You are on page 1of 9

LAMA FERMENTASI TERHADAP MUTU TEH DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.)

Fermentation Time On The Quality Of The Tea Leaves Of The Soursop


(Annona muricata L.)

Riski Tanjung1, Faizah Hamzah2 and Raswen Efendi3


Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau Indonesia
Kode Pos 28293 Riskitanjung44@gmail.com

ABSTRACT

The purposes of this study was to obtain the effect of fermentation on the
quality of soursop leaf tea by fermentation. Soursop leaf tea processing using the
method of processing black tea. The method used in this study was completely
randomized design with 4 treatments and 4 replications. The treatment used were
F1(1 hour fermentation), F2 (2 hours fermentation), F3 (3 hours fermentation),
F4 (4 hours fermentation). The results showed that the long of fermentation of tea
leaves of the soursop significant effect on water content, levels of tannins,
antioxidant activity, assessment of sensory descriptive and hedonic well as colour,
aroma, taste and acceptance as a whole tea leaves of the soursop, but did not
significantly affect the ash content. The best treatment was F4 (4 hours
fermentation) based on water content of 1.31%, ash content of 5.82%, tannin
content of 0.51%, the antioxidant levels of 28.733 ppm, descriptive sensory
assessment and hedonic soursop leaf tea which has a brown colour and preferred
by the panelist’s. Soursop leaf tea flavor is slightly tart and flavorful leaves of the
soursop so preferred by the panelist’s. While the overall assessment of soursop
leaf tea is also preferred by the panelist’s.

Keywords : Tea, quality, soursop leaves, long fermentation.

PENDAHULUAN
Latar Belakang sebesar 172.790 ton atau sebesar 5,7%
Indonesia merupakan salah satu dari konsumsi dunia. Tanaman penghasil
negara pengekspor teh terbesar di Asia teh tersebut dinilai belum mampu untuk
Tenggara dan merupakan negara memenuhi kebutuhan permintaan
penghasil teh nomor lima di dunia. Teh tersebut. Kurangnya pemanfaatan bahan
hanya dapat tumbuh pada ketinggian baku lain menjadi produk teh tersebut
400-2000 meter di atas permukaan laut. membuat perkembangan produk teh
Perbedaan tinggi tempat dan temperatur menjadi terhambat.
dapat mempengaruhi mutu teh yang Daun sirsak merupakan salah
dihasilkan. (Wresdiyati dkk., 2003). satu tanaman yang memiliki prospek
Secara umum, bubuk teh yang di yang cukup baik bila dikelola. Selain
produksi di Indonesia adalah bubuk teh syarat tumbuhnya mudah, daun sirsak
yang berasal dari tanaman teh Camellia juga merupakan tanaman yang multi
sinensis L. Permintaan konsumen dunia fungsi. Kandungan kimia yang terdapat
akan teh semakin meningkat, dimana pada daun sirsak cukup layak jika
jumlah konsumsi teh dunia pada tahun dijadikan bahan baku untuk dijadikan
2007 adalah sebesar 3.031.403 ton minuman penyegar seperti teh.
sedangkan produksi teh Indonesia hanya Kandungan zat kimia yang cukup

