You are on page 1of 11

Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di

Rumah Sakit | Dyah Ernawati

Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus


Chronic Kidney Disease Di Rumah Sakit Panti Wiloso Dr Cipto Semarang

Dyah Ernawati1, Laurensia Rossandra2

1
Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
2
Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
email : dyah_ernawati@dsn.dinus.ac.id

ABSTRACT
Observations were made on the medical record documents of the Chronic Kidney Disease
(CKD) case, found incomplete medical information, namely the results of X-rays of 70%,
other tests of 20%, writing of disease history of 10% and some of the stages of disease were
not written. The results of the interview with one of the coders were due to the lack of
accuracy in filling in medical supporting data. The aim of the study was to describe the
medical information in determining morbidity coding in CKD cases.
Using a quantitative descriptive research approach, data from observations of 63 documents
of CKD inpatient medical records were completed with information from one of the inpatient
coder officers.
The results showed that, there was still incomplete medical information such as the results of
investigations and medical history. And several documents were found whose examination
result sheets were not in DRM. The procedure for determining the code in the RS Panti
Wilasa Dr Cipto in the CKD case did not differ in giving morbidity codes with other cases.
The flow is in accordance with the implementation guidelines for coding in ICD 10 Revision
2010. However, in determining the code the main obstacle is the lack of clarity in writing
medical diagnoses, and there is an incomplete history. The conformity of the morbidity code
based on ICD-10 version 2010 in the case of CKD in Dr Cipto Panti Wilasa Hospital was
71.42% and the code mismatch was 28.58%. This is due to incomplete medical information
and unclear stages of CKD disease.
It is advisable for the coder to confirm to the DPJP if there is a diagnosis that is illegible or
less specific so that the code generated is appropriate and precise, especially in the
diagnosis of CKD. The need to complete medical information and double-check medical
record documents before coding

Keywords: Medical Record Documents, Chronic Kidney Diseases, Morbidity Code,


ICD-10

ABSTRAK
Observasi dilakukan pada dokumen rekam medis kasus Chronic Kidney Disease (CKD)
ditemukan informasi medis kurang lengkap, yaitu hasil pemeriksaan rontgen 70%,
pemeriksaan lainnya 20%, penulisan riwayat penyakit 10% dan beberapa tidak dituliskan
tahapan penyakit. Hasil wawancara dengan salah satu coder disebabkan kurang teliti dalam
mengisi data penunjang medis. Tujuan penelitian mendeskripsikan iinformasi medis dalam
penetapan kode morbiditas pada kasus CKD.
Menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif, data dari observasi 63 dokumen
rekam medis rawat inap kasus CKD dan dilengkapi dengan informasi dari salah satu
petugas coder rawat inap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih terdapat ketidaklengkapan informasi medis
seperti hasil pemeriksaan penunjang dan riwayat penyakit. Dan ditemukan beberapa
dokumen yang lembar hasil pemeriksaan tidak ada dalam DRM. Alur prosedur penetapan
kode di RS Panti Wilasa Dr Cipto kasus CKD tidak terdapat perbedaan dalam melakukan
pemberian kode morbiditas dengan kasus yang lainnya. Alur tersebut sudah sesuai dengan
pedoman pelaksanaan pemberian kode pada ICD 10 Revisi 2010. Namun, dalam
penetapan kode kendala utamanya adalah ketidakjelasan dalam penulisan diagnosis medis,

336
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

dan terdapat anamnesis yang kurang lengkap. Kesesuaian kode morbiditas berdasarkan
ICD-10 versi 2010 pada kasus CKD di RS Panti Wilasa Dr Cipto sebesar 71,42% dan
ketidaksesuaian kode sebesar 28,58%. Hal tersebut diakibatkan karena adanya
ketidaklengkapan informasi medis dan ketidakjelasan tahapan penyakit CKD.
Sebaiknya coder melakukan konfirmasi kepada DPJP apabila terdapat diagnosis yang tidak
terbaca maupun kurang spesifik sehingga kode yang dihasilkan sesuai dan tepat,
khususnya pada diagnosis CKD. Perlunya melengkapi informasi medis dan mengecek
kembali dokumen rekam medis sebelum dilakukan coding

