Professional Documents
Culture Documents
22140-Article Text-67856-1-10-20180717 PDF
22140-Article Text-67856-1-10-20180717 PDF
ABSTRACT
Agribusiness marketing approach can be done through economic or management approach. The economic
approach shows the overall presence of marketing channels that will be more efficient and determined by
the Structure Conduct and Performance (SCP). The higher the percentage of market share indicates the
strength of an enterprise in an industry. If the market share is relatively small and diffuse then the market
tends to be in a competitive market reflected by market conduct and market performance On the other hand,
a marketing approach to management is a business strategy of a company (group) to improve the efficiency
or profit of a company and its networking. Value chain, supply chain, governance value chain analysis is
part of the overall agribusiness marketing analysis, so players who have dominant power or market share
will be visible in the marketing channel and the centralized market structure. The cooperation of small firms
whose market share is relatively dispersed, the market structure tends to lead to a perfectly competitive
market with the performances delivered to the market mechanism.
conduct, performance market-SCP). Pendekatan pada sistem dimana S dan C adalah faktor
fungsi merupakan pendekatan studi pe- penentu dari P, dilain waktu S dan C
masaran dari aktivitas-aktivitas bisnis yang ditentukan oleh P. Hal ini menunjukkan suatu
terjadi atau perlakuan yang ada pada proses sistem dinamis yang mengembangkan respon
dalam sistem pemasaran yang akan me- penyesuaian dari perusahaan terhadap kon-
ningkatkan dan menciptakan nilai guna disi pasar dan keadaan yang memungkinkan.
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Struktur pasar yang tercipta dalam suatu
Pendekatan kelembagaan merupakan ber- pasar akan menentukan bagaimana pelaku
bagai organisasi bisnis, kelompok bisnis yang industri berperilaku. Akibat dari ter-
melaksanakan atau mengembangkan aktivi- bentuknya suatu struktur dan perilaku pasar
tas bisnis (fungsi-fungsi pemasaran). Pen- yaitu adanya penilaian terhadap suatu sistem
dekatan sistem menekankan pada ke- pemasaran yang disebut sebagai kinerja
seluruhan sistem yang kontinyu dan efisien pasar. Jika struktur pasar yang terjadi adalah
dari seluruh sub-sub sistem yang ada didalam pasar persaingan sempurna yang dicirikan
aliran produk/jasa mulai dari petani dengan banyaknya jumlah pedagang, barang
produsen primer sampai ke konsumen akhir. relatif homogen, mudah untuk keluar masuk
Pendekatan struktur-perilaku-kinerja pasar pasar, dan konsentrasi pasar tidak terletak
(SCP, pendekatan industri) merupakan pada satu orang, maka perilaku pasar yang
keseluruhan kajian yang menganalisis ke- terjadi adalah akan mencerminkan struktur
seluruhan sistem dari aspek makro mulai dari pasar yang berlaku. Artinya, penetapan harga
pendekatan fungsi, kelembagaan, pengolah/ yang berlaku yaitu berdasarkan mekanisme
pabrikan, dan organisasi fasilitas yang terlibat pasar. Adanya perbedaan harga di tingkat
dari sistem pemasaran. Levens (2010), produsen dan konsumen akan menentukan
pemasaran merupakan sebuah fungsi seberapa besar margin pemasaran, farmer
organisasi dan kumpulan sebuah proses yang share, dan integrasi pasar yang merupakan
dirancang dalam rangka untuk merencana- indikator dari kinerja pasar. Adapun
kan, menciptakan, mengkomunikasikan, dan hubungan antara struktur, perilaku, dan
mengantarkan nilai-nilai (values) kepada pe- kinerja pasar dapat dilihat pada Gambar 1.
langgan. Purcell (1979) mengemukakan bahwa
Philips dalam Asmarantaka (2009) me- pemasaran produk pertanian bertujuan
ngajukan konsep yang bersifat dinamis, menganalisis berbagai aktivitas bisnis yang
keterkaitan hubungan dua arah yang bersifat terjadi dalam komoditas pertanian setelah
timbal balik dan sifat hubungan endogenous produsen primer hingga sampai ke konsumen
diantara variabel-variabel SCP serta mem- akhir. Pada kondisi ekonomi global saat ini,
perhitungkan waktu. Pendekatannya me- produk-produk pertanian yang dipasarkan
nunjukkan bahwa structure (S), conduct (C), tidak hanya merupakan produk primer
dan performance (P) dalam suatu waktu berada pertanian, tetapi juga produk setengah jadi
Kinerja Pasar
(Market Performance)
atau produk jadi dari pertanian. Berdasarkan bisnis merupakan salah satu sub-sistem dari
hal tersebut, konsep dan pengertian pe- sistem tersebut. Sistem agribisnis terdiri dari
masaran pertanian (marketing of agricultural) sub-sistem: sarana produksi pertanian (sub-
menjadi lebih luas yaitu pemasaran produk- sistem input), usahatani (on farm), pemasaran
produk agribisnis (marketing of agribusiness dan pengolahan hasil pertanian, serta sub-
products) atau agrimarketing. Agrimarketing is sistem penunjang (penelitian, penyuluhan,
the sum of the processes, functions, and services pembiayaan/kredit, intelijen pemasaran atau
performed in connection with food and fiber from informasi pemasaran, kebijakan pemasaran).
