You are on page 1of 9

\

ISSN : 2355-5017
~ . ~.~

Jurnal

Volume 1 Nomor 1 April 2014

Preferensi dan Ambang


Deteksi Rasa Manis dan Pahit:
Pendekatan Multikultural
dan Gender
Tren Flavor Produk Pangan di
Indonesia, Malaysia, Filipina
dan Thailand

Minuman Khusus Ibu Hamil


dan Ibu Menyusui: Pemenuhan
terhadap Standar N asional
Indonesia dan Persepsi
Konsumen

Publikasi Resmi
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia
Departemen IImu dan Teknologi Pangan - Fakultas Teknologi Pertanian - Institut Pertanian Bogor
Jurnal Mutu Pangan , Vol. 1(1): 1-8, 2014
ISSN 2355-5017

Preferensi dan Ambang Deteksi Rasa Manis dan Pahit:


Pendekatan Multikultural dan Gender
Preferences and Detection Threshold of Sweetness and Bitterness:
Multicultural and Gender Approach

Uswatun Hasanah l ,2, Dede R Adawiyahl.2 dan Budi Nurtama J

IDepartemen Jlmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (S EAFAST) Center,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Abstract. Indonesia is a multicultural cuulltry and each er/lI1ic group has dijJerellt eating habits and basic
taste pref erence offood. Gender is also known to have different pref erence in basic taste. Th e objective
of this research was to srudy the effect of culture and gender on preference and detection threshold of
sweetness and bitterness ill Jvfinang (Wesr Sumafra), Javanese (Celllral Jalla) and Nusa Tenggam ethnic
groups. Th e /lumbers of panelists were 90ftrst year unde/graduate srudents in Bogor Agricultural Univer-
sity recruitedji"Oll1 regional stltdent organizations. The preference teST was rankrating hedonic res I in tea
for swee flless alld coffee for bitterness. Detection threshold experimel7l was conducted lIsing 3AFC (3 -al-
ternative forced choice) method in standard solutions of sucrose and caffeine. Different culture of orig in
significantly affects pref erences ofsweetness in tea beverage. Panelists from A1inang prefer higher level of
sweetness compared to Javanese and Nlisa Tenggara ethnic group. Howeve/; cultural differences did nor
affect preference to bitterness of coffee or bitterness. Overall, Indonesians tend to prefer tea beverage with
high level of sweetness, and coffee with vef)' low level of bitterness. Gender did not affect significantly the
preferences of sweetness and bitterness, but detection threshold of f ema:e panelists was lo wer than that of
male panelists. Women were more sensitive than man to derecT swe etn e ~s and bitterness.
Keywords: preference, detection threshold, gendel; sweetness, bitterness

Abstrak. Indonesia adalah negara multikultur dan masing-masing suku atau grup etnis memiJiki ke-
biasaan makan dan preferensi rasa dasar yang berbeda pada makanan yang biasa dikonsumsi . Perbedaan
gender juga diketahui memiliki preferensi rasa dasar yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mempe-
lajari pengaruh perbedaan kultur asal dan gender terhadap penerimaan dan ambang deteksi rasa manis dan
pahit menggunakan etnis Minang (Sumatra Barat), Jawa (Jawa Tengah) dan Nusa Tenggata. Panelis yang
digunakan berjumlah 90 orang mahasiswa baru (tingkat 1) Institut Pertanian Bogor yang direkrut melalui
Organisasi Mahasiswa Daerah. Pengujian preferensi dilakukan dengan metode uji hedonik rankrating pada
minuman teh untuk rasa manis dan minuman kopi untuk rasa pahit. Pengujian ambang deteksi dilakukan
dengan menentukan nilai BET (Best Estimation Threshold) menggunakan metode 3AFC (3-alternative
forced choice) dalam larutan standar sukrosa dan kafein. Perbedaan kultur memberikan perbedaan yang
signifikan pada preferensi rasa manis, dimana panel asal Minang menyukai rasa manis pada konsentrasi
yang lebih tinggi daripada panel asal jawa tengah dan nusa tenggara. Akan tetapi, perbedaan kultur ti-
dak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap preferensi rasa pahit dalam minuman kopi. Secara
keseluruhan, ketiga grup panel menyukai minuman teh dengan rasa manis yang dominan dan minuman
kopi dengan rasa pahit yang rendah. Perbedaan gender tidak memberikan pengaruh yang signifi:kan terha-
dap preferensi rasa manis dalam teh dan rasa pahit dalam minuman kopi. Dari nilai ambang deteksi, secara
umum perempuan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi daripada laki-laki, dimana nilai BET perempuan
selalu lebih rendah dari laki-laki baik untuk rasa manis maupun rasa pahit.
Kata kunci: antioksidan, degeneratif, gizi, isoftavon, pang an fungsional

