You are on page 1of 23

ARTIKEL ILMIAH

BAHASA INDONESIA
“LEMAHNYA PENEGAKKAN HAM BERPOTENSI KRISIS
KEPERCAYAAN DAN PERPECAHAN BANGSA”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama : Nur Dini Kholis
NIM : 661200095
Kelas : 1A

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
LEMAHNYA PENEGAKKAN HAM BERPOTENSI KRISIS
KEPERCAYAAN DAN PERPECAHAN BANGSA

Nur Dini Kholis


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Jurusan Administrasi Publik, Jalan Raya Jakarta Km 4 Pakupatan,
Serang – Banten

ABSTRACK
The concept of HAM or Human Rights first appeared in England in 1215. It was
motivated by the leadership of King John who said arbitrarily in providing
protection to his people and in collecting taxes. Until finally moving the Barons or
noble people to support the King and stepping on the King to make that the
beginning of human protection for his dignity. Namely, Magna Charta. The Grand
Charter was a milestone in the history of the birth of human rights and
constitutional law. As a formal concept of human rights was born on December
10, 1948 with the term Universal Declaration of Human Rights (Universal
Declaration of Human Rights) initiated by the United Nations (UN) to protect
world order based on humanity. Human rights are very important, human rights
are tools that protect the human right to live with dignity, including the right to
life, the right to freedom and security. However, the weak enforcement of human
rights in a country that views things as taboo. In fact, we as the little people can
only answer with the Government regarding human rights issues, but what if those
who are relied upon are not serious in enforcing it? upholding human rights in
Indonesia. This research was conducted by filling out a questionnaire that had
been prepared. Then the respondent fills out the questionnaire and then gets
quantitative data from the results of the respondents who have filled in the
questionnaire. Based on the results obtained by respondents, as much as 50,6% of
the 77 respondents said they were not satisfied with the performance of the
Human Rights Protection Institution in Indonesia.

KEY WORDS: Human Rights, Weak enforcement, Human Rights


Institutions
ABSTRAK
Konsep HAM atau Hak Asasi Manusia muncul pertama kali di Inggris pada
tahun 1215. Dilatarbelakangi oleh kepemimpinan Raja John yang dinilai semena-
mena dalam memberikan hukuman kepada rakyatnya maupun dalam penarikkan
pajak. Hingga akhirnya menggerakkan para Baron atau orang-orang bangsawan
untuk menentang Sang Raja dan memaksa Raja untuk menandatangani sebuah
perjanjian yang menjadi awal mula terciptanya perlindungan manusia atas
martabatnya. Yaitu, Magna Charta. Piagam Besar itu menjadi tonggak sejarah
lahirnya Hak Asasi Manusia dan hukum konstitusional.Secara formal konsep
mengenai Hak Asasi Manusia  lahir pada tanggal 10 Desember 1948 dengan
istilah Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Tentang Hak
Asasi Manusia) yang digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
melindungi ketertiban dunia berdasarkan atas kemanusiaan. HAM sangatlah
penting, HAM adalah alat melindungi hak Manusia untuk hidup dengan harga
diri, yang meliputi hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan keamanan. Namun,
lemahnya penegakkan HAM di sebuah negara bukanlah hal yang tabu. Padahal,
kita sebagai rakyat kecil hanya dapat bergantung dengan Pemerintah mengenai
persoalan HAM, tetapi bagaimana jika mereka yang diandalkan justru tidak serius
dalam penegakkannya, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
seberapa puaskah masyarakat dengan kinerja Lembaga penegakkan HAM di
Indonesia serta menganalisis dampak dari lemahnya penegakkan HAM di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisi kuesioner yang telah
disiapkan. kemudian responder mengisi kuesioner tersebut dan kemudian akan
didapatkan data kuantitatif dari hasil responder yang telah mengisi kuesioner
tersebut. Didasarkan dari hasil yang diperoleh presentase responder, sebanyak
50,6% dari 77 responden menyatakan kurang puas dengan kinerja Lembaga
perlindungan HAM di Indonesia.