the farms on which they are produced until their
delivery into the hands of the consumer (Ricketts,
C dan Omri Rawlins 2001). PEMBAHASAN
Pemasaran dilihat dari aspek ilmu eko- SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM),
nomi menurut Asmarantaka (2012) merupa- VALUE CHAIN (VC) VERSUS MARKETING
kan suatu proses dari satu pergerakan, CHANNEL, STRUCTURE-CONDUCT-
PERFORMANCE (SCP)
serangkaian atau tahapan aktivitas dan
peristiwa dari fungsi-fungsi yang juga akan Kondisi yang global untuk pemasaran
melibatkan beberapa tempat. Selain itu, produk pertanian menyebabkan tingkat
pemasaran merupakan bentuk koordinasi kompetisi yang tinggi diantara perusahaan-
yang diperlukan dari serangkaian (tahapan) perusahaan yang terlibat, sehingga untuk
aktivitas atau dalam pergerakan mengalirnya memenangkan persaingan perusahaan dapat
produk dan jasa dari tangan produsen primer melakukan kerjasama atau koordinasi oleh
hingga ke tangan konsumen akhir. Pengertian satu perusahaan penghela (perspektif mikro)
lain pemasaran dari aspek ilmu ekonomi yaitu dalam jejaring yang sama untuk meningkat-
serangkaian fungsi yang diperlukan dalam kan kepuasan konsumen akhir dan me-
menggerakkan input atau produk dari tingkat ningkatkan persaingan diantara unit entitas.
produksi primer hingga konsumen akhir. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui
Marketing channel merupakan aliran atau strategi bisnis antara lain supply chain
saluran pemasaran mulai dari farm input management. Pendekatan ini merupakan salah
processing, wholesalers, retailers, dan consumers satu strategi bisnis perusahaan melalui
yang menciptakan nilai. Dengan demikian, strategi pemasaran (price, place, product,
pemasaran pertanian merupakan suatu sistem promotion), mengidentifikasi segmen pasar
yang terdiri dari sub-sub sistem dari fungsi- dan memilih pasar sasaran dan preferensi
fungsi pemasaran (fungsi pertukaran, fungsi konsumen untuk meningkatkan kepuasan
fisik, dan fungsi fasilitas). merupakan konsumen dan keuntungan. Saat ini dikenal
kegiatan produktif yang pelaksana fungsi pendekatan pendekatan manajerial antara
tersebut dilakukan oleh lembaga-lembaga lain supply chain, value chain, dan global value
pemasaran (Hammond dan Dahl 1977). chain.
Rangkaian fungsi-fungsi tersebut merupakan Jelaslah bahwa mempelajari pemasaran
aliran produk/jasa pertanian dalam saluran produk dapat didekati melalui pendekatan
pemasaran (marketing channel) yang juga mikro atau manajemen pemasaran (perspektif
merupakan aktivitas bisnis dan kegiatan manajerial dan pendekatan makro sebagai
produktif karena proses meningkatkan atau keseluruhan sistem (perspektif ekonomi).
menciptakan nilai (value-added process). Nilai Pendekatan tersebut tergantung dari tujuan
tersebut yaitu nilai guna bentuk (form utility), yang dicapai dalam melakukan analisis
tempat (place utility), waktu (time utility) dan pemasaran sehingga konsekuensi terhadap
kepemilikan (possession utility) yang metode dan hasil analisis berbeda pula.
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran Lalu muncul istilah Supply Chain (SC),
atau perusahaan-perusahaan. Dari pen- Value Chain (VC), Supply Chain Management
dekatan sistem agribisnis, pemasaran agri- (SCM) dan Value Chain Analysis (VCA) dan
Keterangan :
Dr = Permintaan di tingkat konsumen akhir (primary demand)
Df = Permintaan di tingkat petani (derived demand)
Sf = Penawaran di tingkat petani (primary supply)
Sr = Penawaran di tingkat konsumen akhir (derived supply)
tingkat petani sebagai produsen primer, farmer share dipengaruhi oleh: tingkat
sampai produk yang dihasilkan diterima pemrosesan, biaya transportasi, keawetan
konsumen akhir. Konsep marjin ini merupa- produk, biaya transportasi, dan jumlah
kan kumpulan balas jasa akibat kegiatan produk (Kohls dan Uhl 2002). Semakin tinggi
produktif (menambah atau menciptakan nilai farmer share menyebabkan semakin tinggi pula
guna) dalam mengalirnya produk-produk bagian harga yang diterima petani. Melalui
agribisnis mulai dari tingkat petani sampai ke analisis marjin atau farm retail price spread dan
tangan konsumen akhir. Marjin digunakan farmer share dapat diketahui saluran-saluran
sebagai salah satu indikator efisiensi pada pemasaran yang efisien. Efisiensi pemasaran
sistem pemasaran produk agribisnis yang harus memperhitungkan fungsi-fungsi pe-
setara (equivalen). Marjin pemasaran (dari masaran yang ada, biaya-biaya dan atribut
perspektif makro atau sistem pemasaran) produk. Keseluruhan sistem yang ada ini,
menggambarkan kondisi pasar ditingkat meskipun rantai pemasarannya panjang apa-
lembaga-lembaga yang berbeda, minimal ada bila akan meningkatkan kepuasan konsumen
dua tingkat pasar yaitu pasar di tingkat petani dan konsumen puas maka sistem pemasaran
dan pasar di tingkat konsumen akhir. Pada tersebut efisien. Dengan demikian kajian
Gambar 3 struktur pasar di setiap tingkat efisiensi pemasaran dapat dilakukan secara
adalah pasar kompetitif (pasar persaingan relatif antar sistem atau antar tingkat lembaga
sempurna) sehingga kurva supply dan demand pemasaran dari sistem pemasaran produk
di setiap tingkat pasar mempunyai slope yang yang setara (equivalen) (Raju dan Oppen,
sama dan jumlah transaksi di setiap tingkat 1980; Asmarantaka 1994 dan 1999).