Korespondensi: dede_adawiyah@yahoo.com

©JMP2014 1
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 1-8,2014

PENDAHULUAN lebih banyak dilakukan secara crosscultural, sehingga be-


lum diperoleh acuan yang lebih sesuai mengenai ambang
Indonesia memiliki keberagaman etnis atau suku sensori dan preferensi subkultur.
bangsa yang memiliki perbedaan baik secara fisik , bahasa, Faktor lain yang kemungkinan berpengaruh terha-
tradisi serta kebiasaan makan dan preferensi terhadap rasa dap preferensi rasa dasar adalah gender. Lanfer et af.
dasar, Telah diketahui secara luas adanya perbedaan pre- (2013) menyatakan bahwa gender dan status sosioekono-
ferensi antar suku yang ada di Indonesia yang disebabkan mi berhubungan dengan preferensi rasa dan jenis produk
oleh perbedaan jenis dan kebiasaan makan , Ariyani (2013) pangan yang dikonsumsi. Secara umum diketahui juga
dalam penelitiannya mengenai strategi adaptasi orang Mi- bahwa perempuan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
nang terhadap bahasa, makanan, dan norma masyarakat daripada laki-laki, akan tetapi pengukuran secara kuan-
Jawa menyebutkan bahwa orang Minang memiliki kecen- titatif mengenai tingkatan preferensi dan nilai ambang
derungan menyukai makanan atau masakan yang pedas, deteksi yang membandingkan respon dari perbedaan gen-
Suku Jawa cenderung berselera dengan makanan atau der belum ban yak diteliti. Beberapa peneliti melaporkan
masakan yang manis. bahwa faktor-faktor yag mempengaruhi ambang sensori
Adanya kebiasaan makan bisa jadi merupakan salah adalah gender (Okoro et af. 1998; Michon et af. 2009),
satl1 faktor yang mempengaruhi preferensi preferensi rasa umur (Sanders et af. 200 I ; Mojet et al. 2005), genetik
dasar. Prescott dan Bell (1995) menyatakan bahwa variasi (Lawless and Heymann 2010).
kultural memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ba- Penelitian ini bertujuan melakukan kajian subkultur
gaimana persepsi atau preferensi terhadap makanan serta Indonesia untuk mempelajari pengaruh perbedaan kultur
komponen rasa dan flavor. Lanfer et al. (2013) telah me- dan gender terhadap preferensi dan nilai ambang deteksi
lakukan studi mengenai preferensi anak-anak di delapan rasa man is dan pahit menggunakan panelis yang bera-
negara Eropa terhadap rasa dasar manis, pahit, asin, dan sal dari wilayah Sumatra Barat mewakili kultur Minang,
gurih dalam matriks makanan yang berbeda-beda. Hasil Jawa Tengah mewakili kultur Jawa dan Nusa Tenggara
studi tersebut menunjukkan bahwa negara asal merupa- Barat mewaki li wilayah Indonesi ~ Timur.
kan faktor terkuat yang memengaruhi preferensi terhadap
keempat rasa tersebut. Sebagai contoh, anak-anak dari BAHAN DAN METODE
Jerman dan Spanyol menyukai rasa gurih dengan inten-
sitas yang tinggi, sementara anak-anak dari Siprus dan Bahan dan Alat
Belgia menyukai rasa gurih dengan intensitas yang lebih Bahan-bahan yang digunakan pada pengujian pre-
rendah. Perbedaan kOl1sentrasi rasa antara tertinggi dan ferensi yaitu teh hitam celup komersial, kopi hitam instan
terendah mencapai lebih dari dua kali lipat. kOl11ersial, kril11er komersial, gula pasir komersial , krake!'
Selain itu, hal yang perlu dikonfirmasi adalah apakah komersial yang diperoleh dari pasar lokal. Bahan-bahan
perbedaan jenis makanan antar kultur juga mempengaru- yang digunakan untuk pengujian al11bang sensori adalah
hi sensitivitas terhadap rasa dasar atau tidak. Sensitivitas sukrosa, kafein (diperoleh dari Shiratori Pharmaceutical
rasa dapat diukur dengan cara menentukan nilai ambang Co. Ltd), dan NaCI (diperoleh dari Tomita Pharmaceutical
deteksi. Mitchell et al. (2013) dalam penelitiannya pada Co. Ltd). Air digunakan sebagai penetral indra
penduduk Dublin (Irlandia, Eropa) memperoleh hasil pencicip dan pelarut pada pengujian ambang sensori .
bahwa individu yang mengonsumsi makanan dengan ka- Alat yang digunakan untuk pengujian adalah alat-alat
dar garam tinggi akan cenderung membutuhkan garam gelas, timbangan analitis, gelas ukur, sendok, nampan,
lebih banyak untuk memperoleh sensasi rasa yang sarna disposable cup 1 oz untuk penyajian, aluminium foil,
dibandingkan dengan individu yang lebih tidak sensitif label, dan spidol. Pengumpulan data dilakukan melalui
terhadap garam. Dengan kata lain, kebiasaan konsumsi pengisian kuesioner.
makanan dengan kadar garam tinggi akan meningkatkan
ambang rangsangan terhadap rasa asin. Dari peneiitian Metode Penelitian
tersebut disimpulkan bahwa k~biasaan makan merupa- Rekrutmen Panelis. Rekrutmen panelis dilakukan
kan salah satu faktor yang memengaruhi ambang sensori bekerja sama dengan Organisasi Mahasiswa Daerah
terhadap rasa. Prescott et al. (1998) menemukan bahwa (OMDA) di IPB. Panelis berasal dari tiga suku berbeda,
ada perbedaan respon terhadap 3 rasa dasar pada makanan yaitu Minang, Jawa, serta Nusa Tenggara (Nusa Teng-
(as am, as in dan pahit) antara panel konsumen Jepang dan gara Barat dan Nusa Tenggara Timur). Panelis dari suku
Australia. Minang direkrut dari OMDA IPMM (Ikatan Pelajar Ma-
Sejauh ini, studi multikultural mengenai sensori hasiswa Minang). Panelis dari suku Jawa direkrut dari
dilakukan antamegara yang berbeda. Kultur atau budaya OMDA FORKOMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Ke-
umumnya didefinisikan dalam batasan negara. Penelitian bumen), IMAPEKA (Ikatan Mahasiswa Pekalongan dan
yang dilakukan antar kelompok budaya dalam masyara- Batang), dan KKB MK (Keluarga Kudus Bogor Menara
kat yang kompleks dalam bentuk perbandingan kelompok Kota). Panelis dari Nusa Tenggara direkrut dari OMDA
suku dan studi akulturasi, seperti yang dilakukan pada pe- GAMA NUSRATIM (Keluarga Mahasiswa Nusa Teng-
nelitian ini, tergolong subkultur. Sejauh ini studi sensori gara Timur), KEMAS (Keluarga Mahasiswa Samawa)