KATA KUNCI : HAM, Lemahnya penegakkan, Lembaga HAM

LATAR BELAKANG

HAM merupakan terjemahan dari istilah droits de i’home dalam bahasa


Perancis yang berarti hak asasi manusia atau dalam bahasa Inggris Human Rights
yang dalam bahasa Belanda disebut M enselijke recten. Definisi HAM menurut
Pasal 1 angka 1 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM adalah hak yang diterima
setiap manusia sejak dilahirkan dan wajib dihormati dan dijunjung tinggi serta
dilindungi oleh negara, demi perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari
penjelasan ini dapat disimpulkan bahwasanya HAM adalah suatu hak dasar
manusia yang dijunjung tinggi dan dilindungi hukum yang berlaku. Manusia dan
HAM adalah dua kata yang sulit untuk dipisahkan. Sejak kelahirannya di bumi,
manusia lahir dengan membawa hak-hak kodrat yang melekat integral dalam
hidupnya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas. Sebagaimana pendapat
Jean Jaquas Rousseau bahwa manusia akan semakin berkembang potensinya dan
merasakan nilainilai kemanusiaan dalam suasana kebebasan alamiah. Semua
HAM sama pentingnya dan mereka tidak dapat dicabut dalam keadaan apapun.
Indonesia sendiri menganut Hak Asasi Manusia yang bersumber dari
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara. Secara konseptual HAM yang
terkandung dalam Pancasila mengakomodasi aspek manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Pengakuan tentang HAM secara prinsipial tercermin
dalam sila kedua (Pancasila). Yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Berdasarkan sejarahnya, Embrio HAM di Indonesia sudah tersemai sejak
Orde Baru masih berkuasa. Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden
Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tanggal 7
Juni 1993. Pada awal keberadaannya, Komnas HAM telah berani melakukan
sejumlah gebrakan yang luar biasa.
Senafas dengan berakhirnya kekuasaan Orde Baru pada 1998 dan lahirnya
era reformasi, posisi Komnas HAM semakin menguat setelah keluar Undang-
undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. UU ini menetapkan keberadaan,
tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan, serta tugas dan wewenang
Komnas HAM. Di era reformasi muncul perubahan mendasar terhadap UUD
1945 (konstitusi).
Tercatat konstitusi mengalami empat kali amandemen yang memasukkan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai HAM yang berlaku universal. Indonesia juga
melakukan sejumlah ratifikasi konvensi internasional seperti Konvensi
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, Konvensi Penghapusan Diskriminasi
terhadap Perempuan, Konvensi Hak Sipil dan Politik, Konvensi Hak Anak,
Konvensi Hak Ekosob dan lain-lain. Pada level masyarakat, HAM juga mulai
diperkenalkan melalui Lembaga-lembaga pendidikan, media massa, organisasi
kemasyarakatan dan sebagainya. Berbagai upaya tersebut telah menjadikan HAM
sebagai rezim baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Jika kita telaah pernyataan diatas, memberi penjelasan bahwa Indonesia
adalah negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Namun, bagaimana
pengimplementsiannya serta perkembangan HAM di Indonesia hingga saat ini,
apakah Pemerintah menjalankannya dengan baik dan tegas, atau justru sebaliknya.
Karena Persoalan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia telah menjadi tema
utama dalam perbincangan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Dalam artikel ilmiah yang singkat ini, penulis akan sedikit membahas
tentanh bagaimana perkembangan HAM di Indonesia yang dinilai lemah oleh
mayoritas orang.

FOKUS DAN PERTANYAAN PENELITIAN

Pada pembuatan makalah ini, ditinjau dari berbagai kasus yang


berhubungan dengan HAM dan respon serta sikap Pemerintah dalam
menanganinya. Jika kita melihat beberapa tahun kebelakang, banyak pelanggaran
HAM yang terjadi dari masa Orde Baru hingga Pasca Reformasi ini, yang
menimbulkan berbagai tanggapan dan respon mesyarakat Indonesia dari berbagai
elemen. Bahkan tuntutan yang ditujukan kepada Pemerintah Indonesia. Sehingga,
dibuatlah beberapa pertanyaan mengenai Penegakkan HAM di Indonesia, antara
lain:

1. Bagaiaman HAM masuk ke Indonesia ?


2. Apa saja Lembaga perlindungan dan penegakkan HAM di Indonesia
3. Bagaimana kinerja lembaga perlindungan dan penegakkan HAM di
Indonesia ?
4. Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap Penegakkan HAM di
Indonesia ?
5. Apakah lemahnya penegakkan HAM menimbulkan krisis kepercayaan
dan perpecahan bangsa ?
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
peran Pq emerintah dalam menangani berbagai kasus pelanggaran HAM yang
dianalisis menggunakan metode penelitian studi kepustakaan, yaitu dengan
Teknik pengumpulan data melalui jurnal, artikel, makalah, buku dan bahan-bahan
tertulis lainnya serta referensi-referensi yang relevan dengan penelitian yang
sedang dilakukan.

