You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

ISSN: 0852-3581
E-ISSN: 9772443D76DD3
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh penambahan betain dalam pakan rendah metionin


terhadap kualitas karkas itik Mojosari jantan
Masayu Putri P, Eko Widodo dan Osfar Sjofjan

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang


Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur

masayu_p@yahoo.co.id

ABSTRACT : The objective of this research was to observe the effect of betaine in
feed to carcass, breast meat, thigh meat, abdominal fat, and meat cholesterol in Mojosari
male ducks. The materials of this experiment were 144 male ducks which were
maintained for 8 weeks. P0 was control treatment with no betaine were added, whereas
P1 0.1%, P2 0.2%, P3 0.3% of betaine addition in the feed. The method used in this
research was field experiments with 4 treatments and 6 replications. The parameters that
measured in this research were carcass percentage, percentage of breast and thigh meat,
abdominal fat, and breast cholesterol. Data were tabulated into MS. Excel and analyzed
using ANOVA of Completely Randomized Design (CRD). If there were significant
differences among the treatments, it will be tested by Duncan’s Multiple Range Test.
The result showed that addition of betaine had a significant effect (P<0.05) on carcass
percentage, percentage of breast and thigh meat, but it didn’t has a significant effect
(P>0.05) on cholesterol of breast meat and abdominal fat. The use of betaine in low
methionine feed could improve carcass percentage, percentage of breast and thigh meat
deposition, and lower abdominal fat percentage, but it has no effect on the cholesterol
content of breast meat in Mojosari male ducks. The research concluded that 0.3% of
betaine administration on feed was the best result for Mojosari male duck carcass
quality, in terms of carcass percentage, the percentage of breast meat and thigh, and
lower abdominal fat percentage.

Keywords : Betaine, addition, low metionin, carcass, Mojosari duck

PENDAHULUAN Menurut Anggorodi (1995),


Itik Mojosari jantan digunakan unggas tidak mampu mensintesis
sebagai salah satu alternatif itik pedaging beberapa asam amino yang diperlukan
atau itik potong karena bobot dewasanya untuk pembentukan protein bagi tubuh
bisa mencapai 1,4–1,7 kg/ekor. Secara sehingga harus disediakan dalam pakan.
umum itik jantan merupakan beban bagi Asam amino non-esensial dapat dibentuk
peternak karena tidak bisa memproduksi dari asam amino esensial atau dari
telur konsumsi kecuali sebagai pemacek sumber-sumber nitrogen non-protein.
untuk menghasilkan telur tetas yang Protein pada jaringan tubuh unggas dan
fertil. Berbagai upaya telah dilakukan telur mengandung lebih banyak asam
untuk memanfaatkan itik jantan yang amino esensial tertentu dari pada yang
diproduksi sebagai itik potong. terdapat dalam protein pakan. Asam

1
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

amino tersebut dinamakan asam amino menggantikan peran metionin, sehingga


esensial kritis dan sering kali jumlahnya metionin lebih banyak digunakan untuk
tidak cukup dalam pakan. Asam amino sintesis protein dan menghasilkan
esensial lainnya disebut asam aminno pertumbuhan ternak yang optimal serta
esensial non-kritis karena sebagian besar kebutuhan metionin dalam pakan dapat
pakan mengandung zat-zat tersebut diturunkan. Secara ekonomis,
dalam jumlah yang cukup untuk penggunaan betain untuk menggantikan
memenuhi kebutuhan unggas. metionin dapat menghemat biaya pakan.
Dua dari asam amino esensial
kritis yaitu metionin dan lisin dapat MATERI DAN METODE
diperoleh dalam bentuk sintesis, Penelitian ini menggunakan 144
sehingga kekurangan zat-zat tersebut ekor DOD Mojosari jantan yang
dapat diatasi dalam penyusunan pakan. dipelihara selama 8 minggu dan
Produksi itik Mojosari jantan dapat memiliki bobot rata-rata 42,92 g/ekor
ditingkatkan sebagai itik pedaging dengan koefisien keragaman 6,05%.
dengan pemberian suplemen tambahan Pemberian pakan dan minum
dalam pakan berupa metionin. Selain itu, diberikan secara ad libitum. Bahan
metionin bisa didapatkan dari donor pakan yang digunakan dalam penelitian
gugus metil yaitu betain yang dapat ini adalah jagung, bungkil kedelai,
meningkatkan kualitas karkas dan tepung ikan, minyak kelapa, premix,
termasuk sebagai osmolit yang garam dan kapur. Kandungan zat nutrisi
mempengaruhi struktur usus dan organ bahan pakan perlakuan dapat dilihat
pencernaan didalam tubuh itik tersebut. pada Tabel 1. Sedangkan susunan bahan
Ratriyanto, dkk (2012) menyatakan pakan perlakuan dan kandungan zat
bahwa kesamaan peran antara betain dan makanan basal dapat dilihat pada Tabel
metionin sebagai donor gugus metil 2.
menyebabkan betain berpotensi

