You are on page 1of 31

1

TINJAUAN YURIDIS BAGI RUMAH SAKIT YANG MENOLAK PASIEN


YANG TIDAK MAMPU
Agustina Anggraeni
Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hokum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda,Indonesia

ABSTRACT the procedures set out in the


Criminal Code, which can cause
The state is an organization patients to suffer losses that result in
that has a purpose. In the context of disability or death, then it is a
the State of Indonesia, the purpose of criminal offense and can be
the State is set out in the fourth criminalized according to Indonesian
paragraph of the Opening of the law.
1945 Constitution of the Republic of Based on the background
Indonesia which identifies the State description of the problem above, the
of Indonesia as a State of law aimed problems in this paper are: (1) How
at realizing public welfare. Every is the legal protection of poor
activity in addition must be oriented patients as consumers of services in
to the objectives to be achieved must health services in hospitals? (2) What
also be based on the applicable law legal actions can be taken by
as a rule of state activities, incapacitated patients for the
government and society. To achieve patient's rejection actions carried out
these national goals, a sustainable by the hospital?
development effort is undertaken Based on the results of the
which is a series of comprehensive, study as stated above, the following
directed and integrated development, conclusions can be drawn: (1) In an
including health development. emergency, health care facilities,
In matters of public health, both government and private, are
the government is obliged to ensure prohibited from rejecting patients
that its citizens are not sick and also and / or asking for advances. " In
obliged to fulfill the rights of their addition, the act of refusing medical
people to a healthy life and the treatment is also a criminal act, so
implementation of conditions that that it can be prosecuted criminally
determine people's health, because in accordance with Articles 304 and
health has become part of the lives of 531 of the Criminal Code. In the case
citizens, and to carry out the mandate of refusing hospital medical
the State must fulfill the health treatment, the hospital management
development principle as written in responsible for violating the law,
Article 2 of Law Number 36 Year according to Article 190 paragraph
2009 concerning Health. (1) of Law Number 36 Year 2009
Poor health services will concerning Health. (2) Civil legal
adversely affect the interests of the action that can be taken by poor
people who need medical services. patients who are refused by the
Especially if the hospital does not hospital in an emergency situation is
provide proper services according to by filing a breach of tort and
2

unlawful actions. By rejecting poor yang menyeluruh, terarah, dan


patients in an emergency, the terpadu, termasuk di dalamnya
hospital has defaulted because it did adalah pembangunan kesehatan.
not do what was agreed to do. In this
case the hospital does not do Dalam permasalahan
anything in the form of providing kesehatan masyarakat, pemerintah
medical treatment to poor patients berkewajiban memastikan warga
who are in an emergency situation of negaranya tidak sakit dan juga
course require medical treatment as
berkewajiban untuk memenuhi hak
soon as possible. Provisions in
Article 58 Paragraph (1) of the rakyatnya atas kehidupan yang sehat
Health Law says that poor patients dan terselenggaranya kondisi-kondisi
who are refused a hospital in an yang menentukan kesehatan rakyat,
emergency situation can take legal karena kesehatan telah menjadi
action in the form of a civil claim by bagian dari kehidupan warga Negara,
demanding compensation to the dan untuk menjalankan amanat
hospital that committed the refusal.
tersebut Negara harus memenuhi
Keywords: Patients, Services, azas pembangunan kesehatan seperti
Hospitals tertulis dalam Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009
ABSTRAK tentang Kesehatan.
Negara adalah suatu Pelayanan kesehatan yang
organisasi yang memiliki tujuan. tidak baik akan berakibat merugikan
Pada konteks Negara Indonesia, kepentingan masyarakat yang
tujuan Negara tertuang dalam alinea memerlukan pelayanan medis.
keempat Pembukaan UUD NRI Terlebih apabila rumah sakit tidak
Tahun 1945 yang memberikan pelayanan yang layak
mengidentifikasikan Negara sesuai prosedur yang diatur dalam
Indonesia sebagai Negara hukum Kitab Undang-Undang Hukum
yang bertujuan mewujudkan Pidana, yang dapat menyebabkan
kesejahteraan umum. Setiap pasien menderita kerugian sehingga
kegiatan disamping harus mengakibatkan menderita kecacatan
diorientasikan pada tujuan yang ataupun kematian maka hal tersebut
hendak dicapai juga harus merupakan tindak pidana dan dapat
berdasarkan pada hukum yang dipidanakan sesuai hukum yang
berlaku sebagai aturan kegiatan berlaku di Indonesia.
kenegaraan, pemerintahan dan Berdasarkan uraian latar
kemasyarakatan. Untuk mencapai belakang masalah tersebut di atas,
tujuan nasional tersebut, maka permasalahan dalam penulisan ini
dilakukan upaya pembangunan adalah : (1) Bagaimanakah
yang berkesinambungan yang perlindungan hukum pasien tidak
merupakan rangkaian pembangunan mampu sebagai konsumen jasa
3

dalam pelayanan kesehatan di darurat tentu saja memerlukan


Rumah Sakit ? (2) Bagaimana perlakuan tindakan medis sesegera
tindakan hukum yang dapat mungkin. Ketentuan dalam Pasal 58
dilakukan oleh pasien tidak mampu ayat (1) Undang-Undang Kesehatan
atas tindakan penolakan pasien yang mengatakan bahwa pasien miskin
dilakukan oleh rumah sakit ? yang ditolak rumah sakit pada
Berdasarkan hasil penelitian keadaan gawat darurat dapat
sebagaimana dikemukakan di atas, melakukan tindakan hukum berupa
dapat ditarik kesimpulan sebagai gugatan perdata dengan menuntut
berikut : (1) Dalam keadaan darurat, ganti rugi kepada rumah sakit yang
fasilitas pelayanan kesehatan, baik melakukan tindakan penolakan
pemerintah maupun swasta dilarang tersebut.
menolak pasien dan/atau meminta
uang muka.” Selain itu perbuatan Kata Kunci : Pasien, Pelayanan,
penolakan perawatan medis juga Rumah Sakit
termasuk perbuatan pidana, sehingga
dapat dituntut secara pidana sesuai I. PENDAHULUAN
dengan Pasal 304 dan 531 KUHP. A. Latar Belakang
Dalam hal yang melakukan Negara adalah suatu
penolakan perawatan medis rumah organisasi yang memiliki
sakit, maka pimpinan rumah sakit tujuan. Pada konteks Negara
yang bertanggung jawab atas Indonesia, tujuan Negara
terjadinya pelanggaran hukum, tertuang dalam alinea keempat
sesuai diatur dalam Pasal 190 ayat Pembukaan UUD NRI Tahun
(1) Undang-Undang Nomor 36 1945 yang mengidentifikasikan
Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2) Negara Indonesia sebagai
Tindakan hukum perdata yang dapat Negara hukum yang bertujuan
dilakukan pasien miskin yang ditolak mewujudkan kesejahteraan
rumah sakit pada keadaan gawat umum. Setiap kegiatan
darurat adalah dengan mengajukan disamping harus diorientasikan
gugatan wanprestasi dan perbuatan pada tujuan yang hendak
melawan hukum. Dengan menolak dicapai juga harus berdasarkan
pasien miskin pada keadaan gawat pada hukum yang berlaku
darurat, rumah sakit telah melakukan sebagai aturan kegiatan
wanprestasi karena tidak melakukan kenegaraan, pemerintahan dan
apa yang disepakati untuk dilakukan. kemasyarakatan. Untuk
Dalam hal ini rumah sakit tidak mencapai tujuan nasional
melakukan hal berupa memberikan tersebut, maka dilakukan upaya
tindakan medis kepada pasien miskin pembangunan yang
tersebut yang dalam keadaan gawat berkesinambungan yang
4

merupakan rangkaian Tahun 1945 pada Pasal 34 ayat


pembangunan yang menyeluruh, (2), menyebutkan bahwa Negara
terarah, dan terpadu, termasuk mengembangkan sistem
di dalamnya adalah jaminan sosial bagi masyarakat.
pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur
Kesehatan adalah hak
kesejahteraan yang harus
dasar setiap individu, dan semua
diwujudkan sesuai dengan cita-
warga Negara berhak mendapat
cita bangsa Indonesia
pelayanan kesehatan termasuk
sebagaimana dimaksud dalam
masyarakat miskin. Hak atas
Pancasila dan Pembukaan
layanan kesehatan mewajibkan
Undang-Undang Dasar Negara
negara menyediakan layanan
Republik Indonesia Tahun
kesehatan bagi warga negaranya
1945.
yang membutuhkan dan hal ini
meupakan bagian dari tugas Upaya Peningkatan
pemerintah. Hak atas kualitas hidup manusia di
perlindungan kesehatan bidang kesehatan merupakan
mewajibkan pemerintah suatu usaha yang sangat luas
melakukan pengaturan- dan menyeluruh, usaha tersebut
pengaturan agar kesehatan meliputi peningkatan kesehatan
setiap orang selaku pemegang masyarakat baik fisik maupun
hak aman dari bahaya- bahaya non fisik. Di dalam sistem
yang mengancam. Kewajiban Kesehatan Nasional disebutkan,
ini merupakan bagian dari bahwa kesehatan menyangkut
tugas-tugas mengatur semua segi kehidupan yang
1
pemerintah. Dalam Pasal 28 H ruang lingkup dan jangkauannya
ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 sangat luas dan kompleks. Hal
menyatakan bahwa “setiap ini sesuai dengan pengertian
orang berhak atas jaminan sosial kesehatan yang diberikan oleh
yang memungkinkan dunia Internasional sebagai
pengembangan dirinya secara berikut : A state of complete
utuh sebagai manusia yang physical, mental, and social,
bermartabat”. Kesadaran well being and not merely the
tentang pentingnya jaminan absence of deseaseor infirmity.2
perlindungan sosial terus Problem upaya kesehatan
berkembang hingga UUD NRI merupakan masalah yang baru,
tetapi sekaligus klasik. Disebut
1
Titon Slamet Kurnia,2007, Hak atas
Derajat Kesehatan Optimal sebagai 2
Hermien Hadiati Koeswadji, 2000,
HAM di Indonesia, PT. Alumni, Hukum dan Masalah Medik, Surabaya :
Bandung, hlm. 49 Erlangga University Press, hlm.17
5

