You are on page 1of 14

Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720

Research Journal e-ISSN : 2685-5755


(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Analisis Spasial Sebaran Ketersediaan Dan Kebutuhan Fasilitas


Pendidikan Tingkat Smp Di Kabupaten Bombana

Asis Lawa1), Weka Widayati2), Djafar Mey3), Ahmad Iskandar4)


1
Program Studi Magister Geografi, Universitas Halu Oleo,
Email: asislawa17@yahoo.com
2
Program Studi Magister Geografi, Universitas Halu Oleo,
Email: wekawidyati@yahoo.com
3
Program Studi Magister Geografi, Universitas Halu Oleo,
Email: djafar_mey@yahoo.com
4
Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Sembilanbelas November Kolaka
Email: ahmadiskandar38@yahoo.com
Abstract: This study aims to spatially analyze of the distribution and availability of junior high school education
facilities in Bombana Regency. The data used in this study consisted of school location data, number of students,
standard facilities and infrastructure, Rupa Bumi Indonesia map, Bombana Regency administration map,
Bombana Regency in figures, school age population data, and the previous relevant research. Furthermore, the
data analysis uses the analysis of facilities availability, analysis of needs fulfillment and school occupancy, as
well as spatial analysis. Based on the research results obtained that educational facilities that have good
facilities and infrastructure are spread in four districts. Whereas sub-districts that have sufficient facilities and
infrastructure are available in 11 sub-districts and less available in 7 sub-districts. Then for the level of the
needs fulfillment, most are included in the good category, while those in the less category are only distributed in
2 districts. Furthermore, for the level of occupancy of educational facilities, the majority of districts have a lack
of occupancy. The lack of education facilities is likely due to the status is private schools, while the public
interest for schools in private schools is very small when compared to public schools.

Keyword: Distribution, Educational Facilities, Junior High school

1. PENDAHULUAN basis of merit; (2) Education shall be


Salah satu amanat dalam Pembukaan directed to the full development of the
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara human personality and to the
Republik Indonesia tahun 1945 adalah strengthening of respect for human rights
mengamanatkan kepada Pemerintah and fundamental freedoms. It shall
Negara Republik Indonesia untuk promote understanding, tolerance and
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk friendship among all nations, racial or
itu pemerintah harus mengusahakan dan religious groups, and shall further the
menyelenggarakan satu sistem pendidikan. activities of the United Nations for the
Selain amanat UUD, pendidikan juga maintenance of peace, (3) Parents have a
merupakan salah satu hak asasi manusia prior right to choose the kind of education
(HAM) yang bersifat universal. Universal that shall be given to their children.
Declaration of Human Rights (UDHR) Terjemahan bebas atas Pasal 26
dalam pasal 26 menyatakan bahwa (Burns UDHR di atas terkandung pokok-pokok
H. Weston dkk, 1990): (1) Everyone has sebagai berikut (Satya Arinanto, 2002): (1)
the right to education. Education shall be Bahwa tiap-tiap orang berhak atas
free, at least in the elementary and pendidikan. Pendidikan harus bebas biaya,
fundamental stages. Elementary education terutama untuk tingkat pendidikan dasar.
shall be compulsory. Technical and Pendidikan dasar bersifat wajib; sedangkan
professional education shall be made pendidikan teknis dan profesional harus
generally available and higher education dimungkinkan untuk didapatkan; dan
shall be equally accessible to all on the pendidikan tinggi harus dapat diakses oleh
April --- 7
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

semua orang berdasarkan manfaat; (2) adalah Pemda Kabupaten Bombana.


