You are on page 1of 20

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL DALAM

MENGATASI PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI LOGAM, STUDI KASUS


INDUSTRI LOGAM DI DESA PESAREAN KECAMATAN ADIWERNA
KABUPATEN TEGAL

Dwi Nur Fitriyani, Turtiantoro,Sulistyowati


Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465405 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

Abstract. A waste which is generated by industrial activities often give


environmental pollution which is bad for the environmental as well as public health in
surrounding areas, including waste of metal industrial in the Pesarean village sub-
district of Tegal Regency of Adiwerna which is became the background of this research.
What are the policities that have been formulated by The Government of Tegal Regency
and how the management of the environment and the management of waste which is
expected to be able to overcome the pollution of waste generated by metal dissolving
industrial. A waste that is generated by metal dissolving industrial is a waste of B3 or a
waste of dangerous and toxic materials.
The research method being used was qualitative approach with the techniques of
data collection were observation, interview and study of documents. Informants in this
study was the Head of The Environmental Departement of Tegal Regency, Head of
Subdivision B3 (toxic and hazardous materials) Departement of Environmental of Tegal
Regency, Structuring and Maintenance of Environmental Law Departement of
Environmental of Tegal Regency, Head of Subdivision Metal Industry Machinery and
Light Industrial and Labor Service of Tegal Regency, PT Lut Putra Solder of Tegal
Regency (Administration of PT Lut Putra Solder Production), The Head of The Village
of Pesarean Sub District of Adiwerna Regency of Tegal and The Pesarean Villagers Sub
District of Adiwerna Regency of Tegal.
The result showed that were three policies from the Governmnet of Tegal Regency
that have been formulated to overcome the pollution of waste of metal industry. From the
three of those policies, there is one policy that does not appropriate to be implemented
because what was already examined does not comply with what is happening in the field.
Environmental management is done using stated-based approach that is sentralist, while
B3 waste management which is generated based on PP No. 101 2014 on managing Waste
of Hazardous and Toxic Materials. With this study, it is expected to be able to be used as
an input in reviewing the policities that have been formulated by the Government of Tegal
Regency and environmental management and waste management which has been done.
A recommendation that could be made for the Government of Tegal Regency is to
reaffirm a binding regulations for industry subject in order not to do more environmental
pollution by carring out socialization in a sustainable way and formulate policities by
involving the community in order that the formulated policities are appropriate for the
goals and prosperity of the society.
Key Words : Waste of B3, Policy, Management

