You are on page 1of 13

PERENCANAAN BIODIGESTER TINJA MANUSIA DAN KOTORAN TERNAK

SKALA KOMUNAL RUMAH TANGGA DI KECAMATAN NGANCAR,


KABUPATEN KEDIRI

Wardahni, E.K*, Marsono, B.D**


*
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111
wardahni.kw@gmail.com
**
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111
bowodjok@yahoo.com

Abstract
Biogas is one of the alternative energy which has been applied by breeders in rural area. The
rural alternative energy program declaration is one of the developing of processing and
utilization domestic waste sanitation as we see the example in Ngancar Subdistrict, Kediri
Regency. In 2006, 45 % of the population of Ngancar didn’t have a private toilet. This
planning of biodigester made of humans and livestocks feces mixing is supporting ODF
Sukses Kecamatan Ngancar (Open Defecation Free) program by Health Departement
Service of Kediri district. The purpose of this planning is to create a biodigester which has
both good quality and quantity of methane gas and also can fullfil household need better than
previous design.
The domestic wastes utilization of simple separated toilet scale communal from two family
are ten people and four dairy cows. The plannning analysis is gotten from the result of a mix
waste laboratory analysis with COD 9446 mg/liter, TSS 6,7%, water content 93,3%, pH 8,22-
7,12 as parameter in 35ºC initial temperature.The mixing composition between human and
animal feces which is diluted by water is 1:1:1 in estimate. The waste of blackwater analysis
which is accomodated from one person is producing 10 liter/day. The amounts from one
livestock is producing 21 liter/day. Design communal household of the proposed three
typical, the type 1 of the two families and four livestocks feces mixing the amount of waste
184 liters/day, type 2 of the five families and ten livestocks feces mixing amount of waste 460
liters / day, and the type 3 of the ten families and twenty livestocks feces mixing amounts of
waste 1420 liters/day. It turns out that the methane gas of type 1 that is produced can fulfill
cooking need in one hours for two familes amounts of methan 525 liters/day. In type 2 is able
to meet the needs of cooking for three families amounts of methan 1299 liters/day, while type
3 is able to meet the needs of cooking for seven families amounts of methan 1942 liters/day.
The adding process of Ca(OH)2 to the gas-catcher channel aims to precipitate CO2 gas to be
Ca(CO3). By simple trial is found that every 18 liter waste needs a mix of one liter/month of
water from 20 gram lime. So it is gained 9-10 liter/month of lime liquid from 200 gram lime
for simple purification to digester.
The planned fixe-dome biodigester contains of blackwater tube, manual mixer tub, digester,
balloon gas-container, residue tub, and simple purification tube. In budget plan, this
anaerobic biodigester planning of humans and livestocks feces cost approximately IDR
4.950.000,- for type 1, IDR 12.700.000,- for type 2, and IDR 17.100.000,- for type 3 with an
additional investment of communal waste vacuum manure IDR 4000,000.
Keyword: anaerobic, blackwater, digester, fixe-dome, separated toilet, purification

1. PENDAHULUAN
Sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan sektor pertanian dan peternakan untuk
menggerakkan roda perekonomian. Produk pertanian dan peternakan tersebut menghasilkan

1
limbah organik. Pada umumnya, limbah tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk kandang dan
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, yaitu dengan reaktor biogas. Sistem reaktor
biogas memiliki keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak
sedap, mencegah penyebaran penyakit, memiliki daya (mekanis/listrik) dan hasil samping berupa
pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi sangat
kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. Cara seperti ini
merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Marchaim, 1992;
Anonim, 1984).

