You are on page 1of 5

HUBUNGAN INTENSITAS MENGAKSES SITUS PORNO DENGAN

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA


Aprita Yulia Lestari', Suherni', Yuni Kusrniyati3

t t'Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

ABSTRACT

ln Yogyakada, 62,7yo of adolescents are not a virgin, and there aro 30%o of the two million aboftions porformed by adoloscenfs.
Adolescents are in a situation that is very sensitive to the influence of the new value that can lead to deviant behavior. Pornography
aims to stimulate one's sexual deslre, so that their effects r's fhe behavior that leads to an increase in adolescent sexual stimulation.
Research conducted at internet cafe Glagahsari, Umbulha$o, Yogyakarta because there are intemet cafe in the area that has nat
installed antipornography filters. The aim of this study is to know the relationship between the intensity accessing pom slfes wifh
adolescent premarital sexual behavior in internet cafe Glagahsai, Umbulharjo, Yogyakarta. The type of research ia an obseruational
wifh cross sectional approach. Sample size 60 adolescents aged 1 *24 years were taken by purposive sampling technique. Data is a
prirnary data were collected by questionnaire. Data were tested by Kendall Tau conelation test with alpha of 5%. Characteristics of
respondents by age are mostly in the age group 15-19 years (70,8%), by sex mostly male (52,3%), based on most medium level of
education (53,8%). lntensity accessrng pom sites most rare (63,1%), adolescent premarital sexual behavior were mostly mild
(49,2%). Corelation with the fest resu/fs obtained by Kendall Tau p-value of 0,A00 means that there is a significant correiation
between the infenslfy accessrng porn sites with adolescents premarital sexual behaviar. There is a pasitive relationship between the
intensity accessing porn sftes with adolescent premarital sexual behavior, which is more frequent aecess pomographic sifes, the
more severe premarital sexual behavior.

Key words: lntensity access ing porn sites, premarital sexual behavior, adolescents

INTISAR.I

Di '/ogyakarta, terdapat 62,7% remaja tidak perawan dan ada 30% dari dua juta kasus aborsi dilakukan oleh remaja. Remaja berada
dalam-situasi yang sangat peka terhadap pengaruh niiai baru yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku nnenyimpang.
Pornografl bertujutn meiangsang hasrat seksual seseorang, sehingga efek yang terjadi adalah perilaku yang rnengarah pada
peningkatan rangsangan seksual remaja. Penelitian dilakukan di warung intemet Glagahsari, Umbulharjo,.Yogyakarta.karena
inasih ada warung internet di kawasan tersebut yang belum memasang filter antipornografl. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara intensitas mengakses situs porno dengan perilaku seksual. pranikah remaja di warung internet
Glaglhsari, Umbulharjo, Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross secflona/. Jumlah sampel
60 remaja umur 1 5-24iahundiambil dengan teknik purp osive sampling. Data berupa data primer yang dikumpulkan dengan angket.
Data diuji dengan uji korelasi Kendall Tau, tingkat kbsaiahan 5%. Karakteristik responden berd^asarkan umur sebagian besardalam
kelompok umilt S-t g tahun (70,8%), berdaslrkan jenis kelamin sebagian besar laki-laki (52,3%), berdasarkan tingkat pendidikan
sebagian besar menengah (53,8%). lntensitas mengakses situs porno sebagian besar jarang (63,1%), perilaku seksual pranikah
,emafa sebagian besar ringan (49,2o/o). Hasil uji korelasi dengan KendallTau diperoleh p-value sebesar 0.000 artinya ada hubungan
yang'signifikln antara int6nsitis mengakses situs porno dengan perilaku seksual pranikah remaja' Ada hubungan positif antara
inteisitis mengakses situs porno dengan perilaku seksual pranikah remaja, yaitu semakin sering mengakses situs pomo maka
semakin berat perilaku seksual pranikahnya.

Kata Kunci: lntensilas mengakses situs porno, perilaku seksual pranikah, remaja
Kesehatan lbu dan Anak Valume 7, No.1, Juli 2015, Hal *9

PENDAHULUAN dapat menimbulkan serangkaian akibat seperti


Masa remaJa merupakan suatu proses terjadinya masalah penyakit menular termasuk
tumbuh kembang yang berkesinambungan yang Human lmmunodeficiency Virus/Acquired lmmuno
merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), kehamilan yang
dewasa muda.r Menurut definisi Warld Health tidak diinginkan, dampak sosial seperti putus
O rg a n i zati on (WH O ), rem aja {ad ol e sc e n ce) adalah sekolah, kanker, infertilitas/kemandulan.'
mereka yang berusia 10-19 tahun. Perserikatan Secara global, setiap tahun kira-kira 15 juta
Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut anak muda remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, empat juta
(youth) untuk usia 15-24 tahun. lni kemudian melakukan aborsi, dan harnpir seratus juta
disatukan dalam terminologi kaum muda (young terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang
peopte) yang mencakup usia 10-24 tahun.' Di dapat disembuhkan. Dilihat dari semua kasus
lndonesia, jurnlah remaja umur 10-24 tahun sangat infeksi Human lmmunodeficiency Virus (HlV), 40%
besar yaitu sekitar 63 juta atau 26,8% darijumlah diantaranya terjadi pada kaum muda yang berusia
penduduk.3 15-24 tahun.' Di lndonesia kelompok umur yang
Remaja berada dalam situasi yang sangat paling banyak menderita Infeksi Menular Seksual
peka terhadap pengaruh nilai baru, terutama bagi (lMS) adalah kelompok umur muda.E Berdasarkan
mereka yang tidak mempunyai daya tangkal. BKKBN dilaporkan 63% remaja usia antara SMP
Remaja cenderung lebih mudah melakukan dan SMA sudah melakukan hubungan seksual
penyesuaian dengan arus globalisasi dan arus pra nikah dan 21% d iantaranya d laporkan aborsi.'
i