PENDAHULUAN juga menjadi perhatian yang sangat besar


dan harus mendapat perhatian yang lebih
Kegiatan dunia usaha dalam
dari pihak swasta tersebut.
bidang industri dewasa ini banyak yang
kurang memperhatikan dampak jangka Permasalahan lingkungan hidup
menengah dan jangka panjang terhadap akan terus muncul secara serius
usaha yang akan dilakoninya, baik usaha diberbagai pelosok bumi sepanjang
yang ditekuni dalam bentuk industri penduduk bumi tidak segera memikirkan
perumahan ataupun industri non dan mengusahakan keselamatan dan
perumahan. Industri adalah suatu usaha keseimbangan lingkungan. Dalam
atau kegiatan pengelolaan bahan mentah literature masalah-masalah lingkungan
atau barang setengah jadi menjadi dapat dikelompokkan ke dalam tiga
barang jadi yang memiliki nilai tambah bentuk, yaitu pencemaran lingkungan
guna mendapatkan keuntungan. Hasil (pollution), pemanfaatan lahan secara
dari industri tidak hanya berupa barang, salah (land misuse), dan pengurasan atau
akan tetapi juga dalam bentuk jasa. habisnya sumber daya alam (natural
Bahan-bahan industri diambil secara resource depeletion). Pencemaran
langsung maupun tidak langsung, lingkungan sebagaimana dirumuskan
kemudian diolah, sehingga dalam Pasal 1 butir 12 UU Nomor 23
menghasilkan barang yang bernilai lebih Tahun 1997 adalah masuknya atau
bagi masyarakat. Kegiatan proses dimasukkannya makhluk hidup, zat
produksi dalam industri itu disebut energi, dan/atau komponen lain ke dalam
dengan perindustrian. Semakin lingkungan hidup oleh kegiatan,
berkembangnya industri di berbagai sehingga kualitasnya turun sampai ke
daerah, maka masalah lingkungan hidup tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi barang rongsokkan lainnya. Proses
sesuai dengan peruntukkannya. produksi industri peleburan logam dan
pengecoran logam di Desa Pesarean
Permasalahan lingkungan
merupakan proses kering dan tidak
menjadi masalah yang belum
menggunakan air, sehingga limbah dan
menemukan titik terang hingga saat ini
yang dihasilkan adalah limbah padat dan
seperti yang terjadi di salah satu industri
gas/ asap. Industri peleburan
logam di Kabupaten Tegal, yaitu Industri
menyebabkan pencemaran lingkungan
Logam yang berada di Desa Pesarean
paling berbahaya karena limbag dari
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal
bahan baku yang digunakan berbeda
yang masih terdapat permasalahan
dengan industri pengecoran logam.
lingkungan disekitar area industri dan
Proses pembakaran bahan baku akan
merugikan masyarakat setempat.
menghasilkan gas buang yang
Kawasan industri logam tersebut
mengandung pastikel debu, SO2, NO2
menjadi satu dengan pemukiman karena
dan limbah padat yang mengandung Pb.
memang termasuk industri rumah tangga
Limbah padat yang dihasilkan yaitu
atau industri kecil. Kegiatan industri
berupa serbuk atau partikel serta kerak
logam di Desa Pesarean di mulai tahun
sisa pembakaran yang mengandung
1975 yang berjalan dengan pesat dengan
unsur-unsur kimia. Industri peleburan
perkembangan industri logam seperti
logam masih bersifat tradisional dengan
pembuatan kerajinan logam, pembuatan
menggunakan tungku bakar manual
kompor, drum, dan beberapa peralatan
yang belum memakai cerobong asap.
rumah tangga.
Selain menimbulkan polusi udara,
Terdapat dua jenis industri sebenarnya asap yang mengandung
rumah tangga di Desa Pesarean yaitu logam tersebut dapat dimanfaatkan
peleburan logam dan pengecoran logam untuk diambil kembali kandungan
dengan bahan baku timah, kuningan, logamnya.
tembaga dan alumunium untuk industri
Pencemaran limbah industri
peleburan logam dan bahan baku bekas
logam di Desa Pesarean, Kecamatan
chasing hp, bekas pintu, bekas sabuk dan
Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa dirumuskan berhasil atau tidak. Selain
Tengah, dinilai sangat parah dan kebijakan yang telah dirumuskan,
termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya pengelolaan terhadap lingkungan yang
dan Beracun). Pencemaran limbah yang sudah tercemar juga perlu diperhatikan.
ada di kawasan tersebut sudah termasuk Seberapa besar pengelolaan lingkungan