JOM
1) Faperta UR
Mahasiswa Vol. Pertanian,
Fakultas 3 No. 2 Oktober 2016
Universitas Riau 1
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016
mendukung untuk dijadikan teh, nampan, pipet mikro, ayakan, alat
diharapkan teh yang dihasilkan akan perajang, pipet tetes, botol kecil (vial),
berfungsi sebagai obat-obatan yang corong pemisah dan gelas untuk
lebih mudah diterima oleh konsumen. organoleptik.
Air rebusan daun sirsak segar telah lama
digunakan sebagai obat untuk penyakit Metode Penelitian
kanker tetapi bentuk teh ekstrak daun Penelitian ini dilakukan secara
sirsak belum banyak digunakan oleh eksperimen dengan menggunakan
masyarakat, karena itu perlu dilakukan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
kajian tentang analisis teh ekstrak daun terdiri dari empat perlakuan dan empat
sirsak dengan tujuan untuk menggali kali ulangan sehingga diperoleh 16 unit
potensi daun sirsak sebagai minuman percobaan. Perlakuan dalam penelitian
fungsional yang dapat difungsikan ini adalah sebagai berikut :
antara lain sebagai obat untuk penyakit
kanker dan sebagai minuman pengganti F1 : Fermentasi 1 jam
teh dari Camellia sinensi L. F2 : Fermentasi 2 jam
F3 : Fermentasi 3 jam
Tujuan Penelitian F4 : Fermentasi 4 jam
Tujuan dari penelitian ini untuk
memperoleh adanya pengaruh Analisis Data
fermentasi terhadap mutu teh daun Data yang diperoleh dianalisis
sirsak berdasarkan lama fermentasi. secara statistik dengan menggunakan
analisis sidik ragam (ANOVA). Jika
BAHAN DAN METODE F hitung lebih besar atau sama dengan
Tempat dan Waktu F tabel maka dilanjutkan dengan uji
Penelitian ini dilaksanakan di Duncan’s Multiple New Range Test
Laboratorium Pengolahan Hasil (DNMRT) pada taraf 5%.
Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian Pelaksanaan Penelitian
Universitas Riau, Kampus Bina Widya Pelaksanaan penelitian ini
Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru mengacu pada Setiawan (2009).
Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Waktu Persiapan bahan dilakukan dengan
penelitian selama enam bulan, yaitu penyortiran daun sirsak terlebih dahulu.
pada bulan November hingga juni 2016. Selanjutnya dicuci untuk menghilangkan
kotoran yang menempel. Daun sirsak
Bahan dan Alat ditimbang sesuai perlakuan yang
Bahan-bahan yang digunakan digunakan sebanyak 100 g. Setelah daun
dalam proses pembuatan teh daun sirsak sirsak ditimbang dilakukan pelayuan
adalah daun sirsak dan air. Bahan-bahan selama 18 jam pada suhu ruang.
yang digunakan untuk analisis adalah Kemudian dilakukan perajangan
aquades, etanol 96%, larutan 2,2- (pemotongan dengan alat perajang) yang
diphenyl-1-picrylhydrazyl hydrate bertujuan untuk memperkecil ukuran
(DPPH) 0,0001 g untuk uji antioksidan daun sirsak. Selanjutnya dilakukan
dan larutan indigo, KMnO4 0,1 N, penggilingan yang bertujuan untuk
larutan gelatin, Na-oksalat, larutan NaCl memecahkan sel-sel daun segar agar sel
asam untuk analisis kadar tanin. dapat dibebaskan sehingga terjadi reaksi
Alat-alat yang digunakan pada antara sel dengan oksigen yang ada
penelitian ini adalah oven listrik, plat diudara. Kemudian dilakukan fermentasi
(sumuran), pisau, baskom, sealer, kertas atau pemeraman sesuai perlakuan yang
label, erlenmeyer, aluminium foil, bertujuan untuk mendapatkan teh yang
kapas, kertas saring, labu takar, berwarna cokelat tua dan aroma teh.
timbangan analitik, sendok pengaduk, Setelah daun sirsak difermentasi
desikator, tanur, cawan porselin, kemudian dikeringkan dalam oven

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 2


dengan suhu 50°C dengan lama HASIL DAN PEMBAHASAN
pengeringan selama 150 menit Hasil sidik ragam kadar air, kadar
abu, aktivitas antioksidan dan kadar
tanin teh daun sirsak dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Analisis proksimat


Perlakuan
Analisis kimia
F1 F2 F3 F4
Kadar air (%) 4,54c 3,53b 3,48b 1,31a
Kadar abu (%) 4,50a 4,98ab 5,09ab 5,82b
Aktivitas antioksidan (ppm) 9,134 15,567 20,286 28,733
Kadar tanin (%) 0,61c 0,56b 0,55b 0,51a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%

Kadar air (Andarwulan dkk., 2011).