pasar juga sama. Analisis yang dilakukan terhadap struk-
Farmer share merupakan rasio antara tur pasar meliputi analisis pangsa pasar,
harga di tingkat petani terhadap harga di konsentrasi pasar, dan hambatan masuk
tingkat retail (Hudson 2007). Farmer share pasar. Pangsa pasar merupakan total
merupakan bagian harga dari biaya produksi produksi suatu perusahaan terhadap total
yang dikeluarkan oleh petani ditambah produksi seluruh perusahaan dalam suatu
keuntungan yang diterimanya. Besarnya industri. Semakin tinggi persentase pangsa
pasar (market share) menunjukkan kekuatan pada literatur tentang logistik yang
suatu perusahaan dalam suatu industri. menekankan pada pentingnya manajemen
Konsep konsentrasi pasar mengukur berapa logistik untuk meningkatkan daya saing.
jumlah output dalam sebuah industri yang Manajemen logistik sendiri merupakan
diproduksi dari empat perusahaan terbesar bagian dari SCM, dimana logistik di-
dalam sebuah industri (Baye 2010). Kon- definisikan sebagai “part of the supply chain
sentrasi pasar berkaitan dengan market share process that plans, implements and controls the
yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan efficient, effective flow and storage of goods,
dalam satu industri. Baye (2010) dan Jaya services and related information from the point-of-
(2001) Konsep umum merupakan cerminan origin to the point-of-consumption in order to meet
dari empat perusahaan besar yang diukur customer requirements and satisfies the
dengan concentration ratio (CR4 atau CR8). Jika requirements imposed by other stakeholders such
empat perusahaan tersebut memiliki pangsa as the government (new rules and regulations such
pasar lebih dari 60 persen maka pasar as the General Food Law) and the retail community
cenderung berstruktur monopoli. Namun, (e.g. Global Food Safety Initiative)’ (Cooper et
jika pangsa pasar relatif kecil dan menyebar al 1997). Manajemen logistik menekankan
maka pasar cenderung berada pada pasar pada efisiensi dan efektivitas aliran produk
bersaing dengan dicerminkan oleh perilaku dan informasi dalam satu SC.
pasar (conduct) dan kinerja pasar (performance). Menurut Christopher (1998), SCM bukan
Semakin tinggi hambatan masuk pasar, maka hanya manajemen logistik namun merupakan
pasar cenderung berada pasar monopoli dan manajemen hubungan antara suatu per-
sebaliknya jika pelaku cenderung lebih usahaan dengan pemasok dan pelanggan
mudah masuk pasar (hambatan kecil) maka untuk memastikan penyampaian nilai-nilai
pasar cenderung berada pasar bersaing. yang superior pada tingkat biaya yang rendah
Handfield et al, 2002 mengemukakan pada seluruh anggota SC. SCM berfokus pada
bahwa SC merupakan suatu aliran dan integrasi dari pengelolaan seluruh proses dan
transformasi produk, aliran informasi dan aktivitas bisnis penting pada suatu SC se-
keuangan dari tahapan bahan baku hingga efisien mungkin untuk memenuhi perminta-
pengguna akhir. Pengertian lain menurut an konsumen, seperti yang diungkapkan oleh
Summers (2009), SC merupakan jaringan Vorst (2007) bahwa ‘SCM is the integrated
organisasi yang dilibatkan dalam pe- planning, implementation, coordination and
mindahan material, informasi, dan uang control of all business processes and activities
sebagai aliran bahan baku dari sumber necessary to produce and deliver, as efficiently as
possible, products that satisfy market require-
masing-masing hingga melewati proses
ments’. Hal yang senada disampaikan oleh
produksi hingga bahan baku dikirimkan
Bernard J. Lalonde yang mendefinisikan SCM
sebagai produk akhir atau jasa untuk
sebagai ‘the delivery of enhanced consumer and
konsumen akhir. Hal ini senada dengan
economic value through synchronised manage-
Monczka et al (2002) dalam Chandrasekarand
ment of the flow of physical goods and associated
dan Raghuram (2014) yang mengungkapkan
information from sourcing to consumption’. The
bahwa SC mencakup semua kegiatan yang
design, planning, execution, control and moni-
berhubungan dengan aliran dan transformasi
toring of supply chain activities with the objective
barang dari tahap bahan baku untuk
of creating net value, building a competitive
konsumsi oleh pengguna akhir, serta
infrastructure, leveraging worldwide logistics,
informasi terkait antara anggota SC (aliran
synchronizing supply with demand and measuring
barang dan arus informasi).
