You are on page 1of 10

THE 14TH INTERNATIONAL SYMPOSIUM

INDONESIAN INTER UNNERSITY TRANSPORT STUOIES FORUM


Pekanbaru , November 11 . 13 . 2011

" ine In"()\IIIl iu' Reo ran::h lind Tnn'~lrIAlion


PnlCI (' To~ard 'u,llIinlible De\elupnlt'nl"

FSTPT


Organized by:

INDONESIAN INTER UNIVERSITY TRANSPORT STUDIES FORUM I

FORUM STUDI TRANSPORTASI ANTAR PERGURUAN llNGGI

Hosted by.

UNIVERSITY OF RIAU DAN ISLAMIC UNIVERSITY OF RIAU

ISBN: 979-95721-2-14
The 14th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

KINERJA LAPISAN BETON ASPAL LAPIS AUS (AC-WC)

MENGGUNAKAN AGREGAT HULU DAN HILIR

SUNGAI KRUENG ACEH

Donald Juandi Muhammad Isya

Pemerintah Kota Sabang dan Alumni Magister Fakultas Teknik Unsyiah

Teknik Sipil Unsyiah JI. Tgk Syech AbdurraufNo. 7

donaldjuandistmt@ymail.com Darussalam, Banda Aceh.

misftunsyiah@yahoo.com

Abstract
The deposit of aggregate along Krueng Aceh river is very large. Aggregate from this river usually is used for
any kind of infrastructure construction, include highway in the eity of banda Aceh. the distriet of Aceh Besar
and also Sabang. Disgorge of Krueng Aceh river is in Aceh Besar District and empties into the northern side
of the Banda Aceh city. Given the length of the river and visually is also seen the the differenee of aggregate
characteristic, water flow characteristic. and the environmental surround between the upstream and down
stream cause interesting to investigate the properties of highway asphalt concrete pavement which the
aggregate is taken from this river. This study began by testing the physical properties of asphalt, aggregate.
Marshall standard. Marshall immersion and absolute density. Marshall and absolute density testing aim to
obtain: voids in mixture (VIM). voids in mineral aggregate (VMA). voids filled by asphalt (VFA), voids in
the mixture at an absolute density (VIMr), Marshall slability (MS), plastic flow, Marshall quotient (MQ),
residual strength of mixture (JKS). The result of the investigation showed that generally the the aggregate
from upstream and downstream of Krueng Aceh river there are differences in the charaeteristic and
optimum bitumen content (OBC). Aggregate from both of location fit for use for asphalt concrete wearing
course (AC-WC) specification.

Keywords: Upstream aggregate, downstream aggregate, Marshall stability, absolute density

PENDAHULUAN
Lapis permukaan perkerasan lentur di Indonesia sudah menggunakan campuran panas baik
untuk pelapisan ulang, pemeliharaan, peningkatan maupun pembangunan jalan barn.
Campuran beraspal panas adalah suatu kombinasi campuran antara agregat yang dicampur
merata dengan aspal. Untuk mengeringkan agregat dan mencairkan aspal agar mudah
dicampur maka bahan tersebut dipanaskan. Salah satu jenis campuran beraspal panas yang
sering digunakan adalah Lapis Aspal Beton atau AC (Asphaltic Concrete).

Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi jalan adalah
dapat dipergunakannya material setempat yang memenuhi persyaratan teknis dan
ekonomis sehingga dapat dipergunakan sebagai material perkerasan jalan. Salah satu
material yang dominan untuk perkerasan jalan yang sangat menentukan kekuatan dan
keawetan struktur perkerasan jalan adalah agregat. Untuk itu kajian ini dilatar-belakangi
oleh lokasi asal agregat yang berbeda yang mempengarnhi mutu dari campuran beton
aspal, yaitu dari bagian hulu dan hilir sungai Krueng Aceh Kabupaten Aceh Besar.

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:


a. Mengevaluasi mutu dan kualitas karakteristik fisis agregat kasar, agregat halus, filler
dan aspal keras Pen 60 sebagai material campuran Lapisan Aspal Beton Lapis Aus (AC­
The 14th FSTPT International Symposium. Pekanbaru. 11-12 November 2011

WC), yang memenuhi Rancangan Spesifikasi Umwn Bidang Jalan dan Jembatan
Departemen Pekerjaan Umum.
b. Mengevaluasi nilai karakterislik Metode Marshall dan Kepadatan Mutlak (Refusal
Density) dari carnpuran Lapisan Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) dengan 2 (dua) jenis
gradasi yang berbeda dan 2 (dua) melode yang berbeda unluk masing-masing gradasi.
c. Mengevaluasi nilai karakterislik Perendarnan Marshall dari carnpuran Lapisan Aspal
Belon Lapis Aus (AC-WC) dengan 2 (dua) jenis gradasi yang berbeda dan 2 (dua)
metode yang berbeda untuk masing-masing gradasi.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Agregal kasar hams memenuhi persyaralan seperti yang disyaratkan dalarn Tabel I.

