You are on page 1of 9

Analisis Peran Multi Aktor dalam Implementasi Kebijakan

Minapolitan Berbasis
Sustainable Development
(Studi pada Pilot Project Minapolitan Desa Srowo
Kecamatan Sidayu Gresik)

Saiful Ulum, Bambang Santoso Haryono, Mochammad Rozikin


JurusanAdministrasiPublik, FIA, UniversitasBrawijaya,Malang E
mail: saiful.ub_trapesium@yahoo.com

Abstract
Based on the minister of marine and fisheries No. 35 of 2010 established as the Minapolitan and
implemented in the Srowo village, Sidayu sub-district.Implementation Minapolitan have a positive impact
on the economy.However, these policies also have a negative impact on the environment, so it needs to
anticipate the action by applying the concept of sustainable development through multi-actor
cooperation. This research aims to analyze the implementation of the policy and the role of multi-actor
Minapolitan in partnership-based sustainable development in the Srowo village, Sidayu sub-district. This
research uses descriptive qualitative research.The implementation of Minapolitan policy in Srowo village
has so far not optimal, this is because the government is not able to communicate and provide insight to
the public minapolitan policy.Also in the Srowo village also has not the technological means to realize
the goal Minapolitan. In partnership Minapolitan implementation, the government has been carrying out
their role and based on the principle of sustainable development.However, this condition does not occur
in the private sector and the community. Partnerships that happened so far was a mutual partnership.

Keywords: Implementation, Sustainable development, Parthnership, dan Minapolitan

Abstrak
Kabupaten Gresik berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35 Tahun 2010
ditetapkan sebagai kawasan Minapolitan dan diimplementasikan di Desa Srowo Kecamatan Sidayu.
Implementasi Minapolitan telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Namun kebijakan
ini juga berdampak negatif terhadap lingkungan, sehingga perlu tindakan antisipasi melalui penerapan
konsep pembangunan berkelanjutan yang dilakukan melalui kerjasama multi aktor. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa implementasi kebijakan Minapolitan dan peran multi aktor dalam kemitraan
berbasis sustainable development di Desa Srowo Kecamatan Sidayu. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Implementasi kebijakan Minapolitan di Desa Srowo sampai sejauh ini
belum optimal, hal ini dikarenakan pemerintah tidak mampu mengkomunikasikan dan memberikan
pemahaman kebijakan minapolitan kepada masyarakat. Selain itu di Desa Srowo juga belum terdapat
sarana teknologi untuk mewujudkan tujuan Minapolitan. Dalam kemitraan implementasi Minapolitan,
pemerintah telah menjalankan perannya dan didasarkan pada prinsip sustainable development. Namun
kondisi ini tidak terjadi pada sektor swasta dan masyarakat. Pola kemitraan yang terjadi sejauh ini adalah
pola kemitraan mutualistik.

Kata Kunci: Implementasi, Sustainable development, Kemitraan, dan Minapolitan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 154


