You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313882628

Terbentuknya Identitas Fans Sepak Bola sebagai Budaya Massa dalam Industri
Media

Article · December 2016


DOI: 10.21831/informasi.v46i2.11377

CITATIONS READS

0 817

1 author:

Iswandi Syahputra
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
15 PUBLICATIONS   58 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Iswandi Syahputra on 14 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


80 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus 2016, halaman

Religiusitas Sepak Bola dalam Rezim Media:


Perspektif Fans Sepak Bola Indonesia

Iswandi Syahputra
Program Studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakara
Jalan Laksda Adisucipto, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55281
Email: ditra73@yahoo.com

Abstract
Football is not only a match with entertainment and competition nuance. Football has become
a religious performance in media regime era. Media regime is motivated by changes in economics,
politics, culture and technology – in which the relation among people, religious figures, political
elites, and media actors are contested, disputed, and used by the media industry. Religiosity in football
industry is performed and presented similar to religious liturgy, with various symbols, identities,
meanings, and various sites at the stadiums and matches. Football religiosity is found in several
sanctified sites and various religious practices of football players. This religiosity has transformed
into mass hysteria spread by media net, especially television industry. Football popularity and mass
hysteria in society show on various football fans communities’ establishment. A football fan is an
inseparable part of football industry system and media industry. They are established to maintain
various production system of a football club with fortune obtaining modes. Therefore, football
matches on television will enable to displacing and transforming religion and cultural meaning.
Various football religious dimensions in media regime are interpreted by football fans as a football
club management strategy to strengthen emotional relation with old fans and also a strategy to gain
support from the new fans.

Keywords: Religious, Football, Media Industry, Media Regime, Fans

Abstrak
Sepakbola tidak hanya sebuah pertandingan dengan nuansa hiburan dan kompetisi. Sepakbola
telah menjadi performa religious di dalam rezim media yang didorong melalui perubahan ekonomi,
politik, budaya dan teknologi di mana relasi antara orang-orang, figure-figur agama, elit politik dan
aktor-aktor media berkontestasi, berselisih dan digunakan industri media.Religiusitas sepakbola dalam
industri media telah menstransformasi yang diperluas melalui jaringan media khususnya industri
televisi. Para penggemar sepakbola tidak dapat dipisahkan dari sistem media dan industri media.
Mereka memapankan dengan membangun sistem produksi budaya melalui club sepakbola dengan
mode-mode yang mereka dapatkan. Dengan demikian pertandingan sepakbola di televisi dapat
menggantikan dan menstransformasikan makna budaya dan agama.Sejumlah dimensi religiusitas
sepakbola diinterpretasikan para penggila sepakbola sebagai strategi manajemen club sepakbola
untuk memperkuat dan mengikat emosi mereka dan untuk mendapatkan penggemar baru

Kata kunci: Agama, sepakbola, industri media, rezim media, penggemar sepakbola
Iswandi Syahputra, Religiusitas Sepak Bola Dalam Rezim Media... 81

Pendahulan Hal tersebut memungkinkan terjadi sebagai


Penelitian ini membahas bagaimana implikasi dari berkuasanya rezim kapitalisme
religiusitas sepak bola dalam industri media global yang perlahan menghimpit dan menepikan
massa menurut fans sepak bola yang sangat nilai religiusitas itu sendiri. Suatu yang religius
fanatik pada industri sepak bola di Eropa. Salah sengaja dibuat antara ada dan tiada. Ada karena
satu tantangan terbesar bagi agama samawi kehadiran simbolisnya, tiada karena memang
(Abraham) saat ini adalah meningkatnya daya tidak memberi makna, nilai atau arti apapun bagi
tarik umat/jamaat terhadap budaya massa pemeluknya.
bentukan media, seperti sepak bola, daripada Sesuatu yang religius selalu dikaitkan
daya tarik agama. dengan agama, karena agama merupakan suatu
Di Inggris misalnya, pada tahun 1992 lembaga yang menampung praktek dari sistem
hanya 13% jumlah jama’at yang mendatangi religi. Sebagai suatu sistem yang bersifat abstrak,
gereja. Daya tarik gereja terus merosot oleh sistem religi merupakan bentuk kepatuhan atau
industri sepak bola (Santosa dalam Junaedi, ketaatan seseorang pada aturan agamanya.
2014 : 4). Religiusitas dalam kepungan berbagai Sehingga suatu sistem religi itu hal yang sangat
varian modernitas tersebut menjadi penting luas terkait ritual, ketaatan, keyakinan tentang
untuk dibahas kembali. Sepak bola saat ini telah ajaran suatu agama.
menjadi industri budaya massa yang menyebar Seseorang dapat disebut religius jika dalam
secara global melalui industri media massa. Bagi kehidupannya sehari-hari selalu mempraktekkan
Amin Abdullah hal ini menunjukkan agama atau menampakkan bentuk-bentuk ritual,
telah kehilangan dimensi spritualitasnya pada era ketaatan, keyakinan tentang ajaran agama yang
modern hingga ditinggalkan oleh pemeluknya dianutnya. Pemain sepak bola Arsenal Mesut
(Abdullah, 2007: 188). Ozil misalnya, selalu berdo’a membaca surah
Religiusitas dalam kajian ini didasarkan Al-Fatihah dengan cara Islam di atas lapangan
pada pandangan materialis, yang terpusat pada sebelum bermain bola (http://www.republika.
dua isu utama, yaitu ”produksi alat-alat untuk co.id/berita/sepakbola/freekick/13/09/04/
bertahan hidup” dan ”produksi manusia itu mskotu-arsenal-diingatkan-hormati-ritual-doa-
sendiri”. Oleh karena itu sudut pandang yang mesut-oezil). Sementara pemain bintang sepak
dipakai tertuju pada agama dalam kaitannya bola klub Barcelona, Lionel Messi terlihat selalu
dengan keadaan material produksi ekonomi membuat tanda salib dengan tangannya ketika
(Turner, 1991: 242). Pandangan ini secara akan memasuki lapangan. Demikian juga dengan
eksplisit mengandaikan bahwa setiap orang sejumlah pemain bola lain termasuk pemain
memiliki kebutuhan antropologis terhadap di Indonesia (http://www.bbc.com/indonesia/
makna yang transenden. majalah/2011/05/110528_agama_olahraga.
Karena itulah makna simbolik menjadi shtml).
penting dalam kajian ini. Orang-orang yang Religiusitas simbolik tersebut
religius meyakini kebenaran ajaran agamanya dipertemukan dengan sepak bola yang
yang teraktualisasi hanya secara simbolik. Ingin dipertontonkan secara luas melalui jaringan
terlihat religius dengan menggunakan simbol- industri media massa.Berbagai relasi silang
simbol religi. Ini diramalkan Berger (1999) kepentingan agama, budaya, ekonomi, politik
sebagai kebangkitan religiusitas masyarakat dan sosial dalam kehidupan media yang dinamis
pada era postmodernisme (Berger, 1999 : 1-18). tersebut menciptakan lingkungan media sebagai
Beragama secara instan cukup rezim. Rezim media tersebut digerakkan oleh
dengan mengkonsumsi simbol religius yang perubahan ekonomi, politik, budaya, dan
dikandungnya. Atau, terlihat religius dengan teknologi—dimana hubungan antara warga
hanya mempraktekkan simbol keagamaan saja. masyarakat, agamawan, elit politik, dan
82 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus 2016, halaman 80-91

