You are on page 1of 21

Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....

159

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP


KERUGIAN KEUANGAN NEGARA PADA BUMN/PERSERO

Dwi Ananda Fajar Wati

Pengadilan Negeri Blora


E- mail : dwianandafajarwati@gmail.com

Abstract :
Issues regarding legal accountability to state-owned corporation loss toward state finance have been
considered significant concerning the importance of the existence of the state-owned corporation as one of
the driving wheel of national development. There are, however, numerous laws and regulations which
regulate the state owned corporation. To some communities, these regulations tend to limit the performance
of the corporations itself as an independent legal entity, and in turn, the corporation faces difficulties to
compete with private corporations. Based on the issue, this thesis aims to evaluate the concept whether the
wealth of the state-owned corporation is the wealth of the state; to evaluate whether the loss of state-owned
corporation is a state loss; and to evaluate the legal accountability towards the loss and the settlement
compensation of the state owned corporation administrators. Based on the research, it is found that to
this date, the accountability of the state-owned loss is regulated by multi laws, in which the private law, state
administrative law, and criminal law. This fact is based on the vast interpretation of state finance in the State
Finance Law, and in turn, the loss in this section is considered as the loss of state’s finance. This finding also
shows that the legal accountability of state finance loss in a state owned corporation is regulated in the
statutory laws associated with state finance and the regulation of the state owned corporation itself.
Moreover, State-Owned Corporation is also regulated in the regulation about corporation and limited
company as if it was a private company.

Keywords : Responsibility, corporation, loss toward state finance

Abstrak :

Isu mengenai akuntabilitas hukum untuk kerugian perusahaan milik negara terhadap keuangan negara telah
dianggap signifikan mengenai pentingnya keberadaan perusahaan milik negara sebagai salah satu
penggerak roda pembangunan nasional. Namun demikian, banyak undang-undang dan peraturan yang
mengatur perusahaan milik negara. Untuk beberapa komunitas, peraturan ini cenderung membatasi kinerja
perusahaan itu sendiri sebagai entitas hukum independen, dan pada gilirannya, perusahaan menghadapi
kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta. Berdasarkan hal tersebut, tesis ini
bertujuan untuk mengevaluasi konsep apakah kekayaan perusahaan milik negara adalah kekayaan negara;
untuk mengevaluasi apakah hilangnya perusahaan milik negara adalah kerugian negara; dan untuk
mengevaluasi pertanggungjawaban hukum terhadap kerugian dan kompensasi penyelesaian BUMN
administrator perusahaan. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa sampai saat ini, akuntabilitas
kerugian BUMN diatur oleh undang-undang multi-, di mana hukum privat, hukum administrasi negara, dan
hukum pidana. Fakta ini didasarkan pada interpretasi yang luas dari keuangan negara dalam UU Keuangan
Negara, dan pada gilirannya, hilangnya bagian ini dianggap sebagai kerugian keuangan negara. Temuan
ini juga menunjukkan bahwa akuntabilitas hukum kerugian keuangan negara dalam sebuah perusahaan
milik negara diatur dalam undang-undang hukum yang terkait dengan keuangan negara dan peraturan dari
perusahaan milik negara itu sendiri. Selain itu, Milik Negara Corporation juga diatur dalam peraturan
tentang perusahaan dan perusahaan terbatas seolah-olah itu sebuah perusahaan swasta

Kata kunci : BUMN/Persero, Kerugian Keuangan Negara, Pertanggungjawaban Hukum


160 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

PENDAHULUAN (konstitusi ekonomi) Dalam hal ini negara


Pembangunan ekonomi sebagai salah telah berperan turut serta dalam mencampuri
satu tonggak pencapaian tujuan bernegara urusan yang menyangkut kepentingan warga.
sebagaimana yang dimaksud dalam alinea ke Sebagaimana diketahui salah satu tipe negara
4 Pembukan Undang - undang Dasar yang berbeda dengan negara-negara klasik
Republik Indonesia Tahun 1945, yang yaitu negara kesejahteraan modern (welfare
menyatakan : melindungi segenap bangsa state modern) yang pemerintahannya
Indonesia dan seluruh tumpah darah bertanggung jawab penuh untuk memenuhi
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, berbagai kebutuhan dasar social dan ekonomi
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut dari setiap warga negar agar mencapai suatu
melaksankan ketertiban dunia berdasarkan standar hidup yang minimal, merupakan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan antithesis dari konsep “negara penjaga
social, dari masa ke masa selalu menjadi malam” (Nachtwakerstaat) yang tumbuh dan
fokus utama dalam dalam hal agenda berkembang di abad 18 hingga pertengahan
kebijakan pembangunan pemerintahan, hal ini abad 19. Hal ini tercermin dalam UUD 1945
tidak lain disebabkan baiknya struktur yang menganut tipe negara kesejahteraan
perekonomian suatu bangsa menentukan modern.
eksistensi bangsa dan negara dimasa yang Indonesia merupakan negara yang
akan datang mempunyai konstitusi ekonomi, hal ini
Pola pembangunan ekonomi, yang terlihat d idalam ketentuan Pasal-pasal UUD
didalamnya mengandung kebijakan / politik 1945 yang mengatur khusus mengenai ke-
ekonomi pemerintah dari kurun waktu `uangan negara. Dasar hukum yang mengatur
berdirinya negara kesatuan Republik mengenai keuangan negara diatur secara
Indonesia selalu mengalami perubahan tertulis didalam konstitusi dan berbagai
ssejalan dengan berubahnya pondasi dasar undang-undang sebagai perpanjangan tangan
negara yaitu konstitusi sebagai hukum dasar konstitusi, hal ini didasari mengingat penting-
pelaksanaan pelaksanaan berbangsa dan nya keuangan negara dan peran negara
bernegara termasuk yang menyangkut sebagai penjamin kesejahteraan rakyatnya.
perekonomian negara. Hal ini perlu dipahami Namun demikian, didalam ketentuan UUD
bahwa sebagaimana yang diutarakan oleh 1945 tidak dijelaskan secara tegas apa yang
Jimly Asshidiqie, negara Indonesia dimaksud dengan keuangan negara namun
merupakan salah satu negara yang meletakkan demikian UUD 1945 menunjuk kepada
hukum dasar ekonominya dalam konstitusi Undang-Undang untuk memperjelas dan
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....161

