktif
(Rahayuningsih, 2013). Usia
136 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 131–140

Jumlah penduduk usia 0-15 tahun sebesar mencari pekerjaan. Oleh karena itu, orang
27,19%, penduduk usia 15-64 tahun sebesar Madura akan merantau untuk memperbaiki
70,18%, dan penduduk usia 65 tahun atau lebih nasib dan ekonominya (Faraby, 2014). Hal
sebesar 2,63%. Apabila dilihat dari komposisi tersebut merupakan penyebab tingginya
tersebut, dapat dikatakan bahwa struktur persentase penduduk Madura di Wilayah
penduduk adalah struktur penduduk muda. Kelurahan Pegirian.
Struktur penduduk muda menunjukkan bahwa Orang Madura perantauan merupakan
angka kelahiran tinggi dan angka kematian pelaku ekonomi yang sangat berani
penduduk rendah. Wilayah dengan struktur berkompetisi secara terbuka. Selain pemberani,
penduduk muda diharapkan mampu melakukan mereka juga memiliki etos kerja yang tinggi.
investasi di bidang pendidikan dan kesehatan. Bagi mereka, etos kerja berkaitan dengan
Hal tersebut akan bermanfaat bagi harga diri. Mereka memiliki prinsip lebih baik
produktivitas tenaga kerja serta menentukan bekerja (usaha) sendiri meskipun hanya kecil-
kesejahteraan penduduk lansia pada waktu kecilan, daripada harus bekerja ikut orang lain.
mendatang (Salim, et.al., 2015). Dalam menjalankan usahanya, meraka
Menurut komposisi usia penduduk melakukannya dengan rasa percaya diri dan
diperoleh angka dependency ratio sebesar tidak malu atau takut apabila mengalami
42,5%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kerugian (Faraby, 2014).
100 orang yang berusia produktif menanggung
beban sebesar 42,5 orang yang belum Pendidikan
produktif atau tidak produktif lagi. Ini Berdasarkan tingkat pendidikan,
merupakan angka yang cukup baik karena persentase pendidikan terbesar adalah SD,
penduduk usia produktif lebih besar dari yaitu 44,74%. Selain itu, persentase penduduk
penduduk usia non produktif. Sedikitnya yang tidak sekolah juga cukup besar yaitu,
penduduk usia tidak produktif yang harus 14,91%. Pendidikan termasuk hal yang
ditanggung oleh penduduk usia produktif berperan penting untuk mendorong
memberikan kesempatan bagi penduduk untuk peningkatan produktivitas (Todaro & Smith,
dapat menabung (saving). Tabungan akan 2015). Pendidikan akan membentuk
memungkinkan penduduk untuk melakukan pengetahuan dan keterampilan, baik teknis
investasi tambahan sehingga perekonomian ataupun kognitif, sehingga dapat meningkatkan
dapat tumbuh lebih baik. Akan tetapi, perlu produktivitas. Secara empiris, studi yang
diperhatikan bahwa dalam definisi dependency dilakukan oleh Sukmana (2013) menunjukkan
ratio, ukuran ketergantungan hanya dilihat tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
berdasarkan usia. Sedangkan, pada kondisi tingkat produktivitas.
real, tidak semua yang termasuk ke dalam usia Tingkat pendidikan berpengaruh dalam
produktif adalah seseorang yang secara real proses input tenaga kerja di suatu perusahaan.
produktif secara ekonomi. Sebagai contoh Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
adalah penduduk yang termasuk pelajar dan penelitian dari Kadafi (2013) yang menyatakan
ibu rumah tangga. Mereka termasuk ke dalam bahwa variabel pendidikan mempunyai
kelompok usia produktif, tetapi mereka tidak pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
produktif secara ekonomi. Oleh karena itu, kerja. Lebih tinggi tingkat pendidikan, maka
rasio ketergantungan penduduk harus dilihat akan lebih tinggi kemungkinan untuk diterima
sebagai konsep yang dinamis dengan batasan kerja.
usia yang bisa berubah seiring perubahan Tingkat pendidikan juga mempengaruhi
kualitas penduduk (Salim, et.al., 2015). penempatan posisi kerja. Ini terbukti pada
penelitian yang dilakukan oleh Budiarti (2014)
Suku
bahwa tingkat pendidikan berkorelasi positif
Sebesar 93,86% penduduk RT 06 RW 02 terhadap penempatan kerja karyawan. Lebih
Kelurahan Pegirian merupakan keturunan Suku tinggi jenjang pendidikan maka lebih tinggi
Madura. Merantau sudah menjadi budaya bagi posisi kerja yang diterima karyawan.