Tabel 1 menunjukkan lama Air merupakan salah satu karakteristik
fermentasi memberi pengaruh nyata yang sangat penting bagi bahan pangan,
terhadap kadar air teh daun sirsak karena kandungan air pada bahan
semakin lama fermentasi maka kadar air pangan dapat mempengaruhi
teh daun sirsak yang dihasilkan. semakin penampakan dan cita rasa makanan
menurun. Menurunnya kadar air pada (Winarno, 2008).Kandungan air dalam
teh daun sirsak dipengaruhi oleh bubuk teh daun sirsak berkisar
penguapan air akibat dari fermentasi 1,31-4,54 % dan telah memenuhi standar
pada suhu ruang. Semakin lama proses mutu teh kering (SNI 01-3836-2013)
fermentasi menyebabkan penguapan air yaitu tidak lebih dari 8 %
yang terdapat pada daun sirsak semakin .
tinggi sehingga kadar air yang terdapat Kadar abu
pada daun sirsak semakin rendah. Tabel 1 menunjukkan lama
Penurunan kadar air teh daun sirsak fermentasi memberi pengaruh nyata
diduga karena pada proses fermentasi terhadap kadar abu teh daun sirsak
pengendalian kelembaban udara pada semakin lama fermentasi maka kadar
proses ini belum maksimal, sehingga abu teh daun sirsak yang dihasilkan.
terjadi kehilangan air pada serbuk teh semakin meningkat. Meningkatnya
daun sirsak. Hal ini sesuai dengan kadar abu didalam teh daun sirsak
pernyataan Putratama (2009) yang disebabkan jumlah air didalam bubuk
menyatakan bahwa apabila kelembaban teh mengalami penurunan sehingga
udara dibawah 90%, maka menyebabkan persentase kadar abu meningkat. Hal ini
bubuk teh yang diperoses akan sejalan dengan pernyataan Robbi dkk.,
mengalami penguapan air. Kelembaban (2008) dalam Pradana (2013) yang
udara yang dipersyaratkan dalam proses menyatakan bahwa semakin tinggi kadar
fermentasi teh adalah 90-98 %. air maka bahan kering menurun dan
Kadar air merupakan salah satu komponen lemak dan protein sebagai
faktor yang sangat berpengaruh terhadap bahan kering meningkat sehingga
daya tahan bahan pangan, semakin persentase kadar abu meningkat.
tinggi kadar air bahan pangan maka Menurut Putri (2002) abu
semakin cepat terjadi kerusakan, dan merupakan residu yang tertinggal
sebaliknya semakin rendah kadar air setelah suatu bahan dibakar sampai
bahan pangan maka bahan pangan bebas karbon. Residu ini merupakan
tersebut semakin tahan lama
mineral yang berasal dari komponen-

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 3


komponen anorganik bahan pangan. Berdasarkan sumbernya antioksidan
Semakin tinggi kadar abu dari suatu dibagi dalam dua kelompok, antioksidan
bahan pangan menunjukkan tingginya sintetik dan antioksidan alami,
antioksidan pada daun sirsak adalah
kadar mineral dari bahan tersebut.
antioksidan alami.
Menurut Muchtadi dan
Ayustaningwarno (2010) pada umumnya Kadar tanin
mineral tidak terpengaruh oleh adanya Tabel 1 menunjukkan bahwa
proses pengolahan. Kalsium dan fosfor semakin lama fermentasi maka kadar
yang terkandung berperan dalam tanin dari teh daun sirsak semakin
pertumbuhan, pembentukan tulang dan rendah. Menurunnya kadar tanin
disebabkan terjadinya proses oksidasi
gigi. Kandungan abu dalam bubuk teh
terhadap tanin menjadi senyawa
daun sirsak berkisar 4,50-5,82 % dan theaflavin, thearubigin dan
telah memenuhi standar mutu teh kering thenaftoquinon akibat dari proses
(SNI 01-3836-2013) yaitu tidak lebih fermentasi. Semakin lama fermentasi
dari 8 %. dilakukan maka semakin banyak tanin
yang mengalami perubahan oksidasi dan
Aktivitas antioksidan menyebabkan kadar tanin dalam daun
Tabel 1 menunjukkan bahwa menjadi berkurang. Hal ini sesuai
semakin lama fermentasi maka aktivitas dengan pernyataan Fulder (2004) yang
antioksidan semakin rendah. Aktivitas menyatakan bahwa akibat dari
antioksidan berhubungan dengan kadar fermentasi, banyak zat-zat yang berguna
tanin karena tanin berperan sebagai seperti katekin, vitamin berubah atau
antioksidan (Rohdiana dan Widiantara, hilang pada saat proses produksi teh
2008). Menurunnya aktivitas hitam.
antioksidan dipengaruhi oleh proses Tanin merupakan suatu senyawa
oksidasi enzimatis yang menyebabkan fenol yang memiliki berat molekul besar
polifenol teroksidasi dan mengalami yang terdiri dari gugus hidroksi dan
penurunan. Hal ini sejalan dengan beberapa gugus yang bersangkutan
penelitian Rohdiana (2001) bahwa seperti karboksil untuk membentuk
menurunnya komponen bioaktif seperti kompleks kuat yang efektif dengan
tanin pada teh selama proses fermentasi protein dan beberapa makromolekul.
menyebabkan daya antioksidan lebih Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin
rendah. terkondensasi dan tanin terhidrolisis.
Antioksidan merupakan senyawa Kedua jenis tanin ini terdapat dalam
pemberi elektron (donor elektron) atau tumbuhan, tetapi yang paling dominan
reduktan. Sifat antioksidan merupakan terdapat dalam tanaman adalah tanin
parameter yang sangat penting dalam terkondensasi.
mengembangkan pangan fungsional
(Permana dkk., 2012). Senyawa ini Penilaian Sensori
memiliki berat molekul kecil, tetapi Hasil sidik ragam penilaian
mampu menginaktivasi berkembangnya sensori terhadap warna, aroma, rasa dan
reaksi oksidasi dengan mengikat radikal penilaian keseluruhan teh daun sirsak
bebas dan molekul yang sangat reaktif. dapat dilihat pada Tabel 2.

