You are on page 1of 7

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 2: 791-797


P-ISSN: 2503-­3638, E-ISSN: 2089-­9084

COVID-­19: Respon imunologis, ketahanan pada


permukaaan benda dan pilihan terapi klinis
CrossMark
Komang Siska Lestari Sugitha*
Published by DiscoverSys

ABSTRACT

The massive spread of SARS-­CoV-­2 infection marks the introduction T memory cells in children so that when infected with SARS-­CoV-­2,
of the third highly pathogenic corona virus after SARS-­CoV and the immune and inflammatory response is not as severe as in adults
MERS-­CoV infections that have caught the world’s attention. or the elderly. The long-­term immune response of COVID-­19 is still
In Indonesia alone, as of 9 April 2020, 3,512 cases have been a big question. There is no specific vaccine and therapy COVID-­19
confirmed, 282 recovered, and 306 of them died. Covid-­19 CFR approved by the FDA.
varies in each country, and CFR increases with age, especially if the Aim: The literature review this time aims to provide the general
patients have comorbid disease. SARS-­CoV-­2 can be detected in features the infection of SARS-­CoV-­2.
various specimens, such as oropharyngeal, BAL, sputum, faeces, and Conclusion: From all of the patients who confirmed Covid-­19, most
blood, but not detected in urine. SARS-­CoV-­2 infects populations of them were adults and elderly, with an increased risk of mortality
of various ages, but severe symptoms are not reported in children. in elderly with comorbidities. To reduce false negative diagnostic,
The host immune response is the key in eradicating the virus, as specimens should be taken from different sites, such as nasal, throat,
well as playing a role in the uncontrolled inflammatory response or faeces, blood, and BAL. Until now, there’s no specific therapy and
cytokine storm. This may be due to the lack of corona virus-­specific vaccines against SARS-­CoV-­2 infection.

Keywords: Covid-­19, SARS-­Cov-­2, pandemic era


Cite This Article: Sugitha, K.S.L. 2020. COVID-­19: Respon imunologis, ketahanan pada permukaaan benda dan pilihan terapi klinis. Intisari Sains
Medis 11(2): 791-797. DOI: 10.15562/ism.v11i2.746

ABSTRAK

Infeksi SARS-­CoV-­2 yang penyebarannya begitu masif menandai anak-­anak sehingga ketika terinfeksi SARS-­CoV-­2, respon imunitas
perkenalan virus corona ketiga yang sangat patogen setelah infeksi dan inflamasi yang terjadi tidak separah pada dewasa atau usia
SARS-­CoV dan MERS-­CoV yang menyita perhatian dunia. Di Indonesia lanjut. Respon kekebalan jangka panjang COVID-­19 saat ini masih
sendiri, per tanggal 9 April 2020, 3.512 kasus telah terkonfirmasi, menjadi pertanyaan besar. Belum ada vaksin dan terapi spesifik
282 sembuh, 306 diantaranya meninggal dunia. CFR COVID-­19 COVID-­19 yang disetujui FDA.
bervariasi di setiap negara, dan CFR meningkat seiring bertambahnya Tujuan: Literatur ini dibuat bertujuan untuk memberikan gambaran
usia, terutama bila memiliki penyakit komorbid. SARS-­CoV-­2 dapat umum mengenai infeksi virus SARS-­CoV-­2.
dideteksi di berbagai spesimen, seperti orofaringeal, BAL, sputum, Simpulan: Dari keseluruhan pasien yang terkonfirmasi Covid-­19,
feses, dan darah, tetapi tidak terdeteksi pada urin. SARS-­CoV-­2 sebagian besar adalah pasien dewasa dan usia tua, dengan resiko
menginfeksi populasi dari berbagai usia, tetapi gejala berat tidak mortalitas semakin meningkat pada pasien usia tua yang memiliki
dilaporkan pada anak-­anak. Respon imun host merupakan kunci komorbid. Untuk mengurangi hasil negatif palsu, diagnosis Covid-­19
dalam eradikasi virus, sekaligus memegang peranan terjadinya data ditegakkan dengan mengambil spesimen dari berbagai tempat,
Fakultas Kedokteran Universitas respon inflamasi tidak terkontrol atau badai sitokin. Hal ini mungkin seperti nasal, faring, fees, Sarah, dan BAL. Hingga saat ini belim ada
Udayana/Rumah Sakit Umum disebabkan oleh sedikitnya sel T memori spesifik virus corona pada terapi dan vaksin spesifik untuk indeksi SARS-­CoV-­2.
Pusat Sanglah Denapsar -­Bali

