You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SECANG (Caesalpinnia sappan L.)


TERHADAP KUALITAS SENSORIS DAN MIKROBIOLOGIS KUE BOLU
KUKUS TAHUN 2014

Riezky Aulia Yulandani*), Martha Irene K.**), M. Zen Rahfiludin**)


*)Mahasiswa Peminatan Gizi FKM UNDIP
**)Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP
Email :riezkyauliayulandani@yahoo.com.au

ABSTRACT

Cases of food-borne diseases are still quite high in the community. The cause of most
cases were related to microbes. Sappan is one of the natural dyes, which also has an
antibacterial effect. The purpose of this study was to analyze the effect of sappan wood
extract to sensorial and microbiological quality of steamed cake. This research is a true
experimental study with post-test only control group design. Sensorial quality was
measured with a hedonic test, which was performed on 9 panelists who were given 4
groups of steamed cake contain 1%, 2%, 3% of sappan extract and steamed cake given
food coloring. The number of bacteria was measured by total plate count test. Samples of
microbiological quality test were 3 groups of steamed cake containing 1%, 2%, 3% of
sappan extract with 9 replicates and control group without sappan extract. Sensorial
quality test results showed no difference in the degree of acceptance of the panelists on
the flavor (p=0.652) and taste (p=0.172). There were differences in the degree of
acceptance of panelists to color (p=0.012), in which concentration of 2% and 3% were
unlike. Microbiological test results showed that Staphylococcus aureus was not found for
4 days of observations both on sample with extract sappan or not but Escherichia coli
and Streptococcus pneumoniae were found on the second day of observation on the whole
samples. It is concluded that sappan extract on steamed cake did not affect the
acceptance of the flavor and taste but affected on the acceptance of color. Sappan extract
at a concentration of 3% could not inhibit the growth of Escherichia coli and
Streptococcus pneumoniae.

Keywords : Caesalpinia sappan L., sensorial quality, microbiological quality,


Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Streptococcus pneumoniae

278
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN warna kuning. Warna – warna yang dihasilkan


