Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal Di Perumahan Kawasan Perktoaan
Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal Di Perumahan Kawasan Perktoaan
Disusun Oleh :
1
EVALUASI KINERJA PELAYANAN PRASARANA JARINGAN AIR
BERSIH KOMUNAL DI PERUMAHAN KAWASAN PERKOTAAN
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Jl. Kaligawe Raya No. KM 4, Terboyo Kulon, Kec. Genuk,
Kota Semarang, Jawa Tengah 501121)
Email korespondesi :
ABSTRACT
An urban area that is synonymous with population growth that continues to increase, an urban
area will experience the development of facilities and infrastructure. According to Eko Budiharjo, high
population growth is accompanied by a fast pace of development in a city. Population growth which
continues to increase due to factors of birth and urbanization continues to increase. One of the
infrastructure that is a problem that often occurs in residential areas is clean water, the construction of
public facilities and infrastructure, one of which is clean water, which is one of the important
infrastructure for equitable development and population distribution, opening up isolated rural areas and
improving the quality of community life (WASAPOL , 2003). The purpose of this research is to provide
communal clean water facilities in the urban area which will be the research area. So it is hoped that this
research can be used as an evaluation of several housing estates in the study area that the community has
the right to have clean water facilities that are feasible, safe, adequate, easy and affordable. The method
used is descriptive quantitative analysis method and qualitative descriptive by using the supply approach,
namely the technical factors of the performance of clean water services and demand, namely the public
perception. The variables used as benchmarks for clean water services are quantity, quality, continuity,
handling, and tariffs. From several variables, a score of 5-3 is set to measure the highest value in housing
which is used as clean water services in accordance with the standards and literature set by the
government.
Keyword: Evaluation, Clean Water, Communal, Housing
ABSTRAK
Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang identik dengan fenomena pertumbuhan penduduk
yang terus meningkat, suatu kawasan perkotaan akan mengalami perkembangan dari sarana dan prasarana.
Menurut Eko Budiharjo, pertumbuhan penduduk yang tinggi diiringi oleh laju pembangunan yang cepat
disuatu kota. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat akibat berbagai faktor kelahiran maupun
urbanisasi terus meningkat. Salah satu prasarana yang menjadi persoalan yang kerap terjadi di kawasan
perumahan yaitu Air Bersih. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pelayanan sarana air
bersih komunal yang terdapat di Kawasan Perkotaan yang akan menjadi wilayah studi penelitian.
Sehingga diharapkan adanya penelitian ini dapat dijadikan evaluasi terhadap beberapa perumahan di
wilayah studi bahwa masyarakat berhak memiliki sarana air bersih yang layak, aman, berkecukupan,
mudah dan terjankau. Metode yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualtatif dengan menggunakan pendekatan supply yaitu faktor teknis dari kinerja pelayanan air bersih dan
demand yaitu persepsi masyarakat. Variabel yang dijadikan indikator tolak ukur pelayanan air bersih yaitu
kuantitas, kualitas, kuntinuitas, penanganan, dan tarif. Dari beberapa variabel ditetapkan skor 5-3 untuk
mengetahui nilai tertinggi di perumahan yang dijadikan penilaian pelayanan air bersih yang sesuai dengan
standar dan literatur yang telah ditetapkan pemerintah.
Kata Kunci: Evaluasi, Air Bersih, Komunal, Perumahan
2
1. PENDAHULUAN
Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang identik dengan fenomena pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat, suatu kawasan perkotaan akan mengalami perkembangan dari
sarana dan prasarana. Menurut Eko Budiharjo, pertumbuhan penduduk yang tinggi diiringi oleh laju
pembangunan yang cepat disuatu kota. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat akibat
berbagai faktor kelahiran maupun urbanisasi terus meningkat. Perkembangan pembangunan di
kawasan perkotaan ditandai dengan tumbuhnya kawasan-kawasan baru, seperti industri, fasilitas
umum, perdagangan dan jasa. Perkembangan pembangunan tersebut senantiasi memerlukan lahan
yang digunakan untuk pembangunan. Selain berkembangnya pertumbuhan penduduk dan
pembangunan fasilitas umum, kebutuhan akan tempat tinggal juga dibutuhkan masyarakat untuk
tempat menjalankan aktivitas sehari-hari. Semakin bertumbuhnya zaman, perumahan kian diminati
masyarakat karena banyak pengembang perumahan yang menyediakan program subsidi dan kredit
perumahan rakyat atau KPR.
Berdasarkan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah dan kebutuhan tempat tinggal
juga terus meningkat. Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia membuat program untuk kebutuhan
tempat tinggal dengan pengadaan program 100.000 unit RSS atau Rumah Sederhana Sehat, yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal (Sastra M & Marlina, 2006). Namun, banyak
perumahan yang disediakan oleh pengembang perumahan yang sudah sesuai dengan standar dan
beberapa perumahan yang belum sesuai standar yang ditetapkan. Standar pembangunan sarana dan
prasarana untuk perumahan mengacu kepada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Penerapan standar pembangunan sarana dan prasarana perlu
diperhatikan untuk kebutuhan dasar tempat tinggal yang nyaman dan layak. Prasarana yang kerap
terjadi menjadi permasalahan di Perumahan yaitu Jaringan Air Bersih. Air bersih menjadi prasarana
penting sebagai cerminan mutu kehidupan masyarakat, sebagai pemerataan pembangunan, dan
penyebaran penduduk (WASAPOL, 2003)
Sebagaimana diatur dalam UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air yaitu Negara
menjamin hak semua masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokok air minimal untuk
keperluan sehari-hari, dengan kualitas air yang sehat, produktif, dan bersih. Konsep penyediaan air
bersih berbasis masyarakat menjadi alternatif dalam penyediaan air bersih komunal, dimana air
bersih yang dikelola oleh masyarakatnya sendiri dapat berjalan baik. Untuk mengetahui kondisi
pelayanan air bersih disuatu kawasan dapat diketahui dengan cara mengevaluasi kinerja pelayanan
air bersih dengan mengidentifikasi aspek pelayanan air bersih disuatu Kawasan Perkotaan.
2. LITERATUR REVIEW
A. Evaluasi
Evaluasi menjadi salah satu kegiatan dalam pengendalian perencanaan tata ruang untuk
mencapai tujuan tata ruang yang sudah ditetapkan, terlaksananya kinerja kebijakan yang
3
sudah ditentukan diharapkan bisa terlaksana dengan adanya evaluasi. Evaluasi tidak
menyelesaikan atau mengkaji sejauh mana adanya permasalahan, namun bagaimana
permasalahan itu dapat diselesaikan (William N. Dunn, 2000: 28- 29). Secara umum
evaluasi dalam analisis kebijakan yaitu kegiatan merumuskan masalah, menilai hasil kinerja
kebijakan, memberikan peringkat, lebih khususnya evaluasi menjadi produk yang berisi
penilaian dan manfaat atas hasil dari kebijakan yang sudah dilaksanakan dalam sebuah
penilaian (William N. Dunn, 2000). Sedangkan, AG. Subarsono (2005:119) mengatakan
evaluasi merupakan kegiatan memberi nilai atas hasil kebijakan yang sudah dilaksanakan
dengan kurun waktu yang cukup untuk evaluasi tersebut harus dilakukan evaluasi.
Fungsi evaluasi kebijakan menurut William N. Dunn (2000: 609-610) memiliki
sejumlah fungsi diantaranya:
1. Evaluasi menjadi salah satu cara untuk mengetahui informasi yang benar dan
dipercaya atas kinerja kebijakan, yaitu seberapa banyak kebutuhan, penilaian kinerja,
dan kesempatan yang bisa didapatkan dengan tindakan publik.
2. Evaluasi memberikan kritikan dan klarifikasi dari nilai yang menjadi tujuan dan
target.
3. Evaluasi memberikan alat analisis untuk metode kebijakan dalam perumusan masalah
dan rekomendasi.
Kriteria evaluasi terdapat 6 tipe kriteria yang memberikan batasan untuk
mengevaluasi jenis kegiatannya. Kriteria evaluasi dilakukan secara restrospektif yaitu
dilakukan setelah (ex post), sedangkan untuk kriteria rekomendasi dilakukan dengan
prospektif yaitu dilakukan sebelum aksi (ex ante) William N. Dunn (2000: 35 610-611).
Berikut merupakan kriteria evaluasi:
Table 2.1 Kriteria Evaluasi
Tipe/Jenis Kriteria Ilustrasi
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi kinerja pelayanan air bersih, sehingga
dilakukan evaluasi dengan kriteria Efektivitas dengan adanya unit pelayanan. Efektifitas
sendiri menurut William N. Dunn (2000:610) Efektifitas berhubungan dengan kebijakan
yang telah dilaksanakan apakah sudah mendapatkan hasil dan tujuan sesuai yang
4
diharapkan. Sedangkan menurut Winarno (2002:184) efektifitas adalah hubungan dari
tujun dan hasil, dimana semakin besar keterlibatan output terhadap tercapainya tujuan, maka
semakin efektif juga kebijakan atau pelauanan tersebut.
5
b. Menyediakan air yang memiliki jumlah kuantitas yang dapat mencukupi kebutuhan
harian masyarakat.
c. Menyediakan air yang keberadaannya dapat mudah dan murah dimiliki masyarakan
dan dimanfaatkan secara kontinyu sebagai penunjang kesehatan masyarakat.
6
rata konumsi air bersih dengan satuan Liter/Oranh/Hari menurut WHO yaitu:
Table 2.2 Rataan Konsumsi Air Bersih
No. Tingkat Pelayanan Rataan Konsumsi Air Bersih (Liter/Orang/Hari)
1. Tidak Ada Akses <5
2. Akses Dasar 20
3. Akses Menengah 50
4. Akses Optimal 100-200
Sumber: WHO, 2003
Untuk mengetahui pelayanan air bersih yang dengan kondisi pelayanan yang baik
berdasarkan teori pelayanan air bersih, yaitu faktor utama penilaian pelayanan air bersih
yaitu pengguna pelayanan air bersih atau user based, dimana kualitas pelayanan air bersih
disesuaikan dengan pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan ( Yogi S, 2006 dalam
Huda, 2008).
7
Kuantitas air menjadi salah satu indikator kinerja pelayanan air bersih dimana
terpenuhnya kebutuhan konsumsi air bersih dengan satuan Liter/Orang/Hari dan berjalan
normal sepanjang hari. Menurut menurut SNI 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan
Neraca Sumber Daya, Kebutuhan air perjiwa memiliki standar yang ditetapkan bahawa
dalam setiap kota dengan penduduk 1 juta jiwa, kebutuhan air per jiwa per hari yaitu 150
L/Jiwa/Hari.
Sehingga bisa diambil tolak ukur dalam menentukan kriteria kuantitas air yaitu
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air per jiwa 150 liter/jiwa/hari. Dengan persepsi
masyarakat kuantitas air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga
(MCK, memasak, sanitasi), keperluan industri sebagai bahan pokok atau bahan pembantu.
Kualitas air menjadi kedua indikator kinerja pelayanan air bersih, dimana penilaian
kualitas air disesuaikan dengan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air bersih yaitu air yang dikonsumi harus memenuhi syarat kesehatan
yang meliputi persyaratan mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2001 parameter fisik dalam kualitas air
bersih yaitu tidak berbau, tidak berwarana, tidak berasa, dan tidak keruh.
Kontinuitas air bersih diukur sebagai indikator kinerja pelayanan air bersih dengan
mengetahui apakah air dapat mengalir dengan stabil baik ketika musim penghujan maupun
musim kemarau (Heru Puboyo, 2016). Kontinuitas air diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 bahwa Air Bersih yang baik yaitu yang bisa
dimanfaatkan oleh pengguna secara kontinu dan mengalir 24 jam/hari.
Menurut Penilaian Kepuasan Pelanggan PDAM sesuai Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif
Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Yaitu segala bentuk keluhan dan protes
oleh pengguna air bersih dapat ditangani oleh pihak pengelola, penanganan yang baik dapat
ditangani sebanyak ≥ 80% dari semua keluhan dalam satu bulan. rasio kemampuan dalam
penanganan pengaduan oleh pengguna diukur dari berapa banyak jumlah pengaduan yang
dapat ditangani dari jumlah keseluruhan pengaduan dalam kurun waktu satu bulan.
Penanganan pengaduan yang dimaksud yaitu:
- Penanganan Pengaduan Non Teknik, seperti biaya, metteran air.
- Penanganan Pengaduan Teknik, debit air kecil, kehilangan air, air keruh, air mati
berkala.
8
diperhatikan dalam kriteria pelayanan air bersih komunal. Berdasarkan Permendagri No 23
Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum
pada Perusahaan Daerah Air Minum, tarif air harus sesuai dengan prinsip “terjangkau”,
hal tersebut mengatur bahwa tarif air tidak melebihi 4% dari pendapatan pengguna.
Dari berbagai indikator kinerja pelayanan air bersih, persepsi masyarakatlah yang
paling diutamakan sebagai pengguna. Pelayanan dapat disebut baik apabila dapat
memuaskan pelanggan atau pengguna pelayanan (Sutopo, 2003). Kotler dan Gary
Amstrong (2002:10) menyatakan tingkat kepuasan pelanggan atau pengguna pelayanan
merupakan tingkatan yang dianggap kinerja suatu produk atau layanan sesuai dengan
harapan pelanggan.
9
Table 2.3 Variabel, Parmeter, Indikator Kinerja Pelayanan Air Bersih
10
No. Sumber Uraian Variabel Indikator Parameter
a. Keperluan Umum, digunakan untuk menyirami taman,
kebutuhan air untuk pemadam kebakaran, dan keperluan
umum untuk perkantoran, sekolah, sosial, komersial, Kebutuhan air memenuhi
kebutuhan sehari-hari,
pelabuhan, dan tempat rekreasi; memasak, minum, MCK,
Chatib, 1996
b. Keperluan Industri, digunakan sebagai bahan pokok Kuantitas cuci pakaian, kebersihan
3 Air rumah, cuci kendaraan,
dan bahan pembantu; dan menyiram tanaman.
c. Keperluan Rumah Tangga (Domestic Use), digunakan
masyarakat untuk keperluan sehari-hari di rumah untuk
MCK, memasak, sanitasi dan keperluan lainnya.
11
No. Sumber Uraian Variabel Indikator Parameter
Segala bentuk keluhan dan protes oleh pengguna air bersih
Komunal
8. Pelayanan dapat disebut baik apabila dapat memuaskan Kinerja Penilaian air bersih (Baik,
Sutopo, 2003 Cukup Baik, Buruk) sesuai
pelanggan atau pengguna pelayanan Pelayanan
dengan persepsi masyarakat.
Sumber: Hasil Analisis, 2020
12
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Studi Kasus
Setelah mengetahui variabel, indikator, dan parameter yang telah ditentukan sebagai
matriks variabel VIP, dilakukan perbandingan studi kasus untuk mengkaji tema yang diteliti.
Dikarenakan dalam penelitian memiliki wilayah studi yang berbeda, studi kasus dilakukan
untuk mengetahui perbedaan kasus dimasing-masing wilayah studi yang diharapkan dapat
menghasilkan yang lebih baik. Sehingga dalam pengambilan keputusan variabel, indikator dan
parameter akan lebih efektif dan efisien. Berikut merupakan studi kasus dari tema “Kinerja
Pelayanan Air Bersih” dari 3 wilayah studi yang berbeda:
Tabel 3.2 Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal Perumahan Griya Bumi Arcamanik
Parameter Ketercapaian
No Indikator
Standar Persepsi Standar Persepi
Kebutuhan 92% responden
air sehari- memenuhi
1 Kuantitas 126,9l/o/h 154 l/o/h
hari kebutuhan air
terpenuhi. bersih.
Tidak
Teruji
berwarna, Diuji 89% responden
laboratorium
tidak keruh, laboratorium menyatakan
2 Kualitas dan memenuhi
tidak berasa, pada tahun kualitas air
syarat kualitas
dan tidak 2006 bersih baik.
air.
bau.
13
Parameter Ketercapaian
No Indikator
Standar Persepsi Standar Persepi
Air mengalir
sesuai
Pagi pukul 89% responden
dengan
5.30-10.00 dan sesuai dengan
3 Kontinuitas 24 jam/hari jadwal dan
sore pukul standar, dan
mencukupi
16.00- 21.00 jadwal.
kebutuhan
air.
Tagihan <4%
100% responden
dari Rata-rata
4 Tarif Terjangkau menyatakan
pendapatan dibawah 4%
terjangkau.
pelanggan.
Pengaduan
dapat
> 80% jumlah ditangani 100% 100% responden
Penanganan
5 keluhan dapat oleh pengaduan menyatakan
Pengaduan
tertangani pengelola air dapat ditangan dapat tertangani.
bersih
komunal
Sumber: Prima Apriyana, 2009
Berdasarkan hasil skor yang telah didapatkan, jumlah skor yang diperoleh dari
Perumahan Griya Bumi Arcamanik antara skor supply dan demand diperoleh dengan
total 44, bisa disimpulan perumahan ini memiliki kinerja pelayanan air bersih yang baik.
14
Tabel 3.4 Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal Perumahan Suka Asih
Parameter Ketercapaian
No Indikator
Standar Persepsi Standar Persepi
Kebutuhan 96% responden
Konsumsi air
air sehari- memenuhi
1 Kuantitas bersih 154 l/o/h
hari kebutuhan air
126,9l/o/h
terpenuhi bersih.
Teruji Tidak
laboratorium berwarna, Diuji 93% responden
dan tidak keruh, laboratorium menyatakan
2 Kualitas
memenuhi tidak pada tahun kualitas air
syarat berasa, dan 2006 bersih baik.
kualitas air tidak bau.
Air
mengalir
Pagi pukul
sesuai 90% responden
5.30-10.00
dengan sesuai dengan
3 Kontinuitas 24 jam/hari dan sore
jadwal dan standar, dan
pukul 16.00-
mencukupi jadwal.
21.00
kebutuhan
air.
Pengaduan
> 80% dapat 100%
100%
jumlah ditangani responden
Penanganan pengaduan
5 keluhan oleh menyatakan
Pengaduan dapat
dapat pengelola dapat
ditangan
tertangani air bersih tertangani.
komunal
Sumber: Prima Apriyana, 2009
Berdasarkan hasil penilaian kinerja pelayanan air bersih didapatkan nilai skor yang
didapatkan dari hasil kinerja air bersih komunal di Perumahan Suka Asih yaitu:
15
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakkan pada studi kasus Kota Bandung,
diperoleh hasil evaluasi kinerja pelyanan air bersih komunal di lokasi studi tersebut
memiliki kinerja yang baik. Hal itu terbuktikan terhadap penilaian pada tolak ukut
kinerja pelyanan, hal itu dinilai cukup baik berdasarkan standar maupun persepsi
masyarakat di dua perumahan tersebut. salah satu indikator yang tidak tercapai atau tidak
sesuai dengan standar parameter yaitu kontinuitas, salah satu perumahan memiliki
kondisi kontinuitas air yang tidak mengalir 24 jam/hari.
Tabel 3.6 Hasil Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Sleman
16
3. Kinerja Pelayanan Air Bersih Studi Kasus Kota Semarang
Evaluasi kinerja pelayanan air bersih komunal studi kasus Kota Semarang dengan lokasi studi
di Kelurahan Tugurejo Kota Semarang, dibentuk oleh Kelompok Swadya Masyrakat (KSM)
Tirto Langgeng. Masalah yang terjadi di kinerja pelayanan air bersih di Kelurahan Tugurejo
adalah kualitas dan penyediaan air. Untuk mengetahui kinerja pelayanan air bersih dilakukan
penelitas dengan metpde kuantitatif dan kualitatif berbasis masyarakat. Analisis ini meninjau
dari aspek operasional, keuangan, administrasi dan kepuasan pelanggan. Pada aspek
operasional terdapat 8 indikator sebagai tolak ukur pelayanan air bersih. Unutk menilai indeks
kepuasaan pelanggan, menggunakan Customer Satisfaction Index dengan nilai 78,34% dengan
kategori Puas. Selanjutnya hasil dari kinerja pelayanan air bersih di Kelurahan Tugurejo yaitu
perlunya peningkatan kuantitas air, kontinuitas, dan tingkat penyelesaian pengaduan.
Tabel 3.6 Hasil Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Sleman
Indikator Parameter Kondisi Nilai
Cakupan Pelayanan - > 80% Terlayani 83,16% 5
Kualitas Air - Uji Fisik, Kimia dan Biologi terpenuhi 88% 5
Kuantitas / Konsumsi Air
- > 30 m3/Bulan 16,7 m3 2
Domestik
Kontinuitas / Jam Operasi
- Air mengalir selama 21-24 Jam 10 Jam 1
Lyanan
Tingkat Kehilangan Air - <25 % 2,09% 5
Peneraan / Penggantian
- Lebih dari 20% ditera 2% 1
metter
Tingkat Penyelesaian
- > 80% Tertangani 20-50% 2
Pengaduan
Pertumbuhan Pelanggan - > 10% 7% 3
Sumber: Yani Yulianti, 2015
17
Variabel
Lokasi Studi
No. Kinerja Pelayanan Air Bersih
Kasus
Indikator Parameter
2 Kota Cakupan Pelayanan - > 80% Terlayani
Semarang
Kualitas Air - Uji Fisik, Kimia dan Biologi terpenuhi
Kuantitas / Konsumsi Air
Domestik
- > 30 m3/Bulan
Kontinuitas / Jam Operasi
Lyanan
- Air mengalir selama 21-24 Jam
Tingkat Kehilangan Air - <25 %
Peneraan / Penggantian
metter
- Lebih dari 20% ditera
Tingkat Penyelesaian
Pengaduan
- > 80% Tertangani
Pertumbuhan Pelanggan - > 10%
3 Kabupaten - Perhitungan Jumlah Penduduk Terlayani/Jumlah
Sleman, Penduduk di Wilayah Pelayanan x 100%
Yogyakarta Cakupan Pelayanan
(Persentase)
- Standar Indikator Cakupan Pelayanan > 80 %
Pertumbuhan Pelanggan - > 10%
Tingkat Penyelesaian - > 80% Tertangani
Kualitas Air Pelanggan - Uji Fisik, Kimia dan Biologi terpenuhi
- Perhitungan Jumlah Air Terjual Pelanggan
Domestik (m3)/Bulan/Jumlah Pelanggan Domestik
Konsumsi Air Domestik x 100% (Persentase)
- > 30 m3/Bulan
Tingkat Kehilangan Air - <25 %
Jam Operasi
Layanan/Hari
- 24 Jam
Penggantian Meter Air - > 20%
Sumber: Hasil Analisis, 2020
B. Metodologi
Metode yang digunkaan untuk penelitian evaluasi kinerja pelayanan air bersih di perumahan
kawasan perkotaan menggunakan pendekatan supply yaitu aspek operasional atau teknis kinerja
pelayanan air bersih dan demand yaitu persepsi masyarakat. Metode analisis yang digunakan yaitu
metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu berbentuk data-data yang didapatkan dari hasil data
primer wawancara, observasi dan interpretasi dari data sekunder, dan metode analisis deskriptif
kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dari hasil persepsi masyarakat.
Penyebaran kuesioner dilakukan secara sampel yang mewakili populasi. Berikut merupakan
variabel untuk mengkaji kebijakan yang dilakukan untuk evaluasi penyediaan jaringan air bersih
di perumahan kawasan perkotaan, terdapat 7 indikator yang dikelompokan berdasarkan kriteria
dari hasil analisis kajian literatur dan studi kasus. Berikut tabel pengelompokan variabel pelayanan
air bersih:
18
Table 3.7 Pengelompokan Variabel Kinerja Pelayanan Air Bersih
- Kuantitas - Kontinuitas
- Cakupan Pelayanan - Kemampuan
1 Kualitas Tarif
- Tingkat Kehilangan penangan
Air pengaduan
Sumber: WHO, 2003
Kinerja dari setiap variabel dari beberapa kriteria diatas akan diberikan skor tergantung pada
ketercapaian terhadap tolak ukur. Skor (5) diberikan untuk indikator yang sesuai dengan standar
parameter, Skor (3) untuk indikator yang cukup sesuai dengan standar parameter, Skor (1) untuk
indikator yang kurang sesuai dengan standar parameter. Pemberian skoring terhadap masing-
masing variabel akan menunjukan pelayanan air bersih disuatu perumahan dengan memperhatikan
kebijakan standar pelayanan air bersih yang sudah ditetapkan pemerintah.
Tingkat Cakupan
Kualitas Kuantitas Kehilangan Air Pelayanan Kontinuitas Tarif Air
Table 3.8 Tolak Ukur Indikator Kuantitas pada Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih
Indikator : Kuantitas Air
Departemen PU dan Departemen Kesehatan,
Sumber : kebutuhan air per orang per hari yaitu 126,9
L/Orang dan 150 L/Orang/hari
Pendekatan Rasio Nilai
60-100% memenuhi kebutuhan. 5
Demand Side 34-67% memenuhi kebutuhan. 3
1-33% memenuhi kebutuhan. 1
Rata-rata konsumi air >150 l/o/h 5
Supply Side Rata-rata konsumi air 75-159 l/o/h 3
Rata-rata konsumi air 1-75l/o/h 1
Sumber: Hasil Analisis, 2021
2. Cakupan Pelayanan
Perhitungan cakupan pelayanan air bersih dilakukan dengan cara menghitung
penjumlahan penduduk yang terlayani daj jumlah penduduk keseluruhan. Hasil dari
perhitungan ini menghasilkan persentase cakupan pelayanan. Standar indikator cakupan
pelayanan disesuaikan dengan standar Buku Petunjuk Teknik Penliaian Kinerja PDAM,
Kementrian PUPR. Berikut merupakan tolak ukur penilaian indikator cakupan pelayanan:
Table 3.9 Tolak Ukur Indikator Cakupan Pelayanan pada Evaluasi Kinerja
Pelayanan Air Bersih
Indikator : Cakupan Pelayanan
Buku Petunjuk Teknik Penliaian Kinerja PDAM,
Sumber : Kementrian PUPR, >80% dari jumlah penduduk
terlayani.
Pendekatan Rasio Nilai
Mememuhi cakupan. 5
Demand Side cukup memenuhi cakupan. 3
kurang memenuhi cakupan. 1
>80% mencakupi pelayanan. 5
Supply Side 40-80% cukup memenuhi pelayanan. 3
10-40% kurang memenuhi pelayanan. 1
Sumber: Hasil Analisis, 2021
20
3. Tingkat Kehilangan Air
Tingkat kehilangan air bisa diketahui melalui jumlah air dalam satuan m3 yang
disalurkan dan jumlah air yang terjual kepada pelanggan. Satuan air yang disalurkan dapat
dilihat pada pipa keluaran dari bak penampungan air yang akan disalurkan. Lalu jumlah air
yang terjual kepada pelanggan dengan satuan air m3, dilihat pada catatan rekening tagihan
meter air masing-masing pelanggan. Standar yang berlaku sebagai landasan atau minimal
tingkat kehilangan air, diatur Permen PU No. 20 Tahun 2006, menyatakan angka minimal
tingkat kehilangan air yaitu sebesar 20%, sedangkan menurut penetapan Standar Pelayanan
Bidang Air Minum Departemen PU Tahun 2004, standar minimum kebocoran air yaitu 25%.
Berikut merupakan tolak ukur penilaian indikator tingkat kehilangan air:
Table 3.10 Tolak Ukur Indikator Tingkat Kehilangan Air pada Evaluasi Kinerja
Pelayanan Air Bersih
Indikator : Tingkat Kehilangan Air
Permen Pu No. 20 Tahun 2006 maksimal (20%), dan
Sumber : Standar Pelayanan Air Minum Departemen PU Tahun
2004 tingkat kebocoran air 25%.
Pendekatan Rasio Nilai
<25% 5
Supply Side >25-30% 3
>35-40% 1
Sumber: Hasil Analisis, 2021
4. Kualitas Air
Kualitas air menjadi salah satu indikator kinerja pelayanan air bersih, dimana penilaian
kualitas air disesuaikan dengan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air bersih yaitu air yang dikonsumi harus memenuhi syarat kesehatan
yang meliputi persyaratan mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Menkes/SK/VII Tahun 2001 parameter fisik dalam
kualitas air bersih yaitu tidak berbau, tidak berwarana, tidak berasa, dan tidak keruh. Berikut
merupakan tolak ukur penilaian indikator kualitas air:
Table 3.11 Tolak Ukur Indikator Kualitas Air pada Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih
Indikator : Kualitas Air
Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
Sumber : air tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau dan teruji laboratorium.
Pendekatan Rasio Nilai
68-100% menyatakan memenuhi syarat
kualitas air. 5
21
Uji labortoarium tidakberkala. 3
Tidak diuji labortoarium. 1
Sumber: Hasil Analisis, 2021
5. Kontinuitas
Kontinuitas air bersih diukur sebagai indikator kinerja pelayanan air bersih dengan
mengetahui apakah air dapat mengalir dengan stabil baik ketika musim penghujan maupun
musim kemarau (Heru Puboyo, 2016). Kontinuitas air diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 air bersih yang baik yaitu air dapat digunakan dan
mengalirkan selama 24 jam/hari. Berikut merupakan tolak ukur penilaian indikator
kontinuitas air:
22
Table 3.13 Tolak Ukur Indikator Penanganan Air pada Evaluasi Kinerja
Pelayanan Air Bersih
Indikator : Penanganan Pengaduan
Sumber : Berdasarkan standar penilaian kinerja PDAM,
penangan aduan yang baik >80% keluhan dapat
tertanangi.
Pendekatan Rasio Nilai
Demand Side 68-100% menyatakan pengaduan dapat 5
tertangani.
34-67% menyatakan pengaduan dapat 3
tertangani.
1-33% menyatakan pengaduan dapat 1
tertangani.
Supply Side >80% pengaduan, dapat ditangani. 5
41-79% pengaduan, dapat ditangani. 3
1-40% pengaduan, dapat ditangani. 1
Sumber: Hasil Analisis, 2021
7. Tarif Air
Menurut Joko, 2010 penyediaan air bersih yang baik yaitu mudah dan murah sebagai
fasilitas penunjang bagi kesehatan masyarakat umum. sehingga tolak ukur tarif air perlu
diperhatikan dalam kriteria pelayanan air bersih komunal. Berdasarkan Permendagri No 23
Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum
pada Perusahaan Daerah Air Minum, tarif air harus sesuai dengan prinsip “terjangkau”,
hal tersebut mengatur bahwa tarif air tidak melebihi 4% dari pendapatan pengguna.
Table 3.14 Tolak Ukur Indikator Tarif Air pada Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih
ssssss Tarif Air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 16
Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Sumber :
Penyediaan Air Minum, tarif harga air tidak melebihi
pengeluaran masyarakat untuk air bersih sebesar 4%.
Pendekatan Rasio Nilai
68-100% terjangkau. 5
Demand Side 34-67% terjangkau. 3
1-33% terjangkau. 1
Rata tagihan air 5% 5
Supply Side Rata tagihan air 4,1-5% 3
Rata tagihan air >5% 1
Sumber: Hasil Analisis, 2021
23
Table 3.15 Kategori perolehan nilai Evaluasi Kinerja Pelayanan Air Bersih
Nilai Skor Perolehan Kategori
10-24 Kurang Baik
25-38 Cukup
39-50 Baik
Sumber: Hasil Analisis, 2021
24
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil yang akan diperoleh dalam kajian penelitian dengan tema pembahasan “Evaluasi
Kinerja Pelayanan Air Bersih Komunal di Perumahan Kawasan Perkotaan”, untuk mengetahui
kondisi prasarana jaringan air bersih disuatu perumahan memiliki kinerja yang baik apabila
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Namun implikasinya, kinerja pelayanan air bersih
dibeberapa daerah memiliki kinerja yang berbeda, masalah yang ada dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang berbeda. Sehingga berdasarkan pembahasan dari hasil kajian ini dapat
disimpulkan bahwa, Kinerja Pelayanan Air Bersih memiliki tujuh tolak ukur sebagai indikator
penentua Kinerja Pelayanan Air Bersih, yaitu Kuantitas, Cakupan Pelayanan, Tingkat
Kehilangan Air, Kualitas, Kontinuitas, Penanganan Pengaduan, dan Tarif. Indikator tersebut
diperoleh dari peraturan perundang-undangan, standar, dan kajian yang telah ditetapkan.
Kuantitas Air menjadi salah satu indikator utama yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penelitian
ini diharapkan bisa dijadikan evaluasi oleh beberapa perumahan yang menyediakan air bersih
komunal, sehingga pelayanan air bersih komunal dapat memenuhi kebutuh masyarakat.
B. Saran
Dalam kinerja pelayanan air bersih komunal di perumahan sebaiknya dikelola oleh
masyarakatnya sendiri, air bersih komunal berbasis masyarakat akan menciptakan pelayanan
air bersih yang baik karena dikelola dan digunakan oleh masyarakatnya sendiri. Untuk
menghindari permasalahan kuantitas air yang memiliki debit kecil, dilakukan peningkatan
kuantitas air dengan mengevaluasi dan menata ulang sitem prasarana air bersih dengan
memperhatikan kontur permukimanan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat
(PAM BM) Jakarta: Litbang Departemen Pekerjaan Umum.
Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Tata Cara Perencanaan Instalasi Saringan
Bappenas. (2003). Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat. Jakarta: Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Budihardjo, Eko. 2009. “Arsitektur, Perumahan, dan Perkotaan”. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Chatib, Benny. 1996. Sistem PAM: Pendidikan dan Latihan Tenaga Teknik Penyediaan Air Minum.
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, ITB: Bandung.
Dirjen Cipta Karya. 2009. Pedoman Pengelolaan Program Pamsimas. Departemen Pekerjaan Umum :
Jakarta
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Joko, T. (2010). Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan
Daerah Air Minum.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum.
Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
(2005).
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan SNI 19-
6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya.
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
26
WASPOLA. 2003. Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat. Bappenas: Jakarta.
World Health Organization. (1997). Guidelines for drinking-water quality: volume 3 surveillance
and control of community supplies. Geneva: WHO Library Cataloguing in Publication Data.
Y. Yuliani, M. Rahdriawan. 2015. Kinerja Pelayanan Air Bersih Berbasis Masyarakat di
Kelurahan Tugurejo Kota Semarang. JPK Vol. 3 No. 1 (2015) 11 – 25. Perencanaan Wilayah
dan Kota, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro: Semarang.
Yudohusodo, Siswono, dkk. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Penerbit Yayasan
Padamu Negeri.
27