Professional Documents
Culture Documents
ID Gambaran Kebakaran Hutan Dengan Kejadian
ID Gambaran Kebakaran Hutan Dengan Kejadian
Abstract. Forest extinguisher is one of the problems that it has disastrous harm to the environment and
health. A fume from fires is the one of environmental pollution factors that it can be causes diseases such as
ARI (Acute Respiratory infections) and pneumonia. This article contains research data derived from
secondary data on health districts Batanghari, Jambi Province in 2008. The design was a cross-sectional
study to see the possibility of a fire by looking at an increase of hotspots. Those data was compared
descriptively with rainfall data, ARI diseases and pneumonia. Data have obtained point an increased the
fire occurred in August as 70 of hotspots and inceasing of rainfall was 245 mm. Other results illustrate that
there is a correlation was found between the increase in rainfall of 331 mm with a reduction in fire as many
as 4 points in March. From the data obtained prevalesi 55.9% for respiratory disease and pneumonia with
prevalence of 7.35% and in 2008. The results of air pollution parameters showed an increase in air quality
parameters such as PM10, SO2, CO and O3 although still below of the standard. The conclusion of this
study was indicated that the increased in hotspots did not occurred of the rainfall influenced in certain
months, while the forest extinguisher was indirect affect of the incidence rate of ARI and pneumonia.
According to the results, data is needed to continue analysis annually to monitoring and support efforts to
prevent forest fires and land especially areas prone to fires.
Abstrak. Kebakaran merupakan salah satu permasalah yang menimbukan dampak buruk bagi lingkungan
dan kesehatan. Asap yang berasal dari kebakaran merupakan salah satu faktor pencemaran lingkungan yang
dapat menimbulkan penyakit seperti ISPA dan pneumonia. Artikel ini memuat data penelitian yang diambil
dari data sekunder pada dinas kesehatan Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi tahun 2008. Desain
penelitian ini berupa potong lintang untuk melihat kemungkinan terjadi kebakaran dengan melihat
peningkatan titik api. Dari data tersebut di analisis secara deskriptif dengan data curah hujan, penyakit
ISPA dan Pneumonia. Dari data tersebut didapatkan peningkatan titik api terjadi pada bulan Agustus
sebanyak 70 titik api dan peningkatan curah hujan sebesr 245 mm. Hasil lain ditemukan gambaran bahwa
ada korelasi antara peningkatan curah hujan sebesar 331 mm dengan penurunan titik api sebanyak 4 pada
bulan Maret. Dari data tersebut didapatkan prevalesi penyakit ISPA sebesar 55.9% dan pneumonia dengan
prevalensi sebesar 7.35 % dan pada tahun 2008. Hasil parameter pencemaran udara yang diperoleh
menunjukkan terjadi peningkatan parameter kualitas udara seperti PM10, SO2, CO dan O3 walaupun
masih di bawah baku standar. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi
tidak mempengaruhi peningkatan titik api pada bulan-bulan tertentu, sedangkan kebakaran hutan tidak
mempengaruhi secara langsung terhadap prevalensi ISPA dan pneumonia. Tetapi analisis data perlu
dilakukan untuk tahun berikutnya dalam rangka menunjang monitoring dan upaya pencegahan terjadinya
kebakaran hutan dan lahan terutama daerah rawan kebakaran.
Kata kunci: Kebakaran Hutan, ISPA, Pneumonia, Titik api dan Curah hujan
1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158
luas diantaranya adalah Pulau Sumatera tersebut adalah penyiapan lahan yang tidak
merupakan salah satu wilayah di Indonesia terkendali dengan cara membakar, termasuk
yang selalu mengalami kebakaran juga karena kebiasaan masyarakat dalam
hutan/lahan setiap tahun. Pada saat terjadi membuka lahan, kebakaran yang tidak
penyimpangan iklim yang menyebabkan disengaja, kebakaran yang di sengaja (arson),
kekeringan, jumlah kejadian kebakaran dan kebakaran karena sebab alamiah.