Dewasa ini penyakit yang ditimbulkan oleh tanaman secang berasal dari senyawa yang
oleh pangan yang tercemar telah menjadi bernama brazilin (C16H14O5).8 Senyawa
masalah di dunia. Ditinjau dari etiologi atau brazilein yang terdapat pada batang secang
penyebab KLB Keracunan Pangan tahun 2011, dimanfaatkan sebagai pewarna kuning merah
disimpulkan bahwa KLB Keracunan Pangan baik pada industry kain maupun produk pangan,
disebabkan oleh positif mikroba, diduga seperti minuman bir pletok, kerupuk, dan kue
mikroba, positif kimia, diduga kimia, dan tidak basah.9 Pigmen brazilein yang diaplikasikan
diketahui penyebabnya.1-4 Jenis pangan pada kue basah berbasis tepung menghasilkan
penyebab KLB keracunan pangan tahun 2011 kue berwarna merah dan relatif tidak banyak
adalah masakan rumah tangga, pangan jasa mengalami perubahan pada penyimpanan
boga, pangan olahan, pangan jajanandan lain- temperatur ruang selama tiga hari.10
lain.1 Berdasarkan aktivitas antioksidannya,
Salah satu masalah keamanan pangan di brazilin (C16H14O5) diharapkan mempunyai efek
Indonesia adalah rendahnya tanggung jawab melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal
produsen pangan tentang mutu dan keamanan kimia.11 Ekstraksi menggunakan air mendidih
pangan, terutama pada industri kecil dan rumah dilakukan selama 20 menit karena waktu
tangga.3,5 Jajanan tradisional yang berbahan pendidihan selama 20 menit memberikan
baku ketan dan beras, terigu, serta singkong dan intensitas warna merah yang paling tinggi.
ubi dalam proses produksinya banyak Perlakuan pemanasan akan meningkatkan
menggunakan pewarna, pemanis dan pengawet kelarutan senyawa yang diekstrak, selain itu
buatan.5,6 dengan adanya pemanasan dinding sel akan
Oleh karena itu saat ini masyarakat lebih terbuka sehingga pelarutan brazilin yang
memilih menggunakan pewarna alami yang terdapat dalam dinding sel lebih baik.7,11 Air
cenderung lebih aman karena dalam proses tersebut dapat dicampurkan langsung ke dalam
pembuatannya tidak menggunakan bahan – adonan atau bahan yang akan diwarnai. Zat
bahan kimia berbahaya dan tidak meninggalkan warna yang diperoleh diharapkan bisa
residu pada tubuh. Salah satu pewarna alami menggantikan peran zat warna sintesis yang
yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan
secang (Caesalpinia sappan L.). kesehatan.12
Kayu secang juga merupakan salah satu Kayu secang tidak hanya mengandung
ramuan yang digunakan dalam pembuatan brazilin selain itu banyak sekali komponen lain
minuman tradisional Betawi bir pletok yaitu yang terekstrak pada saat dilakukan ekstraksi.
sebagai pemberi warna. Kayu secang memiliki Komponen-komponen tersebut antara lain tanin
rasa sedikit manis dan hampir tidak berbau.7 (asam tannat), asam galat, resin, resorsin, dan
Secang tumbuh liar dan kadang ditanam sebagai sappanin.11,13 Tanin bersifat sebagai antibakteri
tanaman pagar atau pembatas kebun. Daun dan astringent atau menciutkan dinding usus
tumbuhan ini bertipe majemuk menyirip ganda, yang rusak karena asam atau bakteri.Kadar tanin
bunganya bertipe majemuk berbentuk malai ekstrak kayu secang yang diperoleh dengan
dengan mahkota bentuk tabung dan berwarna perebusan selama 20menit adalah 0,137%.14
kuning, buahnya menyerupai buah polong yang Berbagai penelitian telah dilakukan
berisi 3-4 biji berbentuk bulat memanjang dan untuk menguji manfaat kayu secang, seperti
berwarna kuning kecoklatan. Panenan kayu khasiatnya sebagai antibakteri. 15,16 Zona hambat
dapat dilakukan mulai umur 1-2 tahun.7 maksimum larutanekstrak kayu secang dengan
Warna merah cerah dan ungu muda bisa pelarut air sebesar 28,0±2,3 mm terhadap
didapatkan dari batang, kulit batang, dan polong Staphylococcusaureus, diikuti oleh Salmonella
secang. Akar secang sendiri dapat menghasilkan typhi 20,0±1,3 mm, Streptococcus facealis
279
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