Kata Kunci: Dokumen Rekam Medis, Chronis Kidney Diseases, Kode Morbiditas, ICD-
10

PENDAHULUAN merupakan penyakit ditandai dengan


Rumah Sakit merupakan institusi adanya penurunan fungsi ginjal yang
pelayanan kesehatan yang menyediakan dapat disebabkan oleh minuman
(3)
pelayanan kesehatan individu dengan berakohol, merokok, dan lain-lain .
pelayanan berupa rawat inap, rawat jalan Selain faktor tersebut, terdapat riwayat
(1)
dan gawat darurat . Salah satu unit yang penyakit yang dapat mengakibatkan gagal
ada di Rumah Sakit adalah Unit Rekam ginjal diantaranya hipertensi, diabetes
(4)
Medis yang meliputi pendaftaran, melitus, inflamasi, dan lain-lain . Setiap
coding/indexing, assembling, filing, keluhan yang dirasakan oleh pasien akan
analisis/reporting. petugas rekam medis berbeda-beda, sehingga hasil
juga memiliki tanggung jawab dalam pemeriksaan juga akan menentukan
menginput diagnosis dan tindakan sesuai stadium atau tingkat keparahan penyakit
(5)
yang dituliskan oleh dokter. Dokter tersebut .
bertanggung jawab akan isi dokumen Hasil Observasi yang dilakukan pada
rekam medis (2). dokumen rekam medis khususnya kasus
Kelengkapan informasi medis sangat Chronic Kidney Disease (CKD) ditemukan
penting dalam penegakkan diagnosis dan informasi medis yang kurang lengkap,
penentuan kode penyakit, Informasi medis yaitu hasil pemeriksaan rontgen 70%,
ini meliputi hasil pemeriksaan penunjang, pemeriksaan lainnya 20%, penulisan
pemeriksaan fisik, anamnesis, serta riwayat penyakit 10% dan beberapa tidak
riwayat penyakit. Jika salah satu di dituliskan tahapan penyakit. Dari aspek
antaranya belum terisi maka akan Man (Petugas) disebabkan karena kurang
mempengaruhi dalam penentuan kode teliti dalam mengisi data penunjang medis.
morbiditas. Dalam kerangka penelitian ini akan
Chronic Kidney Diseases (CKD)/Gagal dianalisis pentingnya informasi medis
Ginjal Kronis adalah kondisi masalah dalam penetapan kode morbiditas,
kesehatan dengan jumlah insidensi yang khususnya pada kasus Chronic Kidney
meningkat terus-menerus, CKD

337
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

Disease (CKD) di Rumah Sakit Panti wawancara dengan satu orang coder yang
Wiloso dr Cipto Semarang. bertanggung jawab pada rawat inap

METODE PENELITIAN HASIL


Metode penelitian adalah deskriptif 1. Kelengkapan Informasi Medis
kuantitatif yaitu penelitian yang berfungsi Kasus Chronic Kidney Diseases
untuk mendeskripsikan atau memberi (CKD) / Gagal Ginjal Kronis
gambaran terhadap data atau sampel Berdasarkan hasil observasi di
yang terkumpul. Penelitian ini bertujuan dapatkan hasil sbb :
untuk menganalisa pentingnya informasi Tabel 1. Kelengkapan Dokumen Rekam
Medis
medis dalam penetapan kode morbiditas,
No. Kategori Jumlah Persentase
khususnya pada kasus Chronic Kidney DRM (%)
Disease (CKD) pada bagian coding 1. Lengkap 6 10%
2. Tidak 57 90%
dengan pendekatan yang digunakan yaitu Lengkap
cross sectional. Sumber data dari 63 DRM Total 63 100%

