You are on page 1of 9

Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN : 2503-488X

Vol. 6, No.4, 307-315, Desember 2018

PENGARUH SUHU DAN JENIS ASAM PADA HIDROLISIS PATI UBI


TALAS (Colocasia esculenta L. Schott) TERHADAP
KARAKTERISTIK GLUKOSA
The Effect of Temperature and Acid Type on Hydrolysis of Taro Yam Starch (Colocasia
Esculenta L. Schott) to The Characteristics of Glucose

Ni Kadek Ariani Dewi, Amna Hartiati*, Bambang Admadi H


PS Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit
Jimbaran, Badung, Kode pos : 80361; Telp/Fax : (0361) 701801

Diterima 21 September 2018 / Disetujui 30 Oktober 2018

ABTRACT

The purpose of this reseach was 1) to determine the effect of temperature and acid type on hydrolysis of
taro yam starch on the characteristics of glucose, 2) to determine the exact temperature and type of acid
in taro starch hydrolysis which produced the best glucose characteristics. This reseach uses Randomized
Block Design of factorial pattern.. The first factor is the hydrolysis temperature of taro yam starch at
temperatures of 80°C, 90°C and 100°C. The second factor is the acids type of HNO3, H2SO4 and HCl,
each with 7% acid concentration. Each treatment is grouped into 2 based on the implementation time.
The variables observed were reduction in sugar content, total sugar, dekstrose equivalent (DE), total
dissolved solids and clarity. The results showed that the temperature treatment and acid type had a very
significant effect (P<0,01) on reducing sugar content, total sugar and hydrolyzed dectrose equivalent
(DE) values. Temperature treatment has a significant effect on total dissolved solids and does not
significantly affect clarity. The treatment of acid types has significant effect on total dissolved solids and
clarity. Temperature treatment and type of acid interact with reducing sugar content, total sugar, and
DE values, do not interact with total dissolved solids and clarity. The highest yield was obtained by
reducing sugar content of 3,06%, total sugar 5,64% and DE value of 54,24% in HCl at 100°C. The total
dissolved solids in H2SO4 and HCl at 100°C were 5,15°Brix and the clarity of HCl at 100°C was 0,02.
The best glucose characteristics at HCl was 90°C which was not significantly different from HCl at
100°C.
Keywords: sugar, hydrolysis, taro yam, starch, acid, glucose

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh suhu dan jenis asam pada hidrolisis pati
ubi talas terhadap karakteristik glukosa, 2) untuk menentukan suhu dan jenis asam yang tepat pada
hidrolisis pati ubi talas yang menghasilkan karakteristik glukosa terbaik. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok pola faktorial. Faktor pertama yaitu suhu hidrolisis pati ubi talas pada suhu
80°C, 90°C dan 100°C. Faktor kedua yaitu jenis asam HNO3, H2SO4 dan HCl masing-masing
konsentrasi asam 7 %. Masing-masing perlakuan dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan waktu
pelaksanaan. Adapun variabel yang diamati yaitu kadar gula reduksi, total gula, dekstrose equivalent

*Korespondensi Penulis:
Email: amnahartiati@unud.ac.id

307
Dewi, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

(DE), total padatan terlarut dan kejernihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan
jenis asam berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar gula reduksi, total gula dan nilai dektrose
equivalent (DE) terhidrolisis. Perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut dan tidak
berpengaruh nyata terhadap kejernihan. Perlakuan jenis asam berpengaruh sagat nyata terhadap total
padatan terlarut dan kejernihan. Perlakuan suhu dan jenis asam berinteraksi terhadap kadar gula reduksi,
total gula, dann nilai DE, tidak berinteraksi terhadap total padatan terlarut dan kejernihan. Hasil paling
tinggi diperoleh kadar gula reduksi yaitu 3,06%, total gula 5,64% dan nilai DE 54,24% pada HCl suhu
100°C. Total padatan terlarut pada H2SO4 dan HCl suhu 100°C sebesar 5,15°Brix dan kejernihan pada
HCl suhu 100°C sebesar 0,02. Karakteristik glukosa terbaik pada HCl suhu 90°C yang tidak berbeda
nyata dengan HCl suhu 100°C.
Kata kunci: gula, hidrolisis, ubi talas, pati, asam, glukosa

PENDAHULUAN dijadikan sebagai bahan baku dalam


pembuatan gula glukosa, karena amilosa dan
Gula merupakan kebutuhan pokok amilopektin merupakan polisakarida yang
masyarakat Indonesia. Peran gula sebagai terdiri dari molekul-molekul glukosa. Pada
pemanis saat ini masih didominasi oleh gula industry, pati biasanya dijadikan pemanis
pasir (gula sukrosa). Gula pasir yang makanan seperti gula cair atau sirup glukosa.
diproduksi masih menggunakan bahan baku Pembuatan pemanis glukosa menjadi produk
dari tebu. Kebutuhan akan gula di masyarakat gula, dilakukan melalui beberapa proses dari
yang semakin meningkat, dapat bahan baku pembuatan pati, tahap proses
mempengaruhi dalam produksi gula. Oleh hidrolisis hingga tahap analisa glukosa setelah
karena itu, perlu adanya alternatif pemanis proses hirolisis pati ubi talas. Analisa tersebut
selain sukrosa yaitu salah satunya adalah gula untuk mengetahui glukosa yang terkandung
glukosa. dalam pati. Proses hidrolisis dapat
Gula glukosa merupakan salah satu menggunakan asam atau enzim sebagai
pemanis makanan dan minuman dalam katalisnya. Penggunaan asam atau enzim
berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak dalam proses hidrolisis berfungsi untuk
berwarna tetapi memiliki rasa manis yang mempercepat reaksi hidrolis pati.
tinggi. Glukosa merupakan salah satu produk Beberapa hasil penelitian sebelumnya
utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. seperti penelitian Putri et al. (2008)
Glukosa adalah D-glukosa yang disebut juga menghidrolisis pati ubi ganyong menggunakan
dengan dextrosa. Glukosa merupakan molekul asam dengan suhu hidrolisis 120°C hasil
dasar pembuatan pati. Pati yang diperoleh dari terbaik yaitu menggunakan asam HNO3
bahan yang mengandung karbohidrat, salah dengan konsetrasi 7% didapatkan DE tertinggi
satunya adalah pati ubi talas. 2,84. Pada penelitian Dinasari et al. (2013)
Talas merupakan tanaman yang banyak yaitu menghidrolisis pati talas sente
terdapat di Indonesia. Talas adalah salah satu menggunakan asam HCl dan suhu 50, 60, 80
jenis umbi-umbian yang kaya karbohidrat dan 90°C menghasilkan glukosa terbaik
terutama pada patinya. Talas mengandung pati terbaik pada suhu hidrolisis 90°C sebesar 0,62
sebesar 67,49% dengan kadar air 7,73% g/l. Penelitian Sutamiharja et al. (2015) yaitu
(Permana et al. 2017). Pati merupakan bahan menghidrolisis pati singkong dengan HCl
pangan yang banyak dimanfaatkan di industri didapatkan kadar gula tertinggi 84,22% pada
pengolahan pangan. Menurut Wahyuni (2010) kosentrasi asam 0,5N dengan suhu 121°C.
talas mengadung kadar amilosa 21,44% dan Pada penelitian Sadimo et al. (2016)
amilopektin 78%. Kandungan amilosa dan menghidrolisis pati umbi talas dengan asam
amilopektin yang cukup tinggi talas dapat

308
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Suhu dan Jenis Asam pada Hidrolisis...

klorida 15% dengan suhu 100°C selama 2,5 Pelaksanaan Penelitian


jam didapatkan kadar gula sebesar 0,65%. Proses Pembuatan Pati (Permana, et al.,
Hidrolisis pati ubi talas dengan enzim 2017)
amiloglukosidase pada proses sakarifikasi Ubi talas dikupas dan dicuci dengan air
terhadap produksi gula cair dilakukan oleh hingga bersih, kemudian dipotong-potong
Putra (2015) didapatkan derajat kemanisan berukuran (balok ±3 cm) dan ditimbang.
63,50°Brix. Penelitian Putri et al. (2016) Selanjutnya, direndam dalam larutan garam
menghidrolisis pati ubi talas menggunakan dengan konsentrasi NaCl 15%. Ubi talas
jenis dan konsentrasi asam H2SO4, HNO3, dan dihancurkan dengan blender dengan
HCl dengan suhu hidrolisis 90°C didapatkan perbandingan air dan bahan (4:1). Setelah itu,
DE tertinggi pada asam H2SO4 dengan disaring untuk mendapatkan filtratnya,
konsentrasi 7% sebesar 37,93%. Berdasarkan kemudian didiamkan selama 24 jam. Air dan
penelitian tersebut maka hidrolisis pati ubi patinya dipisahkan, sehingga diperoleh pati
talas dilakukan dengan menggunakan suhu dan basah. Pati basah tersebut dioven dengan suhu
jenis asam. 80°C selama ± 4 jam. Setelah itu diblender
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui selama ± 15 menit dan diayak dengan dengan
pengaruh suhu dan jenis asam pada hidrolisis pengayakan 80 mesh.
pati ubi talas terhadap karakteristik glukosa
serta menentukan suhu dan jenis asam yang Hidrolisis (Sudarmadji et al., 1997)
tepat pada hidrolisis pati ubi talas yang Penelitian dengan proses hidrolisis ini
menghasilkan karakteristik glukosa terbaik. menggunakan pati ubi talas sebanyak 2 gram,
dimasukkan ke dalam botol dengan
METODE PENELITIAN ditambahkan 25 ml aquades kemudian
divortex 1 menit. Selanjutnya, pati
Bahan dan Alat ditambahkan dengan 20 ml asam sesuai
Bahan-bahan yang digunakan dalam perlakuan jenis asam H2SO4, HCl, dan HNO3
melaksanakan penelitian ini terdiri dari ubi dengan masing-masing konsentrasi 7% dan
talas yang diambil dari daerah Desa Antosari, dipanaskan selama 1 jam. Setelah pati dengan
Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten penambahan asam dipanaskan selesai,
Tabanan dengan umur panen ± 5-6 bulan, air, kemudian didinginkan dalam suhu ruang. Pati
garam (NaCl) (Refina), aquades, NaOH 50%, dengan penambahan asam yang sudah dingin
larutan PP 0,1%, reagen nelson, dan selanjutnya ditambahkan 2 tetes larutan PP
arsenomolibdat. Asam yang digunakan untuk 0,1% dan dinetralkan dengan larutan NaOH
proses hidrolisis adalah asam nitrat (HNO3), 50%. Setelah itu, diencerkan sampai volume
asam klorida (HCl), dan asam sulfat (H2SO4). 100 ml, kemudian disaring.
Peralatan yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian ini terdiri dari oven Variabel yang Diamati
(MMM Medcenter Einrichtungen GmbH), Variabel yang diamati dalam penelitian ini
neraca analitik, waterbath (P selecta), adalah kadar gula reduksi (Metode Nelson-
refraktometer P-1 brix 0-32%, Somogyi., 1994), total gula (Sudarmadji et al.,
spektrofotometer (UV-Vis) (Biochrom libra), 1997), dektrose equivalent (DE) (Putrid dan
hot plate, labu ukur, blender (miyako), pisau, Sukandar, 2008), total padatan terlarut
kain saring, erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur (Norman, 1998) dan kejernihan (Soesanto,
(Pyrex), kain saring, gelas beker (Pyrex), dan 1983).
botol You C, tabung centrifuge, pipet tetes,
pipet volume. HASIL DAN PEMBAHASAN

309
Dewi, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

Kadar Gula Reduksi Pati Ubi Talas menghasilkan gula reduksi tertinggi dengan
Terhidrolisis kadar 3,06% dan hal ini tidak berbeda nyata
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan kadar gula reduksi hasil hidrolisis pati
perlakuan suhu dan jenis asam berpengaruh menggunakan HNO3 pada suhu 100°C. Gula
sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar gula reduksi terendah diperoleh dalam hidrolisis
reduksi dan interaksi perlakuan berpengaruh pati ubi talas dengan menggunakan H2SO4
sangat nyata terhadap kadar gula reduksi pada suhu 80°C yaitu 0,38% yang tidak
terhidrolisis. Nilai rata-rata kadar gula reduksi berbeda nyata dengan gula reduksi hasil
dapat dilihat pada Tabel 1. hidrolisis HNO3 pada suhu 80°C.
Berdasarkan Tabel 1, hidrolisis pati ubi
talas menggunakan HCl pada suhu 100°C
Tabel 1. Nilai rata-rata gula reduksi pati ubi talas terhidrolisis (%)

Keterangan: Huruf yang terletak dibelakang angka yang berbeda pada rata-rata menunjukkan pengaruh
yang nyata (P<0,01).
Semakin tinggi suhu hidrolisis pati ubi talas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
menggunakan asam menyebakan semakin perlakuan suhu hidrolisis dan jenis asam
tinggi kadar gula reduksi yang dihasilkan, berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
karena pati dengan katalis asam yang total gula dan interaksi dari perlakuan
dipanaskan dengan suhu tinggi maka pati lebih berpengaruh sangat nyata pada total gula.
cepat menggelembung dan mudah pecah Adapun nilai rata-rata total gula hasil hidrolisis
sehingga ikatan antar unit glukosa dari amilosa pati ubi talas dapat dilihat pada Tabel 2.
dan amilopektin meregang dan lepas Berdasarkan Tabel 2, hidrolisis pati ubi
menghasilkan rantai pendek unit-unit glukosa talas dengan suhu dan asam menghasilkan total
(Sutanto, et al. 2014). Penambahan asam HCl gula tertinggi dengan menggunakan HCl pada
dengan suhu hidrolisis menyebabkan tingkat suhu 100°C yaitu 5,64 % dan hal ini tidak
degradasi pati terhidrolisis lebih tinggi berbeda nyata dengan menggunakan HNO3
sehingga gula reduksi meningkat, karena asam pada suhu 100°C. Total gula terendah
kuat HCl dapat merusak ikatan polisakarida diperoleh dalam hidrolisis pati ubi talas
dengan memotong molekul pati secara acak menggunakan H2SO4 pada suhu 80°C yaitu
menjadi bagian yang lebih kecil (Setiawan et 2,96% dan tidak berbeda nyata dengan
al. 2006). Hidrolisis pati menggunakan asam menggunnakan HNO3 pada suhu 80°C.
memerlukan suhu yang tinggi yaitu antara 140- Penambahan asam dengan suhu hidrolisis
160°C (Budiarti et al.2016). Asam semakin tinggi pada hidrolisis pati ubi talas
menghasilkan ion H+ dan berikatan dengan terjadi peningkatan total gula yang dihasilkan,
H2O membentuk H3O+ akan memecah ikatan karena suhu berpengaruh terhadap konstanta
gilosidik pada amilosa maupun amilopektin kecepatan reaksi, jika suhu tinggi konstanta
sehingga membentuk monomer-monomer kecepatan reaktan semakin cepat (Kirk
sederhana (Balat et al. 2008). Othmer, 1983). Kecepatan reaksi hidrolisis
akan meningkat hampir 2 kali untuk setiap
Total Gula Pati Ubi Talas Terhidrolisis kenaikan suhu 10°C (Grogins,1958).

310
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Suhu dan Jenis Asam pada Hidrolisis...

Penambahan HCl dengan suhu 100°C polisakarida yang di dalam bahan dan dipotong
menghasilkan menghasilkan reaksi yang lebih secara acak menjadi bagian yang lebih kecil,
cepat, karena HCl adalah salah satu asam kuat sehingga jumlah polisakarida yang terhirolisis
yang memiliki sifat cepat menguap jika lebih banyak dan jumlah gula reduksi serta
dipanaskan, sehingga mudah untuk pemisahan total gula dalam hidrolisat semakin tinggi
produknya. Dalam hal ini, hidrolisis pati (Setiawan et al. 2006).
dengan HCl dan suhu tinggi merusak ikatan
Tabel 2. Nilai rata-rata total gula terhidrolisis (%)

Keterangan: Huruf yang terletak dibelakang angka yang berbeda pada rata-rata menunjukkan pengaruh
yang nyata (P<0,01).
Nilai Dextrose Equivalent (DE) suhu dan jenis asam berpengaruh sangat nyata
Hasil analisis ragam menunjukkan pada terhadap nilai DE. Pengaruh perlakuan dapat
perlakuan suhu dan jenis asam berpengaruh dilihat pada notasi nilai rata-rata DE pada
sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai Dekstrose Tabel 3.
Equivalent (DE) dan interaksi dalam perlakuan
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Dekstrose Equivalent (DE) (%)

Keterangan: Huruf yang terletak dibelakang angka yang berbeda pada rata-rata menunjukkan pengaruh
yang nyata (P<0,01).
Berdasarkan Tabel 3, hidrolisis pati ubi asam dan suhu tinggi reaksi katalis semakin
talas menggunakan HCl pada suhu 100°C cepat sehingga pati terdegradasi menjadi
menghasilkan nilai dekstrose equivalent (DE) glukosa lebih cepat. Asam klorida (HCl) dan
tertinggi yaitu 54,24% dan hal ini tidak asam nitrat (HNO3) adalah asam kuat yang
beberbeda nyata dengan hasil hidrolisis pati bersifat monoprotik, dimana proses
+
ubi talas menggunakan HCl pada suhu 90°C pembentukan H terjadi dalam satu tahap,
dan tidak berbeda nyata dengan menggunakan sehingga reaksi hidrolisis yang dikatalisnya
HNO3 pada suhu 100°C. Hasil hidrolisis pati berlangsung lebih cepat dibanding H2SO4
ubi talas diperoleh nilai dekstrose equivalent (Saleh, et al., 2016). Efektivitas jenis katalis
(DE) terendah menggunakan H2SO4 pada suhu HCl lebih tinggi menghasilkan glukosa pada
80°C sebesar 12,74% dan tidak berbeda nyata suhu, konsentrasi dan waktu yang sama
dengan menggunakan HNO3 pada suhu 80°C. dibanding dengan H2SO4. Hal ini karena sifat
Hidrolisis pati ubi talas menggunakan suhu HCl lebih kuat dengan reaktivitas yang lebih
dan asam menghasilkan nilai dekstrose tinggi dibandingkan dengan H2SO4 (Yuliana,
equivalent (DE) yang tinggi. Penambahan 2011). Sesuai dengan persamaan Arhenius,

311
Dewi, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

bahwa dari kinetika reaksi kimia, semakin berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
tinggi suhu reaksi semakin cepat pula jalannya total padatan yang terlarut. Sedangkan,
reaksi, namun jika berlangsung pada suhu interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh
yang terlalu tinggi konversi akan menurun. Hal nyata terhadap total padatan terlarut. Nilai
ini disebabkan adanya glukosa yang pecah rata-rata total padatan terlarut dapat dilihat
menjadi arang (warna larutan hasilnya pada tabel 4.
semakin tua). Terkait dengan persamaan Berdasarkan Tabel 4, hidrolisis pati ubi
Arhenius, bahwa dalam proses hidrolisis talas menggunakan suhu dan asam dihasilkan
penambahan katalisator bertujuan untuk total padatan terlarut tertinggi menggunakan
memperbesar kecepatan reaksi, karena HCl pada suhu 100°C yaitu 5,15°Brix dan
semakin banyak asam yang dipakai kecepatan sangat tidak berbeda nyata dengan hidrolisis
reaksi semakin meningkat, sehingga glukosa menggunakan H2SO4 yaitu 5,15° Brix. Hasil
juga meningkat. hidrolisis pati ubi talas menggunakan suhu dan
asam dihasilkan total padatan terlarut terendah
Total Padatan Terlarut menggunakan HNO3 yaitu 4,00°Brix.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa Penambahan asam H2SO4 dan HCl
perlakuan suhu hidrolisis pati ubi talas menghasilkan total padatan terlarut yang tinggi
berpengaruh nyata (P<0,05) dan jenis asam dibanding dengan penambahan asam HNO3.
Tabel 4. Nilai rata-rata total padatan terlarut (°Brix)

Keterangan: Huruf yang terletak dibelakang angka yang berbeda pada rata-rata menunjukkan pengaruh yang
nyata (P<0,05).
Asam yang digunakan untuk hidrolisis Kejernihan
sangat berpengaruh pada terhidrolisisnya pati Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
ubi talas karena glukosa dan fruktosa perlakuan suhu hidrolisis tidak berpengaruh
mempunyai kelarutan yang sangat besar pada nyata (P>0,01) dan perlakuan jenis asam
asam (Winarno,1992). Pada HCl dan H2SO4 berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
memiliki kelarutan lebih besar daripada HNO3 kejernihan. Perlakuan suhu dan jenis asam
namun kadar gula reduksi yang dihasilkan dalam interaksinya tidak berpengaruh nyata
asam HNO3 lebih besar daripada asam H2SO4 terhadap kejernihan, hal ini dapat dilihat pada
dikarenakan pati yang terhidrolisisis dengan notasi nilai rata-rata pada Tabel 5.
asam H2SO4 belum sepenuhnya terdegradasi Berdasarkan Tabel 5, hidrolisis pati ubi
menjadi glukosa. Hidrolisis menggunakan talas menggunakan suhu dan asam
asam dalam proses pemotongan pati tidak menghasilkan kejernihan glukosa terendah
teratur sehingga hasilnya adalah campuran menggunakan HCl pada suhu 100°C yaitu 0,02
dekstrin, maltosa dan glukosa (Chaplin dan dan kejernihan tertinggi menggunakan HNO3
Bucke, 1990). Hidrolisis asam prosesnya pada suhu 80°C yaitu 0,12.
memecah pati secara acak dan tidak Berdasarkan nilai absorbansi yang
terpengaruh dengan adanya ikatan α-1,6- diperoleh bahwa kejernihan glukosa menurun
glikosidik. maka larutan hidrolisat semakin jernih, karena

312
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Suhu dan Jenis Asam pada Hidrolisis...

asam dapat menghidrolisis semua jenis kejernihan menurun dan reaksi hidrolisis
polisakarida sehingga partikel-partikel terlarut dengan asam dapat terjadi reaksi yang lebih
akan semakin banyak yang menyebabkan kompleks.
Tabel 5. Nilai rata-rata kejernihan

Keterangan: Huruf yang terletak dibelakang angka yang sama pada rata-rata menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata (P<0,01).
Penambahan konsentrasi substrat asam KESIMPULAN DAN SARAN
menghasilkan gula pereduksi dan total gula
tinggi, namun kejernihan hidrolisat menurun Kesimpulan
(Setiawan, 2006). Menurut Triyono (2008) Berdasarkan penelitian yang telah
tingkat kejernihan glukosa diperoleh dari nilai dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa
absorbansi, semakin besar nilai absorbansinya hal sebagai berikut:
larutannya semakin keruh dan semakin kecil Perlakuan suhu berpengaruh sangat nyata
nilai absorbansinya semakin jernih terhadap kadar gula reduksi, total gula dan
larutaannya. Kejernihan glukosa dipengaruhi nilai DE, berpengaruh nyata terhadap total
oleh kandungan komponen bukan gula, padatan terlarut dan tidak berpengaruh nyata
misalnya logam mineral, oligosakarida dan terhadap kejernihan. Perlakuan jenis asam
bahan organik lainnya. Semakin banyak berpengaruh sangat nyata terhadap kadar gula
komponen bukan gula semakin tinggi nilai reduksi, total gula dan nilai DE, total padatan
absorbansinya. Kejernihan dan kualitas warna terlarut dan kejernihan. Perlakuan suhu dan
dalam hirolisat pati dipengaruhi oleh jenis asam berinteraksi terhadap kadar gula
kandungan ISSP (Insoluble Starch Particles) reduksi, total gula dan nilai DE, tidak
dalam pati. ISSP merupakan partikel-partikel berinteraksi terhadap total padatan terlarut dan
pati yang tersusun atas sebagian besar amilosa kejernihan.
saling bergandengan membentuk rantai lurus Hasil penelitian diperoleh kadar gula
(linear) Tjokroadikosoemo (1986). Kejernihan reduksi paling tinggi 3,06%, total gula 5,64%
glukosa dipengaruhi oleh kandungan dan nilai DE 54,24%. Total padatan terlarut
komponen bukan gula, misalnya logam 5,15°Brix dan kejernihan 0,02. Perlakuan suhu
mineral, oligosakarida dan bahan organik dan jenis asam yang menghasilkan glukosa
lainnya. Semakin banyak komponen bukan terbaik adalah pada asam HCl suhu 90°C yang
gula semakin tinggi nilai absorbansinya. Nilai tidak berbeda nyata dengan asam HCl pada
gula pereduksi akan meningkat sejalan dengan suhu 100°C.
lama hidrolisis, karena semakin lama waktu
hidrolisis menyebabkan semakin rendahnya Saran
tingkat warna dan kejernihan sirup, sehingga Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
semakin lama waktu hidrolisis semakin besar disarankan sebagai berikut :
proporsi dekstrose yang terdegradasi menjadi Perlakuan jenis asam klorida (HCl) pada
senyawa-senyawa furfural (Ciptadi dan suhu 100°C menghasilkan glukosa tertinggi
Mahcfud, 1980). sehingga perlu dilakukan penelitian lebih

313
Dewi, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

lanjut terkait suhu maksimal hidrolisis pati (NaCl) sebagai bahan perendam terhadap
talas menggunakan HCl. karakteristik mutu ubi talas (colacasia
esculenta L. schott). Jurnal Rekayasa dan
DAFTAR PUSTAKA Manajemen Agroindustri. ISSN: 2503-
488X. Volume 5. No. 1. Halaman 60-70.
Balat, M., H. Balat, dan C.Oz. 2008. Progress Putri, L.S.E., dan D. Sukandar. 2008. Konversi
in bioethanol processing. Progress in ganyong (canna edulis ker.) Menjadi
energy and combustion. Science Journal. bioetanol melalui hidrolisis asam dan
Volume 34. No. 5. Halaman 551-537. fermentasi. Jurnal Biodiversitas. ISSN:
1412-033X. Volume 9. No. 2. Halaman
Budiarti, G.I., S Sumardiono, dan Kusmiyati.
112-116.
2016. Studi konversi pati ubi kayu (Cassava
Starch) menjadi glukosa secara enzimatik. Putri, N.C., A. Hartiati, dan B. Admadi. 2016.
Jurnal Chemica. Volume 3. No. 1. Halaman Pengaruh jenis dan konsentrasi asam
7-17. terhadap nilai dextrose equivalent pada
hidrolisis pati ubi talas (colocasia esculenta
Chaplin, M.F. dan C.Bucke. 1990. Ensim
l. schoot). Jurnal rekayasa proses dan
Technology. Cambridge University Press,
manajemen agroindustri. ISSN: 2503-
New York.
488X. Volume 4. No. 3. Halaman 139-148.
Ciptadi, W., dan Mahcfud.1980. Mempelajari
Putra, K.A.W., A. Hartiati, dan W. Arnata.
pendayagunaan umbi-umbian sebagai
2015. Pengaruh suhu dan konsentrasi enzim
sumber karbohidrat. Proyek
amiloglukosidase pada proses sakarifikasi
Peningkatan/Pengembangan Perguruan
terhadap produksi gula cair pati ubi talas
Tinggi, Departemen Teknologi Hasil
(Colocasia esculenta). Jurnal Rekayasa
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Proses dan manajemen Agroindustri. ISSN:
Dinasari, A.A., dan A. Adhitasari. 2013. 2503-488X. Volume 3. No. 2. Halaman
Proses hidrolisa pati talas sente (alocasio 130-139.
macrorria) menjadi glukosa: studi kinetika
Sadimo, M. M., I. Sald, dan K. Mustpa. 2016.
reaksi. Jurnal Teknologi Kimia dan
Pembuatan bioetanol dari pati ubi talas
Industri. Volume 2. No. 2. Halaman 253-
(Colocasia esculenta l schott) melalui
260.
hidrolisis asam dan fermentasi. Jurnal
Grogins, P.H., 1958, “Unit Processes In Akademik Kimia. Volume 2. No. 2.
Organik Syntetic” 5 th edition, Mc Graw Halaman 89-94.
Hill, Kogakusha, Ltd, Tokyo.
Saleh, H.A., J. Saokani, dan S. Rija. 2016.
Kirk, R.E., and D.F. Othmer. 1983, Penentuan nilai kalor serta pengaruh asam
“Enchyclopedia of Chemical Technology”, klorida (HCl) terhadap kadar bioetanol
3rd ed., John Willey and Sons Inc., New bonggol pisang (musa paradisiacal). Jurnal
York Al Kimia. Jurusan Kimia, Fakultas Sains
Muchtadi, T., dan Sugiyono. 1989. Petunjuk dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Volume 4. No. 1. Halaman 66-77.
Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Setiawan, W.M., dan C.T. Sunarti. 2006.
Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Produksi hidrolisat pati dan serat pangan
Permana, K.D.A., A. Hartiati, dan Admadi, B. dari singkong melalui hidrolisis dengan α-
2017. Pengaruh konsentrasi natrium klorida amilase dan asam klorida. Jurnal. Fakultas

314
Vol. 6, No.4, Desember 2018. Pengaruh Suhu dan Jenis Asam pada Hidrolisis...

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Teknoin 2008. Bidang Teknik Kimia dan
Bogor. Bogor. Tekstil.
Sutamihardja, RTM., Srikandi, dan D.P. Winarno, dan T.S. Rahayu, 1992.Bahan
Herdiani. 2015. Hidrolisis asam klorida Tambahan untuk Makanan dan
tepung pati singkong (manihot eculenta Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan.
Crants) dalam pembuatan pati gula cair. Jakarta.
Jurnal Sains Natural. Volume 5, No.1, Yuliana, E. 2011. Produksi bioetanol dari
Halaman 83-91. empulur sagu menggunakan enzim dan
Tjokroadikosoemo, P.S.1986. High Fructose khamir dari isolate local. Institut Pertanian
Syrup dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Bogor. Bogor.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Yuniwati, M., D. Ismiyati, dan R. Kurniasih.
Jakarta. 2011. Kinetika reaksi hidrolisis pati pisang
Triyono, A. 2008. Karakteristik gula glukosa tanduk dengan katalisator asam klorida.
dari hidrolisis pati ubi jalar (Ipomoea Jurnal Teknologi. Fakultas Teknologi
Batatas, L) dalam upaya pemanfaatan pati Industri. Volume 4. No. 2. Halaman 107-
umbi-umbian. Prosiding Seminar Nasional 112.

315

You might also like