performance globally. Hal senada dikemukakan
Penambahan kata manajemen dalam
oleh Collins dan Dunne (2002) yang men-
SCM tentu saja memiliki implikasi definisi
definisikan SCM sebagai strategi bisnis
yang berbeda dengan SC. Istilah SCM relatif
dimana satu SC dipandang sebagai satu unit
baru dan pertama kali muncul tahun 1980-an
Konsep SCM lahir sebagai respon dari (2) terdapat kecenderungan biaya transaksi
berbagai perubahan di dalam lingkungan tanpa kerjasama (open market) cenderung lebih
bisnis global dimana derajat dan intensitas tinggi dibandingkan biaya transaksi dengan
persaingan semakin tinggi seiring menyatu- menjalin kerjasama. Disitulah diperlukan
nya pasar global yakni dengan semakin kerjasama untuk memenangkan persaingan
banyaknya individu bisnis dan negara yang (cooperate to compete (Bleeke dan Ernst 1993).
berpartisipasi di dalam ekonomi dan sistem Kemudian bagaimana SCM tersebut
informasi global (Freedman 2000). Oleh dikelola? Siapa yang berkepentingan dalam
karena itu, semua bisnis perlu untuk meres- menginisiasi pentingnya pengelolaan SCM?
pon keinginan pasar global lebih cepat dan Tentu saja harus ada lead firm atau
tepat dibandingkan pesaing. Respon tersebut perusahaan/unit bisnis yang menjadi peng-
tidak cukup mengandalkan kemampuan hela untuk mengkoordinasikan kerjasama
individu perusahaan saja namun kemampuan dan penciptaan nilai bagi konsumen akhir.
dari pelaku usaha lain yang terkait dengan Apakah penghela tersebut harus berada di
aktivitas bisnisnya karena berpengaruh bagian hilir (retailers) atau di tengah (traders
terhadap kemampuan bisnis tersebut untuk dan processors) atau di bagian hulu (produsen
merespon pasar dengan cepat. Perusahaan primer) dari SC? Berbagai penelitian SCM
yang hebat tanpa didukung oleh supplier atau pada sektor agribisnis menunjukkan bahwa
buyers yang hebat akan terganggu juga inisiatif pengelolaan manajemen datang dari
aktivitas bisnisnya. Sadar bahwa individu pelaku bisnis yang memiliki taruhan paling
perusahaan tidak dapat atau mungkin tidak besar di dalam merespon keinginan
mampu untuk melakukan aktivitas bisnis dari konsumen akhir.
hulu sampai hilir secara individu, pelaku SCM adalah strategi bisnis dan strategi
bisnis memerlukan pelaku bisnis lainnya. Ada bisnis itu adalah pilihan, dan pilihan itu salah
beberapa alasan ekonomi kenapa individu satunya tergantung dari karakteristik produk
perusahaan memerlukan support dari yang selalu dihadapkan pada karakteristik
perusahaan lain; (1) jika biaya transaksi lebih supply dan demand-nya. Fisher (1997) men-
rendah dari biaya memproduksi sendiri; dan jelaskan bagaimana strategi SCM disesuaikan
integrasi atau manajemen. Formulasi tujuan adalah adalah pada kecepatan pemenuhan
SCM bukan hal yang mudah karena melibat- order konsumen, namun jika fokus utama
kan persamaan persepsi dengan pelaku bisnis adalah pada memenangkan produk-
lain dalam satu SC. Berikut diuraikan produk inovatif, maka fokus integrasinya
bagaimana SCM dibangun berdasarkan tiga adalah pada usaha bersama dalam
determinan kunci tersebut. pengembangan produk.