19,0±1,2 mm, Enterobacte aerogens 18,0±1,4 hingga benar – benar rata. Adonan dibagi
mm, Candida albicans 18,0±1,7 mm, menjadi 3 bagian yang sama. 1 bagian diberi air
Aspergillus niger 10,0±0,8 mm, Escherichia coli matang, 1 bagian diberi pewarna makanan, dan 1
9,0±0,7 mm dan zona hambat minimum larutan bagian diberi ekstrak secang. Adonan yang akan
ekstrak secang dengan pelarut air sebesar diberi ekstrak secang dibagi menjadi 28 bagian
7,0±0,7 mm terhadap Pseudomonas aeruginosa. sebelum masing-masing bagian diberi ekstrak
17
secang. Ambil adonan kemudian tuangkan
kedalam paper cup yang sudah diberi label
METODE PENELITIAN sesuai konsentrasi hingga ¾ bagian atau hingga
Penelitian ini dilakukan pada kelompok penuh. Untuk setiap bagian diberi setidaknya 1,5
Sampel yaitu bolu kukus yang terbagi atas 3 sendok teh ekstrak secang, 1 bagian adonan
kelompok perlakuan dengan 9 pengulangan menghasilkan 2 sampel bolu kukus yang akan
untuk konsentrasi secang 1%, 2%, dan 3%, 9 digunakan untuk uji Staphylococcus dan uji
pengulangan untuk pewarna makanan dan 1 hedonik.Kukus dengan api sedang(± 50-60oC)
pengulangan untuk kontrol (tidak diberi selama kurang lebih 15 menit atau hingga
apapun). Penelitian ini merupakan jenis matang. Proses pengukusan adonan dibagi
penelitian true experimental research dengan menjadi 4, menggunakan 2 panci kukus yang
desain the post test only control group. Kualitas sama besar. Proses pengkukusan dibagi menjadi
sensori diukur dengan uji hedonik, yang 4 tahap dengan tiap tahapnya terdapat sampel
dilakukan pada 9 panelis untuk menguji 4 tiap konsentrasi, hal ini dilakukan untuk
kelompok sampel yaitu yang diberi pewarna mengendalikan suhu pada sampel, agar pada tiap
makanan, dan yang diberi ekstrak secang dengan konsentrasinya terbagi atas suhu yang sama.
konsentrasi 1%, 2%, 3%. Jumlah bakteri diukur Analisis bivariat digunakan untuk
dengan uji total plate count di Laboratorium mengetahui adanya perbedaan antara variabel
FIKKES UNIMUS. bebas dan variabel terikat menggunakan uji
Ekstrak yang digunakan dalam Kruskal-Wallis. Jika p < 0,05 maka Ho ditolak
penelitian melalui perebusan selama 20 yang berarti ada perbedaan antara variabel bebas
menit.Simplisia kayu secang ditimbang sesuai dengan variabel terikat. Jika p ≥ 0,05 maka Ho
ketentuan tiap konsentrasi menggunakan diterima yang berarti tidak ada perbedaan antara
timbangan analitik. Pada proses perebusan air variabel bebas dengan variabel terikat.
menguap hampir separuh dari jumlah awal
sehingga tiap konsentrasi diperbanyak sebanyak HASIL PENELITIAN
5 kali. Pengujian terhadap tingkat kesukaan
Table 1.konsentrasi ekstrak secang meliput kenampakan, aroma, tekstur, warna, dan
Yang dibutuhkan rasa. Nilai konsumen berkisar 1-7, yaitu : 1
Konsentrasi
(gr/ml) (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 4
1% 1/100 (netral/biasa), 6 (suka), 7 (sangat suka). Batas
2% 2/100 penolakan untuk produk ini adalah 2, artinya
3% 3/100 bila produk yang diuji memperoleh nilai sama
atau lebih kecil dari 2 maka produk tersebut
Air hasil rebusan disaring menggunakan dinyatakan tidak diterima oleh panelis.18
kertas saring.Proses pembuatan sampel dengan Grafik1 menunjukkan bahwa warna
mencampur bahan (gula pasir, telur, dan pada kontrol lebih disukai dan warna pada
emulsifer) kemudian kocok hingga berubah sampel yang diberi ekstrak secang dengan
menjadi putih selama kurang lebih 10-20 menit. konsentrasi 3% (X3) kurang disukai.
Kemudian campurkan tepung terigu, aduk Grafik 2 menunjukan bahwa diperoleh
aroma pada sampel yang diberi ekstrak secang
280
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan konsentrasi 2% (X2) lebih disukai oleh 6,10


para panelis. Ekstrak secang sendiri tidak
6,00
memiliki aroma yang khas seperti tanamanta
herbal lainnya. 5,90
1 Hasil uji hedonik untuk warna
Grafik1 5,80 X1
5,70 X2
8,00
5,60 X3
7,00
5,50
6,00 Kontrol
5,40
5,00 X1
5,30
4,00 X2
Rerata
3,00 X3
2,00 Grafik 3 menunjukan bahwa rasa untuk
Kontrol
1,00 sampel yang diberi ekstrak secang dengan
0,00 konsentrasi 1% dan 2%(X1, X2) lebih disukai
penelis.
Rerata

Grafik2
2 Hasil uji hedonik untuk aroma Grafik33 Hasil uji hedonik untuk rasa

6,60
6,40
6,20 X1
6,00 X2
5,80 X3
5,60 Kontrol

5,40
Rerata

Tabel 2.Perbedaan kualitas sensoris berdasarkan kelompok perlakuan


Warna Aroma Rasa
Kelompo
Media Min Max Media Min Max Media Min Max
k P P P
n * * n * * n * *
Kontrol 7,0 5 7 5,0 4 7 6,0 4 7
1% 6,0 4 7 0,01 5,0 4 7 0,65 6,0 6 7 0,17
2% 5,0 4 7 2 6,0 5 7 2 7,0 5 7 2
3% 5,0 4 6 5,0 5 7 6,0 5 7
Keterang
Ada perbedaan tidak ada perbedaan tidak ada perbedaan
an
*1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral/biasa), 5 (agak suka), 6 (suka), dan 7
(sangat suka)