dalam kategori parah. Hal itu antara lain yang dilakukan agar pencemaran
terlihat dari hasil pengujian sampel darah lingkungan akibat industri logam tidak
masyarakat yang tinggal di sekitar terjadi lagi.
kawasan itu. Berdasarkan hasil uji
METODE PENELITIAN
sampel daerah yang dilakukan
Tulisan ini dihasilkan dari hasil
Pemerintah Provinsi Jateng tahun 2011
wawancara dengan narasumber,
terhadap 50 warga Desa Pesarean,
dokumentasi objek penelitian dan
tercatat sebanyak 46 orang telah
dengan data sekunder yang diperoleh
tercemar timbal. Berdasarkan jumlah
dari beberapa informan seoerti Kepala
tersebut, 12 orang dalam kondisi bahaya.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Data yang diperoleh BPPT menyebutkan
Tegal, Kasubid B3 (Bahan Berbahaya
pula, lima anak di kawasan itu juga lahir
dan Beracun) Dinas Lingkungan Hidup
dalam kondisi cacat (lumpuh dan
Kabupaten Tegal, Kasubid Penataan Dan
keterbelakangan mental).
Penegakkan Hukum Lingkungan Dinas
Terkait dengan permasalahan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal,
pencemaran lingkungan akibat industri Kasubid Industri Logam, Mesin dan
membawa dampak yang luar biasa Aneka Dinas Perindustrian dan Tenaga
terhadap kehidupan masyarakat Kerja Kabupaten Tegal, PT Lut Putra
sehingga perlu penanganan yang serius Solder Kabupaten Tegal (Administrasi
untuk mengatasinya. Bagaimana Produksi PT Lut Putra Solder), Kepala
kebijakan-kebijakan yang telah Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna
dirumuskan oleh Pemerintah Kabupaten Kabupaten Tegal, dan Masyarakat Desa
Tegal untuk mengatasi pencemaran yang Pesarean Kecamatan Adiwerna
terjadi, apakah kebijakan yang telah Kabupaten Tegal.
HASIL DAN PEMBAHASAN baku yang digunakan meskipun bahan
baku tersebut sudah menjadi serbuk,
1.1 Kasus Industri Logam Desa
serbuk-serbuk bahan baku industri
Pesarean Kecamatan Adiwerna
peleburan logam dapat terhirup ketika
Industri logam di Desa bernapas dan mengendap di dalam
Pesarean ada dua jenis yaitu industri tubuh. Dari serbuk-serbuk bahan baku
peleburan logam dan pengecoran yang mengendap di dalam tubuh dapat
logam. Industri peleburan logam menimbulkan penyakit yang beraneka
menggunakan bahan baku dari timah, ragam, seperti ASMA, ISPA, Tukak
kuningan, alumunium dan tembaga Lambung, Infeksi Akut pada Sistem
yang diolah menjadi barang setengah Pernapasan Bagian Atas, dan juga
jadi atau ingot, sedangkan industri darah pelaku industri serta masyarakat
pengecoran logam menggunakan tercemar limbah yang dihasilkan
bahan baku rongsokkan seperti chasing industri peleburan logam melalui
hp, bekas pintu, bekas sabuk dan gas/asap yang mengendap di tubuh.
barang rongsokkan lainnya yang
Untuk industri pengecoran
diolah menjadi barang baru, biasanya
logam tidak melalui proses peleburan
berupa barang kelistrikan atau sesuai
sehingga tidak menyebabkan penyakit
pesanan yang diminta oleh konsumen.
karena proses pengolahan bahan baku
Perbedaan kedua industri tersebut
terbilang lebih ramah lingkungan
adalah pada industri peleburan logam,
dibandingkan dengan industri
bahan baku yang digunakan melalui
peleburan logam. Sisa pengolahan
proses peleburan terlebih dahulu.
industri pengecoran logam dapat
Bahan baku yang digunakan
dibersihkan, tidak mencemari
dileburkan terlebih dahulu menjadi
lingkungan hidup disekitarnya. Proses
serbuk untuk mempermudah
pengolahan bahan baku yang sudah
pengolahan bahan baku menjadi
dileburkan pada industri peleburan
barang setengah jadi. Dalam proses
logam menghasilkan asap/gas yang
peleburan, zat-zat atau unsur-unsur
pekat, zat-zat kimia yang terkandung
kimia masih terkandung dalam bahan
juga belum hilang sehingga yang berada di Desa Pesarean karena
menimbulkan bau yang sangat pekat letak pusat industri peleburan logam
dan menyengat. Terasa sangat sesak dekat dengan makam Sunan
jika terhirup, hal tersebut juga akan Amangkurat.
menganggu pernapasan pekerja
1.2 Kebijakan Pemerintah
industri peleburan logam. Sisa
Kabupaten Tegal
pengolahan atau limbah industri
peleburan logam berbentuk padat Kebijakan publik yang