Pendahuluan disebabkan olehdegradasi sumber daya
Indonesia adalah salah satu Negara yang pesisir, marjinalisasi dan kemiskinan
memiliki potensi ekonomi dari sektor masyarakat pesisir, eksploitasi secara
perikanan. Sektor perikanan ini berlebihan, dan penggunaan teknologi yang
diperkirakan dapat mencapai US$ 82 miliar tidak ramah lingkungan.
per tahun dan masih dapat dioptimalkan. Berdasarkan uraian di atas,
(Dahuri, 2005) dalam (Setiawan, 2008). implementasi kebijakan Minapolitan di
Melihat potensi diatas, maka pemerintah Desa Srowo, berpeluang akan berdampak
mengeluarkan regulasi tentang Minapolitan negatif terhadap kerusakan lingkungan.
yakni Peraturan Menteri Kelautan dan Selain itu implementasi kebijakan
Perikanan nomor 12 Tahun 2010 dan Minapolitan juga mengalami berbagai
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan kendala diantaranya, ketahanan kualitas
Nomor 35 Tahun 2010 tentang Penetapan ikan rendah, kondisi saluran tambak dan
Kawasan Minapolitan. infrastruktur pendukung lainnya kurang
Minapolitan merupakan konsep memadai, balai benih ikan terbatas,
pembangunan berbasis manajemen infrastruktur kurang mendukung, peran
ekonomi kawasan dengan motor penggerak kelembagaan masyarakat perikanan belum
di sektor kelautan dan perikanan yang optimal (Masterplan Kawasan Minapolitan
didasarkan pada sistem manajemen Kabupaten Gresik, 2011).Melihat dampak
kawasan Minapolitan serta harus positif dan negatif dari implementasi
menerapkan prinsip integrasi, efisiensi, kebijakan Minapolitan di Desa Srowo,
kualitas dan akselerasi tinggi. Berdasarkan maka dibutuhkan tindakan antisipasi dari
konsep minapolitan dan Keputusan Menteri pemerintah Kabupaten Gresik melalui
Kelautan dan Perikanan Nomor 35 Tahun penerapan konsep pembangunan
2010, Kabupaten Gresik ditetapkan sebagai berkelanjutan (Sustainable development).
kawasan Minapolitan. Hal ini tidak terlepas Pembangunan berkelanjutan menurut
dari tingginya potensi perikanan sektor komisi Brundtland sebagaimana dikutip dan
budidaya tambak yang terdapat di diterjemahkan oleh Sutikno dan Maryunani
Kabupaten Gresik, yaitu mencapai (2006, h.223) adalah pembangunan yang
32.464,07 ha atau 63 % luas lahan budidaya mencukupi kebutuhan generasi sekarang
tambak di Jawa Timur. (BPS, 2011). Dalam tanpa mengurangi kemampuan generasi
rangka mengimplementasikan kebijakan yang akan datang untuk memenuhi
Minapolitan, maka pemerintah Kabupaten kebutuhan mereka.
Gresik melalui Keputusan Bupati nomor SedangkanmenurutSoemarwoto (2006,h.29)
523/283/HK/437.12/2011 menetapkan Desa pembangunan berkelanjutan sebagai
Srowo Kecamatan Sidayu sebagai kawasan perubahan positif sosial ekonomi yang tidak
minapolis atau pusat dari Minapoltan. mengabaikan sistem ekologi dan sosial
Implementasi kebijakan Minapolitan dimana masyarakat bergantung kepadanya.
di Desa Srowo, sejauh ini telah memberikan Melihat adanya potensi, kendala dan
dampak positif terhadap perekonomian, dan pentingnya konsep pembangunan
kesejahteraan masyarakat tambak, serta berkelanjutan sebagaimana yang telah
membutuhkan dukungan dari semua diuraikan di atas, maka menuntut adanya
pihakuntuk mencapai tujuan dari program kemitraanantar aktor pembangunan. Hal ini
Minapolitan Kabar Bisnis.com (2011). dikarenakan pemerintah memiliki
Seiring dengan dampak positif kebijakan keterbatasan, diantaranya keterbatasan
Minapolitan, ternyata pengembangan dalam aspek sumberdaya intelektual,
kawasan Minapolitan juga tidak dapat jaringan pasar, dan keuangan. Pentingnya
terlepas dari dampak negatif. Hal ini pemerintah melakukan kemitraan dalam
dibuktikan dengan penelitian yang implementasi kebijakan Minapolitan
dilakukan oleh Bustami pada tahun 2010 di tercantum dalam pasal 5 Peraturan Menteri
kawasan Minapolitan, menyatakan bahwa Kelautan dan Perikanan nomor 12 Tahun
implementasi kebijakan Minapolitan dapat 2010yang menjelaskan bahwa,dalam
menyebabkan kerusakan lingkungan yang pelaksanaan konsep minapolitanperlu

