You are on page 1of 12

Laporan Kasus

TROMBEKTOMI MEKANIKAL PADA STROKE ISKEMIK


DENGAN AWITAN KURANG DARI 6 JAM
MECHANICAL THROMBECTOMY IN ISCHEMIC STROKE LESS THAN
6 HOURS ONSET

Rakhmad Hidayat,* Affan Priyambodho,** Reyhan Eddy Yunus,*** Taufik Mesiano,* Mohammad Kurniawan,*
Al Rasyid,* Freddy Sitorus,* Salim Harris,* Teguh Assad Suhatno Ranakusuma*

ABSTRACT
We report a case of acute stroke within 3 hour onset admitted to the emergency room Cipto Mangunkusumo
Hospital (RSCM), Jakarta. The RSCM Code Stroke protocol was then initiated which included clinical examination and
neuroim- aging. Head CT scan showed no intracranial hemorrhage. The patient received intravenous thrombolysis
therapy using alteplase 0.6mg/kg body weight. Mechanical thrombectomy was subsequently performed to retrieve the
blood clot within the left medial cerebral artery. The patient was monitored for 24 hours after the procedure to ensure
optimal blood pressure and other metabolic parameters. The patient experienced significant improvement during
hospitalization. The NIHSS score was improved from 15 at admission to 8 at the time of discharge, without intracranial
bleeding complication.
Keywords: Code Stroke, ischemic stroke, mechanical thrombectomy

ABSTRAK
Satu kasus stroke iskemik akut dengan onset 3 jam di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUPN Dr. Cipto
Mangunku- sumo (RSCM), Jakarta. Pasien dimasukkan ke dalam protokol Code Stroke RSCM, Jakarta, segera dilakukan
pemeriksaan klinis dan neuroimajing. Hasil computed tomography scan (CT scan) tidak menunjukkan adanya
perdarahan. Pasien diber- ikan terapi trombolisis intravena menggunakan alteplase 0,6mg/kg BB. Kemudian dilakukan
trombektomi mekanik untuk mengambil bekuan darah di arteri serebral media kiri. Dilakukan monitoring ketat selama 24
jam untuk mengendalikan tekanan darah dan parameter metabolik lain. Pasien mengalami perbaikan klinis selama
perawatan. Nilai NIHSS=8 saat dipulangkan, membaik dibandingkan nilai saat masuk (NIHSS=15), tanpa komplikasi
perdarahan intrakranial.
Kata kunci: Code stroke, stroke iskemik, trombektomi mekanik

*Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta; **Departemen Bedah Saraf FK Uni-
versitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta; ***Departemen Radiologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Korespondensi: rhidayat.md@gmail.com

PENDAHULUAN bekuan darah di arteri besar bagian proksimal.


Trombolisis intravena (IV) menggunakan Selain itu terdapat faktor-faktor yang dapat
recombinant tissue plasminogen activator (rTPA) mengeksklusi pasien mendapatkan terapi definitif,
sudah disetujui oleh American Heart Association walaupun pasien masih dalam rentang waktu yang
dan American Stroke Association (AHA/ASA) memungkinkan untuk terapi tersebut. Oleh karena
sebagai terapi definitif stroke iskemik sejak tahun itu, perlu tata laksana yang dapat menjangkau
1995/1996. Namun dalam pelaksanaannya di emboli atau trombus tepat di arteri yang dioklusinya.
lapangan hanya 4,7-21,4% yang mendapatkan terapi
Tata laksana endovaskuler untuk mengobati
tersebut1 dan sebanyak 10-30% pasien dengan
stroke di fase akut sebenarnya sudah dilakukan
sumbatan di arteri besar seperti arteri serebri media
tidak berbeda jauh dengan rTPA IV, tetapi baru
(middle cerebral artery/MCA) ataupun Carotid T
pada tahun 2012 muncul tiga penelitian randomized
yang menghasilkan klinis perbaikan.2
controlled trial (RCT) tentang trombolisis intraarterial
Keluaran klinis pasca-trombolisis IV kurang (SYNTHESIS Expansion [Intra-arterial Versus
baik pada kasus oklusi proksimal dari arteri serebri Systemic Thrombolysis for Acute Ischemic Stroke],
media dibandingkan pada kasus oklusi yang lebih IMS III dan MR RESCUE) yang sayangnya
distal.3 Hal ini disebabkan oleh angka rekanalisasi mengecewakan karena menunjukkan keuntungan
awal pasca-trombolisis IV yang rendah ketika terjadi
1 Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017
Laporan
yang tidak berbeda dibandingkan dengan terapi
Kasus
rTPA IV.4

Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017 2


Pada Desember 2014 muncul 4 penelitian (DM), dan atrial fibrilasi dengan terapi warfarin 2mg
randomized controlled trial (RCT) sekaligus dalam setiap hari.
waktu berdekatan, bahkan pada April 2015 muncul
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
hasil penelitian RCT ke-5 yang menjawab teka-teki
darah 110/70mmHg, frekuensi nadi 110x/menit
yang membingungkan dalam 20 tahun terakhir ini.
-irreguler, berat badan (BB) 82kg, Skala Koma
Hasil dari kelima penelitian inilah yang membuat
Glasgow (SKG) E4M6V afasia global, dan
AHA/ASA mengeluarkan pedoman tatalaksana
hemiplegia sisi kanan dengan skor National Institute
neurointervensi baru pada kasus stroke iskemik
of Health Stroke Scale (NIHSS) 15.
akut.4
Elektrokardiografi (EKG) didapatkan kesan atrial
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) fibrilasi rapid response (AFRR). Pasien terindikasi
telah mengimplementasikan Code Stroke untuk trombolisis IV dan Code Stroke diaktifkan.
protokol pelayanan stroke akut awitan kurang dari
Pada pemeriksaan CT scan tidak ditemukan
6 jam yang terintegrasi antara Neurologi, Radiologi,
perdarahan dan terdapat tanda hiperdensitas pada
Ilmu Penyakit Dalam, Bedah Saraf, dan Bedah
MCA kiri dan tanda perubahan iskemi awal di kiri
Vaskuler, serta dokter triage emergensi, perawat
(Gambar 1). Skor Alberta Stroke Program Early CT
emergensi dan instalasi farmasi yang disebut
sebagai protokol Code Stroke RSCM. Selama 2 (ASPECT) dalam kisaran 9 dan nilai INR 1,29.
tahun lebih, penatalaksaan pasien stroke iskemik Berdasarkan gejala klinis dan pencitraan, diduga
akut awitan dibawah 6 jam dilakukan dengan rTPA terdapat emboli pada pembuluh darah MCA. Pasien
intra vena dan intra arterial.5 diberikan alteplase dengan dosis 0,6mg/kgBB,
Berikut ini laporan kasus stroke iskemik perdana yaitu 49,2mg, berupa dosis loading 10% (4,92mg),
yang berhasil ditatalaksana dengan trombektomi diikuti istirahat 15 menit, dilanjutkan sisanya

Gambar 1. Tanda Hiperdensitas MCA di Sisi Kiri (A) dan Perubahan Iskemik Awal di Sisi Kiri (B dan C)

melitus
mekanik menggunakan protokol Code Stroke RSCM.
Diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
pengetahuan strategi aplikasi trombektomi mekanik
pada praktek sehari-hari, sehingga dapat
mengoptimalkan penatalaksanaan kasus stroke iskemik
akut.
KASUS
Laki-laki, umur 58 tahun, datang ke Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan kelemahan
lengan dan tungkai kanan mendadak 3 jam sebelum
masuk RS. Terdapat riwayat hipertensi, diabetes
(90%) didrip selama 45 menit. Saat dalam terapi
rumatan tersebut, pasien menjalani persiapan
digital subtraction angiography (DSA) di kamar
kateterisasi (catheterization laboratory).
Pasien menjalani DSA dan didapatkan oklusi
arteri serebral media (middle cerebral artery/MCA)
kiri di M1 (Gambar 2a). Pasien diputuskan untuk
menjalani trombektomi dalam sedasi ringan.
Dilakukan pemasangan guiding catheter
ConveyorTM 6fr, dimasukkan mikrokateter RebarTM
27 dibantu dengan microwire Sterling SilverTM
Selanjutnya
stent retriever dimasukkan, kemudian ujung penelitian trombolisis intraarterial PROACT pasca-
stent dikembangkan pada M1-M2 junction di arteri persetujuan Food Drug Association (FDA) terhadap
serebri media dan didiamkan selama 5 menit hingga trombolisis intravena. Berbagai pendekatan metode
mengembang sempurna (Gambar 2b). Ketika stent telah dilakukan, dimulai dari fibrinolisis intraarterial
ditarik, seluruh emboli/trombus dapat ditarik pada PROACT II, kemudian dilanjutkan dengan
sempurna tanpa meninggalkan sisa emboli/trombus EKOS, yaitu meletakkan transducer ultrasound di
yang baru ke arah distal. Setelah itu, stent ditarik ujung kateter yang dilakukan simultan bersamaan
dan dikeluarkan. dengan r-TPA IV (Gambar 4). Setelah itu
Pasien menjalani pemeriksaan angiografi ulang berkembang teknik retriever dengan koil yaitu
dan didapatkan oklusi MCA kiri telah terbuka. MERCI® dan PENUMBRA®. Walaupun hasil
Pada pasien ini terjadi rekanalisasi dengan skala penelitiannya tidak spektakuler, FDA menyetujui
thrombolysis in cerebral infarction (TICI) perfusion pemakaian alat ini.
scale 2b/3 (Gambar 2c). Pada stent retriever yang Penelitian paling akhir dilakukan dengan
telah ditarik, didapatkan bekuan darah emboli yang stent retriever, yang dilakukan secara multisenter di
sudah dievakuasi (Gambar 3). seluruh dunia menunjukkan hasil yang
Pasca-tindakan pasien dirawat di ruang rawat menggembirakan, sehingga AHA/ASA
intensif Pada hari kedua, terdapat perbaikan NIHSS mengeluarkan rekomendasi terbaru (2015) yang
menjadi 10. Pada hari ke 10, pasien dilakukan brain menyarankan pemakaian stent retriever untuk
CT scan dan tidak ditemukan perdarahan. Pasien trombektomi mekanik pada stroke iskemik akut dan
dipulangkan dengan skor NIHSS 8. meninggalkan teknologi-teknologi sebelumnya.6
PEMBAHASAN Pasien dalam kasus ini berumur 58 tahun,
Teknik neurointervensi untuk tatalaksana stroke datang dengan keluhan lemah sesisi kanan 3 jam
iskemik akut telah berevolusi maju sejak sebelum masuk RS. Dari usia dan waktu
dilakukannya kedatangan, pasien masih masuk dalam kriteria
inklusi trombolisis

Gambar 2. Gambaran DSA Pasien Saat Tindakan Trombektomi.


Oklusi Arteri Serebral Media (MCA) Kiri di M1 (2a&b), Stent Retriever (SolitaireTM) pada M1-M2 Junction di MCA (Tanda
Panah, 2c), Pemeriksaan Angiografi Ulang Menunjukkan Rekanalisasi MCA (2d&e). (Sumber: Dokumen pribadi).
Gambar 3. Bekuan Darah (Emboli) (Kiri) yang Sudah Dievakuasi pada Stent Retriever (Kanan).

intra vena, sehingga otomatis masuk dalam kriteria (Class I; Level of Evidence A). Oleh karena itu,
inklusi trombektomi mekanik. Pasien dilakukan CT
scan yang berdasarkan diskusi anggota tim Code
Stroke RSCM, terlihat gambaran hiperdens yang
menandakan adanya oklusi di MCA kiri. Diputuskan
untuk dilakukan trombolisis IV menggunakan
alteplase dengan dosis yang dipakai di RSCM
0,6mg/ kgBB berdasarkan studi Studi Japan Alteplase
Clinical Trial (J-ACT) pada tahun 20065 dan
diperkirakan akan dibutuhkan tindakan
trombektomi.
Pasien dengan riwayat penyakit atrial
fibrilasi, telah diberikan obat antikoagulan warfarin.
Nilai INR pasien adalah 1,29 yang berarti dibawah
batas nilai kriteria eksklusi 1,7; sehingga tidak
menjadi kontraindikasi trombolisis intravena
(kontraindikasi bila INR>1,7).8
Oleh karena ada kecurigaan oklusi arteri
MCA kiri, direncanakan diagnostik tambahan
berupa CT angiografi. Namun CT scan berada di
luar IGD dan memakan waktu, sedangkan golden
periode 6 jam sudah hampir terlewati, maka
diputuskan untuk dilakukan DSA dan jika terdapat
oklusi arteri besar atau MCA kiri sebagaimana
diduga sebelumnya, maka dapat dilanjutkan
trombektomi mekanik.
Jika memang pasien dipertimbangkan untuk
dilakukan trombektomi, maka disarankan dengan kuat
untuk melakukan angiografi dengan CT angiografi
atau MR angiografi agar mempermudah rencana
pelaksanaan kateterisasi dan strategi trombektomi
seharusnya pada pasien stroke akut >4,5 jam,
dibuat juga permintaan CT angiografi bersama CT
scan rutin jika diperkirakan akan dilakukan
trombektomi. Untuk menghemat waktu, trombolisis
bolus 10% dapat dilakukan pada saat jeda antara CT
scan dan CT angiografi.6
Selain itu, jika terdapat kontra indikasi ber-
dasarkan imaging, yaitu ASPECT SCORE <6 jam
atau yang datang >6 jam, maka dapat digunakan
CT perfusi atau MR perfusi untuk membantu
melihat core infark, serta status flow kolateral dan
penumbra untuk menseleksi pasien mana yang
dapat dilakukan trombektomi.6,9
Indikasi trombektomi berdasarkan kriteria
AHA/ASA adalah skor modified Ranking Scale
(mRS) prestroke 0 sampai 1, stroke iskemik akut
yang telah menerima menerima terapi trombolisis
intravena dalam waktu 4,5 jam setelah onset, stroke
yang disebabkan karena oklusi pada arteri karotis
interna atau MCA cabang proksimal, usia ≥18
tahun, terapi dapat dimulai (puncture) dalam 6 jam
setelah onset stroke, skor NIHSS pasca-pemberian
rTPAintravena ≥6 dan skor ASPECT ≥6. Pasien ini
memiliki mRS 0, menerima r-TPA dalam waktu 4,5
jam, oklusi arteri serebri media kiri di M1-M2, usia
58 tahun, puncture dilakukan pada 6 jam awitan,
NIHSS 15, dan skor ASPECT pada CT scan 9.6
Keputusan melakukan DSA yang dilanjutkan
trombektomi mekanik tanpa menunggu perbaikan
kondisi pasien ini merujuk pada hasil penelitian
Gambar 4. Perjalanan Evolusi Teknik Interventional Neurologi dan Penelitiannya untuk Tata Laksana Stroke
Iskemik Akut.7

