Professional Documents
Culture Documents
Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta
Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta
JAGUNG FERMENTASI
Yohanes Baptista Pogo, Dr. Ir. Sundari, MP, Ir. Niken Astuti, MP.
INTISARI*)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan kimia dan biologi terhadap
kualitas kimia jerami jagung fermentasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola searah, perlakuan yang digunakan yaitu terdiri dari P0 (kontrol), P1 (penambahan urea), P2
(penambahan EM4) dan P3 (kombinasi antara uera dan EM4) masing-masing perlakuan diulang 3
kali. Data di analisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA), bila terdapat perbedaan
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test). Peubah yang diamati
yaitu kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan urea, Em4 dan kombinasi
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar bahan kering, kadar protein, kadar serat kasar, kadar
abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Akan tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
kadar lemak kasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jerami jagung yang
difermentasikan dengan menggunakan urea (kimia) memiliki nilai protein kasar tertinggi dibandingkan
yang di fermentasi dengan EM-4 (biologi) atau kombinasinya.
ABSTRACT *)
This study aims to determine the effect of chemical and biological treatment on the chemical
quality of fermented corn straw. This study used a Completely Randomized Design (CRD) of one way
pattern, the treatment used consists of P0 (control), P1 (addition of urea), P2 (addition of EM4) and
P3 (combination of Uera and EM4) each treatment is repeated 3 times. Data analysis uses Analysis of
Variance (ANOVA), if there is a difference followed by Duncan's Multiple Range Test. The observed
variables were water content, crude protein, crude fat, crude fiber, ash and extract material without
nitrogen. The results showed that the treatment using urea, Em4 and the combination had a
significant effect (P <0.05) on the dry matter content, protein content, crude fiber content, ash content,
and extract material without nitrogen. But no significant effect (P> 0.05) on crude fat content. Based
on the results of the study it can be concluded that the corn straw fermented using urea (chemistry)
has the highest crude protein value compared to that fermented with EM-4 (biology) or a combination
thereof.
Pelaksanaan penelitian
TDN 49,10
Keterangan :
Keterangan : a,b,c,d nilai rata-rata dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
P0 : Jerami jagung tanpa perlakuan
P1 : Jerami jagung dengan perlakuan kimia (urea)
P2 : Jerami jagung dengan perlakuan biologi (EM4)
P3 : Jerami jagung dengan perlakuan kombinasi (urea+EM4)
Menurut Komar (1984), kenaikan nitrogen yang terfiksasi akan terukur sebagai
kadar protein kasar yang diamoniasi dengan protein kasar. Lebih lanjut dikatakan bahwa
urea adalah sebagai akibat dari adanya ammonium hasil disosiasi NH4OH dari urea
ammonia hasil hidrolisis urea yang terfiksasi akan terserap ke dalam jaringan tanaman dan
(terserap) ke dalam jaringan serat dan akan berikatan dengan gugus asetil dari
tanaman, kemudian membentuk garam P0, P1 dan P3. Hal ini sebabkan karena
amonium asetat. Garam-garam ini pemberian jumlah EM-4 yang terlalu rendah
mengandung nitrogen (inti protein) yang akan (0,25 kg) sehingga belum mampu
terukur sebagai protein kasar. Menurut meningkatkan kandungan protei kasar pada
Soejono et al. (1987), amoniasi dengan urea jerami jagung yang difermentasi.
akan meningkatkan kadar protein kasar
karena N dari hidrolisis urea akan menyusup Perlakuan P2 memiliki nilai rata-rata
ke jaringan-jaringan sel sehingga bekerja protein kasar terendah dibandingkan dengan
paling efektif sampai masa fermentasi 21 hari, P0, P1 dan P3. Hal ini diduga penyebab
mereka mampu memacu proses fermentasi terjadinya penurunan protein kasar adalah
untuk membentuk biomassa yang dapat karena adanya aktivitas mikroorganisme yang
mentransformasi nitrogen dari urea menjadi kurang baik sehingga pada perlakuan dengan
protein mikroba sehingga dapat meningkatkan EM-4 terjadi penurunan kadar protein kasar.