(a) (b)
Gambar 1. (a) Peta Kabupaten Kediri, (b) Peta Kecamatan Ngancar
Pengembangan teknologi biogas di Kota Kediri dimulai sejak Mei 2008. Sebagai contoh
pengembangan berhasil dilakukan pada Kelompok Tani Karya Tani Kelurahan Ngampel yang
memanfaatkan limbah ternak dari 14 ekor sapi bantuan dari Dinas Pertanian. Biodigester ini
berdimensi panjang 10 m dan diameter 1,5 m mampu menghasilkan biogas sebanyak 4,42 m3.
Pengembangan biogas juga dilakukan pada kelompok Tani Rukun Makmur Kelurahan
Singonegaran dengan dimensi panjang 8 m dan diameter 1,5 m, biodigester ini mampu
menghasilkan biogas sebanyak 3,53 m3.
Sedangkan untuk pemanfaatan kotoran manusia sebagai bahan dasar biogas ditemukan oleh
sekelompok warga di Kelurahan Ngancar-Kabupaten Kediri dan Kelurahan Balowerti-
KotaKediri (Biogas dari MCK). Berawal dari minimnya anggaran untuk perawatan kamar mandi
dan WC umum, warga mulai berfikir untuk memanfaatkan limbah kotoran manusia tersebut.
Namun, tahun 2009 program itu tidak berjalan sempurna karena banyaknya kecamatan yang
melakukan program ini mengalami kegagalan dengan beberapa alasan, yakni tidak beroperasi.
Masalah yang kedua, budaya membuang tinja di sepanjang bantaran sungai masih menjadi
identitas rendahnya kualitas sanitasi di beberapa Kecamatan di Kabupaten Kediri. Ini adalah
contoh sekian banyak pengembangan pengolahan dan pemanfaatan sanitasi limbah domestik di
Kabupaten Kediri dalam bentuk pencampuran variasi buangan kotoran ternak dan tinja manusia.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik 2007, masyarakat Indonesia yang tidak memiliki jamban
pribadi di rumah sebanyak 40,14%. Dari data diatas, 49,43% diantaranya merupakan masyarakat
pedesaan. Dan berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2006 ternyata hanya
40,67 % dari total jumlah rumah tangga yang rumahnya dilengkapi dengan tangki septik dan
parahnya di desa hanya 24,37 % yang mempunyai tangki septik. Di Kecamatan Ngancar dengan
angka 45% warga tidak memiliki WC pribadi, seperti tertera pada Gambar 2. Ini berarti
masyarakat yang tidak memiliki jamban pribadi melakukan perilaku buang air besar
sembarangan (BABS).
Penerapan teknologi pengolahan limbah domestik sebagai sumber energi dalam bidang sanitasi
merupakan suatu terobosan solusi kegiatan sanitasi masyarakat. Sistem sanitasi yang disebut
Ecological Sanitaion (EcoSan) adalah menutup semua rantai nutrien sehingga tidak mencemari
lingkungan. Buangan manusia yang mengandung nutrien diolah onsite sehingga terhindar dari
bakteri patogen dan dapat digunakan untuk keperluan pertanian. Penerapan teknologi lingkungan
dalam sanitasi mempunyai pengaruh yang besar dan keuntungan yang lebih luas, diantaranya
penerapan separated toilet. Separated toilet berupa toilet yang memiliki dua saluran yaitu saluran

2
untuk tinja dan saluran untuk urin manusia seperti pada Gambar 3. Fungsi dua saluran berbeda
dimaksudkan untuk memisahkan hasil buangan manusia, seperti urien yang mengandung
beberapa nutrien (N, P, dan K) dapat digunakan kembali sebagai penyubur tanaman berupa
pupuk (Rofiqoh, 2010). Sedangkan tinja manusia yang mengandung kadar organik tinggi dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil biogas dalam biodigester pilihan. Teknologi biogas bukan saja
menjadi salah satu solusi menghadapi krisis energi tetapi juga mampu mengatasi masalah
buangan limbah ternak, limbah domestik rumah tangga serta kesehatan lingkungan masyarakat
melalui sukses ODF (Open Defecation Free) untuk Kecamatan Ngancar.

Gambar 2. Grafik Kondisi Sanitasi di Kecamatan Ngancar

Gambar 3. Skema Ecological Sanitaion dari Separated toiled


Total berat basah tinja manusia100-400 gr/hari, dan berat kering 30-60 gr/hari (Richard dkk,
1980). Keluaran berupa feses bersama urin dibuang ke dalam tangki septik. Total air yang
digunakan untuk pembilasan urine rata-rata berkisar 0,4 liter/orang/hari. Total urine yang
dihasilkan rata-rata 1 liter/orang/hari, sehingga total keluaran pemisah urine mencapai 1,4
liter/orang/hari (Fujita, 1989). Pendekatan untuk membuat managemen air limbah domestik lebih
berkelanjutan adalah memisahkan urine pada toilet. Adapun tipikal dari kuantitas dan karateristik
air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kuantitas dan Karateristik Air Limbah Domestik
Debit BOD TSS
Limbah (liter/org pH (gram/org. (gram/org.
. hari) hari) hari)
Tinja 0,15 7-7,5 14-33,5 30
Urin 1,25 7(4,5-8) 5-6 20-60
Pembersih Anus 10,5 7 - -
Air Guyur 12-48 7 - -
Sumber:Kujawa, 2005 dan Morel dan Diener, 2006 dalam
Soedjono dkk, 2010
Kriteria kotoran ternak sapi perah yang mempunyai bobot badan 450 kg menghasilkan limbah
padat dan urine kurang lebih 25 kg per ekor per hari (Wahyuni, 2010). Biogas merupakan hasil
dari degradasi secara anaerobik dari zat-zat organik (Yadvika, 2004). Keuntungan digester
anaerobik adalah prosesnya memerlukan energi yang lebih kecil, nutrisi yang lebih sedikit,
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit, menghasilkan gas metan yang berpotensi sebagai sumber

3
energi, volume reaktor yang dibutuhkan lebih kecil (Metcalf dan Eddy, 2003). Untuk
menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas (digester) yang merupakan suatu instalasi kedap
udara sehingga proses dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum (Wahyuni,
2010). Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai pH dari campuran input di dalam
digester berkisaran 6-7. Bakteri metanogenik sangat peka terhadap pH dan tidak bertahan < pH
6,6. Ketika perudiksi metana dalam kondisi stabil, kisaran nilai pH adalah 7,2-8,2. Produksi gas
sangat bagus yaitu kisaran mesofilik, antara suhu 25ºC-35ºC (Price, 1981).
Di Indonesia, tipe digester yang banyak digunakan adalah reaktor balon yang terbuat dari plastik
UV dan fixed dome yang terbuat dari beton. Digester tipe fixe-dome merupakan digester skala
komunal.