pelaku media telah diadu, dipertentangkan dan sepak bola Indonesia dan studi literatur. Peneliti
dimanfaatkan dengan baik oleh industri media. bersama fans sebagai narasumber penelitian
Rezim media merupakan istilah yang dilakukan selama beberapa minggu mendatangi
diacu untuk menunjukkan secara spesifik sejumlah stadion sebagai pusat aktivitas sepak
sekelompok institusi media, norma, proses, bola di Eropa.
aktor, konsumen—bahkan dalam konteks Peneliti bersama fans sepak bola
Indonesia termasuk partai politik di dalamnya— Indonesia yang dijadikan narasumber penelitian
melakukan berbagai relasi (Syahputra, 2013 : 11- ini melakukan kunjungan lapangan ke sejumlah
24). Di Indonesia, pada prakteknya rezim media stadion sepak bola pada September tahun
menjelma menjadi terpusatnya kepemilikan 2014 dan Maret tahun 2015. Pada tahun 2014
media sejumlah saluran media pada kelompok kunjungan lapangan dilakukan ke stadion Old
perusahaan media. Kelompok perusahaan Tarfford (Manchester United FC), Etihad Stadium
media ini yang memegang ijin siaran sepak bola (Manchester City FC), Anfield (Liverpool FC),
berbagai liga di dunia. Goodison Park (Everton FC), Emirate Stadium
Menurut Hjarvard (2011) saat religiusitas (Arsenal FC), Stamford Bridge (Chelsea FC),
bertemu industri media, maka setidaknya ada Santiago Barnabeu (Real Madrid FC), Camp
tiga metafora yang terjadi pada media tersebut. Nou (Barcelona FC), San Siro (AC Milan FC
Pertama, metapora media sebagai channel. and Intermilan FC), Arena (Juventus FC). Pada
Metafora ini menggambarkan atensi khalayak bulan Maret tahun 2015 peneliti bersama fans
terhadap fakta bahwa media mengantarkan sepak bola Indonesia berbeda yang dijadikan
simbol-simbol dan pesan-pesan melampaui jarak narasumber penelitian ini kembali melakukan
dari si pengirim ke penerimanya. Pada bagian ini, kunjungan lapangan ke stadion sepak bola Parc
konten simbol religius yang disalurkan media des Princes (Paris Saint German, PSG), Santiago
tidak menjadi fokus bagi industri media. Dalam Barnabeu (Real Madrid FC), Ramon Sanchez
prakteknya, simbol agama yang dihadirkan Pizjuan (Sevilla FC), Estadio el Arcangel
media tidak dikonsultasikan terlebih dahulu (Cordoba FC), La Rosaleda (Malaga FC), Estadio
dengan institusi keagamaan. Nueva Condomina (Real Murcia FC), Mestalla
Kedua, metapora media sebagai bahasa. (Valencia FC), Nuevo Los Carmenes (Granada
Hal ini menggambarkan media memformat FC), Cornella el Prat (Espanyol FC), Stamford
simbol dan pesan religius dalam suatu kerangka Bridge (Chelsea FC), Boleyn Ground (Westham
relasi antara pengirim pesan, isi pesan dan FC), White Hart Lane (Tottenham Hotspur FC),
penerima pesan. Dalam bagian ini, media dapat serta terlibat menyaksikan langsung sejumlah
menjadi mesin membentuk budaya populer. pertandingan sepak bola pada sejumlah liga di
Relegiusitas mendorong agama sebagai hiburan Eropa, mengamati perilaku religius pemain dan
dan berorientasi konsumtif. Ketiga, metofara sejumlah situs simbol religius di stadion sepak
media sebagai sebuah institusi yang memiliki bola. Sementara studi literatur berupa kajian
sistem kerja dan berinteraksi secara struktural buku atau hasil penelitian dijadikan sumber data
dengan pihak lain. dan analisis untuk penelitian ini.

Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan


Riset kualitatif ini mendeskripsikan Agama dan Religiusitas
religiusitas sepak bola menurut perspektif fans Banyak defenisi yang dapat dikemukakan
sepak bola yang sangat fanatik dengan sepak bola untuk memahami makna agama. Namun salah
Eropa.Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan satu definisi klasik agama yang muncul pada abad
dengan metode observasi terlibat (participant ke- 19 diberikan oleh E.B. Tylor (dalam Turner,
observation), wawancara mendalamterhadap fans 1991 : 242). Tylor mengatakan agama sebagai
Iswandi Syahputra, Religiusitas Sepak Bola Dalam Rezim Media... 83

kepercayaan terhadap hal-hal supranatural. yang sakral adalah penciptaan dan reproduksi
Definisi tersebut mengacu pada agama yang kesadaran kolektif, sebuah kesatuan sosial yang
lahir dari upaya filosof primitif untuk mengerti mengikat seluruh anggotanya ke dalam unit-unit
dan memahami pengalaman-pengalaman mental yang homogen.
mereka. Tipe definisi ini sangat individualistik Dalam sosiologi, hakekat fenomena
dan kognitif. Agama tidak diarahkan secara religius yang ingin dijelaskan dalam terma
khusus pada praktek religius atau berkaitan dampak sosial, bukan dalam terma makna agama
dengan organisasi sosial.Definisi agama seperti bagi tindakan manusia. Agama akan membawa
ini sangat lentur dan mendasar sehingga dapat makna situasi ke dasar interpretasi dan menggali
menerima sains sebagai metode kebenaran. makna yang melekat pada situasi tersebut untuk
Selanjutnya agama dapat dipahami kemudian diletakkan dalam situasi itu sendiri.
melalui berbagai perspektif. Dalam sosiologi Dalam perspektif ini, penjelasan kepercayaan
kontemporer, agama dapat dipahami sebagai religius pada intinya adalah persoalan penafsiran,
gabungan antara dimensi yang sakral dan yaitu persoalan memahami makna kepercayaan
berbagai makna yang terkandung di dalamnya. tersebut dalam konteks sosial. Sebab kata religion
Agama dapat dikatakan sebagai respon manusia berasal dari kata religare dan pada awalnya
terhadap eksistensi kehidupan mereka. Karena itu berarti sebuah ikatan. Pemahaman mendasar
agama dapat dipahami sebagai sistem simbol dan terhadap makna sosial agama (religion) yang
kegunaanya yang dapat membentuk mood dan diketengahkan tersebut akan digunakan sebagai
motivasi yang begitu kuat, bertahan lama dalam dasar untuk memahami fenomena religiusitas
diri manusia.Agama memformulasikan berbagai yang terjadi dalam sepak bola.
konsepsi tatanan umum dan menyelubungi Novak (1976 : 76), menilai semua peristiwa
konsep tersebut dengan aura faktualitas sehingga olah raga dalam kompetisi tingkat dunia sama
mood dan motivasi secara unik dapat ditangkap dengan sebuah liturgi atau upacara keagamaan
sebagai sesuatu yang realistis (Geeryz, 1966 yang secara ketat memisahkan wilayah yang
dalam Tuner, 1991 : 244). sakral dan profan.Melalui sepak bola, manusia
Bagi Durkehim, agama bisa bertahan dikembalikan pada hakekatnya sebagai homo
karena dia bisa memenuhi tuntutan fungsi sosial ludens, yaitu manusia yang bermain (Huizinga,
tertentu, yaitu, meneguhkan keyakinan bersama 1995). Religiusitas dalam industri sepak bola
melalui praktek ritual. Kebenaran agama, dengan merupakan keseluruhan isi keyakinan dan
demikian, adalah kebenaran sosiologis dan pandangan yang diungkapkan dalam sejumlah
acuan dari simbol religius bukanlah tuhan-tuhan representasi tertentu dan dianggap benar sebagai
Totemik. Karena itu usaha untuk menemukan ajaran resmi agama yang bersangkutan (Cremers,
religiusitas sepak bola secara teoritik dapat 1995). Riset ini menemukan religiusitas sepak
terlebih dahulu ditelusuri melalui pemikiran bola terjadi pada berbagai hal simbolik yang
karya Emile Durkheim (Durkheim, 2001). disakralkan dan prilaku religius pemain saat
Durkheim berusaha memasukkan pertandingan di lapangan. Beberapa hal yang
keanekaragaman agama ke dalam sebuah bentuk disakralkan seperti jersey (seragam pemain
kesatuan agama. Agama hanya bisa dipahami sepak bola), trophy hingga rumput yang tumbuh
dengan melihat peran sosial yang dimainkan dalam di lapangan. Sementara beberapa perilaku
menyatukan komunitas masyarakat di bawah religius pemain sepak bola seperti selebrasi saat
satu-kesatuan ritual dan kepercayaan umum. merayakan gol yang dapat disaksikan penonton
Dengan demikian maka agama didefinisikan secara luas melalui media.
sebagai sesuatu yang membagi dunia menjadi Dalam persepktif tersebut, religiusitas
yang sakral dan yang profan, konsekuensi sepak bola tumbuh menjadi sebuah fenomena
sosial praktek-praktek yang diarahkan ke ranah sosial yang massif dan menyebar luas dalam suatu
84 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus 2016, halaman 80-91

iklim industri sepak bola di Eropa. Motif seorang Bagi fans sepak bola, berbagai sakralitas
fans mendukung klub sepak bola tertentu dapat ini penting dan bermakna untuk menumbuhkan
merepresentasikan daerah, etnis, ras, kelas sosial, keagungan dalam industri sepak bola tersebut.
gengsi, selera, bahkan keyakinan keagamaan. Selain itu, sakralitas tersebut bermakna bahwa
Di Skotlandia pendukung sepak bola bahkan industri sepak bola mampu menciptakan area
terbentuk berdasarkan agama warga negaranya. suci yang tidak bisa dijamah secara leluasa oleh
Seperti rivalitas antara pendukung siapapun. Mengacu pada Simon Pimpin,seorang
kesebelasan Glasgow Rangers yang fans fanatic Liverpool dan AC Milan serta
merepresentasikan agama Protestan dengan menjadi fans kedua club tersebut sejak usia 15
pendukung kesebelasan Celtic yang tahun. Hal ini menunjukkan kendati sepak bola
merepresentasikan agama Katolik. Tingginya merupakan olah raga populer yang bersifat
fanatisme antara suporter Rangers dan Celtic profan namun memiliki wilayah yang sakral dan
tidak hanya di lapangan saja, tetapi juga di luar suci.
lapangan (Foer, 2006 : 30). Dalam kaitan-kaitan
tersebut secara implisit membentuk suatu sistem “Selama ini kita hanya bisa menonton
pertukaran ekonomis dengan pertukaran religius sepak bola dari layar televisi. Walau
yang mengarah pada religiusitas massa dan disiarkan dan dapat ditonton secara
histeria massa. langsung melalui televisi, namun
Diskursus ini akan melibatkan kapitalisme menyaksikan rumput dan jersey yang
yang telah menciptakan perubahan global bagi dipakai pemain tanpa perantara
kebebasan dan menciptakan ketergantungan media berbeda rasanya. Ada sensasi
ekonomi di seluruh dunia. Walaupun setiap keagungan dan kesucian menyaksikan
negara memiliki perkembangan yang unik, namun dan mengetahui langsung ternyata tidak
sifat dasar kapitalisme mampu membentuk semua yang ditonton melalui televisi
suatu keseragaman yang massif. Keseragaman tersebut dapat disentuh. Saya merasa
tersebut disajikan melalui berbagai produk dan ada dimensi yang disakralkan dalam
jasa kepuasan yang didistribusikan secara massif sepak bola”. (Wawancara di Liverpool,
melalui jejaring dalam industri media global. 22 Maret 2015)

