You are on page 1of 13

NOMINA BAHASA DAYAK NGAJU

Nouns in Dayak Ngaju Language

Elisten Parulian Sigiro


Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah
Jalan Tingang Km 3,5, Palangkaraya. Telepon (0536) 3244117
Pos el: giro_pky@yahoo.com

Abstract
This study aims to examine how the type, category, and morphologic processes noun
Ngaju Dayak language (BDNg). The method used in this research is descriptive
qualitative method because the method of this study reflect the reality on the fact
findings that is in the field as it is. Thus, the researchers tried to describe objectively
and precisely the aspects nouns of BDNg in accordance with the conditions of the
current BDNg. Data collection is done through two techniques, ie, interview
techniques and documentation. The findings of this study, that is syntactically, noun of
BDNg can be characterized by traits (a) does not have the potential to join the famous
particle beken 'not', (b) have the potential to be preceded by coal particles bara 'of',
(c ) shall be preceded by an adverb degree somewhat (labih 'more' and tutu 'very'),
and (e) may be preceded by the adverb that states the amount, as kapucuk ‘one point
and kabatang 'one a'. Based on its shape, noun of BDNg can be distinguished on the
basis nouns and nouns derived. Based on semantic aspects, BDNg noun categories
differentiated into animate and inanimate nouns. Meanwhile, if viewed from the aspect
of the process of forming a noun, noun BDNg can be divided into four processes,
namely (a) affixation, (b) reduplication, and (c) compounding. Noun formation
process via affixation BDNg is quite productive and allows formed on the combination
of affixes.
Keywords: morphological, nouns, categories, syntactic, affixation

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengkaji jenis, kategori, dan proses morfologis nomina
bahasa Dayak Ngaju (BDNg). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif karena metode penelitian ini mencerminkan kenyataan
berdasarkan fakta-fakta (fact findings) yang ada di lapangan sebagaimana adanya.
Dengan demikian, peneliti berusaha menggambarkan secara objektif dan tepat aspek-
aspek nomina BDNg sesuai dengan kondisi BDNg saat ini. Pengumpulan data
dilakukan melalui dua teknik, yakni teknik wawancara dan dokumentasi. Adapun
temuan penelitian ini, yakni secara sintaksis, nomina BDNg dapat ditandai dengan
ciri-ciri (a) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel beken „bukan‟,
(b) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel bara „dari‟, (c) tidak dapat
didahului oleh adverbia derajat agak (labih „lebih‟ dan tutu „sangat‟), dan (e) dapat
didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah, seperti kapucuk „sepucuk‟ dan
kabatang „sebuah‟. Berdasarkan bentuknya, nomina BDNg dapat dibedakan atas
nomina dasar dan nomina turunan. Berdasarkan aspek semantisnya, kategori nomina
BDNg dibedakan ke dalam nomina bernyawa dan tidak bernyawa. Sementara itu, jika
ditinjau dari aspek proses pembentukan nomina, nomina BDNg dapat dibagi dalam
empat proses, yaitu (a) afiksasi, (b) reduplikasi, dan (c) pemajemukan. Proses
pembentukan nomina melalui afiksasi BDNg terbilang cukup produktif dan
memungkinkan dibentuk atas kombinasi afiks.
Kata kunci:morfologis,nomina, kategori, sintaksis, afiksasi
Multilingual, Volume XIV, No. 1, Tahun 2015