mempertegas posisi dan kedudukan keuangan dicapai diperlukan biaya yang cukup.
negara termasuk ruang lingkup, pengelolaan Sehubungan dengan tugas negara yang
dan pertanggungjawabannya yakni Undang- diselenggarakan untuk kepentingan umum
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang maka rakyat dibebani biaya penyelenggara
Keuangan Negara (selanjutnya disebut UU secara tidak langsung, misalnya seperti pajak,
Keuangan Negara). Selain itu terdapat pula bea, dan cukai, retrebusi dan iuran. Dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 mengalirnya pembayaran iuran ke kas negara
tentang Perbendaharaan Negara dan Undang- maka dapat menyediakan biaya bagi
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan tugas-tugasnya. Berdasarkan
Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggung- pertimbangan ini maka dalam pembahasan
jawaban Keuangan Negara yang mendukung tentang keuangan negara tidak bisa tidak kita
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam harus memmbicarakan negara, tujuan
Undang-Undang Keuangan Negara tersebut. pemerintah yang akan dilihat dari sudut
Undang-Undang Keuangan Negara hukum tata negara. Hubungan antara fungsi
memberikan pengertian yang tegas mengenai negara dan keuangan negara bukanlah hal
apa yang dimaksud dengan keuangan negara yang baru, tetapi telah dikebangkan oleh
serta ruang lingkup apa saja yang termasuk peletak dasar keuangan negara dan juga
dalam pengertian keuangan negara. Ruang peletak dasar ekonomi liberalisme, yakni
lingkup keuangan negara menjadi sangat luas sarjana besar Inggris Adam Smith dalam
tidak hanya terbatas kepada APBN/APBD bukunya Wealth of Nations. Dalam
namun termasuk pula kekayaan yang pembahasannya diuraikan hubungan antara
dipisahkan pada perusahaan negara/perusaha- fungsi negara dengan pengeluaran negara
an daerah. Hal inilah kemudian yang menjadi yang menjadikan hal utama dalam keuangan
permasalahan karena sebagaimana diketahui negara ketika itu. Menurut beliau bahwa
menurut hukum koorporasi/privat perusahaan pengeluaran negara didasarkan pada analisis
negara/daerah dalam hal ini Badan Usaha fungsi negara.
Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Meskipun liberalisme Adam Smith
Milik Daerah (BUMD) memiliki kekayaan banyak ditinggalkan dalam hubungannya
yang terpisah dari pemiliknya, yakni negara dengan fungsi negara abad ini, pikirannya
cq. pemerintah. tentang fungsi negara liberal abad XIX
Penyelenggara tugas Negara secara sampai dengan negara kesejahteraan social
langsung mengakibatkan pengurusan dibidang atau social welfare mengalami proses dalam
keuangan negara, agar tugas negara berjalan berbagai tingkat perkembangannya. Pada
lancer sesuai dengan tujuan yang hendak masa ini tidak ada lagi negara yang tujuannya
162 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

atau menjadi negara sebagai fungsi dalam dilihat dari pencantuman kata “Perseroan
“polisi jaga malam” yang tujuannya Terbatas” pada BUMN berbentuk persero dan
menjadikan negara sebagai fungsi “hakim” sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-
yang memelihara atau memepertahankan Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
ketertiban hukum. Dengan kata lain bahwa Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU
fungsi negara tidak hanya sebagai fungsi BUMN), yang menyebutkan bahwa terhadap
“hakim” atau lautan kepentingan sebagaiana Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-
yang dikemukakan oleh Laski, tidak juga prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas
hanya fungsi perdamaian seperti yang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
dikemukakan Kranenburg dan juga tidak hnya Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
menata/ memelihara/ mempertahankan tertib Terbatas.
masyarakat yang dikemukakan oleh UUPT secara tegas menyebutkan bah-
Logemenn. wa perseroan terbatas adalah badan hukum.
Berdasarka uraian di atas, maka yang Pasal 1 angka (1) UUPT mendefenisikan per-
menjadi permasalahan adalah bagaimana ke- seroan terbatas sebagai badan hukum yang
dudukan kekayaan pada BUMN/Persero? dan merupakan persekutuan modal, didirikan ber-
bagaimana pertanggung-jawaban hukum dasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
terhadap kerugian negara dari penggunaan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
kekayaan pada BUMN/Persero? terbagi dalam saham dan memenuhi per-
syaratan yang ditetapkan dalam Undang-
PEMBAHASAN Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.1
Kedudukan Kekayaan Pada BUMN/ Status badan hukum tersebut diperoleh oleh
Persero
perseroan terbatas bersamaan dengan tanggal
 Status hukum kekayaan BUMN/Persero diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum
dalam pengelolaan keuangan Negara
dan HAM RI mengenai pengesahan badan
hukum Perseroan.2 Sejak diperolehnya status
BUMN yang berbentuk Persero pada
badan hukum tersebut, maka tanggung jawab
dasarnya adalah perusahaan yang berbentuk
para pemegang saham berubah menjadi
perseroan terbatas sebagaimana dimaksudkan
tanggung jawab terbatas pada modal yang
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
disetorkannya pada perseroan. Tanggung
tentang Perseroan Terbatas yang telah
jawab terhadap perikatan-perikatan yang
digantikan oleh Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 1
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Pasal 1 angka (1).
(selanjutnya disebut UUPT). Hal ini dapat 2
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Pasal 7 ayat (4).
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....163

dilakukan perseroan menjadi tanggung jawab PT sangat lekat pada BUMN/Persero sehing-
perseroan itu sendiri sebagai badan hukum. ga ketentuan hukum yang berlaku terhadap
Pada prinsipnya cara pandang PT juga berlaku bagi BUMN/ Persero. Untuk
terhadap PT sebagaimana diuraikan di atas mengetahui kedudukan kekayaan BUMN/
akan dipergunakan untuk menganalisis status Persero, harus melihat kepada sumber
kekayaan yang terpisah pada BUMN Persero kekayaan BUMN/Persero. Sumber kekayaan
untuk menentukan status kepemilikan kekaya- BUMN/Persero terbagi dalam 2 golongan,
an BUMN Persero. Karena sebagaimana yaitu pendanaan yang disebut dengan penyer-
diketahui bentuk badan usaha PT dipilih taan modal negara, yang berbentuk saham-
dengan alasan, karakter ini menarik sebab saham yang masuk dalam kekayaan Persero
mempunyai kekayaan terpisah (separate legal dan penyertaan negara berupa pendanaan
entity) dan modal yang terbagi atas saham- yang bersumber dari anggaran pelaksanaan
saham (shares). Pada karakter pertama, PSO (Public Service Obligation) yang tidak
kekayaan terpisah atau separate legal entity, masuk dalam kekayaan Persero.
penting diadopsi untuk menghilangkan Kekayaan yang dipisahkan dari APBN
birokrasi dan rigiditas, yang menjadi problem yang kemudian dijadikan sebagai modal
pengembangan Perusahaan Negara. Dengan pendirian BUMN/Persero ataupun yang
separate legal entity, Persero dapat me- terdiri dari saham-saham dengan sendirinya
misahkan diri dari pengaruh Negara, dapat akan menjadi kekayaan BUMN/Persero
melakukan tindakan hukum dalam lingkup bukan lagi kekayaan negara. Hal ini
hukum privat (privatrechthandeling) atau me- disebabkan adanya perbedaan kedudukan
lakukan bisnis (bisniszakelijk) tanpa diganggu negara pada BUMN/ Persero, ketika negara
3
birokrasi. masuk sebagai bagian dari BUMN/Persero,
Terhadap BUMN/Persero, pengelo- maka kedudukannya adalah sebagai
laannya tunduk kepada ketentuan UU BUMN shareholder atau setara dengan pemegang
dan UUPT serta Undang-Undang tentang saham lainnya. Negara cq. pemerintah tidak
Pasar Modal untuk BUMN/Persero terbuka. lagi sebagai badan hukum publik yang
Hal ini menyebabkan sistem pengelolaan dan memegang kuasa penyelenggara-an negara
pertanggungjawabannya berbeda dengan sis- tapi sebagai badan hukum privat yang tunduk
tem pertanggungjawaban APBN/APBD mes- kepada ketentuan persero.
kipun terdapat uang negara disana. Karakter BUMN Persero adalah entitas hukum
yang terpisah dari pendirinya yang dalam hal
3
Wuri Andriyani, Kedudukan Persero Dalam ini adalah Negara cq. Pemerintah. Sebagai
Hubungan Dengan Hukum Publik dan Hukum Privat,
www.gagasanhukum.com, diakses 18 April 2011. badan hukum yang mandiri dan terpisah,
164 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

