You are on page 1of 14

46 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

PENGARUH LATAR BELAKANG KELUARGA, KEGIATAN PRAKTIK DI


UNIT PRODUKSI SEKOLAH, DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA
SMK DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Emilda Jusmin
SMK Negeri 2 Simpang Empat Kab. Tanah Bumbu Kal-Sel
emildajusmin@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to investigate the effects of the family background, school production unit activities and
learning implementation of entrepreneurship on the entrepreneurship readiness of Vocational High School (VHS)
students in Tanah Bumbu District, South Kalimantan.
This study was an ex-post facto research applying the quantitative approach. The subjects were the students
of public VHSs in Tanah Bumbu District South Kalimantan. The sample consisted of selected using the proportional
cluster random sampling technique. The data were collected using a four-scale Likert-type questionnaire. The
instrument validity was assessed using the scale product moment correlation , while the instrument reliability
was assessed using the Cronbach’s Alpha formula. The techniques data analysis in this study were a descriptive
technique and multiple regression at a significance level of 5%.
The results of the multiple regression analysis are as follows. 1) There is a significant effect of the family
background variable on the entrepreneurship readiness with a contribution of 19.3%. As many as 46.3% of the
students have a family background in the low category. 2) There is a significant effect of the variable of school unit
production activities on the entrepreneurship readiness of VHS students with a contribution of 21.7%. As many
as 40% of the students have school production unit activities in the low category. 3) There is a significant effect of
the implementation of entrepreneurship teaching on the entrepreneurship readiness a contribution of 18.5 %. As
many as 46.8% of the students have an entrepreneurial learning implementation in the low category. 4) There are a
significant effect of the family background variables, the school production unit activities, and the implementation
of entrepreneurial learning as an aggregate with a contribution of 34.7%. As many as 42.9% of students have
entrepereneurship readiness in the low category.

Keywords : Family Backgrounds, Shcool Production Unit Activities and Learning Implementation of
Entrepreneurship.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latar belakang keluarga, kegiatan praktik di unit produksi
sekolah, dan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap
kesiapan berwirausaha siswa SMK di kabipaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
Penelitian ini merupakan ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa SMKN
di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Sampel sebanyak 205 siswa yang ditentukan menggunakan tehnik
proportional Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan model skala likert
4 alternatif jawaban. Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment dari Scale sedangkan
untuk reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach’s. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan regresi ganda pada taraf signifikansi 5 persen.
Hasil analisis regresi ganda menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang signifikan variable latar belakang
keluarga terhadap kesiapan berwirausaha dengan kontribusi sebesar 19,3%. Sebanyak 46,3% siswa memiliki latar
belakang keluarga dalam kategori rendah; 2) terdapat pengaruh yang signifikan variable kegiatan praktik di unit
produksi sekolah terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK dengan kontribusi sebesar 21,7%. Sebanyak 40%
siswa memiliki kegiatan praktik di unit produksi sekolah dalam kategori rendah; 3) terdapat pengaruh yang
signifikan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan berwirausaha dengan kontribusi sebesar
18,5 %. Sebanyak 46,8% siswa yang memiliki pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dalam kategori rendah;
dan 4) terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variable latar belakang keluarga, kegiatan praktik
di unit produksi sekolah, pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dengan kontibusi sebesar 34,7%. Sebanyak
42,9% siswa yang memiliki kesiapan berwirausaha dalam kategori rendah.

Kata Kunci: Latar belakang keluarga, kegitan praktik di unit produksi sekolah, dan pelaksanaan pembelajaran
kewirausahaan.
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 47

PENDAHULUAN jumlah penduduk diperlukan untuk mencapai


tingkat kemakmuran, maka Indonesia saat ini
Menurut David Snedden dan Charles harus memiliki sekitar 4.600.000 wirausaha
Prosser Pendidikan kejuruan atau Vocational (Frinces, 2010:4).
Education, dikembangkan didasarkan pada prinsip Kewirausahaan adalah kemampuan
efisiensi sosial (social efficiency) yang sangat berusaha, mengelola perusahaan yang dapat
mendambakan kemampuan IQ peserta didik menciptakan lapangan kerja melalui kegiatan
(Wenrich dan wenrich, dalam Soenarto, 2003:13). kreatif, inovatif, dan terorganisir. Dalam
Pada jenjang pendidikan SMK siswa diharapkan menciptakan produk baru dan pasar baru disertai
untuk memiliki skill, pengetahuan dan sikap agar keberanian mengambil resiko atas hasil ciptaannya
para lulusan siap pakai dan berkompetensi dalam dan melaksanakannya secara terbaik (ulet, gigih,
memasuki dunia kerja, seperti yang tertuang tekun, progresif, dan pantang menyerah) sehingga
dalam penjelasan Nomor 20 tahun 2003 tentang nilai tambah yang diharapkan dapat dicapai. Hasil
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No. 20 kegiatan kreatif adalah daya cipta produk baru
tahun 2003). Selanjutnya dijelaskan, bahwa dan pasar baru, hasil kegiatan inovatif adalah
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan pengembangan dari produk dan pasar yang baru.
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat Kewirausahaan merupakan salah satu jenis
bekerja dalam bidang tertentu. Dengan demikian, pelatihan yang sangat berguna bagi siswa untuk
pendidikan kejuruan berfungsi sebagai sarana mengembangkan jiwa kewirausahaan, dimana
persiapan pada dunia kerja. pelajaran kewirausahaan wajib diberikan pada
Masalah pengangguran dan kemiskinan siswa dari semua jenjang dan program keahlian.
masih merupakan masalah besar yang dihadapi Mata pelajaran kewirausahaan bertujuan agar
bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa siswa dapat mengaktualisasikan diri dalam prilaku
tahun kedepan. Tingkat pengangguran meningkat berwirausaha dan berjiwa wirausaha. Isi mata
dari 6,08% tahun 2004, dan naik menjadi 10,14% pelajaran kewirausahaan difokuskan pada prilaku
pada tahun 2006. Pada tahun 2007 terjadi sedikit wirausaha sebagai fenomena empiris yang terjadi
penurunan yang disebabkan karena tersedianya di lingkungan siswa. Pembelajaran kewirausahaan
lapangan kerja baru yang diharapkan dapat dapat menghasilkan prilaku wirausaha dan jiwa
menampung sekitar 2,1 juta orang,yang berasal kepemimpinan yang sangat terkait dengan cara
dari sektor jasa, industri, manufaktur, yang mengelola usaha untuk membekali siswa agar
dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dapat berusaha secara mandiri. Pembelajaran
pada tahun 2007 sehingga angka pengangguran kewirausahaan yang diberikan disekolah untuk
berkurang menjadi 9,9%(http://www.merdeka. dapat meningkatkan dan menumbuhkan jiwa
com/ekonomi/nasional/bappenas-angka- dan semangat peserta didik. Kewirausahaan
pengangguran-2007) merupakan strategi nyata untuk mewujudkan
Tingkat kemampuan berwirausaha di kesejahteraan bangsa.
Indonesia masih rendah bila dibandingkan Pendidikan kewirausahaan di Indonesia
dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. masih kurang memperoleh perhatian, baik oleh
Rasio antara jumlah wirausahawan dibandingkan dunia pendidikan maupun masyarakat. Studi
dengan jumlah penduduk Indonesia hanya 1:83, Blazely dalam Didik (2009: 9) menyatakan bahwa
sedangkan Filipina 1:66, Jepang 1:25, bahkan pembelajaran sekolah cendrung sangat teoritik
Korea kurang dari 20. Ditinjau berdasarkan rasio dan tidak terkait dengan lingkungan dimana anak
wirausahawan secara International, rasio yang berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu
ideal 1:20 (Yuyus S, 2010:4). Untuk mengurangi menerapkan apa yang dipelajari di sekolah,
angka pengangguran salah satu cara yang bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi
dilakukan adalah dikembangkannya semangat dalam kehidupan keseharian.
entrepreneurship sedini mungkin. Hal ini Berdasarkan kenyataan yang ada,
disebabkan karena suatu bangsa akan maju apabila banyak pendidik yang kurang memperhatikan
jumlah entrepreneurnya paling sedikit 2% dari penumbuhan sikap, motivasi, minat dan perilaku
jumlah penduduk. Pada Tahun 2010 Indonesia berwirausaha peserta didik, baik di sekolah–
memiliki sekitar 400.000 wirausahawan = 0,18% sekolah kejuruan, maupun di pendidikan
dari jumlah penduduk. Bila rumusan 2% dari profesional. Orientasi mereka, pada umumnya
48 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

