Professional Documents
Culture Documents
Lactobacillus Casei, Lactobacillus Plantarum, Dan Bifidobacterium Longum Selama Penyimpanan
Lactobacillus Casei, Lactobacillus Plantarum, Dan Bifidobacterium Longum Selama Penyimpanan
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 Kampus
Penelitian Cimanggu-Bogor
* Alamat korespondensi: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara
Pelajar No. 12 Kampus Penelitian Cimanggu-Bogor.
ABSTRACT
Some test results hedonic by ordinary people who consume the dadih in West
Sumatra in 2009 on dadih made from cow's milk using Lactobacillus casei culture couldn’t
be accepted because it was still too acidic than dadih from buffalo milk. One solution to
reduce the sour taste is to combine the bacterial culture L. casei with other lactic acid
bacteria that produce flavor relatively low acidity. The study aimed to determine the
characteristics of probiotic dadih using a combination starter L. casei, L. plantarum and B.
longum during storage at room temperature (ambient) and cold temperature. The study
was designed using randomized block design with 6x3 factorial patterns of three groups as
replication. Treatment A (combination of probiotic bacteria) that L. casei (A1), B. longum
(A2), L. plantarum (A3), L. casei: L. plantarum 1:5 (A4), L. casei: B. longum 1:5 (A5) and L.
casei: L. plantarum: B. longum 1:4:1 (A6), and factor B (storage conditions), namely: (B1)
room temperature (27oC), and (B2) cold temperature (4-10oC). The results showed that
viability and the total lactic acid bacteria in all formulas of cow's milk dadih during storage
at room temperature and cold temperature of more than 10 6 cfu/ml which could be
categorized as a probiotic products. The combination of C1L5 (L.casei: B.longum 1: 5) has
the lowest acidity value and excellence in character color, flavor, and was generally
preferred by the panelists. In terms of flavor and texture characteristics of cow's milk
dadih with a combination of C1L5 had a level of hedonic as with other formulas.
1
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12
casei dengan bakteri lain yang menghasilkan serta (iv) perbandingan inokulum yang akan
citarasa keasaman yang relatif lebih rendah, digunakan dalam penelitian utama. Sebelum
misalnya dari golongan bakteri hetero- penelitian utama dilakukan tahap-tahap
fermentatif seperti L. plantarum dan B. kegiatan sebagai berikut :
longum. Kombinasi starter ini selain mening- (i) Aktivasi inokulum. Isolat BAL (L. casei, L.
katkan cita rasanya, diharapkan dapat mem- plantarum, dan B. longum) yang telah
beri nilai tambah terhadap dadih sebagai dibiakkan pada agar miring MRS diambil
pangan fungsional (functional food) probiotik sebanyak 1 ose dan dimurnikan dengan
yang berguna bagi kesehatan. metode goresan kuadran, kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
Tujuan penelitian adalah untuk Biakan murni yang diperoleh dari metode
mengetahui karakteristik dadih probiotik kuadran ditumbuhkan pada 5 ml MRSB
menggunakan kombinasi starter L. casei, L. steril dan diinkubasi pada suhu 37oC
plantarum dan B. longum selama penyimpanan selama 24 jam. Pembuatan inokulum aktif
pada suhu ruang dan suhu dingin. dilakukan sebanyak dua kali untuk tiap
isolat BAL.
MATERI DAN METODE (ii) Perbanyakan kultur BAL. Perbanyakan
kultur dilakukan dengan menginokulasi
Bahan dan Alat sebanyak 30% kultur aktif. Sebanyak 3 ml
kultur aktif BAL diinokulasikan secara
Bahan utama yang digunakan adalah aseptis pada 7 ml media MRSB steril
susu segar (Peternakan Darul Falah Bogor), kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
skim (Kota Jaya®), Carboxylmethyl Cellulose selama 24 jam menjadi kultur induk.