*
Correspondence to: Kata Kunci: Covid-­19, SARS-­CoV-­2
Komang Siska Lestari Sugitha, Cite Pasal Ini: Sugitha, K.S.L. 2020. COVID-­19: Respon imunologis, ketahanan pada permukaaan benda dan pilihan terapi klinis. Intisari Sains
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Medis 11(2): 791-797. DOI: 10.15562/ism.v11i2.746
Sanglah Denapsar -­Bali
komangsiska@yahoo.com
PENDAHULUAN
Diterima: 16-­04-­2020 Sejak telah lebih dari 100 tahun lalu dunia mengh- SARS-­CoV-­2. Munculnya SARS-­CoV-­2, setelah
Disetujui: 10-­07-­2020 adapi pandemi influenza 1918, kini dunia kembali infeksi SARS-­CoV pada tahun 2002, dan MERS-­
Diterbitkan: 01-­08-­2020 dihadapkan dengan pandemi virus baru, yaitu CoV pada tahun 2012, menandai perkenalan virus

Open access: http://isainsmedis.id/ 791


ORIGINAL ARTICLE

corona baru yang sangat patogen yang menyebar pada feses, sehingga penularan SARS-­ CoV-­2
demikian cepat di abad ke dua puluh satu.1-­4 mungkin saja dapat menular melalui rute fecal.
Berdasarkan data WHO, hingga 9 April 2020, Virus yang terdeteksi pada darah mengindikasikan
1.436.198 kasus telah terkonfirmasi COVID-­ 19 bahwa virus dapat menimbulkan reaksi sistemik.
secara global, 85.522 diantaranya meninggal. Di Pengambilan spesimen dari berbagai lokasi dapat
Indonesia sendiri telah tercatat 3.512 kasus terkon- digunakan sebagai metode diagnosis untuk mengu-
firmasi, 282 sembuh, 306 meninggal, sehingga CFR rangi resiko hasil negatif palsu.7
diperkirakan sekitar 8,7%.2,3
SARS-­CoV-­ 2 telah terbukti menular dari Pemeriksaan Lab
manusia ke manusia melalui droplet dan kontak Sebagian besar pasien COVID -­ 19 memiliki
dekat. Beberapa studi menyatakan penyakit ini hasil laboratorium sebagai berikut: kadar WBC
memiliki Ro (Reproductive numbers) >2 (2,2-­2,6), normal atau menurun dan limfositopenia. Pada
yang berarti diperkirakan virus dapat menyebar pasien dengan sakit berat ditemukan peningkatan
dari satu orang ke 2,2 orang lainnya. Angka ini kadar neutrophil, D-­Dimer, BUN/SC, dan kadar
sangat tinggi bila dibandingkan dengan Ro SARS-­ limfosit tetap menurun. Data menunjukkan bahwa
CoV dan MERS-­CoV <1. Dengan Ro yang tinggi, pasien yang dirawat di ICU memiliki kadar IL-­2,
SARS-­CoV-­2 menyebar dengan cepat ke seluruh IL-­7, IL-­10, granulocyte colony-­
stimulating factor
benua, dan memaksa penduduk dunia untuk hidup (GCSF), MCP-­1, TNF-­α, macrophage inflammatory
bersama virus ini mungkin untuk waktu yang tidak protein 1-­α (MIP-­1 α) lebih tinggi dibandingkan
sebentar.1,4 pasien non ICU.4 Seluruh pasien COVID-­19 yang
Estimasi case fatality rate (CFR) sangat penting mengalami gejala berat disarankan untuk dilakukan
dalam pandemi global COVID-­19. Bagi klinisi, hal pemeriksaan faktor-­faktor yang berkaitan dengan
ini penting untuk menentukan triase dan mengam- hiperinflamasi, seperti peningkatan serum ferritin,