Sakralitas dalam Sepak Bola Hal tersebut menyerap dunia sepak bola
Rumput hijau di lapangan sepak bola seperti sebuah liturgi religius sungguhan. Sepak
merupakan wilayah paling sakral dalam stadion. bola juga memainkan fungsi layaknya liturgi
Sejumlah stadion klub besar yang dikunjungi di religius dengan memberi perasaan kesatuan dan
Eropa melarang pengunjung menyentuh rumput kebersamaan sesama fans, mengajarkan percaya
di lapangan tersebut. Bahkan di stadion Camp pada takdir kalah dan menang atau menghormati
Noe markas klub Barcelona FC, rumput tersebut kepahlawanan. Relasi emosional antara pemain
diawetkan untuk kemudian dijual bagi fans yang dan fans juga menyerupai praktek liturgi antara
ingin memegangnya. Beberapa stadion seperti seorang imam dan jama’atnya. Bila pemain
Santiago Barnebeu markas klub Real Madrid dan idolanya mendapat hukuman wasit, nasib tersebut
Arena Stadium markas klub Juventus menjadikan seakan dirasakan juga oleh fans-nya. Watak dasar
ruang ganti pemain sebagai tempat sakral yang sepak bola yang mengandung kesamaan dalam
tidak boleh disentuh atau dimasuki pengunjung. praktek liturgi menjadikan sepak bola benar-
Selain itu, piala, jersey dan sepatu pemain, benar mengandung dimensi religius yang penuh
bendera atau sejumlah dokumen bersejarah dengan berbagai praktek pemujaan.
juga merupakan benda sakral yang tidak boleh Di Brasil misalnya, praktek permainan
disentuh. sepak bola bahkan sering diaduk rata dengan
Iswandi Syahputra, Religiusitas Sepak Bola Dalam Rezim Media... 85

ritual agama. Tingkah laku pemain di dalam tahu bagaimana perasaan penonton
dan di luar lapangan mewakili kehidupan yang bukan beragama Kristen saat
beragama di sana. Hal tersebut menimbulkan melihat pemain sepak bola membuat
keyakinan siapapun yang mencatat gol pertama tanda salib tersebut. Sebaliknya, saat
untuk Brazil, kemungkinan besar Yesus yang pemain muslim berdo’a dengan cara
akan dianggap berperan. Semua pemain yang Islam sebelum partandingan seperti
beragama Katolik memulai pertandingan dengan yang biasa dilakukan pemain Arsenal,
membuat tanda salib. Profesor Carmen Rial, Ozil, saya merasa bangga karena
pakar antropolog sosial dari Universitas Federal orang yang berbeda keimanan dapat
di Santa Catarina menyebutkan bahwa perayaan menunjukkan keimanan mereka dengan
kemenangan tim nasional Brasil sangat kentara penuh damai di lapangan. Melampaui
dan jelas menunjukkan ketaatan beragama itu semua, simbol-simbol keagamaan
para pemain (http://www.bbc.co.uk/indonesia/ yang ditunjukkan oleh pemain tersebut
olahraga/2014/05/140521_brazil_sepakbola_ juga merupakan tontonan yang dapat
agama). dijadikan contoh bahwa sepak bola
Hal tersebut setidaknya menunjukkan bisa mendekatkan pemain pada ajaran
bahwa sepak bola dapat menjadi locus agama yang diyakininya. Saya berharap
theologicus, titik pertemuan antara manusia dan ke depan praktek tidak dilarang oleh
Tuhannya. Harapan kemenangan yang hendak FIFA”.(Wawancara di Liverpool, 23
diperoleh atau rasa cemas yang tinggi akan Maret 2015)
kekalahan dapat saja terjadi di lapangan. Situasi
kebatinan yang dirasakan di lapangan seperti itu Dalam permainan sepak bola, pemain bisa
membuat pemain merasa di atas lapangan dan saja berpura-pura terjatuh dan kesakitan(diving),
strategi permainan yang sudah direncanakan, di tetapi kepura-puraan itu akan menjadi terbuka
tangan wasit yang berkuasa, masih ada Tuhan dan diketahui jika terlihat oleh wasit. Dalam
yang menentukan. kepura-puraan tersebut, permainan sepak bola
Tuhan menjadi begitu hidup dalam sepak tetap ditegakkan berdasarkanfairplay.Situasi
bola yang terekspresikan secara religius melalui kebatinan seperti itu pula, kehadiran Tuhan
perilaku pemainnya. Kehadiran Tuhan dalam menjadi seperti nyata ada karena dibutuhkan
sepak bola ini merupakan ruang kegembiraan untuk membantu memenangkan pertandingan
dan kesenangan tersendiri, terutama bagi para tersebut.
pemain. Menurut Simon, prilaku pemain sepak Ritual religius tersebut menunjukkan
bola yang secara imajiner membuat tanda salib sebuah pengakuan tentang adanya kekuatan
sebelum atau setelah keluar lapangan (bagi lain yang lebih besar yang paling menentukan
pemain yang diganti oleh pemain cadangan) hasil pertandingan. Sepak bola yang dijalankan
atau pemain berdo’a dengan cara Islam bagi oleh pemainnya dengan mengahadirkan
pemain yang muslim menunjukkan bahwa Tuhan berbagai ritual atau simbol religius tersebut juga
demikian hadir dalam sebuah pertandingan. merupakan bentuk pengakuan keterbatasan yang
“Saya seorang yang beragama Kristen dimiliki pemain atau klub sepak bola. Sebab
taat. Melihat pemain sepak bola tidak jarang, klub besar dengan banyak pemain
membuat tanda salib sebelum masuk bintang dapat dikalahkan oleh klub yang tidak
atau keluar lapangan, menjadi agak difavoritkan menang. Aspek ini menjadikan
tenang dan damai rasanya. Walaupun sepak bola membentuk sistem religinya sendiri.
hal itu dilakukan oleh pemain dari klub
sepak bola yang saya dukung dalam Religiusitas Keagamaan Pemain Sepak Bola
pertandingan tersebut. Saya tidak tidak Pada konteks berbeda, sistem religi
86 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus 2016, halaman 80-91

