Professional Documents
Culture Documents
2021;9(2):287-298
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.9.2.2021.32850
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Indonesia
2
Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi, Manado, Indonesia
Email: hanabambari@gmail.com
287
288 e-CliniC, Volume 9, Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 287-298
penerapan terapi reperfusi sangat penting terapi reperfusi (PPCI, terapi fibrinolitik,
untuk pasien dengan tujuan utama yaitu CABG), no camparators, dan outcomes
dilakukannya pemberian reperfusi yang adalah efektivitas terapi reperfusi pada
cepat, berkelanjutan, dan tepat.12,13 Berda- pasien STEMI. Study design dan publication
sarkan hal ini maka penulis terdorong untuk type yang ditelaah ialah dengan metode
membahas mengenai efektivitas terapi Quasi-experimental studies, randomized
perfusi pada infark miokard dengan ST- control and trial, systematic review, meta-
elevasi (STEMI). analysis, qualitative research and cross-
sectional studies.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk suatu litera- HASIL PENELITIAN
ture review. Pencarian data menggunakan Berdasarkan hasil penelusuran setelah
beberapa database yaitu Pubmed, Clinical dilakukan beberapa tahapan, peneliti men-
Key, dan Google Scholar. Kriteria jurnal dapatkan 3.865 jurnal yang sesuai dengan
yang di review ialah artikel jurnal penelitian kata kunci, kemudian dilakukan skrining
yang dapat diakses fulltext dalam format pdf jurnal. Hasil pengumpulan artikel yang
dengan bahasa Indonesia atau Inggris atau diperoleh dari penelusuran di setelah
gabungan (Indonesia dan Inggris) dengan disaring berdasarkan kriteria-kriteria yang
subyek tertentu. Kata kunci yang digunakan telah ditetapkan sebelumnya dan didapatkan
ialah Reperfusion Therapy AND Acute 12 artikel.
Myocardial Infarction AND STEMI dan Tabel 1 memperlihatkan hasil kajian 12
range tahun publikasi 2010-2020. artikel yang dipakai dalam penelitian. Tabel
Strategi yang digunakan untuk mencari 2 memperlihatkan perbandingan terapi fibri-
artikel penelitian yaitu menggunakan nolitik pada kajian dua artikel penelitian,
Population, Intervention, Comparison, Out- sedangkan Tabel 3 memperlihatkan perban-
comes (PICOS). Population yang dipilih dingan PPCI vs fibrinolitik pada tiga artikel
ialah pasien STEMI, dengan intervention penelitian.
haemorrhage,
aneurysm, history
of CNS damage,
severe HTN, major
surgery or
significant trauma
in the pas 3 mth
Keterangan : SK = streptokinase. PAC = parenteral anticoagulants. rPA = reteplase. tPA = alteplase (non-accelerated
infusion). tPA_acc = alteplase (accelerated infusion). RR = relative risk/risk ratio.