281
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan hasil pemeriksaan penilaian organoleptik dianggap paling praktis


laboratorium pada sampel tidak ditemukan lebih murah biayanya.
bakteri Staphylococcus aureus baik pada hari Pengujian sensoris (uji panel) berperan
pertama maupun hari keempat pengamatan. penting dalam pengembangan produk dengan
Pada sampel ditemukan bakteri selain meminimalkan resiko dalam pengambilan
Staphylococcus aureus, dengan ciri-ciri sebagai keputusan. Panelis dapat mengidentifikasi sifat-
berikut: berbentuk batang, soliter, gram negatif sifat sensoris yang akan membantu untuk
yang diindentifikasi sebagai Escherichia coli mendeskripsikan produk. Evaluasi sensoris
19,20
dan duplococcus, gram positif yang dapat digunakan untuk menilai adanya
diidentifikasi sebagai Streptococcus pneumonia perubahan yang dikehendaki atau tidak
20,21
.Pertumbuhan bakteri tersebut ditemukan dikehendaki dalam produk, dan mengamati
pada hari kedua pengamatan dengan ciri-ciri perubahan yang terjadi selama proses atau
membentuk koloni bening-merah muda.Bakteri penyimpanan.23
tersebut terus bertambah jumlahnya sampai hari Penamaan sampel dilakukan sedemikian
keempat pengamatan dantidak diketahui rupa sehingga panelis tidak dapatmenebak isi
jumlahnya karena perhitungan jumlah bakteri contoh tersebut berdasarkan penamaannya.
hanya dilakukan apabila ditemukan koloni Untuk pemberian namabiasanya digunakan 2
kuning pada media penanaman. huruf atau 1 angka, seperti X1a, X1b, X2d, dan
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari tiga X3i. Kode dengan nama X1 berarti sampel
variabel bebas didapatkan dua variabel yang dengan konsentrasi ekstrak secang 1%, kode
tidak berbeda dan satu variabel yang berbeda. dengan nama X2 berarti sampel dengan
Variabel yang tidak berbeda antara lain aroma konsentrasi eksrak secang 2% dan kode dengan
dan rasa ditunjukkan dengan nilai p>0,05. nama X3 berarti sampel dengan konsentrasi 3%.
Variabel yang berbeda adalah warna yang Pemberian kode huruf dibelakang angka (misal
memiliki nilai p<0,05. Warna pada sampel yang X1a) berarti urutan pengulangan.
kurang disukai adalah sampel dengan Pemberian nama secara berurutan
konsentrasi 2% dan 3% biasanya menimbulkan bias, karena panelis
terbawa untuk memberikanpenilaian terbaik
untuk contoh yang berkode awal (misal 1 dan A)
danmemberikan nilai terendah untuk contoh
yang berkode akhir (misal 3 atau C). Pada
penelitian penamaan sampel dilakukan secara
berurutan sehingga terjadi bias, karena apabila
dilihat dari rata-rata penilaian warna sampel
Gambar 1. Perbedaan warna pada sampel dengan penamaan awal (X1a-i) mendapat nilai
lebih tinggi yaitu 6 sedangkan sampel dengan
penamaan akhir (X3a-i) mendapat nilai rendah
PEMBAHASAN yaitu 5,33. Sama halnya dengan penilaian
Penerimaan konsumen terhadap suatu panelis terhadap rasa, rata-rata nilai
produk diawali dengan penilaiannya terhadap menunjukkan sampel dengan penamaan awal
penampakan, flavor dan tekstur. 23,24 Pada (X1a-i) mendapat nilai tertinggi yaitu 6,44 dan
akhirnya yang dituju adalah penerimaan sampel dengan penamaan akhir mendapat nilai
konsumen, maka uji organoleptik yang rendah yaitu 5,89 namun pada penilaian panelis
menggunakan panelis yang dianggap paling terhadap aroma rata-rata tertinggi terdapat pada
peka dan karenanya sering digunakan dalam sampel X2.
menilai mutu berbagai jenis makanan untuk Batas penolakan untuk produk ini adalah
mengukur daya simpannya. Pendekatan dengan dua (tidak suka), artinya bila produk yang diuji
282
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memperoleh nilai sama atau lebih kecil dari dua stafilokokus dari satu individu ke individu yang