PENDAHULUAN BDNg dengan alasan bahwa frasa nominal


Bahasa Dayak Ngaju (Bingan, distribusinya masih sama dengan nomina.
2001:30), selanjutnya disingkat BDNg, Hasil penelitian dengan judul “Struktur
merupakan salah satu bahasa daerah yang Bahasa Dayak Ngaju” oleh Santoso dan
terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan kawan-kawan tahun 1991 terbilang cukup
Tengah, yang memiliki populasi penutur lengkap dalam membahas tata kaidah BDNg,
yang sangat besar. Tidaklah mengherankan seperti jenis dan konstruksi nomina, tetapi
kalau bahasa ini dijadikan sebagai lingua dalam pembahasan nomina belum diuraikan
franca bagi masyarakat Kalimantan Tengah kategori pembentuk nomina. Hal itu pulalah
pada umumnya. Bahkan, BDNg dijadikan yang membedakan penelitian ini dengan
sebagai salah satu bahan ajar (muatan lokal) penelitian yang telah ada.
di sekolah dasar ataupun di sekolah Penelitian ini mengkaji tiga rumusan
menengah pertama. masalah, yakni (1) apa sajakah jenis (bentuk)
Penguasaan wilayah tutur BDNg di nomina BDNg, (2) apa sajakah kategori
Kalimantan Tengah tidak terlepas dari peran nomina BDNg, dan (3) bagaimanakah proses
para misionaris yang melakukan penginjilan morfologis nomina dalam BDNg? Sejalan
di Kalimantan Tengah pada tahun 1935. dengan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
Sebelumnya, yakni pada tahun 1922 K.D. (1) mendeskripsikan jenis (bentuk) nomina
Epple telah membuat daftar kata dan BDNg, (2) mendeskripsikan kategori
petunjuk/tata bahasa Dayak Ngaju di dalam nomina BDNg, dan (3) mendeskripsikan
bukunya yang berjudul Soerat Logat Basa proses morfologis nomina dalam BDNg.
Ngadjoe. Pada tahun 1933 diterbitkan Kurze Menurut Kridalaksana (2007: 68),
Einführung In die Ngadjoe-Dajaksprache. nomina adalah kategori yang secara sintaksis
Selanjutnya, pada tahun 1859 telah (1) tidak mempunyai potensi untuk
dikodifikasi dan diterbitkan sebuah kamus bergabung dengan partikel tidak, seperti
berbahasa Dayak—Jerman oleh Hardeland. tidak batu, tidak kertas, tidak radio, (2)
Satu-satunya penutur asli yang menulis mempunyai potensi untuk didahului partikel
tentang pelajaran bahasa Dayak Ngaju dari. Chaer (2008: 69) menyatakan bahwa
setelah para peneliti asing adalah Tjilik ciri utama nomina adalah (1) tidak dapat
Riwut, yakni Peladjaran Bahasa Dajak didahului oleh adverbia negasi tidak, (2)
Ngadju (1970). Penelitian-penelitian lain tidak dapat didahului oleh adverbia derajat
tentang BDNg telah banyak dilakukan, di agak (lebih, sangat, dan penting), (3) tidak
antaranya Struktur Bahasa Dayak Ngaju oleh dapat didahului oleh adverbia keharusan
Santoso, dkk. (1991), Upon Ajar Bahasa wajib, dan (4) dapat didahului oleh adverbia
Dayak Ngaju atau Pokok Ajaran Bahasa yang menyatakan jumlah, seperti satu,
Dayak Ngaju oleh Bingan, dkk. (2005), dan sebuah, sebatang, dan sebagainya, seperti
lain-lain. lebih bulan, sangat matahari, penting air,
Pada dasarnya pada penelitian wajib udara, satu buku, sebuah pensil,
terdahulu tentang struktur BDNg terdapat sebatang rokok.
juga deskripsi singkat tentang frasa nominal

2
Elisten: Nomina Bahasa Dayak Ngaju

Menurut Alwi, dkk. (2000:218), bernyawa dan nomina tak bernyawa sebagai
nomina dasar hanya terdiri atas satu morfem. berikut.
Berdasarkan batasan tersebut dapat a) Nomina Bernyawa
dinyatakan bahwa nomina dasar adalah Nomina bernyawa dapat
satuan gramatik yang belum mengalami disubstitusikan dengan ia atau mereka,
proses penambahan dari komponen atau sedangkan nomina yang tidak bernyawa
unsur lain, seperti proses afiksasi, tidak dapat. Nomina bernyawa dapat dibagi
perulangan, dan pemajemukan. Misalnya, atas:
rumah, jalan, motor, sepeda, kendaraan dan 1. Nomina persona (insan), dapat
lain-lain. disubstitusikan dengan ia, dia, atau
Nomina turunan adalah nomina yang mereka, serta dapat di dahului partikel
bukan berupa dasar, dan merupakan satuan si. Berikut yang tergolong dalam nomina
yang berupa bentukan dari penggabungan persona:
satuan lain, seperti afiksasi, perulangan, dan (a) nama diri, seperti Rudi, Yamin,
pemajemukan. Misalnya: Erika.
1) proses afiksasi yang berupa prefikasi (b) nomina kekerabatan: nenek, kakek,
berasal dari dasar ibu, bapak, adik, anak.
[sepeda]+[ber]  bersepeda (c) nomina yang menyatakan orang
2) proses perulangan dari dasar [sepeda] atau yang diperlakukan seperti
sepeda-sepeda orang: tuan, nyonya, nona.
3) proses pemajemukan satuan bebas (d) nama kelompok manusia: Dayak,
[pasukan] dengan satuan terikat Jawa, Batak, Sasak.
[tempur]pasukan tempur
Nomina turunan yang berasal dari 2. Flora dan fauna mempunyai ciri sintaksis:
pelbagai kelas merupakan nomina yang (a) tidak dapat disubstitusikan dengan ia,
dia, atau mereka, dan
dibentuk dari beberapa kelas kata seperti
(b) tidak dapat didahului partikel si,
proses: kecuali flora dan fauna yang
1. pembentukan nomina dari kelas nomina dipersonifikasikan seperti si kancil, si
ke kelas nomina atau yang disebut kambing.
denominalisasi, seperti penganggur,
permandian. b) Nomina tidak Bernyawa
2. pembentukan kelas adjektiva ke bentuk Nomina tidak bernyawa terbagi atas:
nomina yang disebut deadjektivalisasi, (a) nama lembaga, seperti DPR dan
seperti ketinggian, leluhur, MPR,
3. pembentukan kelas numeralia ke nomina (b) konsep geografis (termasuk tempat),
seperti Kalimantan, Sumatera,
yang disebut denumeralisasi, seperti
Lombok, utara, selatan, hilir, hulu,
kesatuan, dan (c) waktu, seperti Senin, Selasa, Januari,
4. pembentukan kelas adverbial ke nomina Oktober, 1974, pukul 8, sekarang,
yang disebut deadverbialisasi, seperti dulu, besok, kini,
kelebihan, keterlaluan. (d) nama bahasa, seperti bahasa Dayak,
Subkategorisasi terhadap nomina bahasa Batak, bahasa Sasak,
dilakukan dengan membedakan nomina (e) ukuran dan takaran: karung, pikul,
gram, kilometer, dan