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 4


Tabel 2. Rata-rata hasil penilaian sensori secara deskriptif dan hedonik
Perlakuan
Penilaian sensori
F1 F2 F3 F4

Warna
- Deskriptif 3,87c 3,73c 3,17b 2,41a
- Hedonik 3,73a 3,86ab 3,93b 4,20c
Aroma
- Deskriptif 2,93b 2,80ab 2,73ab 3,53a
- Hedonik 3,73 3,80 3,83 3,90
Rasa
- Deskriptif 3,83b 3,70ab 3,63ab 3,53a
a ab bc
- Hedonik 3,70 3,87 3,97 4,13c
Penilaian keseluruhan 3,73a 3,90ab 4,00b 4,20c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata berdasarkan uji lanjut DNMRT pada taraf 5%.
Warna menyerupai warna teh hitam. Menurut
Tabel 2 menunjukkan bahwa Winarno (2002) penentuan mutu bahan
penilaian sensori secara deskriptif dan makanan pada umumnya sangat
hedonik warna teh daun sirsak berbeda tergantung pada faktor salah satunya
nyata untuk masing-masing perlakuan. warna. Secara visual warna tampil lebih
Nilai rata-rata penilaian warna teh daun dahulu dan kadang-kadang sangat
sirsak secara deskriptif berkisar menentukan, karena warna digunakan
2,41-3,87 (kuning sampai coklat). sebagai indikator kematangan pada
Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin suatu bahan makanan.
lama fermentasi maka warna teh daun
sirsak semakin coklat. Warna seduhan Aroma
teh daun sirsak yang terbentuk dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
warna kuning sampai warna coklat penilaian sensori secara deskriptif aroma
disebabkan proses fermentasi yang teh daun sirsak berbeda nyata untuk
sangat berperan dalam pembentukan masing-masing perlakuan. Nilai rata-rata
warna air seduhan teh daun sirsak. penilaian aroma teh daun sirsak secara
Selama proses fermentasi, klorofil akan deskriptif berkisar 2,60-2,93 (tidak
terurai menjadi feofitin yang berwarna beraroma daun sirsak sampai agak
hitam. Sesuai dengan pernyataan Kamal beraroma daun sirsak). Hal ini
(1985) bahwa pemberhentian proses menunjukkan bahwa semakin lama
fermentasi yang terlalu awal akan fermentasi maka aroma teh daun sirsak
menghasilkan teh yang warnanya telalu semakin menurun (tidak beraroma daun
muda, mutu rendah dan cita rasa belum sirsak). Menurunnya aroma teh daun
terbentuk sempurna. Sebaliknya waktu sirsak disebabkan adanya aktivasi enzim
fermentasi yang terlalu lama akan β-D-glucosidase dan β-galactosidase
menghasilkan teh yang berwarna gelap, pada proses pelayuan (Withering) yang
cita rasa kurang dan aromanya menurun. menyebabkan terlepasnya berbagai
Penilaian panelis secara hedonik senyawa volatile dari protein dan lemak
pada warna teh daun sirsak yaitu suka. menimbulkan aroma khas pada teh daun
Hal ini menunjukkan bahwa warna teh sirsak. Meskipun pada saat proses
daun sirsak yaitu kuning hingga coklat fermentasi kandungan senyawa volatile
pada setiap perlakuan. Semakin lama berkurang akibat adanya oksidasi dan
proses fermentasi menyebabkan warna perlakuan fisik, namun nilai total
teh daun sirsak semakin disukai (4,20) flavour pada akhir produk fermentasi
yaitu berwarna coklat. Hal ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan
disebabkan warna teh daun sirsak telah