bil keputusan diagnostik, terutama dalam konteks penurunan kadar platelet, pemeriksaan LED, CRP,
perawatan tanpa akses uji laboratorium atau ketika dan procalcitonin.8
kapasitas fasilitas kesehatan telah melewati batas.5,6
Hingga April 2020, data mengalir dari berbagai Gambaran Radiologis
negara. Per tanggal 2 April 2020, dari 33.718 kasus Gambaran radiologis (CT-­ scan) pasien yang
terkonfirmasi, 2.921 diantaranya telah meninggal terinfeksi SARS-­CoV-­2 beragam dan berkembang
sehingga didapatkan CFR 9% di Inggris. Berbeda secara cepat. Gambaran yang paling umum didapa-
halnya dengan di Italia yang didapatkan CFR tkan adalah ground glass appearance (GGO) dan
hampir 12%, dan di Jerman hanya 1%. Di Indonesia bercak konsolidasi yang terutama ditemukan pada
sendiri, hingga tanggal 8 April 2020, dari 2.956 zona paru bagian dalam dan luar. Garis fibrosa
kasus terkonfirmasi, 240 diantaranya meninggal dapat ditemukan saat kondisi telah membaik.
dunia sehingga estimasi CRF sekitar 8%. CFR akan Sebuah studi menyatakan terdapat 4 tahap peru-
semakin besar seiring dengan bertambahnya usia. bahan gambaran CT-­scan pasien COVID-­19. Pada
Tidak ada laporan kematian pada pasien yang fase awal, GGO adalah gambaran utama yang dapat
berusia dibawah 9 tahun.2,4-­6 ditemukan, terutama pada lobus bawah paru, baik
Dari uraian tersebut di atas, CFR COVID-­19 unilateral ataupun bilateral. Pada fase progresif
belum dapat diestimasi secara pasti. Salah satu ditemukan gambaran GGO difus dan bilateral dan
pertanyaan besar hingga saat ini adalah jumlah konsolidasi pada lebih dari dua lobus paru-­paru.
penderita dengan gejala ringan atau karier yang Pada fase puncak, gambaran tersebut lebih prev-
tidak terdiagnosis. Apabila banyak, maka CFR yang alen. Dan pada fase perbaikan, konsolidasi akan
sesungguhnya akan jauh lebih rendah daripada terserap secara bertahap.1,4
perkiraan. Angka tersebut akan lebih jelas sean-
dainya suatu hari nanti terdapat alat untuk mende- Gambaran Patologis
teksi antibodi di masa lampau sehingga kasus-­kasus Gambaran patologis pada pasien yang terinfeksi
yang sebelumnya tidak terdeteksi dapat dihitung.5 SARS-­CoV-­2 sangat terbatas oleh karena sangat
jarang dilakukan otopsi. Xu et  al. melaporkan
Deteksi COVID-­19 pada Berbagai Spesimen sebuah studi kasus tentang seorang pasien laki-­laki
Wenling et  al. melakukan pengambilan berbagai berusia 50 tahun yang meninggal 14 hari setelah
spesimen pada 205 pasien COVID-­ 19.7 Dari dirawat di rumah sakit karena gagal nafas dan
penelitian tersebut didapatkan bahwa hasil positif henti jantung. Gambaran utama yang ditemukan
terutama didapatkan pada spesimen saluran nafas pada biopsi adalah kerusakan difus alveolar bilat-
bawah, dan tidak ditemukan virus pada sampel eral dengan eksudat sel fibromiksoid dan sebukan
urin.4,7 Yang menarik adalah virus hidup terdeteksi sel radang dominan limfosit. Sel sinsitial berinti