Gambar 4. Digester Fixe-dome


Pengelolaan pada bagian digester memiliki efesiensi yang cukup tinggi dan dapat dijadikan
kriteria disain biodigester, tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Efesiensi Removel Digester
Kriteria Nilai Tipikal
Removel COD 30-70% 50%
Removel N 20-35% 27,50%
Removel P 40-70% 55%
Sumber: Polprasert, 1989
Tabel 3. Komposisi Gas Hasil dari Biogas
Jenis Gas Hasil Biogas Volume (%)
Metana (CH4) 50-70
Karbondioksida (CO2) 30-40
O2, H2, dan H2S 1-2
Sumber: Polplasert, 1989
Tabel 4. Perbandingan Hasil Pembakaran Biogas dengan Bahan Bakar Lain
Hasil Biogas Setara Bahan Bakar Lain
Elpiji 0,46 kg
Minyak tanah 0,62 liter
Minyak solar 0,52 liter
1 m3 biogas Bensin 0,80 liter
Gas kota 1,50 m3
Kayu bakar 3,50 kg
Sumber: Wahyuni, 2010

Produk utama dari proses dekomposisi anaerobik limbah organik adalah gas metan. Metan tidak
berwarna, tidak berbau, dan memiliki nilai bakar yang tinggi terhadap hidrokarbon. Pada kondisi

4
normal gas tidak terdapat dalam air limbah yang tidak diolah karena jumlah oksigen yang kecil
cenderung menjadi racun bagi organisme yang berperan pada produksi gas metan.
Proses pemanfaatan hasil pembakaran gas metan yang optimal butuh prakondisi sebelum dibakar
yaitu melalui proses pemurnian/penyaringan. Tujuan pemurnian (biogas purification) karena
kondensat yang terbentuk dapat terakumulasi dalam saluran gas dan juga dapat membentuk
larutan asam yang korosif ketika kontak dengan air. Selain pencegahan korosi, pemurnian biogas
juga menghindari keracunan H2S (ambang batas maksimum 5 ppm, mencegah kandungan sulfur
yang ketika terbakar menjadi SO2 atau SO3 dengan racun lebih kuat dari H2S serta
meminimalkan terbentuknya H2SO3 yang sangat korosif.
Jika kandungan gas Hidrogen sulfida yang tinggi dalam biogas dicampur dengan oksigen maka
akan menghasilkan gas yang mudah meledak (Wahyuni, 2010). Larutan basa kuat yang
digunakan adalah larutan kapur.Reaksi Kimia dari pemurnian CH4 dengan dilewatkan pada
larutan kimia basa kuat :

2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode perencanaan merupakan acuan yang digunakan dalam pelaksanaan perencanaan.
Perencanaan biodigester tinja manusia dan kotoran ternak skala komunal rumah tangga di
Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, membantu mendorong pencapaian RPJMN 2009-201.
LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH

Kajian Pustaka Realita Saat Ini Permasalahan Permasalahan Permasalahan


• Tinja manusia potensial • masyarakat Indonesia yang tidak 1)Berapa jumlah 2) Bagaimana disain 3) Berapa biaya
menghasilkan biogas memiliki jamban pribadi 40,14%. SPAL dan anaerobik investasi per m3 limbah
• Penduduk Jawa Timur rata- Dan 49,43% merupakan limbah yang akan biodigester skala olahan (Rp/m3) dan
diolah dan berapa
rata yang bertani memiliki
hewan ternak 2-5 ekor >< masyarakat pedesaan. Sedangkan
Kec. Ngancar 45 % tidak punya jumlah volume gas
komunal rumah tangga
yang tepat?
biaya investasi per
rumah tangga(Rp/RT)?
• Purifikasi gas metan lebih WC methan yang
menguntungkan untuk Gap • 87% penduduk Kec.Ngancar dihasilkan?
pemanfaatan hasil biogas Kab.Kediri berprofesi sebagai
petani ladang dan ternak hewan.
Sejak 2008 ada program Biogas
pedesaan
• Krisis Energi Tujuan Tujuan Tujuan
METODE
Pengolahan Data 1) Mengidentifikasi 2) Menyusun disain 3) Menghitung RAB
SPAL Anaerobik
• Hasil analisa data primer dan pemilihan dan menganalisa Biodigester beserta
pembuatan unit
Pengumpulan Data data sekunder jumlah limbah yang Anaerobik Biodigester
analisa
• Data Primer: • Pemilihan unit disain untuk biodigester diolah serta banyaknya perhitungannya skala komunal rumah
- Perhitungan debit tinja manusia skala komunal rumah tangga 2KK tangga Kec.Ngancar
volume gas methan
dan kotoran ternak Kec.Ngancar yang dihasilkan
- Uji laboratorium COD, TSS, Suhu,
dan pH sampel dari Kec. Ngancar Perencanaan
• Debit ideal tinja
• Data Sekunder: manusia dan kotoran Hasil yang Hasil yang Hasil yang
- Data Geografis Angka dan Peta sapi perah Kec.Ngancar Diharapkan Diharapkan Diharapkan
Kec. Ngancar • Biodigester Komunal HASIL
- Karateristik dan volume blackwater 2KK PENELITIAN Akan diperoleh hasil Akan diperoleh Akan diperoleh
tinja manusia dan kotoran sapi perah • WC Komunal 2KK identifikasi dan susunan disain SPAL perhitungan RAB
- Instalasi biodigester yang sudah ada • Bak Pengumpul analisa jumlah limbah biodigester anaerobik pembuatan unit
di Kec. Ngancar Blackwater yang akan diolah serta analisa biodigester anaerobik
serta volume gas perhitungannya skala komunalrumah
methan yang tangga Kelurahan
Studi Literatur dihasilkan Ngancar
• Karateristik kotoran sapi & tinja manusia
• proses anaerob pada digester
• Hasil dan purifikasi gas metan
• Konversi energi alternatif digester

Gambar 5. Kerangka Perencanaan

Pengumpulan Data
Data Primer:
1) Perhitungan debit air limbah dari toilet terpisah tinja dan urin dari debit kotoran ternak
sapi perah di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Total tinja manusia/blackwater 10
liter/orang/hari, dan kotoran ternak 21 liter/ekor/hari. Penghitungan dilakukan pada 3
Tipikal, Tipe 1 (2KK+4ekor sapi), Tipe 2 (5KK+10ekor), dan Tipe 3 (10KK+20ekor).
2) Pengukuran exiting data dari penelitian pendahuluan dengan parameter pH, COD, dan
TSS untuk perencanaan operasi biodigester Kecamatan Ngancar.
Parameter yang diperiksa tiap minggu: COD, pH, dan Suhu
Parameter yang diperiksa pada awal dan akhir penelitian: pH, COD, TSS

5
Tabel 5. Komposisi Blacwater dan Kotoran Ternak
Kotoran Sapi Per ekor
Berat Basah = 25 kg/m3
Densitas = 1200 kg/m3
Volume = 0,02 m3
21 liter/hari
COD = 19800 mg/l
Total N = 600 mg/l
Total P = 100 mg/l
TS = 14 %
Blackwater Per orang
Volume = 10 liter/hari
COD = 1200 mg/l
Total N = 200 mg/l
Total P = 65 mg/l
TS = 1 %
Sumber: Kujawa, 2005 dan Morel dan Diener, 2006 dalam Soedjono dkk, 2010 dan Wahyuni,
2010
Penelitian pendahulu ini dilakukan dengan pembuatan dua sampel, yakni Reaktor 1 dan
Reaktor 2. Beda perilaku di laboratorium hanya pada perlakuan proses purifikasi pada
Rekator 2, seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Biodigester untuk uji laboratorium


Pengolahan Data
Pengolahan data sekunder akan dianalisis, dievaluasi dan dipilih yang sesuai dengan kondisi
perencanaan yang diinginkan. Studi literatur dipilih dengan studi kasus di Indonesia hingga
beberapa negara berkembang yang memiliki karakteristik yang cukup mirip, seperti negara di
India dan Cina.
Perencanaan Digester
Setelah dilakukan pengolahan data sekunder, kemudian dilakukan perencanaan digester dengan
menggunakan data-data tersebut. Langkah-langkah perencanaan digester sebagai berikut :
1) Bak Penampung Blackwater
Bak penampung ini akan menampung blackwater dari WC komunal 2KK. Kapasitas volume
bak penampung disesuaikan dengan volume limbah yang dihasilkan per hari. Blackwater akan
mengalir dari water closet (wc) dengan sistem perpipaan tertutup dan tertanam dalam tanah.
Sistem pipa tertutup ini akan langsung menuju pada muara pertemuan bak pengaduk manual
dari kotoran sapi. Bak penampung ini tidak dilengkapi dengan blade (pengaduk) yang
dioperasikan secara manual karena pertimbangan segi estetika pengoperasian.
2) Bak Pengaduk Manual
Bak pengadukan manual ini merupakan pengaduk substrat dari kotoran sapi yang bersumber
dari minimal 4 ekor sapi seperti pada kondisi masyarakat Kecamatan Ngancar pada
umumnya. Pada unit ini, terjadi proses pencampuran dari pembanding komposisi substrat