karena proses pengolahannya kering dimaksud adalah kebijakan pemerintah

tidak menggunakan air. Limbah yang Kabupaten Tegal dalam mengatasi

dihasilkan mencemari lingkungan pencemaran limbah industri logam di

hidup yang disekitarnya termasuk Desa Pesarean. Kebijakan tersebut

pemukiman warga yang berada di diambil untuk mengurangi

dekat letak industri peleburan logam, pencemaran yang telah terjadi dan

karena limbah tersebut dibuang begitu menunjukkan keberhasilan kebijakan

saja oleh pelaku industri. Limbah tersebut untuk mengurangi

tersebut tidak dibuang jauh dari pencemaran limbah industri logam

pemukiman warga melainkan dibuang yang ada di Desa Pesarean. Limbah

sembarangan oleh pelaku industri. yang mencemari lingkungan

Awalnya hanya satu pelaku industri pemukiman dan makam Sunan

saja, kemudian diikuti oleh pelaku Amangkurat bersumber dari industri

industri peleburan logam lainnya. peleburan logam, untuk industri

Limbah padat yang mencemari tanah pengecoran logam tidak ikut

pemukiman warga akan menjadikan mencemari pemukiman logam karena

tanah tersebut menghitam serta limbah yang dihasilkan tidak terlalu

merusak lingkungan hidup yang berbahaya dan mudah untuk

berada disekitarnya. Selain mencemari dibersihkan.

tanah pemukiman warga, limbah Kebijakan yang telah


industri peleburan logam juga dirumuskan oleh Pemerintah
mencemari makam Sunan Amangkurat
Kabupaten Tegal ada tiga yaitu memindahkan atau merelokasi para
Kebijakan Relokasi Industri Logam ke pengusaha industri logam,
Kawasan PIK Kebasen, Kebijakan khususnya industri peleburan logam
Enkapsulasi (Mengkapsulkan Limbah dari Desa Pesarean ke kawasan
Industri Logam) dan Kebijakan Clean perkampungan industri kecil (PIK)
Up / Remediasi (Pembersihan Limbah di Desa Kebasen yang berada di
Peleburan Logam). Ketiga kebijakan tengah-tengah sawah dan jauh dari
yang telah dirumuskan pada saat pemukiman jaraknya kurang lebih
pembuatannya menggunakan dasar 1,3 kilometer dari pemukiman Desa
hukum yang mengelola tentang limbah Pesarean. Kebijakan relokasi ini di
bahan berbahaya dan beracun yaitu PP buat karena limbah yang dihasilkan
No 101 Tahun 2014 Tentang industri peleburan logam sudah
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya terlalu banyak dan memberikan
dan Beracun. PP tesebut juga dampak buruk bagi lingkungan
dianjurkan oleh pemerintah untuk hidup dan manusia.
dijadikan pedoman para pelaku
Kebijakan relokasi
industri logam baik pengecoran logam
mempunyai beberapa syarat yang
maupun peleburan logam dalam
harus dipenuhi seperti lokasi
menjalankan industrinya.
kawasan PIK Kebasen yang menjadi
tempat relokasi industri peleburan
logam harus jauh dari pemukiman
1.2.1 Kebijakan Relokasi Industri
karena letak industri peleburan
Logam ke Kawasan PIK
logam yang dulu berada di tengah-
Kebasen
tengah pemukiman warga sehingga
Kebijakan yang pertama mencemari pemukiman warga dan
adalah kebijakan relokasi pengusaha suara bisisng yang dihasilkan juga
industri logam ke kawasan PIK memberika kebisisngan bagi warga
Kebasen. kebijakan tersebut yang berada di sekitar letak industri
merupakan kebijakan yang logam. Kawasan PIK Kebasen
terletak cukup jauh dari pemukiman, Desa Pesarean, hanya tempatnya saja
sehingga tidak menimbulkan yang berbeda.
pencemaran pemukiman warga dan
Kebijakan relokasi belum
kebisingan yang dihasilkan pada saat
menjadi tumpuan suatu kebijakan
proses pengolahan bahan baku.
dikatakan berhasil karena hanya
Kemudian yang kedua harus berada di satu tempat. Kebijakan
memiliki Izin Lingkungan, IPAL, relokasi diupayakan oleh Pemerintah
dan AMDAL. IPAL berada di dalam Kabupaten Tegal pada tahun 2001-
peraturan-peraturan yang mengantur 2002, kemudian dilakukan
tentang AMDAL, AMDAl yang sosialisasi kepada warga utamanya
dimiliki PIK kebasen merupakan para pelaku industri peleburan logam
AMDAL kawasan. Kegiatan industri dengan merayu masyarakat agar mau
peleburan logam di kawasan PIK untuk merelokasi industri peleburan
Kebasen bersifat terbuka dan logam mereka. Sarana prasarana
menghasilkan limbah gas/asap dan mulai dibuat untuk akses menuju
limbah padat. Limbah padat yang kawasan PIK. Sebelum sosialisasi
dihasilkan masih dibuang begitu saja mereka harus segera pindah,
tetapi tidak mencemari pemukiman sosialisasi mengenai mereka harus
atau lingkungan yang berada memiliki tanah sendiri di kawasan
disekitarnya karena tempat tersebut PIK untuk mendirikan industri
memamg diperuntukkan tempat peleburan logam. Kebijakan relokasi
relokasi industri peleburan logam. tidak serta merta langsung bisa
Saat musim hujan limbah padat yang ditetapkan, butuh 10 tahun untuk
dihasilkan akan terbawa air hujan merealisasikan kebijakan tersebut,
dan masuk ke dalam saluran, saluran karena masyarakat
itu masuk ke dalam IPAL. Kegiatan mempertimbangkan beberapa hal
industri yang berada di kawasan PIK yang menbuat mereka tidak langsung
Kebasen masih tetap sama dengan mau untuk direlokasi. Barulah pada
apa yang sebelumnya dilakukan di
tahun 2010 masyarakat mau terus mengupayakan agar mereka
direlokasi ke kawasan PIK Kebasen. mau untuk direlokasi demi
mengurangi pencemaran limbah
Kebijakan relokasi tidak serta
industri peleburan logam yang
merta langsung lancar ditetapkan,
dihasilkan. Para pengrajin logam
penolakan dari warga terus diberikan
atau pelaku industri logam
dengan berbagai alasan yang
difasilitasi dengan pembuatan atau
menjadikan mereka sulit untuk di
pembangunan Ghezali. Ghezali itu
relokasi. Sepuluh tahun adalah waktu
tempat peleburan logam, bentuknya
yang cukup lama untuk
semacam bangunan tapi tidak penuh
pengimplementasian sebuah
cuma ada atap dan tiang-tiang karena
kebijakan karena pro dan kontra dari
nantinya anggaran dari Pemkab dan
masyarakat terus diberikan. Alasan
Pemprov akan diberikan pada
terkuat yang diberikan adalah bahwa
pengrajin.
letak kawasan PIK Kebasen cukup
jauh dari rumah mereka, yang
biasanya mereka tidak mengeluarkan
1.2.2 Kebijakan Enkapsulasi
uang untuk membeli bensin setiap
(Mengkapsulkan Limbah
harinya mereka harus mengeluarkan,
Industri Logam)
ketika merasa haus dan lapar yang
biasanya mereka langsung bisa Kebijakan enkapsulasi