orang Madura. Orang madura menyadari Sebaliknya, lebih rendah pendidikan, maka
bahwa pulaunya sempit dan tidak subur. Selain lebih rendah juga posisi kerjanya.
itu, sumber daya alam juga terbatas sehingga Tingkat pendidikan juga berpengaruh
membatasi ruang gerak orang Madura dalam terhadap perilaku kesehatan. Pendidikan yang
Nuria dan Sulistyorini, Analisis Kesehatan Masyarakat berdasarkan... 137

rendah menjadikan masyarakat sulit untuk dalam waktu seminggu yang lalu tidak bekerja
memahami akan pentingnya berperilaku sehat. karena berbagai hal, seperti sakit, cuti,
Oleh karena itu, masyarakat dengan tingkat menunggu panenan, mogok, dan sebagainya
pendidikan rendah cenderung tidak peduli (BPS Kota Surabaya, 2017a).
dengan kesehatan dan perilaku sehat sebagai Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang
upaya peningkatan derajat kesehatan mereka. bekerja dan menganggur. Penduduk yang
bekerja adalah 35,97%. Ini merupakan bagian
Karakteristik Ketenagakerjaan yang kecil apabila dibandingkan dengan
Penduduk Usia Kerja persentase penduduk usia kerja yang sebesar
73,68%. Hal itu terjadi karena tidak semua
Penduduk usia kerja adalah penduduk penduduk yang termasuk penduduk usia kerja
yang berusia 15 tahun atau lebih (BPS Kota merupakan penduduk yang benar-benar
Surabaya, 2017a). Penduduk usia kerja bekerja (Salim, et.al., 2015).
merupakan bagian dari populasi yang dapat Penduduk yang merupakan pengangguran
menggambarkan sumber tenaga kerja. Ukuran cukup rendah, yaitu sebesar 3,51%.
dan komposisi penduduk usia kerja merupakan Pengangguran merupakan angkatan kerja,
sesuatu yang penting untuk mendukung tetapi belum bekerja atau sedang mencari kerja
ketenagakerjaan di suatu wilayah (Center for (BPS Kota Surabaya, 2017a). Mereka yang
Labor Market Studies Northeastern University, termasuk ke dalam kelompok pengangguran
2008). adalah penduduk yang baru menyelesaikan
Berdasarkan ukurannya, sebesar 73,68% sekolah dan belum mendapat pekerjaan
penduduk termasuk ke dalam kelompok (Mustofani, et.al, 2018). Biasanya,
penduduk usia kerja. Hal tersebut berarti pengangguran terjadi karena rendahnya tingkat
bahwa ukuran penduduk usia kerja cukup pendidikan dan ketidaksesuaian keterampilan
besar. Akan tetapi, perlu dilihat dari segi penduduk. Rendahnya tingkat pendidikan
komposisinya karena penduduk yang termasuk menyebabkan tidak terpenuhinya kualifikasi
ke dalam kelompok penduduk usia kerja belum tenaga kerja yang diinginkan oleh perusahaan.
tentu secara real mereka bekerja. Sebagai Selain itu, ketidaksesuaian keterampilan juga
contoh adalah penduduk yang termasuk pelajar menyebabkan perusahaan tidak mau menerima
dan ibu rumah tangga. Mereka termasuk ke seorang tenaga kerja (ILO, 2015).
dalam kelompok usia kerja, tetapi tidak
produktif secara ekonomi. Selain itu, juga pada Bukan Angkatan Kerja
kelompok lansia yang sudah tidak dapat
Penduduk yang termasuk bukan angkatan
bekerja lagi (Salim, et.al., 2015).
kerja adalah penduduk berusia 15 tahun atau
Apabila komposisi anak yang masih
lebih yang masih sekolah, mengurus rumah
sekolah, ibu rumah tangga, dan juga lansia
tangga atau melakukan kegiatan lain, di luar
lebih besar, maka tingkat partisipasi angkatan
kegiatan pribadi. Penduduk bukan angkatan
kerja juga akan rendah (Salim, et.al., 2015).