maka tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anggaran ini murni dari APBN dan tetap
BUMN Persero, demikian pula tanggung- dipandang sebagai bagian dari APBN yang
jawab atas tindakan tersebut merupakan pengelolaan dan pertanggungjawabannya
tindakan dan tanggungjawab BUMN Persero mengikuti sistem pertanggungjawaban ke-
itu sendiri, bukan merupakan tindakan Negara uangan negara. Perlu dijelaskan sebelumnya,
atau pemerintah. Begitu pula dengan yang dimaksud PSO adalah kewajiban pe-
kepemilikan kekayaan dan asetnya. Berarti layanan umum yang diemban oleh BUMN/
sejak status BUMN Persero sebagai badan Persero sebagai entitas hukum, karena sesuai
hukum maka sejak saat itu hukum dengan tujuan berdirinya BUMN/Persero
memperlakukan pemegang saham dan direksi selain untuk mengejar keuntungan juga
terpisah dari BUMN Persero itu sendiri. “menyelenggarakan kemanfaatan umum be-
Perusahaan dengan tanggung jawab rupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
terbatas, tidak hanya kepemilikan kekayaan bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan
oleh perusahaan saja yang terpisah dengan hajat hidup orang banyak”, atau dengan kata
uang yang dimiliki oleh orang yang lain dalam PSO, BUMN berperan sebagai
menjalankan perusahaan melainkan juga wakil pemerintah/negara karena pada hakikat-
pemegang saham perusahaan tidak nya yang melaksanakan fungsi pelayanan
bertanggung jawab atas utang perusahaan. umum adalah negara.
Pasal 4 ayat (1) Undang-undang nomor 19 Berdasar pengaturan ini maka terdapat
Tahun 2003 tentang BUMN menyatakan dua macam penggunaan “penyertaan modal
bahwa modal BUMN berasal dari kekayaan negara”. Pertama, yang digunakan
negara yang dipisahkan. Penjelasan Pasal 4 pemerintah untuk mendirikan perusahaan, dan
ayat (1) jelas menyebutkan makna dan tujuan kedua “Penyertaan Modal Negara” yang
pemisahan kekayaan negara tersebut dengan disebut hanya dengan “penyertaan” saja.
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Karena terkait APBN maka semua penyertaan
dipisahkan adalah memisahkan kekayaan ini harus digunakan Peraturan Pemerintah
negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (PP), sedangkan untuk penyertaan yang
Negara untuk dijadikan penyertaan modal berasal dari kapitalisme cadangan dan sumber
Negara pada BUMN untuk selanjutnya lainnya, dilakukan dengan RUPS dan oleh
pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi menteri negara BUMN. Sumber-sumber lain
didasarka pada sistem yaitu keuntungan revaluasi asset dan agio
Sedangkan anggaran yang terkait saham. Penjelasan Pasal 4 ayat (5) UU
dengan PSO tetap tunduk kepada ketentuan BUMN menegaskan bahwa apabila sumber-
Undang-Undang Keuangan Negara karena sumber dana ini akan dijadikan penyertaan,
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....165

tidak perlu dilakukan dengan Peraturan tunduk sepenuhnya kepada rezim hukum
Pemerintah, sebab berdasarkan penjelasan korporasi.
Pasal 4 ayat (2) bahwa sumber dana ini telah Dengan demikian, kedudukan ke-
terpisah dari APBN. Batasan penggunaan kayaan BUMN/Persero terkait dengan dua
ekanisme APBN adalah pada penggunaan aspek hukum yang mengaturnya, yakni
dana tersebut. Apabila kemudian dana-dana hukum keuangan negara (publik) dan hukum
tersebut diatas tidak dijadikan penyertaan koorporasi (privat) hal ini dapat dilihat ketika
modal, tetapi murni untuk membiayai proyek- negara menyertakan modalnya kepada
proyek pemerintah yang dilaksanakan oleh BUMN/Persero harus ada mekanisme ke-
BUMN, maka pertangungjawabannya adalah tentuan hukum administrasi yang mengatur-
pertanggung jawaban sesuai asas-asas nya, begitu pula ketika negara cq. pemerintah
pengelolaan keuangan negara. ingin mendirikan suatu BUMN/Persero atau
Sehingga apabila menilai kekayaan ketika negara menyertakan anggaran PSO
BUMN dikaitkan dengan keuangan negara dalam APBN kemudian memberikan mandat
maka rezim hukum yang dapat diberlakukan kepada BUMN/Persero untuk melaksanakan-
adalah: a) rezim hukum keuangan negara (UU nya, tindakan pemerintah masih dalam kuasa
Keuangan Negara) yang mengatur pengelola- hukum publik (publieke rechthandeling) yang
an kekayaan Negara yang tidak dipisahkan dilakukan dalam bentuk pernyataan keinginan
APBN/APBD); b) rezim hukum korporasi (wilsverklaring) dalam bentuk peraturan
(UU BUMN) yang mengatur pengelolaan pemerintah. Namun ketika kekayaan yang
kekayaan Negara yang dipisahkan (BUMN); dipisahkan dari APBN tersebut telah masuk
c) rezim hukum Keuangan Negara hanya kedalam modal BUMN/Persero yang terdiri
berlaku bagi BUMN sebatas yang terkait dari saham-saham maka secara otomatis
dengan permodalan dan eksistensi BUMN. pengelolaannya akan tunduk kepada ke-
Misalnya, di dalam UU BUMN diatur bahwa tentuan hukum perseroan terbatas dan hal ini
pendirian, penggabungan, peleburan, pengam- tidak berlaku terhadap anggaran pelaksanaan
bilalihan, perubahan modal, privatisasi, dan PSO yang tetap merupakan bagian dari
pembubaran BUMN ditetapkan dengan pelaksanaan APBN.
Peraturan Pemerintah, dan bahkan dalam
proses-nya melibatkan Menteri Teknis,  Tata cara pengelolaan kekayaan
BUMN/ Persero
Menteri Keuangan, Presiden, dan DPR.
Sedangkan tindakan-tindakan opera-sional (di Pengelolaan kekayaan BUMN/Persero
luar permodalan dan eksistensi BUMN), merupakan bagian dari pengelolaan/
manajemen keseluruhan yang dipegang oleh
166 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

organ persero yakni RUPS, direksi dan Coorporate Governance), terhadap pengelola-
komisaris. Selaku pelaksana ‘day to day’ an kekayaan yang terkait dengan PSO tetap
persero, direksi memegang peranan penting tunduk kepada asas-asas pengelolaan
dalam pengelolaan kekayaan persero. Oleh keuangan negara dan pertanggungjawabannya
karena ‘uang negara’ yang masuk sebagai tunduk kepada sistem pertanggungjawaban
modal persero telah mengalami transformasi APBN.
dari kekayaan negara menjadi kekayaan
persero maka dalam hal pengelolaan  Beberapa pemikiran tentang kerugian
BUMN/Persero sebagai kerugian
kekayaan BUMN/Persero kental dengan sifat
Negara
keperdataannya, yakni konsep kedudukan
Kenyataan yang terjadi sekarang
negara sebagai pemegang saham, hal ini
khususnya dalam tindakan penegakan hukum,
terkait dengan 3 hal yaitu : Kekayaan Persero
tidak ada pemisahan yang tegas status negara
dalam separate legal entity, pertanggung-
dalam pengelolaan kekayaan BUMN/Persero.
jawaban terbatas pada saham, dan hak-hak
Apakah sebagai penyelenggara pemerintahan
negara sebagai pemegang saham.
atau sebagai pelaku usaha (investor). Investasi
Oleh sebab itu ada batasan yang tegas
negara pada BUMN/Persero belum diperlaku-
dalam pengelolaan kekayaan persero, negara
kan sama dengan halnya investasi oleh swasta
tidak dapat lagi menganggap kekayaan yang
pada perseroan terbatas. Hal ini berdampak
disertakannya merupakan ‘miliknya’ namun
krusial khususnya menyangkut kerugian
telah dibatasi oleh prosedur yang bersifat
negara. Permasalahan ini acapkali membuat
keperdataan sebagaimana tersebut diatas. Hal
takut direksi BUMN/Persero untuk mengam-
mengenai pengelolaan kekayaan BUMN/
bil keputusan dengan alasan apabila kebijakan
persero juga telah dinyatakan secara tegas
yang mereka ambil ternyata berdampak
dalam ketentuan : Asas Ultra Vires, Fiduciary
merugikan maka mereka akan dihadapkan
Duty, Business Judgement Rule, dan Acquit et
kepada ancaman tindak pidana korupsi.
de charge.
Oleh karenanya perlu ada pemisahan
Selain kekayaan murni BUMN/
tegas antara status negara selaku pelaku usaha
Persero, terdapat pula kekayaan yang
dengan status negara selaku penyelenggara
bersumber dari anggaran PSO atau kewajiban
pemerintah. BUMN selaku badan usaha yang
pelayanan umum sebagaimana salah satu
salah satu tujuannya adalah memupuk ke-
fungsi BUMN/Persero maka selain pengelola-
untungan selalu dihadapkan pada resiko
an yang mengacu kepada aturan hukum
kerugian. Negara selaku pemegang saham
korporasi dan asas-asas yang berlaku pada
otomatis mengetahui resiko ini karena salah
tata kelola perusahaan yang baik (Good
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....167