Pendidikan harus diarahkan kepada Penyelenggaraan pendidikan juga
pengembangan penuh dari kepribadian merupakan merupakan amanat Undang
manusia dan ke arah penguatan Undang di Indonesia dan sebagai sarana
penghormatan terhadap HAM dan peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia
kebebasan-kebebasan dasar. la harus (SDM) di Kabupaten Bombana. Kabupaten
memajukan pemahaman, toleransi dan Bombana yang merupakan Daerah
persahabatan di antara semua bangsa, Otonomi Baru (DOB) hasil pemekaran dari
kelompok-kelompok ras dan agama, dan Kabupaten Buton berdasarkan Undang-
juga memajukan aktivitasaktivitas Undang Republik Indonesia Nomor 29
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Tahun 2003 sangat memerlukan SDM
memelihara perdamaian; (3) Para orang tua yang unggul dalam rangka meningkatkan
memiliki hak untuk memilih terIebih pelayanan dalam bidang pemerintahan,
dahulu macam pendidikan yang akan pembangunan, dan kemasyarakatan, serta
diberikan kepada anak-anak mereka. memberikan kesempatan untuk
Berdasasar pasal 26 UDHR memanfaatkan dan mengembangkan
tersebut, maka pendidikan dapat dimaknai potensi daerah.
bahwa setiap orang berhak atas pendidikan Pemda Kabupaten Bombana harus
yang gratis, utamanya untuk tingkat menyusun program-program pendidikan
pendidikan dasar. Oleh sebab itu tingkat yang efektif dan efisien dengan
pendidikan dasar bersifat wajib dan Orang mempertimbangkan kondisi geografis
tua memiliki hak untuk memilih jenis wilayah Kabupaten Bombana. Hal ini
pendidikan yang akan diberikan kepada bertujuan untuk menjamin
anak-anaknya. terselenggaranya pelayanan pendidikan,
Berdasarkan Undang-Undang (UU) khususnya pendidikan dasar sesuai amanat
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 undang-undang di Kabupaten Bombana.
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kabupaten Bombana yang memiliki luas ±
pendidikan dasar berhak diperoleh oleh 3.316,16 km2 atau 331.616 ha dan
setiap anak yang berusia tujuh sampai memiliki wilayah kepualauan memerlukan
dengan lima belas tahun. Sebagaimana analisis spasial yang komprehensif untuk
dijelaskan dalam pasal 6 yang menyatakan menggambarkan sebaran dan kebutuhan
bahwa setiap warga negara yang berusia fasilitas pendidikan dasar di Kabupaten
tujuh sampai dengan lima belas tahun Bombana. Oleh sebab itu, penelitian
wajib mengikuti pendidikan dasar. bertujuan untuk menganalisis secara
Sedangkan dalam pasal 11 dijelaskan spasial sebaran ketersediaan dan kebutuhan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah fasilitas pendidikan tingkat SMP di
(Pemda) wajib memberikan layanan dan Kabupaten Bombana.
kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu 2. METODE PENELITIAN
bagi setiap warga negara tanpa 2.1 Data dan Lokasi
diskriminasi. Pemerintah dan seluruh Data yang digunakan dalam
Pemda wajib menjamin tersedianya dana penelitian ini terdiri dari data primer dan
guna terselenggaranya pendidikan bagi sekunder. Data primer merupakan data
setiap warga negara yang berusia berusia yang dikumpulkan secara langsung yang
tujuh sampai dengan lima belas tahun. terdiri dari data lokasi sekolah, jumlah
Salah satu Pemerintah Daerah siswa, sarana dan prasarana standar.
(Pemda) yang harus menjadikan bidang Sedangkan data sekunder yaitu Peta Rupa
pendidikan sebagai salah satu bidang Bumi Indonesia (RBI) yang bersumber dari
prioritas dalam pembangunan daerah Bakosurtanal, peta administrasi Kabupaten
8 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Bombana, BPS Kabupaten Bombana, data Lokasi penelitian Analisis Spasial


jumlah penduduk, data jumlah penduduk Sebaran dan Kebutuhan Fasilitas
usia sekolah, dan penelitian-penelitian Pendidikan Tingkat SMP adalah di
terdahulu yang relevan. Kabupaten Bombana. Lokasi penelitian
secara rinci disajikan dalam Gambar 1

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.2 Analisis Data Baik bila nilai 76-100%, Cukup 56-75%,


a. Analisis Ketersediaan Fasilitas dan Kurang bila <=55%, maka Hasil Ukur
Pendidikan Tingkat SMP untuk Baik: 76% x 14= 10,64 (digenapkan
Menurut Arikunto (2013), hasil 11) sampai 14; Cukup: 14 x 56%= 7,84
ukur dapat dikelompokkan menjadi 3 (digenapkan 8) sampai 10; Kurang: 0-
kategori yaitu: Baik (76%-100%), Cukup 7.Kesimpulan: Skala Ukur sarana dan
(56%-75%), dan Kurang (<=55%). Untuk prasarana sebagai berikut:
menentukan Hasil Ukur sarana prasaran:

Tabel 1. Skala Ukur Ketersedian Fasilitas Pendidikan


Ketersedian Fasilitas Pendidikan Persentase Kategori
1-7 <= 55% kurang
8-10 56 - 75% cukup
11-14 >= 76% baik
Sumber: Arikunto (2013)

b. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Analisis kebutuhan fasilitas


Fasilitas Pendidikan pendidikan SMP adalah membandingkan
jumlah ketersediaan fasilitas yang telah ada
April --- 9
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

dengan ketetapan dari standar yang Kabupaten Bombana dengan daya


berlaku. Standar yang berlaku dalam tampung atau kapasitas sekolah. Tingkat
perencanaan sekolah yang digunakan keterisian sekolah dapat dinilai dengan
sebagai acuan yaitu Peraturan Menteri menggunakan perhitungan sebagai berikut
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Gewab, dkk., 2015):
No 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana
𝑚
dan Prasarana. Berdasarkan standar 𝑡𝑘 = 𝑑𝑡 𝑥 100%......................................(2)
tersebut, untuk mengevaluasi ketersediaan
daya tampung atau kapasitas fasilitas dimana: tk = tingkat keterisian fasilitas
pendidikan menggunakan perbandingan pendidikan; m = jumlah murid; dan dt =
jumlah penduduk usia sekolah SMP yaitu daya tampung fasilitas pendidikan
13-15 Tahun (dengan asumsi partisipasi
aktif penduduk usia sekolah SMP di Analisis ini untuk mengetahui
Kabupaten Bombana 100%) dengan daya apakah daya tampung atau kapasitas
tampung fasilitas pendidikan yang ada di sekolah telah digunakan secara optimal
Kabupaten Bombana. Kebutuhan atau apakah ada kelebihan jumlah siswa
penduduk terhadap fasilitas pendidikan atau kekurangan jumlah dalam penerimaan
dapat dinilai dengan menggunakan murid. Kelebihan murid dari daya tampung
perhitungan sebagai berikut (Gewab, dkk., sekolah menandakan adanya kekurangan
2015): jumlah fasilitas pendidikan, sedangkan
𝑑𝑡
kekurangan murid dari daya tampung
𝑝𝑘 = 𝑥 100%...................................(1) sekolah menandakan adanya kelebihan
𝑝𝑢𝑠
jumlah fasilitas pendidikan.
dimana: pk = persentase pemenuhan Tingkat pelayanan fasilitas
kebutuhan; dt = daya tampung atau pendidikan SMP dapat dilihat berdasarkan
kapasitas fasilitas pendidikan; dan Pus = standar yang digunakan maka proses
jumlah penduduk usia sekolah 13-15 evaluasi dilakukan berdasarkan tingkat
Tahun (SMP). efisiensi (kecukupan penyediaan fasilitas
pendidikan SMP berdasarkan standar,
Analisis Tingkat Keterisian Fasilitas pemenuhan kebutuhan penduduk usia 13-
Pendidikan 15 tahun dan tingkat keterisian sekolah).
Tahapan berikutnya untuk mencapai Untuk melakukan analisis terhadap kedua
sasaran pertama adalah dengan analisis kategori diatas maka indikator
tingkat keterisian sekolah yang penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.
membandingkan jumlah murid pada