kualitas jerami jagung. Wallace dan Chesson (1995) menyatakan
Penurunan kadar protein kasar ini juga bahwa clostridia proteolitik akan
diduga oleh penurunan aktivitas mikroba memfermentasi asam amino menjadi
sebagai akibat penurunan jumlah nutrisi yang bermacam-macam produk termasuk amonia,
tersedia untuk pertumbuhan dan proliferasi amina dan asam organik yang mudah
mikroba. Sintesis sel mikroba sangat menguap. Noviadi dkk. (2012) berpendapat
dipengaruhi oleh ketersediaan dan/atau bahwa adanya penurunan kandungan protein
konsentrasi prekursor, misalnya: glukosa, kasar pada produk silase yang dilakukan pada
asam nukleat, asam amino, peptida, amonia jerami jagung disebabkan oleh proses
dan mineral (S, K, dan P) (Preston dan Leng, perubahan kimiawi yang terjadi pada fase awal
1987). proses ensiling yaitu terurainya protein
menjadi asam amino, kemudian menjadi
Sedangkan pada P2 memiliki angka ammonia dan amina.
terendah yaitu 5,49% dibandingkan dengan
1 2 3
Keterangan : a,b,c,d nilai rata-rata dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
P0 : Jerami jagung tanpa perlakuan
P1 : Jerami jagung dengan perlakuan kimia (urea)
P2 : Jerami jagung dengan perlakuan biologi (EM4)
P3 : Jerami jagung dengan perlakuan kombinasi (urea+EM4)
Hasil analisis variansi (Lampiran 3) Hasil analisis variansi menunjukan
menunjukkan bahwa P0 berpengaruh sangat bahwa P2 dalam fermentasi jerami jagung
nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat memberikan pengaruh nyata terhadap
kasar silase jerami jagung. Berdasarkan uji kandungan serat kasar dibandingan dengan
beda mean Duncan’s New Multiple Range P0 dan P3. Dan pada P2 lebih rendah dari P1.
Test (DMRT) menunjukkan bahwa kadar serat Hal ini diduga karena mikroorganisme EM-4
kasar P0 berbeda secara nyata dengan P1, P2 yang menghasilkan enzim pencerna serat.
dan P3. Hal ini disebabkan karena perlakuan EM4 menghasilkan sejumlah besar enzim
P0 tidak ditambahnkan bahan lain sehingga pencerna serat kasar seperti selulase dan
kadar serat kasar pada P0 tidak terjadi mannase. Selain itu bakteri dalam EM-4
peningkatan. menguntungkan karena tidak menghasilkan
serat kasar dalam aktivitasnya, sehingga
Hasil analisis variansi (Lampiran 3) mereka lebih efektif dalam menurunkan serat
menunjukkan bahwa P1 berpengaruh secara kasar dari pada ragi dan jamur. Enzim
nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat pencerna serat yang dihasilkan dalam jumlah
kasar silase jerami jagung. Pada P1 memiliki besar terutama kelompok bakteri yaitu
angka tertinggi dibandingan perlakuan lain Lactobacillus casei dan Rhodopseudomonas
ataupun kontrol. Hal ini kemungkinan karena palutris. Dalam penelitian lain aktifitas bakteri
jerami yang digunakan sudah lama (bukan Lactobacillus yang memfermentasi bahan
jerami baru hasil panen), sehingga kualitasnya pakan ternak dari ampas tahu mampu
juga kurang baik, serta dengan adanya menurunkan kandungan serat kasar.
peningkatan serat kasar kemungkinan
disebabkan karena selama Lemak Kasar
fermentasi mikroorganisme banyak Rata-rata lemak kasar silase jerami
mendegradasi karbohidrat dan protein sehingga jagung pada P0 adalah 1,51%, P1 adalah
pada akhir fermentasi proporsi serat kasar 0,97%, P2 0,97% dan P3 1,18%. Hasil
akan menjadi lebih tinggi karena pengujian protein kasar disajikan pada (Tabel
tidak mengalami degradasi. 5).