dalam sepak bola juga menjelma dalam berbagai Inggris, Blackburn Rovers di stadion Ewood
bentuk keyakinan terhadap ajaran agama. Park. Berbeda dengan tempat ibadah lain, sejak
Dalam konteks ini, religiusitas dimaknai sebagai 2008 di kompleks stadion Ewood Park ada
praktek dari ajaran keagamaan yang diyakini ruang khusus ibadah, tapi bisa dimanfaatkan
oleh penganutnya. Karena alasan dilarang oleh oleh seluruh kepercayaan. Tom Finn, Direktur
ajaran agama yang dianutnya, sejumlah pemain Pelaksana Rovers, menjelaskan ruang ibadah di
muslim yang bermain untuk klub sepak bola di stadion itu dirancang sebagai ruangan yang sunyi
liga Eropa menolak sejumlah sponsor. dengan fasilitas kedap suara.
Pemain muslim Newcastle United, Papiss Berikutnya Newcastle United memiliki
Cisse dan Demba Ba (sebelum berpindah Chelsea) ruang ibadah khusus di markas mereka Stadion
keberatan dengan pemasangan logo sponsor St James Park. Bayern Munchen merupakan
perusahaan peminjaman uang Wonga di jersey klub sepak bola yang tercatat akan membangun
yang dikenakannya. Cisse menilai perusahaan mesjid di stadion Allianz Arena. Mesjid tersebut
itu hanya membuat miskin masyarakat karena didedikasikan sebagai tempat ibadah tersebut
mempraktekkan sistem pinjam duit dengan bagi pemainnya yang beragama Islam dan
bunga tinggi. penggemar muslim yang akan mengikat mereka
Hal tersebut dinilai Cisse sebagai (http://bola.liputan6.com/read/2256869/5-klub-
praktek riba yang dilarang dalam ajaran Islam. eropa-ini-bangun-masjid-di-dalam-stadionnya).
Hal serupa juga dialami Federick Kanoute, Mengacu pada pendapat Arif seorang
pemain klub La Liga Spanyol, Sevilla. Kanoute fans dari Manchester United, menjelaskan bahwa
menolak mengenakan jersey klubnya yang pendirian tempat ibadah di stadion tersebut,
menampilkan sponsor perusahaan judi888. kendati harus tetap diapresiasi, sepenuhnya
c o m ( h t t p : / / w w w. r e p u b l i k a . c o . i d / b e r i t a / bukan terkait dengan religiusitas. Pendirian
sepakbola/ligainggris/13/06/10/mo5vbe-alasan- tersebut lebih tepat terkait dengan image/brand
pappis-cisse-tolak-kenakan-jersey-bersponsor- yang ingin dibentuk, investor atau pemilik klub
perusahaan-riba). atau bagian dari sistem marketing meraih simpati
Sementara itu sistem religi dalam industri fans.
sepak bola juga dapat dilihat pada pendirian “Beberapa pemain sepak bola memang
situs peribadatan seperti mesjid dan kapel.klub cukup ketat dengan praktek religius.
sepak bola Schalke 04 yang bermarkas di kota Beberapa di antara mereka sering
Gelsenkirchen, Jerman merupakan klub sepak merayakan selebrasi gol dengan berbagai
bola di dunia yang memiliki kapel di dalamnya. simbol agama. Tapi bisa saja hal tersebut
Hal ini dilakukan untuk menjaga dimensi religius juga merupakan strategi marketing klub
dari tim sepak bola tersebut, sekaligus kesetiaan sepak bola untuk mendapat simpati
fansnya di dalam stadion. fans yang lebih luas. Hal ini juga bisa
Sejumlah klub sepak bola di Eropa menunjukkan manajemen klub mulai
memang menyediakan mesjid bagi pemain dan terbuka dengan keyakinan ajaran
fans-nya yang akan menjalankan sholat. Klub keagamaan pemain. Apalagi saat ini
Bolton Wanderers merupakan pelopor yang banyak pemain sepak bola di Eropa
membangun ruang ibadah di stadion yang sudah yang beragama Islam”.(Wawancara di
didirikan sejak tahun 2006. Menyusul kemudian Manchester, 21 Maret 2015)
Rubin Kazan, klub profesional di Liga Primer
Rusia, membangun sebuah musholla dalam Namun demikian, tetap saja fenomena
stadionnya. keyakinan pemain terhadap ajaran religius
Layanan ruang ibadah bagi penggemar tersebut atau fanatisme fans terhadap klub sepak
sepak bola juga disediakan oleh klub di Liga bola yang termediasi oleh media dalam suatu
Iswandi Syahputra, Religiusitas Sepak Bola Dalam Rezim Media... 87

