You are on page 1of 9

Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL


www.journal-medical.hangtuah.ac.id

Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kamboja (Plumeria rubra L.) Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Shigella Dysenteriae Dengan Metode Difusi Sumur

Aprilia Mindasari

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya

Email : apriliamindasari32@gmail.com

Abstract

Background. Dysentery caused by bacteria (bacillary dysentery) or shigellosis


caused by bacteria of the genus Shigella (dysentery causes most important and most
common). Antimicrobial resistance of Shigella strains associated with the use of
antimicrobials in general in the population. Frangipani plants (Plumeria rubra) which
is an ornamental plant. However, frangipani plants have been used as a medicine
since ancient times, especially in the islands of the Pacific, East Asia, and Polynesia.
Efficacy frangipani medically proven yet, but empirically been widely used as
medicine.

Methodology. Laboratory experimental studies using post test only control group
design. The method used in this research is the well diffusion method by using the
difference in treatment doses. With four concentrations: 12.5%, 25%, 50%, 100%
and Tetracycline with a dose of 50 mg as a positive control and Aquadest as a
negative control. With four repetitions according federer formula.

Results. Kruskal-Wallis statistical tests, showed a significance of 0.000. If α = 5%,


then H0 (for α> significance). It can be concluded Flower Extract Cambodia
(Plumeria rubra L.) has an influence on the growth of bacteria Shigella dysenteriae.
Proceed with the Mann-Whitney test with the results of there is difference Inhibition
Zone Diameter in each dose and control of Frangipani flower extracts, except at
doses of 12.5% ​ ​ and control (-). Where the value of significance is 1.000 with α =
5%, then (α <significance) and H0 be accepted, which means there is no difference
between the bacteria Inhibition Zone Diameter extract of frangipani (Plumeria rubra
L.) with a dose of 12.5% ​ ​ and a negative control.

Conclusion. There is the influence of frangipani flower (Plumeria rubra) extract


against bacteria Shigella dysenteriae.

Keywords. Shigella dysenteriae, Antimicrobials, Plumeria rubra L.

1
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

Abstrak

Latar Belakang. Disentri yang disebabkan oleh bakteri (Disentri basiler) atau
shigellosis disebabkan oleh kuman genus Shigella (penyebab disentri yang
terpenting dan tersering). Resistensi antimikroba dari strain Shigella dikaitkan
dengan penggunaan antimikroba secara umum dalam populasi. Tanaman kamboja
(Plumeri rubra) yang merupakan tanaman hias. Namun tanaman kamboja telah
digunakan sebagai obat sejak zaman dulu, terutama di daerah kepulauan Pasifik,
Asia Timur, dan Polinesia. Khasiat bunga kamboja secara medis belum dibuktikan,
tetapi secara empirik sudah banyak digunakan sebagai bahan obat.

Metode. Penelitian eksperimental laboratorium menggunakan metode post test only


control grup design. Metode yang dilakukan pada penelitian kali ini merupakan
metode difusi sumur dengan menggunakan perbedaan dosis pada perlakuan.
Dengan 4 konsentrasi: 12,5 %, 25 %, 50 %, 100 % dan Tetrasiklin dengan dosis
50mg sebagai kontrol positif serta Aquadest sebagai kontrol negatif. Dengan 4 kali
pengulangan sesuai rumus federer.

Hasil. Uji statistik Kruskal-Wallis, didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,000. Jika α
= 5%, maka H0 ditolak (karena α > signifikansi). Sehingga dapat disimpulkan Ekstrak
Bunga Kamboja (Plumeria rubra L.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri Shigella dysenteriae. Dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan hasil ada
perbedaan Diameter Zona Hambat yang berbeda pada masing-masing dosis ekstrak
Bunga Kamboja dan kontrolnya, kecuali pada dosis 12,5% dan kontrol (-). Dimana
nilai signifikasinya adalah 1,000 dengan α = 5% maka (α < signifikansi) dan H0
diterima yang artinya tidak ada perbedaan Diameter Zona Hambat bakteri antara
ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dengan dosis 12,5% dan Kontrol Negatif.

Kesimpulan. Terdapat pengaruh ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.)


terhadap bakteri Shigella dysenteriae.