makan dan minum mereka harus merupakan kebijakan mengambil

pulang terlebih dahulu untuk sekadar limbah padat yang sudah

makan dan minum. menggunung di Desa Pesarean


tepatnya di pusat industri di Dukuh
Alasan yang diberikan
Plambon kemudian limbah tersebut
memang menjadi pertimbangan
dimasukkan kedalam kapsul yang
mereka untuk mau direlokasi ke
terbuat dari Geomimbran teknologi
Kawasan PIK Kebasen yang
Amerika, kemudian limbah industri
memang letaknya jauh dari
peleburan logam tersebut akan di
pemukiman warga, dari pihak DLH
pendam kedalam 4m yang di tepi- banyak, sedangkan di lapangan
tepi kapsul dilapisi menggunakan sepak bola yang akan digunakan
tanah lempung. Kapsul-kapsul sebagai tempat penimbunan limbah
tersebut yang berisi limbah B3 kedalaman 1m air tanah sudah
nantinya akan di pendam di tanah keluar. Jika kebijakan tersebut tetap
lapang yang biasanya digunakan dilaksanakan maka air tanah juga
anak-anak Desa Pesarean main sepak akan ikut terkontaminasi limbah
bola. Berdasarkan teori yang sudah yang dihasilkan oleh industri
dikaji, kebijakan enkapsulasi peleburan logam. Sehingga
tersebut bisa bertahan selama 200 kebijakan enkapsulasi disarankan
tahun. untuk tidak diterapkan untuk
mengatasi limbah tersebut karena
Setelah melalui uji coba,
malah akan menambah masalah jika
pertimbangan dan musyawarah terus
kebijakan enkapsulasi tetap
dilakukan untuk menetapkan
dilaksanakan.
kebijakan tersebut akhirnya
kebijakan enkapsulasi secara teori 1.2.3 Kebijakan Clean Up /
memang bagus dapat menyimpan Remediasi (Pembersihan
limbah selama 200 tahun tetapi Limbah Peleburan Logam)
setelah dikaji dan dilakukan uji coba,
Kebijakan clean up atau
kebijakan enkapsulasi tidak dapat
remediasi merupakan kebijakan
diimplementasikan karena luas
mengubah limbah dari industri
lapangan sepak bola yang akan
peleburan logam menjadi bahan
digunakan tidak sesuai dengan
baku untuk pembuatan paving block
jumlah limbah. kebijakan
dengan menggunakan sistem tender.
enkapsulasi tidak cocok untuk
Kebijakan tersebut merupakan
diterapkan karena persyaratan untuk
kebijakan usulan dari DANIDA atau
kedalaman tanah harus diatas 3m
Danish International Development
karena limbah yang dihasilkan
Agency, LSM yang bergerak pada
idnustri peleburan logam sangat
lingkungan. Kebijakan clean up
merupakan kebijakan pengganti dalam rangkan menyelesaikan
kebijakan enkapsulasi yang dirasa pekerjaan sebagai lawan tender
cukup baik diterapkan karena tidak tunggal untuk semua fungsi.
mengubah suatu tempat dan tidak
Perusahaan yang dapat
akan mencemari lingkungan dan air.
mengikuti adalah perusahaan-
Kebijakan clean up menggunakan
perusahaan yang mampu
sistem tender untuk memanfaatkan
memanfaatkan limbah B3 dari
limbah yang dihasilkan industri
industri peleburan logam harus
peleburan logam menjadi paving
memiliki pengetahuan dan
blok dengan biaya yang paling
kemampuan yang lebih agar dapat
murah. Kebijakan ini akan diikuti
membuat sistem tender yang baik
oleh beberapa PT yang sebelumnya
dan dapat memenangkan tender
sudah memanfaatkan limbah B3
dengan harga yang lebih ekonomis.
seperti salah satunya PT Lut Putra
Perusahaan yang akan mengikuti
Solder yang berada di Kabupaten
sistem tender dianjurkan untuk
Tegal.
menyusun tender yang berbeda agar
Tujuan dari kebijakan ini dapat menjamin bahwa perusahaan
adalah agar limbah industri yang paling kompeten berpeluang
peleburan logam yang termasuk menyampaikan proposal dan
limbah B3 yang sudah mencemari mendapatkan harga terbaik.
tanah pemukiman warga dan makam Disarankan juga jumlah tender tidak
Sunan Amangkurat diambil dan terlalu banyak untuk menghindari
dimanfaatkan untuk dijadikan bahan rumitnya koordinasi yang tidak
baku pembuatan paving block. diperlukan di antara para
Sistem tender yang dimaksud adalah kontraktor.Dari ketiga kebijakan
kebijakan clean up ini melibatkan yang telah dirumuskan yaitu
beberapa jenis pekerjaan dan Kebijakan Relokasi Industri Logam
keahlian yang berbeda untuk ke Kawasan PIK Kebasen,
mendapatkan tender yang berbeda Kebijakan Enkapsulasi
(Mengkapsulkan Limbah Industri Kabupaten Tegal, kendala juga
Logam) dan Kebijakan Clean Up / ditemukan ketikan akan menerapkan
Remediasi (Pembersihan Limbah kebijakan dan menghambat proses
Peleburan Logam), kebijakan yang implementsi kebijakan, salah satu
diterapkan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam
pencemaran limbah dari indsutri mengimplementasikan kebijakan
peleburan logam hanya kebijakan adalah masyarakat yang menolak
relokasi dan kebijakan clean up. kebijakan sudah dirumuskan. Pada
Kebijakan enkapsulasi tidak saat sosialisasi kebijakan relokasi,
memadai jika diimplementasikan masyarakat menolak kebijakan
untuk mengatasi limbah industri tersebut dengan berbagai alasan yang
peleburan logam karena apa yang diberikan. Selain penolakan yang
sudah dikaji dan diteliti tidak sesuai diberikan, keterbatasan sumberdaya
dengan fakta dilapangan. Volume masyarakat juga menjadi kendala.
limbah yang sangat banyak tidak Minimnya pengetahuan tentang
sebanding dengan tempat yang akan limbah B3 dan kesadaran kesehatan
menjadi lokasi penimbunan limbah yang menjadikan kebijakan relokasi