satu ciri khas dari perseroan terbatas adalah seharusnya menggunakan doktrin Business
kemudahan untuk mengetahui resiko akibat Judgement Rule.5
kegiatan usaha yaitu sebatas dari saham yang Kerugian negara pada BUMN tidak
dimiliki. Artinya untung atau rugi bisa bisa dihitung dalam pertransaksi kegiatan
diprediksi menurut ilmu ekonomi/bisnis. usaha/bisnis, Erman Rajagukguk berpendapat
Ketika untung maka negara selaku pemegang Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
saham akan diuntungkan namun apabila rugi Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas telah
maka hal inipun akan ditanggung pemegang mengatakan bahwa RUPS Tahunan menye-
saham bisa berupa turunnya pendapatan/ tujui laporan tahunan dan pengesahan
deviden yang diterimanya. Namun perlu perhitungan tahunan. Dengan demikian, jelas
dicatat negara dalam hal ini bukan selaku kerugian tidak dihitung dari satu transaksi,
penyelenggara pemerintahan namun sebagai tetapi dari seluruh transaksi dalam tahun yang
pelaku usaha maka Negara dalam konteks baru lalu tersebut, bukan tiap semester,
hukum publik tidak dirugikan. triwulan atau tiap transaksi. Bisa saja satu
Kerugian satu transaksi atau kerugian transaksi rugi, tetapi transaksi yang lain
dalam badan hukum tersebut tidak dapat menguntungkan. Sehingga RUPS memutus-
dikategorikan sebagai kerugian keuangan kan perusahaan mendapat untung. Andaikata
negara karena negara telah berfungsi sebagai perhitungan transaksi adalah tahun yang lalu
badan hukum privat dan terhadap badan itu rugi, kerugian itu dapat ditutup dengan
hukum tersebut berlaku juga ketentuan dana cadangan atau laba tahun lalu yang
Undang-undang Perseroan Terbatas.4 Apabila belum dibagikan. Dengan demikian, kerugian
ada kerugian yang terjadi di suatu BUMN bank BUMN Persero tidak otomatis menjadi
Persero, belum tentu kerugian tersebut kerugian negara sebagai pemegang saham.
mengakibatkan kerugian negara melainkan Dan negara sebagai pemegang saham yang
kerugian tersebut bisa juga merupakan merasa dirugikan oleh transaksi yang
kerugian perusahaan (risiko bisnis) sebagai dilakukan direksi dapat menggunakan pasal
badan hukum privat. Mengenai pertanggung-
jawaban atas kerugian perusahaan tersebut
5
Black Law Dictionary, yang dimaksud
dengan Business Judgment Rule adalah the
presumption that in making business decisions not
involving direct self-interest or self-dealing, corporate
directors act on an informed basis, in good faith and in
4
Badan penelitian Dan Pengembangan & the honest belief that their actions are in the
Pendidikan Dan Pelatihan Hukum Dan Peradilan, corporation best interest. The rule shields directors
Makna Uang Negara Dan Kerugian Negara Dalam and officer from liability for unprofitable or harmful
Putusan Tindak Pidana Korupsi Kaitannya Dengan corporate transaction if the transaction were made in
BUMN/Persero, Penerbit : Puslitbang Hukum Dan good faith, with due care and within the director’s or
Peradilan MARI, 2010, hal. 238. officer’s authority.
168 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

54 dan pasal 98 Undang-Undang Nomor 1 melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
Tahun 1995.6 Kata “kerugian negara yang nyata dan pasti
Lain halnya dengan anggaran BUMN/ jumlahnya…” menunjukan bahwa UU Per-
Persero yang berasal dari sumber-sumber lain bendaharaan Negara menganut konsep ke-
terkait pelaksanaan PSO yang bisa berupa rugian negara dalam arti delik materiil.
dana segar, proyek-proyek dana segar, Kerugian Negara timbul apabila ter-
proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN, dapat “kekurangan” uang. Uang Negara pada
piutang negara pada BUMN atau Perseroan saat ini harus sudah ada dan kemudian
Terbatas, dan aset-aset negara lainnya. Pada berkurang. Tidak diterimanya dividen tidak
tataran inilah pemberlakuan UU Keuangan mengurangi uang Negara, tetapi mengurangi
Negara, UU Perbendaharaan Negara, Undang- penerimaan Negara. Berbeda halnya dengan
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang capital gain. Karena saham-saham yang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung ditanamkan adalah modal yang menjadi
Jawab Keuangan Negara dan peraturan kekayaan Persero. Kerugian Negara dapat
pelaksanaannya mengatur. Begitu pula terjadi bila harga saham menurun. Apabila
penerapan Pasal 71 ayat (2) UU BUMN yang harga saham menurun sampai mengakibatkan
mengatur tentang kewenangan BPK untuk menurunnya jumlah kekayaan Persero, maka
memeriksa Persero. Negara dalam hal ini dapat dikatakan Negara sebagai pemegang
dapat melakukan gugatan baik perdata saham menderita kerugian. Kekurangan
maupun pidana apabila Direksi Persero jumlah kekayaan berarti telah terjadi
dianggap telah mengakibatkan kerugian kekurangan uang. Jumlah kekayaan dapat
Negara. diperhitungkan dengan pasti. Dengan
Lalu bagaimana bentuk kerugian demikian Negara hanya perlu membuktikan
dalam penggunaan kekayaan BUMN/Persero bahwa telah terjadi perbuatan melawan
yang ideal dikategorikan sebagai kerugian hukum atau kelalaian dari Direksi dan atau
negara? Definisi kerugian negara telah Komisaris. Apabila terbukti telah terjadi
dijelaskan dalam UU Perbendaharaan Negara, perbuatan melawan hukum atau kelalaian,
pengertian ini mengarah pada kepastian maka Direksi dan atau Komisaris dapat
hukum, Pasal 1 ayat (22) menyebutkan bahwa dikenakan sanksi-sanksi berdasar UU Perben-
kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan daharaan Negara, Undang-Undang Keuangan
uang, surat berharga, dan barang, yang nyata Negara dan Undang-Undang Pemeriksaan
dan pasti jumlahnya akibatnya perbuatan

6
Erman Rajagukguk, www.bisnis.com,
diakses pada 18 April 2011.
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....169

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan kelalaiannya; b) telah melakukan pengurusan