Selain itu juga bertujuan menganalisis tingkat kepercayaan dan kepuasan


masyarakat terhadap kinerja Lembaga Perlindungan HAM, dimana penulis
menganalisis menggunakan sistem kuesioner tentang pertanyaan tingkat kepuasan
dan seberapa berdampaknya lemahnya penegakkan HAM terhadap krisis
kepercayaan dan perpecahan bangsa menurut masyarakat itu sendiri.

KERANGKA TEORI

Hak Asasi Manusia (HAM)


Definisi HAM menurut Universal Declaration of Human Rights, HAM
adalah hak kodrati yang diperoleh oleh setiap manusia berkat pemberian Tuhan
Seru Sekalian Alam, sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari hakekat manusia.
Oleh karena itu setiap manusia berhak memperoleh kehidupan yang layak,
kebebasan, keselamatan dan kebahagiaan pribadi. (Majalah What is Democracy,
20)
Hak asasi adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya
kodrati, universal dan abadi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan
manusia dan masyarakat yang tidak boleh diganggu gugat dan diabaikan oleh
siapapun.( Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998).
Ada banyak sekali definisi HAM, Namun dari berbagai definisi, terdapt
Definisi klasik dan menggejala dalam pemaknaan HAM yang sering dipakai dan
dikutip adalah:

A human right by definition is a universal moral right, something which all men,
everywhere, at all times ought to have, something of which no one may deprived
without a grave affront to justice, something which is owing to every human being
simply because he [she] is human (Cranston, 1923: 36).

Dari definisi di atas dan sejumlah definisi lain yang diberikan dalam
mencermati HAM, pemahaman atas HAM selanjutnya disebut sebagai berkarakter
universal (untuk semua orang waktu dan tempat), dimiliki oleh semua manusia
(chan, 1995 : 28) dan harus dilakukan oleh semua manusia (Prajarto, 2003: 377).
Setiap Negara memiliki tanggung jawab melindungin HAM setiap warga
negaranya. Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga
merupakan wujud Negara hukum (the rule of law). Salah satu ciri dari negara
hukum adalah adanya jaminan perlindungan HAM oleh negara kepada warga
negara.
Prinsip Negara hukum mengajarkan bahwa seluruh aspek negara
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan
egalitarian. Artinya, setiap negara wajib menghormati, menjamin dan melindungai
hak-hak asasi setiap warga negaranya, dan jaminan terhadap perlindungan HAM
warga negara tersebut harus diatur dalam peraturan perundang-undangan dan
kebijakan lain baik di tingkat pusat maupun daerah serta adanya jaminan
perlindungan HAM melalui keputusan pengadilan.
Menghormati dan menjamin HAM adalah salah satu upaya untuk
mencapai tujuan bernegara. Hal tersebut secara tegas dinyatakan dalam
pembukaan undang-undang dasar 1945, bahwa negara Indonesia didirikan untuk
mencapai tujuan negara yaitu:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Ketiga poin ini harus dilaksanakan dengan berdasarkan pada lima sila
Pancasila dengan tanpa diskriminasi sebagaimana semboyan Indonesia yaitu
Bhineka Tunggal Ika. Dari kelima sila Pancasila tersebut selaras dengan prinsip
penghormatan HAM yaitu hak kebebasan beragama (sila I Ketuhanan Yang Maha
Esa), penghormatan hak asasi manusia (Sila II Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan tanpa diskriminasi
(yaitu Sila III Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia), Hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan (Sila IV Kerakyatan Yang Dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan perwakilan) dan hak atas kesejahteraan yang tergambar dalam
sila ke V Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dengan demikian jelas
bahwa sejak awal negara ini didirikan memiliki cita-cita luhur untuk memberikan
penghormatan yang tinggi dan perlindungan kepada segenap bangsa Indonesia
tanpa membedaka-bedakan suku, agama, ras, kepercayaan, warna kulit, jenis
kelamin dll dan perlindungan serta rasa aman tersebut seharusnya dapat dinikmati
oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali dan di seluruh wilayah Republik
Indonesia secara merata. Komitmen Indonesia dalam menjamin perlindungan
HAM tidak cukup hanya ditunjukan dengan disahkannya berbagai instrumen
hukum internasional tentang HAM, namun Negara sebagai pemangku kewajiban
yang utama harus mampu menghormati, melindungi dan memenuhi HAM setiap
warga Negara