(CMC), starter Lactobacillus casei (hasil isolasi (iii) Pembuatan kultur kerja BAL pada media
dari dadih susu kerbau Kabupaten Sijunjung, susu. Kultur induk diinokulasikan
Sumatera Barat), Lactobacillus plantarum, dan sebanyak 3% ke dalam MRSB steril menjadi
Bifidobacterium longum (koleksi Balai Besar kultur intermediate. Setelah
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen). diinokulasikan secara aseptis, diinkubasi
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis pada suhu 37oC selama 24 jam. Kemudian
meliputi de Man Rogosa and Sharpe (MRS) agar 3% kultur intermediate diinokulasi ke
(Pronadisa), MRS Broth (Pronadisa), akuades, dalam media susu steril dan diinkubasi
bile salt (Oxoid), Sodium Sitrat (Sigma), Ribosa selama waktu masing-masing BAL memulai
(Sigma), Lithium Klorida (Merck), Sodium fase eksponensial (logaritmik) pada suhu
Propionat (Sigma), NaOH 0,1 N, NaCl 0,85%, 37oC.
HCl 5M dan indikator Phenoptalen (PP). Jenis (iv) Penggunaan persentase kultur kerja.
kemasan yang digunakan adalah cup plastik Penggunaan persentase starter BAL
Polypropilen (PP) ukuran 50 ml dan 120 ml. dilakukan dengan membuat dadih sapi
yang ditambah masing-masing starter
Peralatan yang digunakann dalam
tunggal BAL sebanyak 1% dan 3% ke dalam
penelitian ini meliputi panci stainless steel,
susu sapi yang telah diuapkan 50%
termometer, pH meter (Eutech), lemari es,
(toning) serta ditambah 3% susu skim dan
inkubator (Orbital), vortex (Scientific),
0,1 % CMC.
autoclave (Hirayama), Quebec Colony Counter
(v) Proses fermentasi. Fermentasi dilakukan
(Hellige), rheometer (Brookfield), timbangan
dalam kemasan cup plastik sebanyak 50
analitik (Precisa), peralatan untuk pengujian
ml dan difermentasi pada suhu ruang (27-
organoleptik, kemasan cup plastik jenis
30oC). Pada jam ke-44, 46, dan 48 selama
polypropylene (pp), serta peralatan gelas
fermentasi (mengacu pada waktu
untuk analisis.
pembuatan dadih tradisional selama 2
hari) dilakukan pengamatan fisik dan uji
Metode viskositas. Hal tersebut dilakukan untuk
memperoleh persentase starter BAL dan
Penelitian dilaksanakan dalam dua waktu yang tepat untuk memanen dadih
tahap yaitu penelitian pendahuluan dan (tidak terjadi wheying off atau over
penelitian utama. Tujuan penelitian fermentation). Pengamatan fisik
pendahuluan adalah untuk: (i) mendapatkan dilakukan terhadap sensori warna, bentuk
waktu awal pertumbuhan eksponensial L. dan mouthfeel dadih. Penentuan waktu
plantarum, L. casei, dan B. longum melalui fermentasi dadih dilakukan dengan
pembuatan kurva pertumbuhan, (ii) waktu memilih lama fermentasi dadih selama 44
fermentasi dadih, (iii) persentase kultur kerja, jam, 46 jam, dan 48 jam. Parameter
2
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12
pemilihan persentase starter dan fase eksponensial hasil (dari pembuatan kurva
penentuan waktu pemanenan dadih pertumbuhan yaitu titik awal BAL mengalami
didasarkan pada viskositas dadih jam ke- pertumbuhan eksponensial). Starter kombinasi
44, ke-46, dan ke-48. BAL untuk mengurangi rasa asam produk
(vi) Pembuatan kurva pertumbuhan. digunakan perbandingan yang terpilih dari
Parameter uji total BAL, pH dan TAT diuji kegiatan sebelumnya. Dadih sapi difermentasi
dengan menginokulasi 3% kultur dalam cup PP pada suhu ruang selama waktu
intermediate BAL ke dalam susu sapi hasil penelitian pendahuluan. Produk
steril. Ketiga parameter diamati mulai kemudian diamati pada suhu ruang (27 oC)
jam ke-0 yaitu saat awal kultur induk selama 7 hari dan selama 21 hari pada suhu
diinokulasi ke dalam susu sapi steril, dingin (4oC). Lama penyimpanan ditentukan
selanjutnya disampling tiap jam selama berdasarkan hasil penelitian Suprihanto
14 jam. Uji total BAL dilakukan untuk (2009).