Tabell Kelenluan Agregal Kasar


Pengujian Standar Nila;
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
Magnesium Sulfat (MgSO.) SNI03-3407-1994 Maks.12%
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI03-2417-1991 Maks.40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI03-2439-1991 Min. 95%
Angularitas SNI 03-6877-2002 95/90(*)
Partikel Pipih dan Lonjong(**) RSNI T-01-2005 Maks.IO%
Materiallolos Saringan No.200 SNI03-4142·1996 Maks.l%
Sumber: Rancangan Spesinkasi Umum Bidang la/an dan lembatan (DPU. 2007)

Catatan: (0) 95/90 menunjukkan bahwa 95 % agrega! kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih

dan 90 % agregat kasar mempunyai muka bidang peeah dua atau lebih.
(U) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poras 1 : 5.

Agregal halus hams memenuhi kelenluan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2:

Tabel2 Kelentuan Agregal Halus


Pengujian Standar Nilai
Material Lolos Saringan No. 200 SNI03-4142-1996 Maks.8%
Angularitas SNI03-6877-2002 Min 45%
Sumber: Rancangan Spesilikasi Umum Bidang lalan dan lembatan (DPU, 2007)

Semen portland, debu batu (stonedust) atau baban pengisi yang dilarnbabkan hams kering
dan bebas dari gwnpalan-gwnpalan dan bila diuji dengan penyaringan sesuai dengan SNI
03-4142-1996 harns mengandung baban yang lolos saringan No.200 (0,075 mm) lidak
kurang dari 75 % dari yang lolos saringan No. 30 (0,600 mm) dan mempunyai sifal non
plaslis.

Gradasi agregal gabungan unluk carnpuran beraspal, dilunjukkan dalarn Tabel 3. Gradasi
agregal gabungan Laslon (AC) hams berada di dalarn batas-batas litik kontrol (control
point) dan hams berada di luar Daerab Larangan dan sebagaimana yang diberikan dalarn
Tabel berikul ini:
The 14th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

Tabel 3 Gradasi Agregat Gabungan


Ukuran Saringan % Berat Yaug Lolos Untuk LASTON (Ae)
ASTM (mm) AC-WC AC-BC AC-Base
lV:z" 37,5 100
I" 25 100 90 - 100
%" 19 100 90 - 100 Maks.90
JA" 12,5 90 -100 Maks.90
3/8" 9,5 Maks.90
No.4 4,75
No.8 2,36 28-58 23 -49 19 - 45
No. 16 1,18
No. 30 0,600
No. 200 0,075 4-10 4-8 3-7
DAERAHLARANGAN
NO.4 4,75 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8
No. 16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1
No. 30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6-17,6
No. 50 0,300 15,5 13,7 11,4
Sumber: Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jemb.tan (DPU, 2007)

Aspal yang digunakan adalab dari jenis Aspal Keras Penetrasi 60 yang memenuhi
persyaratan pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel4 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60


Persyaratan Asp.1
No. Jerns Pengujiau Metode
Keras Penetrasi 60
I. Penetr.si, 25 "C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 -79
2. Titik Lembek, "C SNI06-2434-1991 48 - 58
3. Daktilitas 25 "C, em (5 em/menil) SNI 06-2432-1991 Min. 100
4. BeratJenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
5. Penetrasi setelab penurunan ber.t, % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54
Sumber: Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jemb.tan (DPU, 2007)

Seeara analitis dapat ditentukan sifat volumetrik dari aspal beton padat, baik yang
dipadatkan di laboratorium maupun di lapangan. Parameter yang digunakan adalab seperti
pada Tabel 5:
The 14'h FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