3
Multilingual, Volume XIV, No. 1, Tahun 2015

(f) tiruan bunyi, seperti aum, dengung, b) Reduplikasi


kokok. Reduplikasi merupakan proses
pembentukan kata melalui mekanisme
Proses pembentukan nomina dalam perulangan bentuk dasar, dan hasil proses
kajian ini ditinjau dari tiga aspek proses perulangan tersebut disebut kata ulang.
morfologis, yaitu afiksasi, perulangan, dan Berdasarkan cara mengulang bentuk
pemajemukan. dasarnya, perulangan dapat digolongkan
menjadi empat golongan.
a) Afiksasi 1) Perulangan seluruh, yaitu perulangan
Berdasarkan pada kemungkinan seluruh bentuk dasar, tanpa
kombinasinya, proses afiksasi dapat dibagi perubahan fonem dan tidak
atas: berkombinasi dengan proses
1. prefiks merupakan afiks yang dilekatkan pembubuhan afiks, seperti sepeda-
sepeda, buku-buku, kebaikan-
di muka bentuk dasar, seperti ketua,
kebaikan.
kehendak, penyanyi, penjual, penyapu, 2) Perulangan sebagian, yaitu
2. infiks adalah afiks yang dilekatkan di perulangan sebagian dari bentuk
dalam bentuk dasar, seperti: telunjuk, dasarnya, seperti membaca-baca,
telapak, seruling, gerigi, mengambil-ambil, bertemu-temu.
3. sufiks adalah afiks yang dilekatkan di 3) Perulangan yang berkombinasi
belakang bentuk dasar, seperti politisi, dengan proses pengimbuhan afiks,
yaitu perulangan bentuk dasar dan
importir, kapitalisme,
dikombinasikan dengan proses
4. konfiks, menurut Alwi dlk. (2000: 32) pembubuhan afiks. Jadi, perulangan
adalah gabungan prefiks dan sufiks yang terjadi bersama-sama dengan proses
membentuk suatu kesatuan dan secara pembubuhan afiks dan bersama-sama
serentak diimbuhkan. Dalam bahasa pula mendukung satu fungsi, seperti
Indonesia konfiks yang lazim adalah pe- kereta-keretaan, anak-anakan,
an, ke-an, per-an, dan ber-an, seperti rumah-rumahan, gunung-gunungan,
orang-orangan, kehitam-hitaman,
pengiriman, keadaan, persahabatan, keputih-putihan.
bertabrakan, dan 4) Perulangan dengan perubahan fonem,
5. simulfiks, menurut Kridalaksana (2001: yaitu terjadinya proses perubahan
20) adalah afiks yang dimanifestasikan beberapa fonem dalam bentuk dasar
dengan ciri-ciri segmental yang yang diulang, seperti bolak-balik,
dileburkan pada bentuk dasar. Dalam gerak-gerik, serba-serbi.
bahasa Indonesia, simulfiks
dimanifestasikan dengan nasalisasi dari
c) Pemajemukan
fonem pertama suatu bentuk dasar.
Pemajenukan merupakan proses
Simulfiks masih dianggap hanya terdapat
pembentukan kata melalui penggabungan
dalam bahasa Indonesia tidak baku,
dua kata yang menimbulkan satu kata baru
contoh: kopi ngopi.
yang disebut kata majemuk. Ciri-ciri kata
majemuk dapat ditelusuri melalui (1) salah
satu atau semua unsurnya berupa pokok kata,
seperti kolam renang, pasukan tempur,