maka produk tersebut dinyatakan tidak diterima lain.26
oleh panelis.18 Jika dilihat dari rata-rata Pada penelitian, proses pembuatan
penilaian panelis terhadap warna, rasa dan sampel dilakukan dengan memperhatikan
aroma, maka bolu kukus masih dapat diterima kehigienisan pembuat dan peralatan. Proses
oleh panelis. pembuatan sampel menggunakan sarung tangan,
Hasil penelitian kualitas mikrobiologi peralatan yang digunakan juga diperhatikan
menunjukkan bahwa pada sampel tidak kebersihannya. Proses pengiriman sampel dari
ditemukan bakteri Staphylococcus aureus tempat pembuatan ke Laboratorium
melainkan bakteri Escherichia coli dan mikrobiologi FIKKES UNIMUS menggunakan
Streptococcus pneumonia. Zona hambat wadah makanan khusus dan tertutup untuk
maksimum larutanekstrak kayu secang menghindari kontaminasi dari udara saat
(5mg/disc) dengan pelarut air sebesar 28.0±2.3 perjalanan.S.aureus mudah tumbuh jika terjadi
mm terhadap Staphylococcus aureus, diikuti kontaminasi pada pangan yang telah mengalami
oleh Salmonella typhi 20.0±1.3 mm, pengolahan. Pada dasarnya sifat Staphylococcus
Streptococcus facealis 19.0±1.2 mm, aureus yang merupakan kompetitor lemah dalam
Enterobacte aerogens 18.0±1.4 mm, Candida ekosistem mikrobial yang kompleks sehingga
albicans 18.0±1.7 mm, Aspergillus niger adanya bakteri patogen dan pembusuk lain dapat
10.0±0.8 mm, Escherichia coli 9.0±0.7 mm dan menghambat pertumbuhannya.27,28 Hasil
zona hambat minimum larutan ekstrak secang penelitian menyatakan bahwa Staphylococcus
dengan pelarut air sebesar 7.0±0.7 mm terhadap aureus tidak ditemukan pada sampel tetapi
Pseudomonas aeruginosa.17 Pada penelitian terdapat bakteri lain yaitu Escherichia coli dan
setiap sampel menggunakan sekitar 300 mg Streptococcus pneumonia. Diketahui bahwa
ekstrak secang pada konsentrasi 3%, atau sekitar bakteri Escherichia coli dan Streptococcus
60 kali lebih besar tetapi bakteri pneumonia adalah bakteri pathogen.
Staphylococcusaureus tidak ditemukan.
Penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak KESIMPULAN
secang yang sudah melewati proses ekstraksi Penggunaan ekstrak secang pada bolu
dengan menggunakan etanol/ petroleum ether kukus tidak mempengaruhi penerimaan terhadap
(500ml) sedangkan pada penelitian ini ekstraksi aroma dan rasa tetapi berpengaruh terhadap
dibuat hanya dengan merebus kayu secang warna.Warna pada konsentrasi 2% dan 3%
selama 20 menit. kurang disukai oleh panelis. Bakteri
Staphylococcus aureus dapat diisolasi Staphylococcus aureus tidak ditemukan pada
dari kulit dan hidung manusia serta binatang, semua sampel selama 4 hari pengamatan tetapi
serta lesi-lesi kulit yang terinfeksi. Organisme terdapat bakteri lain yaitu Escherichia coli dan
ini berbentuk batang,bersifat gram positif, Streptococcus pneumonia yang mulai tumbuh
tumbuh dalam lingkungan aerob dan anaerob pada hari kedua pengamatan. Ekstrak secang
pada suhu optimum 37oC,sedangkan mati bila pada konsentrasi 3% belum dapat menghambat
suhu meningkat hingga 55oC.25 Keberadaan pertumbuhan Escherichia coli dan Streptococcus
Staphylococcus aureus dalam bahan pangan erat pneumonia.
kaitannya dengan sanitasi pekerja serta
kebersihan lingkungan dan peralatan DAFTAR PUSTAKA
pengolahan.Infeksi Staphylococcus aureus 1. BPOM. Bahaya keracunan dapat berkurang
terutama ditularkan dengan kontak langsung. apabila makanan disimpan dan disiapkan
Perhatian yang sungguh-sungguh pada teknik dengan baik. Jakarta: BPOM. 2012.
pencucian tangan merupakan cara yang paling http://www.pom.go.id/ppid/rar/LAPTAH_2
efektif untuk pencegahan penyebaran
283
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