Tabel 1. Kandungan zat nutrisi bahan pakan perlakuan


Kandungan zat makanan
Bahan pakan PK SK LK Ca P Lis Met
ME Kkal/kg
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung kuning 3370 8,6 2 3,9 0,02 0,1 0 0,18
Pollard 1300 15 10 4 0,14 0,32 0 0
Bungkil kedelai 2240 45 6 0,9 0,32 0,29 0,24 0,2
Minyak kelapa 8600 0 0 100 0 0 0,64 0,29
Tepung ikan lokal 3000 40 4 4 4 1,8 5,2 1,5
Kapur 0 0 0 0 38 0 0 0
garam 0 0 0 0 0 0 0 0
Premix* 0 0 0 0 25 0 0 0
Keterangan : *Rhisomix LC mengandung Vitamin A: 8.000.000 IU; Vitamin D3:1.600.000 IU;
Vitamin E :16.000 mg; Vitamin K3:5.000 mg; Vitamin B1:2.000 mg; Vitamin
B2:4.000 mg; Vitamin B6 :2.000 mg, Vitamin B12 :100 mg; Vitamin C
:10.000 mg, Ca-d pantothenate :10.000 mg, Nicotinic acid:40.000 mg; Folic
acid:3.000 mg; Choline chloride:120.000 mg; Lysine:80.000 mg;
Methionine:100.000 mg; Egg Promotant:20.000 mg; Mangan (Mn):40.000
mg; Zinc (Zn):30.000 mg; Ferrouse (Fe):40.500 mg; Copper (Cu):25.000 mg;
Cobalt (Co):8.000 mg; Iodate (I):1.250 mg; Selenium (Se):150 mg; Calcium
powder:1.000 g.

2
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

Tabel 2. Susunan bahan pakan dan kandungan zat pakan basal


Bahan pakan Persentase (%)
Jagung kuning 46,674
Pollard 23,337
Bungkil kedelai 15,558
Minyak kelapa 3,5
Tepung ikan lokal 9,335
Kapur 0,233
Garam 1,322
Premix 0,039
Total 100
Kandungan zat makanan Hasil perhitungan Hasil analisis *
Bahan kering (%) - 87,46
Energi metabolis (Kkal/kg) 2805,91 2684**
Protein kasar (%) 18,25 20,93
Serat kasar (%) 4,57 3,87
Lemak kasar (%) 6,77 6,18
Abu (%) - 11,98
Ca (%) 1,03 -
P (%) 0,33 -
Metionin (%) 0,27 -
Lisin (%) 0,64 -
Keterangan : *Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang
**Dihitung 70% dari Gross Energy (Schable, 2004)

Kandang yang digunakan dalam Bobot karkas dan persentase karkas


penelitian adalah kandang litter dengan Data bobot karkas diperoleh
luas 12 m x 4 m dan setiap plot luasnya dengan cara menimbang bobot karkas
1 m x 1,5 m x 50 cm dengan total 24 dengan timbangan digital. Penimbangan
plot. Setiap plot kandang diisi 6 ekor dilakukan pada akhir penelitian pada
itik. Metode yang digunakan adalah umur 8 minggu. Bobot karkas dihitung
percobaan lapang menggunakan dengan cara menimbang tubuh itik yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL) telah dipotong pada umur 6 minggu
dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. dikurangi bobot darah, bulu, kepala,
Masing–masing ulangan terdiri dari 6 kaki dan organ dalam/visceral (Sumiati
ekor itik. Perlakuan dalam penelitian ini dkk, 2005). Persentase karkas dihitung
adalah sebagai berikut. pada ternak itik berumur 8 minggu yang
P0 : Pakan basal tanpa perlakuan telah dipotong. Perhitungan persentase
P1 : Pakan basal + Betain level 0,1% karkas adalah sebagai berikut :
P2 : Pakan basal + Betain level 0,2%
P3 : Pakan basal + Betain level 0,3% % karkas = x 100%
Variabel penelitian yang diteliti
antar lain bobot karkas dan persentase Persentase lemak abdominal
karkas, persentase lemak abdominal, Lemak abdominal merupakan
bobot dada dan paha serta kolesterol lemak yang terdapat pada sekeliling
daging. gizzard dan lapisan yang menempel