kerja sebesar 60,53%. Hal ini berarti bahwa
Selain itu, besarnya jumlah penduduk usia
penduduk bukan angkatan kerja lebih besar
produktif juga dapat menimbulkan suatu
dibandingkan penduduk angkatan kerja.
permasalahan. Itu terjadi apabila besarnya
Penduduk bukan angkatan kerja terdiri dari ibu
jumlah penduduk usia kerja tidak diimbangi
rumah tangga sebesar 27,19%, pelajar sebesar
ketersediaan lapangan pekerjaan. Dampaknya
25,44% dan lain-lain sebesar 7,90%.
adalah besarnya tingkat pengangguran terbuka
Pemberdayaan sebaiknya dilakukan bagi
(ILO, 2015).
kelompok penduduk yang termasuk kelompok
Angkatan Kerja ibu rumah tangga. Hal tersebut perlu dilakukan
untuk dapat meningkatkan besarnya penduduk
Besarnya penduduk yang merupakan angkatan kerja. Sedangkan, bagi penduduk
angkatan kerja adalah 39,47%. Penduduk yang yang termasuk kelompok pelajar harus
termasuk angkatan kerja adalah penduduk dilakukan investasi pendidikan untuk dapat
yang berusia 15 tahun atau lebih yang bekerja, memperbaiki kondisi ketenagakerjaan di masa
memiliki pekerjaan namun sementara tidak depan. Tanpa adanya intervensi yang efektif
bekerja, serta pengangguran. Memiliki dalam bidang pendidikan, maka diperkirakan
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah tidak akan ada perubahan yang signifikan di
seseorang yang memiliki pekerjaan, tetapi
138 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 131–140

bidang ketenagakerjaan di masa depan (Adam, tidak terpenuhinya kualifikasi tenaga kerja
2016). yang diinginkan. Ketidaksesuaian keterampilan
juga menyebabkan perusahaan tidak mau
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menerima seorang tenaga kerja (ILO, 2015).
TPAK adalah jumlah angkatan kerja
Gambaran Tingkat Pendidikan dan Status
dibandingkan dengan penduduk usia kerja.
Pengangguran Penduduk
Salah satu indikator yang bisa mengukur
besarnya penyerapan tenaga kerja adalah Sebesar 100% penduduk yang merupakan
TPAK. TPAK menyatakan besarnya penduduk pengangguran adalah penduduk dengan tingkat
usia  15 tahun yang aktif melakukan kegiatan pendidikan terakhir SMA/sederajat. Apabila
ekonomi pada suatu wilayah (BPS Kota dilihat berdasarkan angka absolut, penduduk
Surabaya, 2017a). TPAK penduduk sebesar yang termasuk pengangguran hanya sebagian
53,57%. Ini berarti bahwa hanya setengah dari kecil, yaitu 4 dari 114 penduduk RT 06 RW 02
penduduk usia kerja yang aktif secara Kelurahan Pegirian atau sekitar 0,035%.
ekonomi. Kembali lagi seperti bahasan pada Meskipun demikian, bukan berarti 99,965%
angkatan kerja, bahwa mereka yang termasuk sisanya merupakan penduduk bekerja. Di
kelompok penduduk usia kerja, belum tentu antara penduduk yang tidak termasuk kategori
secara real bekerja (Salim, et.al., 2015). Oleh pengangguran adalah pelajar dan ibu rumah
karena itu, besarnya tingkat partisipasi tangga, yaitu penduduk yang tidak termasuk
angkatan kerja akan dipengaruhi oleh angkatan kerja. Artinya, secara definisi mereka
komposisi penduduk usia kerja (Center for tidak termasuk kategori pengangguran, namun
Labor Market Studies Northeastern University, pada kenyataannya mereka tidak produktif
2008). Besarnya penduduk usia sekolah, ibu secara ekonomi.
