You are on page 1of 11

Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)

GAMBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA


DAN PNEUMONIA DI KABUPATEN BATANG HARI,
PROVINSI JAMBI TAHUN 2008

FOREST EXTINGUISHER DISCRIPTION OF INSIDENT


ARI DISEASE AND PNEUMONIA in BATANGHARI DISTRICT,
JAMBI PROVINCE in 2008

Dian Perwitasari1 dan Bambang Sukana1

Abstract. Forest extinguisher is one of the problems that it has disastrous harm to the environment and
health. A fume from fires is the one of environmental pollution factors that it can be causes diseases such as
ARI (Acute Respiratory infections) and pneumonia. This article contains research data derived from
secondary data on health districts Batanghari, Jambi Province in 2008. The design was a cross-sectional
study to see the possibility of a fire by looking at an increase of hotspots. Those data was compared
descriptively with rainfall data, ARI diseases and pneumonia. Data have obtained point an increased the
fire occurred in August as 70 of hotspots and inceasing of rainfall was 245 mm. Other results illustrate that
there is a correlation was found between the increase in rainfall of 331 mm with a reduction in fire as many
as 4 points in March. From the data obtained prevalesi 55.9% for respiratory disease and pneumonia with
prevalence of 7.35% and in 2008. The results of air pollution parameters showed an increase in air quality
parameters such as PM10, SO2, CO and O3 although still below of the standard. The conclusion of this
study was indicated that the increased in hotspots did not occurred of the rainfall influenced in certain
months, while the forest extinguisher was indirect affect of the incidence rate of ARI and pneumonia.
According to the results, data is needed to continue analysis annually to monitoring and support efforts to
prevent forest fires and land especially areas prone to fires.

Keywords: Forest Extinguisher, ARI, Pneumonia, Hotspot and Rainfall

Abstrak. Kebakaran merupakan salah satu permasalah yang menimbukan dampak buruk bagi lingkungan
dan kesehatan. Asap yang berasal dari kebakaran merupakan salah satu faktor pencemaran lingkungan yang
dapat menimbulkan penyakit seperti ISPA dan pneumonia. Artikel ini memuat data penelitian yang diambil
dari data sekunder pada dinas kesehatan Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi tahun 2008. Desain
penelitian ini berupa potong lintang untuk melihat kemungkinan terjadi kebakaran dengan melihat
peningkatan titik api. Dari data tersebut di analisis secara deskriptif dengan data curah hujan, penyakit
ISPA dan Pneumonia. Dari data tersebut didapatkan peningkatan titik api terjadi pada bulan Agustus
sebanyak 70 titik api dan peningkatan curah hujan sebesr 245 mm. Hasil lain ditemukan gambaran bahwa
ada korelasi antara peningkatan curah hujan sebesar 331 mm dengan penurunan titik api sebanyak 4 pada
bulan Maret. Dari data tersebut didapatkan prevalesi penyakit ISPA sebesar 55.9% dan pneumonia dengan
prevalensi sebesar 7.35 % dan pada tahun 2008. Hasil parameter pencemaran udara yang diperoleh
menunjukkan terjadi peningkatan parameter kualitas udara seperti PM10, SO2, CO dan O3 walaupun
masih di bawah baku standar. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi
tidak mempengaruhi peningkatan titik api pada bulan-bulan tertentu, sedangkan kebakaran hutan tidak
mempengaruhi secara langsung terhadap prevalensi ISPA dan pneumonia. Tetapi analisis data perlu
dilakukan untuk tahun berikutnya dalam rangka menunjang monitoring dan upaya pencegahan terjadinya
kebakaran hutan dan lahan terutama daerah rawan kebakaran.

Kata kunci: Kebakaran Hutan, ISPA, Pneumonia, Titik api dan Curah hujan

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang


mempunyai luas hutan 133.300.543,98 ha.
Hutan adalah satu kesatuan
Ini mencakup kawasan suaka alam, hutan
ekosistem berupa lahan yang berisi sumber
lindung, dan hutan produksi. Beberapa pulau
daya alam hayati yang tidak dapat dipisahkan
di Indonesia mempunyai hutan yang cukup
satu dengan lainnya.(Sukana, 2011)