3
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

antara otot abdominal dan usus. dada yang telah di fillet (tanpa tulang)
Persentase lemak abdominal diperoleh dan ditimbang, kemudian dianalisa di
dengan cara membagi bobot lemak Laboratorium Biokimia Fakultas MIPA
abdominal dengan bobot potong Universitas Padjajaran Bandung, Jawa
dikalikan 100% (Widiastuti, 2001). Barat. Data ditabulasi menggunakan
Pengambilan data persentase lemak program Microsoft Excel, selanjutnya
abdominal dilakukan pada minggu ke-8 dianalisis menggunakan ragam
dengan cara mengambil lemak bagian ANOVA dari rancangan acak lengkap
rongga perut pada itik Mojosari jantan, (RAL) dan uji jarak berganda Duncan’s.
kemudian ditimbang dan dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
% karkas = x 100% Hasil penelitian secara umum
menunjukkan bahwa rata-rata bobot
badan akhir (umur 8 minggu) yang
Bobot dada dan paha
dicapai itik Mojosari jantan selama
Pengambilan data untuk bobot
penelitian adalah 1676,96 g. Rata – rata
dada dan paha itik Mojosari jantan
berat karkas yang dicapai itik Mojosari
dilakukan pada umur 8 minggu yang
jantan adalah 1163,58 g. Data hasil
telah dipotong kemudian diambil bagian
penelitian pengaruh penambahan betain
dada tanpa tulang dan paha kemudian
dalam pakan rendah metionin terhadap
ditimbang dan dihitung menggunakan
kualitas karkas pada itik Mojosari
rumus sebagai berikut:
jantan yang meliputi persentase karkas,
% Dada / Paha = x 100% persentase dada dan paha, persentase
lemak abdominal dan kandungan
Kolesterol daging kolesterol daging dapat dilihat pada
Pengujian kandungan kolesterol Tabel 3.
daging dilakukan dengan mengambil

Tabel 3. Pengaruh penambahan betain dalam pakan rendah metionin terhadap kualitas
internal karkas pada itik Mojosari jantan
Variabel
Persentase Persentase Persentase Lemak Kolesterol
Perlakuan
karkas dada paha abdominal daging
(%) (%) (%) (%) (mg/100g)
P0 67,84±1,16a 24,87±5,70a 17,03±2,70a 1,08±0,25 188,42±0,75
P1 67,65±2,49a 28,45±3,89b 18,99±1,74b 0,82±0,25 188,14±0,67
P2 68,28±3,86a 22,25±4,14a 16,30±2,31a 0,81±0,16 187,85±0,73
P3 72,00±2,83b 30,37±2,83b 19,89±1,33b 0,79±0,11 187,93±0,66

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh
yang nyata (P<0,05)

Pengaruh perlakuan terhadap P0, sedangkan persentase karkas


persentase karkas tertinggi (72,00±2,83%) terjadi pada P3
Tabel 3 menunjukkan bahwa dengan pemberian betain 0,3% pada
persentase karkas terendah pakan. Hasil penelitian Sudiyono dan
(67,84±1,16%) terjadi pada perlakuan Purwatri (2007) menyatakan bahwa rata-