Tabel 2. Indikator Penilaian Kebutuhan Penduduk Usia Sekolah dan Tingkat Keterisian.
Penilaian
Analisis
Baik Cukup Kurang
Persentase pemenuhan Persentase pemenuhan Persentase pemenuhan
kebutuhan dinilai baik kebutuhan dinilai cukup dinilai kurang (tidak
Pemenuhan
(efisien) bila daya tampung bila daya tampu ng SMP efisien) bila daya tamping
Kebutuhan
SMP eksisting dapat eksisting dapat menampung SMP eksisting dapat
Penduduk
menampung 80-110% ˃110% penduduk usia menampung ˂80%
Usia Sekolah
penduduk usia sekolah 13-15 sekolah 13-15 tahun penduduk usia sekolah 13-
tahun 15 tahun

10 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Penilaian
Analisis
Baik Cukup Kurang
Persentase tingkat keterisian Persentase tingkat Persentase tingkat
dinialai baik (efisien) bila keterisian dinilai cukup bila keterisian dinilai kurang
perbandingan jumlah murid perbandingan jumlah murid (tidak efisien) bila
Tingkat
SMP eksisting dengan daya SMP eksisting dengan daya perbandingan jumlah
keterisian
tamping SMP eksisting tamping SMP eksisting murid SMP eksisting
mencapai 80-110% mencapai ˃110% dengan daya tamping SMP
eksisting mencapai ˂80%
Sumber: Modifikasi dari Gewab dkk, 2015
Analisis Spasial variabel dilakukan berdasarkan nilai
Secara teknis, proses Analisis persentase masing-masing yaitu
Spasial Sebaran dan Kebutuhan Fasilitas ketersediaan sarana dan prasarana, tingkat
Pendidikan Tingkat SMP di Kabupaten kebutuhan dan tingkat keterisian fasilitas
Bombana dilakukan dengan metode pendidikan tingkat SMP di Kabupaten
overlay menggunakan bantuan perangkat Bombana. Skoring setiap variabel disajikan
lunak Sistem Informasi Geografi (SIG). secara rinci pada Tabel 3.
Penghitungan nilai skoring untuk setiap

Tabel 3. Skoring Variabel Analisis Kualitas Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP di Kabupaten Bombana
No. Variabel Range Skor
Kurang (≤ 55%) 1
1. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana Cukup (56% - 75%) 2
Baik (≥ 76%) 3
Kurang (< 80%) 1
2. Persentase tingkat kebutuhan Cukup (>110%) 2
Baik (80% - 110%) 3
Kurang (< 80%) 1
3. Persentase tingkat keterisian Cukup (>110%) 2
Baik (80% - 110%) 3
Sumber: Skoring Berdasarkan Asumsi Peneliti
Kategori kualitas fasilitas
pendidikan tingkat SMP di Kabupaten Berdasarkan perhitungan dengan
Bombana ditentukan dengan cara menggunakan formula di atas, diperoleh 3
menjumlahkan seluruh skor dari setiap kategori kualitas fasilitas pendidikan
variabel (jumlah skor tertinggi dan jumlah tingkat SMP di Kabupaten Bombana.
skor terendah). Kemudian membagi selisih Semakin tinggi jumlah skornya
antara skor tertinggi dan skor terendah menunjukkan semakin baik kategori
dengan jumlah kategori yang diinginkan (3 kualitasnya dan semakin rendah jumlah
kategori yaitu kurang, cukup dan baik) skornya menunjukkan semakin kurang
dengan formula sebagai berikut (Widodo, kategori kualitasnya. Kriteria kategori
2016): kualitas fasilitas pendidikan tingkat SMP
di Kabupaten Bombana disajikan pada
Kualitas Fasilitas Pendidikan = (∑skor tabel berikut.
tertinggi - ∑skor terendah)/3...............(3)

Tabel 4. Kategori Kualitas Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP


No. Kategori Nilai Skor
1. Kurang <5
2. Cukup 5–7
3. Baik >7
Sumber: Hasil analisis

April --- 11
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabaena Selatan, Kepulauan Masaloka