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 5


teh hijau. (Venkatesan dan Sujhita, katekin non ester yang dapat
2007). menurunkan rasa pahit dan sepat.
Penilaian panelis secara hedonik Fermentasi mereduksi kandungan
pada aroma teh daun sirsak yaitu suka. katekin pada teh sehingga teh hitam
Hal ini disebabkan karena teh daun mempunyai rasa pahit/sepat yang lebih
sirsak agak beraroma daun sirsak pada ringan dibandingkan dengan teh hijau
sebagian besar perlakuan, sehingga tanpa adanya modifikasi dan
penilaian panelis secara hedonik sama. penambahan komponen pemanis lebih
Menurut Wahyuni (2011) aroma lanjut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
merupakan indikator yang penting Kamal (1985) bahwa pemberhentian
dalam industri pangan karena dengan proses fermentasi yang terlalu awal akan
cepat dapat memberikan hasil penilaian menghasilkan teh yang warnanya telalu
diterima atau tidaknya produk tersebut. muda, mutu rendah dan cita rasa belum
Aroma meliputi berbagai sifat seperti terbentuk sempurna. Sebaliknya waktu
harum, amis, apek, dan busuk. Kartika fermentasi yang terlalu lama akan
(1988) menyatakan aroma adalah bau menghasilkan teh yang berwarna gelap,
yang sukar diukur sehingga cita rasa kurang dan aromanya menurun.
menimbulkan pendapat yang berlainan Penilaian panelis secara hedonik
dalam menilai kualitas. Perbedaan pada rasa teh daun sirsak yaitu suka. Hal
pendapat disebabkan karena tiap orang ini disebabkan karena rasa teh daun
mempunyai perbedaan kemampuan sirsak semakin tidak sepat pada dengan
indera penciuman, meskipun mereka waktu fermentasi yang semakin lama,
dapat membedakan aroma namun setiap sehingga penilaian panelis secara
orang mempunyai kesukaan yang hedonik semakin meningkat. Fermentasi
berlainan. merupakan proses yang sangat berperan
dalam pembentukan rasa dari proses
Rasa pembuatan teh hitam. Rasa yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa terbentuk pada teh lebih dipengaruhi
penilaian sensori secara deskriptif dan oleh adanya kandungan katekin/tanin.
hedonik rasa teh daun sirsak berbeda Katekin teh memiliki sifat tidak
nyata untuk masing-masing perlakuan. berwarna, larut dalam air, serta
Nilai rata-rata penilaian rasa teh daun membawa sifat pahit dan sepat pada
sirsak secara deskriptif berkisar seduhan teh. Menurut Soekarto (1981)
3,53-3,83 (tidak sepat sampai sepat). Hal rasa merupakan faktor yang sangat
ini menunjukkan semakin lama penting dalam menentukan penerimaan
fermentasi maka rasa sepat teh daun atau penolakan bahan pangan oleh
sirsak semakin menurun. Menurunnya panelis, walaupun aroma dan tekstur
rasa sepat disebabkan kadar tanin bahan pangan baik, akan tetapi rasanya
semakin berkurang dengan tidak enak maka panelis akan menolak
bertambahnya waktu proses fermentasi produk tersebut. Rasa dapat dinilai
yang semakin lama dimana kadar tanin sebagai tanggapan terhadap rangsangan
akan memberikan rasa sepat pada teh yang berasal dari senyawa kimia dalam
daun sirsak yang dihasilkan. Rasa yang suatu bahan pangan yang memberi kesan
terbentuk pada teh lebih dipengaruhi manis, pahit, asam dan asin.
oleh adanya kandungan katekin/tanin.
Katekin teh memiliki sifat tidak Penilaian Keseluruhan Teh
berwarna, larut dalam air, serta Tabel 2 menunjukkan bahwa
membawa sifat pahit dan sepat pada penilaian keseluruhan teh daun sirsak
seduhan teh. Hampir semua sifat produk berbeda nyata untuk masing-masing
teh termasuk didalamnya warna, rasa perlakuan. Nilai rata-rata penilaian
dan aroma secara langsung maupun keseluruhan bolu kemojo berkisar
tidak langsung, dihubungkan dengan 3,73-4,20 (suka) Teh daun sirsak yang
modifikasi pada katekin ester menjadi paling disukai oleh panelis adalah