4
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

rata persentase karkas itik lokal jantan bekerja secara maksimal dan
umur 10 minggu adalah 52,93–54,78%. meningkatkan persentase karkas.
Persentase karkas yang paling tinggi
(75,87±104,66%) terdapat pada P3, Pengaruh perlakuan terhadap
sedangkan hasil persentase karkas persentase deposisi daging dada
terendah (67,84±3,15%) terdapat pada Hasil analisis statistik
P1. Hasil rata-rata persentase karkas menunjukkan bahwa penggunaan betain
penelitian ini lebih tinggi dari hasil terhadap persentase daging dada
penelitian Sudiyono dan Purwati (2007) memberikan perbedaan pengaruh yang
yaitu 67,84–72,00%. Hal ini disebabkan nyata (P<0,01) terhadap persentase
pakan yang digunakan berbeda dan deposisi daging dada. Hasil perhitungan
adanya pengaruh pemberian betain yang statistik pada perlakuan P3 menunjukkan
dapat meningkatkan karkas serta kondisi bahwa deposisi daging dada memiliki
ternak yang menunjang bobot yang lebih tinggi (30,37±2,8%)
pertumbuhannya. Perbedaan dibandingkan dengan perlakuan yang
pertambahan bobot badan tersebut lain. Hal tersebut diduga akibat
sangat berkaitan dengan konsumsi pemberian betain yang sudah seimbang
pakan, dukungan dari peningkatan daya dengan kondisi ternak yang mana
cerna zat makanan dari perlakuan berpengaruh terhadap peningkatan nafsu
penambahan betain pada pakan rendah makan serta menimbulkan pengaruh
metionin. Hal ini diduga karena betain terhadap performan ternak itik Mojosari
tidak terserap secara maksimal dalam jantan. Menurut Subhan dkk (2010),
tubuh ternak. rata-rata persentase dada itik jantan pada
Hasil analisis statistik perlakuan pakan yang diberi sagu kukus
menunjukkan bahwa penggunaan betain dan tepung keong mas sebagai pengganti
memberikan pengaruh yang berbeda jagung kuning secara berurutan 0, 15,
nyata (P<0,05) terhadap persentase 30, dan 40% dari pakan adalah 27,60 ±
karkas. Menurut Harms dan Rusell 0,94%; 27,98 ± 0,77%; 27,02 ± 2,47%;
(2002), betain merupakan osmolit dan 27,77 ± 1,24%. Hasil analisis
potensial karena mempunyai fungsi statistik baik pengaruh pakan maupun
osmotik bagi sel epitel maupun bangsa tidak berbeda nyata terhadap
mikroflora saluran pencernaan, sehingga persentase dada itik, walaupun demikian
betain berpotensi meningkatkan dari segi bangsa, itik Mojosari Alabio
kecernaan beberapa zat makanan. memiliki performan yang lebih tinggi
Disamping itu, fungsinya sebagai donor dibandingkan dengan persentase kedua
gugus metil yang dapat memenuhi bangsa yang lain.
kebutuhan gugus metil bagi ternak serta Hasil analisis tertinggi
mengacu pada metabolisme lemak dan (30,37±2,8%) terdapat pada perlakuan
protein didalam tubuh, sehingga P3 dari bobot hidup dengan pemberian
memberikan perspektif dalam betain sebanyak 0,3% dari pakan.
menghasilkan karkas dengan tingkat Perlakuan ini memberikan hasil yang
lemak yang lebih rendah. Selain terbaik. Persentase deposisi daging dada
berpotensi menurunkan lemak, betain terendah (22,25±4,14%) pada P2 dengan
dapat meningkatkan sintesis protein penambahan 0,2% betain dari pakan.
yang berguna untuk meningkatkan Seharusnya yang diharapkan didalam
persentase karkas. Hasil penelitian penelitian ini adalah perlakuan kontrol
menunjukkan bahwa betain dapat (P0) menghasilkan persentase terendah,
tetapi hasil penelitian menunjukkan