baru karena istilah upaya waktu ke waktu semakin


kesehatan sendiri merupakan hal berkembang pula.
yang baru. Upaya kesehatan Penyelenggaraan
dilawankan dengan pelayanan kesehatan merupakan urusan
kesehatan dalam rangka masyarakat, urusan komunitas;
memisahkan dua sikap yang mereka tidak lagi menggadaikan
sama sekali berbeda. Pelayanan dan mempercayakan kesehatan
kesehatan lebih lebih mengacu mereka ke tangan kaum
pada penyelenggaraan kesehatan profesional. Semua pihak dalam
oleh kaum profesional dan masyarakat secara aktif ikut
konsumennya bersikap pasif, menyelenggarakan dan
bahkan menggadaikan serta memelihara kesehatan mereka,
mempercayakan kesehatan dan dalam kasus spesialistik
mereka kepada kaum yakni saat dibutuhkan campur
profesional. Sedangkan istilah tangan profesional-maka kaum
upaya kesehatan menitikberatkan profesional wajib mengatasi
pada kata “upaya” (kata kerja). kasus itu. Dalam fungsi sehari-
Dalam upaya peningkatan hari, kaum profesionaitas lebih
kualitas hidup dan pelayanan diharapkan bertindak sebagai
kesehatan yang memadai maka fasilitator penyelenggaraan dan
pemerintah maupun swasta pemeliharaan kesehatan oleh
menyediakan institusi pelayanan masyarakat.3
kesehatan yang disebut sebagai Pelayanan kesehatan pada
rumah sakit. Rumah Sakit yang dasarnya bertujuan untuk
merupakan penyelenggaraan melaksanakan pencegahan dan
pelayanan kesehatan perorangan pengobatan terhadap penyakit,
secara paripurna yang termasuk didalamnya pelayanan
menyediakan pelayanan rawat medis yang dilaksanakan atas
inap, rawat jalan dan gawat dasar hubungan individual antara
darurat disediakan untuk dokter dengan pasien yang
kepentingan masyarakat dalam membutuhkan penyembuhan.4
hal peningkatan kualitas hidup. Pelayanan medis adalah sarana
Kemajuan ilmu pengetahuan dan yang menyediakan pelayanan
teknologi di bidang kesehatan yang bersifat klinis di bidang
telah berkembang dengan pesat diagnostik, dan atau rawat inap.
dan didukung oleh sarana Pelayanan medis ini dapat berupa
kesehatan yang semakin canggih,
perkembangan ini turut
3
Roy Tjiong, 2002, Problem Etis Upaya
Kesehatan, (Jakarta: Gramedia Pustaka
mempengaruhi jasa professional Utama,),hlm.34
di bidang kesehatan yang dari 4
Bertens, 2011, Etika Biomedis,
(Yogyakarta: Kanisius,), hlm. 133.
6

penegakan diagnosis dengan Tuhanan, dan tidak untuk


benar sesuai prosedur, pemberian mencari keuntungan.5
terapi, melakukan tindakan Oleh karenannya dari sisi
medik sesuai standar pelayanan hukum yang dikembangkan
medik, serta memberikan adalah pertanggungjawabannya
tindakan wajar yang memang yang didasarkan pada doctrine of
diperlukan untuk kesembuhan charitable immunity. Artinya,
pasiennya. Dalam pelayanan bahwa pada saat itu Rumah Sakit
medis ini dokter di rumah sakit tidak dapat di gugat jika
sangat berperan penting. Adanya melakukan kesalahan yang
upaya maksimal yang dilakukan menimbulkan kerugian pada diri
oleh pihak rumah sakit ini adalah pasien. Rumah Sakit seolah
bertujuan agar pasien tersebut “kebal hukum”. Alasannya,
dapat memperoleh hak yang karena tugas kemanusiaannya
diharapkannya dari transaksi tersebut, maka Rumah Sakit
yaitu kesembuhan ataupun tidak mungkin dibebani
pemulihan kesehatannya. tanggungjawab hukum jika
Pembahasan tentang terjadi sesuatu pada diri pasien
Rumah Sakit tidak mungkin yang disebabkan oleh tindakan
dipisahkan dengan penguraian pelayanan medik yang salah di
tentang sejarah penyelenggaraan Rumah Sakit. Dalam pengertian
Rumah Sakit. Rumah sakit lain, karena bentuk kegiatannya
sebagai sebuah institusi atau adalah menolong tanpa pamrih
lembaga, pada mulainya dan kegiatan pelayanan Rumah
didirikan dengan latar belakang Sakit semata-mata dilandasi rasa
pelaksanaan tugas keagaaman kemanusiaan dalam rangka
atau melaksanakan ibadah. Maka menjalankan fungsi sosial,
Rumah Sakit melaksanakan sehingga tidak mungkin
tugas pelayanannya semata-mata membalasnya dengan menggugat
untuk tujuan sosial kemanusiaan Rumah Sakit atas tugas baiknya
sesuai dengan perintah agama. tersebut.
Pelayanan Rumah Sakit Pelayanan kesehatan di
bertujuan membantu masyarakat, Rumah Sakit pada saat ini,
khususnya masyarakat yang kenyataannya tidak sama dengan
kurang mampu. Pada era ini masa yang lalu. Sesuai dengan
dikenal doctrine of charitable perkembangan zaman, pada saat
community, bahwa Rumah Sakit ini pelayanan kesehatan oleh
merupakan lembaga karitas, yang Rumah Sakit mengalami banyak
sarat dengan sifat sosial, 5
Endang Wahyati Yustina, 2012,
kemanusiaan, dilandasi nilai Ke- Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni
Media, Bandung, ,hlm.7
7

perubahan dan perkembangan mengakibatkan menderita


pula. Menurut Anthony Giddens kecacatan ataupun kematian
seperti dikutip oleh Sudarmono, maka hal tersebut merupakan
dikatakan bahwa: “Pelayanan tindak pidana dan dapat
kesehatan di Indonesia telah dipidanakan sesuai hukum yang
bergeser dari Public goods berlaku di Indonesia.
menjadi private goods sehingga Pada dasarnya kesalahan
pemenuhan kepuasan pasien atau kelalaian yang dilakukan
semakin lama semakin rumah sakit yang mengakibatkan
kompleks. kerugian pasien, seharusnya
Dalam permasalahan perlu adanya perhatian
kesehatan masyarakat, pemerintah untuk menangani
pemerintah berkewajiban permasalahan ini lebih serius lagi
memastikan warga negaranya sehingga tidak akan terjadi
tidak sakit dan juga berkewajiban kerugian yang lebih parah bagi
untuk memenuhi hak rakyatnya masyarakat. Banyaknya kasus
atas kehidupan yang sehat dan Rumah Sakit yang
terselenggaranya kondisi-kondisi mengakibatkan kerugian pada
yang menentukan kesehatan pasien merupakan contoh
rakyat, karena kesehatan telah buruknya pelayanan rumah sakit
menjadi bagian dari kehidupan terhadap pasien.yang kurang
warga Negara, dan untuk mampu baik di tolak dengan
menjalankan amanat tersebut alasan kamar penuh atau alasan
Negara harus memenuhi azas karena calon pasien tidak
pembangunan kesehatan seperti memenuhi administrasi yang di
tertulis dalam Pasal 2 Undang- terapkan oleh rumah sakit.
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bagi pelayanan kesehatan
tentang Kesehatan. atau rumah sakit yang
Pelayanan kesehatan memberikan pelayanan
yang tidak baik akan berakibat kesehatan atau pelayanan medis
merugikan kepentingan yang tidak selayaknya dan
masyarakat yang memerlukan menyebabkan kerugian bagi
pelayanan medis. Terlebih pasien, hal ini dapat
apabila rumah sakit tidak dikategorikan tindak pidana hal
memberikan pelayanan yang ini diatur dalam Kitab Undang-
layak sesuai prosedur yang diatur Undang Hukum Pidana (KUHP)
dalam Kitab Undang-Undang dalam Pasal 304 dan 531 KUHP.
Hukum Pidana, yang dapat Sejatinya seorang pasien
menyebabkan pasien menderita yang menggunakan jasa
kerugian sehingga pelayanan medis adalah
8