hanya pada menyiapkan tenaga kerja dan bukan menjadi enterepreneur.


pada mendidik calon wirausaha. Pelaksanaan Penelitian tentang kewirausahaan
pembelajaran kewirausahaan di sekolah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
karenanya harus responsif terhadap perubahan sehingga ditemukan faktor yang mendukung
pasar sehingga siswa mampu menguasai pembentuk kewirausahaan. Situasi ekonomi
kompetensi. Proses pengajaran kewirausahaan yang terus berfluktuasi dan tingkat pengangguran
mencakup pemberian keterampilan-keterampilan yang terus meningkat dari tahun ke tahun perlu
luas/sesuai kompetensi yang dapat ditularkan untuk segera dupayakan jalan keluar untuk
melalui, pembentukan/pengembangan pribadi, mengatasinya. Selain itu bahwa siswa-siswa
dan mengasah kemampuan untuk membuat yang merupakan generasi penerus bangsa dan
perencanaan yang inovatif peserta didik. bagian dari warga negara, harapan kedepan
Kesiapan berwirausaha dapat dipahami jika pendidikan kewirausahaan mampu
sebagai kemampuan dan kemauan peserta mengubah sikap mental dari pencari pekerjaan
didik untuk menyiapkan segala sesuatu yang ke menciptakan pekerjaan, maka akan memberi
diperlukan ketika ingin memulai berwirausaha. pengaruh penciptaan lapangan pekerjaan baru
Heru Kristanto (2009:4) menyatakan bahwa bagi beberapa tenaga kerja sehingga akan mampu
sebelum seseorang berwirausaha terlebih dahulu memberikan andil dalam perkembangan ekonomi.
harus memiliki 6 kemampuan: (1) kemampuan Karena penelitian ini dilakukan di Daerah
merumuskan tujuan hidup dan mengelola usaha; Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan
(2) kemampuan memotivasi diri; (3) kemampuan setidaknya akan memberikan pengaruh pada
berinisiatif; (4) kemampuan membentuk modal; kesiapan Daerah Tanah Bumbu dalam penataan
(5) kemampuan mengatur waktu; (6) kemampuan ekonomi daerah, mampu memberikan pengaruh
mental yang dilandasi agama; dan (7) kemampuan dalam kebijakan tentang orietansi pengembangan
mengambil hikmah dari pengalaman. Untuk dapat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerah
memiliki kemampuan tersebut, peserta didik Tanah Bumbu.
perlu dibekali berbagai kemampuan di bidang Penelitian ini dimaksudkan untuk
wirausaha sehingga siap berwirausaha. Di sisi mengetahui kesiapan berwirausaha siswa SMK
lain, para peserta didik dan lulusan SMK masih dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
banyak menjumpai kendala di lapangan antara berwirausaha antara lain sebagai berikut: latar
lain kurangnya pengetahuan dalam berwirausaha, belakang keluarga, kegiatan praktik di Unit
permodalan, rendahnya motivasi dan komitmen Produksi Sekolah (UPS) dan pelaksanaan
untuk berwirausaha, minimnya fasilitas dan sarana pembelajaran kewirausahaan.
praktek disekolah yang dikelola secara profesional
sebagai tempat untuk melatih dan mendekatkan LANDASAN TEORI
siswa pada kondisi yang sebenarnya, serta
kurangnya dukungan keluarga dan pengalaman Pendidikan Menengah Kejuruan
yang dimiliki. Disamping itu, apakah kegiatan Pengertian pendidikan kejuruan
Unit Produksi di Sekolah benar-benar memberikan dikembangkan dari terjemahan konsep vocational
media kegiatan praktik yang optimal yang mampu education (pendidikan kejuruan) dan accopational
memberikan kesempatan pelatihan berwirausaha education (pendidikan keduniakerjaan), keduanya
kepada siswa, apakah kegiatan unit produksi termasuk dalam pendidikan untuk menghasilkan
dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk lulusan untuk bekerja maupun teknisi industri.
berwirausaha, apakah kegiatan unit produksi dapat Berkaitan dengan pendidikan kejuruan,
memberikan pengalaman langsung para perserta Henry dan Thompson mendefiniskan pendidikan
didik sebagai bekal berwirausaha. kejuruan dalam Berg (2002:45) sebagai berikut
Berdasarkan survei pendahuluan yang
dilakukan di beberapa SMK di Kabupaten Tanah
Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, pelaksanaan “Vocational education is “learning how
pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan to work”, vocational education has been
yang diajarkan disekolah, selama ini baru an effort to improve technical competence
memperkenalkan konsep teoritik kewirausahaan and to raise an individual’s position in
belum kepada taraf bagaimana memberikan spirit society through mastering his environment
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 49