mengetahui pertumbuhan BAL tiap jam
Pengujian parameter meliputi pH,
selama 14 jam. Pola pertumbuhan BAL
TAT, viskositas, total BAL, jumlah koloni L.
dapat diketahui dari kurva pertumbuhan
casei, B. longum, dan L. plantarum, serta uji
dengan memplotkan waktu fermentasi
probiotik (ketahanan BAL terhadap pH rendah
(jam) terhadap log jumlah BAL.
dan garam empedu). Pengujian pada suhu
Pembuatan kurva pertumbuhan bertujuan
ruang dilakukan pada hari ke-0, ke-4, dan ke-
untuk mendapatkan waktu BAL sesaat
7, sedangkan pada suhu dingin pada hari ke-0,
akan melakukan pertumbuhan
ke-14, dan ke-21. Uji organoleptik (hedonik)
eksponensial. Waktu mulai pertumbuhan
terhadap sensori rasa, aroma, warna, tekstur,
eksponensial merupakan waktu yang
dan penerimaan umum dilakukan terhadap 3
optimal untuk mencampur lebih dari 2
sampel dadih. Sebanyak 25 orang panelis semi
kultur dalam membuat dadih.
terlatih melakukan penilaian kesukaan
(vii) Penentuan perbandingan kombinasi
terhadap sampel berdasarkan skala hedonik:
starter. Penentuan perbandingan
(1) tidak suka; (2) agak tidak suka, (3) biasa,
dilakukan dengan trial error dengan
(4) agak suka, dan (5) suka.
perbandingan B. longum atau L.
plantarum lebih tinggi dibanding L. casei
(dimulai dari perbandingan L. casei Rancangan Percobaan
dengan BAL lainnya pada penelitian
Suprihanto, 2009) yang menyatakan Perlakuan dalam penelitian utama
bahwa L. casei dan B. longum dengan adalah jenis kombinasi starter (Faktor A) dan
perbandingan 1:2 masih mempunyai pH lama penyimpanan (Faktor B). Rancangan
yang rendah dan TAT yang tinggi serta percobaan yang digunakan adalah Rancangan
rasa yang masih asam, sehingga untuk Acak Kelompok (RAK) faktorial 6x3 dengan tiga
mendapatkan rasa produk yang relatif kali ulangan sebagai kelompok. Perlakuan A
tidak terlalu asam (sesuai minat yaitu L. casei (A1), B. longum (A2), L.
masyarakat Sumbar atas rasa dadih susu plantarum (A3), L. casei : L. plantarum 1:5
kerbau) perlu ditambah BAL (A4), L. casei : B. longum 1:5 (A5) dan L.
heterofermentatif agar produksi casei : L. plantarum:B. longum 1:4:1 dengan
metabolit tidak hanya asam, tetapi juga lama penyimpanan (B) yaitu : (B1) suhu ruang
komponen flavor. Pengamatan dilakukan (27oC), (B2) suhu dingin (4-10oC). Data hasil
terhadap pH dan TAT serta preferensi penelitian dianalisis dengan ANOVA-Balanced
terhadap rasa asam oleh panelis yang ANOVA. Adanya perbedaan yang nyata
sering mengkonsumsi dadih. (p<0,05), dilanjutkan dengan uji Duncan
dengan tingkat kepercayaan 95% (Steel dan
Penelitian Utama Torrie, 1993).