sistem industri ini sesungguhnya merupakan bola tersebut merupakan bagian yang tidak
tantangan baru bagi agama-agama samawi, terpisahkan dari sistem industri sepak bola dan
terutama agama Islam. industri media itu sendiri.
Sesuatu yang religius dapat Mereka dibentuk untuk menjaga
direpresentasikan melalui berbagai tindakan keberlangsungan berbagai sistem produksi
seperti ibadah, gerakan seperti selebrasi gol sebuah klub sepak bola melalui berbagai mode
dengan sujud syukur, fisik seperti banguna untuk memperoleh keuntungan. Melalui televisi,
mesjid/musholla di stadion atau sesuatu yang pergeseran bahkan perubahan makna religius
secara simbolis mewakili kepercayaan agama dan budaya dapat terjadi. Televisi dengan begitu
yang bersangkutan seperti menolak sponsor telah menjadi agen budaya, terutama sebagai
karena mengandung riba. provokator dan sirkulator makna.
Sejumlah fans mendukung klub tertentu Bagaimana makna diproduksi adalah
bukan karena ideologi yang melatari klub salah satu problem utama saat ini, namun tempat
tersebut, tetapi terkadang disebabkan karena yang nyaman untuk memulai adalah pernyataan
tindakan pemain yang religius atau simbol sederhana bahwa program siaran televisi yang
religius lainnya di klub tersebut.Karena alasan berisi makna yang potensial dan mencoba untuk
tersebut beberapa fans sepak bola lebih fanatis mengontrol dan memfokuskan makna ini menjadi
terhadap pemain dari pada klub sepak bola. Hal makna tunggal yang diinginkan mendukung kerja
ini menunjukkan bahwa pada level tertentu, idiologi yang lebih dominan (Fiske, 1987 : 1).
terminologi fans secara sosial mengalahkan Dalam studi media, kekuatan ideologis
terminologi umat secara religius. televisi tersebut dapat menimbulkan moral panic.
Moral panic mengacu pada sebuah sistem yang
Religiusitas dan Histeria Massa dalam Budaya digunakan untuk menggambarkan kecemasan
Media publik terhadap penyimpangan atau ancaman
Dalam kehidupan budaya kontemporer dari dalam budaya itu sendiri, yang dianggap
saat ini, sepak bola dapat mengatasnamakan apa menentang norma sosial, nilai dan interes. Istilah
saja, termasuk mengatasnamakan religiusitas. moral panic pada awalnya digunakan oleh Jock
Motif fans mendukung klub sepak bola tertentu Young (1971) dan Stanley Cohen (1980) dalam
dapat merepresentasikan daerah, etnis, ras, studi penyimpangan media. Mereka berpendapat
kelas sosial, gengsi, selera, bahkan keyakinan bahwa media memainkan peran ideologis,
keagamaan. Di Skotlandia pendukung sepak berkonstribusi dan memperkuat konstruksi
bola bahkan terbentuk berdasarkan agama aktif dari makna tertentu (Hartley, 2004 :
warga negaranya. Seperti rivalitas antara 147).Kesadaran religius menemukan lokusnya
pendukung kesebelasan Glasgow Rangers melalui simbol-simbol yang disebarluaskan
yang merepresentasikan agama Protestan melalui media. Simbol tersebut diterima begitu
dengan pendukung kesebelasan Celtic yang saja sebagai sebuah representasi religius.
merepresentasikan agama Katolik. Tingginya Di Argentina, fans sepakbola menjadikan
fanatisme antara suporter Rangers dan Celtic bintang sepak bola legendaris Argentina,
tidak hanya di lapangan saja, tetapi juga di luar Dieogo Armando Maradona simbol yang agung.
lapangan (Foer, 2006 : 31). Diego Armando Maradona adalah sebuah
Religiusitas tersebut berubah wujud nama sekaligus titah yang agung. Sebab itulah,
menjadi histeria massa yang disebarkan melalui sekelompok orang di Argentina mendirikan
jaringan media, terutama industri televisi. Histeria Iglesia Maradoniana dan menahbiskan diri
massa dan populernya sepak bola di kalangan mereka sebagai umat Maradona (Kennedy, 2014
masyarakat dapat dilihat pada terbentuknya : 175).
berbagai komunitas fans sepak bola. Fans sepak Iglesia Maradoniana merupakan nama
88 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus 2016, halaman 80-91

