You are on page 1of 13

Balance Vol. XVII No.

2 | Juli 2019

POSITIONING DAN SEGMENTASI PASAR PRODUK SARANG INFUS


(SARUNG TANGAN INFUS) DI RUMAH SAKIT PERSYARIKATAN
MUHAMMADIYAH DAERAH SURABAYA-SIDOARJO
Putri Lisdiyanti, Fatma Aula Nursyifa, Riskiatul Mutamima, Finka Yuanita, Gita Marini
Universitas Muhammadiyah Surabaya

ABSTRACT
Occurrence at risk of infection, risk of injury and stress of hospitalization are three events
that often occur in children who are hospitalized with infusion. During this time the efforts of
these events have only been overcome by the installation of a buffer on the hand and fixation
with gauze rolls that are looped on the child's arm only so that this can only reduce the risk of
infection. Provision of infusion nest products (infusion gloves) is an effort to prevent and reduce
the occurrence of these three events. Infusion nest products are creative innovations that have
been made because so far there are no similar products in hospitals.
Marketing research on consumers of nest infusion products is carried out to determine the
potential of the market and the behaviors that develop in consumers so that clear information
about the customers of infusion nest products can be obtained, especially in hospitals that are
sheltered by Muhammadiyah Hospital in Surabaya-Sidoarjo. One of the important data to analyze
is data about certain segments of the customer and how the infusion nest producers are able to
place their product position on consumer perceptions. This is very important to determine the
marketing strategy. appropriate.
Customers from hospitals that are in large numbers in Surabaya and scattered are
certainly not possible to analyze all, so we need a marketing research procedure by taking
samples. samples designed to obtain data on demographic characteristics, psychography,
behavior and consumer preferences. In addition, information about perceptual maping from
consumers on infusion nest products is needed to find out the map of respondents' perceptions of
the nest infusion product attributes. From consumer preference data on marketing attributes of
nest infusion products customer segmentation can be done to obtain information about groups of
customers based on the choice of the most important attributes. In addition, each segment can be
described the characteristics of psychography, demographics and behavior to see the
characteristics of each segment. The data about positioning provides information on product
position in customer perceptions based on marketing attributes that are superior to infusion nest
products.
From the data obtained from filling out the questionnaire after validation through Focus
Group Discussion with child nurse nurses in two Muhammadiyah Hospital (RS) namely Siti
Khodijah Hospital Along and RSIA Aisyiah Pacarkeling Surabaya it was found that infusion nest
customers, can be grouped into 2 groups with preference characteristics, demographics,
psychography, and different behaviors. While the positioning of infusion nest products in
consumer perceptions is still relatively close to a number of superior attributes, such as there are
no similar products on the market, products are comfortable for children, products can make it
easier for nurses to observe infusion conditions in accordance with hospital accreditation but
prices offered by producers can increase the cost of installing IVs so that they can only be
temporarily reached by patient patients non BPJS users.

221
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

Keywords : Infusion nest products, positioning


Correspondence to : gita.ners82@gmail.com

ABSTRAK
Kejadian Resiko Infeksi, resiko cidera dan stress hospitalisasi merupakan tiga kejadian
yang seringkali terjadi pada anak yang mengalami rawat inap yang terpasang infus. Selama ini
upaya kejadian tersebut hanya diatasi dengan pemasangan penyangga pada tangan dan fiksasi
dengan kasa gulung yang dilingkarkan pada lengan anak saja sehingga hal ini hanya dapat
mengurangi kejadian resiko infeksi saja. Pemberian produk sarang infus (sarung tangan infus)
merupakan upaya untuk mencegah dan mengurangi terjadinya ketiga kejadian tersebut. Produk
sarang infus merupakan inovasi kreatif yang telah dibuat karena selama ini tidak ada produk serupa
yang ada di rumah sakit.
Riset pemasaran terhadap konsumen produk sarang infus dilakukan untuk mengetahui
potensi – potensi pasar dan prilaku – prilaku yang berkembang pada konsumen sehingga dapat
diperoleh informasi yang jelas tentang pelanggan produk sarang infus khususnya di Rumah Sakit
yang bernaung pada persyarikatan Muhammadiyah di Surabaya-Sidoarjo. Salah satu data yang
penting untuk di analisis adalah data tentang segmen – segmen tertentu dari pelanggan serta
bagaimana produsen sarang infus tersebut mampu menempatkan posisi produknya pada persepsi
konsumen. Hal ini sangat penting untuk menentukan strategi pemasaran. yang sesuai.
Pelanggan dari rumah sakit yang jumlahnya banyak di Surabaya dan terpencar – pencar
tentunya tidak mungkin kita analisis semua, sehingga diperlukan prosedur riset pemasaran dengan
melakukan pengambilan sampel. sampel yang didesain untuk men -dapatkan data tentang
karakteristik demografi, psikografi, prilaku dan preferensi konsumen. Selain itu informasi tentang
perceptual maping dari konsumen terhadap produk sarang infus sangat diperlukan untuk
mengetahui peta persepsi responden terhadap atribut produk sarang infus. Dari data preferensi
konsumen terhadap atribut pemasaran produk sarang infus dapat dilakukan segmentasi pelanggan
untuk memperoleh informasi tentang kelompok – kelompok pelanggan berdasarkan pilihan
terhadap atribut yang paling dipentingkan. Selain itu masing – masing segmen dapat dideskripsikan
karakteristik psikografi, demografi dan prilakunya untuk melihat ciri – ciri yang dimiliki masing –
masing segmen. Adapun data tentang positioning memberikan informasi posisi produk dalam
persepsi pelanggan berdasarkan atribut pemasaran yang diunggulkan pleh produk sarang infus.
Dari data yang diperoleh dari pengisian kuisioner setelah validasi melalui Fokus Group
Discussion dengan perawat perawat anak di dua Rumah sakit (RS) Muhammadiyah yaitu RS Siti
Khodijah Sepanjang dan RSIA Aisyiah Pacarkeling Surabaya didapatkan bahwa pelanggan sarang
infus, dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok dengan karakteristik preferensi, demografi,
psikografi, dan prilaku yang berbeda – beda. Sedangkan positioning produk sarang infus dalam
persepsi konsumen masih relatif berdekatan untuk beberapa atribut yang diunggulkan, seperti
belum ada produk serupa di pasar, produk nyaman dipakai oleh anak-anak, produk dapat
memudahkan perawat untuk mengobservasi kondisi infus sesuai dengan tujuan akreditasi rumah
sakit namun harga yang ditawarkan produsen dapat meningkatkan biaya pasang infus sehingga
untuk sementara hanya dapat dijangkau oleh pasien pasien non pengguna BPJS.