Kata Kunci. Shigella dysenteriae, Antimikroba, Plumeria rubra L.

Pendahuluan

Disentri merupakan penyakit radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja
lendir bercampur darah. Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan bakteri, yaitu
Entamoeba histolytica dan Shigella spp. Dimana transmisi bisa melalui fecal-oral
yaitu dari makanan / air yang terkontaminasi serta kontak dari orang ke orang.
Namun menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
penyebab diare dapat dibedakan menjadi 4, yaitu infeksi bakteri, virus, parasit, dan
non infeksi. Disentri yang disebabkan oleh bakteri (Disentri basiler) atau biasa

2
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

disebut dengan shigellosis disebabkan oleh kuman genus Shigella (penyebab


disentri yang terpenting dan tersering). Ditandai gejala diare, adanya lendir dandarah
dalam tinja, serta nyeri perut dan tenesmus (Tjokroprawiro dkk, 2007).

Disentri basiler terdapat diseluruh dunia, terutama dinegara sedang berkembang


dengan kesehatan lingkungan yang kurang dan penghuni yang padat. Disentri
basiler mudah menyebar pada lingkungan yang jelek. Kematian terutama pada anak
dibawah 5 tahun. Dan termasuk dalam penyakit Tropik-Infeksi (Tjokroprawiro dkk,
2007). Hosseini et al. (2007) juga melaporkan dari 165 juta kasus yang terjadi di
seluruh dunia, sekitar 1,1 juta jiwa meninggal per tahun, dengan korban terbanyak
berasal dari kelompok anak-anak usia di bawah 5 tahun.

Antibiotik pertama yang terbukti efektif dalam memperpendek perjalanan


Shigellosis adalah ampicilin (Haltalina et al, 1968). Dengan meluasnya penggunaan
Ampicilin sebagai terapi diare bakteri pada tahun 1970-an dan 1980-an, resistensi
Ampicilin terjadi secara luas (Murray et al, 1986). Nelson et al (1976) menunjukan
bahwa trimethoprim-sulfame-thoxazole (TMP/SMX) aktif in vitro dan menunjukan
bahwa obat memperpendek kerja shigellosis pada anak-anak yang terinfeksi. Di
tahun 1990-an diidentifikasi bakteri patogen enterik dan strain Shigella mulai
kehilangan kepekaannya terhadap TMP/SMX dengan tingkat resistensi mencapai
50% - 94% di seluruh dunia (Bennish et al, 1992) (dikutip dari Mayers et al, 2009).
Salah satu obat pertama yang berhasil setelah resistensi TMP/MSX terhadap
Shigellosis adalah asam nalidiksat (nalidixid acid), Quinolon memiliki bentuk
suspensi untuk anak dan dengan aktifitas in-vitro melawan bakteri patogen enterik
(Bennish et al, 1992). Bentuk rentan dan resistan dari Shigella terhadap asam
nalidiksat menjadi umum, terutama di strain Shigella dysenteriae (Munshi et al, 1987).
Munculnya resistensi ini diperkirakan karena meluasnya penggunaan asam
nalidiksat, dengan adanya floroquinolon baru, dimulai dengan norfloxacin dan diikuti
oleh ciprofloxacin dan levofloxacin, dimana hasil untuk Shigellosis orang dewasa
sangat baik. Dalam beberapa tahun terakhir, resistensi asam nalidiksat telah
mencapai tingkat yang sangat tinggi untuk S. flexneri dan S. dysenteriae di asia, dan
strain yang menunjukan resistensi terhadap fluoroquinolone (Taneja et al, 2007).

Resistensi antimikroba dari strain Shigella dikaitkan dengan penggunaan


antimikroba secara umum dalam populasi(Hoge et al, 1998). Dengan berjalannya

3
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

waktu di daerah endemic, resistensi asam nalidiksat menjadi penting secara klinis
sehingga obat ini tidak lagi membantu dalam pengobatan Shiga disentri (Bennish et
al, 1992).