Rawat Inap pada kasus CKD, dan

Tabel 2. Kelengkapan Informasi Medis


No. Kelengkapan Informasi Jumlah Persentase (%)
medis Lengkap Tidak Lengkap Tidak
Lengkap Lengkap
1. Ringkasan Masuk Keluar 63 - 100% -
2. Anamnesis 63 100% -
3. Laboratorium 58 5 92% 8%
4. Rontgen 49 14 78% 22%
5. EKG (Electrocardiogram) 59 4 93% 7%
6. USG (Ultrasonography) 12 51 19% 81%
7. Lain-lain 9 54 14% 86%
8. Pemeriksaan Fisik 63 - 100% -
9. Riwayat Penyakit 24 39 38% 62%

Tabel 1.1 menggambarkan riwayat penyakit. Hal ini disebabkan


bahwa tingkat kelengkapan karena adanya hasil pemeriksaan
dokumen rekam medis dengan yang tidak terdapat di dalam
kategori lengkap sebesar 10% dan dokumen rekam medis.
tidak lengkap sebesar 90%. Tabel 2. Penetapan Kode Morbiditas
1.2 menggambarkan bahwa Kasus Chronis Kidney Diseases
terdapat ketidaklengkapan informasi (CKD)/Gagal Ginjal Kronis
medis pada hasil laboratorium, Berdasarkan hasil observasi dan
rontgen, EKG, USG, lain-lain dan wawancara di dapatkan hasil :

338
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

Melihat informasi pada DRM Identifikasi


(Lembar Masuk Keluar, diagnosis pada
Lembar CPPT, Ringkasan Lembar Masuk
pulang, hasil pemeriksaan
Keluar
penunjang, dan obat)

Mencocokkan
diagnosis dengan
penunjang dan obat

Penentuan
Leadterm

Diagnosis terbaca?
Mencari leadterm Konfirmasi
di volume 3 DPJP

Crosscheck di
volume 1

Penetapan kode

Penulisan kode di
resume medis dan Input di Aplikasi Selesai
Lembar Masuk Keluar Rekam Medis

Gambar 1. Alur Penetapan Kode

3. Kesesuaian Kode Morbiditas Tabel 3 menggambarkan bahwa


Kasus Chronic Kidney Diseases dari 63 dokumen rekam medis yang
(CKD) / Gagal Ginjal Kronis dianalisis jumlah kesesuaian kode
Tabel 3. Persentase Kesesuaian Kode gagal ginjal kronis pada lembar
Gagal Ginjal Kronis
resume medis sebanyak 45
No. Kategori Jumlah Persentase
Kode (%) dokumen. Sedangkan untuk
1. Kode 45 71,42%
Sesuai ketidaksesuaian kode sebanyak 18
2. Kode Tidak 18 28,58% dokumen, karena terdapat diagnosis
sesuai
Total 63 100% yang kurang jelas tahapannya dan
terdapat ketidaklengkapan informasi
medis. Untuk lebih jelasnya,

339
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

terdapat perbandingan kesesuaian ginjal kronis sebagai berikut :


dan ketidaksesuaian kode gagal

Gambar 2

Diagram di atas menggambarkan PEMBAHASAN


bahwa kesesuaian kode kasus 1. Kelengkapan Informasi Medis
gagal ginjal kronis masih banyak Kasus Chronic Kidney Diseases
yang belum sesuai dari 63 DRM (CKD) / Gagal Ginjal Kronis
sebanyak 18 dokumen tidak sesuai Kelengkapan informasi medis
atau sebesar 28,58%, sisanya 45 yang ditulis dalam dokumen rekam
dokumen dinyatakan sudah sesuai medis memiliki peranan yang
sebesar 71,42%. Dari 18 kode penting dalam menentukan kode
diagnosis, ketidaksesuaian diagnosis. Selain itu, informasi dari
terbanyak yaitu diagnosis CKD dokumen rekam medis dapat diolah
dengan Hipertensi dan CKD dengan untuk pihak manajemen dalam
tahapan yang kurang jelas, karena menentukan langkah-langkah upaya
petugas hanya menginputkan kode pengembangan pelayanan
kombinasi dan tidak menginputkan kesehatan. Tenaga rekam medis
kode yang menunjukkan tingkat harus mampu menjaga mutu
keparahan ginjal dalam penyakit dokumen rekam medis berupa
CKD. Misal CKD dengan HT kelengkapan informasi medis yang
diinputkan kode I12.0 tetapi untuk berkaitan dengan pasien awal
menunjukkan tingkat keparahan dilakukan perawatan hingga pasien
(5)
penyakit CKDnya belum terinput pulang . Informasi yang dituliskan
N18. dalam dokumen rekam medis harus
sesuai dengan yang diberikan pada