Negara.7 dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
Dengan mengacu kepada pengertian kepentingan dan sesuai dengan maksud dan
kerugian negara yang hanya disebutkan secara tujuan perseroan; c) tidak mempunyai
jelas dan tegas dalam ketentuan Undang- benturan kepentingan baik langsung maupun
Undang Perbendaharaan Negara tersebut, tidak langsung atas tindakan pengurusan yang
maka bentuk kerugian negara yang dapat mengakibatkan kerugian; dan d) telah
terjadi didalam BUMN/Persero adalah berupa mengambil tindakan untuk mencegah timbul
berkurangnya kekayaan persero secara signi- atau berlanjutnya kerugian tersebut.
fikan, sehingga menyebabkan menurunnya Apabila kerugian telah diuji melalui
nilai saham yang dimiliki oleh negara. Namun business judgement rule dan dinyatakan lolos,
yang perlu dibatasi adalah kekurangan uang maka dapat dipastikan bahwa kerugian yang
yang dimaksud disini tentunya bukan timbul tersebut adalah resiko dalam bisnis
kerugian dalam lazimnya transaksi usaha/ yang lazim terjadi. Namun apabila terbukti
bisnis karena kerugian dalam satu tahun telah ada perbuatan melawan hukum berupa
laporan keuangan hanya berimbas pada kesengajan maupun kelalaian maka sanksi-
berkurangnya penerimaan negara yang tidak sanksi berdasar UU Perbendaharaan Negara,
berakibat kerugian negara. Atau kerugian UU Keuangan Negara dan Undang-Undang
tersebut bukan kerugian dalam artian resiko Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
bisnis. Sehingga apabila ada kerugian maka Jawab Keuangan Negara dapat diterapkan
hal ini perlu diuji oleh business judgement karena ada indikasi penyebab kerugian negara
rule terlebih dahulu tidak langsung secara yang dikehendaki atau sepatutnya diketahui
serta merta dinyatakan kerugian negara, oleh pelaku (pengelola BUMN/Persero).
karena kerugian Persero belum tentu kerugian Terkait dengan kerugian negara di
negara. Harus ada kriteria resiko bisnis dan tubuh BUMN dapat pula dihubungkan dengan
kerugian karena kesalahan dan kelalaian. pelaksanaan PSO (Public Service Obligations
Apabila ada kerugian di BUMN/ atau Kewajiban Pelayanan Umum) karena
Persero maka yang harus pertama kali dinilai disini Persero berperan mewakili negara
adalah apakah direksi dalam menjalankan dalam hal pelaksanaan PSO sehingga secara
kewenangannya telah memenuhi Business otomatis pertanggungjawaban pelaksanaan
Judgement rule (Pasal 97 UU PT): a) kerugi- PSO tersebut tunduk pada ketentuan hukum
an tersebut bukan karena kesalahan dan publik.
Penugasan khusus terkait PSO ini
7
Wuri Andriyani, Op cit,
www.gagasanhukum.com, diakses 18 April 2011. menyebabkan direksi juga mempunyai peran
170 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

ganda sama halnya dengan posisi negara dan perdata, yaitu : a) mengganti kerugian
dalam BUMN/Persero. Pertama, sebagai dengan tata cara yang ditentukan BPK; b)
pengemban tugas pemerintahan terkait sanksi administratif sesuai peraturan pegawai
Kewajiban Pelayanan Umum atau PSO yang negeri bagi yang tidak memenuhi kewajiban-
terhadapnya berlaku hukum administrasi. nya; c) pidana penjara dan atau denda sesuai
Kedua, sebagai instrumen pencari keuntungan ketentuan pidana yang berlaku bila terjadi
atau sumber pendapatan (income) Negara penyimpangan kegiatan anggaran.
yang berlaku hukum privat/hukum perseroan. Oleh karena anggaran PSO murni dari
Pertanggungjawaban ganda Direksi APBN dan bukan termasuk dalam kekayaan
Persero ini terkait pada dua pendanaan/ Persero, maka apabila terdapat kerugian pada
anggaran yang berbeda. Pertama, pendanaan anggaran yang terkait pelaksanaan PSO,
terkait dengan pelaksanaan Kewajiban Pe- direksi harus bertanggung jawab secara
layanan Umum atau PSO yang tidak termasuk hukum publik. Oleh karena itu wajar apabila
kekayaan Persero. Pendanaan ini disebut penerapan sanksi terhadap direksi dipersama-
penyertaan Negara yang tidak dijadikan kan dengan sanksi yang dapat dijatuhkan
modal Persero. Untuk itu pertangggung- kepada bendahara, bukan bendahara atau
jawabannya berlaku mekanisme APBN, yang pejabat negara lainnya dalam konteks hukum
untuk Persero diatur dalam UU BUMN, UU publik.
Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Kerugian negara yang mungkin timbul
Negara dan Undang-Undang Pemeriksaan dari pelaksanaaan PSO diakibatkan oleh
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan penyalahgunaan kewenangan oleh direksi.
Negara. Untuk itulah BPK berwenang me- Penyalahgunaan wewenang dalam pelaksana-
lakukan audit keuangan Persero. Kedua, an PSO ini terkait dengan cacat prosedur
adalah pendanaan yang disebut dengan dalam pengadaan barang dan jasa, sehingga
penyertaan modal Negara, yang berbentuk kerugian negara pada BUMN/Persero dapat
saham-saham yang masuk dalam kekayaan dikelompokan dalam 2 kategori, yaitu : 1)
Persero. Kerugian yang disebabkan karena pengguna-
Dalam kedudukannya sebagai peng- an kekayaan BUMN/Persero; 2) Kerugian
guna anggaran PSO, Direksi Persero harus yang disebabkan penggunaan anggaran terkait
bertanggung jawab menurut hukum publik/ pelaksanaan PSO.
hukum administrasi/hukum keuangan negara. Kerugian yang disebabkan pengguna-
Sanksi-sanksi pelanggaran Direksi Persero an kekayaan BUMN/Persero, dicirikan: a)
dalam kedudukannya sebagai pengguna bukan kerugiaan yang disebabkan oleh resiko
anggaran adalah sanksi pidana, administratif bisnis; b) kerugian harus nyata, pasti dan
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....171

signifikan mengurangi kekayaan Persero; c) yaitu direksi sebagai penanggungjawab ang-


telah diuji dengan kriteria sebagaimana yang garan pelaksanaan PSO yang diserahkan pada
ditetapkan dalam Business Judgement rule; d) Persero, dan direksi sebagai pengurus yang
kerugian disebabkan oleh perbuatan melawan bertanggung jawab atas manajemen Persero.
hukum baik sengaja maupun lalai. Sebagai penaggung jawab manajerial
Sedangkan kriteria kerugian negara persero, pertanggungjawaban direksi terkait
akibat penggunaan anggaran pelaksanaan pengurusan persero tergambar dalam laporan
PSO adalah: a) kerugian harus nyata dan pasti tahunan dalam Rapat Umum Pemegang
mengurangi anggaran PSO; b) kerugian Saham (RUPS) Tahunan atau Luar Biasa.
disebabkan oleh perbuatan melawan hukum Lalu, bagaimana halnya dengan perbuatan
baik sengaja maupun lalai; c) kerugian hukum yang dilakukan oleh direksi yang
disebabkan oleh perbuatan penyalahgunaan berakibat merugikan negara telah melalui
wewenang oleh direksi. tahapan pembebasan dan pelunasan dalam
RUPS Tahunan (acguit et de charge) dan
Pertanggungjawaban Hukum Terhadap dalam hal ini Menteri Negara BUMN
Kerugian Negara Dari Penggunaan
(sebagai wakil pemerintah) sendiri yang
Kekayaan Pada BUMN/ Persero
bertindak sebagai RUPS? Apakah adil apabila
 Pertanggungjawaban hukum direksi
direksi yang bersangkutan ‘ujung-ujungnya’
BUMN/Persero terkait perbuatan me-
lawan hukum yang menimbulkan dimintai pertanggungjawaban secara pidana
kerugian Negara
atau disangka korupsi atas tindakannya selaku
Kedudukan negara sebagai pemegang direksi?
saham Persero adalah sejajar dengan Sebagaimana telah dijelaskan sebe-
pemegang saham lain. Kedudukan negara lumnya bahwa acguit et de charge merupakan
sebagai pemegang saham terpisah dan harus pembebasan dan pelunasan kewajiban per-
dibedakan tegas dengan kedudukan Negara tanggungjawaban direksi dalam konteks
sebagai pemerintah. Dalam kedudukannya perdata, artinya apabila terjadi kerugian
sebagai pemegang saham, negara berarti persero maka direksi dibebaskan dari
menyertakan modal dalam bentuk saham- kewajiban mengganti kerugian yang diderita
saham. Dalam kedudukannya sebagai oleh persero. Hal ini merupakan ‘harmoni’
pemerintah, negara menyerahkan anggaran dari kedudukan pemerintah sendiri dalam
tersendiri lepas dari saham-sahamnya, yang persero adalah sebagai pemegang saham.
harus dikelola Persero untuk melaksanakan Adalah suatu hal yang mustahil dan tidak adil
PSO. Dengan kedudukan ini, maka Direksi apabila tindakan atau keputusan yang diambil
Persero juga mempunyai kedudukan ganda, oleh direksi dengan persetujuan RUPS
172 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