1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158

luas diantaranya adalah Pulau Sumatera tersebut adalah penyiapan lahan yang tidak
merupakan salah satu wilayah di Indonesia terkendali dengan cara membakar, termasuk
yang selalu mengalami kebakaran juga karena kebiasaan masyarakat dalam
hutan/lahan setiap tahun. Pada saat terjadi membuka lahan, kebakaran yang tidak
penyimpangan iklim yang menyebabkan disengaja, kebakaran yang di sengaja (arson),
kekeringan, jumlah kejadian kebakaran dan kebakaran karena sebab alamiah.
hutan/ lahan menjadi meningkat secara nyata Kebakaran karena sebab alamiah ini terjadi di
(Adiningsih dalam Zubaidah 2005). Provinsi daerah yang mengandung batu bara atau
Jambi salah satu provinsi di Sumatera yang bahan lain yang mudah terbakar. Meskipun
mempunyai wilayah hutan yang cukup luas. beberapa faktor tersebut di atas dapat
Menurut SK. No. 421/Kpts-II/99 luas hutan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
di Jambi sebesar 2.179.440,00 ha. Hutan kebakaran, tetapi faktor yang paling dominan
mempunyai permasalah yang cukup banyak, penyebab terjadinya kebakaran adalah karena
Salah satu permasalahan hutan yang paling tindakan manusia,(Penjelasan atas PP No. 4
besar adalah kebakaran hutan. Menurut tahun 2001). Masyarakat di wilayah dengan
World Wildlife Fund (WWF) sekitar 20 juta angka ISPU tinggi dilaporkan mulai
orang Indonesia telah terpajan asap mengalami gangguan penyakit ISPA,
kebakaran hutan sehingga mengakibatkan pneumonia, sakit kulit dan sakit mata. Angka
gangguan paru dan sistem kesakitan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
pernapasan,(Brauer M dan Dawud dalam (ISPA) di daerah yang tingkat pencemaran
Faisal 2012). udaranya tinggi karena adanya kabut asap
akibat kebakaran hutan cenderung
Kebakaran hutan (wildfire) adalah
mengalami peningkatan, (Republika, 2006).
keadaan api menjadi tidak terkontrol yang
Kebakaran hutan yang cukup besar seperti
terjadi di daerah pedesaan atau daerah yang
yang terjadi pada tahun 1997 – 1998
luas. Penyebaran kebakaran dapat berganti
menimbulkan dampak yang sangat luas di
arah tanpa di duga (Faisal, 2012). Masalah
samping kerugian material kayu dan non
yang ditimbulkan dari kebakaran hutan
kayu serta hewan. Suatu penilaian kondisi
sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor
kesehatan lingkungan yang dilakukan pada
kehidupan seperti gangguan aktivitas
tahun tersebut dengan menganalisis
kehidupan sehari-hari, hambatan transportasi,
parameter kandungan Total Suspended
kerusakan ekologis, penurunan pariwisata,
Particulate (TSP), sulfur dioksida (SO2),
dampak politik, ekonomi dan gangguan
karbon monoksida (CO), formaldehid,
kesehatan.(Faisal, 2012) Dampak asap
akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan
menimbulkan gangguan kesehatan seperti
ozon (O3), ditemukan kandungan TSP di
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), asma
Provinsi Jambi sebesar 15 kali diatas baku
bronkial, bronkitis, pneumonia (radang paru),
mutu yang ditetapkan, (Martono dalam
iritasi mata dan kulit. Hal ini akibat tingginya
Sukana, 2011).
kadar debu di udara yang telah melampaui
ambang batas. Dampak asap dari kebakaran Atmosfer sebagai salah satu medium
hutan dan atau lahan telah mengganggu jarak lingkungan perlu mendapat perlindungan
pandang sehingga mempengaruhi jadual terhadap bahan pencemar yang mengganggu
penerbangan. Akibatnya di beberapa kota kesehatan manusia. Sebagai medium
jarak pandang kurang dari satu kilometer, lingkungan, atmosfer berfungsi untuk
yang mengakibatkan penutupan beberapa menampung gas oksigen, Karbondioksida,
bandar udara. Selain daripada itu dampak sulfur dioksida, nitrogen oksida, methan,
asap mengganggu aktivitas penduduk. ozon dan hidrokarbon. Degradasi udara
Bahkan, asap dari kebakaran tersebut juga menyebabkan kualitas udara yang semakin
mempengaruhi negara tetangga di Asia buruk menjadikan atmosfer untuk
Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan menampung dan menetralisir gas buang
Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu tersebut menjadi semakin berkurang
ditetapkan berbagai langkah kebijakan jumlahnya sehingga mengakibatkan kualitas
pengendaliannya. Dalam peristiwa kebakaran lingkungan yang buruk terutama pada
hutan dan atau lahan, terdapat beberapa penurunan kualitas udara yang dapat
faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)