Ulangan Rata-rata
Perlakuan ±Std.Dev
1 2 3
Keterangan : Rata-rata dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan tidak nyata (P>0,05)
P0 : Jerami jagung tanpa perlakuan
P1 : Jerami jagung dengan perlakuan kimia (urea)
P2 : Jerami jagung dengan perlakuan biologi (EM4)
P3 : Jerami jagung dengan perlakuan kombinasi (urea+EM4)
Hasil analisis variansi (Lampiran 4) lemak kasar bahan pakan ternak ruminansia
menunjukkan bahwa jerami jagung tanpa berkisar di bawah 5%.
perlakuan (P0) berpengaruh tidak nyata Kadar Abu
(P>0,05) terhadap kandungan protein kasar
silase jerami jagung. Berdasarkan uji beda Rata-rata kadar abu silase jerami
mean Duncan’s New Multiple Range Test jagung pada P0 adalah 12,70%, P1 adalah
(DMRT) menunjukkan bahwa kadar lemak 9,46% dan P2 11,76% dan P3 12,11%. Hasil
kasar P0 berbeda tidak nyata dengan P1, P2 uji kadar abu disajikan pada (Tabel 8).
dan P3. Berdasarkan hasil analisis variansi
Hasil analisis variansi (Lampiran 5)
(Lampiran 4) terlihat bahwa pada P0 memiliki
menunjukkan bahwa P0 berbeda nyata
angka tertinggi dibandingkan dengan P1, P2
dengan P1 dan P3. Berdasarkan uji beda
dan P3. Peningkatan kandungan lemak
mean Duncan’s New Multiple Range Test
kasar ini disebabkan karena adanya
(DMRT) menunjukkan bahwa kadar abu pada
penurunan kadar serat kasar dalam proses
P0 berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3. Hal
fermentasi, dengan semakin lamanya waktu
ini disebabkan karena abu adalah suatu zat
pemeraman juga mempengaruhi terjadinya
anorganik yang berhubungan dengan jumlah
peningkatan kadar lemak kasar secara
mineral yang terkandung dalam bahan pakan.
proporsional. Amrullah dalam Makmur (2006),
Peningkatan kadar abu pada perlakuan P0
bahwa kandungan lemak kasar dari bahan
menandakan bahwa mineral yang terkandung
pakan terdiri dari ester gliserol, asam-asam
dalam silase pada perlakuan tersebut juga
lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam
meningkat. Kadar abu merupakan parameter
lemak mudah menguap. Akan tetapi
untuk mengetahui mineral yang terkandung
kandungan lemak kasar yang terlalu tinggi
dalam suatu bahan yang mencirikan
pada bahan pakan ternak ruminansia juga
keberhasilan proses demineralisasi yang
tidak terlalu bagus karena dapat mengganggu
dilakukan. Semakin rendah kadar abu yang
proses fermentasi bahan pakan dalam rumen
dihasilkan maka mutu dan tingkat kemurnian
ternak. Menurut (Preston dan Leng, 1987)
akan semakin tinggi (Winarno, 2010).
menyatakan bahwa standar kandungan
Ulangan
Rata-rata
Perlakuan
± Std.Dev
1 2 3
Hal ini diduga terjadi peningkatan jerami jagung. Menurut Gazali (2014)
BETN tersebut kemungkinan disebabkan menyatakan fermentasi yaitu proses
karena proses fermentasi yang dilakukan perombakan dari struktur keras secara fisik,
jumlah bakteri meningkat sehingga kimia dan biologi sehingga bahan dari struktur
mendegradasi senyawa komplek menjadi yang komplek menjadi sederhana, maka daya
senyawa yang lebih sederhana, dengan cerna ternak menjadi lebih efisien. Hasil
menurunnya kandungan BETN pada silase analisis variansi (Lampiran 6) terlihat bahwa
pada perlakuan P1 memiliki kadar BETN DAFTAR PUSTAKA
terendah dibandingkan dengan P0, P2 dan P3.