4
Elisten: Nomina Bahasa Dayak Ngaju

barisan tempur, lomba lari, lomba tari, jual Nomina-nomina ini telah diklasifikasi
beli. (2) unsur-unsurnya tidak mungkin berdasarkan proses morfologisnya. Beberapa
dipisahkan, atau tidak mungkin diubah dokumen penelitian yang menjadi
strukturnya, seperti kamar mandi, tidak biasa perbandingan penyusunan penelitian ini
dipisahkan dengan menambahkan unsur lain, adalah “Pemerian Morfologi Bahasa Dayak
seperti kamar itu mandi, atau dibalik Ngaju” (KMA. M. Usop, 1975), dan
susunannya, seperti mandi kamar. “Struktur Bahasa Dayak Ngaju” (Dewi
Mulyani Santosa, dkk., 1991).
METODE PENELITIAN Teknik yang digunakan dalam
Data yang digunakan dalam pengumpulan data ada dua, yakni teknik
penelitian ini adalah data primer yang wawancara dan teknik dokumentasi (Chaer,
bersumber dari tuturan penutur asli BDNg 2007: 58). Teknik wawancara dalam
berupa kata yang berkategori nomina BDNg. penelitian ini adalah teknik wawancara
Sumber data dalam penelitian ini adalah terbuka atau wawancara tidak terstruktur
informan/penutur asli BDNg, sedangkan (unstructurized interview). Wawancara tidak
yang menjadi rujukan data untuk penelitian terstruktur digunakan dengan tujuan untuk
ini adalah korpus data nomina BDNg, dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
dokumen penelitian terdahulu tentang tentang nomina BDNg tanpa harus
morfologi BDNg, terutama yang membahas membatasi tuturan percakapan responden
tentang nomina. yang sedang diwawancarai. Untuk
Informan dalam penelitian ini mendapatkan gambaran permasalahan yang
sebanyak empat orang yang berasal dari lebih lengkap, peneliti perlu melakukan
Desa Pulau Telo, Kecamatan Pulau Petak, wawancara kepada responden yang mewakili
Kabupaten Kapuas. Pimilihan wilayah berbagai wilayah pengguna BDNg serta yang
penelitian ini berdasarkan asumsi bahwa mewakili tingkatan strata sosial pemakaian
dialek Pulau Petak digunakan para bahasa tersebut supaya data yang diperoleh
misionaris dalam penulisan Surat Barasi lebih komprehensif dan representatif.
(Alkitab). Dengan demikian, dialek Pulau Teknik pengumpulan data lainnya
Petak telah banyak digunakan masyarakat dalam penelitian ini adalah studi dokumen.
dalam acara kebaktian di gereja sehingga Menurut Sugiyono (2009: 329), studi
masyarakat lebih mengenal kosakata BDNg dokumen merupakan pelengkap penggunaan
dialek Pulau Petak. metode observasi dan wawancara dalam
Data sekunder penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sugiyono juga
korpus data dan dokumen penelitian. Korpus menekankan bahwa hasil penelitian dengan
data penelitian ini berasal dari Alkitab metode observasi atau wawancara akan dapat
(Bible) berbahasa BDNg (Lembaga Alkitab dipercaya/lebih kredibel apabila didukung
Indonesia, 1999) dan ditambah dari hasil dengan studi dokumen tentang masalah-
wawancara dengan beberapa informan. masalah terkait. Dengan demikian, dua
Nomina yang berhasil dihimpun dari teknik pengumpulan data inilah yang
percakapan informan dan Alkitab disusun dianggap paling relevan pada penelitian ini.
dalam sebuah pangkalan data (database) Data dianalisis berdasarkan analisis
untuk membangun sebuah korpus data. sintaksis dan semantis dengan penelusuran

5
Multilingual, Volume XIV, No. 1, Tahun 2015

jenis-jenis, kategori, dan proses morfologis Nomina dasar merupakan satuan


nomina BDNg yang berasal dari korpus data yang hanya terdiri atas satu morfem dan
dengan tahapan pemerian batasan dan ciri merupakan satuan gramatik yang belum
nomina, jenis nomina berdasarkan nomina mengalami proses morfologis.
dasar dan nomina turunan, pembentukan Contoh:
nomina berdasarkan proses (a) afiksasi, (b) 8) jukung „perahu‟
perulangan, dan (c) pemajemukan. Secara 9) hunjun „atas
semantis, kategori nomina BDNg dibedakan 10) bauntunggang1„pintu‟
berasarkan nomina bernyawa dan nomina 2.Nomina turunan
tidak bernyawa. Bentuk nomina turunan dalam BDNg
merupakan hasil bentukan dari dua proses
PEMBAHASAN morfologis, yaitu (1) nomina turunan yang
1. Batasan dan Ciri Nomina BDNg dibentuk dari proses pemindahan kelas kata,
Secara sintaksis nomina BDNg dapat seperti proses denominalisasi,
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut. deadjektivalisasi, serta deadverbialisasi dan
(a) tidak mempunyai potensi untuk (2) bentuk nomina turunan berupa bentukan
bergabung dengan partikel beken „bukan‟ dari proses afiksasi, perulangan, dan
contoh: pemajemukan, seperti contoh berikut.
1) beken batu „bukan batu‟ 1) Nomina turunan yang terbentuk dari
2) beken huma „bukan rumah‟ proses pemindahan kelas kata
(b) mempunyai potensi untuk didahului oleh
(a) Pembentukan nomina dari kelas
partikel bara „dari‟,
nomina ke kelas nomina
contoh:
(denominalisasi)
3) meja jete bara kayu „meja itu
contoh:
(terbuat) dari kayu‟
(c) tidak dapat didahului oleh adverbia 11) panginan „makanan‟
derajat agak (labih „lebih‟ dan tutu 12) pambelumbelum „kehidupan‟
„sangat‟ 13) panenga „pemberian‟.
contoh: (b) Pembentukan nomina dari kelas
4) labih bakena „lebih cantik‟ adjektiva ke bentuk nomina
5) mangat tutu „sangat enak‟ (deadjektivalisasi)
(d) dapat didahului oleh adverbia yang contoh:
menyatakan jumlah, seperti kapucuk 14) tambakas ‟tertua (anak paling
„sepucuk‟ dan kabatang „buah‟ tua; sulung)‟
contoh: 15) tambusu ‟anak bungsu‟
6) kapucuk lunju „sepucuk tombak‟ 16) pangkagantung ‟tertinggi‟
7) kabatang uei „sebatang rotan‟ (c) Pembentukan nomina dari kelas
adverbial ke kelas nomina
2. Jenis Nomina (deadverbialisasi)
Berdasarkan bentuknya, nomina
BDNg dapat dibedakan atas nomina dasar 1
bauntunggang adalah bentuk lengkap. Namun, dalam
dan nomina turunan. tuturan sehari-hari penutur BDNg sering
1. Nomina dasar menggunakan bentuk batunggang yang merupakan
proses abreviasi dari bauntunggang.