konsumen. Hal ini dibenarkan yang dalam hal ini punulis akan
dalam Undang-Undang Nomor 8 bahas di dalam skripsi ini.
Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen yang B. Rumusan dan Pembatasan
menyebutkan bahwa konsumen masalah
adalah setiap orang pemakai Berdasarkan uraian latar
barang dan atau jasa yang belakang masalah tersebut di
tersedia dalam masyarakat, baik atas, permasalahan dalam
bagi kepentingan diri sendiri, penulisan ini adalah :
keluarga, orang lain, maupun 1. Bagaimanakah perlindungan
makhluk hidup lain dan tidak hukum pasien tidak mampu
untuk diperdagangkan. Sebab itu sebagai konsumen jasa
secara umum pasien dilindungi dalam pelayanan kesehatan
oleh Undang-Undang Nomor 8 di Rumah Sakit?
Tahun 1999 tentang 2. Bagaimana tindakan hukum
Perlindungan Konsumen, yang dapat dilakukan oleh
Undang-Undang No. 29 Tahun pasien tidak mampu atas
2004 tentang Praktik tindakan penolakan pasien
Kedokteran, dan Undang- yang dilakukan oleh rumah
Undang Nomor 36 Tahun 2009 sakit?
tentang Kesehatan.
Pasien harus dipandang C. Maksud dan Tujuan Penulisan
sebagai subyek yang memiliki Adapun maksud dan
pengaruh besar atas hasil akhir tujuan penulisan skripsi ini
layanan bukan sekedar obyek. mempunyai maksud sebagai
Hak-hak pasien harus dipenuhi berikut :
mengingat kepuasan pasien a. Untuk mengetahui
menjadi salah satu barometer perlindungan hukum pasien
mutu layanan dan pondasi dalam tidak mampu sebagai
rangka memberi perlindungan konsumen jasa dalam
kepada pasien, sedangkan pelayanan kesehatan di
ketidakpuasan pasien dapat Rumah Sakit.
menjadi pangkal tuntutan hukum. b. Untuk mengetahui tinjauan
Gambaran singkat diatas yuridis bagi rumah sakit
menarik perhatian penulis untuk yang menolak pasien yang
mengkaji lebih dalam mengenai tidak mampu.
bagaimana sistem pelaksanaan Tujuan penelitian yang penulis
penerapan hak pasien serta harapkan adalah :
bagaimana bentuk perlindungan a. Untuk menentukan
yang diberikan kepada pasien alternatif pemecahan
9

masalah sehingga pelayanan dan rehabilitasi.


permasalahannya segera Dalam memberikan
dapat diatasi bagi rumah pelayanan kesehatan yang
sakit yang menolak pasien dilakukan oleh tenaga medis
yang tidak mampu. (dokter), aspek-aspek
b. Untuk memberikan saran- pelayanan kesehatan
saran yang mendukung diberikan melalui diagnosis
langkah-langkah dalam pengobatan perawatan dan
penerapan sanksi hukum pendidikan kesehatan”.7
bagi rumah sakit yang Menurut Peraturan
menolak pasien yang tidak Menteri Kesehatan RI No.
mampu. 340/MenKes/Per/III/2010
tentang Rumah Sakit
II. KERANGKA TEORITIS menyatakan bahwa: “Rumah
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit Sakit adalah institusi
1. Pengertian Rumah Sakit
pelayanan kesehatan yang
Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan
merupakan tempat untuk kesehatan perorangan secara
menyediakan dan paripurna yang menyediakan
memberikan pelayanan pelayanan rawat inap, rawat
kesehatan yang meliputi jalan, dan gawat darurat.”.
berbagai masalah kesehatan.6 Selain itu, rumah sakit
Berdasarkan Pasal 1 Undang- merupakan lembaga yang
Undang Rumah Sakit, rumah padat modal, padat karya,
sakit adalah institusi padat pakar, padat teknologi,
pelayanan kesehatan yang padat pula masalah yang
menyelenggarakan pelayanan dihadapi. Menurut Rowland,
kesehatan perorangan secara rumah sakit adalah suatu
peripurna yang menyediakan sistem kesehatan yang paling
pelayanan rawat inap, rawat kompleks dan paling efektif
jalan dan gawat darurat. di dunia.8
Menurut Soerjono dan
Rumah sakit sebagai
Herkunto dijelaskan bahwa:
sarana kesehatan yang
“Rumah sakit merupakan
memberikan pelayanan
suatu unit pelayanan
kesehatan kepada masyarakat
kesehatan yang memiliki
7
Soerjono dan Herkunto, 1997,
bagian-bagian emergency,
Pengantar Hukum Kesehatan, Remaja
Karya, Bandung, hlm. 131.
6
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa 8
Aditama Chandra Yoga, 2012,
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Edisi Manejemen Administrasi Rumah Sakit,
ke-2 cetakan ke-3, hlm. 851. UI Press, Jakarta, ,hlm. 30.
10

dan memiliki peran yang berupaya melakukan


sangat strategis dalam pelayanan di bidang
mempercepat peningkatan kesehatan yang merata
derajat kesehatan masyarakat. sehingga dapat dirasakan
Oleh karena itu, rumah sakit oleh seluruh masyarakat
dituntut untuk memberikan tanpa membeda-bedakan
pelayaan yang bermutu status sosialnya. Fungsi
sesuai dengan standar yang sosial rumah sakit, pada
ditetapkan dan dapat umumnya melayani tanpa
menjangkau seluruh lapisan memandang segi apapun
masyarakat.9 Pada Pasal 2 dari pasien yang
Undang-Undang Rumah bersangkutan. Pasien
Sakit ditegaskan bahwa mampu, pasien “abu-abu”
rumah sakit diselenggarakan (antara mampu dan tidak
berdasarkan Pancasila dan mampu dalam ekonomi), dan
didasarkan kepada nilai pasien tidak mampu secara
kemanusiaan, etika dan ekonomi seharusnya dapat
profesionalitas, manfaat, menerima pelayanan
keadilan, persamaan hak dan kesehatan yang menjadi hak
antidiskriminasi, pemerataan, mereka.10 Adapun tujuan
perlindungan dan penyelenggaraan rumah sakit
keselamatan pasien, serta dirumuskan dalam Pasal 3
mempunyai fungsi sosial. Undang-Undang Nomor 44
Fungsi sosial rumah sakit ini Tahun 2009 tentang Rumah
merupakan bagian dari Sakit yang dinyatakan bahwa
tanggung jawab yang melekat pengaturan penyelenggaraan
pada setiap rumah sakit yang rumah sakit bertujuan untuk
terikat ikatan moral dan etik mempermudah akses
dari rumah sakit dalam masyarakat untuk
membantu pasien khususnya mendapatkan pelayanan
yang kurang atau tidak kesehatan, memberikan
mampu untuk memenuhi perlindungan terhadap
kebutuhan akan pelayanan keselamatan pasien,
kesehatan. masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya
Fungsi sosial yang
manusia dirumah sakit,
dimaksud bahwa rumah sakit
10
Margarita Veani Prajati, 2012,
9
Soleh Iskandar, 2016, Pelayanan Tanggung Jawab Rumah Sakit Privat Di
Kesehatan Dalam Meningkatkan Bidang Pelayanan Kesehatan,
Kepuasan Masyarakat Di Rumah Universitas Atmajata Yogyakarta,
Sakit, Volume 4 Nomor 2, hlm. 3. Ypgyakarta, hlm. 9.
11

meningkatkan mutu dan masyarakat agar


mempertahankan standar meningkatkan derajat
pelayanan rumah sakit dan kesehatan masyarakat. Pasal
memberikan kepastian 5 Undang-Undang Nomor 44
hukum kepada pasien, Tahun 2009 tentang Rumah
masyarakat, sumber daya Sakit Untuk menjalankan
manusia rumah sakit dan tugas sebagaimana dimaksud
rumah sakit. Dengan dalam Pasal 4, Rumah Sakit
demikian, pendirian rumah mempunyai fungsi yaitu:
sakit mempunyai keberadaan a. Penyelenggaraan
tujuan untuk melayani pelayanan pengobatan
masyarakat akan kebutuhan dan pemulihan
pelayanan kesehatan. kesehatan sesuai
2. Tugas dan Fungsi Rumah dengan standar
Sakit pelayanan rumah sakit;
Tugas rumah sakit b. Pemeliharaan dan
rumusan yuridisnya dapat peningkatan kesehatan
dilihat pada ketentuan 1 butir perorangan melalui
1 Undang-Undang Rumah pelayanan kesehatan
Sakit. Ketentuan ini yang pari purna tingkat
mengandung pengertian kedua dan ketiga sesuai
tentang rumah sakit dan kebutuhan medis;
memuat pula tugas rumah c. Penyelenggaraan
sakit adalah institusi pendidikan dan
pelayanan kesehatan yang pelatihan sumber daya
tugas pokoknya adalah menusia dalam rangka
menyelenggarakan pelayanan peningkatan
kesehatan perorangan secara kemampuan dalam
paripurna yang menyediakan pemberian pelayanan
pelayanan rawat inap, rawat kesehatan;
jalan dan gawat darurat. d. Penyelenggaraan
Dalam Pasal 4 dinyatakan penelitian dan
bahwa rumah sakit bertugas pengembangan
untuk memberikan pelayanan teknologi di bidang
kesehatan perorangan secara kesehatan dalam rangka
paripurna. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan
rumah sakit mempunyai misi kesehatan dengan
memberikan pelayanan memperhatikan etika
kesehatan yang bermutu dan ilmu pengetahuan
terjangkau kepada bidang kesehatan.
12

