Professional Documents
Culture Documents
Rakhmad Hidayat,* Affan Priyambodho,** Reyhan Eddy Yunus,*** Taufik Mesiano,* Mohammad Kurniawan,*
Al Rasyid,* Freddy Sitorus,* Salim Harris,* Teguh Assad Suhatno Ranakusuma*
ABSTRACT
We report a case of acute stroke within 3 hour onset admitted to the emergency room Cipto Mangunkusumo
Hospital (RSCM), Jakarta. The RSCM Code Stroke protocol was then initiated which included clinical examination and
neuroim- aging. Head CT scan showed no intracranial hemorrhage. The patient received intravenous thrombolysis
therapy using alteplase 0.6mg/kg body weight. Mechanical thrombectomy was subsequently performed to retrieve the
blood clot within the left medial cerebral artery. The patient was monitored for 24 hours after the procedure to ensure
optimal blood pressure and other metabolic parameters. The patient experienced significant improvement during
hospitalization. The NIHSS score was improved from 15 at admission to 8 at the time of discharge, without intracranial
bleeding complication.
Keywords: Code Stroke, ischemic stroke, mechanical thrombectomy
ABSTRAK
Satu kasus stroke iskemik akut dengan onset 3 jam di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUPN Dr. Cipto
Mangunku- sumo (RSCM), Jakarta. Pasien dimasukkan ke dalam protokol Code Stroke RSCM, Jakarta, segera dilakukan
pemeriksaan klinis dan neuroimajing. Hasil computed tomography scan (CT scan) tidak menunjukkan adanya
perdarahan. Pasien diber- ikan terapi trombolisis intravena menggunakan alteplase 0,6mg/kg BB. Kemudian dilakukan
trombektomi mekanik untuk mengambil bekuan darah di arteri serebral media kiri. Dilakukan monitoring ketat selama 24
jam untuk mengendalikan tekanan darah dan parameter metabolik lain. Pasien mengalami perbaikan klinis selama
perawatan. Nilai NIHSS=8 saat dipulangkan, membaik dibandingkan nilai saat masuk (NIHSS=15), tanpa komplikasi
perdarahan intrakranial.
Kata kunci: Code stroke, stroke iskemik, trombektomi mekanik
*Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta; **Departemen Bedah Saraf FK Uni-
versitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta; ***Departemen Radiologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Korespondensi: rhidayat.md@gmail.com
Gambar 1. Tanda Hiperdensitas MCA di Sisi Kiri (A) dan Perubahan Iskemik Awal di Sisi Kiri (B dan C)
melitus
mekanik menggunakan protokol Code Stroke RSCM.
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
pengetahuan strategi aplikasi trombektomi mekanik
pada praktek sehari-hari, sehingga dapat
mengoptimalkan penatalaksanaan kasus stroke iskemik
akut.
KASUS
Laki-laki, umur 58 tahun, datang ke Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan kelemahan
lengan dan tungkai kanan mendadak 3 jam sebelum
masuk RS. Terdapat riwayat hipertensi, diabetes
(90%) didrip selama 45 menit. Saat dalam terapi
rumatan tersebut, pasien menjalani persiapan
digital subtraction angiography (DSA) di kamar
kateterisasi (catheterization laboratory).
Pasien menjalani DSA dan didapatkan oklusi
arteri serebral media (middle cerebral artery/MCA)
kiri di M1 (Gambar 2a). Pasien diputuskan untuk
menjalani trombektomi dalam sedasi ringan.
Dilakukan pemasangan guiding catheter
ConveyorTM 6fr, dimasukkan mikrokateter RebarTM
27 dibantu dengan microwire Sterling SilverTM
Selanjutnya
stent retriever dimasukkan, kemudian ujung penelitian trombolisis intraarterial PROACT pasca-
stent dikembangkan pada M1-M2 junction di arteri persetujuan Food Drug Association (FDA) terhadap
serebri media dan didiamkan selama 5 menit hingga trombolisis intravena. Berbagai pendekatan metode
mengembang sempurna (Gambar 2b). Ketika stent telah dilakukan, dimulai dari fibrinolisis intraarterial
ditarik, seluruh emboli/trombus dapat ditarik pada PROACT II, kemudian dilanjutkan dengan
sempurna tanpa meninggalkan sisa emboli/trombus EKOS, yaitu meletakkan transducer ultrasound di
yang baru ke arah distal. Setelah itu, stent ditarik ujung kateter yang dilakukan simultan bersamaan
dan dikeluarkan. dengan r-TPA IV (Gambar 4). Setelah itu
Pasien menjalani pemeriksaan angiografi ulang berkembang teknik retriever dengan koil yaitu
dan didapatkan oklusi MCA kiri telah terbuka. MERCI® dan PENUMBRA®. Walaupun hasil
Pada pasien ini terjadi rekanalisasi dengan skala penelitiannya tidak spektakuler, FDA menyetujui
thrombolysis in cerebral infarction (TICI) perfusion pemakaian alat ini.