(Sukana, 2011) Asap tebal yang ditimbulkan Menurut Badan Penanggulangan


dari kebakaran hutan mengandung sejumlah Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi,
besar bahan kimia yang meliputi partikel dan Sampai saat ini di provinsi ini masih
komponen gas seperti TSP, SO2, CO, mengalami kebakaran hutan hebat yang sulit
formaldehid, akrelein, benzen, NOx dan O3 dipadamkan. Wilayah kebakaran di provinsi
dapat mengganggu kesehatan. Partikel- ini sangat luas sampai dengan tahun 2011
partikel tersebut dapat mengiritasi permukaan mencapai 383 ha, (http://jambistar.com 2012)
mukosa seperti mata dan saluran pernafasan sehingga menimbulkan asap yang tebal.
baik atas maupun bawah. Apabila partikel Sampai dengan tahun 2010, Kabupaten
tersebut sangat banyak sehingga dapat masuk Batang hari merupakan wilayah yang paling
ke dalam alveoli dan melumpuhkan banyak terdapat titik api, sehingga
pertahanan mukosiliar. Apabila pertahanan kemungkinan kasus ISPA dan Pneumonia
tersebut telah hancur, berbagai macam tinggi di wilayah ini. Pada tahun 2008,
mikroorganisme dapat dengan mudah masuk jumlah penduduk Kabupaten Batang Hari
ke dalam paru-paru dan menyebabkan infeksi mencapai 226.383 jiwa dengan laju
paru seperti bronkitis, bronkopneumonia, pertumbuhan penduduk sebesar 1,74. Dengan
pneumonia dan edema paru, (Syafrizal, luas wilayah sekitar 5.804,83 km2, maka
2003). Infeksi yang meningkat pada saat secara rata-rata setiap km2 wilayah Batang
terjadinya kebakaran hutan adalah Hari ditempati penduduk sebanyak 40 orang.
ISPA(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan Dengan keadaan tersebut resiko yang akan
pneumonia. (Faisal, 2012) Angka ISPU di dialami penduduk akibat terpajan asap
Kota Jambi (Jambi) pada periode tahun 2006 kebakaran hutan Kab Batanghari akan
masing-masing lebih dari 400 dan antara meningkat (BPS, Kab Batanghari, 2011).
300-700, keduanya dikategorikan sangat
Penilaian terhadap kondisi kesehatan
berbahaya bagi kesehatan.
dan tindakan penanggulangan serta
ISPA adalah infeksi saluran pengendalian sebagai upaya mencegah
pernapasan akut yang berlangsung selama 14 meluasnya daerah yang terbakar telah
hari. Saluran pernapasan adalah organ mulai dilakukan, tetapi kondisi lingkungan yang
dari hidung sampai gelembung paru, beserta rusak tetap terjadi. Kondisi tersebut
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, merupakan perbuatan dari masyarakat sendiri
ruang telinga tengah dan selaput untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
paru,(Rasmaliah, 2004). Pneumonia adalah hari. Artikel ini berisi informasi yang berasal
gangguan pada saluran pernafasan akibat dari dari hasil penelitian, yang bertujuan untuk
virus, bakteri, jamur atau partikel lain yang mengetahui adanya dampak yang
masuk ke dalam paru-paru sehingga ditimbulkan kebakaran hutan terhadap
mengakibatkan infeksi.(Pubmed, 2011) Anak penyakit ISPA dan pneumonia di wilayah
akan menderita pneumonia bila infeksi paru yang sering timbul kebakaran terutama di
ini tidak diobati dengan pengobatan yang Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Selain
adekuat dan tepat dapat mengakibat itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kematian,(Rasmaliah, 2004). Di Indonesia mengkaji pencemaran udara yang berasal
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar dari kebakaran hutan, sedangkan artikel ini
(riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; bertujuan untuk melihat gambaran kebakaran
prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi hutan dengan kejadian penyakit ISPA dan
di atas angka nasional), angka kesakitan pneumonia di Provinsi Jambi pada tahun
(morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, 2008. Manfaat dari artikel ini diharapkan
Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada dapat digunakan sebagai bahan informasi,
bayi 23,8%, dan Balita 15,5%, kemenkes. gambaran dan upaya dalam mengurangi
Menurut RISKESDAS 2007, pneumonia dampak kebakaran hutan agar tidak
masih merupakan kasus terbesar di membahayakan kesehatan masyarakat yang
Indonesia.(BJE,2010) Prevalensi untuk kasus tinggal di sekitar wilayah rawan kebakaran.
ISPA dan pneumonia di Provinsi Jambi yaitu
sebesar 22.65% dan 1.29%. (Riskesdas,
2007)