2 ©JMP2014
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 1-8, 2014

Bogor, dan FKMBB (Forum Komunikasi Mahasiswa foil. Penutupan cup tersebut bertujuan menghindari bias
Bima Bogor). Panelis Provinsi NTB berasal dari Suku akibat atribut lainnya, agar panelis dapat fokus penilaian
Bima, Samawa, Sasak, dan Mbojo, sedangkan panel is atribut rasa. Sejumlah 6 sampeJ dengan konsentrasi rasa
Provinsi NTT berasal dari Suku Lamaholot Sumba Kefa dasar yang berbeda disajikan secara bersamaan pada
Timor, Lago, Sabu, Ngada, Manggarai, Anakalan~, da~ panel is. Panelis memulai pengujian dengan meminum
Amuban. Panel is Provinsi NTB dan NTT digolongkan ke sedikit air untuk menetralkan indera perasa. Pencicipan
dalam satu kelompok, yaitu Nusa Tenggara. sampel dilakukan pencicipan dari kiri ke kanan. Setelah
Mahasiswa yang menjadi panelis dalam penelitian mencicipi sampeJ pertama, panelis diminta memberi-
adalah mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB kan penilaian seberapa suka pad a intensitas rasa tertentu
2013/2014. Dewi et af. (2009) menyatakan bahwa maha- dalam sampel tersebut. Penilaian dilakukan dengan mele-
siswa TPB merupakan representasi remaja yang berasal takkan cup sampel di bawah kotak yang sesuai pada kartu
dari seluruh wilayah Indonesia. Responden yang dipilih bantu besar yang terdapat pada meja booth pengujian.
adalah mahasiswa tingkat 1 (TPB) karena kemungkinan Skala pada kartu bantu merupakan 9-skala rating yang
besar masih memiliki kebiasaan makan seperti saat di mewakili skor penilaian 1-9. Panelis dapat meletakkan
daerah asalnya dan belum banyak terpengaruh oleh ke- beberapa sampel pada kotak yang sarna. Sebelum men-
biasaan makan di Bogor. coba sampel baru, paneJis melakukan penetralan dengan
minum air. Sementara mencicipi , panelis dapat mengubah
Seleksi panelis dilakukan melalui pengisian kuesi-
penempatan sampel dalam kotak sebanyak diinginkan ,
oner. Kriteria panelis yang digunakan yaitu berusia 17-20
dan pencicipan dapat diulang. Setelah selesai mencicipi
tahun, berdomisili di daerah asal wilayah terse but selama
semua sampel dan memberikan penilaian akhir kesukaan,
minimal 10 tahun , selia menyukai kopi , dan teh. Jumlah
panelis diminta menuliskan tiga digit angka dari wadah
total panelis yang digunakan adalah 90 orang, masing-
sampel ke dalam kotak pada kuesioner.
masing 30 orang untuk setiap suku. Hal tersebut mengacu
pada contoh pengujian ambang sensori pada ASTM E679 Penglljian Amballg Sellsori dengall Metode 3-AFC
yang menggunakan 23 sampai 3S orang panelis (ASTM (ASTM 2011; Lawless 2010) Pengujian ambang sensori
2011). Selain itu, 30 adalah jumlah minimum untuk dilakukan menggunakan metode three-alternative forced-
memperoleh data deligan kurva normal secara statistika. choice (3-AFC) ascending concentration series method
Jumlah pane lis yang digunakan memiliki perbandingan of limits ASTM E679 (ASTM 2011). Metode 3-AFC
60:40 untuk perempuan dan Jaki-Jaki . menggunakan tiga sampel, dan panelis harus memberikan
Panelis yang tefah direkrutselanjutnya diberikan jawaban dengan memilih satu dari tiga sampel tersebut