dengan kapsul yang terbuat dari tidak mudah untuk cepat
Geomimbran. diimplementasikan. Membutuhkan
waktu sepuluh tahun untuk dapat
1.3 Kendala dan Hambatan dalam
mengimplementasikan kebijakan
Mengimplementasikan
relokasi.
Kebijakan
Pengetahuan mengenai
Mengimplementasikan
limbah bahan berbahaya dan beracun
kebijakan yang telah dirumuskan
sangat rendah, apalagi mengenai
pasti menemukan kendala yang
dampak yang dihasilkan mereka juga
menghambat jalannya implementasi
tidak mengetahui dengan baik.
kebijakan. Seperti dalam
Kesadaran kesehatan juga rendah,
mengimplementasikan kebijakan
mereka para pelaku industri dalam
yang telah dirumuskan Pemerintah
menjalankan industrinya tidak kesehatan masih lemah, mereka
menggunakan pengamanan apapun masih tidak menggunakan
untuk melindungi dirinya dari pengamanan untuk melindungi
limbah yang dihasilkan. Padahal dirinya pada saat proses pengolahan
sudah banyak penyakit yang bahan baku.
menjangkit akibat tercemar limbah
Mereka hanya menggunakan
B3 yang dihasilkan tetap saja mereka
sehelai kain bekas untuk menutupi
tidak mempercayai kalau penyakit
bagian hidung saja, itupun tidak
tersebut karena limbah yang
semua pekerja hanya beberapa orang
dihasilkan. Mereka menganggap
saja yang menutup hidungnya
bahwa penyakit tersebut datang
dengan sehelai kain. Pihak DLH dan
dengan sendirinya dan kehendak
PT LPS sudah memberikan
Yang Maha Kuasa bukan karena
pengarahan dan pengertian, tetapi
limbah yang mereka hasilkan. Hal
tetap saja mereka tidak
tersebut menjadikan kendala juga
menghiraukan apa yang sudah
bagi implementator, bantuan alat
disarankan. Kebijakan lain seperti
pengamanan yang diberikan tidak
enkapsulasi dan clean up
mereka gunakan melainkan mereka
tidak/belum terdapat kendala karena
simpan dengan rapi.
pelaksanaan kebijakannya berbeda.
Tahun 2013 hingga sekarang Untuk kebijakan enkapsulasi tidak
para pelaku industri sudah lebih layak untuk diimplementasikan
sadar akan bahayanya kegiatan sehingga kendala yang dialami tidak
pengolahan limbah B3, dan pada terdapat karena kebijakan tersebut
tahun 2013 mereka sudah di relokasi sudah dihapuskan karena beberapa
ke Kawasan PIK Kebasen dan faktor yang terjadi. Kebijakan clean
pencemaran lingkungan sudah mulai up baru akan dilaksanakan tahun
berkurang bahkan tidak terjadi lagi di 21017 pertengahan tahun sehingga
Desa Pesarean. Kendala yang masih kendala yang dihadapi belum terlihat
terjadi adalah kesadaran akan dan belum bisa diatasi.
1.4 Sistem Pengelolaan Limbah tepatnya desain dan implementasi
Bahan Berbahaya dan Beracun serta kurangnya partisipasi
masyarakat. Hal tersebut
Limbah industri yang
dikarenakan pendekatan state based
dihasilkan harus dilakukan
cenderung bersifat top down
pengelolaan baik dimanfaatkan atau
(sentralist) dan beranggapan bahwa
di buang ke dalam TPSL (Tempat
penduduk lokal tidak mempunyai
Pembuangan Sementara Limbah).
kemampuan dalam sumber daya dan
Limbah industri logam merupakan
pengetahuan yang dibutuhkan, untuk
salah satu pencemaran lingkungan
memberikan kontribusi efektif dalam
yang sering kita jumpai dimana
proses perencanaan.
logam merupakan bahan kimia yang
sangat membahayakan kelestarian Sedangkan pendekatan
lingkungan. Keberadaan logam di community based merupakan
lingkungan tidak dengan sendirinya pendekatan yang menekankan pada
dapat membahayakan makhluk pemberian kewenangan dan otoritas
hidup termasuk manusia. Logam pada komunitas untuk lebih berperan
tersebut dapat membahayakan ketika di dalam pengelolaan lingkungan.
masuk ke dalam sistem metabolisme Pendekatan ini bersifat bottom up
dalam jumlah yang melebihi ambang karena aspirasi, kewenangan, dan
batas. otoritas pengelolaan lingkungan
lebih bersumber dari bawah atau
Pengelolaan lingkungan
komunitas, tidak sebagaimana state
terdapat dua jenis pendekatan yaitu
based yang cenderung di atas. Dalam
pendekatan State Based dan
community based, masyarakat
Community Based. Pendekatan state
berperan sebagai pihak yang terlibat
based merupakan pendekatan yang
langsung dalam manajemen, sedang
sering mengalami kegagalan atau
pemerintah dan swasta berpartisipasi
hambatan karena pendekatan
secara tidak langsung (memberikan
tersebut tidak fleksibel, lemah dalam
support/dorongan). Dalam kasus
kapasitas kelembagaan, kurang
pencemaran limbah industri Pemerintah Kabupaten Tegal melalui
peleburan logam, pengelolaan yang Dinas Lingkungan Hidup bekerja
dilakukan menggunakan pendekatan sama dengan berbagai pihak swasta
Stated Based, karena memang dan Kementrian Lingkungan Hidup
masyarakat Desa Pesarean rendah untuk mengatasi pencemaran limbah
akan pengetahuan mengenai tersebut, hasilnya ada salah satu
bahayanya limbah bahan berbahaya pihak swasta yang mau membiayai
dan beracun. Mereka saja tidak untuk mengatasi pencemaran
menyadari kalau limbah yang lingkungan yang terjadi.
mereka hasilkan sudah mencemari
Pengelolaan limbah B3 yang
lingkungan hidup yang berada di
dihasilkan oleh industri peleburan
sekitarnya, oleh karena itu DLH
logam juga berpedoman pada PP No
merumuskan kebijakan relokasi
101 Tahun 2014 Tentang
untuk mengurangi pencemaran
Pengelolaan Limbah Bahan