hutan/ lahan menjadi meningkat secara nyata Kebakaran karena sebab alamiah ini terjadi di
(Adiningsih dalam Zubaidah 2005). Provinsi daerah yang mengandung batu bara atau
Jambi salah satu provinsi di Sumatera yang bahan lain yang mudah terbakar. Meskipun
mempunyai wilayah hutan yang cukup luas. beberapa faktor tersebut di atas dapat
Menurut SK. No. 421/Kpts-II/99 luas hutan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
di Jambi sebesar 2.179.440,00 ha. Hutan kebakaran, tetapi faktor yang paling dominan
mempunyai permasalah yang cukup banyak, penyebab terjadinya kebakaran adalah karena
Salah satu permasalahan hutan yang paling tindakan manusia,(Penjelasan atas PP No. 4
besar adalah kebakaran hutan. Menurut tahun 2001). Masyarakat di wilayah dengan
World Wildlife Fund (WWF) sekitar 20 juta angka ISPU tinggi dilaporkan mulai
orang Indonesia telah terpajan asap mengalami gangguan penyakit ISPA,
kebakaran hutan sehingga mengakibatkan pneumonia, sakit kulit dan sakit mata. Angka
gangguan paru dan sistem kesakitan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
pernapasan,(Brauer M dan Dawud dalam (ISPA) di daerah yang tingkat pencemaran
Faisal 2012). udaranya tinggi karena adanya kabut asap
akibat kebakaran hutan cenderung
Kebakaran hutan (wildfire) adalah
mengalami peningkatan, (Republika, 2006).
keadaan api menjadi tidak terkontrol yang
Kebakaran hutan yang cukup besar seperti
terjadi di daerah pedesaan atau daerah yang
yang terjadi pada tahun 1997 – 1998
luas. Penyebaran kebakaran dapat berganti
menimbulkan dampak yang sangat luas di
arah tanpa di duga (Faisal, 2012). Masalah
samping kerugian material kayu dan non
yang ditimbulkan dari kebakaran hutan
kayu serta hewan. Suatu penilaian kondisi
sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor
kesehatan lingkungan yang dilakukan pada
kehidupan seperti gangguan aktivitas
tahun tersebut dengan menganalisis
kehidupan sehari-hari, hambatan transportasi,
parameter kandungan Total Suspended
kerusakan ekologis, penurunan pariwisata,
Particulate (TSP), sulfur dioksida (SO2),
dampak politik, ekonomi dan gangguan
karbon monoksida (CO), formaldehid,
kesehatan.(Faisal, 2012) Dampak asap
akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan
menimbulkan gangguan kesehatan seperti
ozon (O3), ditemukan kandungan TSP di
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), asma
Provinsi Jambi sebesar 15 kali diatas baku
bronkial, bronkitis, pneumonia (radang paru),
mutu yang ditetapkan, (Martono dalam
iritasi mata dan kulit. Hal ini akibat tingginya
Sukana, 2011).
kadar debu di udara yang telah melampaui
ambang batas. Dampak asap dari kebakaran Atmosfer sebagai salah satu medium
hutan dan atau lahan telah mengganggu jarak lingkungan perlu mendapat perlindungan
pandang sehingga mempengaruhi jadual terhadap bahan pencemar yang mengganggu
penerbangan. Akibatnya di beberapa kota kesehatan manusia. Sebagai medium
jarak pandang kurang dari satu kilometer, lingkungan, atmosfer berfungsi untuk
yang mengakibatkan penutupan beberapa menampung gas oksigen, Karbondioksida,
bandar udara. Selain daripada itu dampak sulfur dioksida, nitrogen oksida, methan,
asap mengganggu aktivitas penduduk. ozon dan hidrokarbon. Degradasi udara
Bahkan, asap dari kebakaran tersebut juga menyebabkan kualitas udara yang semakin
mempengaruhi negara tetangga di Asia buruk menjadikan atmosfer untuk
Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan menampung dan menetralisir gas buang
Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu tersebut menjadi semakin berkurang
ditetapkan berbagai langkah kebijakan jumlahnya sehingga mengakibatkan kualitas
pengendaliannya. Dalam peristiwa kebakaran lingkungan yang buruk terutama pada
hutan dan atau lahan, terdapat beberapa penurunan kualitas udara yang dapat
faktor yang menjadi penyebabnya. Faktor menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)
1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158
Gambaran titik api tahun 2008 maret dan juni terdapat 4 titik api, sedangkan
terbanyak di Kabupaten Batanghari pada bulan yang lain tidak terdapat
menunjukkan pada bulan Agustus yaitu pemunculan titik api. Secara linier terjadi
sebanyak 70 titik api, terbanyak kedua terjadi penurunan titik api pada tahun 2008.