orientasi berupa penjelasan mengenai teknis pengujian, (three-alternative forced choice). Sampel yang disajikan
jadwal pengujian, pengenalan laboratorium sensori, serta terdiri dari satu sampel senyawa rasa dasar (sampeVS)
menandatangani persetujuan menjadi panelis. Setiap pa- dan dua sampel tidak berisi senyawa rasa dasar (blan-
nelis diminta untuk datang dua kali, masing-masing untuk ko/B). Pada pengujian ini panelis harus memilih satu
pengujian ambang sensori dan preferensi dari dua rasa sampel yang memiliki rasa berbeda (mengandung se-
dasar yang berbeda. nyawa rasa dasar) dari setiap set sampel yang disajikan.
Penyajian enam set sampel dengan enam konsentrasi
Pengujian Preferensi dengan Metode Rank-Rating senyawa rasa dasar yang berbeda dilakukan dari sampel
(Kim dan O'Mahony 1998). Pengujian preferensi dilaku- dengan konsentrasi terendah hingga tertinggi (ascending
kan dengan dua jenis sampel, yaitu minuman teh hitam concentration). Seri konsentrasi senyawa rasa dasar yang
(rasa manis) dan minuman kopi (rasa pahit). Persiapan digunakan merupakan hasil dari penelitian pendahuluan,
sampel teh hitam dilakukan dengan menyeduh satu kan- dengan faktor konsentrasi per set sebesar 2.
tong teh celup dengan air mendidih sejumlah 200 ml, lalu
Selama satu jam sebelum pengujian panelis diminta
didiamkan selama S menit. Sebelum kantung teh diang-
untuk tidak makan, minum, atau menggosok gigi. Hal
kat, dilakukan pencelupan dan pengangkatan kantung teh
tersebut diperlukan untuk menghindari bias akibat per-
sebanyak S kali. Setelah itu dilakukan pencampuran gula
bedaan sensitivitas indera perasa, sebab tidak dilakukan
dengan pengadukan hingga gula terlarut. Jumlah gula pa-
pencatatan ko-nsumsi makanan dan minuman oleh panelis
sir yang dilarutkan adalah 2.S; S.O; 7.S; 10.0; 12.S; dan IS
sebelum pengujian. Sampel disajikan dalam satu nampan
g per 100 ml air seduhan teh. Sampel didinginkan hingga
besar, tersusun dari set konsentrasi rendah (paling dekat
mencapai suhu SO°C tmtuk disajikan.
dengan panel is) ke set konsentrasi tinggi (palingjauh dari
Persiapan sampel kopi dilakukan dengan menyeduh panelis). Sebanyak 10 ml sampel disajikan dalam dispos-
sejumlah kopi instan dengan air mendidih sampai larut. able cup kecil. Pengujian sampel dalam satu set dilakukan
Selanjutnya ditambahkan krimer dan gula pasir sebanyak secara berurutan dari kiri ke kanan. Panelis diminta untuk
masing-masing 12.S g dan 3.0 g per ISO air seduhan kopi. menetralkan indera perasa dengan berkumur, kemudian
Variasi jumlah kopi yang dibuat adalah 1.07; 1.20; 1.33; mulai mencicip dengan meminum sampel. Seluruh pene-
1.47; 160; 1.73 g per 100 ml air mendidih. Sampel didi- tralan dalam pengujian ambang sensori dilakukan dengan
nginkan hingga mencapai suhu SO°C untuk disajikan. berkumur dan mengeluarkan kembali air kumur tersebut,
Sampel sejumlah IS ml minuman teh dan kopi (suhu dengan tujuan menghindari kejenuhan panelis akibat ter-
SO°C) disajikan dalam disposable cup bertutup aluminium lalu banyak min urn. Setelah ketiga sampel pada satu set