792 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 791-797 | doi: 10.15562/ism.v11i2.746
ORIGINAL ARTICLE

banyak dengan pembesaran pneumosit atipikal dalam darah, dan gagal nafas yang berujung pada
yang ditandai dengan nukleus yang besar, sito- gagal jantung dan gagal ginjal.4,9
plasma granular amfofilik, dan nukleus prominen Terdapat berbagai hal mengenai COVID-­ 19
ditemukan di intraalveolar. Tidak tampak adanya yang membingungkan dan sulit dijelaskan. 85%
virus intranuklear atau intrasitoplasmik. Gambaran pasien yang terinfeksi mengalami gejala ringan
ini menyerupai biopsi pasien yang terinfeksi SARS-­ hingga sedang, 10% mengalami gejala berat, dan
CoV dan MERS-­CoV.4 5% lainnya jatuh pada tahap kritis dan kematian.4,5
Selain itu, mengapa infeksi SARS-­ Cov-­2 pada
Imunopatologis COVID-­19 dewasa muda dan anak-­anak jauh lebih ringan,
Infeksi SARS-­CoV-­2 dapat dibagi menjadi 3 fase. bahkan asimptomatik dibandingkan dengan kasus
Tahap I yaitu masa inkubasi asimptomatik, dengan dewasa dan orang tua hingga saat ini masih dipela-
atau tanpa terdeteksi adanya virus (karier); tahap jari lebih jauh.9
II terdeteksinya virus di darah dengan gejala yang Anak-­anak lebih rentan terhadap segala virus
tidak parah; dan tahap III yaitu saat terjadi gang- yang menyebabkan infeksi pernafasan diband-
guang pernafasan yang berat dengan viral load ingkan dewasa. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai
yang tinggi.1,4 Peranan karier di sini sangat penting faktor seperti, cabang bronkus yang lebih pendek,
karena virus dapat ditularkan secara tidak sadar. sistem kekebalan tubuh yang belum matur, jumlah
Penularan oleh karier pertama kali dilaporkan di sel T memori spesifik yang jauh lebih sedikit
Jerman. pada anak-­anak, yang mengakibatkan virus akan
Setelah masa inkubasi, virus SARS-­ CoV-­
2 lebih mudah mencapai alveoli dan menimbulkan
akan menimbulkan gejala ringan dan merangsang pneumonia.9
respon imunitas penderita. Terdapat studi yang Berdasarkan data-­data yang telah tersedia, kasus
menyatakan pada infeksi SARS-­ CoV-­ 2, sama COVID-­19 berat terutama terjadi pada pasien usia
dengan infeksi SARS-­ CoV, terjadi penurunan tua dan, atau dewasa dengan komorbid seperti
signifikan kadar CD4+ dan CD8+ pada darah hipertensi, diabetes, atau status immunocompro-
perifer, sebagai bukti tingginya proporsi HLA-­ mised. Faktor utama timbulnya gejala berat bahkan
DR (CD4 3,47%), dan CD38 (CD8 39,4%). kematian pada COVID-­19 adalah terjadinya proses
Keberhasilan eliminasi virus bergantung pada imunopatogenik atau badai sitokin. Studi menun-
status kesehatan penderita secara umum dan jukkan bahwa pada infeksi SARS-­CoV-­2, kerusakan
pada HLA haplotype. Pada periode ini, pendeka- jaringan paru yang masif diakibatkan oleh respon
tan terapi untuk meningkatkan respon imunitas inflamasi yang tidak terkontrol, bukan sebagai
penderita dapat dipertimbangkan.1,3 akibat langsung dari infeksi virus itu sendiri.1,2,4,9
Virus SARS-­ Cov-­2 menginfeksi sel melalui Terdapat banyak kemiripan antigen yang
reseptor ACE2, seperti pada penyakit SARS. dihasilkan SARS-­CoV-­2 dengan human corona-
RNA virus, sebagai pathogen associated molecular virus lainnya. Salah satu perbedaan SARS-­CoV-­2
patterns (PAMPs), akan dikenali oleh pattern recog- dengan virus corona lainnya adalah protein S,
nition receptors (PRRs). Toll-­like receptors (TLR) 3, yang ketika berhasil menginfeksi tubuh manusia,
TLR7, TLR8, dan TLR9 akan mendeteksi adanya respon imun adaptif dan humoral belum cukup
RNA dan DNA virus pada endosom. Sementara kompeten untuk menyembuhkan infeksi di tahap
viral RNA receptor retinoic acid inducible gene I awal.2,9 Penjelasan yang memungkinkan mengenai
(RIG-­I), RIG-­I), dan cytosolic receptor melanoma interaksi imun pada COVID-­ 19 kemungkinan
differentiation-­associated gene 5 (MDA5) berperan sebagai berikut: Pertama, pasien dewasa sehat
dalam mengenali RNA virus di sitoplasma.1,3,4 memiliki imunitas humoral dan adaptif yang baik,
Respon imun host merupakan kunci dalam yang dapat mencegah progresifitas penyakit dan
proses eradikasi virus, sekaligus memegang peranan menyebabkan keadaan akan membaik 2-­3 minggu
terjadinya imunopatogenesis yang menyebabkan sejak terjadi gejala. Hal ini merupakan faktor
terjadinya respon inflamasi yang tidak terkontrol yang mencegah virus mencapai alveoli dalam
atau dikenal dengan badai sitokin.9 Yang menyebab- jumlah besar, sehingga pasien akan membaik
kan COVID-­19 berbahaya adalah minimnya sel T setelah mengalami gejala ringan sampai sedang.
memori untuk menghasilkan respon imunitas yang Selanjutnya, pasien usia tua, baik tanpa atau dengan
adekuat dan tepat waktu untuk mengatasi infeksi komorbiditas tidak memiliki respon imun yang
di tahap awal. Hal ini yang mungkin menyebabkan kompeten sehingga virus dapat mencapai alveoli
adanya pasien yang jatuh pada tahap kritis, akibat dalah jumlah besar dan memicu proses peradan-
terjadinya pneumonitis alveolar, atau pneumonia gan. Sistem imun akan semakin agresif oleh karena
insterstisial berat yang berakibat kerusakan jarin- alveoli merupakan tempat terakhir sebelum virus
gan paru masif dan berkurangnya kadar oksigen menuju sirkulasi sistemik. Alveoli memiliki cell