Pengaturan tugas dan kesehatan yang aman,


fungsi rumah sakit bermutu,
terkait dengan antidiskriminasi dan
banyaknya. efektif dengan
Pengaturan tugas dan mengutamakan
fungsi rumah sakit terkait kepentingan pasien
dengan banyaknya peryaratan sesuai dengan standar
yang harus dipenuhi dalam pelayanan rumah sakit;
penyelenggaraan pelayanan 2) Memberikan pelayanan
kesehatan di rumah sakit gawat darurat kepada
merupakan salah satu bentuk pasien sesuai dengan
pengawasan preventif kemampuan
terhadap rumah sakit.11 pelayanannya;
Untuk itu rumah sakit 3) Menyediakan sarana dan
harus benar-benar berfungsi pelayanan bagi
dengan baik. Oleh karena itu masyarakat tidak mampu
dari tugas dan fungsi rumah atau miskin;
sakit tersebut lahirlah hak 4) Melaksananakan fungsi
dan kewajiban rumah sakit. sosial antara lain
Hak merupakan kewenangan dengan memberikan
untuk berbuat atau tidak fasilitas pelayanan
berbuat sesuatu, sedangkan pasien tidak
kewajiban adalah tugas yang mampu/miskin,
dibebankan atau tugas yang pelayanan gawat darurat
dilaksanakan dan apabila tanpa uang muka,
tidak dilaksanakan akan ambulans gratis,
dikenakan sanksi.12 pelayanan korban
Kewajiban rumah sakit ini bencana dan kejadian
ditegaskan dalam Pasal 29 luar biasa atau bakti
Undang- Undang Nomor 44 sosial bagi misi
Tahun 2009 tentang Rumah kemanusiaan;
Sakit, diantara lain: 5) Memberikan pelayanan
gawat darurat kepada
1) Memberikan pelayanan
pasien sesuai dengan
11
Endang Wahyati Yustina. 2015, kemampuan
Jurnal Hukum Ilmiah: Hak Atas
Kesehatan Dalam Program Jaminan
pelayanannya;
Kesehatan Nasional Dan 6) Membuat, melaksanakan
Coorporate Social Responsibility dan menjaga standar
(CSR).
12
Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi mutu pelayanan
Kesehatan (Teori dan Aplikasi), Rineka kesehatan di rumah
Cipta. Jakarta. Hlm. 159.
13

sebagai acuan dalam rumah sakit sesuai


melayani pasien; dengan ketentuan
7) Melaksanakan sistem perundang-undangan.
rujukan; Rumah Sakit dalam
8) Menghormati dan melaksanakan haknya tidak
melingungi hak-hak boleh bertentangan dengan
psien; peraturan perundang-
9) Melaksanakan etika undangan yang berlaku dan
rumah sakit; harus dengan memperhatikan
10) Melaksanakan program kepentingan pasien pula.
pemerintah di bidang Penyelenggaraan
kesehatan baik secara manajemen kesehatan di
regional maupun rumah sakit, terdapat
nasional; pengelolaan yang berkaitan
11) Menyusun dan dengan tiga hal yang
melaksanakan peraturan merupakan tanggung jawab
internal rumah sakit rumah sakit secara umum.
(hospital by law). Tiga hal tersebut yaitu:
Sedangkan hak rumah pengelolaan rumah sakit yang
sakit ditegaskan dalam Pasal berkaitan dengan personalia,
30 Undang-Undang Nomor pengelolaan rumah sakit yang
44 Tahun 2009 tentang berkaitan dengan
tentang Rumah Sakit, antara pelaksanaan tugas, dan
lain: pengelolaan yang berkaitan
a) Menerima imbalan jasa dengan duty of care. Oleh
pelayanan serta karena itu, penyelenggaan
menentukan remunerasi, kegiatan rumah sakit,
insentif dan penghargaan terdapat kegiatan-kegiatan
sesuai dengan ketentuan yang menimbulkan tanggung
peraturan perundang- jawab pengelolaan atau
undangan; manajemen rumah sakit dan
b) Menggugat pihak yang tanggung jawab para tenaga
mengakibatkan profesional kesehatan di
kerugian; rumah sakit yang terdiri:
c) Mendapatkan tanggung jawab pengelola
perlindungan hukum rumah sakit, dan tanggung
dalam melaksanakan tenaga kesehatan (dokter,
pelayanan kesehatan; perawat).
d) Mempromosikan B. Pengertian Pasien
layanan yang ada di
14

Pasien atau pesakit adalah Dari beberapa pengertian


seseorang yang menerima tersebut dapat diambil
perawatan medis. Kata pasien kesimpulan bahwa pasien yaitu:
dari bahasa Indonesia analog 1. Setiap orang;
dengan kata patient dari bahasa 2. Menerima/memperoleh
Inggris. Patient diturunkan dari pelayanan kesehatan;
bahasa Latin yaitu patiens yang 3. Secara langsung maupun
memiliki kesamaan arti dengan tidak langsung; dan
kata kerja pati yang artinya 4. Dari tenaga kesehatan.
"menderita".orang sakit (yg Istilah konsumen berasal
dirawat dokter), penderita dari kata consumer (Inggris-
13
(sakit). Menurut Kamus Besar Amerika), atau consument /
Bahasa Indonesia, pasien konsument (Belanda). Kata
14
adalah Dalam Undang- Undang konsument dalam bahasa Belanda
Republik Indonesia Nomor 29 tersebut oleh para ahli hukum
Tahun 2004 tentang Praktik pada umumnya sudah disepakati
Kedokteran menyebutkan bahwa untuk mengartikannya sebagai
pasien adalah setiap orang yang pemakai terakhir dari benda dan
melakukan konsultasi masalah jasa (uiteindelijk gebruiker van
kesehatannya untuk memperoleh goederen en dienstent) yang
pelayanan kesehatan yang diserahkan kepada mereka oleh
diperlukan baik secara langsung pengusaha (ondernemer).15
maupun tidak langsung kepada Secara harafiah arti kata
dokter atau rumah sakit. Dalam consumer adalah (lawan dari
Pasal 1 angka 10 UU No.29 produsen) setiap orang yang
Tahun 2004 Tentang Praktik menggunakan barang. Tujuan
Kedokteran, Pasien adalah setiap penggunaan barang atau jasa ini
orang yang melakukan konsultasi nanti menentukan termasuk
masalah kesehatannya untuk konsumen kelompok mana
16
memperoleh pelayanan pengguna tersebut. Begitu pula
kesehatan yang diperlukan baik Kamus Bahasa Inggris-Indonesia
secara langsung maupun tidak memberi arti consumer sebagai
langsung kepada dokter atau pemakai atau konsumen.
dokter gigi. Menurut Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Perlindungan
13
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien, 15
Hermien Hadiati Koeswadji, 2000.
diakses tanggal 25 Januari 2019, pukul Hukum dan Masalah Medik, (Surabaya:
19.20 wite Airlangga University Press, ), hlm. 31.
14 16
A.Z. Nasutuion, 2001, Hukum
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index Perlindungan Konsumen Suatu
.php, diakses tanggal 25 Januari 2019. Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,), hlm.
Pukul 19,30 wite 3
15

Konsumen, dijelaskan bahwa yang memberikan layanan


Konsumen adalah setiap orang kesehatan seperti Puskesmas,
pemakai barang dan/atau jasa Balai Kesehatan, tempat Praktek
yang tersedia dalam masyarakat, Dokter dan Rumah Sakit.
baik bagi kepentingan diri Undang-Undang dalam
sendiri, keluarga, orang lain, bidang kesehatan tidak
ntaupun makhluk hidup lain dan menggunakan istilah konsumen
tidak untuk diperdagayatn. dalam menyebutkan pengguna
Berdasarkan pengertian tersebut, jasa rumah sakit (pasien). Tetapi
maka yang dimaksud konsumen untuk dapat mengetahui
adalah konsumen akhir.17 kedudukan pasien sebagai
Manusia sebagai makhluk konsumen atau tidak, maka kita
sosial (zoon politicon) pasti dapat membandingkan
membutuhkan orang lain dalam pengertian pasien dan konsumen.
memenuhi kebutuhannya, Adapun unsur-unsur pengertian
termasuk orang yang sedang konsumen yang kemudian
sakit. Orang yang sedang sakit dibandingkan dengan unsur-
(pasien) yang tidak dapat unsur dalam pengertian pasien
menyembuhkan penyakit yang yaitu:
dideritanya, tidak ada pilihan lain 1. Setiap Orang
selain meminta pertolongan dari Subjek yang disebut
orang yang dapat sebagai konsumen berarti
menyembuhkan penyakitnya, setiap orang yang berstatus
yaitu tenaga kesehatan. Tenaga sebagai pemakai barang dan/
Kesehatan adalah setiap orang atau jasa. Istilah “orang”
yang mengabdikan diri dalam sebetulnya menimbulkan
bidang kesehatan serta memiliki keraguan, apakah hanya
pengetahuan dan/atau orang individual yang lazim
keterampilan melalui pendidikan disebut natuurlijke persoon
di bidang kesehatan yang untuk atau termasuk juga badan
jenis tertentu memerlukan hukum (rechtspersoon).
kewenangan untuk melakukan Pasien adalah setiap orang
upaya kesehatan.18 Dalam hal ini dan bukan merupakan badan
tenaga kesehatan dapat ditemui usaha, karena pengobatan
oleh pasien di tempat- tempat yang diberikan oleh tenaga
17
John M. Echols & Hasan Sadily, 1999, kesehatan adalah untuk
Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: kesehatan bagi diri pribadi
Gramedia), hlm. 124. orang tersebut bukan untuk
18
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun orang banyak. Kesehatan
2009 tentang Kesehatan
16