1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158

BAHAN DAN CARA KERJA HASIL


Artikel ini berasal dari penelitian Secara geografis Kabupaten
yang dilakukan pada bulan Juli sampai bulan Batanghari mempunyai luas wilayah
Desember 2011 di Kabupaten Batanghari, 5.804.83 km3 dengan 8 kecamatan yang
Provinsi Jambi. Berdasarkan kelengkapan terdiri dari 100 desa dan 13 kelurahan. Letak
data sekunder, artikel ini menggunakan data astronomi berada diantara garis lintang 1o15
1 (satu) tahun yaitu tahun 2008. Data yang sampai 2o2 Lintang Selatan pada garis bujur
diambil berupa data parameter udara (PM10, 102o30 sampai dengan 104o30 Bujur Timur.
NO2, SO2, dan CO), data curah hujan, data Letak ketinggian berada antara 0 – 500 diatas
jumlah titik api, dan data prevalensi penyakit permukaan laut, kondisi alamnya terdiri dari
ISPA dan pneumonia. Daerah penelitian dataran rendah, perbukitan, dan rawa dengan
diambil dengan pertimbangan bahwa daerah iklim tropis yang mempunyai suhu berkisar
tersebut adalah daerah yang paling sering antara 20oC – 40oC dengan curah hujan
mengalami kebakaran hutan. daerah yang antara 2000 – 2500 mm/tahun.
mudah di jangkau dan merupakan wilayah
Kabupaten Batanghari mempunyai
padat penduduk.
titik api (Hotspot) sebanyak 203 dan
Penelitian ini berupa survey yang merupakan wilayah semi perdesaan yang
menggunakan desain crossectional. Analisa padat penduduk dengan jumlah 226.383 pada
data dilakukan secara deskriptif dan manual tahun 2008. Dari data yang diperoleh dari
untuk melihat gambaran kebakaran hutan BMKG titik api di Provinsi Jambi berpotensi
dengan kejadian ISPA dan pneumonia. Data terjadi penyebaran dalam kurun waktu yang
lingkungan diperoleh dari Badan Pengelolaan singkat. Gambaran titik api yang terjadi di
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dan provinsi Jambi pada tahun 2008 dapat dilihat
Badan Meterologi, Klimatologi dan pada gambar dibawah ini:
Geofisika (BMKG), BPLHD, Dinas
Titik api yang terjadi di Provinsi
kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas Sosial,
Jambi pada tahun 2008 dapat dilihat pada
Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan
gambar 1. Peta tersebut menunjukkan
Masyarakat, Badan Perencanaan Daerah dan
penyebaran titik api yang meluas di setiap
Tokoh masyarakat, sedangkan untuk data
kabupaten.
kasus penyakit diperoleh dari Dinas
Kesehatan.

Gambar 1. Peta Titik Api Provinsi Jambi tahun 2008


Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)

Gambaran titik api tahun 2008 maret dan juni terdapat 4 titik api, sedangkan
terbanyak di Kabupaten Batanghari pada bulan yang lain tidak terdapat
menunjukkan pada bulan Agustus yaitu pemunculan titik api. Secara linier terjadi
sebanyak 70 titik api, terbanyak kedua terjadi penurunan titik api pada tahun 2008.
pada bulan Januari sebanyak 55 titik dan (Gambar 2)
bulan mei terdapat 36 titik api. Untuk bulan

Gambar 2. Grafik titik api di Kabupaten Batanghari tahun 2008

Hasil rata-rata uji parameter diperiksa menunjukkan kadar SO2, NO2, dan
pencemaran lingkungan tertinggi bila CO masih di bawah baku mutu, secara
dibandingkan dengan baku mutu adalah debu berturut-turut 0.00613 mg/Nm3, 0.03891
(TSP) sebesar 114.899 mg/Nm3 tetapi belum mg/Nm3 dan 14.8 ug/Nm3, sedangkan untuk
melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk kadar 03 tidak terdeteksi.(Tabel 1)
hasil rata-rata uji parameter udara yang