pada bulan Januari sebanyak 55 titik dan (Gambar 2)
bulan mei terdapat 36 titik api. Untuk bulan
Hasil rata-rata uji parameter diperiksa menunjukkan kadar SO2, NO2, dan
pencemaran lingkungan tertinggi bila CO masih di bawah baku mutu, secara
dibandingkan dengan baku mutu adalah debu berturut-turut 0.00613 mg/Nm3, 0.03891
(TSP) sebesar 114.899 mg/Nm3 tetapi belum mg/Nm3 dan 14.8 ug/Nm3, sedangkan untuk
melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk kadar 03 tidak terdeteksi.(Tabel 1)
hasil rata-rata uji parameter udara yang
Tabel 1. Hasil rata-rata uji parameter pencemaran di Kabupaten Batanghari tahun 2008
SPESIFIKASI BAKU
NO PARAMETER SATUAN HASIL UJI
METODE MUTU
3
1 SO2 mg/Nm 0.006133333 Pararosanilin 365
3
2 NO2 mg/Nm 0.038919048 Saltzman 150
3
3 Debu(TSP) mg/Nm 114.8995238 Gravimetri 150
4 CO ( Karbon Oksida ) ug/Nm3 14.8 NDIR 10,000
3
5 03 ( Oksidan ) ug/Nm tidak terdeteksi Chemiluminescent 235
6 Kebisingan dB 59.83333333 Sound Level Meter 60
Angka curah hujan tertinggi di curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni
Kabupaten Batanghari terjadi pada bulan yaitu sebesar 27 mm.(Gambar 3)
Maret yaitu sebesar 331 mm, sedangkan
1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158
Pada grafik di bawah ini (gambar 5) tidak terdapat kasus ISPA di kabupaten ini.
terlihat bahwa prevalensi ISPA tertinggi pada Berdasarkan garis linier terjadi
bulan Mei yaitu sebesar 7.92 dan prevalensi kecenderungan peningkatan meskipun tidak
ISPA terendah terlihat pada bulan Oktober terlalu tajam.
sebesar 2.98, sedangkan untuk bulan Januari
Gambaran kebakaran hutan… (Dian P & Bambang S)
Dari grafik dibawah ini terlihat yaitu sebesar 0.22, sedangkan pada bulan
bahwa prevalensi pneumonia tertinggi terjadi Januari tidak ditemukan kasus pneumonia.
pada bulan Desember yaitu sebesar 1.17 dan Secara linier terjadi peningkatan kasus
prevalensi terendah terjadi pada bulan Maret pneumonia di tahun 2008.(Gambar 7)
1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158
(PM10 & PM2,5), gas SOx, NOx, COx, dan secara deskriptif menunjukkan bahwa jumlah
lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif titik api yang meningkat pada bulan Januari,
terhadap kesehatan manusia, antara lain Mei dan Agustus tidak mempengaruhi
infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi insiden ISPA yang terjadi di Kabupaten
kulit, iritasi mata, dan lain-lain. Batanghari, tetapi dari data yang diperoleh
Selain itu juga dapat menimbulkan gangguan dari puskesmas menunjukkan bahwa ada
jarak pandang/ penglihatan, sehingga dapat peningkatan prevalensi ISPA dalam tahun
menganggu semua bentuk kegiatan di luar 2008. Dari hasil tersebut dapat digambarkan
rumah. dengan adanya peningkatan kadar parameter
udara (PM10, SO2 dan NO2) sebagai
Tingginya curah hujan yang terjadi
indikator pencemaran menunjukkan ada
di kabupaten Batanghari pada tahun 2008
kecenderungan peningkatan kasus ISPA.