6
Elisten: Nomina Bahasa Dayak Ngaju

Contoh: 4.3 Kategori Nomina


17) tapaare „terbanyak‟ Dari sisi semantis, kategori nomina
18) tapalalau „keterlaluan‟ BDNg dibedakan ke dalam nomina
19) hanjungaw „mendekati penuh‟ bernyawa dan nomina tidak bernyawa.
2) Contoh nomina turunan yang terbentuk 1) Nomina bernyawa
dari afiksasi, reduplikasi, dan Nomina bernyawa dapat disubstitusi
pemajemukan dengan pronomina ie ‟ia‟ dan ewen ‟mereka‟,
a) Afiksasi sedangkan nomina tidak bernyawa tidak
pa- + miar „jalan‟  pamiar dapat disubstitusi dengan pronomina ie ‟ia‟
‟perjalanan‟ dan ewen ‟mereka‟. Nomina bernyawa
Pre N N BDNG adalah nomina persona yang terdiri
ka- + halap „baik‟  kahalap atas:
‟kebaikan; (a) nama diri, seperti Edo, Eka, dan Tini;
kecantikan‟ (b) nomina kekerabatan, seperti bue
Pre N N ‟kakek‟, indang ‟ibu‟, dan andi
pampa- + lembut „muncul‟  ‟adik‟;
pampalembut „pemunculan‟ (c) nomina yang menyatakan orang atau
Pre Adj N yang diperlakukan seperti orang,
b) Perulangan misalnya tempun ‟pemilik‟, jaragan
jukung ‘sampan’ + jukung  ‟pemilik‟ (untuk kapal)‟, dan
jukung- jukung‟sampan-sampan‟ (d) nama kelompok manusia: uluh Dayak
BD BD N ‟suku Dayak‟, uluh Jawa ‟suku
huma „jalan‟ + huma huma-huma Jawa‟, uluh Bali ‟suku Bali‟.
‟rumah-rumah‟ 2) Nomina tidak bernyawa
BD BD N Nomina tidak bernyawa BDNg terdiri atas
batang „pohon‟ + batang batang- lima, yaitu sebagai berikut.
batang ‟pohon-pohon‟ (a) nama lembaga, misalnya: CU Betang
BD BD N Asi
(b) konsep geografis (termasuk tempat),
c) Pemajemukan misalnya: Kalimantan, pembelep
mata + andau mataandau ‟Barat‟, ngawa ‟hilir‟, dan ngambu
‟matahari‟ ‟atas (daratan)
N N N (c) waktu, misalnya: Selasa, metuhtuh
humung + paleng (ka + humung) „ketika, manakala, saat‟, dan jewu
N N Pre N „besok‟
+ (ka + paleng)  kahumung (d) nama bahasa, misalnya: basa Dayak
Pre N N ‟bahasa Dayak‟, basa Ngaju ‟bahasa
-kapaleng ’kebodohan’ Ngaju‟, basa Maanyan ‟bahasa
ramak + rampuk ramak-rampuk Maanyan‟
‟keserakahan‟ (e) ukuran dan takaran, misalnya
N N N kapucuk ‟sepucuk‟, kalawas ‟seruas‟,
dan kapantis ‟setetes‟