with technology. Additionally, vocational Pendapat di atas dapat diartikan bahwa


education is geared to the needs of the job pendidikan kejuruan berkaitan erat dengan
market and thus is often seen as contribution keterampilan menggunakan alat atau mesin,
to national economic strength” pendidikan kejuruan di identifikasikan pada
asumsi dikotomi yaitu pengetahuan umum
Inti dari pendapat Berg bahwa pendidikan lawan pengetahuan khusus; pengetahuan teori
kejuruan itu identik dengan belajar bagaimana lawan praktik; pemahaman konsep lawan
untuk bekerja, pendidikan kejuruan berupaya pemilikan keterampilan; kemampuan kreatif
meningkatkan tehnik dan posisi seseorang di lawan kemampuan reproduktif; keterampilan
lingkungannya melalui penguasaan tehnologi intelektual lawan kemampuan fisik; persiapan
dan pendidikan kejuruan berkaitan erat dengan untuk kehidupan lawan persiapan untuk bekerja.
kebutuhan pasar kerja dan karena itu sering Menurut Clake & Winch (2007:9)
dipandang sebagai sesuatu yang memberikan mendefinisikan vocational education is confined
kontribusi yang kuat terhadap ekonomi yang to preparing young people and adults for working
minimal. Sementara Gosskov (2000:5) life, a process often regarded as of a rather
mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai technical and practical nature. Pendidikan
berikut : kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan
anak-anak muda dan remaja untuk memasuki
The mandate of vocational school and lapangan kerja, pendidikan kejuruan adalah suatu
training manifold. first, the vocational proses yang mempelajarannya berkaitan dengan
education and tarining system should masalah teknik dan praktik. Apapun bedanya
deliver both foundation and specialist skills dari definisi yang dikemukakan, namun secara
to private individuals, enabling them to find esensi mempunyai kesamaan makna bahwa
employment or launch their own business, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
to work productively and adapt to different yang mempersiapkan peserta didik untuk
technologies, tasks and conditions. memasuki dunia kerja. Orientasi yang demikian
akan membawa konsekuensi bahwa pendidikan
Inti dari pernyataan Gasskov adalah kejuruan harus dekat dengan dunia kerja.
fungsi pendidikan kejuruan adalah menyiapkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
pondasi dan keterampilan khusus pada seseorang, salah satu bentuk dari pendidikan menengah
mengaembangkan mereka untuk mendapatkan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan
pekerjaan, membantu mereka bekerja produktif menyiapkan lulusan untuk menjadi tenaga kerja
dan adaptif dalam kondisi dan tugas-tugas dengan tingkat menengah, di samping untuk melanjutkan
teknologi yang berbeda. Sandersdan Stevenson ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pendirian
mendefinisikan pendidikan kejuruan dalam Sekolah Menengah Kejuruan selain memenuhi
Pavlova (2009:45) sebagai berikut: ketentuan persyaratan penyelenggaraan, jumlah
dan tingkat pendidikan guru, kurikulum,
fasilitas dan pembiayaan, sekolah kejuruan
“......conceptualisations of vocational
harus memenuhi persyaratan tersedianya potensi
education are related to skill in using
lapangan kerja, termasuk dunia usaha dan industri
tools and machines, vocational education
(Soenarto, 2003:15). Dengan demikian SMK
is identified a number of dichotomies
memiliki peran penting dalam menyiapkan calon
in these underlying assumptions. These
tenaga kerja.
include general knowledge versus specific
Posisi strategis tersebut tampak dalam
knowledge; theoretical knowledge versus
berbagai aspek berikut:
practical/functional knowledge; conceptual
a) SMK merupakan bagian integral dari
understanding versus proficiency in skills;
sektor ekonomi yang turut berperan
creative abilities versus reproductive
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
abilities;ratio intellectual skills versus
suatu bangsa. Oleh karenanya SMK perlu
physical skills; preparation for life versus
dikembangkan baik secara kuantitas maupun
preparation for work”.
kualitas.
b) Kualitas SMK merefleksikan kualitas tenaga
50 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

kerja Indonesia yang perlu dikembangkan seseorang yang membuatnya siap untuk memberi
untuk meningkatkan daya saing sumberdaya respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap
manusia Indonesia. suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu
c) SMK berperan dalam mengurangi indeks saat akan berpengaruh pada atau kecendrungan
pengangguran dalam lingkup lokal maupun untuk memberi respon. Kondisi mencakup
nasional. setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu: (a) kondisi fisik,
mental, dan emosional; (b) motif dan tujuan; dan
Berdasarkan pernyataan diatas dapat (c) keterampilan dan pengetahuan yang telah
disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan dalam dipelajari.
hal ini sekolah menengah kejuruan adalah Kesiapan (raidness) seseorang
pendidikan yang lebih mengutamakan pada merupakan sifat-sifat dan kekuatan pribadi yang
penguasaan keterampilan sesuai dengan minat berkembang dan memungkinkan orang untuk
dan bakat yang dimiliki, sehingga mampu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
mempertahankan kehidupannya baik dengan serta mampu memecahkan persoalan yang
bekerja didunia industri/usaha maupun mandiri dihadapinya. Sementara kematangan (maturity)
dengan mendirikan usaha atau membuka lapangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk
pekerjaan sendiri. bereaksi dengan cara tertentu (Wasty Soemanto,
2003:192-197). Kaitannya dengan siswa sekolah
Kesiapan Berwirausaha kejuruan, kematangan yang dimiliki selanjutnya
Timnos dalam Lambing dan Kuehl akan menumbuhkan kapasitas mental sekaligus
(2000:14) mendefinisikan kewirausahaan dengan mempengaruhi aktivitas belajar dan tingkat
istilah entrepreneurship sebagai berikut: kesiapan mereka bekerja.
Menurut Mulyadi (2009:82) dalam rangka
Kewirausahaan adalah tindakan kreatif kesiapan berwirausaha yang harus diperhatikan
manusia yang membuat sesuatu yang tidak bagi seseorang untuk memasuki dunia usaha
berharga (tidak mempunyai nilai) menjadi meliputi: (a) meningkatkan rasa percaya diri
berharga. Kewirausahan menciptakan dengan cara mengetahui dan memahami tentang
suatu kesempatan dengan sumber daya suatu hal yang kita lakukan dan jalankan; (b)
yang kurang memadai. Kewirausahaan berusaha selalu fokus pada sasaran; (c) sumber
memerlukan visi, tekad dan komitmen daya yang meliputi: orang, peralatan, dana,
untuk memimpin/menguasai orang lain teknologi, informasi, dan waktu; (d) mempelajari
dalam upaya mewujudkan visi tersebut. cara mengenal risiko dan mengatasi risiko; (e)
Kewirausahaan juga mempunyai berorientasi kemasa depan; (f) selalu mencoba
keberanian untuk mengambil resiko yang berinovasi; dan (g) memahami aspek guna
telah diperhitungkan sebelumnya meningkatkan rasa tanggung jawab. Sementara
menurut Finnces (2011:50) persiapan sebagai
Sementara Frinces mengatakan (2011:12) seorang wirausaha dapat diawali yaitu:(a)
kewirausahaan adalah orang-orang yang persiapan pribadi baik secara fisik, mental
mempunyai insting (semangat, jiwa, nalar, dan spritual; (2) persiapan pada personalitas
intuisi, dan kompetensi ), untuk berbisnis, risk seorang wirausaha; (3) persiapan pengembangan
taker (pengambil resiko ) berani investasi, berani keterampilan; (4) menyiapkan rencana bisnis
rugi dalam memperoleh keuntungan (gambling) memulai kegiatan usaha; dan (5) kemampuan
dan berani melakukan perubahan dengan cepat memasarkan produk. Selanjutnya menurut
dan besar (bila memang dibutuhkan) untuk Frinces (2011:66) yang menyatakan bahwa
menciptakan kemajuan setiap saat. proses untuk menjadi wirausaha dapat melalui,
Dari pendapat tersebut kewirausahaan (a) keturunan (naluri alamiah); (b) bekerja pada
dapat diartikan sebagai proses kemampuan yang orang, keinginan menjadi wirausaha; (c) diajak
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat teman atau kelurga; dan (d) dibentuk lewat proses
dan sumber daya untuk mencari peluang menuju pendidikan formal/informal misalnya pelatihan,
sukses. workshop, pelatihan khusus, manajemen, bisnis,
Menurut Slameto (2010:113) readiness akuntansi, kewirausahaan.
atau kesiapan adalah keseluruhan kondisi
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 51

Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan secara berkesinambungan, bersifat akademis dan
bahwa kesiapan berwirausaha merupakan bisnis dengan memberdayakan warga sekolah/
kemauan, keinginan dan kemampuan untuk madrasah dan lingkungan dalam bentuk unit
berwirausaha. Seseorang harus mampu mandiri, produksi/jasa yang dikelola secara profesional.
berani mengambil resiko, inisiatif dan tanggung Unit Produksi/Jasa (UPJ) juga merupakan suatu
jawab, disiplin, mempunyai visi kedepan, mampu usaha incorporated-entrepreneur atau suatu
memasarkan produk, dapat mengembangkan wadah kewirausahaan dalam suatu organisai yang
suatu ide cemerlang dan berwawasan luas, serta memerlukan kewenangan khusus dari pimpinan
berani mengambil keputusan. sekolah kepada pengelola untuk melakukan tugas
dan tanggung jawabnya secara demokratis.
Latar belakang keluarga
Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tujuan Unit Produksi Sekolah
tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Untuk meningkatkan mutu tamatan dalam
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang dan keterampilan; (1) wahana pelatihan
terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan berbasis produksi/jasa bagi siswa; (2) wahana
anaknya dan atau ibu dan anaknya. menumbuhkan dan mengembangkan jiwa
Menurut pendapat Sudjana (2004:23) latar wirausaha guru dan siswa pada SMK/MAK;
belakang keluarga siswa merupakan kondisi yang (3) sarana praktik produktif secara langsung
ada pada keluarga khususnya orang tua siswa yang bagi siswa. (4) membantu pendanaan untuk
dicerminkan dalam status ekonomi sosial dan pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya
ekonomi. operasional pendidikan lainnya; (5) menambah
Singgih (1990:5) menyatakan bahwa dasar semangat kebersamaan,karena dapat menjadi
kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil wahana peningkatan aktivitas produktif guru dan
perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat-bakat siswa serta memberi ’income’ serta peningkatan
orang tua dan lingkungan dimana ia berada dan kesejahteraan warga sekolah.
berkembang. Lingkungan pertama yang mula-
mula memberikan pengaruh yang mendalam Pelaksanaan Unit Produksi Sekolah.
adalah lingkungan keluarganya sendiri. Pelaksanaan Unit Produksi mengacu
Lambing & Kuehl (2000:37) mengatakan pada, (a) keberadaan Unit Produksi pada
bahwa kebanyakan dari keluarga yang wirausaha ketentuan-ketentuan yang berlaku pekerjaan Unit
akhirnya membawa anak-anak ke dalam bisnis, Produksi yang dikerjakan oleh siswa mendukung
mulai dari usia yang sangat dini, anak-anak penguasaan profil kompetensi dan pengembangan
membantu dalam kegiatan perusahaan.Sementara wawasan kewirausahaan; (b) keterlibatan semua
Katz & Green (2009:65) menyatakan bahwa pihak (siswa, guru, karyawan) dalam kegiatan unit
seorang anak yang mendapatkan pengalaman kerja produksi mengacu pada kaidah bisnis.
kewirausahaan sejak dini, akan membantu mereka
dalam mengembangkan keahlian, komptensi Manfaat Unit Produksi Sekolah
dan kepercayaan diri, untuk menjadi pengusaha 1. Aspek edukatif diantaranya melatih dan
sukses. Hal ini sesuai dengan pendapat Frinces mendidik siswa.
(2011:69) yang menyatakan bahwa seorang calon 2. Aspek ekonomis diantaranya memupuk dan
wirausaha di mana yang bersangkutan memang menumbuhkan jiwa wirausaha bagi siswa
memiliki keturunan dari orang tuanya atau orang sehingga setelah mereka lulus tidak hanya
tua mereka sebelumnya yang secara alamiah berperan sebagi tenaga pencari kerja namun
memiliki keturunan seorang atau keluarga orang- lebih dari itu dapat menciptakan dunia kerja
orang pebisnis atau wirausaha. mandiri.
3. Aspek sosial diantaranya pelaksanaan
Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah kegiatan unit produksi dapat dilandasi dengan
Menurut Bambang Sartono (Dikmenjur semangat kebersamaan, tolong menolong, dan
2007:6) menyatakan bahwa Unit Produksi/Jasa saling tukar pendapat.
Sekolah Menengah Kejuruan ialah suatu proses
kegiatan usaha yang dilakukan sekolah/madrasah
52 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

Pakpahan yang dikutip dari Amat Jaidun Dkk pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi
(2000: 12). mentor yang kemudian akan dijadikan role
model bagi peserta didik. Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran kewirausahaan di kewirausahaan yang dimaksudkan jiwa
SMK kewirausahaan dapat ditumbuhkan dan dimiliki
Makna penjelasan Asitim yang dikutip dari siswa diharapkan mempunyai kepercayaan diri
Eman Suherman (2010 : 22) disimpulkan tujuan lebih tinggi, berani mengambil resiko untuk dapat
pembelajaran kewirausahaan hendaknya dapat berkreasi dan inofatif dalam menciptakan atau
memberikan bekal bagi peserta didik melalui tiga menangkap peluang yang ada.
dimensi yaitu aspek manajemen skill, production,
technical skill, dan personality develovmental METODE
skill. Dari ketiga hal utama tersebut intinya
menanamkan sikap dan semangat mandiri serta Penelitian ini merupakan penelitian
kemampuan kerjasama siswa. kuantitatif mencari pengaruh faktor-faktor atau
Menurut Garavan & Barra (1994) yang variabel terhadap kesiapan berwirausah siswa
menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan SMK. Adapun variabel tersebut terdiri dari tiga
dan program kewirausahaan yang dirancang variabel bebas yaitu latar belakang keluarga
dengan baik akan menggunakan gabungan (X1), kegiatan praktik di unit produksi jasa (X2)
dari pelajaran teori dan praktik, keterampilan, dan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan
strategi pembelajaran yang indikatif dan proses (X3), sedangkan varibel terikat yaitu kesiapan
belajar mengajar yang menarik. Pendidikan berwirausaha (Y).
kewirausahaan dan program pelatihan dapat Penelitian ini merupakan penelitian sampel
memberikan saringan atau masukan untuk dengan teknik Cluster Proportional Random
gagasan baru. Sampling. Jumlah dari populasi sebanyak 440
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berasal dari 4 SMKN di Kabupaten Tanah Bumbu.
pendidikan kewirausahaan yang disajikan dan Penentuan jumlah sampel berdasarkan tabel Kricie
diserap oleh siswa harus memberikan kompetensi Morgan maka sampel 205 responden.
bagi siswa kejuruan untuk memiliki sikap dan
perilaku wirausaha, mandiri dan semangat jiwa Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data
kewirausahaan harus ditanamkan lewat proses Penelitian ini menggunakan instrumen
pembelajaran kewirausahaan. berupa angket atau kuisioner yang berisi
Menurut Farzier dan Niehm yang dikutip pertanyaan-pertanyaan yang mengungkap faktor
dari Meri S (2007) tujuan pembelajaran Mata kesiapan berwirausaha, latar belakang keluarga,
pelajaran kewirausahaan sebagai berikut: (1) kegiatan praktik di Unit Produksi Sekolah, dan
pemikiran yang diisi oleh pengetahuan tentang pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan.
nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar
peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan; Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas
(2) perasaan, yang diisi oleh penanaman Suatu instrumen dikatakan valid apabila
empatisme sosial ekonomi, agar peserta didik instrumen dapat mengukur secara tepat hal-hal
dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan atau aspek yang akan diukur. Sedangkan reliabel
memperoleh pengalaman empiris dari para menunjukkan keajegan dalam pengukuran.
wirausaha terdahulu; (3) keterampilan yang harus kriteria yang digunakan untuk menetapkan
dimiliki oleh peserta didik untuk berwirusaha, keterandalan instrumen adalah bila reabilitas
oleh karena itu dalam konteks ini pembelajaran
kewirausahaan membekali peserta didik dengan
teknik produksi management; (4) Kesehatan
fisik, mental dan sosial. Sehubungan dengan hal
ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-
teknik antisipasi terhadap berbagai hal yang
mungkin timbul dalam berwirausaha,baik berupa
persoalan, masalah maupun resiko lainnya sebagai
wirausaha; dan (5) pengalaman langsung berupa
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 53