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 791-797 | doi: 10.15562/ism.v11i2.746 793
ORIGINAL ARTICLE

mediated immunity yang diperantarai oleh limfosit sebanyak 4,56  × 102 setelah 2 kali pemeriksaan
dan makrofag. Sel epitel saluran nafas juga bertin- usap orofaringeal negatif, dan dalam keadaan gejala
dak sebagai sel efektor terhadap respon stimulus pasien telah membaik. Spekulasi peneliti antara lain,
eksogen. Di tahap inilah cell mediated immunity belum ada penelitian yang dapat menentukan masa
berperan penuh untuk mengeliminasi virus secara penularan COVID-­19 secara pasti. Selain  penu-
ekstensif, bersamaan dengan lonjakan sitokin lokal laran oleh karier, pasien dalam masa kovalesen
dan sistemik, yang menyebabkan peradangan alve- juga mungkin dapat menularkan virus. Reseptor
oli dan inflamasi interstisial, dan akan berujung ACE2 terdapat jauh lebih banyak pada jalur respi-
pada kerusakan jaringan paru-­paru. Proses inilah rasi bagian bawah, sehingga hasil usap orofaringeal
yang akan menyebabkan ARDS, gagal nafas, dan dapat menimbulkan hasil negatif palsu. Pasien yang
pada akhirnya menimbulkan multiorgan failure.1,9 telah dinyatakan sembuh diharapkan dapat dimon-
Salah satu faktor yang berkaitan dengan terjad- itoring viral load dan respon sel B dan sel T secara
inya ARDS adalah hyaluronan (HA). Tingginya berkala, dan dianjurkan tetap dikarantina di rumah
kadar sitokin (IL-­ 1, TNF) berpengaruh pada selama 14 hari.10
meningkatnya sintesis HA-­ synthase-­
2 (HAS2)
pada endotel CD31+, sel epitel alveoli EpCAM+, COVID-­19 pada Kehamilan
dan pada fibroblas. HA memiliki peranan penting Konsekuensi infeksi SARS-­CoV-­2 pada kehamilan
dalam mengabsorpsi air hingga 1000 kali lipat belum dapat diketahui secara pasti. Hingga saat ini
berat molekulnya. Studi menunjukkan hewan yang tidak ditemukan komplikasi yang berat pada ibu
kesulitan bernafas membaik setelah pemberian dan bayi; Namun demikian, kemungkinan terjad-
hyaluronidase intranasal. Klinisi juga menggu- inya komplikasi sebaiknya dipertimbangkan.11,12
nakan obat yang bekerja menghambat HAS2, yaitu Terdapat sebuah studi yang dilakukan oleh
Hymecromone (4-­Methylumbelliferone, 4-­MU). Huijin et  al, yang meneliti 9 ibu hamil trimester
Derivatif kimia obat tersebut dapat ditemukan pada ketiga yang telah terkonfirmasi terinfeksi COVID-­
obat-­obat herbal tradisional di Cina.1 19. Seluruh sampel penelitian tersebut melahirkan
Berdasarkan uraian di atas, anak-­ anak lebih melalui operasi caesar. Peneliti mengambil sampel
beresiko mengalami pneumonia, namun mengapa dari cairan amnion, tali pusar, usap tenggorokan
anak-­anak tidak mengalami perjalanan penyakit bayi yang baru lahir, dan air susu ibu (ASI); dan
COVID-­19 yang sama dengan pasien yang lebih hasilnya tidak ada satupun dari sampel tersebut
tua? Penjelasan yang memungkinkan adalah terdeteksi COVID-­ 19. Dari studi tersebut dapat
cell mediated imuunity anak-­ anak kurang kuat ditarik kesimpulan bahwa tidak adanya trans-
dibandingkan orang dewasa atau lebih tua. Hal ini misi intrauterin COVID-­19 pada trimester akhir
mungkin disebabkan oleh sedikitnya sel memori kehamilan. Namun demikian, penelitian tersebut
spesifik virus corona pada anak-­anak. Sel memori adalah penelitian skala kecil. Transmisi intrauterin
spesifik ini diperkirakan melimpah pada usia pada trimester pertama dan kedua belum dapat
dewasa atau lebih tua karena mereka telah terpapar dipastikan.11,12
berbagai jenis virus, termasuk common flu yang Pemilihan waktu untuk bersalin bersifat invid-
disebabkan oleh berbagai virus corona. Dengan ual, bergantung dari usia kehamilan, penyakit
demikian, ketika terpapar antigen COVID-­ 19, komorbid, dan keadaan janin. Belum dapat dipas-
reaksi imun dan inflamasi pada anak-­anak akan tikan resiko transimisi intrapartum pada metode
lebih ringan dibandingkan pada dewasa dan usia persalinan pervaginam. Ibu hamil dengan syok
lanjut.9 septik, kegagalan multiorgan, dan fetal distress
Pada pasien SARS yang telah sembuh, sel T sebaiknya segera dilakukan operasi Caesar (atau
memori bertahan selama empat tahun pasca infeksi, terminasi bila janin belum dapat bertahan hidup).
dan dapat berproliferasi, menimbulkan reaksi Ibu menyusui tetap dianjurkan memberikan ASI
hipersensitifitas tipe lambat, dan memproduksi pada bayinya karena virus tidak terdeteksi pada
IFN-­γ. Sel T CD8+ spesifik terhadap MERS juga ASI. Metode pemberian ASI perah yang dibantu
terdeteksi dalam darah pada percobaan pada tikus. oleh anggota keluarga lain dapat dipertimbangkan
Oleh karena baru ditemukan, kekebalan jangka sampai ibu telah dipastikan sembuh dan dapat
panjang terhadap COVID-­19 belum dapat dipa- menyusui secara langsung.11,12
hami sepenuhnya. Terdapat sebuah laporan kasus
mengenai pasien yang sembuh mengalami rein- Ketahanan virus SARS-­CoV-­2
feksi COVID-­19 untuk kedua kalinya. Dabio et al SARS-­CoV-­2 viabel pada aerosol selama 3 jam,
melaporkan seorang perempuan berusia 46 tahun dengan reduksi titer virus dari 103.5 ke 102.7
yang telah terkonfirmasi COVID-­ 19 dari hasil TCID50 per liter udara. Kendati demikian, penu-
usap orofaringeal. RNA virus kembali terdeteksi laran dari manusia ke manusia melalu aerosol