7
Multilingual, Volume XIV, No. 1, Tahun 2015

(f) tiruan bunyi, misalnya ngeau, 24) pa- + laku „minta‟ (V) 
katotok, tantengung, gir-gar. palaku „permintaan‟
(N)
4.5 Proses Pembentukan Nomina 25) pa- + hining „dengar‟ (V) 
Pembentukan nomina BDNg dapat pahining pendengaran‟
dibagi dalam empat proses secara umum, (N)
yaitu (a) afiksasi, (b) perulangan, dan (c)
pemajemukan. Contoh dalam kalimat:
1) Afiksasi 26) Ije ih palakungku dengam,
Proses pembentukan nomina melalui ela haliai ikau mangapehe
afiksasi dalam BDNg terbilang cukup ateiku.
produktif dan berdasarkan pada „Satu saja permintaanku
kemungkinan kombinasi afiks. Ada tiga padamu jangan sekalipun kau
proses afiksasi, yaitu proses pembubuhan sakiti hatiku.‟
prefiks, konfiks, dan sufiks. 27) Pahiningku kapehek.
(1) Prefiks Pembentuk Nomina BDNg „Pendengaranku rusak.‟
A. Prefiks pa-
Prefiks pa- berfungsi membentuk Prefiks pa- yang menunjukkan
nomina abstrak. Konstruksi nomina nomina pelaku dengan konstruksi
itu adalah sebagai berikut.
1. Pre + N/V  N 1. Pre + N  N
Contoh: Contoh:
20) pa- + rima „paham‟ (N)  28) pa- + lauk „ikan‟ (N) 
parima „pemahaman‟ (N) atau palauk „nelayan‟ (N)
„pengertian‟ (N) 29) pa- + malan „ladang‟ (N) 
21) pa- + indah „pindah‟ (V)  pamalan „peladang‟ (N) atau
paindah „pemindahan‟ (N) „petani‟ (N)
contoh dalam kalimat:
Contoh dalam kalimat: 30) Uluh te palauk.
22) Tege parima helu ukur dia ‘Orang itu nelayan.‟
sala manggawie. 31) Uluh te pamalan.
„Perlu pemahanam dulu ‘Orang itu petani.‟
supaya tidak salah 2. Kontstruksi Pre + V  N
mengerjakannya.‟ Contoh:
23) Hiningku bulan harian 32) pa- + takau „curi‟ (V)
paindah huma te. panakau ‟pencuri‟ (N)
„Kudengar bulan depan 33) pa- + rise ‟gangngu‟ V)
pemindahan rumah itu.‟ parise ‟pengganggu‟ (N)

2. Kontstruksi Pre + V  N Contoh dalam kalimat:


Contoh: 34) Amun tege panakau, hancap
kadu akan polisi.

8
Elisten: Nomina Bahasa Dayak Ngaju

‟Jika ada pencuri, cepat Contoh dalam kalimat:


lapor ke polisi.‟ 42) Ie dia tege gawe mawi dia
35) Uluh te parise. bapaname.
‘Orang itu pengganggu.‟ „Dia tidak mempunyai
pekerjaan sehigga tidak
3. Kontstruksi Pre + A  N mempunyai pemasukan.‟
Contoh: 43) Ela kalapean dengan
36) pa- + mamut ‟berani‟ (A) panengaje jadi inenga Bue.
 pamamut ‟pemberani‟ (N) „Jangan lupa dengan
37) pa- + mikeh ‟takut‟ (A) pemberian yang sudah
pamikeh ‟penakut‟ (N) diberikan Kakek.‟

Contoh dalam kalimat: 4. Kontstruksi Pre + V N (paN


38) Anak jete pamamut. pany)
„Anak itu pemberani.‟ Contoh:
39) Ikau pamandup je pamikeh. 44) paN- + surat ‟tulis‟ (V) 
„Kamu pemburu yang penakut.‟ panyurat ‟penulis‟ (N)
45) paN- + suduk ‟tikam‟ (V)
B. Prefiks paN- panyuduk ‟penikam‟ (N)
Prefiks paN- dalam BDNg
memiliki kesamaan fungsi dengan Contoh dalam kalimat:
konfiks ke-an, pe-an, per-an, dan 46) Panyurat surat te adingku.
peng-an dalam bahasa Indonesia. „Penulis surat ini adiku.‟
Prefiks paN- akan berubah menjadi 47) Ie mandawa panyudukte
/pan/ jika dilekatkan pada kata dasar Adul.
yang berfonem awal /t/, berubah „Ia mencurigai penikam itu
menjadi /pany/ jika dilekatkan pada si Adul.‟
kata dasar yang berfonem awal /s/,
berubah menjadi /pam/ jika 5. Kontstruksi Pre + V N (paN
dilekatkan pada kata dasar yang pang)
berfonem awal /p,b/, dan berubah Contoh:
menjadi /pang/ jika dilekatkan pada 48) paN- + kasene ‟kenal‟ (V)
kata dasar yang berfonem awal /k/.  pangasene
Konstruksinya sebagai berikut. ‟pengenalan‟ (N)
3. Kontstruksi Pre + V  N (paN 49) paN- + kinan ‟makan‟ (V)
pan) panginan ‟makanan‟ (N)
Contoh:
40) paN- + tame ‟masuk‟ (V) Contoh dalam kalimat:
paname ‟pemasukan‟ (N) 50) Ie lagi pangasene bakal
41) paN- + tenga ‟beri‟ (V) sawaeakan uluh are.
panenga ‟pemberian‟ (N)