alpha mencapai 0,70 atau lebih maka instrumen Rangkuman hasil uji normalitas data
tersebut dinyatakan valid. Untuk menetukan valid disajikan pada tabel 3 dibawah ini.
atau tidaknya butir pertanyaan menggunakan
kriteria ≥ 0,30 maka butir instrumen dinyatakan Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
valid. Hasil perhitungan reliabilitas dilihat pada Varia- Kolmogorov-Smirnov
Kesimpulan
Tabel 1 di bawah ini. bel asymp. Sig.>0,05
Y 0,093 Berdistribusi normal
Tabel 1 Koefisien Alpha Instrumen Variabel
Penelitian X1 0,066 Berdistribusi normal

Koefisien Kesim- X2 0,077 Berdistribusi normal


Variabel
Alpha pulan X3 0,093 Berdistribusi normal
Kesiapan berwirausaha 0,852 Reliabel
Latar belakang keluarga 0,797 Reliabel Dengan berpedoman pengambilan
Kegiatan praktik di Unit
keputusan jika nilai asymp. Sig.>0,05 maka data
0,882 Reliabel tersebut berdistribusi normal.
Produksi Sekolah
Pelaksanaan
Pembelajaran 0,850 Reliabel Uji Linieritas
Kewirausahaan Rangkuman hasil uji linieritas terlihat pada
Tabel 4 di bawah ini:
HASIL PENELITIAN
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Lineritas
Hubungan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan maka, data yang diperoleh di lapangan, Variabel Deviation from Linerity Kesimpulan
dideskripsikan untuk menguji pengaruh variabel X 1– Y 0,567 Linier
bebas dengan variabel terikat. Kemudian
dilanjutkan dengan penentuan kedudukan variabel X 2– Y 0,436 Linier
penelitian dalam empat kategori yaitu kategori X3 – Y 0,684 Linier
sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi.
Dengan berpedoman pengambilan
Rangkuman hasil analisis di sajikan dalam tabel 2.
keputusan jika nilai Deviation from Linerity
Tabel 2. Ringkasan Distribusi Frekuensi Variabel Sig.>0,05 maka data tersebut dapat dikatakan
Frekuensi (%)
linier.
No Kategori
Y X1 X2 X3
Uji Multikolinieritas
1 Sangat Rendah 55 52 50 64 Rangkuman hasil pengujian
2 Rendah 88 95 82 96 multikolinieritas dapat terlihat pada tabel 5 di
3 Tinggi 44 39 44 30
bawah ini

4 Sangat Tinggi 18 19 29 15 Tabel 5. Berdasarkan Nilai Tolerance dan VIF


Variabel Tolerance VIF Keterangan
Uji Prasyarat Analisis X1 0,875 1,143 Tidak ada
Uji Normalitas Multikolinieritas
X2 0,788 1,269 Tidak ada
Multikolinieritas
54 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

X3 0,804 1,243 Tidak ada Selain itu kontribusi masing masing


Multikolinieritas variabel X1 sebesar 0,193(19,3), X2 sebesar 0,217
(21, 7%) X3 sebesar 18,5(18,5%) dengan melihat
pada koefisien R square pada regresi sederhana.
Berdasarkan tabel 5, ketiga variabel Uji Hipotesis secara bersama-sama (Uji F)
independen memiliki nilai tolerance yang lebih Latar belakang keluarga (X1), kegiatan
besar dari 0,1 dan VIF yang lebih kecil dari 10, praktik di unit produksi sekolah (X2) , pelaksanaan
berarti tidak ada masalah multikolinieritas. pembelajaran kewirausahaan (X3) secara bersama-
sama memberikan pengaruh signifikan terhadap
Pengujian Hipotesis kesiapan berwirausaha siswa SMK.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan Uji koefisien Beta
menggunakan teknik analisis regresi ganda. Nilai beta variabel latar belakang orang
Sebagai kriteria penerimaan dan penolakan, dalam keluarga (X1) mempunyai nilai paling tinggi yaitu
pengujian ini digunakan tingkat signifikansi 5%. 0,286 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
yang paling dominan mempengaruhi kesiapan
Analisis Regresi Linear Berganda berwirausaha (Y) adalah variabel latar belakang
Tabel 6. Estimasi Regresi Linear Berganda keluarga (X1).
Unstandardized
Model Coefficients t Sig Koefisien Determinasi (R2)
Nilai Adjusted R2 sebesar 0,347. Artinya
Constant 11,102 2,937 0,04 variabel variabel latar belakang keluarga (X1),
Latar belakang 0,457 4,736 0,000 kegiatan praktik di unit produksi sekolah (X2) ,
keluarga (X1) pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan (X3)
Kegiatan praktik di 0,516 4,389 0,000 terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK
UPS (Y) mampu menjelaskan 34,7% variasi yang ada
Pelaksanaan 0,337 3,715 0,000 pada variabel kesiapan berwirausaha siswa (Y)
Pembelajaran
Kewirausahaan (X3) atau dengan kata lain menjelaskan sebesar 34,7%
Adjusted R² = 0,347 perubahan yang terjadi pada variabel kesiapan
F = 37,184 berwirausaha siswa (Y). Sisanya sebesar 65,3%
(Sig = 0,000) dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain ketiga
variabel tersebut.
Pada tabel 6 di atas hasil perhitungan
regresi liniear berganda dengan menggunakan PEMBAHASAN
program Software SPSS menunjukkan persamaan
garis regresi sebagai berikut: Pengaruh latar belakang keluarga terhadap
Y = 11, 102 + 0,457X1 + 0,516X2 + 0,337X3 kesiapan berwirausaha siswa SMK di Kabupaten
Tanah Bumbu
Pada penelitian ini pengaruh latar belakang
Uji Hipotesis Parsial (Uji t) keluarga siswa sebesar 19,3% terhadap kesiapan
Latar belakang keluarga (X1) secara parsial berwirausaha siswa SMK karena sebagian
berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha (Y). besar keluarga siswa tidak berasal dari keluarga
Besarnya koefisien (X1) sebesar 0,457 dengan berwirausaha dan kondisi sosial ekonomi yang
nilai konstanta sebesar 11,102. Kegiatan Praktik tidak mendukung untuk berwirausaha, akan
di Unit Produksi Sekolah (X2) secara parsial tetapi dorongan keluarga untuk menanamkan
berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha (Y). jiwa kewirausahaan menjadi sebuah alternatif
Besarnya koefisien (X2) sebesar 0,516 dengan untuk menyiapkan masa depan anak. Penanaman
nilai konstanta sebesar 11,102. Pelaksanaan jiwa kewirausahaan yang ditanamkan sejak dini
pembelajaran kewirausahaan (X3) secara parsial pada anak akan meningkatkan sikap, motivasi,
berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha (Y). minat, dan akhirnya akan mencoba untuk
Besarnya koefisien (X3) sebesar 0,337 dengan berwirausaha . Hal ini relevan dengan penelitian
nilai konstanta sebesar 11,102. Didik Wardaya (2009:92) bahwa sumbangan
efektif latar belakang keluarga sebesar 4,7%
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 55