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 155


memperhatikan prinsip integrasi, efisien, melaksanakan, menimbulkan dampak /
berkualitas, dan berakselerasi tinggi. berakibat sesuatu). Sedangkan Van Metter
Menurut Syahrir (2004, h.5) dan Horn dalam Abdul_Wahab (2008, h.66)
kemitraan multi aktor terdiri dari mendefinisikan implementasi kebijakan
pemerintah yang berperan sebagai sebagai “Those action by public or private
regulator. Swasta, mendukung kebijakan individuals (or groups) that are directed at
dengan membuat program untuk the achievement of objectives set forth in
pembangunan masyarakat. Sedangkan prior policy decisions”.
masyarakat berperan dalam bentuk Didalam implementasi kebijakan
pastisipasi. Fakta sejauh ini, di Desa Srowo publik terdapat model yang bisa digunakan
telah terjadi kemitraan yang dilakukan oleh sebagai alat analisa dalam mengukur
petani tambak dengan pemerintah maupun keberhasilan suatu kebijakan. Salah satunya
pihak swasta, atas atas dasar kepercayaan yaitu model implementasi kebijakan dari
tanpa didasari oleh regulasi dan prinsip- George Edward III. menurut Edward III
prinsip kemitraan yang ideal. dalam Nugroho (2009, h.512-513) untuk
Berdasarkan latar belakang diatas, mewujudkan implementasi kebijakan
maka penulis membatasi permasalahan publik yang efektif perlu memperhatikan
dalam penelitian ini dengan dua rumusan empat aspek yaitu: (1) Komunikasi, dalam
masalah yaitu: (1) Implementasi kebijakan hal ini berkenaan dengan bagaimana
Minapolitan di Desa Srowo Kecamatan kebijakan dikomunikasikan dan
Sidayu Gresik; (2) Peran multi aktor dalam ketanggapan dari para pihak yang terlibat;
kemitraan kebijakan Minapolitan Berbasis (2) Resource, dalam hal ini berkenaan
sustainable development di Desa Srowo dengan tersedianya sumberdaya
Kecamatan Sidayu Gresik. pendukung; (3) Disposition, berkenaan
dengan kesediaan dari para implementor
Tinjauan Pustaka untuk carry out terhadap kebijakan
Menurut Abdul_Wahab (1997, h.10) publik.(4)Struktur birokrasi, berkenaan
Istilah kebijakan seringkali penggunaannya dengan kesesuian organisasi birokrasi yang
saling dipertukarkan dengan istilah tujuan menjadi penyelenggara implementasi
(goals), program, keputusan, undang- kebijakan publik.
undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan Pembangunan berkelanjutan menurut
dan rancangan-rancangan besar. Sedangkan Budimanta (2005, h.4) adalah Suatu cara
Kebijakan publik itu sendiri menurut pandang mengenai kegiatan yang dilakukan
Thomas R. Dye dalam Islamy (1998, h.27) secara sistematis dan terencana dalam
kebijakan Negara sebagai “is whatever kerangka peningkatan kesejahteraan,
government choose to do or not to do” kualitas kehidupan dan lingkungan umat
(apapun yang dipilih pemerintah untuk manusia tanpa mengurangi akses dan
dilakukan atau tidak dilakukan). Didalam kesempatan kepada generasi yang akan
kebijakan publik menurut Thomas R. Dye datang. Sedangkan Soemarwoto (2006,
(2001) dalam Nugroho (2009, h.514) h.29) mendefinisikan pembangunan
terdapat beberapa tahapan, diantaranya: (1) berkelanjutan sebagai perubahan positif
Identifikasi masalah kebijakan; (2) sosial ekonomi yang tidak mengabaikan
Penyusunan agenda; (3) Perumusan sistem ekologi dan sosial dimana
kebijakan; (4) Pengesahan kebijakan; (5) masyarakat bergantung kepadanya.
Implementasi kebijakan; dan (6) Evaluasi Berdasarkan uraian diatas dapat
kebijakan. disimpulkan bahwa pembangunan
Pengertian impelementasi kebijakan berkelanjutan adalah konsep pembangunan
berdasarkan Kamus Webster dalam yang mengaharapkan adanya keseimbangan
Abdul_Wahab (2008,h.64) dirumuskan sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan.
secara pendek, dimana “to implement" Sedangkan prinsip dan karakteristk
(mengimplementasikan) berarti “to provide pembangunan berkelanjutan yang harus
means for carrying out; to give practical diperhatikan dan diterapkan dalam
effec to” (menyajikan alat bantu untuk melakukan pembangunan Menurut