adalah sesuatu hal yang tidak transaksi konsumen


bisa untuk diwakilkan kepada (consumer transaction)
orang lain maupun badan berupa peralihan barang dan/
usaha manapun. atau jasa, termasuk peralihan
kenikmatan dalam
2. Pemakai 19
menggunakannya. Dan bila
Kata “Pemakai”
kita melihat dalam hal
sesuai dengan Penjelasan
pelayanan kesehatan maka
Pasal 1 ayat (2) Undang-
peralihan jasa terjadi antara
Undang Perlindungan
dokter kepada pasien. Pasien
Konsumen adalah
merupakan pemakai atau
menekankan bahwa
pengguna jasa pelayanan
konsumen adalah konsumen
kesehatan di rumah sakit
akhir (ultimate consumer).
maupun di tempat praktik
Istilah “pemakai” dalam hal
dokter. Dan setelah pasien
ini tepat digunakan dalam
mendapatkan jasa dari tenaga
rumusan ketentuan tersebut,
kesehatan, maka kemudian
sekaligus menunjukkan,
akan terjadi transaksi
barang dan/atau jasa yang
ekonomi baik secara
dipakai tidak serta merta
langsung maupun tidak
hasil dari transaksi jual beli.
langsung berupa pembayaran
Artinya, sebagai konsumen
atas jasa yang telah
tidak selalu harus
diperoleh.
memberikan prestasinya
dengan cara membayar uang 3. Barang dan/atau Jasa
untuk memperoleh barang Berkaitan dengan
dan/atau jasa itu. Dengan istilah barang dan/atau jasa,
kata lain, dasar hubungan sebagai pengganti
hukum antara konsumen dan terminologi tersebut
pelaku usaha tidak perlu digunakan kata produk. Saat
harus kontraktual (the privity ini “produk” sudah
of contract). Konsumen berkonotasi barang atau jasa.
memang tidak sekedar Undang-Undang
pembeli (buyer atau koper) Perlindungan Konsumen
tetapi semua orang mengartikan barang sebagai
(perorangan atau badan “setiap benda, baik berwujud
usaha) yang mengonsumsi maupun tidak berwujud, baik
jasa dan/atau barang. bergerak maupun tidak
Jadi, yang paling 19
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum
penting terjadinya suatu Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), hlm. 28
17

bergerak, baik dapat tersebut, hal ini karena


dihabiskan maupun tidak pelayanan kesehatan
dapat dihabiskan, yang dapat menyediakan prestasi berupa
untuk diperdagayatn, dipakai, pemberian pengobatan
dipergunakan, atau kepada pasien yang
dimanfaatkan oleh disediakan untuk masyarakat
konsumen”. Undang-Undang luas tanpa terkecuali. Secara
Perlindungan Konsumen umum, jasa pelayanan
tidak menjelaskan perbedaan kesehatan mempunyai
istilah-istilah “dipakai, beberapa karakteristik yang
dipergunakan, atau khas yang membedakannya
16
dimanfaatkan”. dengan barang, yaitu: 21
Undang-Undang a. Intangibility, jasa
Perlindungan Konsumen pelayanan kesehatan
memberikan pengertian jasa mempunyai sifat tidak
diartikan sebagai “setiap berbentuk, tidak dapat
layanan yang berbentuk diraba, dicium, atau
pekerjaan atau prestasi yang dirasakan. Tidak dapat
disediakan bagi masyarakat dinilai (dinikmati)
untuk dimanfaatkan oleh sebelum pelayanan
konsumen. Pengertian kesehatan diterima
“disediakan bagi (dibeli). Jasa juga tidak
masyarakat”, menunjukkan, mudah dipahami secara
jasa itu harus ditawarkan rohani. Jika pasien akan
kepada masyarakat. Artinya, menggunakan
harus lebih dari satu orang. (membeli) jasa
Jika demikian halnya, pelayanan kesehatan, ia
layanan yang bersifat khusus hanya dapat
(tertutup) dan individual, memanfaatkannya saja,
tidak tercakup dalam tetapi tidak dapat
20
pengertian tersebut. memilikinya.
a. Inseparability, produk
Pelayanan kesehatan
barang harus diproduk
merupakan salah satu bentuk
dulu sebelum dijual,
jasa sesuai dengan pengertian
tetapi untuk jasa
Undang-Undang
pelayanan kesehatan,
Perlindungan Konsumen
produk jasa harus
20
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,
2007, Hukum Perlindungan Konsumen 21
A. Gde Muninjaya, 2004, Manajemen
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,), Kesehatan, (Jakarta: Penerbit Buku
hlm. 14. Kedokteran EGC,), hlm. 237
18

diproduksi secara Selain itu, di bidang


bersamaan pada saat pelayanan kesehatan,
pasien meminya penawaran dan
pelayanan kesehaatan. permintaan jasa sangat
Dalam hal ini, jasa sulit diprediksi, karena
diproduuksi bersamaan tergantung dari ada
pada saat pasien tidaknya orang sakit.
meminta pelayanan Tidak etis jika Rumah
kesehatan. Sakit atau dokter
b. Variability, jasa juga praktik mengharapkan
banyak variasinya agar selalu ada orang
(nonstandardized yang jatuh sakit.
output). Bentuk, mutu, 4. Yang Tersedia dalam
dan jenisnya sangat Masyarakat
tergantung dari siapa, Barang dan/atau jasa
kapan, dan di mana jasa yang ditawarkan kepada
tersebut diproduksi. masyarakat sudah harus
Oleh karena itu, mutu tersedia di pasarkan (Pasal 9
jasa pelayanan ayat (1) huruf e Undang-
kesehatan yang people Undang Perlindungan
based dan high contact Konsumen). Dalam
personnel sangat perdagangan yang makin
ditentukan oleh kualitas kompleks dewasa ini, syarat
komponen manusia itu tidak mutlak lagi dituntut
sebagai faktor produksi, oleh masyarakat konsumen.
standar prosedur selama Misalnya, perusahaan
proses produksinya, dan pengembang (developer)
sistem pengawasannya. perumahan sudah biasa
c. Perishability, jasa mengadakan transaksi
merupakan sesuatu terlebih dulu sebelum
yang tidak dapat bangunannya jadi. Bahkan,
disimpan dan tidak untuk jenis-jenis transaksi
tahan lama. Tempat konsumen tertentu, seperti
tidur Rumah Sakit yang futures trading, keberadaan
kosong, atau waktu barang yang diperjualbelikan
tunggu dokter yang bukan sesuatu yang
19
tidak dimanfaatkan oleh diutamakan. Jasa pelayanan
pasien akan hilang kesehatan tentunya
begitu saja karena jasa merupakan hal yang tersedia
tidak dapat disimpan. di masyarakat, bahkan
19

disediakan oleh pemerintah. dikaitkan dengan pasien,


Ketersediaan pelayanan maka menurut penulis pasien
kesehatan merupakan salah juga dapat dikategorikan
satu hal yang harus sebagai konsuemen, yaitu
diperhatikan oleh pemerintah, konsumen jasa pelayanan
karena mewujudkan kesehatan (medis), karena
masyarakat yang sehat adalah unsur- unsur pengertian
merupakan salah satu konsumen telah terpenuhi
program pemerintah. Dalam dalam pengertian pasien. Dan
satu daerah pasti tersedia ketentuan di atas menjelaskan
puskesmas, rumah sakit, bahwa apabila dikaitkan
bahkan tempat praktik dengan jasa pelayanan medis,
dokter. Jadi jasa pelayanan dapat diartikan sebagai
kesehatan merupakan sesuatu layanan atau prestasi
hal yang tersedia di dalam kesehatan yang dilakukan
masyarakat. oleh dokter dan disediakan
bagi masyarakat untuk
Umumnya dalam hal
dimanfaatkan pasien sebagai
pelayanan kesehatan, pasien
konsumen. Dengan kata lain
merupakan konsumen akhir.
bahwa pengertian pasien
Hal ini karena berdasarkan
sebagai konsumen jasa
sifat dari jasa pelayanan
pelayanan medis adalah
kesehatan salah satunya
"Setiap orang pemakai jasa
adalah tidak berbentuk, tidak
layanan atau prestasi
dapat diraba, dicium,
kesehatan yang dilakukan
disentuh, atau dirasakan.
oleh dokter dan disediakan
Karena pelayanan tidaklah
bagi masyarakat.
berbentuk, maka pelayanan
tersebut tidak mungkin dapat Umumnya dalam hal
diperdagayatn kembali. pelayanan kesehatan, pasien
Pelayanan kesehatan adalah merupakan konsumen akhir.
pelayanan yang baru dapat Hal ini karena berdasarkan
dirasakan apabila pasien sifat dari jasa pelayanan
mendapat pelayanan kesehatan salah satunya
kesehatan baik secara adalah tidak berbentuk, tidak
langsung maupun tidak dari dapat diraba, dicium,
tenaga kesehatan. disentuh, atau dirasakan.
Karena pelayanan tidaklah
Berdasarkan
berbentuk, maka pelayanan
penjelasan dari unsur-unsur
tersebut tidak mungkin dapat
konsumen dan dengan
diperdagayatn kembali.
20