Lembaga HAM
Lembaga HAM adalah sebuah Badan atau Lembaga atau Organisasi yang
dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan serta menjaga terpeliharanya Hak
Asasi Manusia. Salah satu lembaga perlindungan HAM yang dibuat oleh
pemerintah Indonesia yaitu Komnas (Komisi Nasional) HAM. Tujuan
pembentukan lembaga ini yaitu untuk meningkatkan serta menjaga terpeliharamya
pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia.Lembaga ini bersifat independent
dengan berlandaskan hukum perundang undangan serta nilai Pancasila.
Namun, selain Komnas HAM, ada beberapa lembaga perlindungan HAM
lainnya.Seperti yang sama-sama kita ketahui hak asasi manusia (HAM)
merupakan sesuatu yang dijamin di dalam Undang-Undang Republik Indonesia
pasal 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Beberapa Lembaga perlindungan
HAM, yaitu :
1. POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
2. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
3. KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
4. Pengadilan HAM
5. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
6. YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)
7. LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Swasta
8. BKBH (Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum) Perguruan Tinggi
9. KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)
Sepuluh Lembaga perlindungan HAM di Indonesia saling berkolaborasi
dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam penerapan HAM yang merata di
seluruh Indonesia.

Krisis Kepercayaan
Krisis kepercayaan adalah suatu dampak ketidakpercayaan masyarakat
terhadap sesuatu. Biasanya itu terjadi karena masyarakat terlalu berharap atau
bahkan tidak berharap dengan kondisi yang terjadi. Itulah yang terjadi saat
sekarang ini. Indonesia semakin krisis kepercayaan, yang membuat masyarakat
semakin antipati dan tidak peduli dengan apapun, siapapun dan bagaimanapun.
Sehingga membuat masyarakat hanya mementingkan diri sendri. Ada beberapa
hal yang membuat masyarakat saat ini mengalami krisis kepercayaan, sebagai
berikut :
1. Apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan. Masyarakat memiliki
ekspektasi yang tinggi terhadap pemimpin. Masyrakat butuh diayomi
dan diberi perhatian. Maka ketika itu tidak didapat, maka harapan
masyarakat pupu dan timbullah krisis kepercayaan.
2. Sifat individualistik Sifat yang individualis membuat seseorang ragu
akan kemampuan yang lain. Apalagi jika kemampuan pemimpin dirasa
lebih rendah dari padanya. Ini memnyebabkan krisis kepercayaan dan
bahkan bisa memperolok-olok pemimpin sendiri. Sepert saat ini banyak
sekali haters pemimpin dan lain sebagainya.
3. Janji pemimpin yang hanya tinggal janji. Masyarakat tentuk
menginginkan pemimpin menepati janjinya. Jika berjanji akan
meningkatkan kualitas pendidikan, infrastruktur itu tentu harus
dijalankan. Kalau tidak tentu masyarakat tidak akan lagi percaya.