340
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

pasien untuk memudahkan berdampak terhadap dokumen


pengobatan selanjutnya maupun rekam medis yang tidak lengkap dan
penegakkan diagnosis. kodefikasi yang kurang sesuai.
Dalam penelitian ini kelengkapan Contoh : dalam DRM pasien gagal
informasi medis yang digunakan ginjal kronis dengan hipertensi
adalah Ringkasan masuk keluar, memiliki riwayat penyakit hipertensi
anamnesis, pemeriksaan penunjang dan diabetes melitus, pasien
( laboratorium, rontgen, EKG, USG, tersebut dilakukan pemeriksaan
dan lain-lain), pemeriksaan fisik dan darah untuk mengetahui kadar
riwayat penyakit pasien penderita ureum dan creatinin serta GDS,
gagal ginjal kronis, rekam medis pemeriksaan rontgen, EKG, USG
yang menyebutkan bahwa syarat dan dilakukan colonoscopy. Namun
rekam medis untuk pasien rawat hasil pemeriksaan USG dan
inap sekurang-kurangnya berisi colonoscopy tidak disertakan di
identitas pasien, anamnesis dalam DRM hanya dituliskan pada
mencakup keluhan dan riwayat Lembar Masuk Keluar sehingga
penyakit, hasil pemeriksaan fisik dan terdapat ketidaklengkapan informasi
penunjang medik (2). medis.
Hasil penelitian di RS Panti Hal ini berbeda dengan penelitian
Wilasa Dr Cipto menggambarkan Rini Arintya, dr. Rano Indrardi di
bahwa dari 63 dokumen rekam RSUD dr. Soediran Mangun
medis yang diteliti terdapat dokumen Sumarso Wonogiri bahwa terdapat
rekam medis dengan kategori ketidaklengkapan informasi medis
lengkap sebesar 10% dan tidak berupa anamnesis sebesar 69,09%
lengkap sebesar 90%. dikarenakan petugas tidak
Ketidaklengkapan informasi medis mengetahui formulir anamnesis
terbanyak pada pemeriksaan lain- yang disertai hasil pemeriksaan
(6)
lain (86%),USG (81%), riwayat EKG . Ketidaklengkapan informasi
penyakit (62%), rontgen (22%), hasil medis akan berdampak pada mutu
pemeriksaan laboratorium (8%) dan dokumen dan ketidaksesuaian kode
terakhir EKG (7%). Hal ini diagnosis pada suatu kasus, hal ini
disebabkan beberapa hasil penting dan harus diperhatikan oleh
pemeriksaan tidak berada di dalam perekam medis dalam menjaga
1 DRM hanya tercatat dalam mutu dokumen rekam medis adalah
Lembar Masuk Keluar tetapi lembar kelengkapan informasi medis yang
hasil tidak berada pada DRM. Hal ini berhubungan dengan riwayat