Pelayanan kesehatan adalah halnya pendapat dari Hondius


pelayanan yang baru dapat (Pakar masalah Konsumen di
dirasakan apabila pasien Belanda) menyimpulkan, bahwa
mendapat pelayanan para ahli hukum pada umumnya
kesehatan baik secara sepakat mengartikan konsumen
langsung maupun tidak dari sebagai pemakai terakhir dari
tenaga kesehatan. benda dan jasa. Jasa adalah “
setiap layanan yang berbentuk
C. Pasien Sebagai Konsumen
pekerjaan atau prestasi yang
Berbicara mengenai
disediakan bagi masyarakat
pasien sebagai konsumen dalam
untuk dimanfaatkan oleh
kaitannya di dalam pelayanan 22
konsumen”.
medis, dimana terdapat
hubungan antara tenaga Dari penjelasan diatas
pelaksana (tenaga kesehatan) maka dapat disimpulkan bahwa
dengan pasien yang merupakan pasien sebagai konsumen adalah
konsumen jasa. Terlebih dahulu individu (orang) yang
perlu diketahui apa yang menggunakan jasa dalam hal ini
dimaksud dengan konsumen. layanan yang berbentuk
pekerjaan atau prestasi yang
Menurut UU No. 8/
disediakan bagi masyarakat
Tahun 1999 Tentang
untuk dimanfaatkan dalam
Perlindungan Konsumen, Pasal
kaitannya dengan kesehatan.
1 (2) menyebutkan konsumen
Orang yang menggunakan jasa
adalah “Setiap orang pemakai
tersebut adalah orang yang
barang dan/ atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik menginginkan akan adanya
pengobatan yang diberikan oleh
bagi kepentingan diri sendiri ,
tenaga kesehatan.
keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak Dalam pelayanan di
untuk diperdagangkan”. bidang kesehatan, tidak terpisah
akan adanya seorang tenaga
Konsumen diartikan
kesehatan dengan konsumen,
tidak hanya individu (orang),
dalam hal ini pasien. Pasien
tetapi juga suatu perusahaan
dikenal sebagai penerima jasa
yang menjadi pembeli atau
pelayanan kesehatan dan dari
pemakai terakhir. Adapun yang
pihak rumah sakit sebagai
menarik di sini, konsumen tidak
pemberi jasa pelayanan
harus terikat dalam hubungan
jual beli, sehingga dengan 22
Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan
sendirinya konsumen tidak Konsumen Indonesia, Jakarta,
identik dengan pembeli. Lain PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
hlm 1.
21

kesehatan dalam bidang upaya mengenai adanya


perawatan kesehatan. Dari sudut kepastian hukum itu dengan
pandangan sosiologis dapat cara memberikan perlindungan
dikatakan bahwa pasien maupun hukum kepada konsumen.
tenaga kesehatan memainkan Perlindungan hukum
peranan-peranan tertentu dalam pasien sebagai konsumen disini
masyarakat. Dalam berkaitan dengan adanya jasa
hubungannya dengan tenaga yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, misalnya dokter, kesehatan, namun sebelumnya
tenaga kesehatan mempunyai perlu diketahui mengenai
posisi yang dominan apabila pengertian jasa. Jasa adalah
dibandingkan dengan setiap setiap layanan yang
kedudukan pasien yang awam berbentuk pekerjaan atau
dalam bidang kesehatan.23 prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan
III. HASIL PENELITIAN DAN oleh konsumen. (Pasal 1 ayat
PEMBAHASAN (5) Undang- Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang
A. Perlindungan Hukum Pasien Perlindungan Konsumen).
Tidak Mampu Dalam Dalam permasalahan yang
Pelayanan Kesehatan Di diangkat penulis mengenai
Rumah Sakit perlindungan pasien kurang
Berbicara mengenai mampu, adalah pasien di sini
perlindungan hukum pasien merupakan konsumen dalam
sebagai konsumen jasa dalam bidang jasa.
pelayanan kesehatan, maka Hubungan hukum
harus melihat terlebih dahulu antara rumah sakit dengan
mengenai pengertian dari pasien telah terjadi sejak
perlindungan konsumen yaitu dahulu, rumah sakit yang
segala upaya yang menjamin memberikan pelayanan dan
adanya kepastian hukum untuk pengobatan terhadap orang
memberi perlindungan kepada yang membutuhkannya.
konsumen (Pasal 1 ayat (1) Hubungan ini merupakan
Undang- Undang Nomor 8 hubungan yang sangat baik
Tahun 1999 Tentang karena didasarkan atas
Perlindungan Konsumen). Hal kepercayaan dari pasien
ini diartikan bahwa adanya terhadap rumah sakit yang
disebut dengan transaksi.
23
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Transaksi antara rumah sakit
Konsumen, Diadit Media, Jakarta, hal.
138.
dan pasien menimbulkan hak
22

dan kewajiban yang timbal secara profesional dan


baik, dan apabila hak dan senantiasa mengembangkan
kewajiban itu tidak dipenuhi ilmunya. Sehingga pekerjaan
oleh salah satu pihak yang rumah sakitan tidak pernah
sudah bersepakat mengadakan lepas dari riset dan
transaksi itu, maka wajarlah pengembangan ilmunya
apabila pihak yang merasa sendiri. Kadangkala rumah
dirugikan melakukan tuntutan sakit lebih senang
gugatan. Oleh karena menggunakan metode yang
konsumen menyangkut semua sudah- sudah dan tidak mau
individu, maka konsumen mencari metode yang terbaik
mempunyai hak untuk bagi pasiennya. Padahal setiap
mendapat perlindungan hukum. perkembangan pengobatan
Hubungan rumah sakit pasien akan sangat berguna bagi
itu bertumpu pada dua macam perkembangan kesehatan
hak asasi, yaitu hak untuk pasien dan masyarakat pada
menentukan nasib sendiri dan umumnya.
hak atas informasi. Kesulitan masyarakat
Hubungan tenaga saat ini khususnya pasien
kesehatan dengan pasien dilihat adalah pembiayaan kesehatan
dari aspek hukum adalah yang mahal. Tidak hanya
hubungan antara subyek hukum rumah sakitnya tetapi untuk
dengan subyek hukum. menjangkau sarana dan
Hubungan hukum selalu prasarana kesehatan juga harus
menimbulkan hak dan dengan usaha yang tidak
kewajiban yang timbal- balik. sedikit. Sehingga kebanyakan
Hak tenaga kesehatan (rumah upaya untuk perlindungan
sakit ataupun tenaga kesehatan terhadap pasien yang
lain) menjadi kewajiban pasien, merupakan bagian dari
dan hak pasien menjadi masyarakat kurang terjamin.
kewajiban tenaga kesehatan. Kepentingan pasien menjadi
Hubungan tenaga kesehatan tolok ukur semua pengobatan.
dan pasien adalah hubungan Oleh karena itu seorang rumah
dalam jasa pemberian sakit wajib untuk meerima dan
pelayanan kesehatan. Tenaga merawat pasien sesuai dengan
kesehatan sebagai pemberi jasa kebutuhan pasien.
pelayanan kesehatan dan pasien Didalam Hak dan
sebagai penerima jasa kewajiban pasien sebagai
pelayanan kesehatan. Setiap konsumen jasa dalam
rumah sakit dituntut bertindak
23

pelayanan kesehatan yang lebih Pasien rumah sakit


menjadi sorotan adalah hak adalah konsumen, sehingga
yang didapat oleh pasien secara umum pasien dilindungi
sebagai wujud dari dengan Undang-Undang No. 8
perlindungan hukum terhadap Tahun 1999 tentang
pasien. Hak yang sangat Perlindungan Konsumen
berhubungan erat dengan Menurut pasal 4 UU No.
pasien adalah hak untuk 8/1999, hak-hak konsumen
menentukan nasibnya sendiri adalah:
dan hak mendapat informasi 1. hak atas kenyamanan,
alasan akibat penolakan keamanan, dan
tersebut. Sedangkan hal yang keselamatan dalam
berkaitan dengan hak mendapat mengkonsumsi barang
informasi adalah informasi dari dan/atau jasa;
rumah sakit mengenai keadaan 2. hak untuk memilih barang
yang berhubungan dengan dan/atau jasa serta
pasien tidak mampu beserta mendapatkan barang dan/
alasan penolakannya. atau jasa tersebut sesuai
Perlindungan hukum dengan nilai tukar dan
pasien sebagai konsumen kondisi serta jaminan
memang tidak hanya harus yang dijanjikan;
diatur didalam UU No. 8 Tahun 3. hak atas informasi yang
1999 tentang Konsumen tetapi benar, jelas, dan jujur
juga harus dikaitkan dengan mengenai kondisi dan
apa yang diatur didalam UU jaminan barang dan/atau
No. 36 Tahun 2009 yang mana jasa;
didalamnya diatur secara jelas 4. hak untuk didengar
mengenai hak-hak pasien dan pendapat dan keluhannya
kewajiban pasien, hak-hak atas barang dan/atau jasa
tenaga kesehatan dan yang digunakan;
kewajiban dari tenaga 5. hak untuk mendapatkan
kesehatan itu sendiri sehingga advokasi, perlindungan,
didalamnya terdapat suatu pola dan upaya penyelesaian
hubungan antara pasien sebagai sengketa perlindungan
konsumen dan tenaga konsumen secara patut;
kesehatan sebagai pemberi jasa 6. hak untuk mendapat
kepada konsumen yang pembinaan dan
akhirnya akan menimbulkan pendidikan konsumen;
suatu perlindungan hukum 7. hak untuk diperlakukan
terhadap pasien itu sendiri. atau dilayani secara benar
24