9
Multilingual, Volume XIV, No. 1, Tahun 2015

„Ia melakukan pengenalan Contoh dalam kalimat:


calon istrinya kepada orang 58) Laleha kahalap bawi temias.
banyak.‟ ‟Betapa kecantikan wanita itu
51) Panginan ikei puna lepah luar biasa.‟
samasinde. 59) Katamam dengan mananjaru
„Makanan kami habis sama daras ie balui kulam.
sekali.‟ ‟Keangkuhan dan banyak bohong
membuat ia dibenci temannya.‟
6. Kontstruksi Pre + V N (paN
pam) (2) Sufiks Pembentuk Nomina BDNg
Contoh: Sufiks pembentuk nomina dalam
52) paN- + patei ‟mati‟ (V) BDNg hanyalah sufiks -an. Sufiks -an agak
pampatei ‟kematian‟ (N) mirip dengan sufiks -an dalam bahasa
53) paN- + belum ‟hidup‟ (V) Indonesia. Biasanya terjadi proses
pambelum ‟kehidupan‟ morfofonemik penambahan konsonan untuk
(N) menguatkan fonem vokal akhir atau bunyi
yang berakhir diftong. Konstruksinya adalah
Contoh dalam kalimat: sebagai berikut.
54) Haranan pampatei anake, 1. N + Suf  N
ie paluslayau. Contoh:
Karena kematian anaknya, 60) tali „tambat‟ (N) + -an talian
ia menjadi kurang waras.‟ ‟tambatan‟ (N)
55) Nagara manjamin 61) tapi „tepi‟ (N) + -an tapian
pambelum uras rayat. ‟tepian; pinggir sungai‟ (N)
„Negara menjamin kehidupan
seluruh rakyat.‟ Contoh dalam kalimat:
62) Uluh gila te ingkepan talian.
C. Prefiks ka- „Orang gila itu dipasangkan
Prefiks ka- dalam BDNg tambatan.‟
memiliki kesamaan fungsi dengan 63) Kujang te tumbu hung tapian
konfiks ke-an, pe-an, peng-an, atau sungei.
sufiks -nya untuk membentuk nomina. „Keladi itu biasanya tumbuh di
Proses pembentukannya melekat pada pinggir sungai.‟
bentuk dasar/leksem adjektiva.
Konstruksinya adalah Pre + A  N. 2. Kontstruksi V + Suf  N
Contoh: Contoh:
56) ka- + halap ‟cantik‟ (A) 64) pandui „mandi‟ (V) + -an
kahalap ‟kebaikan; panduian ‟pemandian‟ (N)
kecantikan‟ (N) 65) tajah „sesajen‟ (N) + -an 
57) ka- + tamam ‟angkuh‟ (A) tajahan ‟tempat menaruh sesajen‟
katam ‟keangkuhan‟ (N) (N)

10
Elisten: Nomina Bahasa Dayak Ngaju

Contoh dalam kalimat: BD BU


66) Aba dumah bara pandian. 74) besei „dayung‟  besei-besei „dayung-
„Ayah pulang dari pemandian.‟ dayung‟
67) Batang paring te tau pakai nampa BD BU
tajahan. 75) duhi „duri‟ duhi-duhi „duri-duri‟
„Rumpun bambu itu dapat BD BU
digunakan tempat menaruh
sesajen.‟ Bentuk dawen „daun‟, besei
„dayung‟, dan duhi „duri‟, yang pertama
(3) Konfiks Pembentuk Nomina BDNg merupakan bentuk dasar (BD), sedangkan
Selain konfiks yang terbentuk oleh satuan dawen „daun‟, besei „dayung‟, dan
prefiks dan sufiks seperti dikemukakan duhi „duri‟ yang kedua merupakan
sebelumnya, konfiks serapan dari bahasa konstituen ulangnya atau bentuk ulang (BU).
Indonesia terdapat di dalam BDNg. Konfiks Baik satuan dasar maupun satuan ulang,
tersebut meliputi pa-an, ka-an, dan sa-e yang kedua-duanya merupakan kelas nomina.
berfungsi membentuk nomina.
Contoh: (5) Pemajemukan
68) pan-an + dulang ‟dulang‟ (N)  Kata majemuk kategori nomina
pandulangan ‟pendulangan‟ (N) memiliki ciri secara semantis menunjuk pada
69) ka-an + lasut ‟panas‟ (A) manusia, binatang, benda, lokasi, waktu,
kalasutan ‟kepanasan/terlalu konsep, dan pengertian.
panas‟ (N) Contoh:
70) sa-e + pandinu ‟dapat‟ (Adv) 76) kahumung ‟kebodohan‟ + kapaleng
sapandinue ‟sedapatnya‟ (Adv) „kebodohan‟  kahumung kapaleng
„kebodohan‟
Contoh dalam kalimat: 77) baun ‟depan/muka‟ + andau ‟hari‟
71) Amun pandulangan buka, are lembut baun andau „awan‟
kamasan. 78) metu ‟binatang‟ + satwa ‟binatang‟
„Kalau pendulangan dibuka, banyak metu satwa ‟binatang‟
muncul tukang emas.‟
72) Ketun sapandinue mampun uluh je SIMPULAN
basala dengan ketun. Nomina bahasa Dayak Ngaju
„Kalian sedapatnya mengampuni orang (BDNg) berdasarkan jenis (bentuk) dapat
yang bersalah pada kalian.‟ ditandai secara sintaksis dan semantik.
Secara sintaksis, jenis (bentuk) nomina
(4) Reduplikasi bahasa Dayak Ngaju (BDNg) dapat ditandai
Pembentukan nomina melalui dengan ciri-ciri (a) tidak mempunyai potensi
perulangan dalam BDNg terjadi hanya untuk bergabung dengan partikel beken
melalui perulangan utuh. „bukan‟, (b) mempunyai potensi untuk
Contoh: didahului oleh partikel bara „dari‟, (c) tidak
73) dawen „daun‟  dawen-dawen „daun- dapat didahului oleh adverbia derajat agak
daun‟ (labih „lebih‟ dan tutu „sangat‟), dan (e)