Bangsa Indonesia telah mengenal pengobatan secara tradisional. Namun, cara –


caranya tidak dicatat dengan baik karena teknik pengobatannya diajarkan secara
lisan.Dalam perkembangannya banyak teknik pengobatan kuno yang hilang atau
terlupakan.Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga
banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Diantara berbagai jenis tersebut
beberapa jenis tumbuhan memiliki khasiat sebagai obat. (Hariana, 2004)

Seperti tanaman kamboja (Plumeri rubra) yang merupakan tanaman hias dengan
batang berkayu keras yang cenderung bengkok dan bergetah. Di Indonesia,
tanaman kamboja masih belum banyak dimanfaatkan dan hanya dikenal sebagai
tanaman hias yang memiliki bentuk dan warna bunganya yang indah. Namun
tanaman kamboja telah digunakan sebagai obat sejak zaman dulu, terutama di
daerah kepulauan Pasifik, Asia Timur, dan Polinesia. Khasiat bunga kamboja secara
medis belum dibuktikan, tetapi secara empirik sudah banyak digunakan sebagai
bahan obat (Lim, 2014). Tanaman kamboja memiliki banyak manfaat, mulai dari akar,
batang, getah, daun, kulit batang dan bunganya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin meneliti apakah ekstrak bunga kamboja
(Plumeria rubra) dapat bersifat antimikroba terhadap bakteri Shigella dysenteriae,
mengingat bahwa bunga kamboja (Plumeria rubra) memiliki kandungan terpenoid,
flavonoid, tannin, dan alkaloid yang dapat digunakan sebagai antibakteria (Lim, 2014)

Metodologi Penelitan

Desain dan Rancangan penelitian ini menggunakan desain Penelitian


eksperimental laboratorium dengan menggunakan metode post test only control grup
design. Dalam penelitian ini menggunakan 4 konsentrasi: 12,5 %, 25 %, 50 %, 100
% dan tetrasiklin dengan dosis 50mg sebagai kontrol positif serta Aquadest sebagai
kontrol negatif.

Sampel dalam penelitian ini adalah Isolat Shigella dysenteriae yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan biakan laboratorium yang diidentifikasi secara standar di
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Hang Tuah Surabaya.Teknik pengambilan

4
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Total Sampling
(penggunaan semua data sampel).

Variabel Bebasnya ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dan Variabel
terikatnya jumlah koloni Shigella dysenteriae yang tumbuh sesudah perlakuan.
Dimana media padat Mac Conkey agar dilubangi menggunakan stainless ring drop
dengan diameter 7 mm. Kemudian menetesi masing-masing lubang sesuai yang
telah ditentukan sesuai dengan konsentrasi larutan uji sebanyak 50µL menggunakan
mikropipet. Menutup cawan dan diinkubasi dalam suhu 37ºC. Setelah 24 jam amati
dan ukur daerah hambat pertumbuhan bakteri yang ada pada Mac Conkey.

Selanjutnya data diolah secara statistik menggunakan program SPSS. Pada


penelitian ini Analisis data hasil penelitian menggunakan uji statistik kruskal-wallis
dan dilanjutkan dengan uji mann-whitney.

Hasil Penelitian

Daerah Hambat Pertumbuhan Shigella dysenteriae terhadap diameter lubang


sumur yang sudah di kurangi diameter stainless ring drop yaitu 7 mm. Pada
konsentrasi 100% menghasilkan rerata 7,92mm, pada konsentrasi 50%
menghasilkan rerata 4,37mm, dan pada konsentrasi 25% menghasilkan rerata
2,1mm, sedangkan untuk konsentrasi 12,5% tidak menghasilkan daerah hambat dari
bakteri Shigella dysenteriae.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin rendah konsentrasi ekstrak etanol
bunga kamboja (Plumeria rubra L.) terjadi penurunan rerata daerah hambat
pertumbuhan Shigella dysenteriae.

Pada uji statistik Kruskal-Wallis, didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,000. Jika
digunakan α=5%, maka H0 ditolak (karena α > signifikansi). Sehingga dapat ekstrak
Bunga Kamboja (Plumeria rubra L.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri Shigella dysenteriae.

Kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan hasil ada perbedaan


Diameter Zona Hambat yang berbeda pada masing-masing dosis ekstrak Bunga
Kamboja dan kontrolnya, kecuali pada dosis 12,5% dan kontrol (-). Dimana nilai
signifikasinya adalah 1,000 dengan α = 5% maka (α < signifikansi) dan H0 diterima

5
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

yang artinya tidak ada perbedaan Diameter Zona Hambat bakteri antara ekstrak
bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dengan dosis 12,5% dan Kontrol Negatif.

Pembahasan

Dalam penelitian ini digunakan bunga kamboja (Plumeria rubra L.) yang diambil
dari Rungkut dan dilakukan pengekstrakan etanol 96%. Sebagai bakteri uji
digunakan bakteri Shigella dysenteriae yang merupakan bakteri gram negatif yang
bersifat patogen pada manusia. Bakteri ini tahan terhadap pH yang rendah,
sehinggga mampu melewati barier asam lambung (Sudoyo dkk, 2006). Bakteri
Shigella dysenteriae termasuk dalam kelompok enterobacteriaceae. Sekarang ini
bakteri strain-strain Enterobacter banyak yang resisten terhadap antibiotik.

Bakteri yang akan diujikan harus diremajakan terlebih dahulu (umur 1-2 hari) agar
kemampuannya untuk tumbuh optimal. Selanjutnya, bakteri yang telah diremajakan
tersebut diuji kekeruhannya sesuai dengan kekeruhan 0,5 Mc Farland. Standar 0,5
Mc Farland itu sebanding dengan suspensi bakteri sebesar 108 cfu/ml. Uji kekeruhan
tersebut berfungsi untuk mendapatkan konsentrasi bakteri yang cukup untuk
dimasukkan ke dalam media agar Mac Conkey. Setelah itu bakteri yang sudah
tertanam pada media agar diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

Uji aktivitas antibakteri ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) ini
menggunakan metode difusi sumur atau cup plate technique. Untuk membuat lubang
atau sumur pada media agar, digunakan stainless ring drop dengan diameter 7mm.
Kemudian kita teteskan ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dengan 4 dosis
yang berbeda, yaitu 100% , 50% , 25% , 12,5% pada masing-masing sumur yang
telah dibuat. Sedangkan untuk kontrol positifnya digunakan tetracycline HCl dan
aquadest sebagai kontrol negatif. Penelitian ini dilakukan dengan 4 kali pengulangan.
Didapatkan hasil maksimal daya hambat pertumbuhan bakteri terdapat pada sumur
yang berisi dosis ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) 100%.

Setelah diinkubasi selama 24 jam dalam suhu 37°C , daya hambat pertumbuhan
bakteri dapat dilihat dan diamati. Hasil dari penelitian ini adalah adanya kemampuan
daya hambat pertumbuhan bakteri ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.)
terhadap bakteri Shigella dysenteriae. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah

6
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

terang diantara sumur yang dibuat dan dinyatakan sebagai diameter daerah
hambatan pertumbuhan bakteri

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga kamboja
(Plumeria rubra L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella
dysenteriae dengan metode difusi sumur. Tetapi aktivitas antibakteri yang dimiliki
ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) ini tidak sebesar aktivitas antibakteri yang
dimiliki antibiotik tetraxyclin HCL.Senyawa yang diduga memiliki aktivitas antibakteri
pada bunga kamboja (Plumeria rubra L.) ini adalah senyawa terpenoids, flavonoid,
tannin, dan alkaloid.

Terpenoid bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar


dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan
rusaknya porin. Rusaknya porinyang merupakan pintu keluar masuknya senyawa
akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel
bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati
(Cowan, M.M., 1999).

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa


kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel
bakteri (Cowan, M.M., 1999) . Selain itu flavonoid juga memiliki kemampuan untuk
mendenaturasi protein sehingga pertumbuhan mikroorganisme dapat terhambat
(Trease dan Evans, 1978).

Mekanisme kerja tannin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse


transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk
(Robinson, 1995).

Menurut Lamothe (2009), mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri diprediksi


melalui penghambatan sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel
sehingga sel akan mati (Nimah dkk, 2012).