Hal ini diduga karena Bahan Ekstrak Tanpa Amrullah, I. 2003. Nutrisi Ayam Petelur,
Nitrogen (BETN) merupakan bagian dari Cetakan I. Lembaga Satu Gunung
bahan makanan yang mengandung Budi, Bogor
karbohidrat, gula dan pati. Menurut Soejono Anggraeny. Y. N., U. Umiyasih dan N. H.
(1990) kandungan BETN suatu bahan pakan Krishna. 2006. Potensi limbah
sangat tergantung pada komponen lainnya, jagung siap rilis sebagai sumber
seperti abu, protein kasar, serat kasar dan hijauan sapi potong. Pros.
lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, Lokakarya Nasional Jejaring
esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari Pengembangan Sistem Integrasi
100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak Jagung-Sapi. Pontianak, 9-10
tanpa nitrogen (BETN). Hal ini disebabkan Agustus 2006. Puslitbang
kemampuan bakteri asam laktat dalam Peternakan. Bogor. hlm. 149-153
memanfaatkan sumber energi bagi Anonim. 2013. 1000 Tanaman Khasiat dan
pertumbuhannya sehingga memberikan Manfaatnya. www.indonews.co.id.
pengaruh yang berbeda pada setiap Diakses tanggal 30 Juli 2019
perlakuan. Bahan ekstrak tanpa nitrogen ini AOAC, 2005. Official Methods of Analysis.
dibutuhkan dalam proses ensilase sebagai 17th Ed. Association of Official
sumber energi bagi bakteri asam laktat dalam Analytical Chemist. Washington DC..
melakukan fermentasi. Arief, Muhammad., E. Kusumaningsih dan
B.S. Rahardja. 2008. Kandungan
Umumnya dalam proses protein kasar dan Serat Kasar Pada
fermentasi, kandungan BETN cenderung Pakan Buatan yang
menurun, karena BETN tersebut digunakan Difermentasi Probiotik. Program
sebagai energi oleh mikroba dalam Studi Budidaya Perairan, Fakultas
pertumbuhannya. Dalam aktivitasnya Kedokteran Hewan, Universitas
mikroba menggunakan sumber energi Airlangga, Surabaya.
karbohidrat mudah dicerna (BETN) sebagai Chuzaemi, S. dan M. Soejono. 1987.
langkah awal untuk pertumbuhan dan Pengaruh urea amoniasi terhadap
berkembang biak. Adanya peningkatan komposisi kimia dan nilai gizi jerami
aktivitas mikroba dalam mendegradasi padi untuk ternak sapi Peranakan
substrat, maka akan mempengaruhi juga Onggole. Prosiding Limbah
pemakaian energi (BETN) yang semakin Pertanian sebagai Pakan dan
banyak pula, sehingga dalam aktivitas Manfaat Lainnya. Available at
mikroba yang tinggi dapat menurunkan http://peternakanuin.bogspot.com/20
kandungan BETN. 07/12/ perlakuan-silase-
KESIMPULAN DAN SARAN danamoniasi-daun.html. Accession
Kesimpulan date: 30 Juli 2019.
Berdasarkan hasil penelitian dan Darmawan, K. 2010. Jerami padi fermentasi
pembahasan dapat disimpulkan bahwa pakan alternatif. http://em4
jerami jagung yang difermentasikan dengan baliorganik. blogspot.com. [Juli 2019]
menggunakan urea (kimia) memiliki nilai Darmawan. 2013. Metode Penelitian
Protein Kasar (PK) tertinggi dibandingkan Kuantitatif. Bandung: Remaja
yang difermentasi dengan EM-4 (biologi) atau Rosdakarya.
kombinasinya. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor:
Saran PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Dari hasil yang diperoleh, disarankan Furqaanida, N. 2004. Pemanfaatan klobot
bagi peternak jika memfermentasi jerami jagung sebagai substitusi sumber
jagung sebaiknya memakai urea untuk serat ditinjau dari kualitas fisik dan
meningkatkan kualitas kimia pada jerami palatabilitas wafer ransum komplit
jagung untuk domba. Skripsi. Fakultas
Peternakan.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Pakan Ternak. Departemen Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Peternakan, Fakultas Pertanian, Pertanian Bogor.