6
terencana. Bak penampung manual ini dilengkapi dengan blade (pengaduk) membentuk
slurry yang homogen.
Pengumpulan Data

Studi Literatur:
Karateristik kotoran ternak sapi perah & tinja manusia, proses
anaerobik, gas metan

Data Primer: Data Sekunder:


1) Perhitungan debit tinja 1) Data Geografis Angka dan
manusia dan kotoran Peta Kec.Ngancar
ternak Kec.Ngancar untuk 2) Literatur karateristik dan
tipikal 1, tipikal 2 dan volume blackwater
tipikal 3. (orang/hari) dan kotoran
2) Uji laboratorium COD, ternak sapi perah
TSS, suhu, dan pH pada (ekor/hari)
sampel dari Kec. Ngancar 3) Instalasi biodigester yang
sudah ada di Kec Ngancar

Analisa Data dan Pembahasan:


Hasil Analisa Data Primer & Data Sekunder, serta Pemilihan Unit
Disain untuk Kec. Ngancar

Disain Biodigester Skala Komunal Rumah


Tangga:
1) Penentuan unit pelengkap biodigester: bak pengaduk, biodegeseter,
saluran gas tabung sederhana purifikasi bak slurry

Kesimpulan dan Saran

Gambar 7. Langkah Kerja Perencanaan


3) Digester
Tipe anaerobic digester yang dipilih adalah tipe fixe-dome yang terbuat beton campuran batu
bata merah. Dipilih bahan yang mudah digunakan di kawasan desa kecamatan Ngancar yang
juga memiliki hasil sumber daya pasir gunung kualitas baik dan batu bata merah produksi
lokal.
4) Penampung Gas
Penampung gas terbuat dari plastik polyethylene. Penampung gas juga harus memiliki berat
yang ringan agar gas mampu menekan ke atas sebagai tanda adanya pasokan gas tersedia.
5) Bak Penampung Residu
Bak penampung residu berfungsi untuk menampung hasil sampingan dari pengolahan dalam
digester. Bak penampung residu direncanakan terbuat dari batu bata merah dan plesteran
semen.
6) Bak slurry pond
Berfungsi sebagai penampungan substrat hasil dari biogas yang telah melalui proses anaerbik.
Direncanakan terbuat dari geo-memban atau geo-tekstil (plastik kedap air).

7
Analisa dan Pembahasan
Dalam analisa data dan pembahasan perencanaan, yakni:
1) Karateristik limbah domestik berupa tinja manusia dan kotoran ternak yang ada di
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri
2) Penghitungan Mass Balance dengan menggunakan studi literatur pencampuran ideal untuk
perencanaan biodigester tinja manusia dan kotoran ternak skala komunal rumah tangga
Kecamatan Ngancar dari 2 KK, 5 KK dan 10 KK.
3) Evaluasi unit biodigester BIRU bantuan Belanda yang sudah ada di Kecamatan Ngancar
4) Pemilihan tipe biodigester dan perencanaan biodigesteryang ideal
5) Penghitungan gas metan hasil biogas dari perencanaan dengan rumus teoritis untuk
kebutuhan biodigesterskala komunal rumah tangga masyarakat Kecamatan Ngancar
Kesimpulan dan Saran
Penarikan kesimpulan didasarkan pada data yang telah diperoleh dan dianalisis dari hasil
perencanaan yang telah dipilih. Saran diberikan setelah ditarik kesimpulan dari
perencanaan yang dipilih dan evaluasi yang dilakukan pada kondisi sebelumnya.
Sehingga saran ini diharapkan dapat memberi perencanaan yang lebih produktif dan
menguntungkan masyarakat Kecamatan Ngancar, untuk merencanakan digester dari tinja
manusia dan kotoran ternak serta jamban sederhana yang sehat.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan komposisi substrat dilakukan untuk masing-masing jumlah limbah yang
dihasilkan yaitu limbah dari 2KK dan 4 ekor sapi, 5KK dan 10 ekor sapi, 10KK dan 20 ekor
sapi. Perhitungan volume komposisi substrat dilakukan dengan prinsip pencampuran untuk
mendapatkan karakteristik campuran substrat yang sesuai dengan kriteria proses anaerobik.
COD campuran =

N campuran =

P campuran =

Digester tipe I akan diisi limbah dengan komposisi 100 liter blackwater yang dihasilkan oleh
2 keluarga dicampur 84 liter kotoran sapi perah yang dihasilkan oleh 4 ekor sapi perah
dihasilkan konsentrasi COD campuran adalah 9446 mg/liter. Effisiensi removal COD pada
digester adalah 50%. Komposisi campuran limbah tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Perencanaan Substrat Kecamatan Ngancar