Van der Vorst dan Beulens (2002)
1. Anggota SC yang manakah yang akan mengidentifikasi beberapa elemen kunci
diajak untuk melakukan kerjasama? dalam membangun SCM termasuk bagai-
Langkah pertama dalam melakukan mana memprofumasi tujuan bersama dan
koordinasi/ integrasi proses bisnis dalam memfasilitasi integrasi proses bisnis: (1)
satu SC adalah menentukan partner bisnis menyusun peran (fungsi) dan proses yang
dalam satu SC, termasuk jumlah dan dibutuhkan dalam SCM, termasuk meng-
intensitas pengelolaannya. Perusahaan ubah atau mengurangi anggota SC yang
harus memilih level koordinasi atau terlibat, realokasi peran dan mengapus
kerjasama kemitraan dengan masing- aktivitas yang tidak memberikan nilai
masing anggota SC terpilih dengan fokus tambah; (2) mengurangi lead times order
pada kompetensi anggota SC yang dapat bagi konsumen, termasuk mengubah
melengkapi kompetensi yang tidak posisi titik pemisah (decoupling point),
dimiliki oleh perusahaan (Lambert & memanfaatkan teknologi informasi untuk
Cooper 2000). Mungkin untuk beberapa sharing informasi, mengurangi waktu
supplier penting yang memasok produk tunggu dan meningkatkan fleksibilitas
yang krusial bagi perusahaan kemitraan proses; (3) membangun transparansi infor-
yang lebih intensif diperlukan, namun masi, termasuk membangun infrastruktur
untuk supplier produk-produk komplemen untuk pertukaran informasi berkaitan
mungkin sampai batas monitoring saja. dengan supply/demand/persediaan mau-
pun kodifikasi strandar mutu produk
2. Proses bisnis mana yang akan di- antara anggota SC; (4) sinkronisasi proses
koordinasikan atau diintegrasikan dengan logistik dengan permintaan konsumen
anggota SC yang lain? untuk meningkatkan kecepatan proses
Keberhasilan SCM memerlukan para- delivery atau distribusi; dan (5) meng-
digma perubahan manajemen bisnis dari koordinasikan dan menyederhanakan
proses bisnis individual (di dalam per- proses pengambilan keputusan yang
usahaan) ke integrasi proses bisnis kunci berhubungan dengan logistik dalam suatu
antar anggota SC. Lambert dan Cooper SC.
(2000) mengidentifikasi delapan proses
bisnis kunci yang dapat diintegrasikan 3. Sejauhmana derajat integrasi dan mana-
dengan anggota SC: (1) manajemen jemen yang dapat diimplementasikan
hubungan dengan pelanggan; (2) mana- untuk setiap integrasi proses?
jemen pelayanan kepada pelanggan; (3) Aspek ini berhubungan dengan
manajemen permintaan; (4) pemenuhan manajemen hubungan antara anggota SC
order/pesanan; (5) manajemen aliran untuk memastikan integrasi proses
proses; (6) manajemen pengadaan sumber- berjalan dengan baik. Lambert dan Cooper
daya; (7) pengembangan dan komer- (2000) membagi dua kategori manajemen
sialisasi produk; dan (8) reusable item atau pengelolaan. (1) pengelolaan aspek-
process. Tidak semua proses bisnis dapat aspek teknis/fisik/tangible atau elemen-
diintegrasikan, misalkan jika fokus utama- elemen proses bisnis yang relatif terukur
nya adalah kecepatan merespon keinginan dan mudah untuk diubah; (2) pengelolaan
pasar, maka kunci utama dalam integrasi elemen-elemen yang berkaitan dengan
penting: (1) struktur jejaring pada rantai nilai; Menurut Stamm, (2004) struktur teri-
(2) nilai tambah dari proses produksi; dan (3) torial pada VC mengacu pada konsentrasi
posisi tawar antara pelaku bisnis pada rantai atau dispersi geografis dari produksi dan
nilai serta distribusi keuntungan dan biaya- pemasaran produk. Struktur teritorial ber-
nya. Selanjutnya Gereffi (1994) menyatakan kaitan dengan cakupan wilayah geografis dari
bahwa VC merupakan pendekatan untuk dari VC apakah mencakup wilayah geografis
menganalisis struktur teknis dari suatu VC lokal, regional, nasional atau internasional.
(value chain mapping), para pelaku (actor) yang Struktur tersebut memberikan gambaran
terlibat, wilayah teritorial (geografis) dari mengenai lokasi dari setiap proses pada VC,
pergerakan input dan output dan juga relasi misalnya untuk pasar nasional maupun pasar
diantara para pelaku. Analisis dari kelima global.
dimensi tersebut dapat menjawab pertanyaan
mengenai bagaimana proses produksi dilaku- VC GOVERNANCE ATAU TATAKELOLA
kan, siapa pelakunya, dimana perbedaannya,
Menurut Humphrey dan Schmitz (2001),
bagaimana keterkaitan dari masing-masing
dimensi utama dari analisis VC adalah
proses dan siapa yang mendapatkan manfaat.
Governance (tatakelola) yang berkaitan dengan
kontrol dari aktor dan pelaksanaan atas
STRUKTUR TEKNIS DAN TERITORIAL kekuatan (power) yang dimiliki. Governance
SERTA PELAKU PADA VC (VALUE
(tatakelola) menunjukkan mekanisme hu-
CHAIN MAPPING)
bungan antara pelaku pada VC apakah
Menurut Schipmann (2006) struktur VC melalui non adversarial market atau melalui
terdiri dari aktivitas penyediaan input, proses koordinasi antar pelaku mengenai penetapan
produksi primer (misalnya on-farm), proses dan implementasi kriteria-kriteria pada suatu
pengolahan produk, pemasaran produk sam- proses bisnis dalam VC. Contoh pada VC,
pai ke tangan konsumen akhir. Proses yang suppliers (actors) di negara berkembang me-
berbeda dapat dilakukan oleh pelaku usaha rupakan pelaksana kriteria-kriteria nilai yang
yang sama ataupun pelaku usaha yang ditentukan oleh buyers (actors) di negara maju.