Perpecahan Bangsa
Perpecahan Bangsa pada umumnya disebut Disintegrasi Bangsa. Yaitu
suatu keadaan dimana memudarnya kesatupaduan antargolongan dan kelompok
yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan. Banyak penyebab terjadinya
disintegrasi bangsa, salah satunya adalah apabila Pemerintah lemah dalam
pelaksanaan penegakkan HAM di Indonesia.
ANALISIS DATA

Setelah membuat kuesioner dan membagikannya, tercatat sebanyak 77


responden turut berpartisipasi dalam penelitian ini, dari berbagai kalangan usia,
sehingga didapatkan data kuantitatif sebagai berikut :

Pendapat Responden Mengenai Kinerja Lembaga Perlindungan HAM di


Indonesia
Pendapat responden mengenai kinerja lembaga perlindungan HAM yang
ada di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Hasil pendapat responden mengenai kinerja Lembaga perlindungan
HAM di Indonesia.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Puas 0 0%
Puas 3 3,9%
Cukup Puas 23 29,9%
Kurang Puas & 40 50,6% + 1,3% = 51,9%
KURANG PUAS 1
Tidak Puas 11 14,3%
Gambar 1. Diagram lingkaran dari tabel 1

Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa Sebagian besar


responden merasa kurang puas dengan kinerja Lembaga perlindungan HAM di
Indonesia dengan persentase sebanyak 51,9% dan sebanyak 14,3% merasa Tidak
puas. Dibandingkan dengan persentase responden yang merasa Cukup puas yaitu
29,9% dan responden yang merasa Puas sebanyak 3,9%.
Hal ini menandakan, responden setuju bahwa kinerja lembaga
perlindungan HAM di Negara kita ini masih belum memuaskan , terlihat dari
bagaimana turun tangan pemerintah dalam hal hal yang menyangkut HAM.
Seperti kasus Munir yang tidak pernah terungkap, Kekerasan oleh Aparat terhadap
mahasiswa juga kasus Papua yang ketiganya sampai saat ini ramai
diperbincangkan

Pendapat Responden Mengenai Penegakkan HAM di Indonesia saat ini


Pendapat responden mengenai penegakkan HAM di Indonesia saat ini
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Hasil pendapat responden mengenai penegakkan HAM di Indonesia saat
ini.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Kemajuan 5 6,6%
Stagnan 47 61,8%
Kemunduran 24 31,6%
Tidak menjawab 1 orang
Gambar 2. Diagram lingkaran tabel 2.
Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa Sebagian besar
responden merasa Penegakkan HAM di Indonesia ini masih stagnan, statis atau
ajeg dengan persentase responden sebanyak 61,8% dibandingkan dengan
persentase kemunduran yaitu 31,6% dan persentase kemajuan sebanyak 6,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa hingga saat ini Penegakkan
HAM di Indonesia dalam hal pelaksaannya ini tidak mengalami kemajuan.
Bahkan beberapa merasa justru mengalami kemunduran. Tidak ada peningatan
yang terjadi.

Pendapat Responden Mengenai Potensi Krisis Kepercayaan


Pendapat Responden Mengenai Lemahnya Penegakkan HAM berpotensi
Krisis Kepercayaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Hasil pendapat responden mengenai potensi krisis kepercayaan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Ya, sangat berpotensi & 63 81,8%


YA
Cukup berpotensi 13 16,9%
Tidak berpotensi 1 1,3%
Gambar 3. Diagram lingkaran tabel 3

Pendapat Responden Mengenai Potensi Perpecahan Bangsa


Pendapat Responden Mengenai Lemahnya Penegakkan HAM berpotensi
Perpecahan Bangsa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil pendapat responden mengenai potensi perpecahan bangsa
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Ya, sangat berpotensi & 45 + 1 = 46 58,4% + 1,3% = 59,7%


YA
Cukup berpotensi 30 39%
Tidak berpotensi 1 1,3%

Gambar 4. Diagram lingkaran tabel 4.


Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan, sebagian besar responden
setuju bahwa Lemahnya penegakkan HAM bisa berpotensi menimbulkan
disintegrasi bangsa atau perpecahan bangsa. Hal tersebut di buktikan sebanyak
59,7% memilih Sangat berpotensi dan ditambah sebanyak 39% memilih cukup
berpotensi.