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 6


perlakuan fermentasi 4 jam dengan skor terakhir yang diamati oleh panelis.
4,20. Teh daun sirsak yang disukai Daroini (2006) menyatakan bahwa
panelis yaitu teh daun sirsak yang parameter warna, aroma dan rasa dapat
berwarna coklat (2,41), tidak beraroma dikatakan gabungan dari penilaian
daun sirsak (2,60) dan rasa agak sepat keseluruhan yang tampak.
(3,53). Perbedaan rasa suka ataupun
tidak suka oleh panelis adalah Penentuan Teh Daun Sirsak Terbaik
tergantung kesukaan panelis terhadap Teh daun sirsak diharapkan
masing-masing perlakuan. memenuhi mutu kimiawi dan dapat
Penilaian secara keseluruhan diterima oleh konsumen yang dilakukan
dapat dikatakan gabungan dari yang dengan penilaian secara deskriptif dan
dilihat, dirasa dan dicium seperti warna, hedonik. Hasil rekapitulasi berdasarkan
aroma dan rasa. Hal ini sejalan dengan analisis kimia yaitu parameter kadar air,
hasil penilaian panelis secara hedonik kadar abu, aktivitas antioksidan dan
teh daun sirsak sangat bervariasi dari kadar tanin, serta penilaian sensori
tingkat warna, aroma dan rasa hingga secara deskriptif dan hedonik (warna,
penilaian keseluruhan. Penilaian secara rasa, aroma dan penilaian keseluruhan)
keseluruhan merupakan penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi data pemilihan teh daun sirsak terbaik


Perlakuan
Penilaian
F1 F2 F3 F4
Analisis kimia
Kadar air (%) 4,54c 3,53b 3,48b 1,31a
Kadar abu (%) 4,50a 4,98ab 5,09ab 5,82b
Aktivitas antioksidan (ppm) 9,134 15,567 20,286 28,733
Kadar tanin (%) 0,61c 0,56b 0,55b 0,51a
Penilaian sensori
Warna
- Deskriptif 3,87c 3,73c 3,17b 2,41a
- Hedonik 3,73a 3,86ab 3,93b 4,20c
Aroma
- Deskriptif 2,93b 2,80ab 2,73ab 2,60a
- Hedonik 3,73 3,80 3,83 3,90
Rasa
- Deskriptif 3,83b 3,70ab 3,63ab 3,53a
a ab
- Hedonik 3,70 3,87 3,97bc 4,13c
Penilaian keseluruhan 3,73a 3,90ab 4,00b 4,20c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata berdasarkan uji lanjut DNMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan analisis kimia teh kadar abu maka kandungan mineral


daun sirsak terbaik yaitu teh daun sirsak suatu bahan akan semakin tinggi. Kadar
pada perlakuan F4 (fermentasi 4 jam). tanin teh daun sirsak pada perlakuan F4
Perlakuan F4 memiliki kadar air yang yaitu 0,51 % yang memiliki kadar tanin
cukup kecil yaitu 1,31 %, sehingga cukup. Aktivitas antioksidan pada
memiliki daya simpan yang lama. Kadar perlakuan F4 yaitu 28,733 ppm sehingga
abu teh daun sirsak pada perlakuan F4 dapat menangkal radikal bebas pada
yaitu 5,82 %. Kadar abu erat kaitannya tubuh.
dengan kadar mineral, semakin tinggi