341
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

penyakit pasien yang dimulai dari dengan coder dimana menyebutkan


awal perawatan sampai pulang dari pelaksanaan penetapan kode
rumah sakit, berisi tentang diagnosis gagal ginjal kronis tidak
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan memiliki perbedaan dengan kasus
(22)
penunjang lainnya. yang lainnya. Beberapa formulir
2. Penetapan Kode Diagnosis Kasus dijadikan acuan oleh coder untuk
Chronic Kidney Diseases (CKD) / melaksanakan proses coding
Gagal Ginjal Kronis diantaranya ringkasan pulang,
Penetapan kode merupakan lembar masuk keluar, lembar CPPT,
salah satu bagian dari tugas hasil pemeriksaan penunjang dan
seorang coder. Dalam pelaksanaan obat. Pelaksanaan pemberian kode
kodefikasi diperlukan ketelitian dan yang telah diatur dalam Standar
pemahaman dalam mengidentifikasi Operasional Prosedur tentang
diagnosis pasien. Pelaksanaan pemberian kode penyakit (ICD-10)
kodefikasi menggunakan standar dan pemberian kode tindakan medis
atau pedoman yang ada dalam ICD (ICD-9 CM). Standar Operasional
10 Revisi 2010 dengan berupa kode Prosedur mengenai pemberian kode
(7)
alphabetical . Kejelasan penulisan penyakit sebagai berikut :
diagnosis pasien juga sangat a. Dokumen rekam medis pasien
berperan penting, dan memiliki yang akan dikode merupakan
pengaruh yang besar dalam dokumen dari bagian
menginput kode diagnosis maupun assembling untuk pasien rawat
kode tindakan. Pelaksanaan inap.
penetapan kode dilakukan dengan b. Coder akan mengidentifikasi
cara membaca diagnosis yang pernyataan di ICD 10 Volume
meliputi keluhan, pemeriksaan 3. Jika pernyataannya adalah
penunjang, bahkan hingga letak penyakit atau cedera atau
anatomi yang spesifik. Selanjutnya lainnya di klasifikasikan dibab
diagnosis akan diubah menjadi I-XIX dan bab XX-XXI. Jika
kode-kode yang dapat pernyataannya adalah
diterjemahkan pada ICD 10 dan penyebab luar atau cedera di
digunakan untuk proses klaim. klasifikasikan pada bab XX.
Di RS Panti Wilasa Dr Cipto c. Coder akan menentukan
didapatkan alur prosedur penetapan leadterm.
kode diagnosis atau penyakit, yang d. Coder akan mencari leadterm
berdasarkan hasil wawancara pada ICD 10 Volume 3 dan

342
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

mengikuti semua catatan yang bahwa pelaksanaan kode penyakit


tertulis di bawah kata kunci. menggunakan buku pedoman
e. Coder akan mengecek pengodean penyakit ICD 10 dan
(9)
ketepatan kode pada ICD 10 kode tindakan ICD 9CM .
Volume 1. 3. Kesesuaian Kode Morbiditas
f. Coder akan menentukan kode Kasus Chronic Kidney Diseases
yang tepat dengan membaca (CKD) / Gagal Ginjal Kronis
setiap catatan include, Kegiatan pemberian kode
exclude, tanda kurung atau merupakan kegiatan penetapan
petunjuk lainnya. kode dengan menggunakan huruf
g. Proses coding dilakukan atau angka dan kombinasi huruf
sesuai dengan diagnosis yang dalam angka yang mewakili
ditegakkan oleh dokter. komponen data. Coding merupakan
h. Apabila diagnosis kurang jelas pendukung pelayanan rekam medis
dan ditemukan inkonsistensi dalam perbaikan kualitas data di
(10)
pencatatan diagnosis, maka rumah sakit . Peran yang paling
coder harus melakukan berpengaruh dalam coding yaitu
klarifikasi pada DPJP. peran dokter dan seorang coder.
i. Jika coder dalam melakukan Kelengkapan rekam medis,
klarifikasi tidak berhasil, maka menunjukkan baik buruknya rekam
coder akan menggunakan medis dan mencerminkan kualitas
Rule MB1 - Rule MB 5 untuk pelayanan medis yang diberikan,
memilih kembali diagnosis ketepatan dan kelengkapan
utama (re-seleksi). informasi (pengodean) menentukan
(11)
Alur tersebut sesuai dengan penilaian kualitas pelayanan .
pedoman pemberian kode menurut Kodefikasi penyakit gagal ginjal
(8).
ICD 10 Alur penetapan kode kronis juga ditentukan dari tahapan
sudah sesuai dan dapat penyakit gagal ginjal sendiri.
menghasilkan kode yang sesuai. Tahapan pada penyakit gagal ginjal
Namun, masih terdapat anamnesis ini, sangat berpengaruh terhadap
yang kurang lengkap dan penulisan proses kodefikasi dan penetapan
diagnosis oleh dokter yang susah kode.
dibaca sehingga mudah terjadi Hasil penelitian di RS Panti
kekeliruan. Hal ini sesuai dengan Wilasa Dr Cipto menggambarkan
penelitian Hudiyati Agustini, S. bahwa dari 63 dokumen didapatkan
Agustina di RSUD Pasar Rebo 45 dokumen (71,42%) dengan kode