Tabel 1. Hasil rata-rata uji parameter pencemaran di Kabupaten Batanghari tahun 2008
SPESIFIKASI BAKU
NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI
METODE MUTU
3
1 SO2 mg/Nm 0.006133333 Pararosanilin 365
3
2 NO2 mg/Nm 0.038919048 Saltzman 150
3
3 Debu(TSP) mg/Nm 114.8995238 Gravimetri 150
4 CO ( Karbon Oksida ) ug/Nm3 14.8 NDIR 10,000
3
5 03 ( Oksidan ) ug/Nm tidak terdeteksi Chemiluminescent 235
6 Kebisingan dB 59.83333333 Sound Level Meter 60

Angka curah hujan tertinggi di curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni
Kabupaten Batanghari terjadi pada bulan yaitu sebesar 27 mm.(Gambar 3)
Maret yaitu sebesar 331 mm, sedangkan

1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158

Gambar 3. Curah Hujan di Kabupaten Batang hari tahun 2008

Gambar 4 menunjukkan bahwa yang tinggi dan pada bulan-bulan tersebut


terjadi peningkatan jumlah curah hujan dan tidak terdapat jumlah titik api yang tinggi.
penurunan jumlah titik api. Dari grafik ini Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa
terlihat pada bulan Maret, April, Agustus, pada bulan Agustus terjadi curah hujan yang
November dan Desember terjadi curah hujan tinggi dan terdapat peningkatan titik api.

Gambar 4. Perbandingan titik api dengan curah hujan

Pada grafik di bawah ini (gambar 5) tidak terdapat kasus ISPA di kabupaten ini.
terlihat bahwa prevalensi ISPA tertinggi pada Berdasarkan garis linier terjadi
bulan Mei yaitu sebesar 7.92 dan prevalensi kecenderungan peningkatan meskipun tidak
ISPA terendah terlihat pada bulan Oktober terlalu tajam.
sebesar 2.98, sedangkan untuk bulan Januari
Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)

Gambar 5. Kasus ISPA di Kabupaten Batanghari tahun 2008

Gambar 6 memperlihatkan gambaran tidak ada peningkatan prevalensi ISPA. Titik


antara peningkatan titik api dengan kasus api meningkat di beberapa bulan yaitu pada
ISPA yang terjadi di Kabupaten Batanghari bulan Januari, Mei dan Agustus.
tahun 2008. Grafik tersebut menunjukkan

Gambar 6. Titik api dan prevalensi ISPA pada tahun 2008

Dari grafik dibawah ini terlihat yaitu sebesar 0.22, sedangkan pada bulan
bahwa prevalensi pneumonia tertinggi terjadi Januari tidak ditemukan kasus pneumonia.
pada bulan Desember yaitu sebesar 1.17 dan Secara linier terjadi peningkatan kasus
prevalensi terendah terjadi pada bulan Maret pneumonia di tahun 2008.(Gambar 7)

1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158

Gambar 7. Kasus Pneumonia di Kabupaten Batanghari tahun 2008

Gambar 8 memperlihatkan gambaran menunjukkan adanya peningkatan titik api


antara peningkatan titik api dengan kasus tetapi tidak ada peningkatan prevalensi
pneumonia yang terjadi di Kabupaten pneumonia.
Batanghari tahun 2008. Grafik tersebut

Gambar 8. Titik api dan prevalensi pneumonia

PEMBAHASAN Lingkungan Hidup tahun 1997, data yang


diambil dari hasil pengukuran di beberapa
Kebakaran hutan di Kabupaten
tempat menunjukkan rata-rata pencemaran di
Batanghari Provinsi Jambi masih merupakan
Kabupaten Batanghari belum termasuk dalam
masalah yang cukup besar sehingga
kategori membahayakan kesehatan karena
menimbulkan dampak kesehatan masyarakat
tidak melebihi standar baku mutu yang
di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari masih
ditetapkan oleh pemerintah. Menteri
tingginya titik api yang terjadi di tahun 2008
Kesehatan RI, 2003 dalam Sugianto 2010,
yang mempengaruhi kualitas udara
yang menyatakan bahwa kebakaran hutan
disekitarnnya. Titik api yang terjadi di
dapat menimbulkan polutan udara yang dapat
Kabupaten Batanghari memicu timbulnya
menyebabkan penyakit dan membahayakan
asap sehingga terjadi peningkatan pada debu
kesehatan manusia. Berbagai pencemar udara
(TSP) dan O3, walaupun belum melebihi
yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan,
baku standart. Menurut Keputusan Menteri
misalnya: debu dengan ukuran partikel kecil
Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)