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 7


Penilaian sensori secara deskriptif sinensis), rimpang bangle
dan hedonik teh daun sirsak perlakuan (Zingiber cassumunar Roxb.)
F4 memiliki warna coklat dan disukai dan daun ciremai (Phyllanthus
oleh panelis. Rasa teh daun sirsak pada acidus (L.) Skeel.). Skripsi.
perlakuan F4 yaitu agak sepat dan tidak Fakultas Teknologi Pertanian.
beraroma daun sirsak sehingga disukai Institut Pertanian Bogor. Bogor.
oleh panelis. Sementara penilaian Fulder, S. 2004. Khasiat teh hijau.
keseluruhan teh daun sirsak juga disukai Terjemahan T. R. Wilujeng.
oleh panelis. Berdasarkan hasil Prestasi Pustaka Publisher.
pengamatan secara keseluruhan dapat Jakarta.
ditarik kesimpulan bahwa perlakuan Kamal, M. 1985. Dasar-dasar
terbaik teh daun sirsak yang dihasilkan Pengolahan Hasil Perkebunan.
yaitu pada perlakuan F4. Lembaga Pendidikan
Perkebunan.Yogyakarta.
KESIMPULAN Kartika, B. 1988. Pedoman Uji
Lama fermentasi teh daun sirsak Inderawi Bahan Pangan.
memberikan pengaruh nyata terhadap Universitas Gajah Mada.
kadar air, kadar abu, kadar tanin, Yogyakarta.
aktivitas antioksidan, penilaian sensori Permana, A. W., S. M. Widayanti., S.
secara deskriptif pada parameter warna, Prabawati dan D. A. Setyabudi.
rasa dan aroma serta penilaian sensori 2012. Sifat antioksidan bubuk
secara hedonik pada parameter warna, kulit buah manggis (Garcinia
rasa dan penilaian keseluruhan, tetapi mangostana L.) instan dan
tidak memberikan pengaruh terhadap aplikasinya untuk minuman
penilaian sensori secara hedonik pada fungsional berkarbonasi.
parameter aroma. Jurnal Pascapanen, volume 9
Perlakuan teh daun sirsak (2): 88-95.
terpilih sesuai dengan analisis kimia Muchtadi, T., dan F. Ayustaningwarno.
dan penilaian sensori secara 2010. Teknologi Proses
deskriptif serta hedonik adalah Pengolahan Pangan. Bogor:
perlakuan F4 (fermentasi 4 jam). Alfabeta.
Pradana dan Eko. 2013. Evaluasi mutu
Perlakuan terpilih ini menghasilkan
bakso jantung pisang dan ikan
teh daun sirsak dengan karakteristik patin sebagai makanan kaya
kadar air 1,31 %, kadar abu 5,82 %, serat. Skripsi Fakultas Pertanian
kadar tanin 0,51 %, kadar Universitas Riau. Pekanbaru.
antioksidan 28,733 ppm. penilaian Putratama, M.S.W. 2009. Pengolahan
sensori secara deskriptif yaitu warna teh hitam secara CTC di PT.
coklat, tidak beraroma daun sirsak, Perkebunan Nusantara VIII
berasa agak sepat dan penilaian Kebun Kertamanah
secara hedonik disukai oleh panelis Pangalengan. Skripsi Fakultas
baik dari parameter warna, rasa, Pertanian Universitas Gadjah
aroma, tekstur serta penilaian Mada. Jogjakarta.
Putri, E.R.P. 2002. Suplementasi
keseluruhan.
tepung kedelai lemak penuh
(full fat soy flour) hasil
DAFTAR PUSTAKA pengeringan silinder pada
Andarwulan, N., F. Kusnandar, dan D. formula roti. Skripsi Ilmu dan
Herawati. 2011. Analisis Teknologi Pangan. Fakultas
Pangan. Dian Rakyat. Jakarta. Teknologi Pertanian Institut
Daroini. 2006. Kajian proses Pertanian Bogor. Bogor.
pembuatan teh herbal dari Rohdiana, D. 2001. Aktivitas
campuran teh hijau (Camellia penangkapan radikal

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 8


polifenol dalam daun teh. Pangan dan Hasil Pertanian.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. IPB Press. Bogor.
Gambung. Venkatesan, S. dan S.D.A. Sujitha.
Rohdiana, D. dan Widiantara, T. 2008. Influence of genotype and
Aktivitas polifenol teh sebagai manufacturing process on the
penangkap radikal bebas. activity of B-D-Glucosidase
Seminar Pangan Nasional. IBPI. and B-Galactosidase in tea.
38 (1) : 98-111. American Journal of Plant
Setiawan, S.A. 2012. Mempelajari Physiology. 2(2): 175-182.
pengaruh lama pelayuan dan Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan
lama fermentasi terhadap dan Gizi. Gramedia Pustaka
kualitas teh daun jambu biji Utama, Jakarta.
(Psidium guajava). Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Soekarto, S. T. 1990. Penilaian
Organoleptik untuk Industri

JOM Faperta UR Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 9

You might also like