sangat mempengaruhi jumlah titik api dan
Menurut penelitian yang dilakukan Novita
angka kualitas udara yang terjadi. Semakin
2008, hubungan antara titik api dengan kasus
tinggi curah hujan makin berkurangnya
ISPA berkorelasi positif yaitu apabila terjadi
jumlah titik api pada wilayah yang rawan
peningkatan hostspot maka kasus ISPA akan
kebakaran. Menurut World Rainfall Extremes
meningkat. Peningkatan kasus ISPA
(WRE) curah hujan yang terjadi di
kemungkinan disebabkan adanya
Kabupaten Batanghari termasuk dalam
peningkatan jumlah asap yang
kategori rendah, tetapi masih terdapat jumlah
mempengaruhi kondisi lingkungan terutama
titik api yang tinggi, sehingga terjadi
udara yang dapat merusak system pernafasan.
peningkatan parameter kualitas udara seperti
Selain itu peningkatan ISPA di kabupaten
PM10, SO2, CO dan O3 walaupun masih di
Batanghari dapat juga disebabkan faktor
bawah baku standar. Menurut penelitian yang
pendukung lain seperti; kelembaban, hygiene
dilakukan Sukana 2011, bila dilihat secara
dan sanitasi di lingkungan tempat tinggal
deskriptif hasil perbandingan antara curah
penduduk.
hujan dan titik api yang terjadi pada tahun
2008, menunjukkan adanya keterikatan. Ini Menurut data yang diperoleh dari
terlihat dari data yang menunjukkan adanya dinas kesehatan, dapat dikatakan bahwa
kecenderungan peningkatan curah hujan Pneumonia merupakan salah satu penyakit
sebesar 331 dan penurunan titik api sebanyak yang mengalami peningkatan secara linier di
4 pada bulan Maret. Tetapi dari data diatas Kabupaten Batanghari sepanjang tahun 2008.
juga menunjukkan tidak ada korelasi antara Prevalensi pneumonia tertinggi terjadi pada
curah hujan dengan titik api yang bulan Desember, bila di analisis secara
ditunjukkan pada bulan Agustus dengan deskriptif kasus pneumonia bila dikaitkan
peningkatan curah hujan sebesar 245 mm dan dengan angka titik api yang terjadi pada
titik api yang tinggi sebanyak 70 titik api. bulan yang sama tidak terlihat ada korelasi,
Pada penelitian Zubaidah 2005 yang kemungkinan hal tersebut karena kualitas
membahas tentang pengaruh faktor iklim, udara belum melebihi ambang batas sehingga
yaitu penyimpangan (anomali) curah hujan tidak membahayakan kesehatan. Kasus
terhadap titik panas (hotspot) yang biasa pneumonia yang terjadi kemungkinan berasal
digunakan sebagai indikator potensi dari bakteri, jamur atau virus yang
kebakaran hutan/lahan. Penelitian tersebut menyebabkan peradangan pada saluran
berkesimpulan bahwa ada keterikatan antara pernafasan. Penyebab kasus pneumonia
curah hujan dengan jumlah titik api yaitu tersebut dapat juga berasal dari faktor lain
semakin rendah curah hujan jumlah titik api seperti kelembaban yang tinggi, pencahayaan
yang terjadi menjadi tinggi, demikian pula pada rumah tempat tinggal dan lingkungan
sebaliknya. yang kurang hygienis semakin meningkatkan
kasus pneumonia di masyarakat. Menurut
Berdasarkan data yang dikumpulkan
Radji 2010, beberapa faktor yang dapat
dari Puskesmas Batanghari tahun 2008
mempengaruhi berkembangnya ISPA yang
prevalensi dari kasus ISPA menunjukkan
menjadi pneumonia diantaranya adalah
fluktuasi di setiap bulan, sedangkan titik api
keadaan geografi wilayah daerah tropis,
meningkat di beberapa bulan sepanjang tahun
Indonesia memiliki potensi daerah endemis
2008. Apabila kasus ISPA dikaitkan dengan
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat
titik api yang terjadi, dapat digambarkan
1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 2, Juni 2012 : 148 – 158
dapat menjadi ancaman bagi kesehatan kecenderungan bahwa kebakaran hutan dapat