©JMP2014 3
Jurnal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 1-8, 2014

Tabel 1. Penentuan nilai ambang deteksi


Konsentrasi (x)
Panelis BET
2 3 4 5 6
+ + + + BET1 = VX'6,X4,
2 + + BET2 = VX4,.x s
3 + + + BET3 = VX 5 ,X 6
n BETn
BET grup BETgntp = T;./BET1.BET2. BET3 ... BETn

dicicipi, panelis diminta melakukan penilaian dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


menuliskan kode sampel yang berbeda pada kuesioner
yang disediakan . Panel is dapat mengulang pencicipan Preferensi dan Ambang Deteksi Rasa Manis
dalam set yang sarna agar lebih yakin pada jawaban GambaI' la menunjukkan pola preferensi rata-rata tiga
yang diberikan. Sebelum mencicipi sampel pad a set se- sllku di Indonesia terhadap rasa manis dalam minuman
lanjutnya , dilakukan penetralan . Tahapan pencicipan teh. Panelis dari ketiga sukll memiliki kecenderungan
diulangi sehingga en am set telah diujikan. Panelis tidak preferensi yang sama untuk rasa manis dalam minuman
dapat mengulang pencicipan antar set yang berbeda. teh. Rata-rata panelis memberikan skor kesukaan yang
Penyajian sampel diJakukan deligan tiga cara, rendah pada konsentrasi gula terendah (2.5% b/v) . Skor
yaitu RIanko-Blanko-Sampel, Blanko-Sampel-Blanko, yang diberikan semakin tinggi seiring dengan mening-
dan SampeJ-Blanko-Blanko. Urutan penyajian diacak katnya kOllsentrasi gula dalam teh. Secara keseluruhan
antarpanelis untuk menghindari bias. Setelah selesai tingkat kemanisan terendah yang mulai disukai (skor ke-
melakukan pengujian am bang sensori, panelis beristirahat sukaan 2: 7) adalah teh dengan sukrosa 10%.
selama 30 menit sebelum memulai pengujian preferensi Panelis suku Minang memberikan rata-rata skor pe-
rasa dasar. nilaian teltinggi pad a teh dengan konsentrasi gula 12.5%.
Analisis Data. Anal isis data preferensi antar suku PaneIis dari kedua suku lainnya yaitu Nusa Tenggara dan
dilakukan dengan ANOVA desain kelompok dengan pa- Jawa memberikan rata-rata skor penilaian tertinggi pada
nelis sebagai kelompok pad a setiap konsentrasi gula atau teh dengan konsentrasi gula 10%. Setelah mencapai skor
kopi yang ditambahkan menggunakan SPSS 16.0. Untuk maksimum, grafik skor kesukaan suku Minang dan Nusa
melihat pengaruh perbendaan gender, pengolahan data Tenggara masih cenderung tinggi pada kisaran 7 (agak
dilakukan dengan uji-T dengan microsoft Excel. Untuk suka), sedangkan grafik skor kesukaan suku Jawa cen-
pengambilan kesimpulan digunakan nilai a 5%. derung menurun ke kisaran skor 6 (sedikit suka). Dengan
Anal isis data ambang sensori dilakukan dengan demikian , dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa
metode Best Estimation Threshold mengacu pada ASTM panel yang berasal dari sumatra barat (Minang) memili-
E679 (20ll). BET merupakan metode perkiraan ambang ki preferensi intensitas rasa manis yang lebih tinggi dari
rangsang dengan menggunakan rataan geometris (geo- panel yang berasal dari jawa tengah dan NTT. Hasil pe-
mean) transisi terakhir dari jawaban salah ke jawaban nelitian ini berlawanan dengan anggapan yang sekarang
benar pada setiap panelis, dengan catatan semua tahap dianut oleh masyarakat luas yaitu meyakini bahwa orang
yang lebih tinggi bemilai benar. Ambang sensori grup yang berasal dari suku jawa (jawa tengah) memiliki pre-
(BET grup) diperoleh dengan menghitung rataan geome- ferensi intensitas rasa manis lebih tinggi dari suku lainnya.
tris ambang sensori individu pada grup tersebut. Tahapan Gambar 1b memperlihatkan pengaruh gender terha-
perhitungan nilai BET panelis dan grup dapat dilihat pad a dap preferensi tingkatan rasa_man is dalam minuman teh.
Tabel 1. Persamaan umum dari rataan geometris adalah Pada konsentrasi rendah (dibawah 7%) tidak ada perbe-
sebagai berikut: daan skor kesukaan antara laki-Iaki dan perempuan, akan
tetapi pada konsentrasi diatas 7% panelis perempuan
Geo - mean = '!.Ixl.x']. ... Xn
cenderung memberi nilai skor kesukaan lebih rendah dari
Ambang sensori rasa dasar antar suku dibandingkan laki-Iaki. Konsentrasi gula terendah yang tampak mulai
dengan One-way ANOVA dan uji lanjut Duncan. Per- disukai pada minuman teh adalah pada konsentrasi 10%
bandingan ambang sensori rasa dasar berdasarkan gender baik untuk laki-Iaki maupun perempuan. Secara statistik
dilakukan dengan ujit. Uji statistik menggunakan prog tidak ditemui adanya perbedaan preferensi yang signifikan
SPSS 20 pada a =5%. Kajian lebih lanjut adalah meli- antara laki-laki dan perempuan.
hat korelasi antara preferensi dengan ambang sensori Pengujian ambang deteksi yang dilihat dari nilai
masing-masing rasa dengan korelasi Pearson menggu- ambang deteksi rasa manis menggunakan pendekatan
nakan SPSS 20. metode BET menunjukkan bahwa suku minang memiliki

4 ©JMP2014
Jurnal Mutu Pangan. Vol. 1(1): 1-8.2014

9 (a)

~Minang

___ Jawa
3
- . - Nusa Tenggara
2

0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Konsentrasi gula dalam teh (% b/v)

9 (b)
8
c 7
III
III
~
:::I
If)
6
Q)
~
'- 5
0
~
en 4 -€l-perempuan
"""'*""" laki-Iaki
3

0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Konsentrasi gula (%)