Penelitian utama merupakan aplikasi Model rancangan percobaan yang
pembuatan produk menggunakan starter digunakan adalah sebagai berikut :
dengan persentase dan perbandingan terpilih
pada penelitian pendahuluan. Bahan baku yang
digunakan adalah susu sapi segar yang
pasteurisasi dan diuapkan 50% dari volume
awal, yang ditambah 3% susu skim yang = Peubah respon karena pengaruh
dihomogenkan dengan 0,01% CMC. Starter BAL perlakuan kombinasi starter (A)
yang digunakan adalah BAL pada kondisi awal = Pengaruh rata-rata
3
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12
Penelitian Pendahuluan
4
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12
1. Nilai pH
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa formula starter BAL dan lama simpan di
suhu ruang nyata (p<0,05) mempengaruhi nilai
pH, dan kedua faktor saling berinteraksi. Nilai
pH dengan formula starter L. casei : B. longum Keterangan :
1:5 (C1L5) menunjukkan nilai pH tertinggi LC :Dadih susu sapi menggunakan starter
L. casei
(5,21). LP : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. plantarum
Berdasarkan Gambar 2, nilai pH
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
tertinggi (5,21) dadih susu sapi pada suhu B. longum
ruang diperoleh pada hari ke-0 dengan formula C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
C1L5, sedangkan yang terendah (3,33) starter L. casei : L. plantarum (1 : 5)
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
diperoleh pada hari ke-7 dengan formula L.
starter L. casei : B. longum (1 : 5)
casei (LC). Keasaman dadih meningkat seiring C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
lama simpan karena jumlah bakteri perombak starter L. casei : L. plantarum : B. longum
laktosa semakin banyak sehingga asam laktat (1 : 4 : 1)
yang terbentuk maksimal dan menyebabkan
rasa dadih menjadi asam. Menurut Sayuti
(1993), banyaknya bakteri perombak laktosa Gambar 3. Nilai pH dadih susu sapi pada suhu
dan lama fermentasi berengaruh terhadap dingin (+ 4oC)
tingkat keasaman dadih.
Berdasarkan Gambar 3, nilai pH
tertingg(5,21) pada penyimpanan dadih susu
sapi di suhu dingin diperoleh pada hari ke-0
dengan formula C1L5, sedangkan yang
terendah (3,44) diperoleh pada hari ke-21
dengan formula LC. Penurunan nilai pH dadih
susu sapi pada penyimpanan di suhu ruang
relatif lebih cepat karena suhu lingkungan (27-
30oC) masih mendukung aktivitas metabolisme
dan pertumbuhan optimal bakteri. Menurut
Keterangan :
Widodo (2003), aktivitas BAL cenderung lebih
LC : Dadih susu sapi menggunakan starter cepat pada suhu ruang dibandingkan suhu
L. casei rendah. Timbulnya asam laktat menyebabkan
LP : Dadih susu sapi menggunakan starter turunnya pH susu (Hadiwiyoto, 1994).
L. plantarum
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
B. longum 2. Total Asam Tertitrasi
C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter
L. casei : L. plantarum (1 : 5) Hasil analisis ragam menunjukkan
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter bahwa lama simpan dan formula starter BAL
L. casei : B. longum (1 : 5) pada penyimpanan di suhu ruang nyata
C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter (P<0,05) mempengaruhi nilai TAT, dan kedua
L. casei : L. plantarum : B. longum (1 : 4 : 1)
faktor saling berinteraksi. Nilai TAT dengan
formula starter LC dan C1L5 berbeda dengan
Gambar 2. Nilai pH dadih susu sapi pada suhu formula lainnya.