5
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

bahwa perlakuan terendah terdapat pada 0,3% dari pakan rendah metionin yang
P2. Hal ini sulit dijelaskan karena dapat meningkatkan persentase karkas
kemungkinan merupakan faktor genetik bagian paha secara nyata. Berbagai
yang sulit diprediksi walaupun dari jenis argumentasi untuk menjelaskan
itik yang sama (Itik Mojosari). Bobot perbedaan efektivitas betain dalam
dada yang tinggi memungkinkan itik mengganti metionin seperti tersebut
akan menghasilkan persentase karkas diatas masih belum jelas karena
yang tinggi (Hadiwiyoto, 1992). beberapa penelitian dilakukan pada
Menurut Soeparno (2005), pertumbuhan kondisi yang berbeda, misalnya adanya
dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin, cekaman koksidiosis yang dapat
umur dan lingkungan. Hasil penelitian meningkatkan respon terhadap betain
pengaruh pemberian betain pada pakan (Matthews et al, 1998).
rendah metionin ini tidak jauh berbeda
dengan hasil dari penelitian yang Pengaruh perlakuan terhadap
dilaporkan Sudiyono dan Purwatri persentase lemak abdominal
(2007) bahwa persentase dada itik lokal Hasil analisis statistik
jantan berkisar antara 26–29%. menunjukkan bahwa penggunaan betain
tidak memberikan pengaruh yang nyata
Pengaruh perlakuan terhadap (P<0,05) terhadap persentase lemak
persentase daging paha abdominal, sehingga antara perlakuan
Hasil analisis statistik kontrol dan perlakuan yang diberi betain
menunjukkan bahwa penggunaan betain tidak terdapat perbedaan. Hal ini
memberikan perbedaan pengaruh yang dikarenakan kandungan energi dan
nyata (P<0,05) terhadap persentase paha protein pada pakan perlakuan memiliki
dimana perlakuan P3 memiliki kandungan nutrisi yang sama sehingga
persentase tertinggi (19,89±1,3%) dan menghasilkan perlemakan yang sama
persentase terendah (16,30±2,3%) pula.
terdapat pada perlakuan P2. Bobot paha Wahyu (2004) menyatakan bahwa
secara berurutan mulai dari yang komposisi kandungan nutrisi pada pakan
terendah hingga yang tertinggi adalah merupakan faktor yang mempengaruhi
16,30 g (P2); 17,03 g (P0); 18,99 g (P1); banyaknya kandungan lemak pada tubuh
19,89 g (P3). Bagian dada dan paha ternak. Hal tersebut dapat terjadi karena
adalah salah satu bagian karkas yang berlebihnya energi yang dikonsumsi oleh
memiliki nilai ekonomis yang tinggi unggas tersebut. Adanya penurunan
(Omojola, 2007). Menurut Armissaputri bobot lemak abdominal merupakan hal
dkk (2013), persentase paha itik yang sangat menguntungkan karena
Mojosari jantan adalah 13,03±1,20% proses tersebut dapat memperbaiki
dengan bobot paha 161,58±18,11 g. kualitas karkas dengan menghasilkan
Setiyanto (2005) menyatakan bahwa daging yang disebut daging rendah
persentase paha itik Alabio jantan umur lemak (Sanz et al, 2000 dalam Nur,
10 minggu dengan penambahan tepung 2006). Secara statistik hasil tersebut
daun beluntas 0,5% adalah sebesar belum memberikan perbedaan yang
23,53% sementara persentase paha itik nyata.
Tegal dengan penambahan tepung daun Tabel 3 memperlihatkan terjadi
beluntas 0,5% sebesar 26,44%. penurunan lemak abdominal sebesar
Hasil penelitian ini dapat 0,79±0,11% pada perlakuan P3 atau
dikatakan bahwa perlakuan yang terbaik pada pakan yang diberi penambahan
adalah pemberian betain dengan kadar betain, sedangkan pada perlakuan