11
Multilingual, Volume XIV, No. 1, Tahun 2015

dapat didahului oleh adverbia yang membentuk nomina terdiri atas tiga, yaitu
menyatakan jumlah seperti kapucuk sebagai berikut.
„sepucuk‟, dan kabatang „buah‟. 1. Prefiks pa-, paN- (beralomorf pan), ka-
Selanjuntnya, secara semantis jenis nomina yang memiliki kesamaan fungsi dengan
BDNg dapat dibedakan atas nomina dasar konfiks ke-an, pe-an, peng-an, atau sufiks
dan nomina turunan, sedangkan berdasarkan -nya dalam bahasa Indonesia. Prefiks itu
aspek kategorial, kategori nomina BDNg dilekatkan pada bentuk dasar adjektiva.
dibedakan atas nomina bernyawa dan 2. Sufiks -an (sufiks -an agak mirip dengan
nomina tidak bernyawa. sufiks -an dalam bahasa Indonesia).
Berdasarkan proses pembentukan Biasanya terjadi proses morfofonemik
nomina, nomina BDNg dapat dibagi dalam penambahan konsonan untuk menguatkan
tiga proses, yaitu (a) afiksasi, (b) perulangan, fonem vokal akhir atau bunyi yang
dan (c) pemajemukan. Proses pembentukan berakhir diftong.
nomina melalui afiksasi dalam BDNg 3. Konfiks pa-an, ka-an, dan sa-e.
terbilang cukup produktif dan Pembentukan nomina dalam BDNg
memungkinkan dibentuk atas kombinasi dapat juga dilakukan melalui perulangan dan
afiks. Ada tiga proses afiksasi, yaitu proses pemajemukan. Namun, pembentukan nomina
pembubuhan prefiks, konfiks, dan sufiks. berulang hanya dilakukan melalui
Pembentukan nomina dalam BDNg, perulangan utuh.
berdasarkan proses afiksasi, afiks yang dapat

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan et al. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Bingan, Albert dan Offeny Ibrahim. 2005. Kamus Dwibahasa Dayak Ngaju-Indonesia.
Palangka Raya: Primal Indah.
___________.2001. Upon Ajar Basa Dayak Ngaju (Pokok Pelajaran Bahasa Dayak Ngaju).
Palangka Raya: Primal Indah
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Elbaar, Lambertus. 1995. Revitalisasi dan Pemeliharaan Vitalitas Bahasa Dayak Ngaju
dalam Era Globalisasi dan Modernisasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada
Universitas Palangka Raya.
Epple. K.D. 1922. Soerat Logat Basa Ngadjoe. Banjarmasin: Typrob Hennemann & Co.
Haderland. 1859. Worterbuch Dajacksch—Deutsches. Amsterdam: Von. C.A Spin and Sohn.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
___________. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
LAI. 1999. Alkitab Bahasa Dayak Ngaju. Jakarta: LAI.

12
Elisten: Nomina Bahasa Dayak Ngaju

Nanawi dan Hadari. 1967. Metode dan Teknik Penelitian. Yokyakarta: CV Karyono.
Santoso, Mulyani Dewi, dkk. 1991. Struktur Bahasa Dayak Ngaju. Laporan Penelitian.
Palangka Raya: Universitas Palangka Raya.
Samarin, William. J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta. Kanasius.
Santosa, Dewi Mulyani, dkk. 1991. Struktur Bahasa Dayak Ngaju. Jakarta. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Usop. K.M.A.M. 1975. Pemerian Morfologi dalam Bahasa Dayak Ngaju. Palangkaraya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

13

You might also like