dialihkan menjadi tanggung jawab publik diterapkan dalam tindakan direksi, namun
dengan memindah pengertian ‘kerugian sepanjang tidak berkenaan dengan kekayaan
persero’ akibat perbuatan direksi menjadi BUMN/Persero misalnya dalam hal kasus
‘kerugian negara’, sekalipun terjadi ‘kerugian suap oleh direksi BUMN/Persero terhadap
negara’ berupa pengurangan kekayaan persero penyelenggara negara.
secara signifikan sehingga mengurangi Lain halnya dengan pertanggung-
potensi keuntungan yang diterima oleh negara jawaban direksi dalam kedudukannya sebagai
maka pertanggungjawaban yang harus penanggungjawab anggaran pelaksanaan PSO
dibebankan kepada direksi tetap melalui atau direksi berkedudukan sebagai pengguna
prosedur hukum privat atau tunduk kepada anggaran. Direksi Persero bertanggung jawab
ketentuan UUPT yaitu melalui mekanisme atas penggunaan anggaran terkait pelaksanaan
RUPS, bukan melalui prosedur yang PSO yang diserahkan kepadanya. Hanya pada
ditetapkan dalam ketentuan UU Keuangan tataran inilah dapat diterapkan Pasal 71 ayat
Negara, UU Perbendaharaan Negara ataupun (2) UU BUMN yang mengatur tentang
ketentuan hukum pidana berupa kewenangan BPK untuk memeriksa BUMN
pengkategori-an sebagai tindak pidana Persero sesuai dengan ketentuan peraturan
korupsi. perundang-undangan.
Suatu kebijakan yang telah mendapat Oleh karena pertanggungjawaban ter-
persetujuan dari RUPS meskipun berimbas hadap anggaran pelaksanaan PSO mengikuti
kepada kerugian tidak bisa dipidana karena mekanisme pertanggungjawaban APBN maka
hal ini merupakan resiko dalam bisnis. apabila terjadi ‘kerugian negara’, direksi
Terkecuali dalam pelaksanaan kebijakan Persero harus bertanggung jawab menurut
tersebut terlihat adanya perbuatan yang hukum publik/hukum administrasi/hukum
melawan hukum yang berakibat kerugian, hal keuangan negara. Sanksi-sanksi pelanggaran
inilah yang dapat dituntut secara pidana, direksi persero dalam kedudukannya sebagai
misalnya direksi bersangkutan melakukan pengguna anggaran adalah sanksi pidana,
penggelapan, pemalsuan data dan laporan administratif dan perdata, yaitu: a) mengganti
keuangan, pelanggaran Undang-Undang kerugian, dengan tata cara yang ditentukan
Perbankan, pelanggaran Undang-Undang BPK; b) sanksi administratif layaknya yang
Pasar Modal, pelanggaran Undang-Undang dapat dijatuhkan kepada pegawai negeri bagi
Anti Monopoli, pelanggaran Undang-Undang yang tidak memenuhi kewajibannya; c)
Anti Pencucian Uang (Money Laundering) pidana penjara dan atau denda sesuai
dan Undang-Undang lainnya yang memiliki ketentuan pidana yang berlaku bila terjadi
sanksi pidana. Tuntutan korupsi tetap dapat penyimpangan kegiatan anggaran.
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....173

negara hanya dapat menuntut ganti rugi sesuai


 Penyelesaian kerugian negara pada dengan mekanisme keperdataan saja yang
BUMN/ Persero
diatur dalam UUPT. Sedangkan kerugian
Sebagai konsekuensi dari pertang- yang dipandang sebagai ‘kerugian negara’
gungjawaban pengelolaan keuangan negara, yang tunduk pada hukum publik
baik dalam UU Keuangan Negara, UU (administrasi) adalah kerugian negara yang
Perbendaharaan Negara, maupun Undang- terkait perbuatan melawan hukum atau
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang penyalahgunaan wewenang oleh direksi
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung dalam pelaksanaan anggaran PSO.
Jawab Keuangan Negara, diatur mengenai Mengacu kepada ketentuan Pasal 22
ketentuan pidana, sanksi administratif, dan ayat (5) Undang-Undang Pemeriksaan Penge-
ganti rugi yang berlaku bagi menteri/ lolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan
pimpinan lembaga serta pimpinan unit Negara menunjukan bahwa Direksi Persero
organisasi kementerian negara/lembaga yang yang melakukan pelanggaran hukum atau
terbukti melakukan penyimpangan kebijakan/ melalaikan kewajibannya terkait keuangan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam undang- Negara, baik langsung atau tidak langsung
undang. Hal yang sama juga diberlakukan yang merugikan keuangan Negara, dapat
terhadap para bendahara yang dalam dikenai sanksi sesuai ketetapan BPK. Di sisi
pengurusan uang/barang yang menjadi lain pengaturan ini menegaskan bahwa BPK
tanggung jawabnya telah melakukan mempunyai kewenangan memeriksa keuang-
perbuatan melawan hukum yang berakibat an semua Persero.
merugikan keuangan negara. Selain itu, Masuknya ketentuan pengenaan ganti
pengertian seseorang bukan hanya bendahara, rugi terhadap pengurus/pengelola BUMN/
termasuk pula pegawai negeri bukan Persero dalam ketentuan Pasal-Pasal yang
bendahara dan pejabat lain yang bertugas mengatur mengenai pengenaan ganti rugi
mengelola keuangan negara. terhadap bendahara menunjukan bahwa pada
Dalam paparan sebelumnya, telah akhirnya ketentuan atau tata cara penyelesaian
ditegaskan kerugian yang terkait dengan kerugian negara yang dilakukan oleh BPK
kekayaan murni Persero tidak bisa diselesai- terhadap bendahara membawa implikasi
kan dengan mekanisme hukum administrasi. hukum bahwa penyelesaian kerugian negara
Hal ini telah dibatasi dengan ketentuan yang diberlakukan terhadap bendahara juga
hukum privat sesuai dengan kedudukan berlaku terhadap pengelola BUMN/Persero.
negara yang sama dengan sebagai pemegang Pengelola Badan Usaha Milik Negara
saham dalam persero atau dengan kata lain secara rinci tidak diterangkan dalam peraturan
174 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