scale 2b/3 (Gambar 2c). Pada stent retriever yang Penelitian paling akhir dilakukan dengan
telah ditarik, didapatkan bekuan darah emboli yang stent retriever, yang dilakukan secara multisenter di
sudah dievakuasi (Gambar 3). seluruh dunia menunjukkan hasil yang
Pasca-tindakan pasien dirawat di ruang rawat menggembirakan, sehingga AHA/ASA
intensif Pada hari kedua, terdapat perbaikan NIHSS mengeluarkan rekomendasi terbaru (2015) yang
menjadi 10. Pada hari ke 10, pasien dilakukan brain menyarankan pemakaian stent retriever untuk
CT scan dan tidak ditemukan perdarahan. Pasien trombektomi mekanik pada stroke iskemik akut dan
dipulangkan dengan skor NIHSS 8. meninggalkan teknologi-teknologi sebelumnya.6
PEMBAHASAN Pasien dalam kasus ini berumur 58 tahun,
Teknik neurointervensi untuk tatalaksana stroke datang dengan keluhan lemah sesisi kanan 3 jam
iskemik akut telah berevolusi maju sejak sebelum masuk RS. Dari usia dan waktu
dilakukannya kedatangan, pasien masih masuk dalam kriteria
inklusi trombolisis
intra vena, sehingga otomatis masuk dalam kriteria (Class I; Level of Evidence A). Oleh karena itu,
inklusi trombektomi mekanik. Pasien dilakukan CT
scan yang berdasarkan diskusi anggota tim Code
Stroke RSCM, terlihat gambaran hiperdens yang
menandakan adanya oklusi di MCA kiri. Diputuskan
untuk dilakukan trombolisis IV menggunakan
alteplase dengan dosis yang dipakai di RSCM
0,6mg/ kgBB berdasarkan studi Studi Japan Alteplase
Clinical Trial (J-ACT) pada tahun 20065 dan
diperkirakan akan dibutuhkan tindakan
trombektomi.
Pasien dengan riwayat penyakit atrial
fibrilasi, telah diberikan obat antikoagulan warfarin.
Nilai INR pasien adalah 1,29 yang berarti dibawah
batas nilai kriteria eksklusi 1,7; sehingga tidak
menjadi kontraindikasi trombolisis intravena
(kontraindikasi bila INR>1,7).8
Oleh karena ada kecurigaan oklusi arteri
MCA kiri, direncanakan diagnostik tambahan
berupa CT angiografi. Namun CT scan berada di
luar IGD dan memakan waktu, sedangkan golden
periode 6 jam sudah hampir terlewati, maka
diputuskan untuk dilakukan DSA dan jika terdapat
oklusi arteri besar atau MCA kiri sebagaimana
diduga sebelumnya, maka dapat dilanjutkan
trombektomi mekanik.