Tabel5 Ketentuan Sifat Carnpuran Laston


Laston(AC)
Sifat-Sifat Campuran
WC BC Base
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
(Min) 3,5
Rongga dalam eampuran (VIM) (%)
(Max) 5,5
Rongga dalam mineral agregat (VMA) (%) (Min) 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFA) (%) (Min) 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) (Min) 800 1500
Kelelehan Marshall (rnm) (Min) 3 5
Marshall Quotient (kg/mm) (Min) 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman (Min)
Selama 24 jam, 60°C pada VIM ±7% (I) 80
Rongga dalam eampuran (%) pada Kepadatan (Min)
membal (refusal) (VIM«r) (2) 2,5
Sumber: Raneangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan (DPU, 2007)

Catatan:
1. Untuk: mendapatkan VIM 7%, buat benda uji Marshall dengan variasi tumbukan. misa\ 2x40,
2x50, 2x60 dan 2x75 tumbukan. Kemudian dan masing-masing benda uji tersebut, hitung nllai
VIM nya dan boat hubungan antara jumlab tumbukan dan VIM. Dari grafik tersebut dapat
diketahui jumlab tumbukan yang memiliki nilai VIM 7%, kemudian lakukan pengujian
Stabilitas Marshall Sisa.
2. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibratory hammer)
disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran. Jika
digunakan penumbukan manual jumlab tumbukan per bidang harus 600 untuk eetakan
berdiameter 6 in dan 400 untuk: cetakan berdiameter 4 in.

Pemadatan ultiInit pada benda uji dengan kadar aspal yang didapat dari nilai VIM 7%
pada kurva hubungan VIM dengan kadar aspal Metode Marshall, sampai meneapai
kepadatan mutlak (refUsal density). Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat
pemadat getar listrik. Apabila alat pemadat getar listrik tidak ada, maka pemadatan dapat
dilakukan dengan pemadatan Metode Marshall dengan jumlah tumbukan 2 x 400 kali.

Pengujian rendarnan Marshall dilakukan untuk memeriksa ketahanan earnpuran terhadap


kerusakan yang disebabkan oleh air. Sejumlah benda uji Marshall dipersiapkan pada
Kadar Aspal Optimum, setengah dari jumlah yang disiapkan untuk diuji pada kondisi
standar dan dieari nilai rata-rata stabilitasnya. Sisa benda uji direndarn selama 24 jam pada
suhu 60°C dan dieari nilai rata-rata stabilitasnya.

METODE PENELITIAN
Penelitian dimulai dengan pengayaan referensi yang berkaitan dengan kajian ini, seperti:
buku teks, jurnal, prosiding, pedoman dan standar serta penelitian terdahulu yang
diperoleh dari berbagai sumber. Berikutnya adalah pengadaan material. Material yang
sudah di laboratorium berupa agregat, aspal dan filler selanjutnya dilakukan pemeriksaan
sifat-sifat fisi agrega!. Terhadap material yang sudah memenuhu syarat standar selanjutnya
dilakukan penearnpuran untuk pengujian Marshall standar dan kepadatan mutlak dengan
The 14,h FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

tipe gradasi A dan gradasi B untuk masing-masing agregat hulu dan hilir. Sasaran tahap
pengujian ini adalah untuk menentukan kadar aspal optimim (KAO) untuk masing-masing
kelompok tersebut. Selanjutoya dilakukan pengujian Marshall rendaman pada masing­
masing kadar aspal optimum tersebut. Selanjutnya diakukan analisis data hasil pembacaan.

Sumber material agregat yang digunakan berasal dari 2 (dua) sub DAS dari DAS Krung
Aceh, yaitu yang di hulu berasal dari Pabrik Pemecah Batu PT. PERAPEN di Kecamatan
Seulimum Kabupaten Aceh Besar yang mana material agregatoya bersumber dari sub
DAS Krueng loong, dan yang di hilir berasal dari penambangan galian C konvensional di
tepi sub DAS Krueng Aceh Hilir, tepatoya di desa Sihom Cut Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar.

Aspal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aspal keras penetrasi 60
produksi Pertamina. Pengujian dilakukan dalam campuran memenuhi persyaratan dari
Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum
(Edisi : Januari 2007).

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kinerja laboratorium dari agregat hulu dan hilir
DAS Krueng Aceh. Kemudian diperoleh hasil dari proses pengujian untuk kedua sumber
agregat tersebut di laboratorium. Pada penelitian ini juga diteliti pengaruh dari
penggunaan gradasi yang berbeda pada campuran Lapisan Aspal Beton Lapis Aus (AC­
WC). Hasil pengujian sifat fisis dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7, serta hasil
pengujian aspal pada Taber 8.