Limbah yang
Komposisi Campuran (mg/liter)
Tipe dihasilkan (liter/hari)
No. Komposisi
Digester Kotoran Rasio
Blackwater COD Total N Total P % TS
Sapi C/N
1 2 KK + 4 Sapi Tipe 1 100 84 9446,0 382,6 81 23,4 7
2 5 KK + 10 Sapi Tipe 2 250 210 9446,1 382,6 81 23,4 7
3 10 KK + 20 Sapi Tipe 3 1000 420 6546,1 318,3 75,4 21,8 5
Sedangkan Mass balance limbah campuran ada pada Tabel 7. Perhitungan gas metan
dikonversikan sebagai COD teremoval dalam digester sehingga didapatkan gas metan yang
terproduksi dari proses anaerobik adalah 525 liter/hari. Angka ini kurang lebih cukup memenuhi
kebutuhan energi untuk memasak rata – rata per hari yaitu 330 liter/hari selama 1 jam. Produksi
biogas tiap komposisi limbah dapat dilihat pada Tabel 8. Pada proses anaerobik bukan gas metan
saja yang dihasilkan, juga terdapat gas-gas lain seperti CO2, N2, H2, H2S.

8
Tabel 7. Mass Balanc Perencanaan Substrat Kecamatan Ngancar

Influen (gram/liter) Removel (gram/liter) Effluen (gram/liter)


Tipe
No.
Digester
M COD M Total N M Total P M COD M Total N M Total P M COD M Total N M Total P

1 Tipe 1 1738,06 70,47 14,90 1390,45 21,14 0,00 347,61 49,33 14,90
2 Tipe 2 4304,73 174,36 36,90 3443,78 52,31 0,00 860,95 122,05 36,90
3 Tipe 3 6433,85 312,85 74,06 5147,08 93,86 0,00 1286,77 219,00 74,06

Tabel 8. Produksi dan Kemampuan Penggunaan per KK


Asumsi Penggunaan 1Jam/hari
Produksi Biogas Kebutuhan Biogas Kemampuan
Tipe Digester Komposisi Kemampuan
(liter/hr) (liter/hr) Lama
Penggunaan
Memasak
(KK)
(jam/hr)
Tipe 1 2 KK + 4 Sapi 525 330 1,6 2
Tipe 2 5 KK + 10 Sapi 1127 330 3,4 3
Tipe 3 10 KK + 20 Sapi 2371 330 7,2 7

Pada tipe 2 dan tipe 3 pengangkutan kotoran ternak direncanakan menggunakan mesin vakum
limbah dengan alasan pemutus rantai penyakit dari kontak langsung limbah dengan manusia,
tampak pada Gambar 8. Alat ini berfungsi seperti sedot WC pada umumnya, berbentuk gerobak
dorong yang bisa digunakan secara manual, berisi tangki 500 liter dan memiliki pompa
bertekanan kecil.

Gambar 8. Mesin Vakum Limbah Komunal


Tabel 9.(a). Dimensi Unit Instalasi Biodigester untuk Tipe 1, Tipe 2, dan Tipe 3
Bak Pengaduk Digester
Tipe Debit Total
Digester (liter/hari) Diameter Tinggi Freeboard Diameter Tinggi Freeboard
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Tipe 1 184 0,55 0,5 0,1 2,15 1,65 0,12
Tipe 2 460 0,6 0,7 0,1 3,1 1,85 0,32
Tipe 3 1420 0,6 0,7 0,1 3,8 2,65 0,62

Tabel 9.(b). Dimensi Unit Instalasi Biodigester untuk Tipe 1, Tipe 2, dan Tipe 3
Bak Residu Slurry Pond (td=2)
Tipe Debit Total
Digester (liter/hari) Panjang Lebar Tinggi Permukaan Dasar Tinggi
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Tipe 1 184 1 2 1 2 1 0,3
Tipe 2 460 1,2 3 1,2 2,5 1,5 0,5
Tipe 3 1420 1,6 3,7 1,6 3,5 2,5 0,65

9
Detail dimensi unit instalansi biodigester tinja manusia dan kotoran ternak untuk setiap
komposisi substrat 3 tipikal dapat dilihat pada Tabel 9.a dan Tabel 9.b. Tipikal gambar dapat
dilihat pada Gambar 9 dan gambar detail bak pengaduk manual pada Gambar 10. Volume dari
tangki digester direncanakan dari bis beton. Sedangkan bak kontrol blackwater dari batu bata
merah. Semua bahan material dari produk sanitari lokal yang sudah menjadi wirausaha warga.
Detail gambar bak blackwater ada pada detail gambar jamban tipikal, yakni Gambar11.
Sedangkan detail tabung purifikasi sederhana dengan menggunakan jerigen tertera pada Gambar
12. Volume digester untuk tipe 1 berkisar 6 m3, untuk tipe 2 berkisar 14 m3, dan tipe 3 berkisar
30 m3.