PEMBAHASAN

Pembuatan artikel ini didasarkan pada opini masyarakat Indonesia


terhadap HAM, Lembaga HAM serta Kinerja Lembaga itu sendiri. Hak asasi
adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati, universal
dan abadi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang berfungsi untuk menjamin
kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat yang
tidak boleh diganggu gugat dan diabaikan oleh siapapun. HAM adalah alat untuk
mempertahankan kodrat seseorang. Untuk itu setiap Negara memiliki tanggung
jawan atas jaminan HAM warga negaranya. Termasuk Indonesia sendiri.
HAM di Indonesia perlu pula dipertajam agar tidak sekadar terfokus pada
masalah-masalah HAM besar meliputi pembunuhan, perusakan massal dan
gensida. Nilai-nitai HAM seharusnya diterapkan secara menyeluruh di segala
lapisan masyarakat sehingga segala bentuk diskriminasim, rasis, seksual.dan
abilitas benar-benar mendapat perhatian yang memadai. Di sisi yang lain,
pandangan awal yang terlalu menyederhanakan HAM perlu pula diluruskan.
Berbagai kasus pelanggaran HAM masih belum juga dituntaskan hingga
kini, seperti pelanggaran HAM yang terjadi di Papua yaitu pembunuhan warga
sipil oleh aparat pemerintah, Pembunuhan Munir yang sampai saat ini tidak diusut
dan hanya janji janji semata, kasus penyiraman Novel Baswedan dengan air keras
yang merusak fungsi sebelah matanya, minimnya jaminan keamanan bagi setiap
warga negara hingga kejadian berdarah di Sigi, disahkannya UU Ciptaker yang
dinilai mengenyampingkan HAM dan masih banyak lagi. Hal itu bisa
menimbulkan opini masyarakat bahwa negara cenderung masih abai pada
penegakkan HAM itu. Menurut Pendeta Andri Purnawan, dari GKI Darmo Satelit
Surabaya, hingga kini masyarakat masih mudah digerakkan untuk merampas
kemerdekaan orang lain yang berbeda keyakinan, suku, maupun golongan, yang
membutuhkan ketegasan Negara untuk melindungi dan menjamin hak setiap
warga negara.
Jika pemerintah tidak bersungguh-sungguh dan selalu abai dalam
menangani pelanggaran HAM, hal tersebut akan menimbulkan krisis kepercayaan
dimana masyarakat akan cenderung tidak lagi mempercayai pemerintah dan para
tangan kanannya dan akan beranggapan bahwa pemerintah tidak lagi berpihak
pada rakyat hanyak berpihak pada kelompok tertentu. Mereka akan menganggap
Lembaga HAM tidak berjalan dengan baik.
Kita ambil contoh kasus lama yang selalu jadi pembicaraan masyarakat,
pembunuhan aktivis HAM, Munir. Yang dibunuh diudara tepat 16 tahun yang
lalu. Nasib dari kematian aktivis Hak Asasi Manusia, Munir Said Thalib, masih
menjadi misteri hingga saat ini. Pemerintah yang sebelumnya berjanji akan
mengusutpun dituntut untuk segera menyampaikan ke publik hasil dari
penelusuran Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Munir. Namun, nihil. Hingga saat ini
tak pernah telihat tanda-tandanya, padahal kasusnya akan kadaluwarsa 2 tahun
kedepan. Lalu peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II. Ketiga peristiwa
tersebut sampai saat ini masih menjadi tuntutan keadilan bagi keluarga korban,
mahasiswa dan masyarakat.
Bukan hanya itu, sebuah kebijakan yang dipercaya merugikan, tidak
berpihak pada rakyat, serta mengenyampingkan Hak Asasi Manusia bahkan
Lingkungan hidup, yaitu Undang-undang Cipta Kerja. Padahal dalam prosesnya
yang sudah mendapat tuntutan besar dari rakyat tapi pemerintah tetap saja
mengesahkan UU tersebut. Semenjak disahkan itulah rakyat semakin tidak
percaya lagi, semakin tidak percaya bahwa pemerintah bekerja untuk rakyat, dari
sinilah krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan jajarannya