ruang (+ 27oC)
Berdasarkan Gambar 4, nilai TAT dadih
Pada penyimpanan di suhu dingin, sidik susu sapi semakin meningkat selama
ragam menunjukkan bahwa formula starter penyimpanan 7 hari. Nilai TAT dadih susu sapi
BAL dan lama simpan nyata (P<0,05) tertinggi (1,25%) pada penyimpanan di suhu
mempengaruhi nilai pH, dan kedua faktor ruang diperoleh pada hari ke-7 menggunakan
5
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12
Keterangan :
Keterangan : LC : Dadih susu sapi menggunakan starter
LC : Dadih susu sapi menggunakan starter L. casei
L. casei LP : Dadih susu sapi menggunakan starter
LP : Dadih susu sapi menggunakan starter L. plantarum
L. plantarum BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter B. longum
B. longum C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter L. casei : L. plantarum (1 : 5)
starter L. casei : L. plantarum (1 : 5) C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter L. casei : B. longum (1 : 5)
starter L. casei : B. longum (1 : 5) C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter starter L. casei : L. plantarum : B. longum
L. casei : L. plantarum : B. longum (1 : 4 : 1) (1 : 4 : 1)
Gambar 5. Nilai TAT dadih susu sapi pada Gambar 6. Nilai Viskositas dadih susu sapi
suhu dingin (+ 4oC) pada suhu ruang (+ 27oC)
6
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12
(2855 cP) pada penyimpanan suhu ruang pada nilai yang bervariasi (Gambar 8). Total BAL
hari ke-0 dengan formula LC. berkisar 3,2x109 cfu/g sampai 1,9x1012 cfu/g.
Total BAL dadih susu sapi tertinggi mencapai
Pada penyimpanan di suhu dingin, hasil
1,9x1012 cfu/g terdapat pada dadih susu sapi
analisis ragam menunjukkan bahwa lama
dengan formula LC pada penyimpanan hari ke-
penyimpanan dan formula starter BAL
7, sedangkan terendah terdapat pada dadih
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai
susu sapi dengan formula BL pada
viskositas dadih susu sapi dan kedua faktor
penyimpanan hari ke-7 sebesar 3,2x109 cfu/g.
tersebut saling berinteraksi. Nilai viskositas
dadih susu sapi dengan formula LC pada hari
ke-0 adalah tertinggi (2855 cP).
Keterangan :
LC : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. casei
LP : Dadih susu sapi menggunakan starter
Keterangan : L. plantarum
LC : Dadih susu sapi menggunakan starter BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. casei B. longum
LP : Dadih susu sapi menggunakan starter C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
L. plantarum starter L. casei : L. plantarum (1 : 5)
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
B. longum starter L. casei : B. longum (1 : 5)
C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : L. plantarum (1 : 5) starter L. casei : L. plantarum : B. longum
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan (1 : 4 : 1)
starter L. casei : B. longum (1 : 5)
C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan starter
L. casei : L. plantarum : B. longum (1 : 4 : 1) Gambar 8. Nilai Total BAL dadih susu sapi
pada suhu ruang (+ 27oC)
Gambar 7. Nilai Viskositas dadih susu sapi
pada suhu dingin (+ 4oC) Berdasarkan Gambar 8, total BAL pada
penyimpanan selama 0-4 hari mengalami
Berdasarkan Gambar 7, nilai viskositas kenaikan, namun pada hari ke-7 mulai
dadih susu sapi terendah (1894 cP) pada menurun. Tampaknya sel bakteri mengalami
penyimpanan di suhu dingin diperoleh dengan lisis sehingga saat ditumbuhkan pada media
formula C1L5 pada hari ke-21, sedangkan MRSA jumlah yang dapat dihitung lebih sedikit
tertinggi (2855 cP) diperoleh dengan formula seiring dengan lama simpan. Menurut Sunarlim
LC pada hari ke-0. Penurunan viskositas dan Usmiati (2006), pada waktu tertentu juml-
disebabkan oleh lama simpan yang ah substrat dalam bahan baku susu tersedia
mengakibatkan berkurangnya penggunaan cukup banyak untuk difermentasi sehingga
substrat untuk fermentasi, sehingga bakteri aktif memperbanyak diri. Semakin
kemungkinan menyebabkan terbentuknya lama jumlah tersebut makin berkurang se-
whey sebagai reaksi lanjut dari metabolit hingga bakteri relatif tidak aktif memper-
utama menjadi senyawa sekunder (Tamime banyak diri dan bakteri sudah melewati fase
and Robinson, 1999). Penurunan viskositas logaritmiknya.