Tabel6 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisis Agregat Hulu DAS Krueng Aceh
Syarat Nilai
No. Pengujian Hasil Vji Metode Vji
Min. Max.
A. Agregat Kasar
1. Penyerapan (%) 2,19 3
2. a. Berat jenis bulk 2,63 2,5
~ 03-1969-1990
b. Berat iellis SSD 2,68 2,5
c. Bernt jenis semu 2,79 2,5
3. Kekekalan bentuk agregat 4,48 12 SNI03-3407-1994
terhadap larutan Magnesium
Sulfat (%)
4. Abrasi dengan mesin 16,46 40 SNI 03-2417-1991

Los Angeles (%)

5. Kelekatan agregat terhadap 95+ 95 ~ 03-2439-1991

aspal (%)

6. AnguIaritas (%) 97,40 95/90 ~ 03-6877-2002


7. Partikel pipih (%) 9,73 10 RSNI T-01-2005
8. Partikellonjong (%) 9,85 10
9. Material lolos Saringan 0,95 1 SNI 03-4142-1996

No.200(%)

B. Agregat Halos
1. Penyerapan (%) 2,01 3
~ 03-1970-1990
2. a. Berat ienis bulk 2,60 2,5
The 14/h FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

No. Pengujian Hasil Vji Syaral Nilai MetodeUji


b. Beral jenis SSD 2,65 2,5
i
e. Berat enis semu 2,74 2,5
3. Materiallolos saringan No. 5,55 8 SNI03-4142-1996
200 (%)
4. Angularitas (%) 83,37 45 SNl 03-6877-2002
C. Filler (cement portland: type 1 merk Semen ADdslas)
l. Berat ienis 3,15 2,5 SNl 03-4142-1996

Tabel7 Hasil Pengujian Sifal-Sifal Fisis Agregal Hilir DAS Krueng Aceh
Syarat Nilai
No. Pengujian Hasil Uji MelodeUji
Min. Max.
A. Agregat Kasar
l. Penyerapan (%) 1,75 3
2. 3. Berat ienis bulk 2,69 2,5
SNl 03-1969-1990
b. Beratjenis SSD 2,74 2,5
c. Serat ienis semu 2,82 2,5
3. Kekekalan bentuk agregat 3,14 12 SNl 03-3407-1994
terhadap larutan Magnesiwn
Sulfal (%)
4. Abrasi dengan mesi n 20,37 40 SNl 03-2417-1991
Los Angeles (%)
5. Kelekatan agregat terhadap 95+ 95 SNl 03-2439-1991
aspal (%)
6. Angularitas (%) 79,63 95/90 SNI 03-6877-2002
7. Partikel pipih (%) 9,89 10 RSNl T-01-2005
8. Partikellonjong (%) 7,33 10
9. Material 1010s Saringan 0,97 1 SNI03-4142-1996
No.200 (%)
B. Agregat Halus
l. Penyerapan (%) 2,09 3
2. a. Seral ienis bulk 2,62 2,5
SNl 03-1970-1990
b. Berat jenis SSD 2,67 2,5
c. Beral ienis semu 2,77 2,5
3.Materiallolos saringan No. 6,54 8 SNl 03-4142-1996
200 (%)
4. Angularitas (%) 64,05 45 SNl 03-6877-2002
C. Filler (cement portland: type 1 merk Semen ADdslas)
l. Beral jenis 3,15 2,5 SNl 03-4142-1996

Tabel8 HasH Penglljian Sifal-Sifat Fisis Aspal


Syarat Nilai
No. Pengujian Hasil Uji Metode Uji
Min. Max.
I. Penetrasi, 25°C; 100 gr; 68,4 60 79 SNl 06-2456-1991
5 delik; 0,1 mm
2. Tilik Lembek, "C 49,5 48 58 SNl 06-2434-1991
3. Daktilitas 25 "C, em 124,5 100 SNl 06-2432-1991
4. Berat Jenis 1,03 1,0 SNI06-2441-1991
5. Pcnctrasi setelah penurunan berat, 66,5 54 SNl 06-2456-1991
%
The ]4'. FSTPT International Symposium. Pekanbaru. 11-12 November 2011

Berdasarkan data Marshall, selanjulnya dilakukan pengujian Kepadatan Mutlak. Dibuat


benda uji dengan 3 variasi kadar aspal, yaitu dengan kadar aspal pada VIM7% dan kadar
aspal 0,5% di alas dan di bawah nilai kadar aspal pada VIM7%. Untuk campuran PAHu
dan PBHu menggunakan kadar aspal 4,5%; 5,0%; 5,5%. Sedangkan untuk campuran
PAHi dan PBHi menggunakan kadar aspal 5,0%; 5,5%; 6,0%. Hasil lengkapnya dapat
dilhat pada Tabel 9 sampai Tabe1 12.