dan merupakan faktor yang paling dominan mutu pendidikan. Peralatan di laboratorium dan
mempengaruhi motivasi wirausaha siswa SMK, bengkel masih jauh di bawah standar baik kualitas
artinya bahwa keluarga sangat berpengaruh maupun kuantitasnya, bahkan banyak sekolah
dalam memberikan arahan dan motivasi pada anak yang tidak memiliki laboratorium.
terlepas apakah mereka berasal dari wirausaha Seharusnya unit produksi dijadikan
atau tidak. Pendapat dari Didik Wardaya (2009) tempat untuk memberikan pengalaman bagi
juga sesuai dengan dengan penelitian Bagheri dan siswa untuk berwirausaha sesungguhnya dan
Pihie (2010) yang mengemukakan bahwa orang pembelajaran Mata Pelajaran Kewirausahaan di
tua memiliki pengaruh dan memainkan peran SMK sekaligus sebagai wahana menumbuhkan
dalam menginspirasi anak untuk terlibat dalam sikap dan kemampuan kewirausahaan. Hal ini
kegiatan wirausaha terlepas atau tidak mereka relevan dengan penelitian Intriani Silvi (2009)
sendiri adalah pengusaha. Selanjutnya Pihie yang menyatakan unit produksi berperan sebagai
mengatakan, keterlibatan keluarga secara terus media belajar berwirausaha, pada umumnya atau
menerus hidup dalam bisnis yang dikembangkan seluruhnya (81,97%) siswa menyatakan setuju
oleh self-efficacy siswa-siswinya dalam kegiatan unit produksi berperan dalam menumbuhkan
wirausaha. percaya diri berwirausaha siswa.
Koefisien bertanda positif memberikan Diharapkan unit produksi di SMK
makna bahwa semakin baik latar belakang dapat memberikan pengalaman nyata untuk
keluarga, maka semakin meningkatkan kesiapan berwirausaha, sehingga siswa mempunyai bekal
berwirausaha siswa SMK. Hal ini sesuai dan mental yang kuat setelah mereka lulus bahkan
pendapat Gray dalam Vesa (2001) mengatakan siap untuk berwirausaha. Sesuai pendapat Bob
bahwa keluarga yang berasal wirausaha sangat Sadino yang menyatakan bahwa, “Siswa harus
mendukung anaknya, mulai dengan sumber diberi proses belajar yang nyata untuk dapat
daya dan kemampuan yang memberi manfaat mandiri dan kelak mampu menjadi entrepreneur
yang baik jika mereka ingin mengejar karir atau profesional yang handal” , (Kompas, 2008).
sebagai wirausaha. Pernyataan tersebut sesuai Salah satu upaya SMK dalam
pendapat Lambing & Kuehl (2000) mengatakan mengembangkan kompetensi peserta didik adalah
bahwa kebanyakan dari keluarga yang wirausaha dengan mengadakan praktik kerja. Praktik kerja
akhirnya membawa anak-anak ke dalam bisnis, di SMK ini bertujuan memberikan pembekalan
mulai dari usia yang sangat dini, anak-anak kepada peserta didik, sebelum diserap oleh
membantu dalam kegiatan perusahaan. masyarakat dalam dunia kerja. Praktik kerja
dilakukan baik dalam sekolah itu sendiri dalam
Pengaruh kegiatan praktik di Unit Produksi ruang praktikum, unit-unit produksi maupun
Sekolah terhadap kesiapan berwirausaha dalam dunia usaha melalui praktik kerja industri.
siswa SMK Keberadaan unit produksi di SMK sangat
Pada penelitian ini pengaruh kegiatan bermanfaat. Selain bertujuan untuk mendapatkan
praktik di unit produksi sekolah terhadap kesiapan nilai tambah bagi SMK, juga sebagai tempat
berwirausaha berwirausaha sebesar 21,7%. praktik atau learning by doing bagi peserta didik
Persentase ini kecil, karena peneliti melihat yang bertujuan untuk mendekatkan kebutuhan
pada unit produksi di SMK belum sepenuhnya dalam dunia kerja. Sehingga kegiatan praktik di
dijadikan tempat untuk melatih dan memberikan Unit Produksi dapat memberikan pengaruh pada
praktik kerja, pengetahuan serta keterampilan peserta didik dalam dunia kerja sesungguhnya
kewirausahaan kepada peserta didik, sarana dan termasuk berwirausaha .
prasarana di sekolah juga belum memadai dan Koefisien bernilai positif artinya
guru yang berkompeten masih kurang sehingga hubungan antara kesiapan berwirausaha dengan
kegiatan praktik di unit produksi dalam kategori kegiatan praktik di unit produksi adalah positif,
yang rendah. Hal ini sesuai pernyataan oleh Dirjen artinya semakin baik kegiatan praktik di unit
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah produksi, maka semakin meningkatkan kesiapan
(2006:13) yang menyatakan bahwa sarana berwirausaha siswa SMK. Hal ini relevan
dan prasarana pendidikan merupakan faktor dengan kesimpulan Anastasia (2007:96) yang
pendukung yang memungkinkan warga sekolah menunjukkan hasil ada pengaruh kegiatan praktik
berkontribusi secara maksimal dalam peningkatan di unit produksi terhadap kesiapan berwirausaha,
56 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