(PM10 & PM2,5), gas SOx, NOx, COx, dan secara deskriptif menunjukkan bahwa jumlah
lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif titik api yang meningkat pada bulan Januari,
terhadap kesehatan manusia, antara lain Mei dan Agustus tidak mempengaruhi
infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi insiden ISPA yang terjadi di Kabupaten
kulit, iritasi mata, dan lain-lain. Batanghari, tetapi dari data yang diperoleh
Selain itu juga dapat menimbulkan gangguan dari puskesmas menunjukkan bahwa ada
jarak pandang/ penglihatan, sehingga dapat peningkatan prevalensi ISPA dalam tahun
menganggu semua bentuk kegiatan di luar 2008. Dari hasil tersebut dapat digambarkan
rumah. dengan adanya peningkatan kadar parameter
udara (PM10, SO2 dan NO2) sebagai
Tingginya curah hujan yang terjadi
indikator pencemaran menunjukkan ada
di kabupaten Batanghari pada tahun 2008
kecenderungan peningkatan kasus ISPA.
sangat mempengaruhi jumlah titik api dan
Menurut penelitian yang dilakukan Novita
angka kualitas udara yang terjadi. Semakin
2008, hubungan antara titik api dengan kasus
tinggi curah hujan makin berkurangnya
ISPA berkorelasi positif yaitu apabila terjadi
jumlah titik api pada wilayah yang rawan
peningkatan hostspot maka kasus ISPA akan
kebakaran. Menurut World Rainfall Extremes
meningkat. Peningkatan kasus ISPA
(WRE) curah hujan yang terjadi di
kemungkinan disebabkan adanya
Kabupaten Batanghari termasuk dalam
peningkatan jumlah asap yang
kategori rendah, tetapi masih terdapat jumlah
mempengaruhi kondisi lingkungan terutama
titik api yang tinggi, sehingga terjadi
udara yang dapat merusak system pernafasan.
peningkatan parameter kualitas udara seperti
Selain itu peningkatan ISPA di kabupaten
PM10, SO2, CO dan O3 walaupun masih di
Batanghari dapat juga disebabkan faktor
bawah baku standar. Menurut penelitian yang
pendukung lain seperti; kelembaban, hygiene
dilakukan Sukana 2011, bila dilihat secara
dan sanitasi di lingkungan tempat tinggal
deskriptif hasil perbandingan antara curah
penduduk.
hujan dan titik api yang terjadi pada tahun
2008, menunjukkan adanya keterikatan. Ini Menurut data yang diperoleh dari
terlihat dari data yang menunjukkan adanya dinas kesehatan, dapat dikatakan bahwa
kecenderungan peningkatan curah hujan Pneumonia merupakan salah satu penyakit
sebesar 331 dan penurunan titik api sebanyak yang mengalami peningkatan secara linier di
4 pada bulan Maret. Tetapi dari data diatas Kabupaten Batanghari sepanjang tahun 2008.
juga menunjukkan tidak ada korelasi antara Prevalensi pneumonia tertinggi terjadi pada
curah hujan dengan titik api yang bulan Desember, bila di analisis secara
ditunjukkan pada bulan Agustus dengan deskriptif kasus pneumonia bila dikaitkan
peningkatan curah hujan sebesar 245 mm dan dengan angka titik api yang terjadi pada
titik api yang tinggi sebanyak 70 titik api. bulan yang sama tidak terlihat ada korelasi,
Pada penelitian Zubaidah 2005 yang kemungkinan hal tersebut karena kualitas
membahas tentang pengaruh faktor iklim, udara belum melebihi ambang batas sehingga
yaitu penyimpangan (anomali) curah hujan tidak membahayakan kesehatan. Kasus
terhadap titik panas (hotspot) yang biasa pneumonia yang terjadi kemungkinan berasal
digunakan sebagai indikator potensi dari bakteri, jamur atau virus yang
kebakaran hutan/lahan. Penelitian tersebut menyebabkan peradangan pada saluran
berkesimpulan bahwa ada keterikatan antara pernafasan. Penyebab kasus pneumonia
curah hujan dengan jumlah titik api yaitu tersebut dapat juga berasal dari faktor lain
semakin rendah curah hujan jumlah titik api seperti kelembaban yang tinggi, pencahayaan
yang terjadi menjadi tinggi, demikian pula pada rumah tempat tinggal dan lingkungan
sebaliknya. yang kurang hygienis semakin meningkatkan
kasus pneumonia di masyarakat. Menurut
Berdasarkan data yang dikumpulkan
Radji 2010, beberapa faktor yang dapat
dari Puskesmas Batanghari tahun 2008
mempengaruhi berkembangnya ISPA yang
prevalensi dari kasus ISPA menunjukkan
menjadi pneumonia diantaranya adalah
fluktuasi di setiap bulan, sedangkan titik api
keadaan geografi wilayah daerah tropis,
meningkat di beberapa bulan sepanjang tahun
Indonesia memiliki potensi daerah endemis
2008. Apabila kasus ISPA dikaitkan dengan
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat
titik api yang terjadi, dapat digambarkan