343
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

sesuai dan 18 dokumen (28,58%) ginjal dan dapat digunakan menjadi


kode tidak sesuai. Hal ini bukti ke BPJS ketika dilakukan
disebabkan oleh kelengkapan hemodialisis.
informasi yang kurang dan Hal ini sesuai dengan penelitian
penulisan diagnosis yang kurang Tri Purnama, Tesa Herta di RSI Ibnu
jelas oleh dokter. Terlebih Sina Pekanbaru bahwa kode
kurangnya kelengkapan informasi penyakit gagal ginjal dengan
mengenai tahapan atau stage dalam kombinasi dilakukan pengodean
penyakit gagal ginjal kronis yang dengan cara menggunakan kode
berpengaruh pada suatu kode. kombinasi. Hal ini akan dipengaruhi
Menurut coder expert dari RSUP oleh seorang coder yang masih
Dr. Kariadi Semarang, penulisan kurang berkompeten meskipun
diagnosis yang kurang jelas coder memiliki latar belakang
merupakan faktor utama, pendidikan D3 RMIK dan telah
kelengkapan informasi berupa hasil mengikuti pelatihan maupun
pemeriksaan penunjang dan riwayat seminar, namun kurangnya
penyakit pasien sebelumnya juga pemahaman terminologi medis,
(12)
mempengaruhi kesesuaian kode. farmakologi dan kimia klinik . Hal
Beberapa dokumen dengan tingkat ini juga terjadi pada penelitian
keparahan gagal ginjal 3-5 Lelimafi Setyani, Tri Lestari dan
ditemukan tidak disertai kode yang Putu Suriyasa di RSUD Dr.
menunjukkan kondisi ginjal dalam Moewardi bahwa terdapat kode
penyakit gagal ginjalnya. Melainkan yang tidak akurat disebabkan oleh
hanya kode kombinasi penyakit ketidaklengkapan diagnosis,
tersebut misal pada kode I12.0 yang kemampuan coder dalam membaca
menjelaskan bahwa penyakit gagal diagnosis yang ditulis oleh dokter
(13)
ginjal tersebut diakibatkan oleh .
hipertensi tetapi tidak disertakan
kode N18.-. Jika dalam dokumen SIMPULAN DAN SARAN
terdapat diagnosis gagal ginjal SIMPULAN
dengan hipertensi dan pada gagal Kelengkapan informasi medis
ginjalnya tertulis tingkat mengenai kasus CKD/gagal ginjal kronis
keparahannya 3-5 maka, kode di RS masih terdapat ketidaklengkapan
diagnosis N18.3 - N18.5 harus informasi khusus pada hasil pemeriksaan
disertakan untuk menjelaskan penunjang dan riwayat penyakit. Alur
tingkat keparahan penyakit gagal penetapan kode CKD/gagal ginjal kronis

344
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

sama dengan kasus penyakit yang lainnya Masy. 2008;24(2):90–102.