untuk Gereja Maradonian yang berfungsi untuk disalurkan dan dimanfaatkan untuk mengabdi
mengkultuskan dan memuja Maradona. Proses pada kepentingan ekonomi yang digerakkan oleh
puncak fanatisme hingga menjadi fetis seperti suatu sistem kapitalisme.
bukan tanpa sebab. Gol yang dipersembahkan Kedua sisi yang ambigu tersebut bertemu
oleh Maradona pada final piala dunia di Meksiko pada sebuah perayaan puncak sepak bola dunia
saat Argentina bertemu Italia, dikenal sebagai yang digelar empat tahun sekali melalui piala
gol tangan Tuhan, memberi kontribusi aktif dunia. Inilah puncak dari segala puncak dimensi
mendorong proses pengkultusan Maradona yang terjadi pada seluruh dinamika sepak bola.
tersebut. Piala dunia tak ubahnya seperti ibadah haji,
Sepak bola telah menjadi ranah tempat merupakan perayaan atau ritual akbar yang
bertemu dan bergumulnya berbagai makna, mempertemukan keyakinan bersama dalam
identitas bisnis dan religiusitas. Mengacu berbagai perbedaan.
pada pandangan Simon, sepak bola tidak lagi Dalam piala seperti deklarasi kemanusiaan
dapat dilihat sebagai murni olah raga yang untuk mempersatukan berbagai kepentingan
mempertemukan ketangkasan dan strategi untuk yang melilit berbagai sektor kehidupan seperti
memenangkan sebuah pertandingan. ekonomi, politik, kebudayaan dan keagamaan.
“Selain buruh pabrik yang memiliki klub Capaian dan maksud tersebut selaras dengan
sepak bola, salah satu awal tumbuhnuya tujuan religius pada umumnya tentang kehidupan
sepak bola itu dari berbagai remaja manusia yang merindukan perdamaian dan
gereja di Inggris. Hampir setiap gereja kebahagiaan bersama.
memiliki semacam klub sepak bola. Bahkan selain rasa damai dan bahagia,
Sepak bola memang menjadi identik sepak bola juga memberikan rasa bangga pada
dengan aktifitas remaja gereja. Itu fans-nya, terutama fans fanatik tipe Aficionado
sebabnya stadion klub sepak bola yang seperti Simon dan Arif. Smith memberikan
sudah berdiri sejak lama tidak jauh dari kategori fans klub olah raga berdasarkan motivasi
gereja, seperti klub Liverpool, Everton dan prilakunya sebagai seorang fans klub. Walau
atau Westham di Inggris. Setelah sepak dapat diekspresikan, motivasi merupakan alasan
bola diminati banyak orang seiring yang tersembunyi dalam diri seseorang. Karena
dengan tumbuhnya industri media yang bersifat tersembunyi, motivasi menjadi jarang
menyiarkannya, sepak bola menjadi dikemukakan. Smith (2008 : 43) membagi lima
tontonan populer yang menjanjikan tipe fans olah raga, yaitu:
profit besar. Sehingga satu sisi sepak
bola memberikan kegembiraan pada
penonton, namun pada sisi lain sepak
bola juga bekerja untuk mendapatkan Rasa bangga Simon sebagai fansclub
keuntungan melalui berbagai kaitannya Liverpool FC dan AC Milan FC serta Arif sebagai
dengan industri global seperti industri fansclub Manchester United FC(MU) dibuktikan
media dan industri peralatan olah raga”. dengan menjadi anggota fansclub dan rutin
(Wawancara di London, 17 Maret 2015) menonton pertandingan klub sepak bola yang
mereka dukung. Mengacu pada pendapat Arif,
Religiusitas dalam sepak bola menjadi rasa bangga menjadi fans klub sepak bola yang
ambigu, satu sisi dia mampu menghantar didukungnya muncul melalui nonton bareng
pelakunya pada suatu kegembiraan dan (nobar) sepak bola di layar televisi.
kebahagiaan kolektif. Namun di sisi yang lain, “Rasa bangga pada MU dipupuk oleh
religiusitas sepak bola mengabdikan ritualnya tontonan yang saya saksikan melalui
pada industri global. Energi dan emosi religius televisi. Rasa bangga tersebut sering
Iswandi Syahputra, Religiusitas Sepak Bola Dalam Rezim Media... 89

TIPE MOTIVASI PERILAKU


Bangga dan merasa senang
mengikuti  pertandingan klub
Mendukung klub
yang didukungnya. Dapat
karena kualitas dan
Aficionado memiliki klub lain, tetapi tetap
performa permainan
setia pada klub asli. Fans seperti
klub.
ini tergabung dalam kelompok
fans club resmi.
Fans seperti ini loyal pada
hanya pada satu tim. Tetapi
loyalitasnya dapat berubah
Mendukung klub
karena tim-nya kalah berturut-
Theatregoer karena ingin mencari
turut dalam beberapa kali
hiburan semata.
pertindangan. Selain itu, prilaku
fans jenis ini juga menonton
pertandingan lain selain tim-nya. 

Fans ini memiliki loyalitas


Mendukung klub
jangka pendek terhadap tim.
karena berharap atau
Passionate Tetapi mampu mengidentifikasi
ingin timnya menang
diri dan responsif pada tim
dalam sebuah
sangat baik baik pada saat jaya
pertandingan.
atau terpuruk. 
Fans ini memiliki loyalitas
Mendukung klub
Champ jangka pendek. Dan hanya loyal
karena klub berada
Follower pada tim yang sedang berada
pada masa jaya.
pada puncak kejayaan.
Fans ini memiliki loyalitas pada
Mendukung klub
Reclusive klub tetapi jarang menonton
karena partisan.
pertandingan. Fans seperti in
memiliki identifikasi yang kuat.
mendorong atau berubah menjadi bola yang didukungnya. Argumen menjadi dasar
histeria saat menghadiri nonton bareng rasa bangga pada klub sepak bola yang didukung.
bersama fans lain. Terutama pada Argumen tersebut mampu mendorong berbagai
pertandingan penting seperti derby MU sikap histeris.
melawan Liverpool. Histeria seperti ini “Menjadi pendukung klub sepak bola yang
penting karena sejenak dapat melupakan fanatik juga harus disertai argumen. Saya
kita pada berbagai tekanan hidup”. menjadi fans fanatik Liverpool karena
Wawancara, di Edinburgh, 25 Maret Liverpool mampu membuat perasaan
2015) saya terharu dan merinding saat fansnya
memiliki ritual menyanyikan bersama-
Sementara bagi Simon rasa bangga pada sama lagu YNWA di stadion Anfield tiap
klub sepak bola yang didukung awalnya muncul kali Liverpool menjamu lawan mereka.
karena prestasi besar yang diraih oleh klub sepak Ini suatu perasaan haru, bahagia
90 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 2, Mei - Agustus 2016, halaman 80-91