perundang-undangan, namun dalam Penjelas-  Kewenangan BPK dalam pemeriksaan


BUMN/Persero
an Pasal 10 Undang-undang Nomor 15 Tahun
2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Mengenai kewenangan BPK dalam
menjelaskan bahwa yang dimaksud ”penge- memeriksa BUMN masih diperdebatkan. Hal
lola” termasuk pegawai perusahaan negara/ ini berawal dari status uang negara yang
daerah dan lembaga atau badan lain. Dengan berada di tubuh BUMN. Pada suatu perseroan
demikian, dapat diartikan bahwa pihak yang terbatas, termasuk persero menurut UU
disebut sebagai “pengelola” pada suatu badan BUMN jo. UUPT jo. Peraturan Pemerintah
usaha milik negara adalah direksi, komisaris, Nomor 12 Tahun 1998 tentang Persero, Pasal
dan seluruh pegawai yang menjalankan 59 secara tegas mengatakan perhitungan
pengelolaan operasional perusahaan sehari- tahunan perseroan wajib diserahkan kepada
hari. akuntan publik untuk diperiksa. Dengan
Ketentuan ganti rugi terhadap demikian, selain akuntan publik, tidak
pengelola persero yang ditetapkan oleh BPK berwenang melakukan pemeriksaan terhadap
tersebut sangat berguna dalam upaya persero, mengingat status hukum uang dan
pemulihan atau recovery kerugian negara. status yuridis badan hukum (rechtpersoon-
Meskipun selama ini aturan mengenai tata recht) persero merupakan murni dalam
cara penyelesaian kerugian negara pada lingkugan hukum privat. Sehingga dari sudut
BUMN tidak ada peraturannya secara nyata hukum pemeriksaan yang dilakukan oleh
baik dalam bentuk peraturan perundang- BPK terhadap perseroan terbatas yang
undangan maupun peraturan dari BPK sahamnya sebagian atau seluruhnya dimiliki
sendiri, namun setidaknya ketentuan oleh negara adalah melanggar hukum
mengenai penye-lesaian kerugian negara sekurang-kurangnya bertentang dengan per-
sebagaimana dalam ketentuan UU Keuangan aturan perundang-undangan yang berlaku
Negara, UU Perbendaharaan Negara dan dinegara ini.8
Undang-Undang Pemeriksaan Pengelolaan Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dapat Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
diberlakukan terhadap kerugian negara pada Pemeriksa Keuangan dinyatakan bahwa BPK
BUMN yang terkait dengan pelaksanaan bertugas memeriksa pengelolaan dan
PSO. Dengan demikian, tidak terjadi tanggung jawab keuangan negara yang
kekosongan hukum apabila menghadapi kasus dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
kerugian negara pada BUMN/Persero.
8
Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik
dalam Perspektif Hukum, Teori, Praktik dan Kritik,
Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit : Rajawali Pres, 2010,
hal. 121.
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....175

Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank tubuh BUMN oleh Akuntan Publik (Kantor
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Akuntan Publik/KAP) karena yang mengatur
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, mengenai pemeriksaan adalah dewan direksi
dan lembaga atau badan lain yang mengelola yang ditentukan dalam RUPS masing-masing
keuangan negara. Tugas dan kewenangan perusahaan. Pasal 71 ayat (1) UU BUMN
BPK untuk memeriksa BUMN juga diakui menyebutkan pemeriksaan laporan keuangan
berdasarkan Pasal 71 ayat (2) UU BUMN. perusahaan dilakukan oleh auditor eksternal
Terdapat 2 ketentuan Undang-Undang yang ditetapkan oleh RUPS untuk Persero dan
yang terkait dengan tugas pemeriksaan BPK Menteri oleh Perum. Pemeriksaan laporan
terhadap BUMN yang mempunyai ruang keuangan (financial audit) perusahaan di-
lingkup berbeda, yakni Undang-Undang maksudkan untuk memperoleh opini auditor
BUMN jo. UUPT dengan UU Keuangan atas kewajaran laporan keuangan dan per-
Negara jo. Undang-Undang BPK. Siapakah hitungan tahunan perusahaan yang bersang-
yang paling berhak memeriksa BUMN?, kutan. Opini auditor atas laporan keuangan
karena sistem pengelolaan dan tanggung dan perhitungan dimaksud diperlukan oleh
jawab keuangan BUMN sendiri tentu berbeda pemegang saham/Menteri antara lain dalam
dengan pengelolaan dan tanggung jawab rangka pemberian acquit et edcharge Direksi
keuangan pemerintah maka tentunya terdapat dan Komisaris/Dewan Pengawas perusahaan.
standar dan prosedur yang berbeda pula Sejalan dengan UUPT dan Undang-
dengan sistem pertanggungjawaban APBN/ Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
APBD. Modal, pemeriksaan laporan keuangan dan
Mengacu kepada UUD 1945 sebagai perhitungan tahunan Perseroan Terbatas
landasan konstitusional dan tiga undang- dilakukan oleh akuntan publik.
undang tersebut diatas secara nyata menegas- Ketentuan mengenai kedudukan
kan bahwa BPK mempunyai kewenangan Kantor Akuntan Publik sebagai auditor
dalam melakukan audit/pemeriksaan terhadap eksternal telah ditegaskan dalam ketentuan
keuangan negara termasuk di dalamnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
kekayaan negara yang dipisahkan pada tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
BUMN. Sehingga tidak ada alasan bagi Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal 3
BUMN untuk menolak audit oleh BPK karena ayat (2) yang menyatakan dalam hal pemerik-
tidak ada pengecualian oleh Undang-Undang. saan dilakukan oleh akuntan publik ber-
Namun demikian apabila mengacu dasarkan ketentuan undang-undang, laporan
kepada ketentun UU BUMN dan UUPT, yang hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan tersebut
mengatur secara tersendiri pemeriksaan di
176 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

wajib disampaikan kepada BPK dan di- catatan: Pertama, meskipun ada mekanisme
publikasikan. pemeriksaan oleh KAP, BPK tetap turut andil
Beberapa ketentuan tersebut diatas, dalam memberikan opininya atas hasil
menunjukan adanya posisi ganda ‘pemerik- laporan KAP tersebut. Atau dengan kata lain,
saan eksternal’ BUMN yaitu oleh KAP dan audit yang dilakukan oleh KAP tetap berada
BPK. Pembatasan sebagaimana disebutkan dibawah pengawasan BPK yang diatur
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 15 menurut ketentuan BPK. Akuntan publik
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dilatih tentang standar pemeriksaan maupun
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, peraturan mengenai keuangan negara dan
merupakan problema dalam pelaksanaan memberikannya sertifikat dan surat ijin bagi
kewenangan BPK sebagai auditor eksternal yang telah lulus ujian. Kedua, dengan
BUMN, hal ini disebabkan sebagaimana dipergunakannya hasil general audit yang
amanat Undang-Undang tentang BPK, dilakukan oleh KAP terhadap BUMN oleh
lembaga ini mempunyai kewenangan yang BPK dalam melakukan penilaian kewajaran
luas dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu BUMN, BPK tidak
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan perlu melakukan audit ulang hanya berupa
BUMN/BUMND. Namun dengan ketentuan review atas audit KAP.
Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan PENUTUP
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara telah Ketentuan yang berlaku terhadap
melegitimasi kedudukan KAP sebagai auditor kekayaan negara yang dipisahkan adalah
eksternal BUMN selain BPK. ketentuan hukum publik (hukum administrasi)
Menyikapi hal ini, oleh karena dan hukum privat (hukum perseroan) karena
Undang-Undang BUMN menentukan secara kekayaan negara yang dipisahkan kemudian
khusus auditor eksternal adalah akuntan masuk kedalam modal BUMN/Persero secara
publik yang ditunjuk melalui mekanisme otomatis menjadi kekayaan BUMN/Persero.
RUPS dan dilain pihak Undang-Undang Aspek hukum administrasi hanya mengatur
BUMN-pun memperbolehkan BPK untuk tata cara pemisahan kekayaan negara tersebut
memeriksa BUMN, ditunjang dengan dan pendirian BUMN/Persero, ketika BUMN/
Undang-Undang Pemeriksaan Pengelolaan Persero telah resmi secara hukum berdiri,
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara kuasa negara terhadap BUMN/Persero tidak
membenarkan posisi akuntan publik sebagai lagi sebagai badan hukum publik namun
auditor dengan demikian KAP maupun BPK sebagai subjek hukum perdata biasa, sehingga
berwenang memeriksa BUMN dengan kedudukan negara dan kekayaannya yang
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....177