Kata kunci : produk sarang infus, positioning,segmentasi


Korespondensi : gita.ners82@gmail.com

222
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

PENDAHULUAN / INTRODUCTION
Kejadian tidak menyenangkan dalam adanya inflamasi vena yang disebabkan oleh
Rumah Sakit mengakibatkan trauma pada iritasi kimia (bahan teertentu) maupun
anak. Salah satu kejadian yang tidak mekanik. Angka standar phlebrits yang
menyenangkan bagi anak adalah pemasangan direkomendasikan oleh INS (Infusion Nurse
infus. Selain itu pemasangan infus dapat Society) adalah 5%. Kasus kejadian infeksi
mengakibatkan stress hospitalisasi juga dapat nosokomial (flebitis) sebagian besar tidak
mengakibatkan resiko infeksi dan Resiko dilaporkan sehingga angka insidensnya
Injury. Resiko Injury dapat mengancam bervariasi. Insidens tromboflebitis akibat
kesehatan keamanan anak yang belum bisa pemasangan infus vena perifer sangat
melindungi dirinya sendiri dan membuat bervariasi karena perbedaan definisi, desain
orangtua merasa cemas serta menyesal, tetapi penelitian, pemilihan pasien, dan lama follow
sebenarnya cedera ini dapat dicegah up. 3 Machado, et al, (2008) melaporkan
(National Safety Council, 2006).Cedera angka kejadian flebitis pada anak sebesar
adalah penyebab kematian yang mewakili 4,7%, Jacinto, et al, (2014) 2,7%, Abusafia, et
salah satu dari penyebab yang paling penting al, (2015) 2,7%, dan di Indonesia dilaporkan
dari morbiditas dan mortalitas pediatri yang prevalensi flebitis sebesar 16,5% (2013).
dapat dicegah (Arvin, Behrman Tindakan untuk pencegahan dini flebitis
Kliegman.2000). akibat pemasangan infus adalah dengan cara
Angka kesakitan anak di Indonesia pembidaian. World Health Organization
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional menggambarkan kejadian injurysebagai suatu
(Susenas) tahun 2010 yang dikutip oleh peristiwa yang disebabkan oleh dampak dari
Apriany (2013), di daerah perkotaan menurut suatu agen eksternal secara tiba-tiba dan
kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia dengan cepat menghasilkan kerusakan baik
5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 fisik maupun mental. Injurytersebut meliputi
tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar cedera lalu lintas, jatuh, terbakar, tenggelam,
8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun keracuganan, tergores, dan gigitan binatang (
apabila dihitung dari keseluruhan jumlah Wong, Donna.L. 2004). Pemasangan infus
penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat dapat menimbulkan resiko tergoresnya
di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi bahaya injuryanak usia toddler (gesekan
fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan kulit, tergores, tersangkut pakaian, tersangkut
hospitalisasi. tempat tidur,robekan palpebra). yaitu dengan
Pemasangan infus pada anak-anak memberikan informasi dan pengetahuan pada
selain dapat menyebabkan hospitalisasi juga orangtua serta selalu waspada terhadap setiap
dapat menyebabkan resiko infeski dan resiko gerak yang dilakukan oleh anak, memberikan
injury. Salah satu resiko infeksi yang dapat alat bermain yang sesuai dan tidak
terjadi di rumah sakit adalah resiko infeksi membahayakan, serta melakukan pengawasan
nosokomial. Infeksi nosokomial atau infeksi dengan memberi perhatian pada anak.
yang diperoleh dari rumah sakit salah satunya Saat ini hal yang dilakukan di
adalah flebitis. Phlebritis terjadi akibat rumahsakit untuk mencegah infeksi