3.1 Sebaran Ketersediaan Fasilitas Raya, Mata Usu dan Rumbia Tengah
Pendidikan Tingkat SMP di Kabupaten masing-masing hanya tersedia 1 sekolah.
Bombana Sebaran fasilitas pendidikan tingkat SMP
Berdasarkan hasil penelitian di setiap kecamatan di Kabupaten
diperoleh data bahwa fasilitas pendidikan Bombana disajikan dalam Gambar 2.
tingkat SMP di Kabupaten Bombana Fasilitas pendidikan tingkat SMP di
berjumlah 58 sekolah yang tersebar di Kabupaten Bombana terdiri dari SMP
seluruh wilayah kecamatan. Jumlah negeri dan swasta. SMP negeri berjumlah
fasilitas pendidikan tingkat SMP di setiap 47 sekolah (81%) tersebar hampir di
kecamatan berbeda-beda. Kecamatan seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten
Kabaena Barat, Poleang, Poleang Barat, Bombana, kecuali di Kecamatan Mata Usu
Poleang Timur, Poleang Utara dan dan Rumbia Tengah. Sedangkan SMP
Rarowatu Utara, masing-masing tersedia 4 swasta hanya 11 sekolah (19%) yang
sekolah. Sedangkan Kecamatan Kabaena tersebar di 10 wilayah kecamatan yaitu
Tengah, Lantari Jaya, Mataoleo, Kecamatan Poleang, Mata Usu, Lantari
Tontonunu, Rumbia dan Poleang Tenggara Jaya, Poleang Selatan, Poleang Tengah,
masing-masing tersedia 3 sekolah. Untuk Poleang Timur, Rarowatu Utara, Rumbia,
Kecamatan Kabaena, Kabaena Utara, Rumbia Tengah dan Tontonunu. SMP
Kabaena Timur, Poleang Selatan, Poleang swasta tersebut terdiri dari 7 sekolah
Tengah dan Rarowatu masing-masing umum dan 4 sekolah Islam.
tersedia 2 sekolah. Sementara Kecamatan

Gambar 2. Peta Sebaran Lokasi Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP di Kabupaten Bombana

3.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil analisis


SMP setiap Kecamatan di Kabupaten ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas
Bombana pendidikan per kecamatan diperoleh bahwa
12 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

terdapat 3 kategori ketersediaan sarana dan Kemudian untuk kecamatan yang


prasarana sekolah, yaitu baik, cukup dan ketersediaan sarana dan prasarana
kurang tersedia. Kecamatan yang sekolahnya masih masuk dalam kategori
ketersediaan sarana dan prasarananya kurang tersedia tersebar di 7 kecamatan.
kategori baik ada 4 kecamatan, yaitu Tiga kecamatan terdapat di Pulau Kabaena
Kecamatan Kabaena Selatan, Kabaena (Kecamatan Kabaena, Kabaena Barat dan
Utara, Kep. Masaloka Raya dan Poleang Kabaena Tengah), dan empat kecamatan
Utara. Sebagaimana telah dijelaskan di lainnya di daratan (Kecamatan Mata Usu,
atas, keempat kecamatan tersebut memiliki Poleang Selatan, Poleang Tenggara dan
sekolah-sekolah dengan kategori sarana Rumbia Tengah). Kurangnya sarana dan
dan prasarana baik dan cukup tersedia. prasarana sekolah di 7 kecamatan tersebut
Oleh sebab itu, rata-rata persentase didominasi karena adanya sekolah-sekolah
ketersedian sarana dan prasarana yang swasta yang memiliki sarana dan prasarana
tertinggi adalah Kecamatan Kabaena terbatas. Misalnya SMP Swasta Mata Usu
Selatan dengan persentase 85,71%. di Kecamatan Mata Usu, SMP Swasta
Sedangkan tiga kecamatan lainnya Leboea di Kecamatan poleang tengah dan
memiliki rata-rata persentase yang sama SMP Swasta Islam Terpadu Al Wahdah
yaitu 78,57%. BOM di Kecamatan Rumbia Tengah.
Rata-rata persentase ketersediaan Selain itu, sekolah-sekolah satu atap juga
sarana dan prasarana per kecamatan yang masih banyak yang memiliki jenis sarana
masuk kategori cukup tersedia terdiri dari dan prasarana masih kurang. Misalnya
11 kecamatan atau 50% dari total sekolah satu atap di Kecamatan Kabaena,
kecamatan yang ada di Kabupaten Kabaena Tengah, Kabaena Barat dan
Bombana. Kondisi ini sebagian besar Poleang Tenggara.
disebabkan karena adanya sekolah yang Sebaran ketersediaan sarana dan
ketersediaan sarana dan prasarana masih prasarana pendidikan tingkat SMP di
kategori kurang tersedia. Misalnya dari 3 Kabupaten Bombana per kecamatan lebih
sekolah tingkat SMP di Kecamatan Lantari rinci disajikan dalam Gambar 3. Dalam
Jaya, terdapat 1 sekolah yang jenis sarana gambar tersebut, setiap kategori dibedakan
dan prasarana masih kurang dengan berdasarkan warna. Warna hijau untuk
42,86%. Persentase ketersedian sarana kategori baik, kuning untuk kategori cukup
yang kurang ini tentunya secara rata-rata dan merah untuk kategori kurang.
akan mengurangi nilai persentase Kurangnya sarana dan prasarana standar
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang dimiliki oleh sekolah-sekolah SMP di
lainnya secara kolektif dalam 1 kecamatan. Kabupaten Bombana tentunya akan
Selain itu, sebagian besar sekolah di berdampak terhadap kualitas dan proses
kecamatan tersebut masuk dalam kategori pembelajaran di sekolah. Pada akhirnya
cukup dengan nilai persentasenya berada akan mempengaruhi kualitas lulusan
pada ambang bawah dari kategori cukup. sekolah-sekolah tersebut. Hal ini sejalan
Misalnya di Kecamatan Mata Oleo, dengan penelitian yang dilakukan oleh
terdapat 2 sekolah sarana dan prasaranan Suryana (2017), Dalyono (2009) dan
dengan kategori cukup dari 3 sekolah yang Marleni (2016). Suryana (2017)
tersedia di kecamatan tersebut dengan nilai menyatakan salah satu faktor yang
persentase masing-masing 71,43% dan mempengaruhi mutu pendidikan adalah
57,14%. Hal ini juga menyebabkan rata- belum tersedianya sarana dan prasarana
rata persentase ketersediaan sarana dan belajar. Selain itu, Dalyono (2009) juga
prasarana di kecamatan tersebut cuman berpendapat bahwa kelengkapan sarana
masuk kategori cukup tersedia. dan prasarana belajar akan membantu
siswa dalam belajar, dan kurang
April --- 13
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