semakin besar, belum lagi kasus dimana seorang Menteri Sosial yang mencuri
Dana bantuan sosial yang seharusnya untuk menyejahterakan rakyat untuk makan
dan bertahan hidup, justru masuk ke rekening pribadinya, sungguh hilang sudah
kemanusiaan.
Selain krisis kepercayaan, jika pemerintah terus lemah dan tidak ada
ketegasan terhadap penegakkan HAM, maka akan menimbulkan Disintegrasi
bangsa yaitu perpecahan bangsa.
Jika berbicara peristiwa apa yang sangat rentan menimbulkan disintegrasi, mari
kita Kembali ke masa lalu di tanah Papua. Menurut LIPI, setidaknya ada empat
akar masalah di Papua. Pertama, masalah sejarah dan status politik integrasi
Papua ke Indonesia. Orang Papua memandang bahwa proses integrasi Papua ke
dalam Indonesia itu dilakukan dengan cara yang tidak benar; Kedua, operasi
militer yang berlangsung sejak 1965 hingga kini, membuat masyarakat Papua
memiliki catatan panjang mengenai kekerasan negara dan pelanggaran HAM. Hal
itu membuat masyarakat Papua semakin sakit hati terhadap Indonesia. Ketiga,
semua hal buruk yang terjadi di Papua menimbulkan stigma pada masyarakat
Papua sebagai orang yang termarjinalisasi. Dengan migrasi, pembangunan, dan
lain-lain yang tidak melibatkan orang Papua, maka mereka merasa tersingkir.
Keempat, kegagalan pembangunan Papua. Pemerintah gagal membangun (di
Tanah Papua). Ukurannya sederhana saja, yaitu pendidikan, kesehatan, dan
ekonomi rakyat bukankah semua itu menyangkut Hak Asasi Manusia. Hak yang
seharusnya didapatkan oleh setiap warga negara dari negaranya, dan hal itu
merupakan cita cita Indonesia, jelas tertera dalam Pembukaan Undang-undang
dasar 1945.
Sejak era reformasi hingga saat ini penegakan HAM di Papua tidak
menunjukkan kemajuan berarti. Hingga kini belum ada satu presiden pun yang
menyatakan komitmennya dan diikuti dengan tindakan konkret secara sungguh-
sungguh untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran HAM di Tanah Papua.
Hingga hari ini pun masyarakat Papua masih menanti keseriusan pemerintah,
Kekecewaan masyarakat Papua terhadap pemerintah dalam hal
penegakkan HAM berujung pada keinginan Papua merdeka dari Indonesia.
Karena mereka merasa tanah mereka dirampas asing atas perpolitikan negaranya
dan merasa dihianati oleh negarannya sendiri. Sesungguhnya masyarakat Papua
masih menanti penegakan HAM yang berkeadilan, Mereka juga selalu
menyuarakan perjuangan ini sebagai penanda bahwa para korban masih setia
menunggu keadilan, sekaligus tanda peringatan bagi negara bahwa masalah ini
belum diselesaikan. Penegakan HAM yang dimaksud adalah meminta
pertanggungjawaban negara terhadap setiap bentuk pelanggaran HAM maupun
pelanggaran HAM berat masa lalu, bahkan hingga saat ini.
Saya pertegas bahwa negara menjadi salah satu institusi yang bertnggung
jawab terhadap terjadinya pelanggaran HAM, karena dalam DUHAM negara
memikul tanggung jawab besar untuk memberi perlindungan, penghormatan dan
pemenuhan HAM. Apabila suatu negara membiarkan atau bahkan menjadi bagian
dari terjadinya suatu pelanggaran HAM maka negara melakukan suatu tindakan
yang dinamakan impuitas. Jika terjadi suatu pelanggran HAM misalnya
pelanggaran hak hidup maka negara harus mampu untuk menghukum berdasarkan
hukuman yang berlaku di negara tersebut dan peristiwa tersebut menjadi peristiwa
tindak pidana, maka dari itu sudah menjadi tanggung jawab negara unuk
menjamin bahwa di wilayahnya tidak ada pelanggaran HAM. Karena pada
dasarnya tanggung jawab negara dalam HAM adalah untuk menghormati untuk
melindungi dan memenuhi hak asasi manusia.