223
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

pemasangan infus pada anak kecil adalah dilapangan bahwa Rumah Sakit. Siti
membidai dengan spalek kecil dan perban. Khodijah yang berada di Kota Surabaya dan
Dalam tindakan tersebut dapat mengurangi Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Aisyiah
resiko infeksi tetapi tidak dapat mengurangi terdapat dua Rumah Sakit di Persyarikatan
hospitalisasi pada anak dan resiko injury. Saat Muhammadiyah yang memiliki budaya kerja
ini untuk mengurangi resiko injuri anak yang yang sama untuk perawat nya yang dapat
terpasang infus yaitu dengan memberikan digunakan sebagai sampel, serta dapat
informasi dan pengetahuan pada orangtua digunakan sebagai pembanding positioning
serta selalu waspada terhadap setiap gerak RS sebagai konsumen sarang infus, yang
yang dilakukan oleh anak, memberikan alat menerima. pasien dengna BPJS dan Non
bermain yang sesuai dan tidak BPJS.
membahayakan, serta melakukan pengawasan
dengan memberi perhatian pada anak. Kajian Teori
Dari masalah tersebut kami Produk dapat diartikan sebagai
menawarkan produk “SARANG INFUS” hasil dari suatu aktivitas proses produksi. Dan
belum pernah ada di pasaran dan memiliki hasil ini bisa berupa barang (goods) dan jasa
permintaan pasar yang tinggi akibat angka (services), yang dapat dinikmati dan
kejadian hospitalisasi, resiko Infeksi dan membantu konsumen dalam melaksanakan
antisipasi resiko kejadian injury. Bentuknya aktivitas sehari- hari. Pengertian produk
yang inovativ mampu mengurangi menurut Kotler (2005), “Produk adalah suatu
hospitalisasi akibat pemasangan infus, serta sifat yang kompleks baik dapat diraba
dilengkapi dengan fiksasi yang dapat maupun tidak dapat diraba, termasuk
mengurangi resiko infeski pada anak. bungkus, warna, harga, prestise perusahaan
Pemahaman karakteristik konsumen dan pengecer produk tersebut hingga diterima
sangat penting ketika seorang pebisnis pembeli untuk memuaskan kebutuhannya”.
memutuskan untuk menjadi peserta dalam Konsep produk merupakan acuan dan
strategi pemasaran dalam bisnis. kerangka dasar pemikiran dalam mengamati
Kotler/Amstrong (2005) mengatakan bahwa dan mengidentifikasi suatu produk. Adapun
produsen tidak akan berhasil menarik semua penjelasan mengenai konsep produk menurut
pembeli dipasar industri maupun konsumen Philip Kotler (2005) adalah sebagai berikut :
atau sekurang – kurangnya tidak akan “Konsumen akan menyukai produk- produk
berhasil menarik pembeli dengan cara yang yang memiliki kualitas, penampilan dan ciri-
sama .Hal ini terjadi karena pembeli itu ciri yang sangat baik. Manajemen dalam
jumlahnya banyak sekali jumlahnya dan organisasi yang berorientasi pada produk
terlalu terpencar – pencar. Selain itu sasaran demikian memusatkan energi mereka untuk
yang tepat dalam membidik konsumen dan membuat produk yang baik dan terus
penentuan posisi dari bisnisnya akan menjadi menerus meningkatkan mutu produk tersebut
pertimbangan yang menentukan kesuksesan “. Untuk merealisasikan produk perusahaan
dalam bisnis. Berdasarkan latar belakang menyusun atribut – atribut yang akan
inilah kemudian peneliti mencoba melakukan mendukung terciptanya prototipe produk .
studi pemasaran tentang Positioning dan Atribut – atribut tersebut berupa kualitas
Segmentasi Pasar Produk Sarang Infus produk, fitur produk, rancangan produk,
(Sarung Tangan Infus) di Rumah Sakit Merek produk, kemasan dan label produk.
Persyarikatan Muhammadiyah daerah Lebih lanjut kualitas (Quality of Product)
Surabaya-Sidoarjo. Berdasarkan survey sendiri dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai

224
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

kinerja atau performa (performance), keputusan yang menyertai pembelian, akan


kemampuan unjuk kerja (comformance), tetapi juga meliputi proses pengambilan
keandalan (reliability), kemudahan untuk keputusan yang menyertai pembelian.
diperbaiki (repai -rability), tahan usia Dengan demikian memahami perilaku
(durability) dan desain. Biasanya tidak semua konsumen bukanlah suatu pekerjaan yang
komponen atribut dijadikan andalan (selling mudah karena banyaknya variabel yang
point) oleh perusahaan namun bagi produsen, mempengaruhi dan variabel-variabel tersebut
terdapat satu atau lebih atribut yang menonjol saling berinteraksi. Karena itu Kotler (2006)
(salient attribut) dari suatu produk. beranggapan bahwa perilaku konsumen
Menurut Philip Kotler (2005) merupakan proses yang kompleks dan
keputusan yang berhubungan dengan multidimensional.
pengembangan dan pemasaran berkaitan Pemasar tidak hanya berhenti pada
dengan suatu produk tertentu harus perilaku konsumen saja, namun juga perlu
memperhatikan dan membahas variabel suatu juga perlu mengkaitkannya dengan strategi
produk. pemasaran yang akan disusunnya. Mengenai
faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dan keterkaitannya dengan strategi
Perilaku Konsumen pemasaran ini, Coney menggambarkan dalam
Menurut Paul Peter dan Jerry C. gambar 2.1 dibawah. Berdasarkan gambar
Olson (1996) perilaku konsumen merupakan dibawah terlihat bahwa ada 3 faktor yang
interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi yang menentukan perilaku konsumen yakni
, perilkau dan kejadian disekitar kita yaitu karaktertistik personal, karakteristik produk
tempat manusia melakukan pertukaran dan situasi konsumsi.
didalam hidup.
Dalam menganalisa perilaku
konsumen tidak hanya menyangkut faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan
.
Personal
Characteristic
Consumer marketing
Behaviuor strategy
Product
Characteristic

Consumption
Situation

Gambar 2.1. Hubungan Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran

Apabila perusahaan mampu memahami besar dibanding pesaingnya karena


perilaku konsumen sehingga dapat memenuhi perusahaan dapat menyusun strategi
keinginan dan kebutuhan konsumen maka pemasaran yang tepat yang dapat
akan mendapatkan keuntungan yang cukup

225
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

memberikan kepuasan yang lebih baik ke dalam kelompok yang lebih kecil
dibanding pesaing. berdasarkan kesamaannya.
Langkah pertama dalam melakukan
Segmentasi strategi segmentasi adalah dengan menyeleksi
Segmentasi menurut Rhenald Kasali pendekatan segmentasi yang sesuai dengan
(2011) adalah proses mengkotak-kotakkan segmen yang ada di pasar. Ada dua
pasar yang heterogen kedalam kelompok- pendekatan utama segmentasi menurut
kelompok potensial consumers yang Rhenald Kasali (2011) yaitu pendekatan
memiliki kesamaan kebutuhan, kesamaan apriori dan pendekatan post-hoc.
karakter atau tingkah laku yang memiliki
respons yang sama dalam membelanjakan
uangnya. Syarat syarat Segmentasi Dapat Berdaya
Tujuan utama segmentasi menurut Guna
Kotler (2005) adalah melayani konsumen 1. Dapat diukur : sejauh mana besarnya
lebih baik dan memperbaiki kompetitif pasar dan daya beli,profil segmen ini
perusahaan perusahaan akan lebih mudah dapat diukur . sebagai contoh : dove yang
melayani berbagai kebutuhan dan keinginan melakukan segmentasi produk pada
pasar. Secara umum segmentasi bermanfaat kalangan mahasiswa yang lebih
untuk meningkatkan posisi kompetisi mementingkan manfaat dan penampilan
perusahaan dan membedakan pelayanan yang
lebih baik kepada konsumen. Segmentasi 2. Besar : Sejauh mana segmen ini cukup
pasar perlu dilakukan karena pada umumnya besar dan menguntungkan untuk
pasar untuk suatu produk atau jasa dilayani.Suatu segmen harus merupakan
mempunyai banyak perbedaan terutama pada nilai kelompok homogen besar yang
kebutuhan, keinginan dan perbedaan daya memungkinkan dibuat strategi khusus
beli konsumen. untuk mereka.