lengkapnya sarana dan prasarana belajar Daerah (Pemda) Kabupaten Bombana


akan menghambat siswa dalam belajarnya. dalam rangka meningkat kualitas Sumber
Senada dengan Suryana dan Dalyono, Daya Manusia (SDM) di wilayahnya.
Marleni (2016) berpandangan bahwa Pemda Bombana harus hadir dan pro aktif
faktor eksternal yang mempengaruhi minat dalam menyelesaikan masalah kurangnya
belajar siswa adalah tersedianya sarana dan sarana dan prasarana sekolah. Selain untuk
prasarana belajar yang memadai. Misalnya, meningkatkan kualitas SDM, peran Pemda
tidak tersedianya laboratorium IPA di dalam melengkapi sarana dan prasarana di
sekolah akan menyebabkan siswa kesulitan sekolah merupakan kewajiban yang
dalam memahami fenomena yang terjadi di diamanahkan oleh undang-undang.
alam. Atau tidak tersedianya perpustakaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
di sekolah yang merupakan suatu unit kerja Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
dan bagian integral dari lembaga Nasional dalam Pasal 11, dimana
pendidikan sekolah yang menyimpan Pemerintah dan Pemda wajib memberikan
berbagai referensi yang dapat digunakan layanan dan kemudahan, serta menjamin
siswa dan guru sebagai suatu sumber terselenggaranya pendidikan yang bermutu
informasi dalam rangka menunjang bagi setiap warga negara tanpa
program belajar dan mengajar. diskriminasi.
Oleh sebab itu, kondisi tersebut harus
menjadi perhatian serius bagi Pemerintah

Gambar 3. Peta Sebaran Ketersediaan Sarana dan Prasarana Fasilitas Pendidikan Tingkat
SMP di Setiap Kecamatan di Kabupaten Bombana

Pemda Kabupaten Bombana wajib kurang. Selain amanat undang-undang, hal


menyediakan dana untuk melengkapi ini juga akan menjamin terselenggaranya
fasilitas sarana dan prasarana sekolah, pendidikan, khususnya tingkat SMP yang
utamanya di beberapa kecamatan yang merata di Kabupaten Bombana.
memiliki sekolah-sekolah dengan kategori
ketersediaan srana dan prasarana masih
14 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

3.3 Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bombana disajikan dalam


Tingkat SMP di Kabupaten Bombana Gambar 4. Berdasarkan tabel tersebut,
a. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan tingkat pemenuhan kebutuhan fasilitas
Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP di pendidikan di Kabupaten Bombana
Kabupaten Bombana sebagian besar dikategorikan baik.
Berdasarkan hasil analisis, tingkat Persentase pemenuhan kebutuhan fasilitas
pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan pendidikan di 14 kecamatan berada pada
tingkat SMP di Kabupaten Bombana interval 80%-110%. Wilayah kecamatan
diklasifikan ke dalam 3 kelas berbeda yaitu dengan kategori baik dalam hal pemenuhan
baik, cukup dan kurang. Tingkat kebutuhan fasilitas pendidikan tingkat
pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan SMP yaitu Kecamatan Kabaena, Kabaena
diklasifikan baik jika persentase Barat, Kabaena Selatan, Kabaena Timur,
pemenuhan kebutuhan 80%-110%, cukup Kep. Masaloka Raya, Lantari Jaya, Mata
jika persentase pemenuhan kebutuhan Usu, Poleang, Poleang Barat, Poleang
>110% dan kurang jika persentase Tenggara, Poleang Timur, Poleang Utara,
pemenuhan kebutuhan <80%. Rarowatu dan Tontonunu. Baiknya tingkat
Hasil analisis pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan penduduk atas
penduduk terhadap fasilitas pendidikan fasilitas pendidikan tingkat SMP
tingkat SMP setiap kecamatan di disebabkan oleh tersedianya jumlah
Kabupaten Bombana disajikan dalam kelas/rombel yang memadai untuk
Tabel 5. Sedangkan sebaran pemenuhan menampung jumlah penduduk usia 13-15
kebutuhan penduduk terhadap fasilitas tahun.
pendidikan tingkat SMP setiap kecamatan