masyarakat. Pengaruh geografis dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan
mendorong terjadinya peningkatan kasus sekitar dan kesehatan, khususnya
maupun kenaikan angka penderita akibat berpengaruh pada peningkatan kasus
ISPA dan pneumonia. Faktor kedua adalah Pneumonia dan ISPA. Pada kabupaten
PHBS yang merupakan modal utama bagi Batanghari provinsi Jambi didapatkan
pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih prevalesi penyakit ISPA sebesar 55.9% dan
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh pneumonia dengan prevalensi sebesar 7.35 %
budaya dan tingkat pendidikan penduduk. dan pada tahun 2008. Selain itu dari hasil
Dengan makin meningkatnya tingkat parameter di atas terlihat belum terjadi
pendidikan di masyarakat diperkirakan akan peningkatan pencemaran kualitas udara
berpengaruh positif terhadap pemahaman meskipun terjadi peningkatan titik api pada
masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita bulan Agustus sebanyak 70 titik api. Ini
agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu dikarenakan pada bulan Agustus terdapat
melalui upaya memperhatikan rumah sehat curah hujan yang tinggi sebanyak 245 mm
dan lingkungan sehat. Selain itu pencemaran Hasil lain ditemukan gambaran bahwa ada
lingkungan seperti asap karena kebakaran korelasi antara peningkatan curah hujan
hutan, gas buang sarana transportasi dan sebesar 331 mm dengan penurunan titik api
polusi udara dalam rumah merupakan sebanyak 4 pada bulan Maret. Dari hasil
ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. perbandingan selama tahun 2008 tidak
Demikian pula perubahan iklim gobal terlihat perbandingan yang mencolok antara
terutama suhu, kelembapan, curah hujan, curah hujan dengan penurunan titik api.
merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA. ISPA dan
Pneumonia sangat rentan terjadi pada bayi Saran
dan Balita. Daya tahan tubuh dan juga polusi Diperlukan pembatasan pembukaan
menjadi faktor pendukung terjadinya ISPA,
lahan sebagai upaya pencegahan terjadinya
seperti contohnya ISPA bagian atas seperti kebakaran hutan. Diperlukan pula kerjasama
batuk dan pilek yang umumnya terjadi karena lintas sektoral dan masyarakat seperti
ketahanan tubuh kurang.
monitoring pencemaran lingkungan sebagai
Berbagai upaya telah dilakukan oleh upaya persiapan apabila terjadi kebakaran.
pemda setempat untuk menanggulangi Diperlukan pula program penambahan sarana
kebakaran hutan sudah cukup baik, hal ini pemadam api seperti mesin penyedot air di
terlihat dari berbagai peraturan yang telah tempat-tempat rawan kebakaran. Diperlukan
dikeluarkan. Pelatihan pada tokoh penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
masyarakat, lintas program dan lintas sektor antara asap yang diakibatkan oleh kebakaran
dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dengan peningkatan kasus ISPA dan
hutan. Pemberian bantuan berupa alat-alat pneumonia di Kabupaten Batanghari sebagai
pemadam kebakaran di beberapa desa yang penunjang perbaikan di sektor kesehatan.
sering mengalami kebakaran hutan juga telah
dilakukan. Dibentuk pula tim koordinasi
lintas program dan lintas sektor guna UCAPAN TERIMA KASIH
penanggulangan kebakaran hutan. Dari Ucapan terima kasih kepada kepala
upaya-upaya yang di telah tersebut belum pusat Intervensi yang telah menyediakan
dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan, dana dan memberikan perijinan untuk
meskipun terlihat adanya penurunan titik api kegiatan penelitian ini, juga kepada dinas-
di beberapa bulan. dinas terkait pada penelitian ini.