berbeda sangat tergantung dari jumlah, Buyers atau pembeli menetapkan sejumlah
kualitas dan kerumitan proses produksi suatu kriteria-kriteria nilai bagi produk yang harus
produk. Penyediaan input berkaitan dengan dihasilkan suppliers (produsen) demi me-
penyediaan kebutuhan sumberdaya yang ngurangi risiko kegagalan produk baik dari
digunakan untuk kegiatan on-farm antara lain segi kuantitas maupun kualitas. Oleh karena
penyediaan bibit, pupuk, peralatan pertanian, itu governance (tatakelola) penting terutama
pestisida dan lahan. Pelaku bisnis pada proses bagi buyers untuk mengurangi risiko bisnis
ini bisa produsen besar input maupun yang berkaitan dengan konsistensi kualitas,
pengecer. Produsen primer berperan sebagai kuantitas dan ketepatan waktu pengiriman
penyedia produk segar (primer) yang menjadi terutama untuk produk akhir dimana kualitas
kebutuhan para pelaku bisnis lainnya atau yang menjadi prioritas bukan harga. Risiko
konsumen akhir. Selanjutnya adalah pe- juga berkaitan dengan reputasi buyers di pasar
masaran produk. Pada proses ini transportasi global yang berkaitan dengan kepeduliannya
dan proses distribusi memegang peranan terhadap kesejahteraan pekerja dan kelestari-
kunci. Aktivitas pemasaran dapat dilakukan an lingkungan.
oleh produsen primer ataupun pengolah Dua parameter kunci pada VC governance
langsung. Namun demikian semakin besar (tatakelola) adalah (1) spesifikasi produk apa
volume dan semakin tinggi kualitas yang yang harus produksi; dan (2) bagaimana
diinginkan pasar akan cenderung semakin memproduksi produk sesuai spesifikasi yang
membutuhkan lembaga perantara pemasaran. diinginkan. Aktor (pelaku bisnis) yang
mempunyai kontrol terhadap aktor lain
dalam VC mengenai produk apa yang harus Schmitz (2001) ada beberapa alasan mengapa
dihasilkan dan bagaimana melakukannya pengawasan langsung atas standar kualitas
disebut sebagai a lead firm atau pemimpin VC. yang dilakukan oleh pemimpin VC sangat
Terdapat dua jenis VC berdasarkan siap dan akan terus menjadi hal yang penting:
pemimpinnya (Gereffi 1994), yaitu: (1) (1) perusahaan mungkin mengharapkan
producer-driven global VC (GVC) dan (2) buyer- kualitas produk dengan spesifikasi khusus
driven GVC. Pada producer-driven chains, yang tidak diatur dalam standarisasi umum;
spesifikasi standar kualitas produk ditentu- (2) belum cukup bukti bagaimana standarisasi
kan oleh perusahaan yang mempunyai dan sertifikasi dapat menjamin kualitas
kontrol atas teknologi proses produksi dan produk yang dihasilkan oleh suppliers jika
produk. Pada buyer-driven chains, parameter tidak ada pengawasan; (3) sertifikasi tidak
standar kualitas ditentukan oleh retailer besar dapat mengidentifikasi perilaku dari suppliers
dan perusahaan besar yang memiliki merek terutama yang berkaitan dengan konsistensi
bereputasi yang berfokus pada perancangan dan keinginan untuk membina hubungan
dan pemasaran produk. Di masa mendatang bisnis dalam jangka panjang.
diprediksi akan semakin banyak suppliers di Spesifikasi kualitas produk dan proses
negara-negara berkembang terlibat dalam juga dapat ditetapkan oleh instansi peme-
GVC melalui kontrak kerjasama dengan rintahan atau organisasi nasional atau
buyers di negara maju (Humphrey dan internasional yang mengatur standar kualitas
Schmitz 2001). produk, kualitas kerja dan kesejahteraan
Menurut Keesing and Lall (1992) bahwa pekerja dan standar kelestarian lingkungan.
produsen di negara berkembang dituntut Misalnya ISO, SNI (nasional) dan lembaga
untuk memenuhi standar yang ditetapkan sertifikasi dunia lainnya seperti 4C Alliance.
oleh buyers di negara berkembang yang belum Semakin diakui dan berkembang pelaksanaan
pernah dilakukan sebelumnya untuk pasar standar internasional di pasar global, semakin
domestik. Hal ini menciptakan perbedaan berkurang kebutuhan bagi buyers untuk
tuntutan kualitas di pasar domestik dan pasar mengontrol proses produksi dan produk yang
internasional. Seringkali perusahaan pembeli dihasilkan oleh suppliers (Humphrey dan
(buyers) mengatasinya dengan menginvestasi- Schmitz (2001), karena suppliers sudah secara
kan standar kualitas tersebut pada beberapa sadar memenuhi standar sesuai ketentuan
suppliers terpilih dan membina dan me- umum yang berlaku. Dikemukakan pula oleh
ningkatkan kapasitas suppliers tersebut. Pada Kaplinsky (2000) bahwa standar nasional atau
tahap awal hubungan koordinasi antara internasional suatu produk dibuat bukan
buyers dan suppliers adalah pemberian hanya untuk keamanan konsumen namun
instruksi dan memonitor kinerja suppliers. juga sebagai upaya menciptakan pasar yang
Namun demikian, seiring peningkatan ke- lebih transparan.