Tabel9 Hasil Analisa Marshall pada Benda Uji Campuran PAHu


Sifal-Sifat Campuran Hasil PenglJj ian Syarat Nilai
Kadar Aspal; % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Min. Max.
Berat lsi; tim' 2,29 2,34 2,37 2,37 2,40
VIM; % 9,92 7,38 5,17 4,74 2,73 3,5 5,5
VMA;% 17,81 16,58 15,69 16,38 15,70 15
VFA;% 44,35 55,51 67,02 71,09 82,62 65
VIM refusal; % 4,72 3,89 2,68 2,5
Stabilitas; kg 1287,8 1345,2 1415,7 1314,3 1234,9 800
Kelelehan; mm 3,09 3,21 3,51 4,27 4,46 3
Marshall Quotient;kglmm 430,92 420,11 404,38 310,58 280,34 250

TabellO Hasil Analisa Marshall pada Benda Uii Campuran PBHu


Sifat-Sifat Campuran Hasil Pengujian Syarat Nilai
Kadar Aspa1; % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Min. Max.
Berat lsi; tim' 2,31 2,33 2,37 2,37 2,37
VIM; % 8,88 7,36 5,09 4,39 3,48 3,5 5,5
VMA;% 16,83 16,52 15,56 16,02 16,30 15
VFA;% 47,21 55,55 67,31 72,62 78,63 65
VIM refusal; % 5,74 4,23 3,12 2,5
Stabilitas; kg 1486,3 1534,8 1609,8 1420,2 1320,9 800
Ke1e1ehan; nun 3,03 3,33 3,57 3,72 4,37 3
Marshall Quotient;kglmm 490,47 462,59 452,55 382,16 303,02 250

Tabe111 Hasil Analisa Marshall pada Benda Uji Campuran PAHi


Sifat-Sifat Campuran Hasil PenglJj ian Syarat Nilai
Kadar Aspal; % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Min. Max.
Bernt lsi; tlm3 2,30 2,33 2,34 2,38 2,36
VIM; % 10,42 8,43 7,33 5,10 4,99 3,5 5,5
VMA;% 18,70 17,96 18,05 17,16 18,13 15
VFA; 0,10 44,25 53,08 59,53 70,31 72,50 65
VIM refusal; % 5,70 4,66 3,92 2,5
Stabilitas; kg 1437,8 1517,2 1530,4 1204,1 1133,5 800
Kelelehan; mm 3,53 3,69 3,78 4,18 4,31 3
Marshall Quotient;kglmm 408,66 412,98 408,43 288,37 263,54 250
The 14'h FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

Tabelil Hasil Analisa Marshall pada Benda Uji Campuran PBHi


Sifat-Sifat Carnpuran Hasil Pengujian Syarat Nilai
Kadar Aspal; % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 Min. Max.
Berat lsi; tim] 2,31 2,32 2,35 2,37 2,37
VIM; % 9,96 8,88 6,90 5,48 4,75 3,5 5,5
VMA;% 17,97 18,07 17,36 17,19 17,62 15
VFA;% 44,59 50,85 60,32 68,10 73,04 65
VIM refusal; % 5,16 4,56 3,73 2,5
Stabilitas; kg 1376,1 1349,6 1415,7 1327,5 1279,0 800
Kelelehan; mm 3,21 3,57 3,73 4,51 4,74 3
Marshall Quotient;kg/mm 418,58 378,90 380,44 294,50 270,00 250

Pengujian rendaman Marshall dimaksudkan uotuk mengetabui ketahanan atau keawetan


campuran terbadap pengaruh air dan temperatur yang ditandai dengan hilangnya ikatan
antara aspal dan butiran agragat. Parameter pengukurannya dinyatakan dengan Indeks
Kekuatan Sisa (IKS) Marshall. Nilai IKS campuran didapat dari hasil perbandingan nilai
stabilitas benda uji hasil rendaman I x 24 jam dengan nilai stabilitas benda uji standar
(hasH rendaman 30 menit). Perbandingan nilai stahilitas standar dan stabilitas rendaman 24
jam (Immersion) untuk keempat campuran disajikan dalam Tabel 13 berikut ini:

TabelI3 Hasil Analisa Perendaman Marshall pada Kadar Aspal Optimum


Campuran AC-WC Syarat Nilai
Sifat-Sifat Campuran
PAHu PBHu PAHi PBHi Min. Max.
Kadar Aspal; % 5,5 5,5 6,0 6,0
Stabilitas Awal (SI); kg 1287,87 1279,05 1115,86 1133,50 800
Stabilitas Rendaman 24 jam 1256,99 1243,76 1093,80 1111,45
(S2); kg
IKS (S2/S I); % 97,60 97,24 98,02 98,05 80

KESIMPULAN
Hasil pengujian sifat-sifat fisis agregat hulu dan hilir DAS Krueng Aceh, seluruhnya
memenuhi syarat dari Rancangan Spesiftkasi Umum Bidang Ialan dan Iembatan
Departemen Pekerjaan Umum (Edisi : Ianuari 2007), kecuali untuk nilai angularitas
agregat hilir yang hanya 79,63%, nilai ini lebili rendab dari yang disyaratkan yaitu
minimum 95%.

Secara umum nilai pengujian penetrasi, titik lembek, daktilitas dan berat jenis Aspal
Penetrasi 60 di laboratorium, memenuhi syarat dari Rancangan Spesifikasi Umum Bidang
Ialan dan Iembatan Departemen Pekerjaan Umum (Edisi : Ianuari 2007).

HASIL MARSHALL DAN KEPADATAN MUTLAK UNTUK


AGREGAT HULU
Campuran yang menggunakan agregat hulu DAS Krueng Aceh mempunyai kepadatan
th
The 14 FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011

lebih besar. Gradasi A kecendrungan kepadatannya lebih besar dibandingkan dengan


gradasi B, hal ini dikarenakan komposisi gradasi A lebih banyak menggunakan fraksi
halus daripada komposisi gradasi B. Campuran yang menggunakan agregat hulu DAS
Krueng Aceh memiliki tingkat penurunan rata-rata nilai VIM relatif lebih kecil. Gradasi A
kecendrungan nilai VIM-nya lebih besar dibandingkan dengan gradasi B, hal ini
dikarenakan komposisi gradasi B lebih banyak menggunakan fraksi agregat kasar daripada
komposisi gradasi A.

HASIL MARSHALL DAN KEPADATAN MUTLAK UNTUK


AGREGATIDLIR
Campuran yang menggunakan agregat hilir DAS Krueng Aceh mempunyai kepadatan
lebih kecil. Hal ini dikarenakan agregat hilir knrang memiliki nilai angularitas (muka
bidang pecah) seperti yang disyaratkan pada spesifikasi yang menyebabkan aspal sulit
untuk teresap secara sempurna oleh agregat, sehingga aspal lebih banyak mengisi rongga
antar agregat yang menyebabkan kepadatan campuran lebih kecil. Campuran yang
menggunakan agregat hilir DAS Krueng Aceh memiliki tingkat penurunan rata-rata nilai
VIM relatif lebih besar. Jadi dalam hal ini campuran yang menggunakan agregat hilir
mempunyai kemampuan untuk dipadatkan (kompresibilitas) lebih tinggi.

HASIL PENGUJIAN PERENDAMAN MARSHALL


Campuran yang menggunakan agregat hilir DAS Krueng Aceh (campuran PARi dan
PBRi) menghasilkan nilai IKS masing-masing sebesar 98,02% dan 98,05%. Campuran yang
menggunakan agregat hulu DAS Krueng Aceh (campuran PAHu dan PBHu) yang
masing-masing nilainya sebesar 97.60% dan 97,24%. Keempat campuran ini memenuhi
persyaratan nilai IKS minimal 80%.

DAFTARKEPUSTAKAAN
Departemen Pekerjaan Umum 1999. Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas
dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak, No. 025ffIBM/1999, Direktorat Jendral
Bina Marga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum 2007. Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
Jembatan, Edisi: Januari 2007, Puslitbang Jalan dan JembatanlBadan Penelitian
dan Pengembangan, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2004. Manual Pekerjaan Campuran
Beraspal Panas, No. 001-A/PW/2004, Bukn 1: Pedoman Umum, Direktorat
Jendral Prasarana Wilayah, Jakarta.
Revis; Standar Nasional Indonesia 2003. Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas
dengan Alat Marshall, RSNl M-01-2003, Badan Standar Nasional Indonesia,
Jakarta.
Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Grani!.

You might also like