Gambar 9. Contoh Denah dan Potongan A-A’ Tipikal Tipe 2, Biodigester Tinja Manusia dan Kotoran
Ternak Skala Komunal Rumah Tangga di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Gambar10. Detail Bak Pengaduk Manual Kotoran Ternak

10
Gambar11. Potongan A-A’ Detail Jamban Komunal dan Bak Kontrol Blackwater

Gambar12. Detail Tabung Jerigen 20 liter untuk Purifikasi Sederhana dengan Larutan Kapur
Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya (RAB) adalah biaya yang diperkirakan untuk pembuatan alat yang
direncanakan tersebut. RAB ini menggunakan nilai HSPK Kota Kediri. RAB biodigester
tinja manusia dan kotoran ternak tiap desain dapat dilihat pada Tabel 10. Sedangkan total
investasi per Kepala Keluarga yang dikeluarkan untuk membangun instalasi biodigester dan
jamban komunal sederhana yang sehat tertera pada Tabel 11.
Tabel 10. Investasi Total Instalasi Biodigester dan Jamban Sehat Komunal
Investasi Jamban
Investasi Biodigester Investasi Tipe 1 Investasi Tipe 2 Investasi Tipe 3
Sehat
Rp 4.165.000 Rp 757.750 Rp 4.950.000
Rp 11.680.000 Rp 1.007.000 Rp 12.700.000
Rp 15.490.000 Rp 1.587.750 Rp 17.100.000

Tabel 11. Investasi per KK

Jenis Total Investasi Jumlah KK Total Investasi/KK

Tipe 1 Rp 4.900.000 2 Rp 2.450.000


Tipe 2 Rp 12.700.000 5 Rp 2.540.000
Tipe 3 Rp 17.100.000 10 Rp 1.710.000

5. KESIMPULAN
1. Campuran limbah pada Tipe 1 berasal dari 2 KK dan 4 ekor sapi perah, Tipe 2 berasal dari 5
KK dan 10 ekor sapi perah, serta Tipe 3 berasal dari 10 KK dan 20 ekor sapi perah. Hasil
analisis jumlah limbah campuran dari limbah blackwater dan kotoran ternak untuk Tipe 1

11
sejumlah 184 liter/hari, Tipe 2 sejumlah 460 liter/hari, dan Tipe 3 sejumlah 1420 liter/hari.
Total olahan limbah tersebut mampu menghasilkan volume gas metan sebesar 525 liter/hari
dari Tipe 1, 1299 liter/hari dari Tipe 2, 1942 liter/hari dari Tipe 3. Asumsi pemakaian per KK
adalah 1 jam, maka pada Tipe 1 mampu memenuhi kebutuhan memasak 2 KK, Tipe 2
memenuhi 3 KK dan Tipe 3 memenuhi 7 KK.
2. Tipe biodigester ideal untuk kawasan pegunungan di Kecamatan Ngancar dengan tanah relief
berbatuan maka tipe yang direkomendasikan, yakni berbentuk fixe-dome. Hasil perhitungan
dan analisa laboratorium terdahulu maka diperoleh kapasitas biodigester terencana untuk Tipe
1 berkisar 6m3, Tipe 2 berkisar 14m3, serta Tipe 3 berkisar 30m3. Instalasi biodigester untuk
terdiri dari: Bak Kontrol Blackwater, Bak Pengaduk Manual, Digester Fixe-dome, Saluran
Pipa Gas, Balon Penampung Gas, Bak Residu, Slurry Pond dan Wadah Purifikasi sederhana
(tabung/jerigen bekas 20 liter).
3. Investasi untuk 1 biodigester komunal skala rumah tangga dibebankan per KK sehingga lebih
murah. Dan keuntungan yang dirasakan sama. Total RAB untuk pembuatan instalansi
biodigester skala komunal rumah tangga beserta jamban komunal sederhana dan sehat untuk
Tipe 1 berkisar Rp 4.950.000,-/2KK dengan rincian; RAB untuk pembangunan jamban
komunal sederhana dan sehat Rp 757.750,- dan anggaran biaya untuk pembangunan instalansi
biodigester mencapai Rp 4.165.000,-. RAB untuk Tipe 2 berkisar Rp 12.700.000,-/5KK
dengan rincian; RAB untuk pembangunan jamban komunal sederhana dan sehat Rp
1.007.000,- dan anggaran biaya untuk pembangunan instalansi biodigester mencapai Rp
11.680.000,-. RAB untuk Tipe 3 berkisar Rp 17.100.000,-/10KK dengan rincian; RAB untuk
pembangunan jamban komunal sederhana dan sehat Rp 1.587.750,- dan anggaran biaya untuk
pembangunan instalansi biodigester mencapai Rp 15.490.000,-. Sehingga total investasi yang
dibebankan per KK pada Tipe 1 berkisar Rp 2.450.000,-, Tipe 2 berkisar Rp 2.540.000,- dan
Tipe 3 berkisar Rp 1.710.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 1980. Guidebook on Biogas Development. Energy Resources Development Series No. 21.
United Nations: Economic and Social Commission for Asia and The Pacific.Bangkok.
Thailand.
Anonim2. 1984. Updated Guidebook on Biogas Development. Energy Resources Development Series
1984, No. 27, United Nations, New York, USA.
Anonim3. 1989. The Biogas Technology in China. Chengdu Biogas Research Institute, Chengdu,
China.
APHA, AWWA, QPCF. 1980. Standard Methods for The Examination of Water and Waswater. 15 th
ed. Washington.
Conant, J. and Fadem, P. 2008. A Community Guide to Environmental Health. Hesperian Foundation
Addison Street 304, California, USA
Esrey, dkk. 1998. Ecologikal Sanitation. 1st ed. Sida: Stockholm,Sweden.
Fujita. 1989. Wastewater Treatment. Fujita Foundation Research. California, USA.
Hills, D.J., 1979. Effects of Carbon:Nitrogen Ratio on Anaerobic Digestion of Dairy Manure,
Agricultural Wastes 0141-4607/79/0001-0267. Applied Science Publishers Ltd,England.
Jan Lam. 2005. Evaluation Study for Biogas Plant Designs. Final Report of SNV(Netherlands
Development Organization) Cambodia.
Marchaim, U. 1992. Biogas Processes for Sustainable Development. Food and Agriculture
Organization of the United Nations, Viale delle Terme di Caracalla, 00100 Rome, Italy.
Maurer M, Pronk W, Larsen TA. 2007. Review Processes for Source-Separated Urine Water
Research. 40 (2006): 3151-3166.
Metcalf dan Eddy Inc., 2003, Wastewater Engineering: Treatment Disposal Reuse. 4th Edition, Mc
Graw-Hill Publishing Company Ltd.