Pemasaran konvensional mengatakan 3. Dapat dijangkau : Segmen harus dapat


bahwa pemasaran massal (mass marketing) dijangkau dan dilayani secara
akan menimbulkan potensi pasar yang besar, efektif.Misalkan swalayan menemukan
biaya rendah, sehingga akan menghasilkan bahwa pelanggan terbesar mereka adalah
produk dengan harga rendah atau margin kalangan ibu – ibu rumah tangga kelas
yang tinggi. Dalam pemasaran massal, menengah yang tinggal didalam kota.
filosofi yang mendasari adalah bahwa pasar 4. Dapat dibedakan : Segmen – segmen
yang luas diasumsikan hanya mempunyai dapat dipisahkansecara konseptual dan
satu kebutuhan yang umum. memberikan tanggapan yang berbeda
Namun saat ini, pendekatan terhadap elemen bauran pemasaran yang
pemasaran massal tradisional yang ingin ada
menguasai pasar yang luas menjadi tidak
5. Dapat dilaksanakan : Program –
efektif, karena pemasar menjadi kesulitan
program yang efektif dapat dirumuskan
untuk menguasai pasar yang luas dengan
untuk menarik dan melayani segmen
produk tunggal, Philip Kotler (2005).
yang bersangkutan
Bagaimanapun konsumen adalah kelompok
yang luas dan sangat heterogen, sehingga
harus dipertimbangkan untuk membagi pasar

226
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

Mengevaluasi Segmen Pasar 3. tujuan dan sumber daya perusahaan


Dalam mengevaluasi segmen pasar Jika suatu segmen itu besar,berkembang dan
yang berbeda perusahaan harus menarik secara struktural perusahaan akan
memperhatikan tiga faktor yaitu : mempertimbangkan sumber dayanya sendiri
berkaitan dengan segmen tersebut.Beberapa
1. Ukuran dan pertumbuhan segmen
segmen yang menarik akan hilang karena
Segmen yang potensial memiliki ukuran tidak seuai dengan tujuan jangka panjang
pertumbuhan yang tepat .Perusahaan besar perusahaan.
sering mementingkan segmen yang memiliki
volume penjualan besar dan sering
meremehkan segmen yang kecil begitu pula Sasaran pemasaran
sebaliknya untuk perusahaan kecil sehingga Menetapkan target market adalah
sering kali perusahaan kecil datang memilih segmen yang potensial dan yang
mengambil segmen yang yang kecil dan akan dilayani. Hasil dari targeting adalah
berkembang sehingga mampu menekan target market (pasar sasaran) yaitu satu atau
kemampu - labaan mereka beberapa segmen pasar yang akan menjadi
fokus kegiatan pemasaran. Memfokuskan
2. daya tarik struktural segmen
disini berarti pemasar harus berani
Suatu segmen mungkin memiliki ukuran dan memfokuskan kegiatannya kepada beberapa
petumbuhan seperti yang didambakan akan segmen saja dan mencari segmen mana yang
tetapi tidak menarik dilihat dari segi mempunyai potensi untuk paling dipuaskan.
profitabilitas.Perusahaan harus menarik
Untuk itu menurut Kotler (2005)
beberapa faktor struktural utama yang
perusahaan dapat mempertimbangkan lima
mempengaruhi kemenarikan segmen dalam
pola dalam melakukan seleksi target market,
jangka panjang .Contoh :segmen kurang
seperti pada tabel 2.1. dibawah :
menarik jika didalamnya sudah terdapat
kompetitor kuat dan agresif atau harus
diperhatikan ancaman dari adanya produk
subtitusi atau pengganti.

Tabel 2.1 : Lima Pola Pemilihan Target Pasar


Singgle Selective Product Market Full
segment Specialization Specialization Specialization Coverage
Conentration
M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3
P1
P2
P3

Dari tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai 2. Selective Specialization. Perusahaan


berikut : menyeleksi beberapa segmen sinergi,
1. Single Segment Concentration. segmen yang dipilih mungkin tidak saling
Perusahaan memilih satu segmen saja.