SIMPULAN
Hak Asasi Manusia adalah hak yang diterima setiap manusia sejak
dilahirkan dan wajib dihormati dan dijunjung tinggi serta dilindungi oleh negara,
demi perlindungan harkat dan martabat manusia. Krisis kepercayaan dan
Perpecahan bangsa dapat timbul dan makin memarah jika pemerintah selalu abai
dan tidak tegas dalam penanganan kasus kasus pelanggaran HAM. Baik dimasa
lalu maupun yang terjadi saat ini.
Tingkat kepuasan kinerja Lembaga penegakkan HAM menurut
masyarakat juga terbilang cukup besar jika dilihat dari 77 responden yang mengisi
kuesioner, yaitu sebanyak 51,9% merasa kurang puas dan sebanyak 14,3% merasa
tidak puas. Responden juga setuju bahwa lemahnya penegakkan HAM berpotensi
timbulnya krisis kepercayaan dan perpecahan bangsa .

SARAN
Dengan dibuatnya artikel ini disarankan pembaca memperbanyak literasi
mengenai HAM untuk mamahami seluk beluk mengenai HAM, dan tertarik
dengan hal hal yang menyangkut HAM serta menegakkan HAM dimanapun dan
dengan siapapun. Selain itu, pembaca bisa lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan
sosial khususnya mengenai HAM.

DAFTAR PUSTAKA
Airini, Eka, R. Perlindungan Terhadap korban Hak Asasi Manusia Berdasarkan
DUHAM. Jurnal 80-94.
EQUITAS. 2011. Hak Asasi Manusia. Diakses melalui. https://equitas.org/wp-
content/uploads/2011/12/modul-2-hal-1-38.pdf. Pada hari Sabtu, 19
desember 2020.
Fauzi, Arli. 2020. Lembaga Perlindungan HAM. Diakses melalui.
https://cerdika.com/lembaga-perlindungan-ham/#. Pada hari Sabtu,19
desember 2020.
ICJR. 2011. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Diakses melalui.
https://icjr.or.id/deklarasi-universal-hak-asasi-manusia/. Pada hari
Jumat,18 desember 2020
International, Amnesty. 2020. Papua: 5 Masalah HAM yang harus diselesaikan.
Diakses melalui. https://www.amnesty.id/papua-5-masalah-ham-yang-
harus-diselesaikan/. Pada hari Minggu, 20 desember 2020.
KOMNAS HAM. 2014. Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Jakarta Pusat.
Kurniawan, Aris. Sejarah HAM. Diakses melalui.
https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-ham/. Pada hari Kamis, 17
desember 2020.
Pratiwi, Cekli Setya. 2018. Konsep Dasar dan Instrumen-instrumen Hak Asasi
Manusia Internasional: Permasalahan Internalisasinya Di Indonesia (Basic
Concepts and International Human Rights Instruments: Problems with
Internalization in Indonesia. SSRN.
Riski, Petrus. 2018. Lemahnya Penegakkan HAM Masih Jadi Hambatan
Indonesia Meraih Kemerdekaan Sepenuhnya. Diakses melalui.
https://www.voaindonesia.com/a/lemahnya-penegakan-ham-masih-jadi-
hambatan-indonesia-meraih-kemerdekaan-sepenuhnya/4534086.html.
Pada hari Minggu, 20 desember 2020.
Silviana, Dharma. HISTORIPEDIA: Magna Carta Lahir dari Perseturuan Antara
Raja John, Paus dan Baron. Diakses melalui.
https://news.okezone.com/read/2017/06/15/18/1716483/historipedia-
magna-carta-lahir-dari-perseteruan-antara-raja-john-paus-dan-baron pada
hari Kamis, 17 Desember 2020.
W. Yulianto, M. 2019. Kejahatan Korupsi Dalam Prespektif HAM. Bunga
Rampai Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jawa Timur : R.A.De.Rozarie .
Weruin, Melky. 2020. Tiba Masa, Tiba Akal (Refleksi penegakkan HAM di
Tanah Papua). Diakses melalui. https://jubi.co.id/tiba-masa-tiba-akal-
refleksi-penegakan-ham-di-tanah-papua/. Pada hari Minggu, 20 desember
2020
Wilujeng, Sri Rahayu. 2013. Hak Asasi Manusia : Tinjauan dari Aspek Historis
dan Yuridis. HUMANIKA. Vol.18(2).
Yuliarso, Kunto, K. Prajarto, N. 2005. Hak Asasi Manusia di Indonesia :
MenujuDemocratic Governance. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Vol8(3):291-308.
LAMPIRAN

Kuesioner yang diisi oleh responden Proses pembagian link kuesioner.


Proses pembagian link kuesioner

Pertanyaan dan jawaban yang telah di isi oleh reponden

You might also like