Universitas Sumatera Utara. Medan. Hartadi, H., L.C. Kearl, S. Reksohadiprojo,
L.E. Harris dan S. Lebdosukoyo.
Hardjo S. 1989. Biokonversi Pemanfaatan 1980. Tabel-tabel dari komposisi
Limbah Industri Pertanian. Bogor: bahan makanan. Data ilmu makanan
Departemen Pendidikan dan ternak untuk Indonesia. Gadjahmada
Kebudayaan Direktorat jendral University Press. Yogyakarta
Haryoto, 2001. Meningkatkan Protein Kasar Kusriningrum. R.S. 2010. Perancangan
Jerami Padi dengan teknologi EM- Percobaan. Pusat Penerbitan dan
4.Laporan Tugas Akhir, Akademi Percetakan Unair (AUP). Surabaya.
Peternakan Karanganyar, 273 hal.
Karanganyar. Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT.
Hastuti, D., Shofia, N. A., & Iskandar, B. Pembangunan. Jakarta
(2011). Pengaruh perlakuan Manurung T., dan Zulbardi M.
teknologi amofer (amoniasi 1996.Peningkatan Mutu Jerami Padi
fermentasi) pada limbah tongkol Dengan Perlakuan Urea
jagung sebagai alternatif pakan McDonald, P.; Henderson, A. R.; Heron, S. J.
berkualitas ternak ruminansia. E., 1991. The biochemistry of silage.
Mediagro, 7(1), 55-65. Chalcombe Publications, London
Hermayanti, Yeni dan Eli Gusti. 2006. Modul Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B.L. Ginting.
analisa proksimat. Padang: SMAK 3 2008. Metode Pengolahan Limbah
Padang. Untuk Pakan Ternak. Universitas
Hernaman, I., Budiman, A.dan Rusmana. D., Jambi. Jambi
2007. Pembuatan silase campuran Mursyid, M. 2011. Pedoman Umum
ampas tahu dan onggok serta Pengembangan Lumbung Pakan
pengaruhnya terhadap Ruminansia. Direktorat Jenderal
fermentabilitas dan zat-zat makanan. peternakan dan Kesehatan Hewan.
Jurnal Bionatura 9 (2) : 172183. Jakarta.
Jamarun, N. 1991. Penyediaan Pemanfaatan Nista, D., H. Natalia dan A. Taufik. 2010.
dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Teknologi Pengolahan Pakan.
sebagai Makanan Ternak di Direktorat Jendral Bina Produksi
Sumatera Barat , Pusat Penelitian Peternakan. Palembang.
Universitas Andalas, Padang. Purwadaria, T., T. Haryati, A. P. Sinurat, J.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Darma, And T. Pasaribu. 1997.
Lab. Makanan Ternak, jurusan Effect of various enzymatic
Nutrisi dan Makanan Ternak, incubation temperatures on the
Fakultas Peternakan, UGM. nutritive value of coconut meal
Yogyakarta. fermented with Aspergillus niger
Kartadisastra, H.R. 2011. Penyedian & NRRL 337. Current Status of
Pengolahan Pakan Ternak Agricultural Biotechnology in
Ruminansia. Penerbit Kanisius. Indonesia. A. DARUSSAMIN, I. P.
Yogyakarta. KOMPIANG, and S.
Khampa S, Wanapat M, Wachirapakorn C, MOELJOPAWIRO (Editors), AARD
Nontaso N, Wattiaux M. 2006. Indonesia. pp. 523526.
Effects of urea level and sodium DL- Rangkuti, M. 1987. Meningkatkan Pemakaian
malate in concentrate containing Jerami Jagung Sebagai Pakan
high cassava chip on ruminal Ternak Ruminansia Dengan
fermentation efficiency, microbial Suplementasi. Bioconvertion Project
protein synthesis in lactating dairy Workshop on Crop residues For
cows raised under tropical condition. Feed and Other Purposes. Grati
Asian-Aust J Anim Sci 19:837–841.