Tabel 5. Persentase pemenuhan kebutuhan penduduk terhadap fasilitas pendidikan tingkat


SMP setiap kecamatan di Kabupaten Bombana
Jumlah Jumlah Persentase
Kelas/ Kelas/
Penduduk Usia Sekolah Pemenuhan
No. Kecamatan Rombel Rombel Ket.
SMP (13-15 Tingkat Kebutuhan
Ideal Existing
Tahun)* SMP (%)
1. Kabaena 210 7 2 6 91,43 Baik
2. Kabaena Barat 551 17 4 18 104,54 Baik
3. Kabaena Selatan 192 6 1 6 100,00 Baik
4. Kabaena Tengah 253 8 3 11 139,13 Cukup
5. Kabaena Timur 490 15 2 16 104,49 Baik
6. Kabaena Utara 270 8 2 12 142,22 Cukup
7. Kep. Masaloka Raya 220 7 1 6 87,27 Baik
8. Lantari Jaya 554 17 3 14 80,87 Baik
9. Mata Usu 93 3 1 3 103,23 Baik
10. Mata Oleo 448 14 3 19 135,71 Cukup
11. Poleang 1.050 33 4 27 82,29 Baik
12. Poleang Barat 829 26 4 23 88,78 Baik
13. Poleang Selatan 486 15 2 11 72,43 Kurang
14. Poleang Tengah 256 8 2 13 162,50 Cukup
15. Poleang Tenggara 276 9 3 9 104,35 Baik
16. Poleang Timur 671 21 4 19 90,61 Baik
17. Poleang Utara 770 24 4 22 91,43 Baik
18. Rarowatu 459 14 2 12 83,66 Baik
19. Rarowatu Utara 543 17 4 20 117,86 Cukup
20. Rumbia 788 25 3 35 142,13 Cukup
21. Rumbia Tengah 468 15 1 3 20,51 Kurang
22. Tontonunu 387 12 3 11 90,96 Baik
Jumlah 10.264 321 58 316 98,52 Baik
Sumber : Hasil analisis; *BPS 2019
April --- 15
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Gambar 4. Peta Sebaran Pemenuhan Kebutuhan Penduduk terhadap Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP
setiap Kecamatan di Kabupaten Bombana

Selanjutnya wilayah kecamatan Kemudian untuk wilayah


dengan tingkat pemenuhan kebutuhan kecamatan yang tingkat pemenuhan
fasilitas pendidikan tingkat SMP masuk kebutuhan fasilitas pendidikan tingkat
dalam kategori cukup memenuhi tersebar SMP di Kabupaten Bombana masuk dalam
di enam kecamatan. Kecamatan tersebut kategori kurang hanya 2 kecamatan yaitu
yaitu Kecamatan Kabaena Barat, Kabaena Kecamatan Poleang Selatan dan Rumbia
Utara, Mata Oleo, Poleang Tengah, Tengah. Kecamatan Poleang Selatan hanya
Rarowatu Utara dan Rumbia. Persentase memiliki 11 kelas dengan jumlah
tingkat pemenuhan kebutuhan fasilitas penduduk usia SMP sebanyak 486 orang.
pendidikan tingkat SMP di enam Sementara untuk kondisi ideal, jumlah
kecamatan tersebut lebih dari 110%. kelas yang diperlukan untuk menampung
Artinya bahwa jumlah kelas/rombel di jumlah penduduk sebanyak itu adalah 15
kecamatan-kecamatan tersebut lebih kelas. Artinya jumlah kelas atau
banyak dari jumlah kelas ideal untuk rombongan belajar di Kecamatan Poleang
menampung jumlah penduduk usia SMP Selatan masih keurangan 4 kelas.
(13-15 tahun). Misalnya di Kecamatan
Kabaena Tengah dengan jumlah penduduk b. Tingkat Keterisian Fasilitas
usia SMP sebanyak 253 orang, jumlah Pendidikan Tingkat SMP di Kabupaten
kelas/rombel yang tersedia adalah 11 kelas. Bombana
Kondisi ideal jumlah ruang kelas/rombel di Analisis tingkat keterisian fasilitas
Kecamatan tersebut seharusnya cukup 8 pendidikan tingkat SMP di Kabupaten
kelas. Jadi Kecamatan Kabaena Tengah Bombana disajikan dalam Tabel 6.
mempnyai ruang kelas/rombel yang Sedangkan peta sebaran tingkat keterisian
berlebihan jika dibandingkan dengan fasilitas pendidikan tingkat SMP setiap
jumlah penduduk yang usia SMP. kecamatan di Kabupaten Bombana