produk pada penyimpanan di suhu dingin tidak
secepat di suhu ruang. Hal ini kemungkinan Pada penyimpanan di suhu dingin, hasil
disebabkan aktivitas fermentasi oleh mikroba sidik ragam menunjukkan bahwa formula
di suhu dingin tidak secepat di suhu ruang starter BAL nyata (P<0,05) mempengaruhi
sehingga proses lanjut tersebut mungkin jumlah BAL, dan lama simpan dengan formula
berjalan lebih lambat. starter BAL saling berinteraksi. Total BAL
dalam dadih susu sapi dengan starter LC pada
4. Total bakteri asam laktat hari ke-21 adalah tertinggi (1,5x1010 cfu/g).
7
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12
Keterangan : Keterangan :
LC : Dadih susu sapi menggunakan starter LC : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. casei L. casei
LP : Dadih susu sapi menggunakan starter LP : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. plantarum L. plantarum
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
B. longum B. longum
C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : L. plantarum (1 : 5) starter L. casei : L. plantarum (1 : 5)
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : B. longum (1 : 5) starter L. casei : B. longum (1 : 5)
C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : L. plantarum : B. longum starter L. casei : L. plantarum : B. longum
(1 : 4 : 1) (1 : 4 : 1)
Gambar 9. Nilai Total BAL dadih susu sapi Gambar 10. Nilai ketahanan BAL terhadap pH
pada suhu dingin (+ 4oC) rendah pada suhu ruang (+27oC)
Berdasarkan Gambar 9, tampak bahwa ter C1L5 pada hari ke-0, sedangkan total BAL
total BAL dadih susu sapi menurun pada tertinggi (1,6x1011 cfu/g) diperoleh dengan
penyimpanan 21 hari. Hal ini kemungkinan formula LC pada hari ke-4. Kisaran total BAL
disebabkan oleh aktivitas mikroba terhambat setelah ditumbuhkan dalam MRSB pH 3 adalah
pada kondisi suhu rendah sehingga 3,1x106 hingga 1,8x109 cfu/g. Total BAL
pertumbuhan BAL menjadi tidak optimal. terendah terdapat pada dadih susu sapi
Menurut Buckle et al. (2007), faktor utama dengan formula starter B. longum (BL) pada
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba penyimpanan hari ke-0, sedangkan tertinggi
antara lain suplai gizi, suhu, air, dan keter- pada dadih susu sapi dengan formula LP pada
sediaan oksigen. Faktor lain adalah sel bakteri penyimpanan hari ke-4.
kemungkinan lisis akibat lingkungan yang Pada penyimpanan di suhu dingin,
makin asam seiring dengan lama simpan. analisis ragam menunjukkan bahwa lama
simpan dan formula starter BAL nyata (P<0,05)
5. Ketahanan bakteri asam laktat terhadap mempengaruhi nilai ketahanan BAL terhadap
pH rendah pH rendah, dan kedua faktor saling
berinteraksi. Dadih susu sapi menggunakan
Hasil analisis ragam menunjukkan formula starter LC pada penyimpanan hari ke-
bahwa lama simpan dan formula starter BAL 21 dan BL pada penyimpanan hari ke-21
pada penyimpanan di suhu ruang nyata mempunyai nilai ketahanan terhadap pH
(P<0,05) mempengaruhi ketahanan BAL rendah yang berbeda dibanding formula
terhadap pH rendah, dan kedua faktor saling lainnya.