limbah yang dihasilkan, itu saja
Berbahaya dan Beracun. Dinas
membutuhkan waktu sepuluh tahun
Lingkungan Hidup menggunakan PP
untuk menyadarkan mereka dan
ini untuk dijadikan pedoman dalam
memberikan pengertian kepada
mengelola limbah yang dihasilkan
mereka.
industri peleburan logam.
Pengelolaan yang dilakukan Pengelolaan yang dilakukan adalah
memang bersifat sentralist tetapi penetapan limbah B3, pengurangan
dapat diimplementasikan dengan limbah B3, penyimpanan limbah B3,
baik. Jika menunggu masyarakat pengangkutan limbah B3,
Desa Pesarean yang memberikan pemanfaatan limbah B3, dan sanksi
aspirasi mereka, pencemaran yang administratif.
terjadi akan semakin parah karena
Untuk penetapan limbah B3,
mereka saja tidak menyadari bahwa
limbah industri peleburan logam
limbah yang dihasilkan berbahaya
merupakan limbah yang termasuk
bagi lingkungan hidup disekitarnya.
limbah bahan berbahaya dan beracun
karena limbah yang dihasilkan relokasi. Penyimpanan limbah
mengandung unsur-unsur kimia memiliki tempat khusus, tidak semua
berbahaya dan beracun dari bahan tempat bisa untuk menyimpan
baku yang digunakan. Limbah yang limbah B3. Limbah B3 merupakan
dihasilkan berupa limbah gas dan limbah yang berbahaya dan beracun
limbah padat sehingga limbah sehingga jika di simpan di tempat
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh yang sembarangan malah akan
manusia melalui udara yang terhirup. menimbulkan masalah baru. Tempat
Proses pengolahan bahan baku juga penyimpanan limbah B3 disebut TPS
menghasilkan asap/gas yang sangat atau tempat penampungan sementara
pekat dan menyengat jika terhirup limbah B3. Ciri-ciri TPS adalah atap
oleh manusia. Sedangkan limbah pembuangan limbah B3 tidak boleh
padat yang dihasilkan mencemari terkena air hujan, lantainya atau
lingkungan hidup yang ada dasar tempat pembuangan harus
disekitarnya dan tanah pemukiman kedap air dsb. Setelah memiliki TPS
warga. B3, pelaku industri harus
mengajukan izin TPS B3 yang di
Pengurangan limbah B3
keluarkan DLH, kalau tidak
dilakukan dengan cara merelokasi
memiliki akan mendapatkan
industri logam yang dihasilkan oleh
pembukuan izin usaha dari Dinas
industri peleburan logam ke
Lingkungan Hidup. Meskipun hanya
Kawasan PIK Kebasen. Kebijakan
menyimpan limbah tetap harus
relokasi disosialisasikan tahun 2001
memiliki izin penyimpanan.
dan baru mendapatkan respon positif
dari masyarakat dan pelaku industri Dalam mengangkut limbah
tahun 2010. Penolakan terus atau memindahkan limbah harus
diberikan dengan berbagai alasan menggunakan transportasi khusus
dari masyarakat hingga kesadaran dengan izin yang diberikan
akan limbah tersebut berbahaya Pemerintah. Pengangkutan limbah
akhirnya mereka mau untuk di B3 tidak bisa menggunakan
transportasi sembarangan karena kimia yang terkandung dalam
yang diangkut merupaka limbah limbah tersebut, uji emisi, uji
yang berbahaya dan beracun. embium, dan uji tanah air dan udara.
Sehingga transportasi yang Setelah semua uji yang harus
digunakan khusus untuk dilakukan lolos barulah limbah B3
mengangkut limbah B3. dapat menjadi bahan baku untuk
Transportasi yang digunakan harus pembuatan paving block. Proses
khusus hanya untuk mengangkut pengambilan limbah B3
limbah B3 dan harus memiliki izin menggunakan transportasi yang
yang dikeluarkan dari Kementerian disediakan oleh PT Lut Putra Solder,
Perhubungan terkait izin tentunya sudah memiliki izin.
transportasinya dan Kementrian
Sanksi administratif untuk
Lingkungan Hidup terkait izin
industri peleburan logam tidak
pengangkutan Limbah B3. Untuk
dalam bentuk sejumlah uang, karena
kendaraan yang digunakan tidak
sanksi tersebut tidak akan membuat
harus tertutup atau terbuka, bisa
pelaku industri mengurangi
kedua-duanya yang penting khusus
pencemarannya. Sanksi yang
dan memiliki izin.
diberikan bertahap sesuai dengan
Limbah B3 yang dihasilkan kemampuan pelaku industri dan
oleh industri peleburan logam dilakukan pembinaan agar tidak
dimanfaatkan oleh PT Lut Putra melakukan kesalahan. Sanksi yang
Solder yang dapat memanfaatkan diberikan bertingkat, yang pertama
limbah bahan berbahaya dan berupa teguran secara tertulis seperti
beracun tersebut untuk dijadikan surat peringatan. Yang kedua adalah
bahan baku pembuatan paving paksaan pemerintah, jadi keputusan
block. Limbah B3 dapat dijadikan dari Kepala DLH atas nama Pak
bahan baku pembuatan paving block Bupati diberikan paksaan
harus melalui uji laboratorium untuk pemerintah. Kemudian yang
melihat seberapa banyak kandungan berikutnya itu pembekuan izin,
pembekuan izin ini belum dilakukan kebijakan selanjutnya, Pemerintah
oleh pihak DLH. Terakhir Kabupaten Tegal harus melibatkan
pencabutan izin, jika suatu masyarakat meskipun masyarakat tidak
perusahaan yang melanggar berarti memiliki pengetahuan yang memadai,
diberitahukan bahwa jangan sampai supaya penolakan tidak terjadi secara
perusahaan kamu dibekukan izinnya bertahun-tahun dan kebijakan yang
apalagi sampai dicabut izinnya. sudah dirumuskan dapat memberikan
Begitu sudah dibekukan atau kesejahteraan pada masyarakat.
dicabut izinnya dia tidak
DAFTAR PUSTAKA
operasional. Kalau dibekukan
selama dia belum mentaati maka Sumber Buku :