rumah tangga, dan lansia merupakan penyebab
rendahnya TPAK (Salim, et.al., 2015). Gambaran Tingkat Pendidikan dan Status
Bekerja Penduduk
Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 68,3% penduduk RT 06 RW 02
TPT penduduk RT 06 RW 02 Kelurahan Kelurahan Pegirian yang bekerja merupakan
Pegirian adalah 8,89%. TPT adalah jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan SD atau
pengangguran dibandingkan dengan jumlah lebih rendah. hal ini terjadi karena memang
penduduk angkatan kerja. Pengangguran sebagian besar dari mereka merupakan lulusan
adalah angkatan kerja yang belum bekerja atau SD atau lebih rendah. Berbekal tingkat
sedang mencari kerja (BPS Kota Surabaya, pendidikan yang rendah, sebagian besar
2017a). Berdasarkan Tabel 4, 100% penduduk penduduk memilih bekerja sebagai pedagang.
yang termasuk pengangguran adalah lulusan Selain sebagai pedagang, mereka bekerja
SMA atau sederajat. 75% penduduk yang sebagai buruh atau pekerja lepas, jenis-jenis
termasuk pengangguran masih dalam proses pekerjaan yang tidak berorientasi pada tingkat
mencari pekerjaan setelah lulus sekolah, pendidikan.
sedangkan 25% menganggur karena menjaga
orang tua yang sudah tua (Mustofani, et.al,
SIMPULAN DAN SARAN
2018).
Pengangguran terjadi apabila jumlah Simpulan
pencari kerja lebih besar dibandingkan jumlah Menurut sudut pandang kependudukan,
tenaga kerja yang dibutuhkan pasar. besarnya penduduk usia produktif sebesar
Pengangguran termasuk salah satu masalah 70,18% dengan dependency ratio (DR) sebesar
dan beban pemerintah. Jumlah penduduk terus 42,5% dapat dikatakan bahwa komposisi
meningkat setiap tahunnya, tetapi kemampuan tersebut cukup baik sebagai modal
ekonomi, baik pemerintah maupun swasta pembangunan kesehatan. Akan tetapi, karena
tidak sebanding dengan kenaikan jumlah besarnya penduduk bekerja yang memiliki
penduduk (Junaidi & Zulfanetti, 2016). tingkat pendidikan terakhir SD atau lebih
Biasanya, pengangguran terjadi karena rendah cukup tinggi, yaitu sebesar 68,29%,
rendahnya tingkat pendidikan dan maka perlu dilakukan upaya perbaikan dalam
ketidaksesuaian keterampilan penduduk. bidang pendidikan. Seperti yang telah
Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan diketahui, pendidikan dapat mempengaruhi
Nuria dan Sulistyorini, Analisis Kesehatan Masyarakat berdasarkan... 139

perilaku kesehatan yang akan mendukung 2017. Surabaya: Badan Pusat Statistik Kota
upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Surabaya.
Menurut sudut pandang ketenagakerjaan, BPS Kota Surabaya. 2017b. Kecamatan
penduduk usia kerja sebesar 73,68%, akan Semampir Dalam Angka 2017. Surabaya:
tetapi persentase TPAK sebesar 53,57%. Ini Badan Pusat Statistik Kota Surabaya.
merupakan gambaran yang belum cukup baik BPS Kota Surabaya. 2017c. Kota Surabaya
terkait ketenagakerjaan. Meskipun, gambaran Dalam Angka 2017. Surabaya: Badan Pusat
kesehatan dalam bidang sosial sudah dapat Statistik Kota Surabaya.
dikatakan cukup baik karena sudah lebih dari BPS Provinsi Jawa Timur. 2017. Perempuan
setengah penduduk produktif melakukan dan Laki-laki Provinsi Jawa Timur Tahun
pekerjaan dan kegiatan sosial ekonomi yang 2016. Surabaya: Badan Pusat Statistik
menyiratkan kesehatan secara fisik dan mental. Provinsi Jawa Timur.
Secara keseluruhan kondisi kesehatan Budiarti, N. 2014. Pengaruh Jenjang
masyarakat dari ruang lingkup kependudukan Pendidikan dan Pengalaman Kerja terhadap
dan ketenagakerjaan di RT 06 RW 02 Persepsi Mengenai Penempatan Kerja di
Kelurahan pegirian Kecamatan semampir PT. Tiga Serangkai. Skripsi. Universitas
belum cukup baik. Meskipun, penduduk usia Muhammadiyah Surakarta.
produktif tinggi, tetapi TPAK masih rendah. Center for Labor Market Studies Northeastern
Selain itu, tingkat pendidikan yang masih University. 2008. Total Population,
rendah sehingga kualitas tenaga kerja juga Working-Age Population and The Labor
rendah. Force of The North Central Massachusetts
Workforce Area. Journal of Labor Market
Saran Developments in the North Central
Peneliti memberikan saran bagi pihak Massachusetts Workforce Area page 1-3.