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 156


Budimanta (2005, h.7) adalah sebagai Metode Penelitian
berikut: (1) Cara berpikir yang integratif, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
pembangunan harus melihat keterkaitan deskriptif kualitatif. Fokus dari penelitian
fungsional dari kompleksitas antara sistem ini yaitu (1) komunikasi dan sumber daya
alam, sistem sosial dan manusia di dalam dalam implementasi kebijakan Minapolitan;
merencanakan, maupun melaksanakan (2) peran pemerintah, swasta, dan
pembangunan; (2) Pembangunan masyarakat dalam kemitraan berbasis
berkelanjutan harus dilihat dalam perspektif sustainable development dalam
jangka panjang. Hingga saat ini yang implementasi kebijakan Minapolitan; (3)
banyak mendominasi pemikiran para Pola-pola kemitraan dalam implementasi
pengambil keputusan dalam pembangunan kebijakan Minapolitan di Desa Srowo
adalah kerangka pikir jangka pendek; (3) Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.
Mempertimbangkan keanekaragaman Situs penelitian ini yaitu Kantor Balai Desa
hayati, untuk memastikan bahwa Srowo, kelompok petani tambak,
sumberdaya alam selalu tersedia secara masyarakat dan suplier di sentra budidaya
berkelanjutan untuk masa kini dan masa tambak, Dinas Kelautan, Perikanan, dan
mendatang; dan (4) Distribusi keadilan Peternakan, serta Badan Perencanaan
sosial ekonomi. Dalam konteks ini dapat Pembangunan, Penelitian, dan
dikatakan pembangunan berkelanjutan Pengembangan Daerah Kabupaten
menjamin adanya pemerataan dan keadilan Gresik.Hal ini dikarenakan melalui situs
sosial yang ditandai dengan meratanya penelitian diatas peneliti bisa mendapatkan
sumber daya lahan dan faktor produksi sumber data primer maupun sekunder.
yang lain. Dalam rangka mendapatkan data
Menurut Hafsah (2000, h.43) sesusai dengan fokus penelitian, maka
menjelaskan bahwasanya kemitraan adalah peneliti melakukan kegiatan wawancara,
suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh observasi dan dokumentasi. Kemudian data
dua pihak atau lebih dalam jangka waktu yang diperoleh dilapangan dianalisa
tertentu untuk meraih keuntungan bersama menggunakan metode analisa interaktif dari
dengan prinsip saling membutuhkan dan Miles Hubberman, yaitu peneliti dituntut
saling membesarkan. Adanya kemitraan untuk melakukan kegiatan pengumpulan
diharapkan oleh Hafsah (2000, h.62) data, reduksi data, penyajian data, dan
terciptanya “Win-Win Solution penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk
Partnership”. Dalam rangka mencapai melihat keabsahan data yang telah
tujuan di atas maka aktor-aktor diperoleh dilapangan peneliti menerapkan
pembangunan menurut Syahrir (2004, h.5) tiga langkah keabsahan data yaitu, derajat
memiliki peran sebagai berikut: (1) kepercayaan (credibility), keteralihan
Pemerintah. Pemerintah berperan sebagai (transferability), ketergantungan
pembuat kebijakan (Policy) yang memihak (dependability), dan kepastian
pada community; (2) Swasta. Membuat (conformability).
program yang integrasi dengan
pembangunan komunitas dengan cara Pembahasan
memberikan pelatihan atau kegiatan Kabupaten Gresik memiliki potensi
magang dan meningkatkan partisipasi perikanan yang sangat tinggi. Menurut data
masyarakat lokal; (3) Masyarakat atau BPS potensi perikanan Kabupaten Gresik
Komunitas. Masyarakat bisa mendapatkan pada tahun 2010 mencapai 58.939,68 ton.
pekerjaan dengan cara memiliki Selain itu, Kabupaten Gresik juga memiliki
ketrampilan.Sedangkan peran masing- sarana dan prasarana yang dapat
masing aktor dalam kemitraan menurut mendukung optimalisasi perikanan. Secara
Sulistyani (2004, h.130 dapat dilakukan politik dan kelembagaan implementasi
melalui berbagai pola kemitraan, kawasan Minapolitan di Desa Srowo
diantaranyayaitu pola kemitraan semu, Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik
mutualistik, dan konjugasi. mendapatkan dukungan penuh dari