G~mbar 1. Preferensi tingkatan rasa man is berdasarkan kultur (a) dan gender (b)

nilai BET yang paling tinggi yaitu dengan nilai 8.139 mM gunakan. Nilai ambang deteksi ketiga kelompok wilayah
sukrosa, sedangkan grup panel suku jawa memiliki nilai asal dan perbedaan gender dapat dilihat pada Tabel 2.
BET 6.610 mM sukrosa dan panel nusa tenggara menun- Penelitian preferensi rasa manis telah dilakukan oleh
jukkan nilai BET paling rendah yaitu 4.070 mM sukrosa beberapa peneliti sebelumnya pada matriks pang an yang
(Tabel 2). Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat berbeda yaitu jus jeruk komersial dan es krim di negara
perbedaan ambang deteksi rasa manis untuk ketiga suku Australia, dan mendapatkan konsentrasi optimum sebesar
tersebut (p=0.034). Panel yang berasal dari Nusa Tengga- 20 gIL untuk jus jeruk (Prescot et al. 1997). Bitnes et al.
ra memiliki nilai ambang deteksi yang terendah dan (2007) melaporkan nilai ambang pengenalan utnuk rasa
berbeda signifikan dengan panel yang berasal dari Jawa manis di Norwegia menggunakan panelis terlatih adalah
Tengah dan Minang. Hal tersebut berhubungan dengan sebesar 4 gIL.
hasil yang diperoleh pada data preferensi seperti yang
dijelaskan diatas. Panel yang berasal minang memiliki Preferensi dan Ambang Deteksi Rasa Pahit
sensitivitas yang paling rendah terhadap rasa manis, se- Gambar 2a menunjukkan preferensi panel dari ke-
hingga selanjutnya berdampak pada tingkat kemanisan tiga suku terhadap rasa pahit di dalam minuman kopi.
yang disukai cenderung lebih tinggi daripada kedua panel Panelis Nusa Tenggara memberikan skor kesukaan ter-
grup lainnya yang berasal dari jawa dan nus a tenggara. tinggi (7.4= sangat suka) pada konsentrasi bubuk kopi
Perhitungan ambang deteksi rasa manis berdasarkan paling rendah yaitu 1.07%, setelah itu skor kesukaan
perbedaan gender menunjukkan bahwa perempuan le- cenderung menurun dengan bertambahnya jumlah bubuk
bih sensitif daripada laki-Iaki. Hal tersebut ditunjukkan instan yang ditambahkan (1.73%). Panelis suku Minang
oleh nilai BET populasi perempuan lebih rendah (5.397 memberikan rata-rata skor kesukaan tertinggi (6.9 = agak
mM sukrosa) dibandingkan laki-kali (7.112 mM sukro- suka) pada konsentrasi bubuk kopi 1.2% dan tersebut ti-
sa). Secara teknis perbedaan nilai ambang deteksi sebesar dak berbeda nyata dengan skor yang diberikan dengan
1.715 mM akibat perbedaan gender terse but memberikan konsentrasi bub uk kopi 1.07%. Skor kesukaan tertinggi
perbedaan yang signifikan dari sisi jumlah bahan yang di- yang diberikan oleh panel suku Jawa adalah pada konsen-

©JMP2014 5
Jurnal Mutu Pangan , Vol. 1(1): 1-8,2014

8
(a)
7
c
'"
'" 6
-'"
::J
:G 5
-'"

-'"
o4
(j)
-+-M ina ng
3
_ _ Jawa
2
----.- Nusa Tenggara

11 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8

Kensentrasi bubuk kepi dalam minuman kepi (% b/v)

:-= 8 (b)
.r:
'"
0. 7
'"'"
~ 6
c
g 5
-'"
::J
:G 4
-'"
o
-'"
3 ~p e re mpua n

(j)
_ _ Iaki-Iaki
2

1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8

Kensentrasi kepi instan (%)

Gambar 2. Preferensi tingkatan rasa pahit berdasarkan kultur (a) dan gender (b)

trasi bubuk kopi 1.33%. Akan tetapi berdasarkan anal isis Ambang dcteksi rasa pahit secara keselurllhan adalah
statistik. skor tersebllt tidak berbeda signifikan dengan 0.713 mM kafein. Berdasarkan nilai rata-rata_ ambang de-
dua konsentrasi lain yang Jebih rendah ( J.07% dan 1.2%). teksi panel suku Minang (0.770 mM). SUkll Jawa (0.703
PoJa kesukaan yang sama terhadap intensitas rasa pahit mM), dan Nusa Tenggara (0.671 mM) (Tabel 2). Secara
daJam minuman kopi jika dilihat dari perbedaan gender statistik, perbedaan suku tidak berpengaruh signifikan ter-
(GambaI' 1b). Perbedaan gender tidak memberikan penga- hadap ambang deteksi rasa pahit
ruh sign ifikan tcrhadap tingkat kesukaan rasa pahit daJam Berdasarkan pendekatan gender, panelis yang paling
minuman kopi. sensitif terhadap rasa pahit adalah panelis perempuan
Nusa Tenggara karena memiliki ambang sensori relatif
Tabel 2. Nilai ambang deteksi rasa manis dan rasa pahit lebih rendah (0.655 mM), sedangkan yang paling tidak
Asal Daerah Laki-Ia ki Perempuan Rata-rata sensitif adaJah paneJis Jaki-Jaki suku Minang dengan am-
Rasa Manis (mM Sukrosa) bang sensori relatif lebih tinggi yaitll (0.825 mM). Akan
Minang 7.682 8,458 8.139 tetapi secara umum , tidak diperoleh perbedaan yang
Jawa Tengah 9.678 5.127 6.610
signifikan pada nilai BET antara laki-Iaki dan perempu-
NTT 4.839 3.626 4.070
an. Panel perempuan memiliki nilai BET rasa pahit 0.708
Rasa Pah it (mM kafein)
Minang 0.825 0.735 0.770
mM kafein, sedangkan laki-Jaki 0.722 mM kafein.
Jawa Tengah 0.656 0.736 0.703 Hasil penelitian sejenis dilakukan memberikan hasil
NTT 0.694 0.655 0.671 yang berbeda. Bitness et af. (2007) melaporkan ambang
pengenalan rasa pahit dari kafein menggunakan panel is
Tidak ditemui adanya perbedaan preferensi baik pad a terlatih di Norwegia adaJah 0.14 gi L , sedangkan Pasquet
rasa manis dan pahit pada popuJasi laki-Jaki dan perem- et af. (2007) melaporkan ambang pengenalan untuk rasa
puan sesuai dengan stlldi sebelumnya oleh Lanfer et af. pahit dari quinin sulfat adalah 0.0068 mM menggunakan
(2013) mengenai preferensi tiga rasa dasar (manis, asin, panel mahasiswa di Paris. Prescot el af. (1998) melapor-
dan gurih) dalam matriks pangan menggllnakan panel kan bahwa konsumen Australia berusia 19-53 tahun dan
anak-anak dari delapan negara Eropa, yang memberikan konsumen Jepang 2 J-45 tahun meJaporkan tingkatan
hasil bahwa jenis kelamin tidak memengaruhi preferensi rasa pahit yang diterima pada jus jeruk komersial adaJab
rasa secaJ-a konsisten. pada 0% kafein. Nilai yang berbeda dengan yang diper-