Untuk menilai data berdistibusi normal atau tidak, dilakukan Uji Saphiro-Wilk pada
seluruh data yang hasilnya data mempunyai nilai signifikasi sebesar 0,000. Dengan
nilai α = 0,05 dan data berdistribusi normal jika α<signifikasi maka data penelitian ini
berdistribusi normal. Namun hasil daya hambat pada konsentrasi terakhir memiliki
hasil yang sama dengan kontrol negatif atau sama dengan 0. Oleh karena tidak

7
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

dapat memenuhi ketiga syarat untuk dilakukan uji Anova satu arah, maka digunakan
uji Kruskal Walis untuk uji statistik penelitian ini. Uji Kruskal Wallis dipakai pada data
dengan skala minimal ordinal dan termasuk dalam uji statistika Non Parametrik.

Dari hasil uji Kruskal Walis disimpulkan bahwa ada perbedaan Diameter Zona
Hambat berdasarkan dosis ektrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.). Kemudian
untuk mengetahui lagi apakah ada perbedaan Diameter Zona Hambat yang berbeda
pada masing-masing dosis bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dan kontrol positif dan
negatifnya, dilakukan uji statistik Mann-Whitney.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) memiliki Daya Hambat Pertumbuhan
(DHP) terhadap bakteri Shigella dysenteriae yaitu pada dosis 100%, 50%, dan
25%.
2. Ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dengan dosis 100% memiliki Daya
Hambat Pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dosis yang lain.
3. Ekstrak bunga kamboja (Plumeria rubra L.) dengan dosis 12,5% tidak
menunjukan Daya Hambat Pertumbuhan

Daftar Pustaka

Bennish ML, Salam MA, Hossain MA, et al. Antimicrobial resistance of Shigella
isolates in Bangladesh, 1983-1990: increasing frequency of strains multiply
resistant to ampicillin, trimeth- oprim-sulfamethoxazole, and nalidixic acid. Clin
Infect Dis. 1992:14 (5):1055-1060

Cowan, M., 1999, Plant Product as Antimicrobial Agent, Clinical microbiology reviews,
12(4),hal. 564-582

Haltalina KC, Nelson JD, Hinton LV, Kusmiesz HT, Sladoje M. Comparison of orally
absorbable and nonabsorbable antibiotics in shigellosis. A blind study with
ampicillin and neomycin. J Pediatr. 1968:72 (5):708-720

8
Mindasari, HTMJ Volume 15 nomer 1 ; 2017

Hariana, Drs. H. Arief. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Niaga Swadaya. ISBN
9794898153, 9759794598161

Hermawan, Daylan O.(2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kering Propolis


Indonesia (Bogor) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae dengan
Metode Difusi Sumur. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Hoge CW, Gambel JM, Srijan A, Pitanangsi C, Echeverria P Trends in antibiotic


resistance among diarrheal pathogens isolated in Thailand over 15 years. Clin
Infect Dis. 1998:26(2):341-345

Lamothe, R.G. 2009. Plant Antimicrobial Agents and Their Effect on Plant and
Human Pathogens. Int. J. Mol. Sci 10: 3400-3419

Lim, T.K. 2014. Edible Medicinal And Non-Medicinal Plants(Vol 7th). Springer
Dordrecht Heidelberg. ISBN 978-94-007-7395-0

Munshi MH, Sack DA, Haider K, Ahmed ZU. Rahaman MM, Morshed MG. Plasmid-
mediated resistance to nalidixic acid in Shiigella dysenteriae type l. Lancet.
1987:208556):419-421

Murray BE. Resistance of Shigella, Salmonella, and other selected enteric pathogens
to antimicrobial agents. Rev Infect Dis. 1986:8 Suppl 2: S172-S181

Nelson JD, Kusmiesz H, Jackson LH, Woodman E Trimethoprim-sulfamethoxazole


therapy for shigellosis, JAMA. 1976 235(12):1239-1243

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan oleh


Kosasih, P., Edisi Keenam, 72, 157, 198, ITB, Bandung.

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta

Taneja N. Changing epidemiology of shigellosis and emergence of ciprofloxacin-


resistant Shigellae in India. J Clin Microbiol. 2007 4502) 678-679

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya : Airlangga


University Press

You might also like