dan sesuai degan kaidah ICD 10 Revisi 4. Na L, Panggabean S, Lengkong JVM,
2010. Kesesuaian kode CKD/gagal ginjal Christine I. Kecemasan pada
kronis sebesar 71,42% dan Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang
ketidaksesuaian kode sebesar 28,58%, menjalani Hemodialisis di RS
dikarenakan adanya ketidaklengkapan Universitas Kristen Indonesia.
informasi medis dan ketidakjelasan 2012;46:151–6.
tahapan penyakit CKD/ gagal ginjal kronis. 5. Maryati W, Rosita R, Zanuri AP.
SARAN Hubungan Antara Kelengkapan
Sebaiknya coder melakukan konfirmasi Informasi Medis Dengan Keakuratan
kepada DPJP (Dokter Penanggung Jawab Kode Diagnosis Carcinoma Mammae
Pasien) apabila terdapat diagnosis yang di RSUD Dr. Moewardi. J Infokes.
tidak terbaca maupun kurang spesifik 2019;9(1):24–31.
sehingga kode yang dihasilkan sesuai dan 6. Rini Arintya dr. RI. Kelengkapan
tepat, khususnya pada diagnosis CKD Informasi Penunjang Dalam
dengan tahapan penyakit yang kurang Penentuan Keakuratan Kode
spesifik. Perlunya melengkapi informasi Diagnosis Utama Chronic Renal
medis dan mengecek kembali dokumen Failure Pasien Rawat Inap Di Rumah
sebelum dilakukan coding. Sakit Umum Daerah Dr. Soediran
Mangun Sumarso Wonogiri Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2013. 2014;15(2):82–93. Available
1. UU No 44 2009. Undang-Undang from:
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.p
2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta. hp/rm/article/view/316
2009. 7. Pratiwi YE. Ketepatan Penentuan
2. Kementerian Kesehatan Republik Kode Penyebab Dasar Kematian
Indonesia. Peraturan Menteri Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Kota Salatiga Triwulan IV Tahun
269/MENKES/PER/III/2008 tentang 2010. J Infokes. 2010;89–96.
Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI. 8. WHO. International Statistical
2008. Classification of Diseases and
3. Hidayati Titiek, Kushadiwijaya Related Health Problems
Haripurnomo S. Hubungan Antara (International Classification of
Hipertensi,Merokok dan Minuman Diseases)(ICD) 10th Revision -
Suplemen Energi dan Kejadian Version:2010. Occupational Health.
Penyakit Ginjal Kronik. Ber Kedokt 2010.

345
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di
Rumah Sakit | Dyah Ernawati

9. Agustini H, Agustina S. Pelaksanaan _Medis_Ruang_Karmel_dan_Karakte


Kode Penyakit dan Kode Tindakan di ristik__Petuga_Koding_Rawat_Inap_
Klinik Bedah Rumah Sakit Umum Rumah_Sakit_Mardi_Rahayu_Kudus
Daerah Pasar Rebo. Pelaks kode _Periode_Desember_2009.pdf
penyakit dan kode tindakan di Klin 11. Donabedian A. The Definition of
bedah rumah sakit umum Drh pasar Quality and Approaches to Its
rebo [Internet]. 2016;03(01):1–8. Assessment. Vol 1. Explorations in
Available from: Quality Assessment and Monitoring.
http://akademiperekammedis.ac.id/jur Ann Arber,MI, Heal Adm Press. 1980;
nal/index.php/medicordhif/article/view/ 12. Pela , Tesa Herta ., Sari PT. Penyakit
20/19 Jantung Dan Penyakit Ginjal
10. Rahayu H, Ernawati D, Kresnowati L, Berdasarkan ICD 10 Di Rumah Sakit
Fakultas A, Universitas K, Islam Ibnu Sina Pekanbaru. 2017;53–
Nuswantoro D, et al. Akurasi Kode 9.
Diagnosis Utama Pada RM 1 13. Setiyani L, Lestari T, Suriyasa P.
Dokumen Rekam Medis Ruang Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis
Karmel Dan Karakteristik Petugas Utama Pasien Rawat Inap Penyakit
Koding Rawat Inap Rumah Sakit Cronic Renal Failure End Stage
Mardi Rahayu Kudus Periode Berdasarkan ICD 10 Di RSU Dr.
Desember 2009. 2011;10(1):5–11. Moewardi Bulan Januari Tahun 2013.
Available from: J Rekam Medis [Internet].
http://dinus.ac.id/wbsc/assets/dokume 2013;VII(2):1–8. Available from:
n/majalah/Akurasi_Kode_Diagnosa_U https://www.ejurnal.stikesmhk.ac.id/in
tama_Pada_RM_1_Dokumen_Rekam dex.php/rm/article/viewFile/282/256

346

You might also like