1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158

dapat menjadi ancaman bagi kesehatan kecenderungan bahwa kebakaran hutan dapat
masyarakat. Pengaruh geografis dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan
mendorong terjadinya peningkatan kasus sekitar dan kesehatan, khususnya
maupun kenaikan angka penderita akibat berpengaruh pada peningkatan kasus
ISPA dan pneumonia. Faktor kedua adalah Pneumonia dan ISPA. Pada kabupaten
PHBS yang merupakan modal utama bagi Batanghari provinsi Jambi didapatkan
pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih prevalesi penyakit ISPA sebesar 55.9% dan
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh pneumonia dengan prevalensi sebesar 7.35 %
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. dan pada tahun 2008. Selain itu dari hasil
Dengan makin meningkatnya tingkat parameter di atas terlihat belum terjadi
pendidikan di masyarakat diperkirakan akan peningkatan pencemaran kualitas udara
berpengaruh positif terhadap pemahaman meskipun terjadi peningkatan titik api pada
masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita bulan Agustus sebanyak 70 titik api. Ini
agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu dikarenakan pada bulan Agustus terdapat
melalui upaya memperhatikan rumah sehat curah hujan yang tinggi sebanyak 245 mm
dan lingkungan sehat. Selain itu pencemaran Hasil lain ditemukan gambaran bahwa ada
lingkungan seperti asap karena kebakaran korelasi antara peningkatan curah hujan
hutan, gas buang sarana transportasi dan sebesar 331 mm dengan penurunan titik api
polusi udara dalam rumah merupakan sebanyak 4 pada bulan Maret. Dari hasil
ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. perbandingan selama tahun 2008 tidak
Demikian pula perubahan iklim gobal terlihat perbandingan yang mencolok antara
terutama suhu, kelembapan, curah hujan, curah hujan dengan penurunan titik api.
merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA. ISPA dan
Pneumonia sangat rentan terjadi pada bayi Saran
dan Balita. Daya tahan tubuh dan juga polusi Diperlukan pembatasan pembukaan
menjadi faktor pendukung terjadinya ISPA,
lahan sebagai upaya pencegahan terjadinya
seperti contohnya ISPA bagian atas seperti kebakaran hutan. Diperlukan pula kerjasama
batuk dan pilek yang umumnya terjadi karena lintas sektoral dan masyarakat seperti
ketahanan tubuh kurang.
monitoring pencemaran lingkungan sebagai
Berbagai upaya telah dilakukan oleh upaya persiapan apabila terjadi kebakaran.
pemda setempat untuk menanggulangi Diperlukan pula program penambahan sarana
kebakaran hutan sudah cukup baik, hal ini pemadam api seperti mesin penyedot air di
terlihat dari berbagai peraturan yang telah tempat-tempat rawan kebakaran. Diperlukan
dikeluarkan. Pelatihan pada tokoh penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
masyarakat, lintas program dan lintas sektor antara asap yang diakibatkan oleh kebakaran
dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dengan peningkatan kasus ISPA dan
hutan. Pemberian bantuan berupa alat-alat pneumonia di Kabupaten Batanghari sebagai
pemadam kebakaran di beberapa desa yang penunjang perbaikan di sektor kesehatan.
sering mengalami kebakaran hutan juga telah
dilakukan. Dibentuk pula tim koordinasi
lintas program dan lintas sektor guna UCAPAN TERIMA KASIH
penanggulangan kebakaran hutan. Dari Ucapan terima kasih kepada kepala
upaya-upaya yang di telah tersebut belum pusat Intervensi yang telah menyediakan
dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan, dana dan memberikan perijinan untuk
meskipun terlihat adanya penurunan titik api kegiatan penelitian ini, juga kepada dinas-
di beberapa bulan. dinas terkait pada penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Jambi, Berita Daerah 17 Oktober
Dari uraian diatas dapat disimpulkan 2011, di akses tanggal 22 Maret 2012.
secara diskriptif yang menggambarkan ada
Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)