berinteraksi. Formula starter C1L5 pada hari
ke-0 menghasilkan ketahanan BAL terhadap pH Berdasarkan Gambar 11, ketahanan
rendah yang tertinggi (1,56%). BAL terhadap pH rendah pada penyimpanan
suhu dingin dadih susu sapi yang tertinggi
Berdasarkan Gambar 10, ketahanan (11,84%) diperoleh dengan formula LP pada
BAL terhadap pH rendah pada dadih susu sapi penyimpanan hari ke-21, sedangkan yang
penyimpanan di suhu ruang tertinggi (1,56%) terendah (0,77%) diperoleh dengan formula BL
diperoleh dengan formula C1L5 pada hari ke-0, pada penyimpanan hari ke-0. Total BAL
sedangkan terendah (0,53%) diperoleh dengan terendah (3,9x108 cfu/g) pada dadih susu sapi
formula C1L5 pada hari ke-4. Total BAL pada penyimpanan di suhu dingin diperoleh
terendah (3,9x108 cfu/g) pada dadih yang dengan formula C1L5 pada penyimpanan hari
disimpan di suhu ruang diperoleh dengan star- ke-0, sedangkan tertinggi (1,7x1010 cfu/g)
8
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12
Keterangan :
LC : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. casei
LP : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. plantarum
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
B. longum
C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : L. plantarum (1 : 5)
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : B. longum (1 : 5) Keterangan :
C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan LC : Dadih susu sapi menggunakan starter
starter L. casei : L. plantarum : B. longum L. casei
(1 : 4 : 1) LP : Dadih susu sapi menggunakan starter
L. plantarum
BL : Dadih susu sapi menggunakan starter
Gambar 11. Nilai Ketahanan BAL terhadap pH B. longum
rendah pada suhu dingin (+ 4oC) C1P5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : L. plantarum (1 : 5)
C1L5 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
diperoleh dari formula LP pada penyimpanan starter L. casei : B. longum (1 : 5)
hari ke-14.Total BAL terendah setelah C1P4L1 : Dadih susu sapi dengan perbandingan
starter L. casei : L. plantarum : B. longum
ditumbuhkan pada MRSB pH 3 didapatkan pada (1 : 4 : 1)
dadih susu sapi dengan formula starter BL pada
penyimpanan hari ke-0, sedangkan tertinggi Gambar 12. Nilai ketahanan BAL terhadap
pada dadih susu sapi dengan formula starter LP garam empedu pada suhu ruang
pada penyimpanan hari ke-21.
Menurut Bouhnick yang dikutip oleh Total BAL terendah (3,2x109 cfu/g)
Chaterist et al. (1998) jumlah (viabilitas) pada dadih yang disimpan pada suhu ruang
mikroorganisme setelah melalui saluran diperoleh dengan formula starter BL pada
pencernaan adalah sekitar 106 - 107 cfu/g, penyimpanan hari ke-7, sedangkan tertinggi
sedangkan jumlah minimal mikroorganisme (1,9x1012 cfu/g) diperoleh dengan formula LC
probiotik dalam bioproduk untuk dapat pada penyimpanan hari ke-4. Kisaran total BAL
memberikan manfaat kesehatan adalah setelah ditumbuhkan pada MRSA ditambah
minimal 106 cfu/g produk. Berdasarkan hasil 0,3% garam empedu (bile salts) adalah 3,2x107
uji ketahanan BAL terhadap pH rendah, maka sampai 1,7x1011 cfu/g.
dadih susu sapi dalam penelitian ini telah Pada penyimpanan di suhu dingin, hasil
memenuhi syarat produk probiotik. Beberapa analisis ragam menunjukkan bahwa lama
penelitian menunjukkan bahwa BAL terutama simpan dan formula starter BAL nyata (P<0,05)
Lactobacillus casei (Hardiningsih, 2006), L. mempengaruhi nilai ketahanan BAL terhadap
plantarum (de Vries et al., 2006), dan B. garam empedu, dan kedua faktor saling
longum (Zavaglia et al., 1998) dapat hidup berinteraksi. Dadih susu sapi dengan starter
pada keadaan pH rendah saluran pencernaan. LC pada penyimpanan hari ke-21 memiliki
ketahanan terhadap garam empedu tertinggi
6. Ketahanan bakteri asam laktat terhadap (49,51%).
garam empedu Berdasarkan Gambar 13, ketahanan
Hasil analisis ragam menunjukkan BAL terhadap garam empedu dadih susu sapi
bahwa lama simpan dan formula starter BAL pada penyimpanan di suhu dingin tertinggi
pada penyimpanan di suhu ruang nyata (49,15%) diperoleh dengan formula starter LC
(P<0,05) mempengaruhi nilai ketahanan BAL pada hari ke-21, sedangkan terendah (0,45%)
terhadap garam empedu, dan kedua faktor diperoleh dari formula BL pada hari ke-14.