Jika memang pasien dipertimbangkan untuk
dilakukan trombektomi, maka disarankan dengan kuat
untuk melakukan angiografi dengan CT angiografi
atau MR angiografi agar mempermudah rencana
pelaksanaan kateterisasi dan strategi trombektomi
seharusnya pada pasien stroke akut >4,5 jam,
dibuat juga permintaan CT angiografi bersama CT
scan rutin jika diperkirakan akan dilakukan
trombektomi. Untuk menghemat waktu, trombolisis
bolus 10% dapat dilakukan pada saat jeda antara CT
scan dan CT angiografi.6
Selain itu, jika terdapat kontra indikasi ber-
dasarkan imaging, yaitu ASPECT SCORE <6 jam
atau yang datang >6 jam, maka dapat digunakan
CT perfusi atau MR perfusi untuk membantu
melihat core infark, serta status flow kolateral dan
penumbra untuk menseleksi pasien mana yang
dapat dilakukan trombektomi.6,9
Indikasi trombektomi berdasarkan kriteria
AHA/ASA adalah skor modified Ranking Scale
(mRS) prestroke 0 sampai 1, stroke iskemik akut
yang telah menerima menerima terapi trombolisis
intravena dalam waktu 4,5 jam setelah onset, stroke
yang disebabkan karena oklusi pada arteri karotis
interna atau MCA cabang proksimal, usia ≥18
tahun, terapi dapat dimulai (puncture) dalam 6 jam
setelah onset stroke, skor NIHSS pasca-pemberian
rTPAintravena ≥6 dan skor ASPECT ≥6. Pasien ini
memiliki mRS 0, menerima r-TPA dalam waktu 4,5
jam, oklusi arteri serebri media kiri di M1-M2, usia
58 tahun, puncture dilakukan pada 6 jam awitan,
NIHSS 15, dan skor ASPECT pada CT scan 9.6
Keputusan melakukan DSA yang dilanjutkan
trombektomi mekanik tanpa menunggu perbaikan
kondisi pasien ini merujuk pada hasil penelitian
Gambar 4. Perjalanan Evolusi Teknik Interventional Neurologi dan Penelitiannya untuk Tata Laksana Stroke
Iskemik Akut.7
REVASCAT yang melakukan dalam waktu 86 menit. rekanalisasi komplit.12 Grade TIMI/TICI 2b/3
Kasus ini menggunakan stent retriever untuk adalah standar baku emas kesuksesan dari tindakan
trombektomi mekanik berdasarkan rekomendasi trombektomi/trombolisis.6 Secara teori, rekanalisasi
AHA/ASA.4 Satu-satunya stent retriever yang sudah terjadi. Maka pekerjaan berikutnya adalah
ada di pasaran Indonesia adalah SolitaireTM yang membuat rekanalisasi tersebut sama dengan
telah menunjukkan hasil pemakaian yang baik. reperfusi pada jaringan otak. Pasca-tindakan,
Pada pasien ini, SolitaireTM dikembangkan pada terdapat perbaikan NIHSS dari 15 menjadi 10 dan
MCA dan didiamkan selama 5 menit berdasarkan pada hari ke-3 kekuatan motorik lengan menjadi 2
rekomendasi dari pabrik. Pada percobaan pertama, dan tungkai menjadi 3 dibanding sebelum tindakan.
SolitaireTM didiamkan selama 3 menit sebelum Di DSA pasca-prosedur ditemukan stenosis pada
ditarik, ternyata stent tersebut tidak dapat menarik MCA, namun diputuskan tidak melakukan tindakan
bekuan darah dengan sempurna. Saat percobaan tambahan karena keterbatasan alat dan biaya.
kedua dilakukan, didiamkan selama 5 menit baru Pasca-tindakan pasien dilakukan obeservasi
SolitaireTM mengembang sempurna hingga mencapai di ICU, untuk pemantauan ketat kondisi pasien dan
batas dinding pembuluh darah. kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan re-
Hasil angiografi pasca-tindakan menunjukkan oklusi kembali. Selain itu pasien juga memiliki
rekanalisasi di distal MCA nyaris sempurna dengan atrial fibrilasi jantung, sehingga risiko stroke berulang
kriteria TIMI/TICI 2b/3. TIMI/TICI adalah sistem tinggi.6
grading yang menilai respon rekanalisasi pembuluh Pasien tidak diberikan terapi antitrombotik/
darah yang tersumbat pada stroke iskemik yang antikoagulan selama 24 jam pertama sesuai dengan
dideskripsikan pertama kali oleh Higashida dkk guideline yang tidak merekomendasikan pemberian
pada tahun 2003.12 TIMI/TICI 2b berarti terdapat antitrombotik/antikoagulan apapun 24 jam pertama
pengisian komplit teritori vaskularisasi yang pasca-rTPA. APTT 12 jam pasca-tindakan
diharapkan ter- visualisasi, tetapi pengisiannya meningkat 4 kali dari normal, mengindikasikan
berjalan lebih lambat dari normal. Sedangkan belum diperlukan antikoagulan/antitrombotik sebagai
TIMI/TICI 3 berarti terdapat prevensi sekunder.5