MR CLEAN, bahwa adanya jeda 2 jam antara


terapi IV rTPA dengan trombektomi mekanik akan Dari catatan waktu yang ada, antara awitan
menghasilkan keluaran lebih buruk dibandingkan stroke hingga dilakukan rTPA adalah 4,5 jam (90
penelitian lain yang tidak memiliki jeda dalam menit dari pasien masuk ke rTPA), awitan menuju
menunggu hasil rTPA. Oleh karena itu, Code Stroke puncture untuk melakukan DSA adalah 6 jam (180
RSCM mengacu pada rekomendasi AHA/ASA menit dari pasien masuk ke puncture), dan awitan
2015, membuat guideline tersendiri bahwa pasien menuju rekanalisasi yaitu 7 jam 30 menit (270
yang datang menit dari pasien masuk ke rekanalisasi). Terdapat
>6 jam dengan skor NIHSS > 10 (mengacu pada perbandingan waktu kelima penelitian trombektomi
Qureshi) yang mendapatkan trombolisis IV segera (Tabel 2).10
di bawa ke kamar kateterisasi untuk dilakukan Pasien ini sebagai pasien pertama yang
DSA.10-11 dilakukan trombektomi masih belum dapat
memenuhi standar dari nilai rerata penelitian pada
Pasien ini dilakukan trombolisis IV sebelum
Tabel 2 dalam hal memulai puncture ataupun awitan
trombektomi mengacu pada penelitian EXTEND
ke rekanalisasi. Hal ini disebabkan oleh masalah
IA dan SWIFT PRIME yang menunjukkan 86% dan
administrasi untuk memulai tindakan sebagai kasus
88% rekanalisasi setelah dilakukan trombolisis IV
pertama di RSCM. Namun wakt dari puncture ke
sebelum trombektomi mekanik. Hal ini merupakan
rekanalisasi kasus ini adalah 90 menit, mendekati
hasil rekanalisasi tertinggi dibandingkan penelitian
hasil keluaran studi
lain (Tabel 1).10
Tabel 1. Perbandingan Hasil 5 Penelitian Trombektomi7
r-TPA mRS 0-2 pasca-
Penelitian NIHSS 90 hari sICH Mortalitas TICI % stent
IV
IAT/CTL 2B/3 retriever
CTL IAT CTL IAT CTL IAT CTL IAT
MR CLEAN 18 17 90% 19% 33% 6,4% 7,7% 22% 21% 59% 97,4
500 (233/267) (14-21) (14-22)
ESCAPE 17 16 76% 29% 53% 2,7% 3,6% 19% 10% 72% 86,1
315 (165/150) (12-20) (13-20)
EXTEND IA 13 (9- 17 100% 40% 71% 6% 0% 20% 9% 86% 100
70 (35/35) 19) (13-20)
SWIFTPRIME 17 17 96% 36% 60% 3% 0% 12% 9% 88% 100
196(98/98) (13-19) (13-20)
REVASCAT 17 17 73% 28% 44% 1,9% 1,9% 16% 18% 66% NA
206 (103/103) (12-19) (14-20)
IAT: Intra-arterial trombektomi, CTL: Kontrol, NIHSS: National Institut Health Stroke Scale, mRS: modified Rankin Scale, r-TPA IV:
Recombinant tissue plasminogen activator intravena, sICH: Simptomatic intra-cerebral hemorrhagic, TICI : Thrombolysis in cerebral
infarction grading scale.
Laporan Kasus
Tabel 2. Perbandingan Waktu 5 Penelitian Trombektomi Onset Hingga Rekanalisasi 7
Waktu MR CLEAN ESCAPE EXTEND IA SWIFT PRIME REVASCAT
Onset - IV rTPA 85 110 127 111 117,5
Onset – Puncture 260 185 210 224 269
CT - Puncture NA 51 93 58 NA
Onset – rekanalisasi NA 241 248 213 355
Angka dalam menit.

REVASCAT yang melakukan dalam waktu 86 menit. rekanalisasi komplit.12 Grade TIMI/TICI 2b/3
Kasus ini menggunakan stent retriever untuk adalah standar baku emas kesuksesan dari tindakan
trombektomi mekanik berdasarkan rekomendasi trombektomi/trombolisis.6 Secara teori, rekanalisasi
AHA/ASA.4 Satu-satunya stent retriever yang sudah terjadi. Maka pekerjaan berikutnya adalah
ada di pasaran Indonesia adalah SolitaireTM yang membuat rekanalisasi tersebut sama dengan
telah menunjukkan hasil pemakaian yang baik. reperfusi pada jaringan otak. Pasca-tindakan,
Pada pasien ini, SolitaireTM dikembangkan pada terdapat perbaikan NIHSS dari 15 menjadi 10 dan
MCA dan didiamkan selama 5 menit berdasarkan pada hari ke-3 kekuatan motorik lengan menjadi 2
rekomendasi dari pabrik. Pada percobaan pertama, dan tungkai menjadi 3 dibanding sebelum tindakan.
SolitaireTM didiamkan selama 3 menit sebelum Di DSA pasca-prosedur ditemukan stenosis pada
ditarik, ternyata stent tersebut tidak dapat menarik MCA, namun diputuskan tidak melakukan tindakan
bekuan darah dengan sempurna. Saat percobaan tambahan karena keterbatasan alat dan biaya.
kedua dilakukan, didiamkan selama 5 menit baru Pasca-tindakan pasien dilakukan obeservasi
SolitaireTM mengembang sempurna hingga mencapai di ICU, untuk pemantauan ketat kondisi pasien dan
batas dinding pembuluh darah. kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan re-
Hasil angiografi pasca-tindakan menunjukkan oklusi kembali. Selain itu pasien juga memiliki
rekanalisasi di distal MCA nyaris sempurna dengan atrial fibrilasi jantung, sehingga risiko stroke berulang
kriteria TIMI/TICI 2b/3. TIMI/TICI adalah sistem tinggi.6
grading yang menilai respon rekanalisasi pembuluh Pasien tidak diberikan terapi antitrombotik/
darah yang tersumbat pada stroke iskemik yang antikoagulan selama 24 jam pertama sesuai dengan
dideskripsikan pertama kali oleh Higashida dkk guideline yang tidak merekomendasikan pemberian
pada tahun 2003.12 TIMI/TICI 2b berarti terdapat antitrombotik/antikoagulan apapun 24 jam pertama
pengisian komplit teritori vaskularisasi yang pasca-rTPA. APTT 12 jam pasca-tindakan
diharapkan ter- visualisasi, tetapi pengisiannya meningkat 4 kali dari normal, mengindikasikan
berjalan lebih lambat dari normal. Sedangkan belum diperlukan antikoagulan/antitrombotik sebagai
TIMI/TICI 3 berarti terdapat prevensi sekunder.5