semakin tinggi kegiatan praktik di unit produksi berani, terampil dan mandiri. Hal ini mendorong
sekolah siswa maka semakin tinggi pula kesiapan siswa dalam mempersiapkan diri menjadi
dalam berwirausaha. wirausaha dengan memiliki jiwa wirausaha dan
semangat yang tinggi untuk berwirausaha.
Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Koefisien bernilai positif artinya hubungan
Kewirausahaan Terhadap Kesiapan antara kesiapan berwirausaha dengan pelaksanaan
Berwirausaha Siswa SMK pembelajaran kewirausahaan adalah positif,
Pada penelitian ini pengaruh pembelajaran artinya semakin baik pelaksanaan pembelajaran
kewirausahaan terhadap kesiapan berwirausaha kewirausahaan, maka semakin meningkatkan
berwirausaha sebesar 18,5%. Peneliti melihat kesiapan berwirausaha siswa SMK. Pelaksanaan
bahwa pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan pembelajaran kewirausahaan di sekolah karenanya
disekolah tak lepas dari materi yang disampaikan harus responsif terhadap perubahan pasar
oleh guru, proses kegiatan belajar mengajar sehingga siswa mampu menguasai kompetensi.
di sekolah dan metode yang disampaikan oleh Proses pengajaran kewirausahaan mencakup
guru. Hal ini sesuai penelitian Esin Sintawati pemberian keterampilan-keterampilan luas
(2009) menyatakan bahwa model pembelajaran atau sesuai kompetensi yang dapat ditularkan
kewirausahaan di SMK masih text-bookoriented. melalui pembentukan/pengembangan pribadi
Kondisi demikian menjadikan pembelajaran dan mengasah kemampuan untuk membuat
kewirausahaan di SMK menjadi kurang efektif. perencanaan yang inovatif peserta didik. Hal
Siswa cendrung hanya belajar untuk mengejar nilai ini relevan dengan penelitian Saptono dan
yang baik dan menghafal materi yang disampaikan Muhadi (2005:11) yang menunjukkan hasil ada
oleh guru tanpa memahai tujuan, makna dari perbedaan jiwa kewirausahaan ditinjau dari
pembelajaran Kewirausahaan sesungguhnya. pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang
Pendapat Esin Sintawati ini sesuai pendapat dilakukan di sekolah. Hal ini membuktikan
Aris Subandono (2007) yang menyatakan bahwa bahwa kewirausahaan dapat diajarkan di
sebagian besar siswa mata diklat kewirausahaan sekolah . Dengan demikian siswa menguasai
hanya ingin mendapatkan nilai semata tanpa kompetensi yang benar dan standar , sekaligus
dimaknai dan dihayati betul manfaatnya. menginternalisasi sikap dan etos kerja yang positif
Akibatnya prestasi belajar kewirausahaan peserta sesuai dengan persyaratan kerja profesional pada
didik yang seharusnya memiliki pengaruh kuat bidangnya. Selanjutnya kata Muhadi semakin
terhadap minat berwirausaha hanya memiliki baik pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan di
pengaruh yang rendah. sekolah, semakin tinggi jiwa kewirausahaan siswa
Selain itu salah satu faktor terpenting yang SMK. Pendidikan kewirausahaan yang disajikan
mempengaruhi kualitas pendidikan adalah guru dan diserap oleh siswa harus memberikan
Kewirausahaan yang masih kurang kompeten kompetensi bagi siswa kejuruan untuk memiliki
dalam bidangnya, hal ini sesuai oleh pernyataan sikap dan perilaku wirausaha, mandiri dan
Joko Sutrisno (Direktur Pembinaan SMK) semangat jiwa kewirausahaan harus ditanamkan
yang menyatakan bahwa “untuk meningkatkan lewat proses pembelajaran kewirausahaan.
pendidikan kewirausahaan di SMK secara riel, Sukses tidaknya dalam pelaksanaan
Direktorat Pembinaan SMK menggandeng pembelajaran kewirausahaan di sekolah, tidak
pengusaha Bob Sadino untuk bisa mendidik terlepas dari penyajian materi yang disampaikan
para guru SMK di berbagai wilayah di tanah air. oleh guru, metode dan cara pengajaran mata
Pendidikan kewirausahaan yang langsung dari pelajaran tersebut. Dengan demikian pelaksanaan
wirausahawan atau entrepreneur yang handal pembelajaran keiwrausahaan di sekolah
ini diharapkan bisa membuat guru SMK punya diharapkan dapat membuka cakrawala pemikiran
pengalaman nyata untuk mengembangkan bisnis dan merubah pandangan dan sikap yang positif
yang melibatkan siswa di sekolah. (Kompas, 18 terhadap kewirausahaan yang akan berpengaruh
2008). meningkatkan siswa untuk lebih aplikatif dalam
Pembelajaran kewirausahaan yang menyiapkan diri untuk berwirausaha, hal ini
dilaksanakan di SMK diharapkan siswa memiliki relevan dengan penelitian Basu dan Virick
pengetahuan tentang wirausaha, manfaat dari (2004) yang menyatakan bahwa pendidikan
wirausaha, sehingga siswa memiliki sikap yang , kewirausahaan memiliki pengaruh positif pada
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 57

sikap siswa menuju karir di bidang wirausaha 3. Kegiatan praktik di Unit Produksi Sekolah
dan pada kontrol perilaku yang dirasakan, bahwa berpengaruh signifikan terhadap kesiapan
siswa setelah diberi pembelajaran kewirausahaan berwirausaha.
secara khusus akan meningkatkan kepercayaan 4. Pelaksanaan pembelaran kewirausahaan
dirinya. berpengaruh signifikan terhadap kesiapan
berwirausaha.
Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan 5. Latar belakang keluarga, kegiatan praktik
Praktik di Unit Produksi Sekolah dan di Unit Produksi Sekolah ,dan pelaksanaan
Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan pembelaran kewirausahaan secara bersama-
Terhadap Kesiapan Berwirausaha Siswa SMK sama memberikan pengaruh signifikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK.
latar belakang keluarga, kegiatan praktik di unit
produksi sekolah dan pelaksanaan pembelajaran DAFTAR RUJUKAN
kewirausahaan yang tinggi maka kesiapan
berwirausaha siswa juga meningkat, dan . (2006). Angka pengangguran 2007 diharap
sebaliknya latar belakang keluarga, kegiatan turun 9,9%. Diambil pada tanggal 11
praktik di unit produksi sekolah dan pelaksanaan November 2011 dari http://www.merdeka.
pembelajaran kewirausahaan rendah maka com/ekonomi/ nasional /bappenas-angka-
kesiapan berwirausaha siswa juga menurun. Hal pengangguran-2007
ini sesuai pendapat-pendapat yang dikemukakan
oleh Gray dalam Vesa (2001) bahwa keluarga Ahmed, I., et al. (2010). Determinant of students
entrepreneurial career intentions: evidence
yang berasal Wirausaha sangat mendukung
from business graduates. European journal
anaknya mulai dengan sumber daya dan of social science, volume 15 number 2, 14-
kemampuan yang memberi manfaat yang baik jika 22. Diambil pada tanggal 24 Februari 2012
mereka ingin mengejar karir sebagai wirausaha. dari http://www.eurojournals.com/ejss 15
Anastasia (2007) mengemukakan bahwa ada 2 02.pdf
pengaruh kegiatan praktik di Unit Produksi
terhadap kesiapan berwirausaha, semakin tinggi Amat Jaidun, Dkk. (2000). Hibah penelitian
kegiatan praktik di unit produksi sekolah siswa program due-like, manajemen UP jurusan
maka semakin tinggi pula kesiapan dalam bangunan. Laporan penelitian Yogyakarta:
berwirausaha, sementara Basu dan Virick (2004) Lemlit UNY tidak diterbitkan.
menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan
Aris Subandono. (2007). Pengaruh pembelajaran
memiliki pengaruh positif pada sikap siswa
life skill diklat kimia produktif dan prestasi
menuju karir di bidang wirausaha dan pada belajar diklat kewirausahaan terhadap
kontrol perilaku yang dirasakan, bahwa siswa minat berwirausaha pada siswa SMK kimia
setelah diberi pembelajaran kewirausahaan secara industri Theresiana Semarang. Diambil
khusus akan meningkatkan kepercayaan dirinya. pada tanggal 24 maret 2012 dari http://
Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang www.pustakaskripsi.com /tag/life-skill
keluarga, kegiatan praktik di unit produksi sekolah
dan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan Basu, A., & Viric, M. Assesing entrepreneurial
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi intentions among students : a
kesiapan untuk berwirausaha secara positif. comparatif study. San Jose State University.
Diambil pada tanggal 29 Januari 2012 dari
(http://nciia.org/conf08/assets/pub/basu2.
SIMPULAN
pdf)
Berdasarkan pembahasan pada bab Bagher, A., & Pihie, Z.A. (2010). Role of family
sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan in entrepreneurial leadership development
berikut: of University Students. World applied
1. Tingkat kesiapan berwirausaha siswa SMK sciences journal 11 (4); 434-442, 2010ISSN
rendah. 1818-4952© IDOSI Publications, 2010.
2. Latar belakang keluarga berpengaruh Diambil pada tanggal 3 April 2012 dari
signifikan terhadap kesiapan berwirausaha. (http://www.idosi. org/ wasj/ wasj11%284
58 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 1, Mei 2012