Ridho, M. F. 2014. Makalah Teknologi Suyatno., Yani, A., Zailzar, L., dan Sujono.
Pengolahan Pakan. http://ridho- Peningkatan kualitas dan
peternak.blogspot.com/2014/05/vbeh ketersediaan pakan untuk
aviorurldefaultvmlo_26.html.Diakses mengatasi kesulitan di musim
pada 30 Juli 2019. kemarau pada kelompok peternak
Servais, Pierre. 2007. Fecal Bacteria in the sapi perah. Fakultas Peternakan dan
Rivers of the Seine Drainage Pertanian. Universitas Gajah Mada.
Network (France). Source, Fate and Journal Dedikasi. Vol. 8. Yogyakarta.
Modelling; Universite Libre de Tangendjaja, B dan E. Wina. 2006. Limbah
Bruxelles; Bruxelles. Tanaman dan Produk Samping
Industri Jagung untuk Pakan. Balai
Sangaji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Penelitian Ternak. Bogor.
“Metodologi Penelitian”. ANDI. Tillman, A. D. 1991. Komposisi Bahan
Yogyakarta Makanan Ternak Untuk Indonesia.
Soejono, M.R. Utomo, Widyantoro. 1987. Gadjah Mada University Press.
Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Yogyakarta.
Padi dengan Berbagai Perlakuan. Wallace, R.J. Dan C. Chesson. 1995.
Proceeding Bioconversion Project Biotechnology in Animal Feeds and
Second Workshop on Crop Residues Animal Feeding. Winheim. Ithaca
for Feed and Other Purposes, Grati. and London.
Subandi, M.M., Dahlan, M.D., Moentono, Wanapat, M., Kang, S., Hankla, N. and
Iskandar S., Sudaryono, dan M. Phesatcha, K. 2013. Effect of rice
Sudjaji. 1988. Status Penelitian straw treatment on feed intake,
Jagung dan Sorgum. Risalah rumen fermentation and milk
Simposium II Penelitian Tanaman production in lactating dairy cows.
Pangan. Ciloto. Bogor Afr. J. Agric. Res. 8(17): 1677-1687.
Sudarmaji, S, dkk. 1997. Prosedur Analisa DOI: 10.5897/AJAR2013.6732
untuk Bahan Makanan dan Pertaian.
Yogyakarta: Liberty. Winarno. 2010. Enzim Pangan. Jakarta:
Sudirman dan Imran. 2007. Kerbau Sumbawa: Gramedia Pustaka Utama.
sebagai konverter sejati pakan Wisnu, A. F., dan Ariharti, M. A, 2012. Manfaat
berserat. Lokakarya Nasional Usaha UMMB Pada Sapi Perah Laktasi
Ternak Kerbau Mendukung Program Berpengaruh Terhadap Produksi
Kecukupan Daging Sapi. Fakultas Susu. Direktorat Pakan TernaK.
Peternakan Universitas Mataram, BBPTU Sapi Perah Baturraden.
Nusa Tenggara Barat.
Sukaryana Y., U. Atmomarsono, V. D. Woyengo, T.A., Gachuiri, C.K., Wahome, R.G.
Yunianto, dan E. Supriyatna. 2011. and Mbugua, P.N. 2004. Effect of
Peningkatan nilai kecernaan protein protein supplementation and urea
kasar dan lemak kasar produk treatment on utilization of maize
fermentasi campuran bungkil inti stover by Red Maasai sheep. SA Jnl
sawit dan dedak padi pada Animal Sci, 34 (1): 23-30.
broiler.fakultas Peternakan doi.org/10.4314/sajas.v34i1. 3806
Universitas Diponegoro.JITP, 1(3):
167-172. Semarang.
Sulardjo. 1999. Usaha Meningkatkan Nilai
Nutrisi Jerami Padi, SainTeks. Vol 7
(3) : Universitas Semarang.