12
Narain, S. 2002. The Flush Toilet Is Ecologically Mindless. Down to Erath vol 10, no. 19, Feb.New
Delhi.
Nienhuys, S. 2008. Zlurb Zero Leakage Urban Biogas Reactor. Renewable Energy Advisor
Hilversum, The Netherlands
Oman. 2003. Kandungan Nitrogen (N) Pupuk Organik Cair dari Hasil Penambahan Urine pada
Limbah Instalasi Gas Bio dengan Masukan Fases Sapi. Skripsi. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Polprasert, C., 1989, Organic Waste Recycling 2nd edition, Environmental Engineering Div. Asian
Institute of Technology Bangkok, Thailand.
Price, E.C. dan Cheremisinoff, P.N. 1981. Biogas Production & Utilization. Ann Arbor Science
Publisher Inc.,USA.
Richard, G. F, dkk. 1980. Appropriate for Water Supply and Sanitation, Transportation. Water and
Telecomunication Department of The World Bank.
Rofiqoh, Y.L, .2010. Studi Potensi Urin Manusia Hasil Composting Toilet dalam Sistem Ecological
Sanitation Studi Kasus Pusdokota-Ubaya Surabaya. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP-ITS.
Surendra, K. 22007. Use of Human Urine Fertilizer in Culturation of Cabbage-Impact on Chemical,
Microbial, and Flavor Quality. Jurnal of Agricultural Food Chemistry. 2007. 55 (21) Pp
8657-8663.
Soedjono, E. S., Wibowo, T., Saraswati, S. S., dan Keetelaar, C., 2010, Buku Referensi Opsi Sistem
dan Teknologi Sanitasi, TTPS.
Tchobanoglous, G., Theissen, H., dan Vigil, S., 1993, Integrated Solid Waste Management. McGraw-
Hill Inc., Singapore.
Triatmojo, B. 1995. Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Offset.
Wahyuni M.P., Sri. 2008. Analisa Kelayakan Pengembangan Biogas sebagai Energi Alternatif
Berbasis Individu dan Kelompok Peternak. Thesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Wahyuni M.P., Sri., 2010, Biogas, Penebar Swadaya, Jakarta.
Widodo, T.W. and Nurhasanah, A. 2004. Kajian Teknis Teknologi Biogas dan Potensi
Pengembangannya di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Bogor, 5
Agustus 2004.
Wijayanti, H. 1993. Pengaruh pH, Alkalinitas dan Nutrient Terhadap Produksi Gas Methan Pada
Pengolahan Limbah Industri Alkohol secara Anaerobik Dengan dan Tanpa Pengadukan.
Jurusan Teknik Lingkungan-ITS, Surabaya.
Yadvika, Santosh, Sreekrishnan, T. R., Kohli, S., dan Rana, V., 2004, Enhancement of Biogas
Production From Solid Substrates Using Different Techniques––A Review, Biosource
Technology Volume 95.

13

You might also like