Fibrinolitik RR = 0.053 RS yang tidak mendukung fasilitas Reinfark (2.8), syok kardiogenik (3.8),
PCI stroke hemoragik (0.8), stroke iskemik
(0.6), dan perdarahan mayor (5.6)
Cenko et al, PPCI RR = 0.050 Strategi reperfusi utama yang Perdarahan umum (7.87)
201621 direkomendasikan pada pasien Perdarahan intrakranial (0.15), perdarahan
STEMI terutama pada RS dengan non-intrakranial (21.5), reinfark (3), stroke
fasilitas PCI (0.53), dan syok (5.65)
Fibrinolitik RR = 0.074 Penggunaan yang cepat dan mudah Perdarahan umum (9.38), perdarahan
Biaya yang relatif lebih murah intrakranial (1.09), perdarahan non-
intrakranial (24), reinfark (4.7), stroke (1.6),
dan syok (4)
namun angka mortalitas terkait penyakit yang paling efektif dibandingkan dengan
kardiovaskular mulai turun yakni 36% Hal streptokinase dan non-accelerated infusion
ini sejalan dengan peningkatan penggunaan of alteplase karena terkait mortalitas pada
PCI dan pengobatan evidence based. pasien STEMI. Pada analisis penelitian ini
Penelitian ini juga melaporkan bahwa usia menjelaskan bahwa accelerated infusion
≥75 tahun, diabetes, PCI sebelumnya, syok alteplase yang ditambah antikoagulan par-
kardiogenik, eGFR <60, dan pengobatan enteral merupakan standar pengobatan
yang tertunda merupakan prediktor inde- sesuai dengan rekomendasi pedoman yang
penden dari mortalitas. telah ditetapkan, dalam percobaan Global
Analisis penelitian Bundhun et al20 Use of Strategies to Open Coronary
terkait komplikasi perdarahan secara umum Arteries-1 (GUSTO-1) menunjukkan terda-
tidak menunjukkan perbedaan bermakna. pat penurunan angka mortalitas dalam 30
Ketika perdarahan dipaparkan terpisah, hari sebesar 15% pada pasien STEMI yang
PPCI dikaitkan dengan tingkat perdarahan mendapat altepase dibandingkan strepto-
intrakranial yang lebih rendah dibanding kinase.9,26
fibrinolisis (Tabel 3). Setiap terapi reperfusi Pada penelitian ini dilaporkan bahwa
memiliki keunggulannya masing-masing. penggunaan streptokinase dan non-
Terapi fibrinolitik tergolong terapi yang accelerated infusion alteplase yang ditam-
lebih mudah, tanpa memerlukan pembe- bah dengan antikoagulan parenteral dikait-
dahan, dan lebih umum di pusat kesehatan. kan dengan peningkatan risiko mortalitas
Fibrinolisis pada penelitian ini paling efektif yang bermakna (Tabel 2). Penambahan inhi-
bila diberikan terutama dalam 60 menit bitor glikoprotein IIb atau IIIa ke terapi
pertama.20,27 fibrinolitik harus dihindari karena risiko
Pada penelitian Cenko et al21 dipapar- perdarahan mayor yang dilaporkan lebih
kan mortalitas dalam 30 hari lebih tinggi besar dibandinkan manfaat yang didapat.
pada kelompok fibrinolitik dibandingkan Pada penelitian Bendary et al,14 dijelaskan
PPCI. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor bahwa streptokinase diindikasikan terkait
lain yang menunda pasien untuk masuk RS faktor ekonomi yakni biaya, hal ini sesuai
dan faktor ko-morbid yang memengaruhi dengan teori yang dijelaskan sebelumnya
prognosis pasien. Faktor komorbid mening- dalam pedoman PERKI dan CCS/CAIC
kat hingga 50% pada usia mencapai 64 bahwa streptokinase diperlihatkan dengan
tahun dan 80% pada usia >80 tahun. manfaatnya pada GISSI-1 trial dan harganya
Mortalitas pasien STEMI yang dipapar- yang relatif murah.9,26
kan oleh Bundhun et al20 dan Cenko et al21 Analisis penelitian Roule et al19 (Tabel
secara konsisten lebih tinggi pada terapi 3) menunjukkan bahwa manfaat fibrinolitik
fibrinolitik dibandingkan pada PCI yang yang dilakukan pada pasien yang ditangani
dikaitkan dengan tingginya risiko reinfark, lebih awal yakni dua jam pertama setelah
perdarahan mayor, dan stroke (hemoragik onset gejala dikaitkan dengan tingkat
dan intrakranial). Penggunaan fibrinolitik kematian awal dan akhir yang serupa dan
untuk managemen STEMI pada penelitian peningkatan kelangsungan hidup satu tahun
Joy et al,15 Sidiqqi et al,17 Roule et al,19 dibandingkan dengan penundaan PPCI.
dapat diberikan dalam beberapa keadaan Fibrinolitik juga dikaitkan dengan angka
karena memberikan hasil keefektifan yang risiko syok kardiogenik yang lebih rendah
serupa dan merupakan pilihan yang layak dibanding dengan penundaan satu jam pada
asalkan tidak ada kontraindikasi (Tabel 2). PPCI yang mengakibatkan tingkat syok
Penelitian yang dilakukan oleh Jina- kardiogenik yang lebih tinggi.