tidak boleh dioperasional maka Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan


kalau dicabut sudah selesai Publik. Jakarta ; Salemba
Humanika
riwayatnya dari perusahaan. Agustino, Leo. 2006. Dasar – Dasar
Kebijakan Publik. Bandung ;
KESIMPULAN Alfabeta
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan
Kebijakan yang dirumuskan oleh Publik. Bandung : Pustaka Setia
Pemerintah Kabupaten Tegal salah Budiati, Lilin. 2012. Good Governance
Dalam Pengelolaan Lingkungan
satunya sudah berhasil mengurangi Hidup. Bogor ; Ghalia Indonesia
pencemaran limbah industri logam yang Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran. Jakarta : UI – Press
dihasilkan yaitu kebijakan relokasi, Manik, K.E.S. 2003. Pengelolaan
dimana kebijakan tersebut Pemerintah Lingkungan Hidup. Jakarta :
Djambatan
berhasil merelokasi lokasi industri yang Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi
berada di Desa Pesarean direlokasi ke Penelitian Kualitatif. Bandung ;
PT Remaja Rosdakarya
Kawasan PIK Kebasen yang letaknya Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy.
jauh dari pemukiman. Pengelolaan yang Surabaya : PMN
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy.
dilakukan terhadap limbah industri Jakarta : Elex Media
logam sudah dilakukan berdasarkan Komputindo
Rahmadi, Takdir. 2014. Hukum
dasar hukum yang mengatur mengenai Lingkungan Di Indonesia.
bahan berbahaya dan beracun. Untuk Jakarta: Rajagrafindo Persada
Rahma, Nyoman Kutha. 2014. Limbah Bahan Berbahaya Dan
Metodologi Penelitian Kajian Beracun
Budaya Dan Ilmu-Ilmu Sosial Rencana Tata Ruang Wilayah
Humaniora Pada Umumnya. Kabupaten Tegal Tahun 2012
Yogyakarta ; Pustaka Pelajar 2032
Sastrawijaya, Tresna. 2009. Pencemaran Undang - Undang No 3 Tahun 2014
Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta Tentang Perindustrian
Subagyo, Joko P. 2006. Metode Undang - Undang No 32 Tahun 2009
Penelitian Dalam Teori Dan Tentang Perlindungan dan
Praktek. Jakarta; Rineka Cipta Pengelolaan Lingkungan Hidup
Subarsono, AG. 2013. Analisis Sumber Internet :
Kebijakan Publik. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Yuhistira, Angga. (2011). Teknologi
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Pengolahan Limbah Padat.
Kualitatif, Bandung ; Alfabeta Dalam
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian angga.staff.ipb.ac.id/files/2011/
Pendidikan : Pendekatan 4/11.-Pengolahan-Limbah
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Padat.pdf Diakses pada tanggal
Bandung ; Alfabeta 31 Oktober 2016
LSM Denmark Bantu Tangani Limbah
Pati Onggok (2014). Dalam
Sumber Jurnal/Skripsi :
http://www.suaramerdeka.com/v
Laivy, Alfiv (2014). Analisis Kualitas 1/index.php/read/news/2014/02/
Air Tanah Akibat Limbah Industri 1/11498/LSM-Denmark-Bantu-
Logam Terhadap Kesehatan Tangani-Limbah-Pati-Onggok.
Masyarakat Di Desa Pesarean Diakses Pada tanggal 17 Maret
Dan Desa Lemahduwur 2017
Kecamatan Adiwerna Kabupaten K Abror. (2013). Dalam
Tegal. Skripsi. Universitas eprints.undip.ac.id/40779/3/
Muhammadiyah Surakarta. BABIII.pdf. Diakses
Dalam pada tanggal 8 Oktober 2016
eprints.ums.ac.id/32278/2/BAB Profil Kabupaten Tegal dalam
20I.pdf. Diakses pada tanggal 19 http://www.tegalkab.go.id/.
September 2016 Diakses dan pada tanggal 18
R, M Rizki Arif (2014). Analisis September 2016
Pengawasan Pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Limbah Tahu di Kecematan dan Beracun (B3). (2015). Dlm
Adiwerna Kabupaten Tegal. http://dkp.bogorkab.go.id/index
Skripsi. Universitas Diponegoro php/multisite/post/1498/pengelol
aan limbah-bahan-berbahaya-
Sumber Regulasi Pemerintah : dan-beracun-b3. Diakses pada
tanggal 31 Oktober 2016
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan
Pencemaran Limbah Logam di September 2016
Kabupaten Tegal. (2011). Dalam
http://regional.kompas.com/rea RPJMD Kabupaten Tegal. (2014-2019).
/2011/11/22/22243558/Parah.Pe Dalam
ncemaran.Limbah.Logam.di.Ka www.tegalkab.go.id/pdf_files/r
bupaten.Tegal. Diakses pada pjmd_2014_2019/BAB%20IV.
tanggal 18 September 2016 pdf. Diakses pada tanggal 18
Kontaminasi dan Pencemaran Logam September 2016
Berat. (2014). Dalam Sumber Lain :
http://www.kajianpustaka.com/
014/07/kontaminasi-dan Catatan kuliah “Seminar Proposal”
Pencemaran logam berat.html. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip
Diakses pada tanggal 20 Oktober Undip tanggal 31 Maret 2016
2016 dengan Dosen Pengampu Dr.
Harian Suara Merdeka. (2014). Dalam Drs. Teguh Yuwono,
http://www.suaramerdeka.com/ M.Pol.Admin.
harian/0607/14/pan02.html.
Diakses pada tanggal 19

You might also like