SKPD Kecamatan Semampir dan Kelurahan Northeastern University.
Pegirian khususnya untuk secara aktif Christiani, C., Pratiwi, T., Bambang M. 2014.
memberikan informasi dan membantu proses Analisis Dampak Kepadatan Penduduk
pendaftaran bagi penduduknya untuk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat
mengikuti Pelatihan Kerja Gratis yang Provinsi Jawa Tengah. Serat Acitya (Jurnal
difasilitasi oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Ilmiah) UNTAG Semarang, [e-journal] 3
Kota Surabaya. Informasi yang diberikan dapat (1): pp. 102–114.
berupa pelatihan-pelatihan apa saja yang Eliana, Sri, S. 2016. Kesehatan Masyarakat.
tersedia, siapa saja yang boleh mengikuti, dan Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
apa saja persyaratan untuk mengikuti pelatihan Indonesia.
tersebut. Setelah itu, pihak Kelurahan Pegirian Faraby, M.E. 2014. Etos Kerja Pedagang Etnis
membantu mendaftarkan penduduknya yang Madura di Pusat Grosir Surabaya ditinjau
telah memenuhi syarat untuk memudahkan dariEtika Bisnis Islam. Jurnal Ekonomi
masyarakat yang kurang paham mengenai Syariah Teori dan Terapan (JESTT), [e-
teknis pendaftaran. Hal ini bertujuan untuk journal] 1 (3): pp. 178–193.
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ILO. 2015. Tren Tenga Kerja dan Sosial di
(SDM) penduduk Kelurahan Pegirian. Indonesia 2014-2015: Memperkuat Daya
Semakin baik kualitas SDM diharapkan dapat Saing dan Produktivitas melalui Pekerjaan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Layak. Jakarta: ILO untuk Indonesia.
Kelurahan Pegirian. Junaidi, Zulfanetti. 2016. Analisis Kondisi dan
Proyeksi Ketenagakerjaan di Provinsi
Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
DAFTAR PUSTAKA Pembangunan Daerah, [e-journal] 3 (3):
Adam, L. 2016. Membangun Daya Saing pp. 141–150.
Tenaga Kerja Indonesia melalui Kadafi, M.F. 2013. Analisis Faktor yang
Peningkatan Produktivitas. Jurnal Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Kependudukan Indonesia, [e-journal] 11 pada Industri Konveksi Kota Malang.
(2): pp. 71–84. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
BPS Kota Surabaya. 2017a. Keadaan Brawijaya, [e-journal] 1 (2).
Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agustus Mustofani, Nuria, Pramita, I.P.A., et.al. 2018.
Laporan PKL Mahasiswa FKM Universitas
140 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 7, No. 2 Desember 2018: 131–140

Airlangga di Kelurahan Pegirian Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, [e-


Kecamatan Semampir Kota Surabaya. journal] 1 (2).
Surabaya: Universitas Airlangga. Syaadah, N. 2014. Analisis Dampak
Rahayuningsih, I. 2013. Konflik Peran Ganda Pertambahan Penduduk terhadap
pada Tenaga Kerja Perempuan. Jurnal Penyerapan Angkatan Kerja. Jurnal Ilmiah
Psikosains, [e-journal] 5 (1): pp. 73–86. Pendidikan Geografi, [e-journal] 2 (1).
Salim, E., Sri, M.A., Evi, N.A., Nizam, Alvin, Todaro, M.P., Smith, S.C. 2015. Economic
P. 2015. Population Dynamics and Development. London: Pearson Education
Sustainable Development in Indonesia. Limited.
Jakarta: UNFPA Indonesia. Yusrini, B.A. 2017. Tenaga Kerja Wanita
Sukmana, G.M. 2013. Pengaruh Tingkat dalam Perspektif Gender di Nusa Tenggara
Pendidikan, Pengalaman Kerja, dan Barat. Jurnal Al-Maiyyah, [e-journal] 10
Pemberian Insentif Kerja terhadap (1): pp. 115–131.
Produktivitas Tenaga Kerja. Jurnal Ilmiah WHO. 1947. Definisi Sehat WHO. [online]
Available at: www.who.int.

You might also like