227
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

berhubungan atau membentuk tetapi menurut sebuah lembaga penelitian surveysite


masing-masing segmen menjanjikan uang adalah suatu metode untuk menganalisa dan
3. Product Specialization. Perusahaan memahami persepsi konsumen terhadap
berkonsentrasi membuat sebuah sebuah produk. Konsep persepsi sendiri
produk khusus atau tertentu. menurut Mowen (1995) yang dikutip oleh
4. Market Specialization. Dalam strategi ini Kasali (2011) merupakan “suatu proses
perusahaan berkonsentrasi melayani ber- dimana individu-individu terekspos oleh
bagai kebutuhan dalam kelompok tertentu informasi dan menyediakan kapasitas
5. Full Market Coverage. Perusahaan prosesor yang lebih luas untuk meng-
berusaha melayani semua kelompok interpretasikan informasi tersebut”.
dengan produk yang dibutuhkan. Namun Definisi persepsi menurut Myers
hanya perusahaan besar yang bisa (1996) adalah “suatu proses untuk
melakukannya. mengartikan sensasi dengan memberikan
gambar-gambar dan hubungan-hubungan
Positioning asosiasi didalam memori untuk menafsirkan
Positioning menurut Rhenald kasali dunia diluar dirinya”.
(2001) merupakan proses bagaimana Kunci terpenting dalam persepsi menurut
konsumen memproses informasi dalam Rhenald Kasali (1998) adalah bahwa manusia
otaknya, manusia memproses informasi menyimpan informasi dalam bentuk
dengan sensai yang diterima . Proses berpikir hubungan asosiatif, dan hubungan asosiatif
ini melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. itu membantu manusia menginterpretasikan
Persepsi inilah yang menjadi bahan perhatian dunia di sekitarnya.
para ahli positioning. Sehingga positioningb Produk yang dipersepsikan disini
merupakan suatu jendela persepsi dalam otak adalah produk yang dapat diidentifikasi oleh
konsumen. Dalam hal ini ada lima informasi konsumen sebagai contoh, produk konsumen
yang disimpan dalam pusat – pusat informasi (customers products) seperti pasta gigi,
konsumen yaitu : sabun, sampo, makanan, mobil dll., produk
1. Nama merk –merk tertentu industri (industrial products) seperti
2. Karakteristik merk tersebut (biasanya computer, peralatan berat dll., institusi
dinyatakan dalam bentuk atribut) (perusahaan, hotel, restoran, rumah sakit,
3. Iklan – iklan mengenai merk tersebut majalah dll.), aktifitas (liburan, olahraga, film
4. Kategori produk dll), orang (bintang film, penyanyi, kandidat
5. Hasil evaluasi konsumen terhadap merk – politik dll).
merk tertentu dan iklannya Product mappping menghasilkan
Philip Kotler (2005) menuliskan sebuah gambar atau peta dari pasar. Peta ini
bahwa positioning adalah tindakan yang merupakan gambaran bagaimana sebuah
dilakukan pemasar untuk membuat citra produk dirasakan pada ingatan konsumen
produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan terhadap ciri khas atau atribut seperti reputasi,
kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi merek, harga atau kualitas. Hasil pemetaan
yang jelas dan mengandung arti dalam benak posisi juga menunjukkan bagaiman posisi
sasaran konsumennya. persaingan produk terhadap pesaingnya pada
benak konsumen dan dapat memberi
Perceptual Mapping informasi untuk meningkatkan posisi pasar
Definisi perceptual mapping atau dan nilai penjualan.
bisa disebut brand or product mapping

228
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

Peta posisi juga memberikan sumbangan 1. Differentiation, penciptaan perbedaan


yang sangat berharga dalam pengambilan secara nyata ataupun tidak nyata dalam
keputusan. Beberapa aplikasi penting dalam satu atau dua dimensi kunci (keys
dunia pemasaran antara lain : dimensions) antara focal product dan
1. Market Description and Segmentation pesaing-pesaing utamanya.
Peta produk (product maps) dapat 2. Positioning, sejumlah stategi yang
mengidentifikasi perusahaan, produk atau dibangun dan diterapkan perusahaan
service mana yang menjadi pesaing untuk memastikan diference produk
dalam pasar. Dalam peta juga menempati posisi yang jelas dan tepat
memberikan gambaran kondisi pasar pada benak konsumen.
yang jelas dan memberi saran mengenai 3. Mapping, sebuah teknik yang
strategi segmentasi yang mungkin dapat memudahkan manejemen melakukan
dilakukan. strategi differentiation dan sekaligus
2. Identifying Product Weaknesses positioning dengan membantu mem-
Peta menunjukkan bagaimana produk visualisasi-kan struktur persaingan pasar
dilihat atau dinilai dalam atribut dan berdasarkan penilaian persepsi
dimensi tertentu. Analisa dari peta dapat konsumen.
mengetahui kelemahan dan kekurangan
produk kita maupun pesaing, sehingga METODE PENELITIAN / METHODS
dapat memberi saran pengiklanan Data penelitian ini berasal dari perawat
(advertising) baru dan atau strategi perawat di RS Siti Khodijah Sepanjang dan
positioning. RSIA Siti Aisyah Pacarkeling Surabaya
3. Concept Development and Evaluation dengan Populasi yang diteliti adalah semua
Pengusulan peluncuran produk baru dapat perawat yang berdinas di ruang anak.
dibangun dan dievaluasi dengan Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
contohnya bagaimana mereka dapat Mei-Juni 2019. Sampel diambil secara total
ditempatkan (stack up) pada tempat dari perawat-perawat anak yang telah bekerja
produk-produk yang sudah ada. minimal 2 tahun. Sebelumnya dilakukan
4. Tracking Consumer Perceptions survey pendahuluan terlebih dahulu untuk
Product maps adalah cara yang paling mengidentifikasi variabel yang lebih cocok
ideal untuk dapat menyelidiki dan dari kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti
mengikuti jejak (track) dalam persepsi serta Untuk menentukan ukuran sampel yang
konsumen dari waktu ke waktu. harus diambil. Sampel awal yang diambil
5. Identifying Differences Among Groups adalah sebesar 13 responden (perawat) secara
Perusahaan selalu ingin mengetahui proporsional yaitu :
secara jelas perbedaan yang terdapat RS Siti Khodijah Sepanjang : 8 responden
dalam masyarakat (contoh; pengguna dan (42%)
non pengguna, laki-laki dan perempuan Klinik Bersalin Ibu dan Anak Siti aisyah
dll.) dalam merasakan atau menilai Pacarkeling Surabaya: 5 responden (38 %)
produknya secara berbeda. Product maps Hal ini dari pertimbangan survey
merupakan salah satu jalan atau metode awal yang ditemukan bahwa kedua rumah
yang paling sesuai jika terjadi perbedaan sakit memiliki budaya kerja yang sama dan
persepsi dalam kelompok yang berbeda. RS Siti khodijah memiliki pelanggan non
Terdapat tiga konsep dasar pada analisis BPJS maupun BPJ, S sedangkan Klinik
positioning (perceptual mapping) yaitu bersalin Ibu dan Anak Siti Aisyah