794 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 791-797 | doi: 10.15562/ism.v11i2.746
ORIGINAL ARTICLE

belum dapat dipastikan.13 SARS-­CoV-­2 lebih stabil 1. Klorokuin


pada plastik dan besi dibandingkan pada tembaga Klorokuin diperkirakan memiliki efek imuno-
dan kardus. Ketahanan pada plastic adalah sekitar modulator dan menghambat aktivitas enzima-
72 jam, dan pada besi sekitar 48 jam. Virus tidak tik virus. Terdapat studi yang mengemukakan
bertahan setelah 4 jam pada tembaga, dan pada pemberian klorokuin dapat mengurangi resiko
kardus virus tidak terdeteksi setelah 24 jam.13 eksaserbasi pneumonia pada COVID-­ 19.
Ketahanan SARS-­ CoV-­2 pada aerosol dan Namun data spesifik belum tersedia dan efikasi
permukaan benda mirip dengan ketahanan SARS-­ klinis hingga saat ini masih dievaluasi.
CoV-­ 1. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan 2. Hidroksiklorokuin
pada karakteristik epidemiologis dari infeksi kedua Studi in vitro menunjukkan bahwa hidroksik-
virus ini mungkin disebabkan oleh faktor lain, lorokuin lebih poten dibandingkan klorokuin.
seperti tingginya jumlah penularan SARS-­CoV-­2 Sebuah non randomnized clinical trial
dari karier asimptomatik, atau tingginya vira load membandingkan pemberian pasien yang diber-
pada saluran respirasi.13 ikan hidroksiklorokuin dengan yang tidak.
Hasilnya adalah pada hari ke 6, virus tidak
Pilihan Terapi pada COVID-­19 lagi terdeteksi pada 70% pasien yang diberikan
Terapi utama pada COVID-­ 19 adalah terapi hidroksiklorokuin. Studi lain membandingkan
simptomatik dan terapi suportif. Hingga saat ini pasien dengan gejala tidak berat yang diberikan
belum ada obat yang disetujui oleh Food and Drug hidroksiklorokuin dengan pasien yang diberi-
Administration (FDA). Berdasarkan uraian di atas, kan terapi standard. Hasilnya adalah gejala
pemilihan obat yang meningkatkan sistem imun demam dan batuk membaik lebih cepat pada
dapat dipilih pada fase akut, sedangkan pada fase kelompok yang diberikan hidroksiklorokuin.
lanjut atau kritis dapat dipertimbangkan pemberian Efek samping yang patut diperhatikan adalah
obat imunosupresan.3,14 Beberapa pilihan terapi pemanjangan interval QT, dan hati-­hati pada
yang mungkin dapat dipertimbangkan antara lain pasien dengan defisiensi G6PD.
sebagai berikut:14 3. Antivirus, seperti: lopinavir, ritonavir,
oseltamivir4
Lopinavir dan ritonavir bekerja dengan
Tabel 1  Hasil positif infeksi SARS-­CoV-­2 pada berbagai spesimen6 berikatan pada Mpro, enzim yang beperan
No Tipe Spesimen Positif (%) pada replikasi virus corona. Beberapa data
1 Bronchoalveolar Lavage Fluid (BAL) 93 menunjukkan bahwa pemberian lopinavir dan
ritonavir selama 14 hari pada pasien COVID-­
2 Fibrobronchoscope brush biopsy 46
19 tidak menunjukkan perbedaan dengan
3 Sputum 72 kelompok pasien yang tidak diberikan obat.
4 Swab hidung 63 Mortalitas pada hari ke 28 juga sama pada
5 Swab Farinng 32 kedua kelompok.
6 Feses 29
4. Remdesivir
Remdesivir merupakan golongan analog
7 Darah 1
nukelotida. Remdesivir digunakan secara luas
8 Urin 0 saat pandemi COVID-­19, seperti di Amerika,
Jepang, dan Eropa. Pada penelitian pendahu-
Tabel 2  Pilihan terapi ARDS terkait COVID-­1915 luan, remdesivir memiliki aktivitas mengera-
dikasi virus corona dan memiliki ambang
Terapi Implementasi
resisten yang tinggi. Berbagai uji klinis hingga
O2 aliran tinggi Dapat mengurangi prosedur intubasi saat ini masih dilakukan, dan diharapkan data
Volume Tidal 6ml/kgBB (dapat dikurangi hingga 4ml/ kgBB) akan tersedia pada bulan April atau Mei 2020.
Plateu airway pressure Pertahankan pada <30cm H2O apabila memungkinkan
5. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengeradikasi
Inhalasi NO 5-­20 lpm
pathogen tipikal dan atipikal. Apabila terjadi
Untuk manjemen keseimbangan asam-­basa, pada gagal infeksi sekunder, pemilihan antibiotik didasar-
Terapi pengganti ginjal
ginjal kan pada hasil kultur dan uji sensitifitas.4 Salah
Antibiotik Bila terjadi infeksi sekunder satu antibiotik yang digunakan pada pandemi
Bertujuan agar fluid balance negatif 500 ml – 1 L per COVID-­ 19 adalah azitromisin. Azitromisin
Terapi cairan
hari memiliki efek imunomodulator; meregulasi
Glukokortikoid Tidak direkomendasikan secara rutin produksi sitokin yang berlebihan seperti
IL8 yang disebabkan infeksi saluran perna-
ECMO Gunakan kriteria EOLIA
fasan, mengurangi sekresi mukus. Terdapat