masuk sebagai modal BUMN/Persero tunduk perseroan, dengan cara perubahan perumusan
kepada hukum privat. melalui perubahan UU Keuangan Negara.
Sedangkan untuk perbuatan atau tin- Selama ini penyelesaian ganti kerugian negara
dakan direksi yang mengakibatkan kerugian yang terjadi dalam BUMN/Persero masih
berkewajiban secara hukum untuk mengganti belum ada pengaturan secara jelas. Untuk itu
kerugian yang ditimbulkannya, karena baik disarankan kepada BPK membuat peraturan
konsep hukum administrasi maupun hukum mengenai tata cara penyelesaian ganti rugi
privat menekankan pemulihan pada kondisi terhadap pengelola BUMN/Persero setelah
semula. Selain tanggung jawab ganti kerugian berkonsultasi dengan pemerintah sebagai-
Direksi BUMN/Persero juga mempunyai per- mana yang diamanatkan Undang-Undang
tanggungjawaban administrasi dan pidana. Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung
Sanksi administrasi dapat diberlakukan ter- Jawab Keuangan Negara. Sehingga aturan
hadap direksi persero dalam kedudukan yang dipakai tidak lagi menggunakan aturan
sebagai pengguna anggaran misalnya berupa yang sama dengan tata cara penyelesaian
pemberhentian dari jabatannya selaku pe- ganti rugi terhadap bendahara karena sifat
laksana anggaran PSO yang kemungkinan kekhususan dari BUMN/Persero itu sendiri.
ditindaklanjuti dalam RUPS tentang layak
tidaknya direksi persero tersebut mengemban DAFTAR PUSTAKA
tugas selaku pengelola persero. Dan sanksi Adya Barata, Atep dan Bambang Trihartanto
(2004). Kekuasaan Pengelolaan
pidana apabila dalam perbuatan yang di-
Keuangan Negara/Daerah :
lakukan oleh persero baik dalam kapasitas Berdasarkan Undang-undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan
sebagai penanggung jawab manajerial perusa-
Negara, Jakarta. Penerbit : PT Elex
haan ataupun sebagai pelaksana anggaran Media Komputindo.
PSO mengandung unsur-unsur tindak pidana
A Dictionary for Accountants (1978),
maka terhadap direksi tidak menutup Prentice Hall of India, Fifth Edition,
New Delhi.
kemungkinan akan diproses menurut ke-
tentuan hukum pidana. Agustina, Rosa (2003). Perbuatan Melawan
Hukum, Jakarta. Penerbit : Program
Oleh karena perumusan keuangan
Pasca Sarjana Fakultas Hukum
negara dalam UU Keuangan Negara yang Universitas Indonesia.
terlalu luas berdampak negatif terhadap
Andriyani, Wuri (2008). Kedudukan Persero
penerapan hukum, maka diperlukan sinkro- Dalam Hubungan Dengan Hukum
Publik dan Hukum Privat, Surabaya.
nisasi ketentuan-ketentuan tentang kekayaan
Penerbit : Program Pascasarjana
negara yang dipisahkan dalam ketentuan UU Universitas Airlangga.
Keuangan Negara dengan ketentuan hukum
178 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016

Asshiddiqie, Jimmly (2010). Konstitusi Hadi, M (1981). Administrasi Keuangan


Ekonomi, Jakarta. Penerbit : Republik Indonesia, Jakarta. Penerbit
Kompas. : Gaya Baru.

--------------------------(2010). Perkembangan Hadjon, Philipus. dan M. Yuridika (1997).


Teori dalam Ilmu Hukum, Jakarta. Tentang Wewenang, No. 5 & 6
Penerbit : Rajawali Pers. Tahun XII.

Badan penelitian Dan Pengembangan & Harahap, M. Yahya (2009). Hukum Perseroan
Pendidikan Dan Pelatihan Hukum Terbatas, Jakarta. Penerbit : Sinar
Dan Peradilan (2010). Makna Uang Grafika.
Negara Dan Kerugian Negara Dalam
Putusan Tindak Pidana Korupsi HR, Ridwan (2002). Hukum Administrasi
Kaitannya Dengan BUMN/Persero, Negara, Jakarta. Penerbit : Raja
Jakarta. Penerbit : Puslitbang Hukum Grafindo Persada, Jakarta.
Dan Peradilan MARI.
Ivan, Yulianto (2005). Analisis Langkah dan
Badan Pemeriksa Keuangan RI (1983). Strategi Program Reformasi
Petunjuk Pelaksanaan Tuntutan Kepabeanan : Implementasi Fungsi
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Trade Facilitator dan Industrial
Rugi, Jakarta. Penerbit : Sekretariat Assistance, dalam kajian ekonomi
Jenderal BPK RI. dan keuangan, Volume 9/Nomor 4.

Badan Pemeriksa Keuangan (2005). Naskah Karhi, Nisjar S (1998). Aplikasi Akuntansi
Akademis Rancangan Undang- Pemerintahan Di Indonesia,
undang Pengganti Undang-undang Bandung. Penerbit : Mandar Maju.
Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, Jakarta. Kelly, David (2002). Business Law, London.
Penerbit : Cavendish Publishing
Bohari (1990), Hukum Anggaran Negara, Limited.
Jakarta. Penerbit : Raja Grafindo
Persada. Khairandy, Ridwan (2009). Perseroan
Terbatas ; Doktrin, Peraturan
Djafar, M. Saidi (2008). Hukum Keuangan perundang-undangan dan
Negara, Jakarta. Penerbit : Rajawali Yurisprudensi, Yogyakarta. Penerbit
Pers. : Total Kreasi Media.

Campbell, Henry (1990). Black, Black’s Law Kobusen, Mariette (1991). De Vrijheid Van
Dictionary, West Publishing. De Overheid, W.E.J Tjeenk Willink
Zwole.
F. Due, John (1968). Goverment Finance,
Diterjemahkan oleh : Iskandar Syah, Minarno, Nur Basuki (2009). Penyalahgunaan
Arief Yanin. Jakarta. Penerbit : Wewenang Dan Tindak Pidana
Universitas Indonesia. Korupsi Dalam Pengelolaan
Godhart, C (1972). Garis-Garis Besar Ilmu Keuangan Daerah. Jakarta. Penerbit :
Keuangan Negara, Terjemahan Laksbang Mediatama.
Ratmoko, Jakarta. Penerbit :
Jambatan. Mustofa, Kamal (2010). Dilema Jati Diri
Keuangan Negara, Jakarta. Penerbit :
Pusdiklatwas BPKP.
Dwi Ananda F.W. : Pertanggungjawaban Hukum Terhadap.....179

Prasetya, Rudhi (1995). Kedudukan Mandiri


Perseroan Terbatas, Disertai dengan
Ulasan Menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1995, Bandung.
Penerbit : Citra Aditya Bakti.

Purwosutjipto, HMN (1982). Pengertian


Pokok Hukum Dagang Indonesia,
Jilid 2, Jakarta. Penerbit :
Djambatan, Jakarta.

You might also like