Badan Pusat Statistik (APS) Kabupaten Batanghari, Pubmed Health, Pneumonia, Bronchopneumonia;
Kondisi Kependudukan Kabupaten Batang Community-acquired pneumonia. Last
Hari Tahun 2009, 6 Januari 2011, reviewed: May 1, 2011.
batangharikab.bps.go.id/.webloc. Rasmaliah, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Brauer M. Health impact of biomass air pollution. dan Penanggulangannya, Fakultas Kesehatan
World Wildlife Fund (WWF) WHO. [cited Masyarakat Universtias Sumatera Utara.
2007 Nov 4]. Available from: 2004: 2.
http//www.firesmokeheealth.org. Republika, Kesehatan, Kasus ISPA di Daerah Kabut
Buletin Jendela Epidemiologi (BJE), Pneumonia Balita, Asap Cenderung Meningkat, Rabu, 11
Situasi Pneumonia Balita di Indonesia, Oktober 2006, http://www.republika.co.id/17
September 2010: (3) 1-10. Nov 2006.
Faisal F, Yunus F, Harahap F, Dampak Asap Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Laporan
Kebakaran Hutan pada Pernapasan, Nasional 2007, Badan Penelitian dan
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Pengembangan Kesehatan, Desember 2008:
Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran 103-4.
Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Sugianto R, Dampak Kebakaran Hutan Bagi Kesehatan
Jakarta, Indonesia. CDK-189/ vol. 39 no. 1, Manusia, Program Pasca Sarjana Pengelolaan
th. 2012. Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Jambi Star, Koran harian Provinsi Jambi, 383 Hektar Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, 8
Hutan dan Lahan Terbakar, September 2010.
http://www.jambistar.com , 22 Maret 2012. Sukana B, Inswiasri, Kasnodihardjo, Nainggolan R,
KEMENKES RI, Pneumonia Penyebab Kematian Mardiana, Manalu S H, et all. Dampak
Utama pada Balita, http://www.depkes.go.id, Kebakaran Hutan Terhadap kesehatan
diakses 22 Maret 2012. Masyarakat, Laporan Akhir, 2011.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Syafrizal, Dampak Kebakaran Hutan Terhadap
Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 Kesehatan Manusia, RIMBA Kalimantan,
November 1997 Fakultas Kehutanan Unmul: 2003: 8 (2); 63 –
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 7.
289/Menkes/SK/III/2003 Tanggal : 12 Maret Widodo SW, Mulyadi, HP Ilmu pengetahuan Sosial
2003 untuk Siswa SD/MI kelas VI, Departemen
Novita N, Hubungan antara Hotspot (Titik Panas) Pendidikan Nasional, 2008: 8 -9.
dengan Timbulnya Penyakit Infeksi Saluran World Rainfall Extremes,
Pernafasan Akut (ISPA) Akibat Kebakaran http://members.iinet.net.au/~jacob/worldrf.ht
Hutan dan Lahan di Kabupaten Indragiri ml 2004.
Hulu Riau tahun 2007, Skripsi. Departemen Zubaidah A, Dirgahayu D, Sariwulan B, Pengaruh
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, 2008. Anomali Curah Hujan Terhadap Potensi
Padji R, ISPA dan Peumonia, Surabaya ehealth, 28 Juni Kebakaran Hutan/Lahan di Pulau Sumatera,
2010 Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV,
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Indonesia Nomor 4 tahun 2001 Tentang Surabaya, 14 – 15 September 2005.
Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang
Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 41
Tahun 1999
Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, Presiden Republik
Indonesia.
1
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat