You are on page 1of 6

Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4 . No. 2. Bulan Oktober 2013 ISSN.

1979-7753

PENGARUH TINDAKAN RESTRAIN FISIK DENGAN MANSET TERHADAP


PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUANG RAWAT INTENSIF BIMA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Saseno 1) Pramono Giri Kriswoyo 2)

ABSTRACT

Schizophrenia is a hard mental illness and influence the way of think, mood, emotion and
behavior, especially to the violent behavior. Violent behavior is a condition when someone is
doing something physically dangerous to him/herself, other or to the environment. It happenned
becouse of not constuctive anger management. Physical restrain with cuff application is the more
effective way to decrease violent patient.
The goals of this research is analyzing the influence of physical restrain application to decreasing
violant behavior of the schizophrenia patient at intensive room Bima of Grhasia’s Hospital.
Research design of this reaserch is a quasy experiment, a pre and post test group design without
control group. The place of this research is at intensive room Bima of Grhasia’s Hospital. Samples
of this research are 38 respondens taken from Bima room with the purporsive method. The data
taken from 2013 Januari until Februari. The instrument is using the decrease violent behavior
with RUFA scale observation sheet and analyzing with wilcoxon test
Wilcoxon test shown z value -5,386 and p value : 0,000. It shown Ha is adejected, It means violant
behavior of the schizophrenia patient is different. There is decreasing of the violent behavior after
physical restrain with cuff application
Physical restrain with cuff application influenced to the decrease violent behavior of
schizophrenia patient at intensive room Bima of Grhasia’s Hospital

Key words : violent behavior, physical restrain with cuff, schizophrenia patient

__________________________________________________________________
1), 2),
Prodi DIII Keperawatan Magelang Poltekkes Kemenkes Semarang

PENDAHULUAN
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia
persisten dan serius yang melibatkan perilaku yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
psikotik, pemikiran kongkret, kesulitan dalam (Prasetyo, 2006, dalam Yulian, 2008). Prevalensi
memperoleh informasi dan kesulitan dalam penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1
melakukan hubungan interpersonal serta kesulitan % dari jumlah penduduk. Apabila penduduk
dalam memecahkan masalah (Stuart, 2007). Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan
Skizofrenia biasanya terdiagnosa pada masa sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia. Pasien
remaja akhir dan dewasa awal. Skizofrenia jarang yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa
terjadi pada masa kanak-kanak. Insiden Grhasia DIY selama bulan Agustus sampai
puncaknya terjadi pada umur 15-25 tahun pada dengan bulan Oktober 2012 khususnya di ruang
laki-laki dan umur 25-35 tahun pada wanita Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP)/Ruang
(Videbeck, 2008). Bima adalah sebanyak 396 pasien. Dari jumlah
Menurut WHO, masalah gangguan jiwa di tersebut sebanyak 379 (95,7%) pasien, dengan
seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat rata-rata jumlah perbulan adalah 126 pasien
serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari dirawat dengan masalah keperawatan perilaku
4 orang di dunia mengalami masalah mental, kekerasan.

Saseno, Pramono Giri Kriswoyo 1


Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4 . No. 2. Bulan Oktober 2013 ISSN.1979-7753

Permasalahan utama yang sering terjadi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
pada pasien skizofrenia adalah perilaku skizofrenia dengan perilaku kekerasan yang
kekerasan. Kondisi ini harus segera ditangani dirawat di Ruang Bima RS Jiwa Grhasia pada
karena perilaku kekerasan yang terjadi dapat periode bulan November - Desember 2012.
membahayakan diri pasien, orang lain dan Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 252
lingkungan. Hal inilah yang menjadi alasan utama pasien. Sample dalam penelitian ini adalah pasien
pasien skizofrenia dibawa ke rumah sakit. skizofrenia dengan perilaku kekerasan yang
Berdasarkan catatan keperawatan di Ruang dirawat di Ruang Rawat Intensif Bima.
Bima RS Jiwa Grhasia didapatkan data selama Pengambilan sample dilakukan dengan teknik non
bulan Agustus sampai dengan Oktober 2012 probability sampling yaitu dengan cara purposive
terdapat 379 (95,7%) pasien yang dirawat dengan sampling. Penelitian akan dilakukan di Ruang
perilaku kekerasan. Dari data tersebut sebanyak Rawat Intensif Bima Rumah Sakit Jiwa Grhasia
145 (36,7%) pasien dilakukan pengekangan DIY dan dilaksanakan antara bulan Januari 2013
fisik/restrain akibat perilaku kekerasan. Selama sampai dengan Februari 2013. Variabel bebas
perawatan di Ruang Bima pasien bisa dilakukan (independent) : tindakan restrain fisik dengan
tindakan restrain sebanyak 1-3 kali. Gambaran manset. Variabel terikat (dependent) : penurunan
penurunan perilaku kekerasan yang diharapkan perilaku kekerasan
adalah dari keadaan pasien pada kategori RUFA 1 Tahap pelaksanaan penelitian dimulai
(intensif 1) menurun ke RUFA 2 (intensif 2) atau dengan meminta informed consent kepada pasien
RUFA 3 (intensif 3). melalui keluarga. Pada bagian ini, informed
Berdasarkan pengalaman, perawat di consent pelaksanaan tindakan restrain sudah
ruangan lebih sering menggunakan restrain tali dimintakan pada awal pasien akan menjalani
daripada restrain manset. Hal ini terjadi karena rawat inap. Langkah selanjutnya melakukan studi
perawat dalam melakukan tindakan lebih sering dokumentasi pada pasien skizofrenia dengan
berdasarkan pada kebiasaan yang sudah ada dan perilaku kekerasan, selanjutnya disesuaikan
tidak melakukan modifikasi tindakan, khususnya dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
pengekangan fisik/restrain. Meskipun restrain Responden yang dijadikan sample diambil ketika
manset ini lebih sulit dalam penggunaannya ada pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan
dibanding restrain tali, tetapi restrain manset yang memenuhi kriteria inklusi. Pada tahap pre
memiliki risiko cedera lebih kecil dibandingkan test, bila ada pasien dengan perilaku kekerasan,
restrain tali. Selain itu juga ada kecenderungan maka langsung dilakukan penilaian dengan
tindakan restrain ini menjadi langkah pertama mengisi lembar observasi penurunan perilaku
dalam penanganan pasien amuk di ruang kekerasan. Selanjutnya, pasien tersebut diberikan
perawatan. intervensi dengan restrain manset. Pada tahap post
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis test, pasien yang telah dilakukan intervensi
tertarik untuk meneliti pengaruh tindakan restrain dengan restrain manset dilakukan penilaian
fisik dengan manset terhadap penurunan perilaku kembali untuk mengetahui penurunan perilaku
kekerasan di Ruang Rawat Intensif Bima Rumah kekerasan dengan mengisi lembar observasi
Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. penurunan perilaku kekerasan.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan Instrumen lembar observasi penurunan
masalah penelitian ini adalah : “Adakah Pengaruh perilaku kekerasan yang digunakan dalam
Tindakan Restrain Fisik Dengan Manset Terhadap penelitian ini tidak perlu dilakukan uji validitas
Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien dan reliabilitas, karena sudah merupakan
Skizofrenia di Ruang Rawat Intensif Bima RS instrumen yang baku.
Jiwa Grhasia DIY?” Hasil penelitian data ditabulasikan untuk
mencari nilai pre test dan post test, kemudian
METODE PENELITIAN dicari nilai signifikasikan antara pre test dan post
Penelitian ini menggunakan rancangan test dari kelompok tersebut. Dikatakan signifikan
eksperimen semu yaitu dengan pre test – post test apabila ada perbedaan nilai yang bermakna
one group design. Observasi dilakukan sebanyak setelah uji statistik.
dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan Kriteria pengujiannya adalah sebagai
tanpa menggunakan kelompok kontrol berikut :

2 Saseno, Pramono Giri Kriswoyo


Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4 . No. 2. Bulan Oktober 2013 ISSN.1979-7753

Jika diperoleh nilai p ≤ 0,05, maka Ho pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lama
ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh menderita gangguan jiwa dan riwayat perawatan.
tindakan restrain fisik dengan manset terhadap Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
penurunan perilaku kekerasan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jika diperoleh nilai p ≥ 0,05, maka Ho Umur
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada No Umur Frekuensi Prosentase (%)
(Th)
pengaruh tindakan restrain fisik dengan manset
1 20-35 20 52,6
terhadap penurunan perilaku kekerasan
2 26-50 13 34,2
3 51-75 5 13,2
HASIL PENELITIAN Jumlah 38 100
Rumah Sakit Jiwa Grhasia adalah rumah Sumber data : Data Primer diolah, 2013
sakit jiwa tipe A dan merupakan rumah sakit
rujukan psikiatri di Provinsi DIY. Pelayanan di Tabel 1. menggambarkan distribusi
Rumah Sakit Jiwa Grhasia meliputi penanganan frekuensi responden berdasarkan umur.
pasien psikiatri yang terdiri dari pelayanan Karakteristik responden terbanyak berdasarkan
Instalasi Gawat Darurat (IGD), rawat inap dengan umur dari jumlah 38 responden adalah umur 20 -
1 bangsal Unit Perawatan Psikiatri Intensif (UPPI) 35 tahun yaitu sebanyak 20 (52,6%), umur 36 - 50
terdiri dari bangsal putra dengan kapasitas 10 tahun sebanyak 13 (34,2%), sedangkan distribusi
pasien dan putri dengan kapasitas 10 pasien, 5 frekuensi terkecil adalah umur 51 - 75 tahun
bangsal perawatan, pelayanan korban NAPZA, sebanyak 5 (13,2%).
kesehatan dasar dan pelayanan spesialistik terkait Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
kesehatan jiwa seperti klinik jiwa atau psikiatri, Berdasarkan Jenis Kelamin
klinik psikologi, klinik umum, klinik akupuntur No Jenis Frekuensi Prosentase
dan klinik spesialis yang mendukung pelayanan Kelamin (%)
kesehatan jiwa seperti klinik tumbuh kembang 1 Laki-laki 22 57,9
anak, klinik penyakit dalam, klinik syaraf dan 2 Perempuan 16 42,1
klinik kulit kelamin. Jumlah 38 100
Penelitian ini dilaksanakan di UPPI atau
Sumber data : Data Primer diolah, 2013
Ruang Rawat Intensif Bima RS jiwa Grhasia yang
merupakan ruang perawatan untuk pasien-pasien
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang masih berada dalam kondisi krisis dan akut.
dari jumlah 38 responden yang diteliti, sebagian
Kondisi pasien di ruang UPPI sebagian besar
besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22
mempunyai gejala gelisah, marah-marah,
responden (57,9%), sedangkan yang berjenis
mengamuk, merusak lingkungan, mengancam
kelamin perempuan sebanyak 16 responden
orang lain, bicara kasar, dan bahkan ada yang
(42,1%).
mempunyai perilaku mencederai diri sendiri dan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
orang lain. Hal inilah yang menyebabkan sering
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
dilakukannya tindakan restrain terhadap pasien. No Pendidikan Frekuensi Prosentase
Penelitian ini dilakukan pada pasien (%)
gangguan jiwa yang mengalami perilaku 1 Tak Sekolah 1 2,6
kekerasan pada bulan Januari – Februari 2013. 2 SD 8 21,1
Populasi dalam penelitian ini adalah 252 orang 3 SMP 10 26,3
dan sample yang diambil sebanyak 38 orang 4 SMA 19 50,0
responden. Responden dalam penelitian ini adalah Jumlah 38 100
pasien dengan perilaku kekerasan yang menjalani Sumber data : Data Primer diolah, 2013
rawat inap di ruang rawat intensif Bima. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Data hasil observasi tahap pre test dan post
data primer dengan menggunakan teknik non test penurunan perilaku kekerasan dikategorikan
probability sampling dengan cara purposive menjadi 3, yaitu kategori 1 (Intensif 1), kategori 2
sampling. Karakteristik responden dalam (Intensif 2) dan kategori 3 (Intensif 3), seperti
penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, yang digambarkan pada gambar 1 berikut ini :

Saseno, Pramono Giri Kriswoyo 3


Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4 . No. 2. Bulan Oktober 2013 ISSN.1979-7753

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa


dari 38 responden, karakteristik responden pada
umumnya berada dalam rata-rata usia 20-35
tahun, hal ini sesuai dengan teori Videbeck
(2008), yang menyatakan bahwa insiden
terbanyak perilaku kekerasan berada dalam
rentang usia 15-35 tahun. Karakteristik lainnya,
jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki. Hal ini
Gambar 1 Grafik Hasil Pre Test – Post Test Observasi
Penurunan Perilaku Kekerasan Pasien (Data Primer
sesuai dengan penelitian Suratno (2012), dimana
diolah, 2013) dari 30 responden yang diteliti, didapatkan hasil
23 (76,67%) berjenis kelamin laki-laki dan 7
Berdasarkan gambar diatas dapat (23,33%) berjenis kelamin perempuan. Laki-laki
dideskripsikan bahwa dari jumlah sample mempunyai kecenderungan untuk lebih
sebanyak 38 orang (100%), pada tahap pre test berperilaku agresif dibandingkan dengan
keseluruhan sample tingkat perilaku perempuan. Hal ini disebabkan karena laki-laki
kekerasannya berada pada kategori intensif 1. memiliki hormon androgen dan testosterone yang
Kemudian pada tahap post test terjadi penurunan akan memicu aktivitas yang lebih tinggi,
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia merangsang kemarahan, menimbulkan perasaan
sesudah diberikan intervensi restrain fisik mudah tersinggung, tegang, gelisah dan
dengan manset, didapatkan hasil dari jumlah 38 bermusuhan, sehingga laki-laki cenderung
responden mayoritas responden perilaku berespon agresif. Menurut Yoseph (2010),
kekerasannya menurun ke intensif 2 yaitu peningkatan hormon androgen, testosterone,
sebanyak 29 responden (76,3% ) dan yang norepinephrine dan penurunan serotonin dan
perilaku kekerasannya menurun ke intensif 3 GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat
sebanyak 9 responden (23,7%). dapat menjadi faktor predisposisi munculnya
Syarat untuk mengolah data perilaku agresif.
menggunakan t test adalah distribusi data harus Riwayat perawatan merupakan
normal, oleh karena itu data yang ada dilakukan karakteristik responden lainnya yang berpengaruh
uji normalitas data dengan uji Sapiro Wilk. terhadap penurunan perilaku kekerasan pasien.
Distribusi data dikatakan normal jika nilai p > Menurut Riyadi dan Purwanto (2009),
0,05. Setelah dilakukan uji normalitas data pengalaman marah adalah akibat dari respon
didapatkan hasil distribusi data tidak normal, psikologis terhadap stimulus eksternal, internal
ditunjukkan dengan nilai p pre test ≤ 0,003 dan maupun lingkungan. Dirawat di rumah sakit
nilai post test 0,000, selanjutnya dilakukan adalah situasi yang baru yang tidak
transformasi data untuk menormalkan data. menyenangkan bagi klien, karena dengan masuk
Setelah dilakukan transformasi data, hasil yang ke rumah sakit semua kebiasaan yang selama ini
didapatkan data tetap terdistribusi tidak normal, dilakukan sendiri menjadi tidak lagi dilakukan dan
dengan demikian syarat untuk melakukan uji terbatas. Perasaan stress yang dirasakan oleh
statistik parametrik dengan t test tidak terpenuhi, pasien disebabkan karena banyaknya hal baru
maka dilakukan uji statistik non parametrik yang dihadapi secara bersamaan, misalnya
dengan uji wilcoxon, seperti yang dideskripsikan lingkungan yang asing, bagaimana merasakan
pada tabel 4. berikut ini : sakit yang sedang dihadapi, pasien juga
Tabel 4. Data Hasil Uji Statistik Non Parametrik mengahadapi berbagai prosedur tindakan
Dengan Uji Wilcoxon keperawatan, program terapi, berubahnya pola
nutrisi, biaya perawatan, pekerjaan yang
ditinggalkan, peran sosial yang ditinggalkan,
Mean pengalaman yang menyakitkan dengan petugas
Data Z P
Rank dan lain-lain. Pasien harus menghadapi tindakan
Pre test keperawatan, prosedur terapi dan berpisah dengan
19,50 -5, 386 0,000
orang-orang yang disayangi dalam arti sementara.
Kondisi ini menyebabkan pasien menjadi stress

4 Saseno, Pramono Giri Kriswoyo


Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4 . No. 2. Bulan Oktober 2013 ISSN.1979-7753

dan perlu bantuan yang efektif melalui pendekatan melakukan pengikatan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. restrain fisik dengan manset yang disebabkan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan karena perbedaan persepsi perawat tentang cara
bahwa sebelum diberi perlakuan, perilaku pengikatan pasien.
kekerasan seluruh responden berada pada tingkat
intensif 1 yaitu sebanyak 38 responden (100%). SIMPULAN
Hasil observasi yang dilakukan terhadap Berdasarkan hasil penelitian tersebut dalam Bab
responden, menunjukkan perilaku mengamuk, IV, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
mengancam, mencoba melukai diri sendiri/orang restrain fisik dengan manset memberikan
lain, bicara kasar, menghina orang lain, menuntut, pengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan
marah-marah, labil, ekspresi tegang, pandangan pada pasien skizofrenia yang dinilai dengan
tajam, muka merah dan tekanan darah meningkat. menggunakan skala RUFA, dimana perilaku
Sesuai dengan pengkajian skala RUFA dalam kekerasan pasien menurun dari kategori intensif 1
Modul Pelayanan Intensif Psikiatri, kondisi pasien ke kategori intensif 2 dan intensif 3.
tersebut berada pada kategori intensif 1. Pada
keadaan ini bila kondisi pasien tidak terkendali DAFTAR PUSTAKA
dan semakin tidak terkontrol maka dilakukan Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian
tindakan pengekangan/restrain. suatu pendekatan praktek (Cetakan ke
Pada penelitian ini pasien yang diberikan
12). Jakarta : Rineka Cipta
tindakan restrain fisik dengan manset diobservasi
setiap 10-15 menit untuk memonitor adanya Depkes RI. (2007). Keperawatan jiwa teori
peningkatan atau penurunan perilaku kekerasan. dan tindakan keperawatan. (Cetakan
Jika pasien sudah dapat mengontrol perilakunya ke2). Jakarta : Depkes RI.
maka pasien sudah bisa dilepaskan dari restrain Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
dan dicoba bersama-sama dengan psien lain, Indonesia. Modul Pelayanan Intensif
dengan membuat kesepakatan jika perilaku pasien Psikiatri. Tidak Diterbitkan. Jakarta.
kembali tidak terkontrol maka pasien akan Fortinash, K.M & Worret, P. A.H. (1991).
dilakukan restrain kembali. Hal ini sesuai dengan Psychiatric nursing care plan. St. Louis :
penelitian Suratno (2012), yang menyatakan Mosby Year Book.
bahwa terjadi penurunan perilaku kekerasan Hawari, D.( 2003). Pendekatan Holistik pada
pasien setelah diberikan intervensi restrain fisik
Gangguan Jiwa Skizofrenia.Jakarta :
dengan manset. Sedangkan pada penelitian ini,
setelah diberi perlakuan restrain fisik dengan EGC.
manset terhadap 38 responden, hasilnya Hidayah. (2010). Pengaruh Terapi Perilaku
menunjukkan sebanyak 29 responden (76,3%) Terhadap Kemampuan Mengontrol
perilaku kekerasannya menurun ke intensif 2 dan Perilaku Kekerasan Pada Klien Riwayat
sebanyak 9 responden (23,7%) perilaku Perilaku Kekerasan di RSJ Prof. Dr.
kekerasannya menurun ke intensif 3. Soeroyo Magelang. Magelang, tidak
Pada uji Wilcoxon menunjukan nilai mean dipublikasikan.
19,50 dengan nilai Z sebesar -5,386 dan nilai p = Isaacs, A. (2005). Panduan belajar
0,000. Karena p ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha keperawatan kesehatan jiwa &
diterima artinya ada pengaruh tindakan restrain psikiatrik. (Terjemahan). Jakarta :
fisik dengan manset terhadap penurunan perilaku
EGC.
kekerasan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
metode restrain fisik menggunakan manset Keliat, B.A dan Akemat.( 1998). Marah
memberikan pengaruh terhadap penurunan akibat penyakit yang diderita. Jakarta :
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. EGC.
Keterbatasan jumlah alat restrain manset Krisanty, P. (2009). Asuhan Keperawatan
di ruangan dan model restrain manset yang belum Gawat Darurat. Jakarta : Trans Info
sesuai dengan kebutuhan sehingga dalam Media.
pelaksanaannya tindakan restrain manset menjadi
kurang efektif. Masih adanya perbedaan cara

Saseno, Pramono Giri Kriswoyo 5


Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4 . No. 2. Bulan Oktober 2013 ISSN.1979-7753

Machfoedz, I. (2008). Metodologi Penelitian. Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar


Yogyakarta : Fitramaya keperawatan jiwa (Terjemahan).
Maslim, R. (2001). Diagnosis Gangguan Jakarta: EGC. (Renata komalasari &
Jiwa, Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Alfrina Karyuni, Penerjemah.)
Jiwa FK-Unika Atmajaya
Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Wasis. (2008). Pedoman riset praktis untuk
Penelitian Kesehatan. Bandung : PT. profesi perawat. Jakarta: EGC.
Refka Adi Tama. Witojo dan Widodo. (2008). Pengaruh
Nurjannah, I. (2004). Pedoman Penanganan Komunikasi Terapeutik Terhadap
pada Gangguan Jiwa : Manajemen, Penurunan Tingkat Perilaku Kekerasan
Proses Keperawatan dan Hubungan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal Berita
: Moco Media. Ilmu Keperawatan Volume I : 1-6.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Yosep,I. (2010). Keperawatan jiwa. Edisi
Metodologi Penelitian Ilmu revisi. Bandung : Refika Aditama.
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.
Riyadi dan Purwanto. (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
RS Grhasia. (2011). Standar Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta, tidak dipublikasikan

Stuart, G.W. (2007). Keperawatan Jiwa


(Terjemahan). Edisi 5. Jakarta : EGC
Stuart & Laraia. (2005). Principles and
practice of psichiatric nursing. (8 th
ed.). Medical university of South
Carolina.
Stuart and Sundeen (2006). Keperawatan
Jiwa (Terjemahan). Jakarta : EGC.
Stuart & Sundeen. (1998). Keperawatan jiwa
(Terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk
Peneiitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Suratno. (2012). Keefektifan Pengekangan
Fisik Dengan Restrain Jaket Terhadap
Penurunan Perilaku Kekerasan Pada
Pasien Skizofrenia Di IGD Dan Ruang
Rawat Intensif Rumah Sakit Grhasia
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta, tidak dipublikasikan.

6 Saseno, Pramono Giri Kriswoyo

You might also like