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 157


pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan disesuaikan dengan kultur petani dan
adanya regulasi berupa Surat Keputusan masyarakat Desa Srowo. Hal ini
Bupati Gresik, Nomor: dikarenakan kejelasan aspek komunikasi
050/44/HK/437.12/2011 menetapkan tim akan berpengaruh positif terhadap
teknis penyusunan masterplan kawasan pemberian dukungan baik secara politis
Minapolitan dan Keputusan Bupati Gresik maupun sosial dari masyarakat untuk
Nomor: 523/283/HK/437.12/2011 tentang memahami peranannya sebagai aktor
penetapan kawasan Minapolitan di pembangunan dalam rangka menjalankan
Kabupaten Gresik. kebijakan Minapolitan sesuai tujuan yang
Sejak Desa Srowo ditetapkan sebagai telah ditetapkan.
kawasan minapolis, pemerintah Kabupaten Selain aspek komunikasi, salah satu
Gresik melalui Badan Perencanan, aspek yang perlu diperhatikan dalam
Pembangunan, Penelitian, dan implementasi kebijakan publik yaitu
Pengembangan Daerah (Bappeda) ketersedian sumber daya (resources).
melakukan koordinasi dan komunikasi Berdasarkan kajian ilmu manajemen sarana
dengan institusi terkait dan kelompok yang lebih dikenal dengan istilah 6M yaitu
budidaya tambak di Desa Srowo. Sejauh ini man, money, material, machine, metode,
koordinasi dan komunikasi secara dan market memiliki peranan penting dalam
fornaldalam rangka mengenalkan konsep mencapai tujuan.Desa Srowo sebagai
minapolitan, masterplant dan program kawasan minapolis memiliki sumber daya
pengembangannya telah dilakukan manusia yang berkualitas. Secara material
sebanyak dua kali oleh Bappeda. sarana dan prasarana yang terdapat di
Sedangkan komunikasi secara tidak kawasan Srowo sangat mendukung. Hal ini
formaldilakukan oleh Kasubbag dan dikarenakan Desa Srowo memiliki tambak
pegawai di bagian Perikanan dan Budidaya yang sangat luas dan sarana pendukung
Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan. lainnya seperti halnya aliran sungai dan
Namun upaya koordinasi, dan komunikasi jalan produksi yang sedang dibangun.
yang dilakukan oleh pemerintah belum Ketersedian bibit lokal bisa menjadi
mampu meberikan pemahaman kepada jaminan keberlangsungan kebijakan ini,
masyarakat luas maupun supplier di Desa walaupun sampai ini petani belum bisa
Srowo yang menjadi sasaran dari kebijakan mendapatkan bibit yang berkualitas.
Minapolitan. Dalam rangka mencapai tujuan
Namun upaya komunikasi dan kebijakan Minapolitan, pemerintah
koordinasi yang selama ini dilakukan oleh melakukan metode berupa peningkatan
pemerintah kepada masyarakat maupun kualitas petani tambak melalui pelatihan-
pihak swasta dalam implemetasi kebijakan pelatihan non tekhnologi. Hal ini
Minapolitan di Desa Srowo belum optimal. dikarenakan keterbatasan dana untuk
Hal ini dikarenakan menurut Edward III kebijakan Minapolitan. Modal untuk
dalam Nugroho (2009, h.512-513) bisa implementasi kebijakan Minapolitan
terjadi dikarenakan adanya miss berasal dari dua sumber keuangan, yaitu
comunication antara pembuat kebijakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
dengan aktor pelaksana kebijakan, melalui APBN, dan mendapat modal dari
kurangnya frekuensi sosialisasi yang pemerintah Kabupaten Gresik yang
dilakukan oleh pemerintah. Begitu bersumber dari APBD. Sedangkan dalam
pentingnya aspek komunikasi dalam aspek pasar, sejauh ini petani tambak
implementasi kebijakan publik, maka menjual hasil panennya kepada para
pemerintah perlu merubah media supplier untuk dipasarkan dan memenuhi
komunikasi yang bersifat formal menjadi kebutuhan di pasar lokal, nasional, industri,
tidak formal dalam rangka restoran maupun di ekspor ke Negara-
mensosialisasikan kebijakan Minapolitan. negara di Eropa dan Jepang. Namun petani
Selain itu juga dibutuhkan adanya tambak maupun supplier merasa kesulitan
peningkatan frekuensi pemahaman kepada untuk memasarkan hasil panen bandeng
petani tambak melalui diskusi yang jika waktu panen bersamaan.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 158