dan jujur serta tidak menerima atau menolak


diskriminatif; sebagaimana dimaksud
8. hak untuk mendapatkan pada ayat (1) diatur sesuai
kompensasi, ganti rugi dengan ketentuan
dan/atau penggantian, peraturan perundang-
apabila barang dan/atau undangan.
jasa yang diterima tidak Pasal 57 yang berbunyi :
sesuai dengan perjanjian 1. Setiap orang berhak atas
atau tidak sebagaimana rahasia kondisi
mestinya; kesehatan pribadinya
Perlindungan Pasien yang telah dikemukakan
Dalam Undang-Undang Nomor kepada penyelenggara
39 Tahun 2009 Tentang pelayanan kesehatan.
Kesehatan Pasal 56 yang 2. Ketentuan mengenai hak
berbunyi : atas rahasia kondisi
1. Setiap orang berhak kesehatan pribadi
menerima atau menolak sebagaimana dimaksud
sebagian atau seluruh pada ayat (1) tidak
tindakan pertolongan berlaku dalam hal:
yang akan diberikan a. perintah undang-
kepadanya setelah undang;
menerima dan memahami b. perintah pengadilan;
informasi mengenai c. izin yang
tindakan tersebut secara bersangkutan;
lengkap. d. kepentingan
2. Hak menerima atau masyarakat; atau
menolak sebagaimana e. kepentingan orang
dimaksud pada ayat (1) tersebut.
tidak berlaku pada: Pasal 58 yang berbunyi :
a. penderita penyakit 1. Setiap orang berhak
yang penyakitnya menuntut ganti rugi
dapat secara cepat terhadap seseorang,
menular ke dalam tenaga kesehatan,
masyarakat yang lebih dan/atau penyelenggara
luas; kesehatan yang
b. keadaan seseorang menimbulkan kerugian
yang tidak sadarkan akibat kesalahan atau
diri; atau kelalaian dalam
c. gangguan mental berat. pelayanan kesehatan yang
3. Ketentuan mengenai hak
25

diterimanya. medis.
2. Tuntutan ganti rugi Perlindungan hak
sebagaimana dimaksud pasien juga tercantum dalam
pada ayat (1) tidak pasal 32 Undang-Undang No.
berlaku bagi tenaga 44 Tahun 2009 tentang Rumah
kesehatan yang Sakit, yaitu:
melakukan tindakan a) memperoleh informasi
penyelamatan nyawa atau mengenai tata tertib dan
pencegahan kecacatan peraturan yang berlaku di
seseorang dalam keadaan Rumah Sakit;
darurat. b) memperoleh informasi
3. Ketentuan mengenai tata tentang hak dan
cara pengajuan tuntutan kewajiban pasien;
sebagaimana dimaksud c) memperoleh layanan yang
pada ayat (1) diatur manusiawi, adil, jujur,
sesuai dengan ketentuan dan tanpa diskriminasi;
peraturan perundang- d) memperoleh layanan
undangan. kesehatan yang bermutu
Undang-Undang No. sesuai dengan standar
29 Tahun 2004 tentang Praktek profesi dan standar
Kerumah sakitan juga prosedur operasional;
merupakan Undang-Undang e) memperoleh layanan
yang bertujuan untuk yang efektif dan efisien
memberikan perlindungan bagi sehingga pasien terhindar
pasien. Hak-hak pasien diatur dari kerugian fisik dan
dalam pasal 52 UU No. 29 materi;
Tahun 2004 adalah: f) mengajukan pengaduan
a) mendapatkan penjelasan atas kualitas pelayanan
secara lengkap tentang yang didapatkan;
tindakan medis g) memilih rumah sakit dan
sebagaimana dimaksud kelas perawatan sesuai
dalam pasal 45 ayat (3); dengan keinginannya dan
b) meminta pendapat rumah peraturan yang berlaku di
sakit atau rumah sakit Rumah Sakit;
lain; h) meminta konsultasi
c) mendapatkan pelayanan tentang penyakit yang
sesuai dengan kebutuhan dideritanya kepada rumah
medis; sakit lain yang
d) menolak tindakan medis; mempunyai Surat Izin
e) mendapatkan isi rekam Praktik (SIP) baik di
26

dalam maupun di luar p) menolak pelayanan


Rumah Sakit; bimbingan rohani yang
i) mendapatkan privasi dan tidak sesuai dengan
kerahasiaan penyakit agama dan kepercayaan
yang diderita termasuk yang dianutnya;
data- data medisnya; q) menggugat dan/atau
j) mendapat informasi yang menuntut Rumah Sakit
meliputi diagnosis dan apabila Rumah Sakit
tata cara tindakan medis, diduga memberikan
tujuan tindakan medis, pelayanan yang tidak
alternatif tindakan, risiko sesuai dengan standar
dan komplikasi yang baik secara perdata
mungkin terjadi, dan ataupun pidana; dan
prognosis terhadap r) mengeluhkan pelayanan
tindakan yang dilakukan Rumah Sakit yang tidak
serta perkiraan biaya sesuai dengan standar
pengobatan; pelayanan melalui media
k) memberikan persetujuan cetak dan elektronik
atau menolak atas sesuai dengan ketentuan
tindakan yang akan peraturan perundang-
dilakukan oleh tenaga undangan.
kesehatan terhadap Berdasarkan keempat
penyakit yang Undang-undang tersebut maka
dideritanya; peneliti secara garis besar
l) didampingi keluarganya menyimpulkan bahwa ada 5
dalam keadaan kritis; (lima) jaminan hak pasien yang
m) menjalankan ibadah harus dipenuhi oleh pihak
sesuai agama atau rumah sakit agar perlindungan
kepercayaan yang hukum terhadap pasien sebagai
dianutnya selama hal itu konsumen jasa dalam
tidak mengganggu pasien pelayanan kesehatan dapat
lainnya; terpenuhi yaitu :
n) memperoleh keamanan 1. Jaminan Untuk Mendapat
dan keselamatan dirinya Informasi Pada Saat
selama dalam perawatan Diberikan Pelayanan
di Rumah Sakit; Kesehatan
o) mengajukan usul, saran, 2. Jaminan Atas Keamanan,
perbaikan atas perlakuan Kenyamanan dan
Rumah Sakit terhadap Keselamatan Atas
dirinya; Pelayanan Kesehatan
27

3. Jaminan Atas Persamaan membutuhkan perawatan medis,


Hak Dalam Pelayanan dalam Undang-Undang Nomor
Kesehatan 36 Tahun 2009 tentang
4. Jaminan Atas Kebebasan Kesehatan telah mengatur:
Memilih Atas Pelayanan “Dalam keadaan darurat,
Keperawatan fasilitas pelayanan kesehatan,
5. Jaminan Atas Kebebasan baik pemerintah maupun swasta
Untuk Menuntut Hak-hak dilarang menolak pasien
Yang Dirugikan dan/atau meminta uang muka.”
Sebagaimana yang Selain itu perbuatan penolakan
diatur didalam Undang-undang perawatan medis juga termasuk
Perlindungan Konsumen pada perbuatan pidana, sehingga
Pasal 4 huruf c yang berbunyi dapat dituntut secara pidana
konsumen memiliki : “hak atas sesuai dengan Pasal 304 dan 531
informasi yang benar, jelas, dan KUHP. Dalam hal yang
jujur mengenai kondisi dan melakukan penolakan perawatan
jaminan barang dan/atau jasa” medis rumah sakit, maka
Dari hak atas informasi rumah pimpinan rumah sakit yang
sakit atau tenaga kesehatan bertanggung jawab atas
dituntut untuk memberikan terjadinya pelanggaran hukum,
informasi yang benar, jelas dan sesuai diatur dalam Pasal 190
jujur terhadap alasan penolakan ayat (1) Undang-Undang Nomor
pasien. Sebagai rumah sakit 36 Tahun 2009 tentang
yang baik seharusnya ada Kesehatan.”
tempat khusus yang bisa
menampung keluhan-keluhan B. Upaya Hukum Yang
dari pasien sehingga pasien Dilakukan Atas Penolakan
bisa tau dan jelas kemana dia Pasien Yang Dilakukan Oleh
bisa mengadu dan meminta Rumah Sakit.
pertanggungjawaban untuk Berdasarkan Pasal 32
segera mendapatkan perawatan. huruf q Undang-Undang
Rumah Sakit, setiap pasien
Penolakan perawatan
mempunyai hak untuk
pasien kurang mampu yang
menggugat dan/atau menuntut
dilakukan rumah sakit terhadap
rumah sakit apabila rumah
pasien yang membutuhkan
sakit diduga memberikan
perawatan termasuk perbuatan
pelayanan yang tidak sesuai
melawan hukum dan termasuk
dengan standar baik secara
tindakan pidana. Dalam hal ini
perdata ataupun pidana.
seharusnya rumah sakit dilarang
Dengan melakukan penolakan
menolak pasien yang
28