229
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

Pacarkeling Surabaya melayani pelanggan C.Kinnear/James R.Taylor 1997 ] Dalam


non BPJS. Kuisioner tentang atribut produk model penskalaan ini responden diminta
diberikan kepada 100 pasien pelanggan RS menunjukkan posisi mereka dalam kategori –
yang terbagi pada 65 responden berasal dari kategori yang diidentifikasikan secara verbal
RS terakreditasi dengan karakteristik pasien yaitu :
BPJS dan 35 responden berasal dari Klinik - Angka 1 menunjukkan sangat tidak
bersalin ibu dan anak dengan karakteristik setuju/memuaskan
non BPJS. - Angka 2 menunjukkan kurang
Pengukuran variable – variable setuju/memuaskan
penelitian yang digunakan dalam penelitian - Angka 3 menunjukkan biasa
ini adalah skala pengharkatan verbal [Thomas
- Angka 4 menunjukkan agak Untuk melakukan segmentasi pasar
setuju/memuaskan perlu diketahui bagaimana keinginan pasar
- Angka 5 menunjukkan sangat terhadap suatu produk yang akan diluncurkan
setuju/memuaskandiikuti dengan karena setiap pelangggan rumah sakit
pernyataan terbuka tiap responden berpotensi menjadi pasar tersendiri. Indikasi
dalam Fokus Group Diskusi bersama yang dapat dianalisis untuk mengetahui
perawat. bagaimana segmentasi dari pembeli dapat
Selanjutnya Kategori angka 1, 2 dan 3 dilihat dari preferensinya terhadap atribut –
digunakan untuk diberikan skoring 1 yang atribut yang berkaitan dengan produk yang
bermakna positif tidak menyetujui dijual . Ketika memutuskan untuk membeli
pertanyaan, sedangkan untuk kategori angka sebenarnya palanggan Rumah sakit tidak
4 dan 5 digunakan untuk diberikan skoring 0 sekeder mempertimbangkan keputusannya
yang bermakna negatif menyetujui semata – mata karena faktor barang tetapi
pertanyaan. keputusan tersebut sangat dipengaruhi oleh
Adapun varibel karakteristik atribut – atribut yang melingkupinya antara
demografi adalah sebagai berikut: lain sebagai berikut tentang manfaat yang ada
1. Type RS : yaitu menccegah resiko injury, resiko infeksi
Untuk Mengetahui karakteristik pelanggan dann menurunkan dampak hospitalisasi
berdasarkan type Rumah Sakit Untuk melakukan posisioning
a. Terakreditasi produk harus bisa didefinisikan oleh
b. Proses Akreditasi konsumen atas dasar atribut – atribut yang
2. Karakteristik pelanggan Rumah Sakit : bisa ditempatkan dalam pikiran konsumen.
a. Penghasilan menengah kebawah Atribut – atribut tersebut berupa harga,
< 3.800.000 produk penggunaan dan manfaat
b. Penghasilan menengah produk.
3.800.000-5.000.000
c. Penghasilan menengah ke atas HASIL PENELITIAN / RESULTS
5.000.000-10.000.000 Transformasi data ordinal ke dalam data
d. Penghasilan kelas atas > 10 juta. interval menggunakan metode rating yang
Karakteristik psikografi para dijumlahkan yang disebut sebagai penskalaan
pengguna di Rumah sakit ini diidentifikasi model likert Langkah – langkah
dalam menstransformasi data adalah sebagai
dengan beberapa variabel antara lain :
berikut :
1. Pasien BPJS
2. Pasien Non BPJS