Secara ketersediaan sumber daya dikarenakan di Desa Srowo terdapat
atau sarana prasarana, Desa Srowo memang supplier lokal. Namun yang perlu
tepat untuk ditetapkan sebagai kawasan mendapatkan perhatian dalam aspek pasar
minapolis, hal ini dikarenakan hampir lebih setelah panen oleh pemerintah yaitu
dari 70% luas wilayah Srowo adalah produksi bandeng, khususnya ketika terjadi
wilayah tambak yang dialiri oleh sungai panen secara bersamaan yang berdampak
dan terdapat jalan produksi.Selain itu, pada turunnya permintaan dan harga
petani tambak dan kelompok budidaya menjadi rendah sehingga dapat merugikan
tambak tidak kesulitan dalam mendapatkan petani maupun supplier. Jika kondisi ini
bahan produksi dan bibit lokal tidak menjadi perhatian pemerintah, maka
dibandingkan bibit yang berkualitas akan selalu terjadi permasalahan rutinitas
eksport. Hal ini dikarenakan bibit super setiap tahunnya. Oleh karena itu,
hanya tidak dijual kepada petani lokal pemerintah perlu menyediakan tempat yang
namun di ekspor. Oleh karena itu kondisi dilengkapi dengan teknologi untuk
ini perlu mendapatkan perhatian dari menampung persedian bandeng. Selain itu
pemerintah. Sehingga petani tambak bisa pemerintah juga diharapkan mampu
meningkatkan hasil produksinyadalam menyediakan dan membangun pasar ikan di
rangka mempercepat terwujudnya kawasan Minapolitan.Berdasarkan hasil
industrialisi hasil perikanan. Secara SDM, temuan di lapangan dan mengacu pada
petani tambak di Desa Srowolebih konsep managerial yaitu 6M, di Desa
berkualitas dari pada wilayah Srowo belum terdapat sarana dan prasarana
lainnya.Dalam rangka memberikan secara optimal. Hal ini dikarenakan tidak
pemahaman terkait tujuan kebijakan tersedianya sarana berupa teknologi yang
Minapolitan,pemerintah menggunakan dua menjadi aspek penting dalam mewujudkan
pendekatan yaitu melalui aspek komunikasi tujuan kebijakan Minapolitanyaitu,
dan pendidikan maupun pelatihan.Upaya ini terciptanya industrialisasi hasil perikanan.
mendapatkan respon positif dari masyarakat Dalam implementasi kebijakan
tambak. Hal ini dibuktikan dengan Minapolitan di Desa Srowo Kecamatan
tingginya angka partisipasi petani tambak Sidayu, terdapat tiga aktor pembangunan
dalam mengikuti pelatihan baik yang yang berperan dalam mewujudkan
dilakukan secara formal maupun tidak kebijakan Minapolitan yang sustainable
fomal. development, yaitu pemerintah, masyarakat
Dalam rangka mendukung dan swasta. Sejauh ini pemerintah
implementasi kebijakan Minapolitan, menjalankan peran sebagai regulator,
pemerintah Kabupaten Gresik bekerjasama fasilitator dan permodalan. Dalam
dengan Kementerian Kelautan dan menjalankan perannya sebagaimana yang
Perikanan dalam bidang telah diuraikan di atas, pemerintah
pendanaan.Pendanaan yang bersumber dari mendasarkan pada prinsip-prinsip dalam
APBN maupun APBD digunakan untuk pembangunan berkelanjutan sebagaimana
melakukan pembangunan infrastruktur dan yang disampaikan oleh Budimanta (2005,
pengembangan kualitas SDM. Namun h.7) yaitu, (1) Cara berpikir yang integratif;
hingga saat ini dengan keterbatasan dana (2) Pembangunan berkelanjutan harus
yang dimiliki oleh pemerintah, berdampak dilihat dalam perspektif jangka panjang; (3)
pada tidak tersedianya sarana teknologi Mempertimbangkan keanekaragaman
dalam meningkatkan kualitas petani hayati; dan (4) Distribusi keadilan sosial
tambak. Sehingga pemerintah dituntut agar ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan
bisa bekerjasama dengan investor maupun kepeduliannya terhadap lingkungan melalui
perusahaan-perusahaan besar di Kabupaten kegiatan survei sebelum mengeluarkan
Gresik dalam mempercepat pembangunan kebijakan dan menetapkan Desa Srowo
industri perikanan dikawasan minapolis. sebagai kawasan minapolis, melakukan
Sedangkan dalam aspek pasar, sejauh gerakan menanam pohon mangrove di
ini petani tambak tidak kesulitan sepanjang dan sekitar tambak di Srowo dan
memasarkan hasil panennya. Hal ini melakukan normalisasi sungai untuk