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 791-797 | doi: 10.15562/ism.v11i2.746 795
ORIGINAL ARTICLE

penelitian pemberian kombinasi hidroksik- nikotinamid) sangat efektif dalam mencegah


lorokuin dan azitromisin sebagai terapi adju- kerusakan jaringan paru. Hal ini dapat diper-
van. Hasilnya, pada hari ke 6, seluruh pasien timbangkan sebagai pendekatan terapi dengan
yang diberikan kombinasi tersebut dinyatakan memberikan suplementasi vitamin tersebut
sembuh bila dibandingkan pasien yang hanya pada penderita COVID-­19.1
mendapatkan hidroksiklorokuin. 10. ECMO
6. Tocilizumab WHO merekomendasikan terapi Extracorporeal
Tocilizumab bekerja dengan mengham- Membrane Oxygenation (ECMO) pada pasien
bat ikatan IL6 dengan reseptornya. Sebuah dengan hipoksemia refrakter. Prosedur ini
studi retrospektif menganalisa pemberian membutuhkan personel yang terlatih, pera-
Tocilizumab pada 21 pasien COVID-­ 19. latan dan fasilitas yang memadai. Tidak seluruh
Hasilnya adalah terjadi perbaikan gejala klinis, rumah sakit memiliki fasilitas ini. Hingga saat
gambaran CT Scan, perbaikan kadar limfosit, ini belum banyak protokol dan sistem rujukan
dan penurunan kadar CRP. Namun, tidak ada untuk penggunaan ECMO.15
kelompok pembanding pada studi tersebut.
7. COVID-­19 covalescent plasma & antibody Hingga saat ini belum ada terapi spesifik
Plasma darah yang diambil dari pasien yang yang efikasinya telah terbukti pada COVID-­ 19.
telah sembuh dari COVID-­ 19 yang telah Pemilihan terapi bersifat individualistik dan patut
mengandung antibodi spesifik terhadap SARS-­ mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari
CoV-­2. Terapi ini dipertimbangkan pemberi- masing-­masing obat yang dipilih.
annya pada pasien yang sakit berat dan bukan
sebagai terapi pencegahan infeksi SARS-­CoV-­2.
Sebuah studi menganalisa 5 pasien COVID-­
SIMPULAN
19 yang kritis dan mengalami ARDS. Pasien Dengan nilai Ro >2, transmisi COVID-­ 19 sulit
diberikan 2 kali transfusi covalescent plasma dikendalikan, dan diperkirakan setengah populasi
berturut-­turut (total 400ml) yang mengandung dunia akan terinfeksi. Dari keseluruhan pasien yang
antibodi IgG dengan titer > 1:1000. Setelah terkonfirmasi COVID-­19, sebagian besar adalah
transfusi plasma, suhu tubuh 3 pasien kembali dewasa dan usia tua dengan resiko mortalitas
normal dalam 3 hari, skor SOFA membaik, semakin meningkat pada usia tua dengan penyakit
PaO2/FiO2 meningkat dalam 12 hari. Viral komorbid. Untuk mengurangi hasil negatif palsu,
load tidak terdeteksi dan ARDS membaik pada diagnostik COVID-­ 19 dapat ditegakkan dengan
4 pasien setelah 12 hari transfusi, dan 3 dian- cara mengambil spesimen dari berbagai tempat,
taranya dapat melepas penggunaan ventilator.3 seperti nasal, faring, feses, darah, dan BAL. Hingga
Generasi recombinant human monoclonal anti- saat ini belum ditemukan vaksin dan terapi spesifik
body (mAb) diharapkan dapat menetralisasi untuk infeksi SARS-­CoV-­2.
SARS-­CoV-­2. CR3022, antibodi monoklonal
spesifik SARS-­ CoV, dapat berikatan dengan
receptor binding domain (RBD) dari SARS-­ DAFTAR PUSTAKA
CoV-­2 dan diharapkan dapat dikembangkan 1. Yufang S, Ying W, Changsun S, et al. COVID-­19 infection:
sebagai pilihan terapi COVID-­ 19. Antibodi the perspective on immune response. CDD Press. https://
doi.org./10.1038.s41418-­020-­0530-­3.
monoklonal spesifik SARS-­CoV seperti m396, 2. Kemenkes RI. Situasi terkini perkembangan Covid-­ 19
CR3014 dapat dipertimbangkan penggu- 9  April 2020. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;
naanya pada infeksi SARS-­CoV-­2. 2020. [diakses dari www.COVID19.kemkes.go.id.]
3. Xiaowei Li, Manman G, et  al. Molecular immune
8. Kortikosteroid pathogenesis and diagnosis of COVID-­ ­
Penggunaan kortikosteroid secara rutin ­
pada infeksi SARS-­ CoV-­
2 tidak dianjurkan.
Kortikosteroid dapat dipertimbangkan pada ­
pasien dengan gejala inflamasi yang berat,
namun harus waspada terhadap kenaikan viral ­
­
load. Penggunaan kortikosteroid dapat diper- ­ ­ ­
timbangan jika terdapat indikasi seperti asma 19: risk factors
eksaserbasi akut atau syok sepsis refrakter.1,4 for severe disease and death. BMJ 2020; 368; mm1198.
7. Wenling W, Yanli X, et al. Detection of SARS-CoV-2­ in dif-
9. Suplementasi vitamin B3 (niasin atau ferent types of clinical spesimens. JAMA. Published online
nikotinamid) March 11, 2020.
Penelitian pada hewan yang mengalami cedera 8. Puja M, Daniel F, Michael B, et  al. COVID-19: consider
cytokine storm syndromes and immunosuppression.
paru yang diinduksi oleh bleomisin member- Lancet Vol.395, March 28 2020; http://doi.org/10.1016/
ikan hasil bahwa vitamin B3 (niasin atau S0140-6736(20)30628-0.
­ ­

796 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 791-797 | doi: 10.15562/ism.v11i2.746
ORIGINAL ARTICLE

9. Ahmed S, Rand R. The possible immunological pathways 13. Neeltje VD, Trenton B, Dylan H, et  al. Aerosol and sur-
for the variable immunopathogenesis of COVID-­19 infec- face stability of SARS-­CoV-­2 as compared with SARS-­
tions among healthy adults, elderly, and children. EGJM CoV-­1. NEJM 2020; 382:1564-­ 1567. DOI: 10.1056/
2020, 17(4),em202. NEJMc2004973.
10. Dabiao Chen, Wenxiong Xu, Ziying L, et al. Recurrence of 14. Tim S, Jennifer B, Tony P. COVID-­ 19 drug therapy.
positive SARS-­CoV-­2 RNA in COVID-­19: a case report. Elsevier March 2020.
International Journal of Infectious Disease. 2020; 93: pp 15. Michael A, Matthew, et  al. Treatment for severe acute
297-299.
­ http://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.03.003. respiratory distress syndrome from COVID-­ 19. Lancet
11. Guillaume F, Leo P, et  al. Guidelines for pregnant women Respir Med Vol 8 May 2020. https://doi.org/10.1016/
with suspected SARS- Cov-2­ infection. Lancet Infectious S22132600(20)30127-­2.
Dis. 2002 Jun; 20(6):652-653; http://doi.org/10.1016/
S1473-3099(20)30157-2.
­ ­
12. Huijun C, Juanjuan G, Chen W, et al. Clinical character-
istics and intrauterine vertical transmission potential of
COVID-19 ­ infection in nine pregnant women: a retro-
spective review of medical records. Lancet 2020; 395:809- This work is licensed under a Creative Commons Attribution
15. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30360-3.
­ ­

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 791-797 | doi: 10.15562/ism.v11i2.746 797

You might also like