230
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

1. Menghitung frekuensi dari jawaban rating yang dijumlahkan segaimana langkah –


responden langkah transformasi yang telah dijelaskan di atas.
2. Menetukan proporsi dengan membagi Dalam penelitian terdapat 100 responden
frekuensi tiap kategori dengan banyaknya yang dijadikan obyek penelitian yang memiliki
responden karakteristik tertentu yang akan dijadikan
3. Menghitung frekuensi kumulatif untuk pertimbangan dalam pengolahan data maupun
setiap kategori dengan menjumlahkan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu
proporsi kategori pada semua kategori selanjutnya akan dilakukan analisis deskripsi
sebelumnya untuk mengetahui karakteristik Deskripsi datanya
4. Menghitung titik tengah proporsi adalah sebagai berikut :
kumulatif untuk setiap kategori dengan
menjumlahkan setengah proporsi dalam 1. Karakteristik demografi
kategori tersebut pada proporsi kumulatif Variabel – variabel demografik seringkali
sebelumnya. bekaitan erat dengan kebutuhan, keinginan dan
5. Menentukan nilai z dari tabel distribusi tingkat pemakaian konsumen, selain itu besarnya
normal berdasarkan bedasarkan nilai titik sasaran pasar secara terukur bisa dilihat dari
tengah proporsi kumulatif. Nilai z karakteristik demografi konsumen. Oleh karena
merupakan titik letak setiap kategori itu akan dijelaskan deskripsi karakteristik
respon disepanjang interval data yang demografi pada tabel berikut :
berskala inteval.
Sehingga data mentah yang berskala ordinal
dari penelitian tidak digunakan sedangkan, data
yang digunakan dalam analisis ini adalah data
ordinal yang telah ditransformasi dengan metode

Tabel 3 Karakteristik demografi

Variabel Rincian karakteristik jumlah prosentase kumulatif


Type RS
Akreditasi 1 50,0 50,0
Proses Akreditasi 1 50,0 50,0
Penghasilan
pelanggan Penghasilan menengah 5 5,0 5,0
kebawah < 3.800.000
Penghasilan menengah 38 38,0 43,0
3.800.000-5.000.000
Penghasilan menengah 10 9,0 52,0
ke atas 5.000.000-
10.000.000
Penghasi Penghasilan kelas atas 47 47,0 99,0

Type Pasien

BPJS Perawatan pasien 65


menggunakan BPJS
(dari Type RS
terakreditasi)

231
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

Non BPJS Perawatan Pasien dengan 35 50,0 100,0


biaya Sendiri/Pasien
Umum

2. Karakteristik Psikografi
Kelas sosial, gaya hidup yang berbeda menunjukkan karakteristik psikografi yang berbeda dan seringkali
karakteristik demografi yang sama tidak menunjukkan psikografi yang sama. Pada tabel berikut akan
ditampilkan

Segmentasi

Tujuan sebenarnya dalam melakukan segmentasi pelanggan adalah untuk mengetahui apa yang
melatarbelakangi pelanggan membeli sebuah produk. Hal – hal yang melatarbelakangi itulah yang
merupakan preferensi pelanggan ketika membuat keputusan untuk membeli. Sehingga dalam penelitian ini
kita akan melihat bagaimana kelompok – kelompok pelanggan yang terbentuk berdasarkan preferensi
terhadap atribut – atribut produk sarang infus

Tabel hasil crosstabulasi karakteristik psikografi dengan hasil atribut produk sarang infus
Variabel Harga Hara Total Penggunaan Penggunaan Total Manfaat Manfaat Total
mahal murah produk produk produk produk
mudah sulit sedikit banyak
Type RS 54 11 65 63 2 65 11 54 65
(terakreditasi)
Type RS 7 28 35 31 4 35 2 43 35
Proses
Akreditasi
Total 61 39 100 94 6 100 13 97 100
Penghasilan 5 0 5 5 0 5 0 5 5
menengah
kebawah <
3.800.000
Penghasilan 16 22 38 30 8 38 13 25 38
menengah
3.800.000-
5.000.000
Penghasilan 0 10 10 10 0 10 1 9 10
menengah
ke atas
5.000.000-
10.000.000
Penghasilan 4 43 47 41 6 47 2 45 47
kelas atas
>10 juta
Total 25 75 100 86 14 100 16 84 100
Perawatan 54 11 65 63 2 65 11 54 65
pasien
menggunakan
BPJS
Perawatan 7 28 35 31 4 35 2 43 35
Pasien dengan
biaya
Sendiri/Pasien
Umum
Total 61 39 100 94 6 100 13 97 100

232
Jurnal Balance
Balance Vol. XVII No. 2 | Juli 2019

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Supranto, J (1994), Metode Riset dan Aplikasinya di dalam Riset Pemasaran, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kasali, Rheinald, (1998), Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targeting dan Positioning,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, Philip, 2005, manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 11, Terjemahan PT Indeks, Jakarta.

Kotler, P. and Armstrong, G (2005), Dasar-Dasar Pemasaran, Terjemahan oleh Wilhelmus W.


B, Intermedia Jakarta dan Simon & Schuster (Asia) Pte. Ltd., Singapore.

Simamora, Bilson. (2001). Remarketing for Bussiness recovery, PT Gramedia Pustaka Utama ,
Jakarta

233
Jurnal Balance

You might also like