16 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

disajikan dalam Gambar 5. Berdasarkan Lantari Jaya dengan jumlah siswa SMP
tabel hasil analisis tersebut diperoleh data sebanyak 407 orang dan kelas 14 ruangan
bahwa persentase tingkat keterisian memiliki persentase 90,85%. Persentase
fasilitas pendidikan tingkat SMP di tingkat keterisian fasilitas pendidikan di
Kabupaten Bombana terdiri dari 2 kategori kecamatan ini lebih tinggi dibandingkan
yaitu baik dan kurang terisi. Terdapat 4 dengan 3 kecamatan lainnya. Sementara 3
kecamatan yang persentase tingkat kecamatan lainnya memiliki persentase
keterisiannya dengan kategori baik yaitu masing-masing 81,82%, 82,29% dan
Kecamatan Lantari Jaya, Poleang Selatan, 89,58%.
Rarowatu dan Rumbia Tengah. Kecamatan

Tabel 6. Persentase Tingkat Keterisian Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP


setiap Kecamatan di Kabupaten Bombana
Jumlah
Jumlah Kelas/ Persentase
Sekolah
No Kecamatan Siswa Rombongan Tingkat Ket.
Tingkat
SMP Belajar Existing Keterisian (%)
SMP
1 Kabaena 111 2 6 57,81 Kurang
2 Kabaena Barat 341 4 18 59,20 Kurang
3 Kabaena Selatan 147 1 6 76,56 Kurang
4 Kabaena Tengah 197 3 11 55,97 Kurang
5 Kabaena Timur 294 2 16 57,42 Kurang
6 Kabaena Utara 250 2 12 65,10 Kurang
7 Kep. Masaloka Raya 152 1 6 79,17 Kurang
8 Lantari Jaya 407 3 14 90,85 Baik
9 Mata Usu 50 1 3 52,08 Kurang
10 Mataoleo 414 3 19 68,09 Kurang
11 Poleang 534 4 27 61,81 Kurang
12 Poleang Barat 573 4 23 77,85 Kurang
13 Poleang Selatan 288 2 11 81,82 Baik
14 Poleang Tengah 198 2 13 47,60 Kurang
15 Poleang Tenggara 229 3 9 79,51 Kurang
16 Poleang Timur 421 4 19 69,24 Kurang
17 Poleang Utara 549 4 22 77,98 Kurang
18 Rarowatu 316 2 12 82,29 Baik
19 Rarowatu Utara 394 4 20 61,56 Kurang
20 Rumbia 659 3 35 58,84 Kurang
21 Rumbia Tengah 86 1 3 89,58 Baik
22 Tontonunu 186 3 11 52,84 Kurang
Jumlah 6.796 58 316 67,21 Kurang
Sumber: Hasil analisis

Tingkat keterisian fasilitas Kurang terisinya fasilitas pendidikan di


pendidikan tingkat SMP di Kabupaten Kecamatan Mata Usu kemungkinan
Bombana dengan kategori kurang terisi disebabkan oleh staus sekolah yang
pada 18 kecamatan mempunyai persentase bersifat swasta. Biasanya animo
kurang dari 80%. Kecamatan dengan masyarakat untuk sekolah di sekolah
persentase terendah adalah Kecamatan swasta sangat kecil jika dibandingkan
Mata Usu yaitu 52,08%. Kecamatan Mata dengan sekolah negeri. Hal ini dapat
Usu memiliki 1 sekolah tingkat SMP yang diketahui berdasarkan data pada Tabel 6,
berstatus swasta yaitu SMP Swasta Mata dimana jumlah penduduk usia SMP (13-15
Usu dengan jumlah kelas 3 ruangan, tetapi tahun) di Kecamatan Mata Usu berjumlah
hanya memiliki jumlah siswa 50 orang. 93 orang tetapi jumlah siswa hanya 50
April --- 17
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

orang. Artinya terdapat 43 anak usia SMP yang memiliki jarak terdekat seperti di
tidak bersekolah di sekolah tersebut atau Kecamatan Tontonunu atau Rarowatu
kemungkinan memilih untuk bersekolah di Utara (Gambar 5).
sekolah negeri yang ada di kecamatan lain

Gambar 5. Peta Sebaran Tingkat Keterisian Fasilitas Pendidikan Tingkat SMP setiap
Kecamatan di Kabupaten Bombana

Banyaknya kecamatan dengan Bombana dapat juga diketahui melalui


persentase tingkat keterisian fasilitas angka partisipasi sekolah (APS) dan angka
pendidikan tingkat SMP rendah partisipasi murni (APM) penduduk. APS
menyebabkan rata-rata tingkat keterisian merupakan proporsi dari seluruh penduduk
sekolah di Kabupaten Bombana juga dari berbagai kelompok umur tertentu yang
rendah. Berdasarkan jumlah siswa SMP di masih duduk di bangku sekolah, termasuk
Kabupaten Bombana sebanyak 6.796 orang SMP (kelompok umur 13-15 tahun).
dan jumlah kelas 316 ruangan, maka Berdasarkan data BPS tahun 2019, APS
persentase persentase tingkat keterisian penduduk usia sekolah di Kabupaten
fasilitas pendidikannya adalah 67,21%. Bombana adalah 86,41%. Data ini
Persentase ini dikategorikan dalam kelas menunjukkan bahwa terdapat 13,59%
kurang terisi. Artinya sebagian besar penduduk usia SMP yang sudah tidak
sekolah-sekolah di Kabupaten Bombana bersekolah.
masih kekurangan siswa. Berbeda dengan APS, APM
Kurang terisinya fasilitas penduduk benar-benar melihat persentase
pendidikan tingkat SMP di Kabupaten penduduk yang bersekolah pada suatu
18 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