6 ©JMP2014
Jurnal Mutu Pangan . Vol. 1(1): 1-8, 2014

oleh dari hasil penelitian ini merupakan hal yang wajar untuk populasi minang yaitu pada BET 8. 139 mM sukro-
karena adanya perbedaan dari sisi kultur dan kebiasaan sa, jika dibandingkan dengan nilai BETuntuk panel Jawa
makan yang berbeda antar negara. Sejauh ini studi sen so- (6.610 mM sukrosa) dan panel Nusa Tenggara (4.839 mM
ri lebih ban yak dilakukan secara cross-cultural, sehingga sukrosa). Akan tetapi, perbedaan kultur tidak memberikan
belum diperoleh acuan yang lebih sesuai mengenai am- pengaruh yang signifikan terhadap preferensi rasa pahit
bang sensori dan preferensi sub-cultural. Penelitian yang dalal11 minuman kopi. Panel pada usia 17-20 pada umum-
dilakukan antar kelompok budaya dalam masyarakat nya menyukai kopi dengan intensitas pahit (konsentrasi
yang kompleks dalam bentuk perbandingan kelompok kopi) yang rendah , dan preferensi akan semakin menllrun
suku dan studi akulturasi , sepelii yang dilakukan pada dengan ameningkatnya intensitas rasa pahit.
penelitian ini, tergolong sub-cultural. Penelitian sub-cul- Perbedaan gender tidak memberikan pengaruh yang
tural dapat pu la dipengarllhi faktor akulturasi, yang dapat signifikan terhadap preferensi rasa manis dalam teh dan
memberikan perubahan terhadap pola makan karena ada- rasa pahit dalam minuman kopi . Akan tetapi dari nilai
nya penyesuaian terhadap budaya baru (Sobal 1998). BET, secara umul11 perempuan memiliki sensitivitas yang
lebih tinggi daripada laki-Iaki , dimana nilai BET perelll-
Korelasi Preferensi dan Ambang Sensori puan selalu lebih rendah dari laki-laki baik untuk rasa
Berdasarkan hasil anal isis korelasi pearson an tara m3nis Illaupun rasa pahit.
data preferensi dan ambang deteksi rasa manis dan pahit
Illenunjukkan bahwa tidak ada korelasi alllara preferen- UCAPAN TERIMAKASIH
si dan am bang deteksi baik untuk rasa manis (koefision
korelasi pearson:-0.081) maupun pahit (koefisiol1 kore- Terimakasih kepada Direktorat Je"dral Pendidikan
lasi pearson:-0.227). Perbedaan sensitivitas seseorang Tinggi yang Ill endan ai kegi atan penelitian ini melalui
terhadap suatu rasa dasar bellllll tentu lllel1lberikan per- BOPTN 20 13 IPB de ngan skema penelitian lintas fakul-
bedaan terhadap preferensinya pad a rasa dasar tersebut tas N o kontra k 230/ lTJ. UI.2/SPKJ2 011 .
dalam suatu produk pangan. Hasil penelitian Mitchell
et 01. (2013) menunjukkan hal yang serupa dengan ha- DAFTAR PUSTAKA
sil penelitian ini, yaitu tidak terdapat korelasi signifikan
an tara amoang sensori rasa asin dengan skor penerimaan Ari yani NI. 20 13. Strategi adaptasi orang M inang terhadap
sup sayuran, dengan korelasi bemilai positif (r=0. 154). bahasa, makanan , dan nonna masyarakat .Iawa. J Komu-
Hal tersebut didukung oleh Lucas et 01. (20 II) yang nitas . 5( 1):26-37. ISSN 2086-5465.
menyatakan bahwa ambang sensori rasa asin tidak ber- [ASTM] American Society of Testing and Materials (US).
asosiasi dengan penerimaan dan kesukaan daging hash 20 11. ASTM E679-04: Standard Practice for Detemli-
brown dengan konsentrasi garam yang berbeda-beda. nation of Odor and Taste Thresholds by a Forced-choice
Studi yang berkaitan dengan rasa pahit dilakukan oleh Ascending Concentration Series Method of Limit. West
Catanzaro et 01. (2013). Hasi Inya, tidak terdapat perbe- Conshohocken (US): ASTM Intemational.doi:10.1520/
daan signifikan antargrup panelis dengan sensitivitas rasa E0679-04R II.
pahit yang berbeda-beda (PROP sllpertasters, medium- Catanzaro D, Chesbro EC, Velkey AJ. 20 I 3. Relationship
tasters , dan non tasters) dalam kesukaannya terhadap kopi between food preferences and PROP tasters status of
hitam, dark chocolate, anggur merah , bir, salad dressing college students. J Appetite. http:// dx.doi. orgll O. 10 I 6/j.
atau mayonaise. appet. 2013.04.025.
Lanfer et 01. (2013) menyatakan bah\\a ambang sen- Dewi FI , Anwar F, Amalia L. 2009. Persepsi terhadap kon-
sori, yaitu konsentrasi terendah yang dapat dirasakan , sumsi kopi dan teh mahasiswa TPB IPB tahun ajaran
tidak relevan dengan sensasi rasa yang diterima sehari- 2007-2008 . J Gizi dan Pangan. 4( 1):20-28.
hari. Pada umumnya persepsi hedoriik (preferensi) berada Kim K, O ' Mahony M . 1998. A new approach to category
pada konsentrasi rasa di atas am bang sensori. Terdapat scales of intensity 1: traditional versus Rank-Rating. J
kemungkinan adanya keterkaitan an tara intensitas peni- Sensory Studies. 13 :241-249.
laian supra-threshold (di atas ambang deteksi) dengan
Lanfer A, Bammann K, Knof K, Buchecker K, Russo P,
preferensi rasa dalam pangan.
Veidebaum T, Kourides Y, de Henauw S, Molnar D,
Bel-Serrat S et of. 2013. Predictors and correlates of
taste preferences in European children: the IDEFICS
KESIMPULAN
study. J Food Quality and Preference. 27: 128-136.
doi: 10.1 016/ j.foodquaI.2012. 09.006.
Perbedaan panel asal wilayah atau kultur (Minang,
Jawa Tengah dan Nusa Tenggara) memberikan perbe- Lawless HT. 2010. A simple alternative analysis for threshold
daanyang signifikan pada preferensi rasa manis, dimana data determined by ascending forced-choice methods of
limits. J Sensory Studies. 25:332-346.
panel asal Minang menyukai rasa manis pada konsentrasi
yang lebih tinggi (12.5% gula) daripada panel asal Jawa Lawless HT, Heymann H. 2010. Sensory Evaluation of
Tengah dan Nusa Tenggara (10% gula). Hal tersebut didu- Food: Principles and Practices, Second Edition. Spring-
ga berhubungan dengan lebih tingginya ambang deteksi er, New York.