%/29 /10.pdf) http://www .Garis-garis Besar Program


- Ditjen Dikmen
Berk, L.E. (2008). Infans, children, and adolescent
(6th Ed.).USA: Pearson. Esin, Sintawati. (2009). Peran strategis guru
wirausaha dalam menanamkan sikap
Berg, G. A. (2002). Why distance learning? wirausaha pada siswa di SMK . Jurnal
Higher education administrative practices. diambil pada tanggal 21 April 2012 di
Praeger Publishers, 88 Post Road West, http://www.esinsin.wordpress.com/peran-
Westport, CT 06881. strategis-guru-wirausaha

Berns, R. M. (2004). Child, family, school, Frinces, Z.H. (2011). Be an entrepreneur (Jadilah
community socialization and support. sixth seorang wirausaha). Yogyakarta : Graha
edition. Australia : Thompson Learning. Ilmu.
Inc.
Fawkner, E. (2005). Entrepreneurship. Do you
Bustanul, A.N., & Budisantoso. Pola asuh orang have what it takes?. Diambil pada tanggal
tua yang membentuk jiwa wirausaha anak 3 April 2012 dari http ://www.ahbbo .com/
mahasiswa teknik industri ITS Surabaya. entrepreneurs.html
Diambil pada tanggal 15 september 2011
dari pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal /8207 F.X., Muhadi, & Laurentius, S. (2005). Jiwa
236251 .pdf kewirausahaan siswa SMK: Suatu survei
pada 3 SMK Negeri dan 7 SMK Swasta
Bygrave, W.D. (1996). The portable MBA di DIY. Widya Dharma. vol. 16 No. 1
entrepreneurship. (Terjemahan Dyah) Oktober 2005.  Diambil pada tanggal 21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Juli 2011, dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/
(2006). Kurikulum Tingkat Satuan admin/jurnal/161051528.pdf
Pendidikan. Jakarta: Dinas Pendidikan.
(Buku asli diterbitkan tahun 1996). Gasskov, V. (2000). Managing vocational
training systems. A handbook for senior
Didik Wardaya. (2009). Motivasi wirausaha siswa administrators. Geneva: International
SMK DIY. Tesis Magister, tidak diterbitkan, labour Office.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Garrvan, T.N., & Barra. O. (1994). Journal Of
Depdiknas .(2007). Pedoman manajemen European Industrial Training. A Review
unit produksi /jasa sebagai sumber and Evaluation Part 2. Vol.18. 1994. P 19-
belajar siswa dan pengendalian dana 20. MCB University press limited.
pendidikan persekolah. Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Guruvalah. (1998). Kepala sekolah sebagai
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga wirausaha. Diambil pada tanggal 12 April
Kependidikan. 2012, dari www.geocities.ws/guruvalah /
entrepreneur _kepsek.html
Depdiknas .(2006). Penyelenggaraan sekolah
Menengah Kejuruan Berstandar Nasional. Hisrich, R.D., & Peters, M. P. (2002).
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Entrepreneurship. 5thed. New York: The
Menengah Kejuruan Ditjen Dikdasmen. McGraw Hill.

Depdiknas .(1999). Himpunan Undang-Undang, Heru Kristanto. (2009). Kewirausahaan


Peraturan Pemerintah, Kepmendikbud entrepreneurship pendekatan manajemen
dan Kebijaksanaan Pendidikan Menengah dan paraktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kejuruan. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Intriani Silvi. (2009). Peran unit produksi sebagai
Pendidikan Dasar dan Menengah. media belajar berwirausaha bagi siswa
kelas x di SMK Cor Jesu Malang. Diambil
Depdiknas .(2012). Garis-garis Besar Program pada tanggal 3 April 2012 dari
Pembinaan SMK Tahun 2012. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Isaac, S., & Michael, W.B. (1983). Handbook in
Di ambil pada tanggal 3 April 2012 dari research and evaluation for education and
Emilda Jusmin, Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran 59

the behavioral sciences. 2th. California: Edit


Publishers, San Diego. Pavlova, M. (2009). Technology and vocational
education for sustainable development.
Katz, J.A., & Green , R.P. (2009). Entrepreneurial Australia: spinger
small business. New York : McGraw-Hill.
Raelin, J.A. (2008). Work-based learning,
Kao, W.Y. R. (1995). Entrepreneurship A wealth- bridging knowledge and action in the
creation and value-adding process. workplace. San Francisco: Jossey-Bass A
Singapura: Prentice Hall. Wiley Company.

Kerlinger. (2000). Foundation of behavioral Routamaa.V., & Rissanen. A.L. Family


research.4th. California State University: background and entrepreneurial capacity.
Harcourt College Publishers. University of Vaasa. Diambil tanggal 15
september 2011 dari http://www.sbaer.uca.
Kuratko, F.D. (2004). Entrepreneurship education edu/research/icsb/2004/paper78.pdf
in the 21st century: from legimitimization
to leadership, pages pp. 3. A coleman Singgih, D. G. (1990). Psikologi untuk keluarga.
foundation white paper usabe national Jakarta: Gunung Mulia.
conference. Diambil pada tanggal 5 mei
2011 dari http://usasbe.org/knowledge/ Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang
whitepapers/usasbe_slides_2006.ppt mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Kuratko, F.D. & Hodgetss, R.M. (2007). Soenarto. (2003). Kilas balik dan masa depan
Entrepreneurship: theory, process, practice, pendidikan dan pelatihan kejuruan. Pidato
seventh edition. Canada: Interactive pengukuhan guru besar, Universitas Negeri
Composition Corporation. Yogyakarta, Yogyakarta.

Lambing. P., & Kuehl, C.R. (2000). Solomon, N., & Boud, D. (2001). Work-based
Entrepreneurship. Upper Saddle River: learning. a new higher education?. SRHE
Prentice Hall. and Open University Press Celtic Court 22
Ballmoor Buckingham MK18 IXW.
Martubi. (1999). Model-model penyelenggaraan
unit produksi di Sekolah Menengah Sudjana. (2004). Pendidikan nonformal, wawasan
Kejuruan (SMK) DIY. Jurnal kependidikan, sejarah perkembangan dan filsafat
Nomor 1, tahun XXX. teori pendukung asas. Bandung: Falah
Production.
Mery Citra, S. (2010). Hubungan antara
pelaksanaan mata kuliah kewirausahaan Suryana. (2009). Kewirausahaan pedoman
dengan pilihan karir berwirausaha pada praktis: kiat dan proses menuju sukses.
mahasiswa dengan mempertimbangkan Jakarta : Salemba Empat.
gender dan latar belakang pekerjaan orang
tua. Diambil pada tanggal 15 september
2011 dari pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal
/8207 236251 .pdf

Mulyadi, N. (2009). Kewirausahaan dan


Managemen Usaha Kecil. Bandung:
Alfabeta.

Moriano Leon, J.A., Gorgievski, M., & Luke,


M. (2008). Teaching psikology of
entrepreneurship, perspective from six
european countries. Madrid: Liberia
UNED.
Moch. Shochib. (2000). Pola asuh orang tua
untuk membantu anak mengembangkan
disiplin diri. Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like