jenjang pendidikan formal pada kelompok dan prasarana sekolahnya masih masuk
umur tertentu. APM penduduk usia SMP dalam kategori kurang tersedia tersebar di
(13-15 tahun) di Kabupaten Bombana 7 kecamatan. Tiga kecamatan terdapat di
75,47% (BPS, 2019). Artinya, terdapat Pulau Kabaena (Kecamatan Kabaena-
24,53% penduduk usia SMP yang tidak 46,43%, Kabaena Barat-51,79% dan
bersekolah. Nilai APM ini hanya terpaut Kabaena Tengah-50%), dan empat
8,26% dari rata-rata persentase tingkat kecamatan lainnya di daratan (Kecamatan
keterisian fasilitas pendidikan tingkat SMP Mata Usu-21,43%, Poleang Selatan-50%,
di Kabupaten Bombana (67,21%). Poleang Tenggara-54,76% dan Rumbia
Berdasarkan hasil ini, maka perlu Tengah-28,57%).
perhatian seluruh pemangku kepentingan Kebutuhan fasilitas pendidikan
baik pemerintah daerah maupun tingkat SMP di Kabupaten Bombana sudah
masyarakat untuk meningkatkan angka baik. Terdapat 2 kecamatan yang
partisipasi sekolah penduduk di Kabupaten persentase pemenuhan kebutuhan
Bombana. Pemerintah perlu meningkatkan penduduk terhadap fasilitas pendidikan
kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan tingkat SMP masih kurang yaitu
di Kabupaten Bombana sehingga dapat Kecamatan Poleang Selatan dan Rumbia
menarik minat masyarakat untuk Tengah. Sedangkan tingkat keterisian
bersekolah. Selanjutnya masyarakat wajib sekolah di Kabupaten Bombana masih
berpartisipasi aktif mengikuti pendidikan, sangat kurang.
utamanya pada tingkat pendidikan dasar
yaitu hingga pendidikan tingkat SMP. REFERENSI
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian:
4. KESIMPULAN Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Berdasarkan hasil dan pembahasan, Rineka Cipta.
maka dapat disimpulkan bahwa sebaran Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten
ketersediaan fasilitas pendidikan tingkat Bombana Dalam Angka 2019. Badan
SMP di Kabupaten Bombana sudah Pusat Statistik Kabupaten Bombana.
mencakup seluruh wilayah kecamatan. Burns, H. W., Richard, A. F., dan Anthony
Hanya saja ketersediaan sarana dan D' Amato. 1990. Basic Documents in
prasarananya belum merata. Kategori International Law and World Order.
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah St. Paul, Minn: West Publishing Co.
di Kabupaten Bombana terdiri dari baik, hal. 300.
cukup dan kurang tersedia. Kecamatan Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan.
yang ketersediaan sarana dan prasarana Jakarta: Rineka Cipta.
sekolah dengan kategori baik ada 4 Gewab, H. C., Malik, A.A., dan
kecamatan, yaitu Kecamatan Kabaena Karongkong, H. H. 2015. Analisis
Selatan, Kabaena Utara, Kepulauan. Kebutuhan dan Sebaran Fasilitas
Masaloka Raya dan Poleang Utara dengan Pendidikan Tingkat SMP dan SMA di
persentase masing-masing 85,71%, Kabupaten Tambrauw. SPASIAL.
78,57%, 78,57% dan 78,57%. Selanjutnya Vol. 2, No. 3, p. 43-52.
rata-rata persentase ketersediaan sarana Marleni, L. 2016. Faktor-Faktor yang
dan prasarana per kecamatan yang masuk Mempengaruhi Minat Belajar Siswa
kategori cukup tersedia terdiri dari 11 Kelas VIII SMP Negeri 1
kecamatan atau 50% dari total kecamatan Bangkinang. Journal Cendekia:
yang ada di Kabupaten Bombana dengan Jurnal Pendidikan Matematika,
persentase ketersediaan sarana dan Vol.1, No. 1, p. 149-159.
prasarana antara 57,14% - 75%. Kemudian Satya Arinanto. 2002. Hukum dan
untuk kecamatan yang ketersediaan sarana Pembangunan: Hak Atas Pendidikan
April --- 19
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Sebagai Hak Asasi Manusia dan Lembaran Negara Republik


Implementasinya dalam Perspektif Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301.
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Jakarta
(NAD). Unit Kajian Hukum Undang-Undang Republik Indonesia
Humaniter dan Hak Asasi Manusia, Nomor 29 Tahun 2003 tentang
Fakultas Hukum Universitas Syiah Pembentukan Kabupaten Bombana,
Kuala, Banda Aceh. Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten
Suryana, S. 2017. Permasalahan Mutu Kolaka Utara Di Provinsi Sulawesi
Pendidikan dalam Perspektif Tenggara. Lembaran Negara
Pembangunan Pendidikan. Edukasi, Republik Indonesia Tahun 2003
Vol. 2, No. 1, p. 1-12. Nomor 144. Jakarta.
Widodo, 2016. Buku Ajar Statistika. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Program Studi Agribisnis, Nomor 24 Tahun 2007, tentang
Universitas Muhammadiyah Standar Sarana dan Prasarana,
Yogyakarta. Sebuah SMP/MTs. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

20 --- April

You might also like