atau khusyu yang mampu dihadirkan gerakan religius di lapangan, dimaknai sebagai
Liverpool dalam diri saya”.(Wawancara, pergelaran dan penyebaran identitas religus yang
di Edinburgh, 26 Maret 2015) diyakininya. Namun demikian, berbagai dimensi
religius tersebut juga dimaknai oleh fans sepak
Berbagai perasaan bahagia, bangga dan bola sebagai bentuk strategi manajemen untuk
bahkan histeris fans sepak bola tersebut muncul memperkuat ikatan emosional dengan fans lama
pada era kebebasan media yang melahirkan dan merupakan bentuk strategi memperluas
industri media seperti saat ini. Industri media, dukungan dari fans baru.
baik media penyiaran seperti televisi atau media Walaupun sepak bola memiliki dimensi
berbasis internet yang memberikan tontonan religius dan pengikut yang semakin meluas
melalui saluran streaming saat ini secara mendapat topangan dari industri media, namun
emosional mampu mendekatkan fans sepak bola religiustias sepak bola tidak memiliki spritualitas
pada klub sepak bola yang didukung. seperti yang terkandung pada berbagai agama di
Kedekatan emosional seperti rasa bahagia, dunia.Spiritualitas dapat dipahami sebagai hal
rasa bangga atau histeria tersebut secara sosial yang berhubungan erat dengan sistem keyakinan
menjadi terbentuk lebih cepat dan kuat karena yang berdimensi transeden.
didukung oleh maraknya berbagai komunitas- Spitualitas akan menghantarkan manusia
komunitas fans sepak bola. Komunitas fans pada segala suatu yang ada (being) dengan
sepak bola ini selalu rutin menyelenggarakan segala dimensinya yang metafisik, transenden
acara nonton bareng. dan penuh dengan enigma. Hal ini juga berarti
bahwa segala hal yang mengandung spiritualitas
Simpulan adalah suatu yang masih perlu dikuak, ditafsir,
Sepak bola mengandung dua dimensi diungkap atau diterjemahkan
religius berupaberbagai hal yang disakralkan
dan prilaku pemain. Hal yang sakral tersebut Daftar Pustaka
melekat pada benda seperti rumput, jersey atau “5 Klub Eropa Ini Bangun Masjid di Dalam
trophy. Sedangkan religiusitas pemain sepak Stadionnya”, liputan6.com, 22 Juni
bola terjadi dalam bentuk simbolisasi religius 2015, http://bola.liputan6.com/
saat seorang pemain bermain sepak bola dan read/2256869/5-klub-eropa-ini-
sikap atau respon mereka pada hal yang terkait bangun-masjid-di-dalam-stadionnya
dengan paham keagamaan. Abdullah, Amin, 2007, Islam dan Humanisme,
Dimensi religiusitas pertama, dapat Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
ditemukan jika memasuki bagian dalam stadion “Alasan Pappis Cisse Tolak Kenakan Jersey
sebagai pusat berbagai aktivitas sepak bola. Bersponsor Perusahaan Riba”,
Adapun dimensi religius kedua dapat dilihat republika.co.id, 10 Juni 2013, http://
melalui berbagai sajian tontonan dan pemberitaan www.republika.co.id/berita/sepakbola/
oleh media massa. Kemajuan yang pesat dalam liga-inggris/13/06/10/mo5vbe-
industri media massa saat ini sangat mendukung alasan-pappis-cisse-tolak-kenakan-
penyebaran dimensi religiusitas dalam sepak jersey-bersponsor-perusahaan-riba
bola tersebut diterima oleh khalayak di seluruh “Arsenal Diingatkan Hormati Ritual Doa Mesut
dunia. Oezil”, republika.co.id, 4 September
Dimensi religius sepak bola tersebut 2013, http://www.republika.co.id/
dimaknai oleh fans sepak bola sebagai sikap berita/sepakbola/freekick/13/09/04/
dari manajemen klub yang terbuka dengan mskotu-arsenal-diingatkan-
keyakinan ajaran keagamaan pemain. Sementara hormati-ritual-doa-mesut-oezil
bagi pemain sepak bola, berbagai prilaku Berger, Peter L, The Desecularization of the
Iswandi Syahputra, Religiusitas Sepak Bola Dalam Rezim Media... 91

World of A Global Overview, in Peter L. Dimensi Sosial Sepak Bola di


Berger (ed.), 1999, The Desecularization Indonesia”, in Fajar Junaedi (ed),
of the World : Resurgent Religion Sport, Komunikasi, dan Audiens,
and World Politics, Washington: Yogyakarta: Aspikom, Fikom Untar
Ethics and Publics Policy Centre. dan Prodi Ilmu Komunikasi UAJY.
Cremers, Agus, 1995, Tahap-tahap Smith, Aaron C.T, 2008, Introduction of Sports
Perkembangan Kepercayaan Marketing. Burlington : Elsevier.
menurut James W. Fowler : Sebuah Syahputra, Iswandi, 2013, Rezim
Gagasan Baru dalam Psikologi Media, Jakarta: Gramedia.
Agama, Jakarta : Penerbit Kanisius. Turner, Bryan S, 1991,Religion and Social
“Di Brazil, Peran Agama Penting dalam Theory, London : Sage Publication.
Sepak Bola”, bbc.co.uk, 22 Mei
2014, http://www.bbc.co.uk/
indonesia/olahraga/2014/05/140521_
brazil_sepakbola_agama
Durkheim, Emilie, 2001,The Elementary
Forms of Religious Life,in Mark S.
Cladis (ed), trans, By Carol Cosman
USA: Oxford University Press.
Fiske, Jhon, 1987, Television
Culture, London : Routledge.
Foer, Franklin, 2006,Memahami Dunia
Lewat Sepak Bola, trans, Alfinto
WahhabJakarta: Marjin Kiri.
Hartley, John, 2004,Communication, Cultural
and Media Studies, London : Routledge.
Hjarvard, Stig, 2011, “The Mediatization
of Religion: A Theory of the Media
as an Agent of Religious Change”,
Culture and Religion, Vol. 12, No. 2.
“Hubungan Agama dan Olahraga”, bbc.com,
29 Mei 2011, http://www.bbc.com/
indonesia/majalah/2011/05/110528_
agama_olahraga.shtml
Huizinga, Johan, 1995,Homo Ludens;
A Study of the Play-Element in
Culture, Boston: Beacon Press.
Kennedy, Eddward S, 2014,Sepak Bola Seribu
Tafsir, Yogyakarta : Indie Book Corner.
Novak, Michael, 1976,The Joy of Sports: End
Zones, Bases, Baskets, Balls, and the
Consecration of the American Spirit,
New York: Basic Books, Inc., Publishers.

Santosa, Hedi Pudjo, 2014, “Olahraga,


Komunikasi, dan Multikulturalisme:

View publication stats

You might also like