Badan Pusat Statistik (APS) Kabupaten Batanghari, Pubmed Health, Pneumonia, Bronchopneumonia;
Kondisi Kependudukan Kabupaten Batang Community-acquired pneumonia. Last
Hari Tahun 2009, 6 Januari 2011, reviewed: May 1, 2011.
batangharikab.bps.go.id/.webloc. Rasmaliah, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Brauer M. Health impact of biomass air pollution. dan Penanggulangannya, Fakultas Kesehatan
World Wildlife Fund (WWF) WHO. [cited Masyarakat Universtias Sumatera Utara.
2007 Nov 4]. Available from: 2004: 2.
http//www.firesmokeheealth.org. Republika, Kesehatan, Kasus ISPA di Daerah Kabut
Buletin Jendela Epidemiologi (BJE), Pneumonia Balita, Asap Cenderung Meningkat, Rabu, 11
Situasi Pneumonia Balita di Indonesia, Oktober 2006, http://www.republika.co.id/17
September 2010: (3) 1-10. Nov 2006.
Faisal F, Yunus F, Harahap F, Dampak Asap Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Laporan
Kebakaran Hutan pada Pernapasan, Nasional 2007, Badan Penelitian dan
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Pengembangan Kesehatan, Desember 2008:
Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran 103-4.
Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Sugianto R, Dampak Kebakaran Hutan Bagi Kesehatan
Jakarta, Indonesia. CDK-189/ vol. 39 no. 1, Manusia, Program Pasca Sarjana Pengelolaan
th. 2012. Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Jambi Star, Koran harian Provinsi Jambi, 383 Hektar Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, 8
Hutan dan Lahan Terbakar, September 2010.
http://www.jambistar.com , 22 Maret 2012. Sukana B, Inswiasri, Kasnodihardjo, Nainggolan R,
KEMENKES RI, Pneumonia Penyebab Kematian Mardiana, Manalu S H, et all. Dampak
Utama pada Balita, http://www.depkes.go.id, Kebakaran Hutan Terhadap kesehatan
diakses 22 Maret 2012. Masyarakat, Laporan Akhir, 2011.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Syafrizal, Dampak Kebakaran Hutan Terhadap
Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 Kesehatan Manusia, RIMBA Kalimantan,
November 1997 Fakultas Kehutanan Unmul: 2003: 8 (2); 63 –
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 7.
289/Menkes/SK/III/2003 Tanggal : 12 Maret Widodo SW, Mulyadi, HP Ilmu pengetahuan Sosial
2003 untuk Siswa SD/MI kelas VI, Departemen
Novita N, Hubungan antara Hotspot (Titik Panas) Pendidikan Nasional, 2008: 8 -9.
dengan Timbulnya Penyakit Infeksi Saluran World Rainfall Extremes,
Pernafasan Akut (ISPA) Akibat Kebakaran http://members.iinet.net.au/~jacob/worldrf.ht
Hutan dan Lahan di Kabupaten Indragiri ml 2004.
Hulu Riau tahun 2007, Skripsi. Departemen Zubaidah A, Dirgahayu D, Sariwulan B, Pengaruh
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, 2008. Anomali Curah Hujan Terhadap Potensi
Padji R, ISPA dan Peumonia, Surabaya ehealth, 28 Juni Kebakaran Hutan/Lahan di Pulau Sumatera,
2010 Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV,
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Indonesia Nomor 4 tahun 2001 Tentang Surabaya, 14 – 15 September 2005.
Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang
Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 41
Tahun 1999 
Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, Presiden Republik
Indonesia.

1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

View publication stats

You might also like