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 159


dijadikan sarana pengairan. Kebijakan ini sehingga tidak merusak lingkungan.
tidak mengganggu rencana pembangunan Kepedulian masyarakat terhadap kualitas
dan bersifat integratif dengan kebijakan- lingkungan, dibuktikan dengan
kebijakan lainnya. menggunakan cara-cara tradisional dan
Kebijakan Minapolitan merupakan tidak menggunakan bibit maupun obat-
kebijakan yang dibuat dalam perspektif obatan yang dilarang oleh Dinas Kelautan,
jangka panjang dan membutuhkan waktu Perikanan, dan Peternakan Kabuapten
lebih dari lima tahun untuk benar-benar Gresik. Masyarakat sejauh ini sulit untuk
merasakan dampak dari kebijakan mewujudkan perannya dalam pembangunan
Minapolitan. Dalam implementasi berkelanjutan, walaupun masyarakat telah
kebijakan Minapolitan pemerintah juga menjalankan perannya sesuai dengan
memperhatikan aspek keadilan sosial kemampuan dan keahlian yang dimiliki,
melalui kegiatan pelatihan untuk dan menjaga kelestarian lingkungan dan
meingkatkan kualitas para petani tambak berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan terus
dan bantuan berupa modal usaha dalam menjalankan aktifitasnya sebagai
rangka meningkatkan kesejahteraan sosial. pembudidaya tambak.
Sedangkan pihak swasta atau supplier lokal Implementasi kebijakan Minapolitan
juga sangat berperan dalam mendukung di Desa Srowo, Kecamatan Sidayu tidak
kegiatan budidaya tambak, walaupun hanya pemerintah yang menjadi aktor
peranannya belum mampu dilandaskan tunggal dalam pembangunan, namun
pada empat prinsip pembangunan yang terdapat kemitraan antara pemerintah
berkelanjutan.Hal ini dibuktikan dengan dengan swasta dan masyarakat. Benrtuk
perananya sebagai penyedia kebutuhan kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah
produksi, modal, maupun pemasaran. dengan pihak swasta, khususnya
Sejauh ini pihak swasta sering memberikan perusahaan-perusahaan besar dilakukan
bantuan kepada petani berupa pinjaman dengan memanfaatkan corporate social
modal tanpa bunga, bahan produksi dan responsibility (CSR). Sedangkan kemitraan
membeli hasil panen. Selain itu pihak yang dilakukan dengan masyarakat berupa
swasta atau suplier lokal juga membantu pemberian pinjaman modal tanpa bunga,
petani dalam meningkatkan kualitas dan memberikan dan menyediakan fasilitas
kesejahteraan petani, agar petani tetap bisa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam
berbudidaya yang diajadikan sebagai mata rangka mendukung kebijakan Minapolitan.
pencahariaannya, memberikan bantuan atau Selain terjadi kemitraan antara
pinjaman kepada petani berupa bibit dan pemerintah dengan swasta dan masyarakat,
obat-obatan yang organik sehingga tidak juga terjadi kemitraan yang sudah sejak
merusak lingkungan. Selain itu peran sektor lama dan bersifat turun temurun, yaitu
swasta itu sebagai bentuk kepedulian dan kemitraan antara masyarakat dengan
dukungannya terhadap kebijakan supplier. Model kemitraan antara supplier
Minapolitan sejauh ini supplier juga pernah dan masyarakat hanya dilandasi atas
memberikan pelatihan kepada petani kepercayaan tidak ada ikatan secar tertulis.
tentang budidaya yang berkualitas dan Suppliermemainkan perannya dalam
pengelolaan tambak agar tidak merusak kemitraan ini berupa pemberian bantuan
lingkungan. kepada petani tambak yang membutuhkan
Masyarakat khususnya para petani modal, pembibitan, BBM, tanpa harus
dan kelompok budidaya tambak sejauh ini membayar bunga pinjaman. Namun
berperan aktif dalam setiap kegiatan supplier hanya meminta kepada petani
pelatihan yang dilaksanakan oleh tambak untuk memberikan hasil panennya
pemerintah. Kemudian masyarakat juga kepada supplier untuk dibantu memasarkan
berperan dalam menjaga kelestarian hasil produksinya. Berdasarkan uraian di
lingkungan, melalui gerakan menanam atas dan mengacu pada pendapat Sulistyani
pohon mangrove di kawasan tambak (2004, h.130) tentang pembagian pola
bersama-sama dengan pemerintah dan kemitraan, yaitu (1) Kemitraan semu; (2).
menggunakan cara-cara tradisional, Kemitraan mutualistik; dan (3) Kemitraan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 160