saling berinteraksi. Berdasarkan Gambar 12, Total BAL terendah (3,1x108 cfu/g) pada dadih
9
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12
10
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12
memenuhi syarat sebagai produk probiotik. Jacobson CN, Nielsen VR, Hayford AE, Moller
Dadih susu sapi dengan starter L. casei : B. PL, Michaelsen KF, Erregaard AP,
longum 1:5 (C1L5) memiliki rasa asam yang Sandstrom B, Tvede M & Jakobsen M.
relatif rendah dengan keunggulan pada 1999. Screening of probiotic activities
karakter warna, rasa, yang secara umum of forty seven strains of Lactobacillus
diminati oleh panelis. spp. by in vitro techniques and
evaluation of the colonization ability
of five selected strains in human.
UCAPAN TERIMA KASIH Applied And Environmental
Microbiology. 65: 4949-4956
Penulis menyampaikan terima kaasih
kepada Budi Setiawan, STP (alumnus Fakultas Overby AJ. 1988. Microbial Culture for Milk
Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi Processing. In: Meat Science, Milk
Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor) Science and Technology. Elsevier
atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian Science Publisher B. V. New York.
ini, serta dan Drs. Purwoko, Msi (Dosen pada
Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Sayuti K. 1993. Mempelajari Mutu Dadih pada
Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Lama Penyimpanan dan Jenis Bambu
Bogor) atas segala bimbingannya. yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Pertanian. UNAND. Padang.
Sirait CH. 1993. Pengolahan Susu Tradisional
DAFTAR PUSTAKA untuk Perkembangan Agroindustri
Persusuan di Pedesaan. Laporan Hasil
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, & Wotton M. Penelitian. Balai Penelitian Ternak.
2007. Ilmu Pangan. Terjemahan Ciawi, Bogor.
Purnomo dan Adiono. UI-Press.
Jakarta. Steel RGD & Torrie JH. 1993. Prinsip dan
Prosedur Statistika. Cetakan ketiga. PT
Charteris WP, Kelly PM, Morelli L, & Collins Gramedia. Jakarta.
J.K. 1998. Development and appli-
cation of in-vitro methodology to Sugitha IM. 1995. Dadih Makanan Tradisional
determine the transit tolerance of Minang: Manfaat dan Khasiatnya.
potentially probiotic Lactobacillus and Dalam Widyakarya Nasional Khasiat
Bifidobacterium species in the upper Makanan Tradisional. Kantor Menteri
human gastrointestinal tract. Journal Negara Urusan Pangan RI, Jakarta. Hal
of Applied Bacterioogy., 84: 759–768. 532 – 540.
De Vries MC, Vaughan EE, Michiel Sunarlim R, & Usmiati S. 2006. Sifat Morfologi
Kleerebezem, & Willem M. de Vos. dan Sensori Dadih Susu Sapi yang di
2006. Lactobacillus plantarum– Fermentasi Menggunakan Lcatobacillus
survival, functional and potential plantarum dalam Kemasan yang
probiotic properties in human Berbeda. Buletin Peternakan. Vol. 30
intestinal tract. International Dairy (4).
Journal 16: 1018-1028.
Fardiaz S. 1989. Penuntun Praktek Mikrobiologi Suprihanto AJ. 2009. Pengaruh Jenis BAL
Pangan. Institut Pertanian Bogor, Terhadap Kualitas Dadih Susu Probiotik
Bogor. Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Hadiwiyoto S. 1994. Teknik Uji Mutu Susu dan Bogor. Bogor.
Hasil Olahannya. Edisi kedua. Liberty,
Yogyakarta Tamime AY & Robinson RK. 1999. Yoghurt
Science and Technology. CRC Press.,
Hardiningsih R, Napitupulu RNF, & Yulinery T. Washington DC.
2005. Isolasi dan Uji Resistensi
Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu.
Rendah. Biodiversitas Vol. 7 No. 1: 15- Cetakan Pertama. Lacticia Press,
17. Yogyakarta.
11
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 1-12 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 1-12
12