tongthai et al28 memaparkan hasil tentang Meningkatnya risiko perdarahan mayor
terapi fibrinolitik. Penggunaan fibrin- pada pasien lansia menyebabkan pertim-
spesific fibrinolytics (accelerated infusion bangan penurunan dalam pemberian dosis
alteplase, tenecplase, dan reteplase) dengan tenekplase, hal ini juga disebutkan pada
antikoagulan parenteral merupakan regimen penelitian yang dilakukan oleh Jinatongthai
Bambari, Panda, Joseph: Terapi reperfusi pada infark … 295
et al.28 Ketetapan tersebut dilaporkan kasus MVD. Beberapa ahli harus melakukan
menurunkan angka kematian dan tidak ada evaluasi klinis dengan mempertimbangkan
kasus perdarahan mayor yang dilaporkan karakteristik klinis pasien, tingkat keparah-
pada penelitian selanjutnya. an penyakit, dan kondisi lesi.
Fokus terkait waktu yang optimal Pada beberapa pasien dengan kondisi
sebagai penentu dari hasil pada pasien anatomi koroner yang tidak sesuai untuk
STEMI menyebabkan adanya perhatian PCI, CABG diindikasikan sebagai moda-
pada pharmacoinvasive therapy (PIT). litas reperfusi primer pada fase akut atau
Tindakan PIT didefinisikan sebagai pembe- setelah stabilisasi awal. Secara teori,
rian obat fibrinolitik yang diikuti PCI penggunaan CABG merupakan salah satu
langsung pada kasus kegagalan fibrinolitik terapi dengan prinsip untuk memperpanjang
sesudah dilakukan pemindahan segera ke kelangsungan hidup dan meningkatkan
rumah sakit yang mendukung fasilitas PCI. kualitas hidup pasien.29,30
Kegagalan fibrinolitik didefiniskan sebagai Indikasi lain untuk CABG meskipun
resolusi <50% pada ST elevasi sejak EKG tergolong jarang untuk pasien STEMI,
pertama kali atau menetapnya gejala angina dijelaskan dalam penelitian Gu et al24 dapat
selama 90 menit setelah fibrinolitik pertama. dilakukan sebagai pilihan jika adanya
Pada penelitian Sidiqqi et al17 dilaporkan iskemia dengan salah satu dari kriteria
bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada berikut terpenuhi: iskemia persisten atau
semua penyebab mortalitas antara tindakan rekuren yang refrakter terhadap terapi
PPCI dan PIT pada pasien yang telah di medis, syok kardiogenik, CABG yang
transfer. dilakukan bersamaan sebagai prosedur
Pendekatan PIT bermanfaat pada pasien untuk ruptur septum ventrikel pasca infark
yang diperkirakan akan menunda PPCI yang atau insufisiensi katup mitral.
sangat lama. Penelitian Sidiqqi et al17 mela- Mayoritas pasien yang menjalani
porkan bahwa PIT secara bermakna mengu- CABG sebagai strategi reperfusi primer atau
rangi mortalitas jangka pendek ketika waktu setelah PPCI, dilaporkan oleh Pi et al23
untuk dilakukan PPCI melebihi target. dilakukan dalam satu hingga tiga hari
Penelitian ini juga melaporkan risiko syok namun Gu et al24 melaporkan dalam empat
kardiogenik yang secara bermakna lebih hingga 30 hari setelah angiografi. Gu et al24
rendah pada pasien dengan PIT diban- melaporkan adanya peningkatan risiko
dingkan dengan PPCI. Terlepas dari manfaat retorakotomi pada pasien STEMI yang
tersebut, komplikasi yang timbul pada PIT menjalani CABG dalam waktu tiga hari
sama seperti yang dilaporkan oleh Bundhun setelah presentasi klinis. Meskipun insiden
et al20 dan Cenko et al21 yakni terdapat risiko komplikasi tersebut tinggi, manajemen fase
yang lebih tinggi terkait reinfark dan akut dan subakut dikaitkan dengan kelang-
perdarahan mayor. sungan hidup 30 hari dan satu tahun yang
Penelitian Vogel et al11 membahas sangat baik. Dalam penelitian ini juga
tentang strategi PCI pada kasus Multivessel dilaporkan angka mortalitas yang tampak
Disease (MVD). Revaskularisasi lengkap rendah pada pasien STEMI yang menjalani
selama PPCI lebih sering dilakukan dan CABG dan sebanding dengan pasien
dipilih dibanding hanya pada pembuluh STEMI yang tidak diobati dengan CABG,
darah penyebab pada kasus multivessel. hal ini menunjukkan bahwa CABG dapat
Pasien yang dialokasikan untuk revaskula- dilakukan dengan aman pada pasien STEMI
risasi lengkap memiliki tingkat MACE yang sesuai indikasi pada waktu yang tepat.