mampuan atau kapasitas suppliers kebutuhan
untuk menetapkan mengkoordinasikan dan TIPOLOGI GOVERNANCE
mengontrol inplementasi parameter atau (TATAKELOLA) PADA VC
standar kualitas di sepanjang VC akan
Terdapat tiga parameter penting dari
berkurang.
tipologi governance (tatakelola) pada VC
Jika sistem sertifikasi atau standarisasi
(Gereffi et.al 2005) yaitu: (1) kompleksitas
nasional atau internasional dipatuhi oleh
informasi dan transfer pengetahuan yang
pelaku bisnis pada VC termasuk standar
dibutuhkan untuk melakukan transaksi ter-
proses, kualitas produk, kesejahteraan pekerja
utama yang berhubungan dengan spesifikasi
dan kelestarian lingkungan, maka akan dapat
produk dan proses; (2) kemudahan meng-
menggantikan kontrol atau pengawasan
kodifikasi (menyeragamkan) informasi dan
kualitas dari pemimpin VC (lead firm).
pengetahuan sehingga efisien didalam pe-
Namun demikian, menurut Humphrey dan
nyebarannya antar actors; (3) kemampuan dari sesuai spesifikasi yang diinginkan buyers
suppliers ataupun suppliers potensial dalam dan bertanggung jawab sepenuhnya atas
merespon permintaan buyers. Berdasarkan kompetensi yang dimilikinya untuk me-
kriteria tersebut ada lima jenis mekanisme lakukan proses produksi dan teknologi
pengelolaan hubungan governance (tatakelola) yang digunakan yang dirancang lebih
pada VC menurut (Gereffi et.al. 2005): fleksibel dan generik. Hal ini membuat
(1) Market Governance--Transaksional swicthing cost (biaya berpindah pe-
Marketing langgan) tetap rendah karena suppliers
Merupakan tipe hubungan jual-beli- tidak terlalu bergantung pada buyers.
putus (adversarial) antar actors (buyers dan Hubungan antar pelaku bisnis menjadi
sellers). Penjual dan pembeli bebas me- lebih penting dibandingkan pada market
lakukan transaksi dengan actors mana- governance (tatakelola) karena tingginya
pun dalam GVC artinya biaya berpindah aliran informasi antara pelaku pada VC,
pelanggan (swicthing cost) relatif rendah, sehingga teknologi informasi dan meka-
informasi mengenai spesifikasi produk nisme pertukaran informasi merupakan
relatif mudah ditransmisikan, produsen kunci sukses pada tipe ini.
dapat menghasilkan produk dengan
sedikit sekali masukan dari buyers. (3) Relational Value Chain
Market governance (tatakelola) tidak atau Hubungan ini dicirikan dengan ada-
sedikit ada kerjasama formal. Mekanis- nya saling membutuhkan antara pelaku
me governance (tatakelola) digerakkan (buyers dan sellers) pada lingkup ter-
oleh harga bukan oleh powerful lead tentu. Suppliers dapat menegosiasikan
firm. Kondisi ini identik dengan hubungan dengan buyers secara lebih
mekanisme pasar atau pasar bersaing. setara dengan arus informasi dua arah
mengenai kondisi pasar, teknologi dan
(2) Modular Value Chain spesifikasi produk dan proses produks.
Modular governance (tatakelola) ter- Hubungan ini membutuhkan kepercaya-
jadi ketika transaksi yang kompleks an yang dibentuk melalui ikatan reputasi
relatif mudah untuk dikodifikasi. Pada bisnis, sosial, kedekatan, kekerabatan
tipe ini, suppliers menciptakan produk ataupun ethnic dan kesukaan. Meskipun
Gereffi, Lee et al 2009). Oleh karena itu, (SCP) dan supply chain management (SCM)
analisis GVC selain untuk mengidentifi- dapat dilihat pada Gambar 7. Perusahaan-
kasi tipologi governance (tatakelola) na- perusahaan kecil yang terdapat didalam pasar
mun juga dapat digunakan untuk meng- cenderung menyebar sehingga dapat dikata-
antisipasi perubahan yang mungkin kan bahwa pasar berada dalam kondisi pasar
pada GVC itu sendiri. Penelitian ter- persaingan sempurna. Jika terdapat satu atau
dahulu juga telah menunjukkan bagai- beberapa perusahaan dengan tingkat konsen-
mana struktur governance (tatakelola) trasi yang tinggi maka cenderung menguasai
pada GVC berubah sepanjang waktu pasar atau dengan kata lain pasar berada pada
(Gereffi et.al 2005). Nampaknya per- kondisi monopoli atau oligopoli. Hal inilah
debatan mengenai perbedaan analisis yang menjadi persamaan dalam analisis SCP
mengenai SCM, VCA dan GVC layak dan SCM. Keduanya akan mengarah pada
untuk kita diskusikan lebih lanjut. struktur pasar tertentu tergantung karak-
Tulisan ini sebagai stimulasi untuk teristik pasar tersebut.
membuka ruang diskusi. Hal ini akan cukup berbeda jika kita
menganalisis pemasaran secara ekonomi
IRISAN DIAGRAM SCP DAN SCM (makro) dengan marjin pemasaran (mikro).