011.pdf (Diakses pada tanggal 23 Maret Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.).
2014) Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
2. NWS Government health indonesian. Yogyakarta Fakultas Teknobiologi
Foodborne diseases. NSW Multicultural Program Studi Biologi. 2012.
Health Communication Service DOH-7120. 8. Holinesti, R. Studi Pemanfaatan Pigmen
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicat Brazilein Kayu Secang (Caesalpinia
ionsandresources/pdf/publication- sappan L.) Sebagai Pewarna Alami
pdfs/diseases-and-conditions/7120/doh- Serta Stabilitasnya pada Model Pangan.
7120-ind.pdf (Diakses pada tanggal 23 Bogor: Jurnal Pendidikan dan Keluarga
Maret 2014) UNP, Vol. I, No. 2, Page 11-21. 2009.
3. Sugiyatmi, S. Analisis Faktor-Faktor Risiko (Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013)
Pencemaran Bahan Toksik Boraks Dan 9. Maharani, K. Stabilitas Pigmen
Pewarna Pada Makanan Jajanan Brazilein pada Kayu Secang
Tradisional Yang Dijual Di Pasar-Pasar (Caesalpinia sappan L.). Bogor:
Kota Semarang Tahun 2006.Semarang: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Program Pasca Sarjana Universitas Pertanian Bogor. 2003. (Diakses pada
Diponegoro Semarang. 2006. tanggal 23 Maret 2014)
http://eprints.undip.ac.id/15326/1/SRI_SUG 10. Tulastiati, Y. A. Aplikasi Pewarna
IYATMIE4B004082.pdf. (Diakses pada Alami Kayu Secang (Caesalpinia span
tanggal 23 Maret 2014) L.) pada makanan basah dan permen.
4. Dinkes Prov Jateng. Profil Dinas Kesehatan Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah: Institus Pertanian Bogor. 2003. (Diakses
Dinkes Prov Jateng. 2012. pada tanggal 23 Maret 2014)
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen 11. Prasetyo, E & Kusnadi, J. Formula
/2013/SDK/Mibangkes/profil2012/BAB_I- Bubuk “Teajes” Instan Pada Filtrat Teh
VI_2012_fix.pdf. (Diakses pada tanggal 21 Hijau (Camellia sinensis) Dan Filtrat
Maret 2014) Jahe (Zingiber officinale) Dengan
5. Mudjajanto, E. styo & Purwati. Aspek Penambahan Filtrat Kayu Secang
Gizi dan Keamanan Pangan Makanan (Caesalpinia sappan). Malang: Fakultas
jajanan di Bursa Kue Subuh Pasar Teknologi Pertanian Universitas
Senen, Jakarta Pusat. Jakarta: Media Brawijaya. 2012.
Gizi & Keluarga. 2003. 27 (2): 93-99. http://tehapeub.net/ejurnal/23ac3-Eko-
(Diakses pada tanggal 22 Maret 2014) Prasetyo.pdf
6. Hapsari, L & Mulyani, W. Pembuatan 12. Hermawati, H. D. Ekstraksi dan
Konsentrat Zat Warna Untuk Bahan karakterisasi zat warna dari kulit pohon
Makanan dari Daun Pandan (Pandanus secang (Caesalpinia sappan L.) serta uji
amaryllifolius roxb.) dan Biji Kesumba potensinya sebagai pewarna tekstil.
(Bixa orellana linn) Beserta Malang: Universitas Negeri Malang.
Penerapannya. Surakarta: Teknik 2010 http://library.um.ac.id/free-
Kimia, Universitas Sebelas Maret. 2010. contents/download/pub/pub.php/46630.
http://eprints.uns.ac.id/2819/1/16488290 pdf. (diakses pada tanggal 19 Maret
1201208061.pdf. (Diakses pada tanggal 2014)
23 Maret 2014) 13. Koswara, S. Pewarna Alami : Produksi
7. Sari, C.I. Permata. (Skripsi) Kualitas Dan Penggunaannya.
Minuman Serbuk Kersen (Muntingia eBookPangan.com. 2009.
Calabura L.) Dengan Variasi http://tekpan.unimus.ac.id/wp-
Konsentrasi Maltodekstrin Dan Ekstrak
284
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

content/uploads/2013/07/PEWARNAA 20. Widiyanti N.L.P., & N.P. Ristiati.