Gambar 5. CT scan 10 Hari Pasca-stroke Iskemik


Neurona Vol. 34 No. 3 Juni 2017 190
Laporan Kasus
CT scan pasca-tindakan dilakukan 10 hari carotid arteries is highly dependent on degree of
pasca-tindakan, tidak ditemukan perdarahan (Gambar stenosis, despite sonothrombolysis. Journal of the
5). Seharusnya CT scan dapat dilakukan segera American Heart Association: Cardiovascular and
setelah tindakan, untuk melihat komplikasi Cerebrovascular Disease. 2016;5(2):e002716.
perdarahan.6 3. Smith WS, Furlan AJ. Brief history of endovascular
acute ischemic stroke treatment. Stroke.
SARAN 2016;47(2):e23-6.
Dalam mempersiapkan tindakan trombektomi 4. Usman FS. Neurointervensi; Penatalaksanaan Stroke
mekanik ini, seharusnya keputusan merencanakan Iskemik Fase Akut Terkini. Neurona. 2016;33(2):88-
trombektomi harus sejak awal berdasarkan kriteria 93
AHA/ASA, yaitu jika ada kecurigaan lokasi oklusi 5. Kurniawan M, Zairinal RA, Mesiano T, Hidayat
R, Harris S, Ranakusuma TAS. Terapi trombolisis
adalah arteri besar. Untuk itu, sensitivitas kebutuhan
intravena pada pasien stroke iskemik dengan awitan
tindakan trombektomi harus diperbesar.7,13-14 kurang dari 6 jam. Neurona. 2014;32(1):53-59.
Koneksitas IGD dengan kamar kateterisasi sangat 6. Powers WJ, Derdeyn CP, Biller J, Coffey CS, Hoh
penting dalam mensukseskan trombektomi mekanik. BL, Jauch EC, dkk. 2015 AHA/ASA focused update
Di beberapa RS pemerintah kamar kateterisasi yang of the 2013 guidelines for the early management
belum jadi milik bersama akan merasakan kesulitan of patients with acute ischemic stroke regarding
transfer pasien dari IGD ke kamar kateterisasi. endovascular treatment. Stroke. 2015;46:3020-35.
7. Pierot L, Soize S, Benaissa A, Wakhloo AK.
Selain itu, ketersediaan alat sangatlah penting.
Techniques for Endovascular Treatment of Acute
Mengingat harga stent retriever SolitaireTM yang Ischemic Stroke. Stroke. 2015;46(3):909-14.
sangat mahal, diharapkan terdapat alat yang disimpan 8. Demaerschalk BM, Kleindorfer DO, Adeoye OM,
untuk berjaga-jaga saat diperlukan. Hal ini bisa Demchuk AM, Fugate JE, Grotta JC, dkk. Scientific
dilakukan pada RS yang memiliki jumlah pasien rationale for the inclusion and exclusion criteria
yang cukup sering untuk trombektomi. Pada kasus for intravenous alteplase in acute ischemic stroke
ini, kami meminta vendor alat untuk datang karena a statement for healthcare professionals from the
American Heart Association/American Stroke
persediaan SolitaireTM belum ada di RSCM. Association. Stroke. 2016;47(2):581-641.
Terakhir, ketersediaan operator untuk 9. Saliou G, Theaudin M, Join-Lambert Vincent
mengerjakan tindakan, yaitu yang sudah mengikuti C, Souillard-Scemama, R. Practical guide to
fellowship intervensi neurologi, yang jumlahnya neurovascular emergencies. New York: Springer;
tidak banyak. Pasien ini datang dalam waktu jam 2014.
kerja, sehingga ahli intervensi neurologi tersedia 10. Hidayat R, Harris S. Tatalaksana endovaskular pada
dan tindakan bisa dilakukan segera. code stroke. Dalam: Kurniawan M, Harris S. Code
Stroke panduan implementasi terapi reperfusi stroke
KESIMPULAN iskemik di indonesia. Jakarta: Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran universitas indonesia
Trombektomi mekanika sebagai salah satu
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. 2016. h. 84-
pilihan tata laksana definitif stroke iskemik, sudah 102.
dapat dilakukan di RSCM dengan hasil keluaran 11. Qureshi AI, Georgiadis AL. Textbook of
pasien yang baik dari segi klinis dan dibuktikan interventional neurology. Cambridge: United
dengan gambaran DSA. Kingdom of the University Press. 2011. h. 1-481.
DAFTAR PUSTAKA 12. Higashida RT, Furlan AJ, Roberts H, Tomsick T,
Connors B, Barr J, dkk. Trial design and reporting
1. Paul CL, Ryan A, Rose S, Attia JR, Kerr E, Koller standards for intraarterial cerebral thrombolysis for
C, dkk. How can we improve stroke thrombolysis acute ischemic stroke. Stroke 2003;34(8):e109-37
rates? A review of health system factors and
approaches associated with thrombolysis 13. Grotta JC, Hacke W. Stroke neurologist’s perspective
administration rates in acute stroke care. on the new endovascular trials. Stroke. 2015:(6):1447-
Implementation Science. 2015;11(1):51. 52.
2. Tomkins AJ, Hood RJ, Pepperall D, Null CL, Levi 14. Pierot L, Derdeyn C. Interventionalist perspective on the
CR, Spratt NJ. Thrombolytic recanalization of new endovascular trials. Stroke. 2015;46(6):1440-6.

You might also like