konjugasi. Kemitraan yang terjadi dalam terjadi atas sikap yang saling mempercayai
implementasi kebijakan Minapolitan di dan menguntungkan antar supplier dengan
Desa Srowo identik dengan pola kemitraan masyarakat. Jika pemerintah bisa
mutualistik. Hal ini dikarenakan kemitraan memperhatikan model kemitraan yang
antara pemerintah dengan pihak swasta terjadi selama ini, maka potensi ini bisa
sampai sejauh ini bersifat untuk saling menjadi salah satu upaya untuk
mendukung pembangunan.Sedangkan pola mempercepat terwujudnya industrialisasi
kemitraan yang terjadi antara petani tambak hasil perikanan di kawasan Minapolis.
dengan supplier terjadi tidak atas sebuah
perjanjian tertulis dan mengikat, namun
Penutup Dalam implementasi program
Implementasi kebijakan Minapolitan di minapolitan di Desa Srowo, Kecamatan
Desa Srowo Kecamatan Sidayu Kabupaten Sidayu Kabupaten Gresik pemerintah
Gresik belum optimal. Hal ini dikarenakan menjalankan peranannya sebagai regulator
berdasarkan aspek komunikasi, pemerintah dan fasilitator yangdidasarkan atas prinsip-
belum mampu mensosialisasikan dan prinsip pembangunan berkelanjutan.
mengkomunikasikan serta Sedangkan sektor swasta sejauh ini
mengkoordinasikan kebijakan ini secara berperan dalam memberikan bantuan
intens dan memberikan pemahaman kepada permodalan dan pemasaran serta ikut
masyarakat maupun supplier di Desa Srowo berpartisipasi aktif dalam menjaga
baik secara formal maupun tidak formal. kelestarian lingkungan. Namun dalam
Sedangkan pada aspek sumber daya menjalankan perannya belum mampu
implementasi kebijakan Minapolitan di menerapkan semua prinsip dalam
Desa Srowo didukung dengan adanya pembangunan berkelanjutan. Kondisi ini
Sumber daya manusia yang berkualitas, juga terjadi pada masyarakat yang hanya
ketersedian saranan penunjang, adanya berperan aktif dalam menjalankan
upaya pelatihan dan permodalan serta rutinitasnya sebagai petani dan menjaga
ketersediaan aspek pasar. Namun aspek kelestarian lingkungan.Sejauh ini telah
penting dalam rangka mewujudkan terjadi kemitraan antara pemerintah dengan
industrialisasi perikanan berupa teknologi pihak swasta, dan masyarakat dalam rangka
belum terdapat di Desa Srowo. implementasi kebijakan Minapolitan.
Kemitraan yang terjadi sejauh ini adalah
pola kemitraan mutualistik.

Daftar Pustaka

Abdul_Wahab, Solichin (1997). Analisis kebijaksanaan: dari formulasi keimplementasi kebijaksanaan


negara. Jakarta: PT. BumiAksara.
___________ (2008). Analisis Kebijakasanaan: Dari Formulasi keImplementasi Kebijaksanaan
Negara. Jakarta: PT. BumiAksara.
Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah(2011). Masterplan Kawasan
Minapolitan Kabupaten Gresik
Badan Pusat Statistik (2011). Gresik Dalam Angka 2011. Katalog BPS Kabupaten Gresik 1102001.3525
Budimanta, A. (2005). Memberlanjutkan Pembangunan di PerkotaanMelalui Pembangunan
Berkelanjutan Dalam Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21. Jakarta:
Media Pustaka.
Bustami, Marina (2010). Minapolitan Tatapan dan Pelestarian Kawasan Konservasi[Internet].
Available from: <http://marinabustami.blogspot.com/2010/02/ minapolitan-tatapan-dan-
pelestarian.html>[Accessed 10 Maret 2012]
Hafsah, Mohammad Jafar(2000). Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Jakarta: PustakaSinar
Harapan
Islamy, M. Irfan (1998).Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Akasara

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 161


Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indionesia (2010). Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan nomor 12 tahun 2010 tentang Minapolitan. [Internet]. Available
from:<infohukum.kkp.go.id/files.../PER%2012%20MEN%202010. pdf>[Accessed 9 Maret 2012]
Nugroho, Rian. 2009. Public Policy. Jakarta: Elek Media Komputindo
Redaksi (2011). Gresik Pacu Perikanan. [Internet]. Available
from:<http://www.kabarbisnis.com/read/2820220>[Accessed 7 Maret 2012]
Setiawan, Budi (2008). Optimalisasi Pemberdayaan Sumber Daya Yang Terdapat Di Indonesia Untuk
Membangun Peradaban Bangsa Indonesia. [Internet]. Available
from:<http://budirich.wordpress.com/2008/11/26/optimalisasi-pemberdayaan-sumber-daya-yang-
terdapat-di-indonesia-untuk-membangun-peradaban-bangsa-indonesia/>[Accessed 7 Maret 2012]
Soemarwoto, Otto (2006). Pembangunan Berkelanjutan: Antara Konsep dan Realitas. Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Padjajaran Bandung.
Sulistyani, A.T. (2004).Kemitraan dan Model-Model Pemberdayan. Yogyakarta: Guava Media.
Sutikno dan Maryunani (2006).Ekonomi Sumber Daya Alam. Malang: Fakultas Ekonomi, Universitas
Brawijaya.
Syahrir (2004). Kemitraan Di Era Otonomi Daerah. Modul Materi Bintek Kemitraan Otonomi Daerah.
Jakarta.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.1 | 162

You might also like