Ekonomi pemasaran merupakan sistem
Analisis yang dilakukan pada pem-
keseluruhan fungsi-fungsi dari petani
bahasan sebelumnya menunjukkan bahwa
produsen sampai dengan konsumen akhir
tedapat hal penting untuk ditekankan bahwa
atau banyaknya perusahaan-perusahaan
terdapat persamaan dan perbedaan antara
(lembaga-lembaga) yang terlibat dalam
stucture-conduct-performance (SCP) dan supply
aktivitas pemasaran. Sedangkan marjin
chain management (SCM). Irisan diagram ke-
perusahaan merupakan nilai yang diperoleh
terkaitan antara stucture-conduct-performance
dari satu atau kelompok tertentu perusahaan
Pasar
Perusahaan Kecil Pasar Perusahaan Kecil
Persaingan
(Menyebar) Sempurna Persaingan (Menyebar)
Sempurna
Perusahaan Kecil
(Menyebar) Perusahaan Kecil
(Menyebar)
Penghela
Perusahaan Besar
satu/dua
(Terpusat)
Monopoli/ Monopoli/ perusahaan besar
Oligopoli Oligopoli (power)
Struktur Pasar
Chopra S, Meindl P. 2007. Supply chain Humphrey, J. and Schmitz, H., 2001.
management: strategy, planning and Governance (Tatakelola) in global value
operations. Ed ke-3. Upper Saddle chains.IDS Bulletin, Vol. 32 No. 3, pp. 1-
River, NJ (US): Pearson Prentice 17.
Hall.Handfield et al, 2002.
Ingram and Kirwan J. 2011. Matching new
Collins and Dunne (CD) 2002. Forming and entrants and retiring farmers through
Managing Supply Chain in farm joint ventures:Insights from the
Agribusiness: Learning from others. Fresh Start Initiative in Cornwall, UK
Department of Agriculture, Forestry and Julie.Land Use Policy No.28 pp.917– 927.
Fisheries, Canberra.
Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi
De Boer, D and Tarimo, L. 2012. Business- Kedua. Badan Penerbit Fakultas
Community Partnership In: Global Ekonomi, Universitas Gajah Mada,
Value Chain: Linking Local Producers Yogyakarta.
to International Markets. Amsterdam
University Press, Amsterdam. Jiao, W., Fu Z., Mu, W., McLaughlin, N., Xu,
M., 2012). Influence of supply chain
Dunne, A. J. 2001. Supply Chain Management: model on quality and safety control of
Fad, panacea or table grape and performance of small-
opportunity?,Australian Agribusiness scale vinegrowers in China. British Food
Perspectives, Paper 48. Journal, Vol. 114, Iss: 7 pp. 978 – 996.
Gereffi, G., Humphrey, J., Sturgeon, T., Kohls dan Uhl. 2002. Marketing of Agricultural
2003.The Governance (Tatakelola) of Products. Ninth Edition. Prentice Hall,
global value chains.Forthcoming in New Jersey.
Review of International Political Economy,
available from Kaplinsky, R and Morris, M. 2002. The
http://www.ids.ac.uk/globalvaluecha globalization of product markets and
ins/publications/govgvcsfinal.pdf. immiserizing growth: Lesson from the
South African furniture industry.
Gerrefi, G. 1999. Internatonal trade and Journal on Chain and Network Science,
institutional upgrading in the apparel 1(1), pp.7-22.
commodity chain.Journal of International
Economics, 48, pp. 37-70. Levens M. 2010. Marketing: Defined,
Explained, Applied. International
Grande J., 2011. New venture creation in the Edition. Pearson: Prentice Hall.
farm sector e Critical resources and
capabilities. Journal of Rural Studies Lim, G. 2015. Value chain upgrading:
No. 27 pp.220-233. Evidence from the Singaporean
aquaculture industry.Marine Policy.
Gereffi, G. 1994. ‘The Organisation of Buyer- Elsevier Ltd.
driven Global Commodity Chains:
How U.S. Retailers Shape Overseas Mai N., Bogason S.G., Arason S., Árnason S.V.,
Production Networks’, in G. Gereffi Matthíasson, T.G., 2010. Benefits of
and M. Korzeniewicz (eds), Commodity traceability in fish supply chains - case
Chains and Global Capitalism, Westport: studies. British Food Journal, Vol. 112 Iss:
Praeger: 95–122. 9 pp. 976 – 1002
Hobbs J.E. dan Young, L.M. 2000. Closer Maine Pieter van Dijk and Jacques Trieneken,
vertical coordination in agri-food 2012 (eds.). Global Value Chain:
supply chain: a conceptual framework Linking Local Producers to
and some preliminary evidance, Supply International Markets. Amsterdam
Chain Manajemen: An International University Press, Amsterdam.
Journal, vol. 5, pp.131-143. Maine Pieter van Dijk and Jacques Trieneken,
Hudson, Darren. 2007. Agricultural Markets 2012. Global Value Chain: Linking
and Prices. Blackwell Publishing. Local Producers to International
United Kingdom.