lebih rendah dibandingkan hanya pada Penelitian Pi et al23 melaporkan faktor-
pembuluh darah penyebab. faktor yang memengaruhi pasien STEMI
Meskipun hasil penggunaan revasku- untuk menjalani CABG berdasarkan data
larisasi lengkap atau sebagian telah diban- gambaran karakteristik klinis adalah faktor
dingkan, masih perlu pertimbangan untuk usia >60 tahun, jenis kelamin laki-laki,
menentukan strategi reperfusi terbaik pada riwayat DM, hipertensi, dislipidemia, stroke
296 e-CliniC, Volume 9, Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 287-298
sebelumnya, penyakit arteri perifer, dan Indonesia. Edukasi untuk masyarakat Indo-
fibrilasi atrium. Hal ini sesuai dengan teori nesia oleh tenaga medis tentang gejala-
terkait faktor risiko pada pasien infark gejala STEMI terkait dengan optimalisasi
miokard dibagi menjadi dua yaitu faktor waktu diagnosis, penentuan tindakan, hing-
risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor ga memengaruhi prognosis dan mortalitas.
risiko yang tidak dapat dimodifikasi.31,32 Diharapkan agar tetap dilakukan evaluasi
Keputusan dipilihnya fibrinolitik, PCI, terkait penatalaksanaan terapi reperfusi dan
atau CABG sebaiknya disesuaikan pada pentingnya fasilitas PCI pada fasilitas
pasien yang datang ke rumah sakit tanpa kesehatan di Indonesia.
fasilitas PCI dengan mempertimbangkan
beberapa faktor lain yakni faktor risiko Konflik Kepentingan
pasien, onset gejala untuk FMC, dan perki- Penulis menyatakan tidak terdapat
raan waktu transfer ke RS dengan fasilitas konflik kepentingan dalam studi ini.
PCI. Tindakan PPCI tetap merupakan
strategi pilihan yang layak untuk pasien DAFTAR PUSTAKA
STEMI terutama pada RS dengan fasilitas 1. World Health Organization. Global Health
PCI yang memadai, namun fibrinolitik yang Estimates 2016: Deaths by cause, age,
dilanjutkan dengan PCI juga menjadi sex, country and region, 2000-2016.
pilihan yang layak bagi pasien yang tiba Geneva: World Health Organization,
pada RS tanpa fasilitas PCI yang memadai. 2018.
2. Akbar H, Foth C, Kahloon RA, Mountfort S.
Secara keseluruhan kualitas perawatan
Acute myocardial infarction ST eleva-
untuk pasien STEMI dengan terapi reperfusi tion (STEMI). Stat Pearls. 2018;1-7.
dikatakan meningkat seiring berjalannya 3. Choudhury, Tawfiq, Nick, El-Omar M. CME
waktu dalam 5 tahun penelitian yang dilaku- cardiology ST elevation myocardial
kan Granger et al22 terkait program Mission: infarction. Clin Med J. 2016;16(3):277–
Lifeline termasuk dengan peningkatan 82.
penggunaan terapi reperfusi dan waktu 4. Parung AA, Liben P, Herwanto B. Tingkat
pengobatan yang lebih cepat, namun tetap mortalitas terapi reperfusi pada
perlu pengembangan terkait strategi pence- penderita STEMI di RSUD Dr. Soetomo
gahan efektif dan penanganan dengan waktu Surabaya. JUXTA. 2015;8(1):17-23.
yang sesuai dengan sasaran terapi untuk Doi: http://dx.doi.org/10.20473/
juxta.V8I12016.17-23
lebih meningkatkan hasil yang optimal. 5. Rushton C. ST segment elevation myocardial
infarction (Chapter 7). In: Humphreys
SIMPULAN M, editor. Nursing the Cardiac Patient.