©JMP2014 7
Jumal Mutu Pangan, Vol. 1(1): 1-8,2014

Michon C, O'Sullivan MG, Delahunty CM, Kerry JP, 2009, Prescott J, Bell GP. 1995. Cross-cultural determinants of
The investigation of gender-related sensitivity differenc- food acceptability: Recent research on sensory percep-
es in food perception, J Sensory Studies, 24: 922-937, tions and preferences. Tend in Food Sci and Techno!'
Mitchel1 M, Brunton NP, Wilkinson MG, 2013. The in- 6:201-207
fluence of salt taste threshold on acceptability and Prescott J, Bell GA, Gillmore R, Yoshida M, O'Sullivan M,
purchase intent of reformulated reduced sodium vege- Korac S, Allen S, Yamazaki K. 1998. Cross-cultural
table soups. J Food Quality and Preference. 28:356-360. comparisons of Japanese and Australian responses to
Doi: 10.1016/j.foodqua!.20 12. 11.002. manipulations of sourness, saltiness and bitterness in
Mojet J, Christ-Hazelhof E, Heidema 1. 2005. Taste per- foods . ] Food Quality and Preference. 9(1 ):33-66.
ception with age: pleasantness and its relationship Sanders OG, Ayers N, Oakes S. 2002. Taste acuity in the el-
with threshold sensitivity and supra-threshold intensity derly: the impact of threshold, age, gender, medication,
of five taste qualities. J Food Quality and Preference. health and dental problems. J Sensory Studies. 17:89-
16:413-423. 104.
Pasquet P, Monneuse M, Simmen B, Marez A, Hladik C. Sobal 1. 1998. Cultural comparison research designs in food,
2006. Relationship between taste thresholds and hun- eating, and nutrition. J Food Quality and Preference.
ger under debate. J Appetite. 46:63-66. doi:lO. 1016/j . 9(6):385-392.
appet.2005.09.004. JMP03-14-001 - Naskah diterima untuk ditelaah pada 6 Maret 2014. Re-
visi makalah disetujui untuk dipublikasi pada 24 Maret 2014. Versi Online:
http://jurnalmutupangan.comlindex 1. php?view&id= 1

8 ©JMP2014

You might also like