6
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

control menghasilkan lemak abdominal yang nyata. Menurut hasil penelitian


sangat tinggi (1,08 ± 0,25%). Hasil Sobri dkk (2006), pengaruh sumber
penelitian Amiruddin dkk (2011) energi dan asam lemak ransum terhadap
menyatakan bahwa pengaruh lisin dalam perlemakan tubuh itik jantan di daerah
menurunkan lemak abdominal yang tropik menunjukkan bahwa kolesterol
merupakan salah satu bagian dari daging dari itik Mojosari jantan umur 9
komposisi non karkas tidak memberikan minggu rata–rata 109,44–104,91 mg/100
dampak perubahan persentase karkas g. Pemberian pakan butiran
yang besar karena jumlah yang diberikan menunjukkan kadar lemak daging yang
dari persentase lemak abdominal cukup meningkat sebagai akibat dari kelebihan
kecil (maksimal 0,73% dari bobot gula darah yang dikonversi dalam bentuk
potong) pada itik lokal jantan. Penelitian lemak yang berpengaruh pada
Sudiyono dan Purwatri (2007) peningkatan lemak dan kolesterol yang
menyatakan bahwa kandungan lemak dideposisikan kedalam daging dan
abdominal pada itik lokal jantan umur 10 jaringan dibawah kulit pada unggas.
minggu yang diberi penambahan enzim Hasil penelitian kadar kolesterol
mempunyai rata-rata 1,35–1,74%. Itik terendah (187,85±0,73) terdapat pada P2
lokal jantan hasil penelitian memiliki dengan pemberian betain 0,2%. Hasil
persentase lemak abdominal yang penelitian Naber (1976) dalam Joseph
berbeda karena adanya perbedaan strain, (2002) menyatakan bahwa hampir 2/3
pakan dan lingkungan yang digunakan. bagian kolesterol disintesa oleh tubuh
Soeparno (2005) menyatakan bahwa ternak, sementara 1/3 bagian diperoleh
persentase lemak abdominal dipengaruhi karena perlakuan pakan dan tinggi
umur, jenis kelamin, spesies dan pakan rendahnya kolesterol dalam tubuh juga
yang dikonsumsi. dipengaruhi pakan yang dikonsumsi.
Langkah untuk menurunkan kadar
Pengaruh perlakuan terhadap kolesterol dengan cara meningkatkan
kandungan kolesterol daging dada konsumsi serat kasar, dimana serat kasar
Pengaruh penggunaan betain ini dapat meningkatkan produksi
dalam pakan terhadap kolesterol daging empedu dan mengeliminasi ke usus
dada itik Mojosari jantan dapat dilihat untuk disekresi (Mangkusitepoe, 1992).
pada Tabel 3. Kandungan kolesterol
daging dada itik Mojosari jantan yang KESIMPULAN
terendah (187,85±0,73 mg/100g) terjadi Penggunaan betain dalam pakan
pada perlakuan P2 dengan pemberian rendah metionin dapat meningkatkan
betain 0,2% dari pakan dan kandungan persentase karkas, persentase deposisi
kolesterol daging dada yang tertinggi daging dada dan paha, serta menurunkan
(188,42±0,75 mg/100g) terdapat pada persentase lemak abdominal namun
perlakuan P0 yang merupakan perlakuan tidak mempengaruhi kandungan
kontrol dari penelitian. kolesterol daging dada pada itik
Hasil perhitungan analisis statistik Mojosari jantan. Level penggunaan
menunjukkan bahwa penggunaan betain betain sebesar 0,3% dari pakan adalah
terhadap kandungan kolesterol daging hasil terbaik terhadap kualitas karkas itik
dada itik Mojosari jantan tidak berbeda Mojosari jantan ditinjau dari persentase
nyata (P<0,05). Dengan demikian pakan karkas, persentase deposisi daging dada
kontrol dengan pakan perlakuan yang dan paha serta menurunkan persentase
diberi betain secara perhitungan statistik lemak abdominal.
tidak memberikan perbedaan pengaruh