Tindakan PCI merupakan pilihan lini Wiley Online Library, 2013; p. 73-96.
pertama dan efektif diberikan dalam waktu 6. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. In: Ham, M,
<120 menit. Fibrinolitik efektif diberikan Saraswati M, editors. Buku Ajar
dalam 60 menit pertama bila PCI tidak dapat Patologi (9th ed). 2015. p. 374-85.
dilakukan. Tindakan CABG direkomen- 7. Libby P, Buring JE, Badimon L, Hansson GK,
dasikan pada kondisi anatomi koroner yang Deanfield J, Bittencourt MS, et al.
Atherosclerosis. Nat Rev Dis Prim.
tidak sesuai untuk PCI dan beberapa indi-
2019;5(1):1-18.
kasi lain, efektif dilakukan dalam empat 8. Boudi FB, Boudi FB, Ahsan CH, Ali YS,
hingga 30 hari setelah angiografi. Meskipun Compton SJ, Talavera F. Risk factor for
komplikasinya tinggi namun kelangsungan coronary artery disease. Cardiology.
hidup 30 hari dan satu tahun sangat baik. 2016. Available from: https://
Disarankan pada penelitian selanjut- emedicine.medscape.com/article/1641
nya untuk menggunakan data sekunder 63 -overview
berdasarkan rekam medik agar mendapat- 9. Wong GC, Welsford M, Ainsworth C, Abuzeid
kan data terbaru tentang pasien STEMI yang W, Fordyce CB, Greene J, et al. 2019
mendapatkan terapi reperfusi dari RSUP Canadian Cardiovascular Society/
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado atau RS di Canadian Association of Interventional
Bambari, Panda, Joseph: Terapi reperfusi pada infark … 297
26. Juzar DA, Danny SS, Irmalita, Tobing DPL, ST-elevation myocardial infarction and
Firdaus I, Widyantoro B, et al. Pedoman non-ST-elevation myocardial infarction:
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut (4th medical and surgical interventions. Crit
ed). Jakarta: Perhimpunan Dokter Spe- Care Nurs Clin North Am. 2019;31(1):
sialis Kardiovaskular Indonesia, 2018; 49–64.
p. 76.. 30. Khan MS, Islam MYU, Ahmed MU, Bawany
27. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata FI, Khan A, Arshad MH. On pump
M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit coronary artery bypass graft surgery
Dalam (6th ed). Jakarta: Interna versus off pump coronary artery bypass
Publishing, 2014. graft surgery: a review. Glob J Health
28. Jinatongthai P, Kongwatcharapong J, Foo CY, Sci. 2014;6(3):186-93.
Phrommintikul A, Nathisuwan S, Thak- 31. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia.
kinstian A, et al. Comparative efficacy Jakarta: Kementerian Kesehatan Repu-
and safety of reperfusion therapy with blik Indonesia, 2018; p.1. Available
fibrinolytic agents in patients with ST- from: https://pusdatin.kemkes.go.id/
segment elevation myocardial infarc- resources/download/pusdatin/profil-kes
tion: a systematic review and network ehatan-indonesia/PROFIL_
meta-analysis. Lancet. 2017;390(10096): KESEHATAN_2018_1.pdf
747–59. Available from: http://dx.doi. 32. Rathore V. Risk factors of acute myocardial
org/10.1016/S0140-6736(17)31441-1 infarction: a review. Eurasian J Med
29. Harrington DH, Stueben F, Lenahan CMD. Investig. 2018;2(1):1-7.