LAMI.pdf Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
14. Winarti, C. & B.S. Sembiring. Pengaruh pada Depo Air Kota Singaraja bali.
cara dan lama ekstraksi terhadap kadar Jurnal Ekologi Kesehatan.
tannin ekstrak kayu secang (Caesalpinia Singaraja:Bali. 2004.
sappan Linn.). Warta Tumbuhan Obat 21. Robinson, K.A, & Baughman W,
Indonesia 4(3): 17−18.1998. dalam Rothrock G. Epidemiology of invasive
Winarti, C & Nurdjanah, N. Peluang Streptococcus pneumoniae infections in
Tanaman Rempah Dan Obat Sebagai the United States, 1995–1998.
Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Opportunities for prevention in the
Litbang Pertanian, 24(2). 2005. conjugate vaccine era. JAMA. 2001.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publi 22. Kuntaman. Streptococcus spp.
kasi/p3242051.pdf (Diakses pada Departemen Mikrobiologi FKUA. 2007.
tanggal 21 Oktober 2013) 23. Zaki, I. Pengaruh lama peyimpanan
15. Utami, P. Buku Pintar Tanaman Obat terhadap kualitas mikrobiologi biscuit
431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka bayi dengan substitusi tepung labu
Penyakit Hal 218. Jakarta Selatan: kuning (Cucurbita moschata) dan tepung
Agromedia. 2008. (Diakses pada tanggal ikan patin (Pangasius spp) sebagai MP-
21 Oktober 2013) ASI. FK Universitas Diponegoro:
16. Wijayakusuma, H. Ramuan Herbal Semarang. 2011.
Taklukan Penyakit. Jakarta: Pustaka 24. Arisman. Buku ajar ilmu gizi keracunan
Bunda. Hal 293. 2008. (Diakses pada makanan. EGC. Jakarta. 2009.
tanggal 21 Oktober 2013) 25. Arvin, A.M, KLiegman, R.M, &
17. Srinivasan, R. In vitro antimicrobial Behrman, R.E. Ilmu kesehatan anak
activity of Caesalpinia sappan L. India: Nelson Vol. II. EGC. Jakarta. 2000. Hal
School of Marine Sciences, Department 918
of Oceanography and Coastal Area 26. Winardiputri, I.D. Evaluasi Praktek
Studies, Alagappa University, Thondi Penyajian Beef Teriyaki Siap Saji Pada
Campus, Thondi - 623 409, Restoran Swalayan Di Semarang: Aspek
Ramanathapuram District, Tamil Nadu, Sanitasi Dan Mikrobiologi. Program
India. Asian Pacific Journal of Tropical Studi Teknologi Pangan Fakultas
Biomedicine (2012) S136-S139). 2012. Teknologi Pertanian Universitas Katolik
18. Soekarto, S.T. Penilaian Organoleptik Soegijapranata: Semarang. 2013
untu Industri Pangan dan Hasil 27. Dewanti-hariyadi, R., Rwendra, R. and
Pertanian. Bhratara Karya Akasara. dewi, S.P. Growth Of S. Aureus In
Jakarta. 1985 Indonesian Traditional Dishes At
19. Wasitaningrum, D.I. Uji Resistensi Storage Temperatures Practiced By
bakteri Staphylococcus aureus dan Households.Conference of asian food
Escherichia coli dari Isolat Susu Sapi and nutrition safety, ILSI-SEA:
Segar terhadap Beberapa Antibiotik. Philippines. 2008.
Fakultas Farmasi Universitas 28. Agusman. Pengujian organoleptik.
Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. Semarang: Program Studi Teknologi
2009. Pangan Unimus. 2013.

285

You might also like