7
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

DAFTAR PUSTAKA dan A. Parakkasi. 2002. Status


Amiruddin, B. N. K., Sudiyono dan kolestrol itik Mandalung dengan
Ratriyanto, A. 2011. Pengaruh pemberian serat kasar dan vitamin
suplementasi lisin terhadap E. Seminar Nasional Teknologi
karakteristik karkas itik lokal Peternakan dan Veteriner: 265-
jantan umur sepuluh minggu. 267.
Fakultas Pertanian Universitas Omojola, A. B. 2007. Carcass and
Sebelas Maret Sains Peternakan organoleptic characteristic of duck
Vol. 9 (1), Maret 2011: 15-19. meat as influenced by breed and
Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi aneka sex. International Journal of Poul.
ternak unggas. PT Gramedia Sci 6 (5): 329-334.
Pustaka Utama. Jakarta. Ratriyanto, A., Indreswari, R. dan
Armissaputri, N. K., Ismoyowati, Sudiyono. 2012. Efektivitas betain
Mugiyono. S. 2013. Perbedaan pada pakan ayam broiler rendah
bobot dan persentase bagian- metionin berdasarkan parameter
bagian karkas dan non karkas pada bobot badan dan karkas. Jurusan
itik lokal (Anas plathyrincos) dan Peternakan, Fakultas Pertanian
itik manila (Cairina moschata). Universitas Sebelas Maret.
Fakultas Peternakan Universitas Sanz, M., A, Flores and C. J Lopez-Bote.
Jenderal Soedirman. Purwokerto. 2000. The metabolic use of energy
Hadiwiyoto, S. 1992. Kimia dan from dietary fat in broiler is
teknologi daging unggas. Pusat affected by fatty acid saturation.
Antar Universitas Pangan dan Gizi Br. Poutlry Sci. 41 (1):61-68.
Universitas Gadjah Mada. Dalam Nur, I. F. 2006. Persentase
Yogyakarta. bobot karkas, lemak abdomen dan
Harms, R. H., and G, B. Russell. 2002. organ dalam ayam broiler dengan
Betaine does not improve pemberian silase pakan komersial.
performance of laying 18 Sains Skripsi. Program Studi Teknologi
Peternakan Vol. 11 (1), 2013 hens Produksi Ternak. Fakultas
when the diet contains adequate Peternakan Institut Pertanian Bogor.
choline. Poultry Science. 81:99- Bogor.
101. Schable, P. J. 2004. Poultry feed and
Mangkusitepoe. 1992. Kolesterol fobia nutrition. Departement of poultry
keterkaitan dengan penyakit series, Michigan State University
jantung. Gramedia Pustaka Utama. East Lansing, Michigan. 198 –
Jakarta. 198.
Matthews, J. O., L, L. Southern., J, E. Setiyanto, R. D. 2005. Persentase
Pontif., A. D. Higbie and T. D. bagian-bagian tubuh itik jantan
Bidner. 1998. Interactive effects of lokal umur 10 minggu dengan
betaine, crude protein, and net penambahan tepung daun beluntas
energy in finishing pigs. J. Anim. (Pluchea Indica L.) dalam pakan.
Sci. 76: 2444 – 2455. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi
Naber, E. C. 1976. The cholesterol dan Teknologi Peternakan.
problem, the egg and lipid Fakultas Peternakan, Institut
metabolism in the laying hen. Pertanian Bogor. Bogor.
Poultry Sci. 55: 14. Dalam Joseph, Sobri, M., Supadmo, dan Wibowo, A.
G., H, T. Uhi., Rukmiasih, I., 2006. Pengaruh sumber energi dan
Wahyuni, S., Y. Randa., H. Hafid, asam lemak ransum terhadap

8
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 1 - 9

perlemakan tubuh itik jantan di Sudiyono dan Purwatri, T. H. 2007.


daerah tropik. J. Indon. Trop. Pengaruh penambahan enzim
Anim. Agric. 31 March 2006. dalam ransum terhadap persentase
Fakultas Peternakan dan Perikanan karkas dan bagian-bagian karkas
Universitas Muhammadiyah itik lokal jantan. Fakultas
Malang, dan Fakultas Peternakan Pertanian Universitas Sebelas
Universitas Gadjah Mada, Maret, Surakarta.
Yogyakarta. Sumiati, Y., Arius dan R, Mutia. 2005.
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi Persentase karkas dan non-karkas
daging. Cetakan keempat. Gadjah itik Mandalung yang diberi tepung
Mada University Press. singkong (Manihot) dalam
Yogyakarta. ransumnya. hlm. 281-288.
Subhan A., Yuwanta T. dan Sidadolog, Prosiding Lokakarya Nasional
J. H. P. 2010. Pengaruh kombinasi Unggas Air II, Ciawi, 16-17
sagu kukus (Metroxylon Spp) dan November 2005.
tepung keong mas (Pomacea Spp) Wahyu, J. 2004. Ilmu nutrisi unggas.
sebagai pengganti jagung kuning Edisi Ke-5. Gajah Mada
terhadap penampilan itik jantan University Press. Yogyakarta.
Alabio, Mojosari, dan hasil Widiastuti, R. 2001. Pengaruh
persilangannya. Buletin penambahan ampas tahu
Peternakan Vol. 34 (1): 30-37, fermentasi dalam pakan terhadap
Februari 2010. Balai Pengkajian karkas dan perlemakan. Skripsi.
Teknologi Pertanian (BPTP). Fakultas Peternakan. Universitas
Kalimantan Selatan. ISSN 0126- Gadjah Mada. Yogyakarta.
4400.

You might also like