pada pasien miskin pada keadaan gawat darurat dapat


keadaan gawat darurat, rumah melakukan tindakan hukum
sakit telah melakukan tindakan berupa gugatan perdata dengan
yang tidak sesuai dengan menuntut ganti rugi kepada
aturan perundang-undangan, rumah sakit yang melakukan
untuk itu pasien dapat tindakan penolakan tersebut.
menggugat dan/atau menuntut Gugatan tersebut sesuai
rumah sakit. Hal ini berarti dengan aturan yang tercantum
pasien miskin dapat melakukan dalam Pasal 1365 KUHPerdata
tindakan hukum berupa yang berbunyi :
menggugat rumah sakit secara “ Tiap perbuatan
perdata dan/atau menuntut melanggar hukum yang
rumah sakit tersebut secara membawa kerugian kepada
pidana. seorang lain, mewajibkan
Tindakan hukum orang yang karena salahnya
perdata yang dapat dilakukan menerbitkan kerugian itu
pasien miskin yang ditolak mengganti kerugian tersebut.”
rumah sakit pada keadaan Berdasarkan pasal
gawat darurat adalah dengan tersebut dan tuntutan ganti rugi
mengajukan gugatan yang diajukan maka atas
wanprestasi dan perbuatan tindakan penolakan kepada
melawan hukum. Dengan pasien miskin pada keadaan
menolak pasien miskin pada gawat darurat, maka rumah
keadaan gawat darurat, rumah sakit dikatakan telah
sakit telah melakukan melakukan perbuatan melawan
wanprestasi karena tidak hukum. Gugatan perbuatan
melakukan apa yang disepakati melawan hukum yang
untuk dilakukan. Dalam hal ini dilayangkan pasien miskin
rumah sakit tidak melakukan kepada rumah sakit harus
hal berupa memberikan terlebih dahulu dibuktikan
tindakan medis kepada pasien berdasarkan pemeriksaan di
miskin tersebut yang dalam depan pengadilan. Oleh karena
keadaan gawat darurat tentu yang berwenang memutuskan
saja memerlukan perlakuan seseorang itu bersalah atau
tindakan medis sesegera tidak adalah hakim dalam
mungkin. Ketentuan dalam sidang pengadilan. Untuk itu,
Pasal 58 ayat (1) Undang- rumah sakit harus dapat
Undang Kesehatan mengatakan dibuktikan memenuhi unsur-
bahwa pasien miskin yang unsur perbuatan melawan
ditolak rumah sakit pada hukum. Jika unsur-unsur
29

tersebut dapat dibuktikan maka melawan hukum. Atas gugatan


dapat dinyatakan bahwa atas tersebut maka rumah sakit
tindakan penolakan yang bertanggung jawab atas
dilakukan kepada pasien perbuatan penolakan pasien
miskin pada keadaan gawat miskin pada keadaan gawat
darurat, rumah sakit telah darurat yang dilakukan oleh
melakukan perbuatan melawan tenaga kesehatannya. Dengan
hukum. demikian maka rumah sakit
Pasal 46 Undang- harus bertanggung jawab
Undang Rumah Sakit dengan memberikan ganti
mengatakan bahwa rumah sakit kerugian bagi pasien miskin
bertanggung jawab secara sebagai korban.
hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas IV. PENUTUP
kelalaian yang dilakukan oleh A. Kesimpulan
tenaga kesehatan di rumah Berdasarkan hasil
sakit. Berdasarkan ketentuan penelitian sebagaimana
tersebut maka rumah sakit dikemukakan di atas, dapat
harus bertanggung jawab ditarik kesimpulan sebagai
dengan memberikan ganti berikut :
kerugian bagi pasien miskin 1. Dalam keadaan darurat,
sebagai korban. fasilitas pelayanan
Dengan demikian dapat kesehatan, baik
disimpulkan bahwa dari pemerintah maupun
pembahasan di atas, penulis swasta dilarang menolak
berkesimpulan bahwa pasien pasien dan/atau meminta
miskin dapat melakukan uang muka.” Selain itu
tindakan hukum berupa perbuatan penolakan
menggugat rumah sakit yang perawatan medis juga
melakukan penolakan pada termasuk perbuatan
pasien miskin pada keadaan pidana, sehingga dapat
gawat darurat secara perdata dituntut secara pidana
dan/atau menuntut rumah sakit sesuai dengan Pasal 304
tersebut secara pidana. dan 531 KUHP. Dalam
Tindakan hukum perdata yang hal yang melakukan
dapat dilakukan pasien miskin penolakan perawatan
yang ditolak rumah sakit pada medis rumah sakit, maka
keadaan gawat darurat adalah pimpinan rumah sakit
dengan mengajukan gugatan yang bertanggung jawab
wanprestasi dan perbuatan atas terjadinya
30

pelanggaran hukum, gugatan perdata dengan


sesuai diatur dalam Pasal menuntut ganti rugi
190 ayat (1) Undang- kepada rumah sakit yang
Undang Nomor 36 Tahun melakukan tindakan
2009 tentang Kesehatan. penolakan tersebut.
2. Tindakan hukum perdata B. Saran
yang dapat dilakukan
pasien miskin yang 1. Sebagai Rumah Sakit
ditolak rumah sakit pada Umum pilihan utama
keadaan gawat darurat dengan standar pelayanan
adalah dengan nasional di Priangan
mengajukan gugatan Timur yang mampu
wanprestasi dan memberikan pelayanan
perbuatan melawan sesuai dengan fungsinya
hukum. Dengan menolak sebagai intansi pelayanan
pasien miskin pada publik bersifat individual
keadaan gawat darurat, terhadap pasien maka
rumah sakit telah hendaknya RSUD
melakukan wanprestasi Tasikmalaya juga harus
karena tidak melakukan selalu mementingkan
apa yang disepakati aspek perlindungan
untuk dilakukan. Dalam hukum terhadap pasien
hal ini rumah sakit tidak sebagai konsumen jasa
melakukan hal berupa dalam pelayanan
memberikan tindakan kesehatan yang diberikan
medis kepada pasien oleh rumah sakit yaitu
miskin tersebut yang dengan selalu
dalam keadaan gawat mementingkan hak-hak
darurat tentu saja dari pasien.
memerlukan perlakuan 2. Dalam rangka
tindakan medis sesegera memberikan fasilitas
mungkin. Ketentuan pelayanan kesehatan bagi
dalam Pasal 58 ayat (1) pasien, maka setiap
Undang-Undang rumah sakit hendaknya
Kesehatan mengatakan memperhatikan dan
bahwa pasien miskin memberikan pelayanan
yang ditolak rumah sakit kesehatan yang memang
pada keadaan gawat menjadi hak dari pasien
darurat dapat melakukan yang harus dipenuhi,
tindakan hukum berupa khususnya hak pasien
31

miskin. Masyarakat di Indonesia, PT.


sebagai pasien yang Alumni, Bandung.
berhak atas pelayanan Hermien Hadiati Koeswadji,
kesehatan di rumah sakit 2000, Hukum dan
juga hendaknya Masalah Medik,
meningkatkan kesadaran Surabaya : Erlangga
hukum dengan University Press.
mengetahui apa yang Margarita Veani Prajati, 2012,
menjadi haknya agar hak Tanggung Jawab
yang didapat oleh pasien Rumah Sakit Privat Di
sesuai dengan aturan Bidang Pelayanan
perundang-undangan dan Kesehatan, Universitas
tidak disalahgunakan oleh Atmajata Yogyakarta,
pihak-pihak yang terkait. Soekidjo Notoadmodjo. 2005.
Promosi Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA (Teori dan Aplikasi),
Rineka Cipta. Jakarta
Aditama Chandra Yoga, 2012, Soerjono dan Herkunto, 1997,
Manejemen Pengantar Hukum
Administrasi Rumah Kesehatan, Remaja
Sakit, UI Press, Jakarta Karya, Bandung.
A.Z. Nasutuion, 2001, Hukum Soleh Iskandar, 2016,
Perlindungan Pelayanan Kesehatan
Konsumen Suatu Dalam Meningkatkan
Pengantar, (Jakarta: Kepuasan Masyarakat
Diadit Media,), Di Rumah Sakit,
Bertens, 2011, Etika Biomedis, Volume 4 Nomor 2
(Yogyakarta: Undang-Undang Nomor 36
Kanisius,), Tahun 2009 tentang
Endang Wahyati Yustina, 2012, Kesehatan
Mengenal Hukum Undang-Undang Nomor 44
Rumah Sakit, Keni Tahun 2009 tentang
Media, Bandung, Rumah Sakit
Roy Tjiong, 2002, Problem Etis Undang-Undang Nomor 39
Upaya Kesehatan, Tahun 1999 tentang
(Jakarta: Gramedia Hak Asasi Manusia
Pustaka Utama,) Undang Nomor 8 Tahun 1999
Titon Slamet Kurnia,2007, Hak tentang Perlindungan
atas Derajat Kesehatan Konsumen
Optimal sebagai HAM

You might also like