informasi bebas yang dapat menyebabkan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


terjadinya perubahan-perubahan perilaku seksual pada remaja ada tiga, yaitu faktor
menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-nilai perkembangan yang terjadi dalam diri mereka
yang datang dariluar.o berasal dari keluarga di mana anak mulai tumbuh
Banyak remaja yang sudah aktif secara dan berkembang, faktor luar yang mencakup
seksual meski tidak selalu atas pilihan mereka sekolah cukup berperan terhadap perkembangan
sendiri.' Berdasarkan data Badan Koordinasi remaja dalam mencapai kedewasaannya, faktor
Keluarga Berencana Nasional, i'emaja yang pernah dari masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan,
berpacaran dan cara mengungkapkan kasih dan perkembangan khususnya teknologi yang
sayang dengan meraba/merangsang 10%, ciuman dicapai manusia.'
bibn 32%, pegang tangan BB%. Persentase remaja Rasa ingln tahu terhadap masaiah seksual
laki-laki pernah berpacaran yang rnelakukan pada masa remaja sangat tinggi. sehingga mereka
hubungan seks pranikah tahun 2010 yaitu 3,8%, akan berusaha mencari berbagai informasi
tahun 2011 menEalami peningkatan yaitu 5,3%. mengenai hal tersebut, lnforrnasi teniang masalah
Persentase remaja perempuan pernah berpacaran seksual sudah seharusnya diberikan agar remaja
yang rnelakukan hubungan seks pranikah tahun tidak rnencari informasi dari sumber-sumber yang
2014 yaitu 1,7oh, tahun 2011 mengalami tidak jelas. Penelitian Puslit Ekologi Kesefratan,
pen i ng kata n yaitu 2,4o/o.s Badan Litbang Kesehatan, Depkes Rl tahun 1990
Remaja umur 10-24 tahun yang berstatus terhadap siswa-siswi di Jakarta dan Yogyakarta
belum menikah ada 86,7% dari 63.048. Hasil menyebutkan bahwa faktor utama yang
wawancara pada kelompok remaja dengan status mempengaruhi remaja untuk meiakukan senggama
belum menikah menunjukkan bahwa pada laki-laki adalah membaca buku porno dan menonton film
3,0% dan perempuan 1,1% menjawab pernah biulblue film (.5,4,39% di Jakarta dan 49,2o/o di
berhubungan seksual. Lebih lanjut dapat diketahui Yogyakarta).'o
pula bahwa umur pertama berhubungan seksual Dewasa ini kemajuan sistem media massa
sudah terjadi pada usia yang sangat muda, yaitu I semakin meningkat, ditandai dengan semakin
tahun. Terdapat 0,5% perempuan telah melakukan mudahnya orang mengakses berbagai informasi
hubungan seksual pertama kali pada usia B tahun, termasuk informasi tentang masalah seksual.
dan 0,1% pada laki-laki.' Di Yogyakarta terdapat Banyak sekali informasi melalui media massa cetak
62,7% remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun elektronik yang ditayangkan secara vulgar
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak perawan dan bersifat tidak mendidik, tetapi lebih cenderung
dan ada 30% dari dua juta kasus aborsi dilakukan mempengaruhi dan mendorong perilaku seksual
oleh remaja.6 yang tidak bertanggung jawab. Data menunjukkan
Perilaku seksual menempatkan remaja dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat
pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah informasi seputar seks dari teman, 35% dari film
kesehatan reproduksi. Perilaku seksual pranikah porno, dan hanya 5% dari orang tua. lronisnya 1,8
Lestai, Suhemi, Kusmiyati, Hubungan lntonsltas Mengakses Sllus Porno.......

juta warga lndonesia yang sudah mengenal dan mengakses situs porno dalam penelitian ini adalah
mengakses internet, 50% diantaranya ternyata kegiatan mengunduh, mendownload, maupun
tidak bisa menahan diri untuk tidak membuka situs melihat segala bentuk film, video, gambar, maupun
porno." tulisan yang diakses melalui situs internet yang
Situs porno dapat membawa berbagai isinya mengandung pornografi, sefta frekuensi dan
dampak negatif pada remaja. Pornografi dapat lama tiap kali melakukan kegiatan tersebut yang
merusak perkembangan keprlbadian remaja serta dinyatakan dalam satuan jam/minggu, yang
dapat mendorong terjadinya perilaku seksual ditunjukkan dari jawaban atas pertanyaan
menyimpang. Pornografi tidak hanya memicu kuesioner kemudian digolongkan menjadi tiga
ketagihan yang serius, tetapijuga pergeseran pada kaiegori, yaitu sering jika mengakses lebih dari 10
emosi dan perilaku sosial. Mengonsumsi gambar jam per minggu, kadang-kadang jika mengakses
porno secara intensif berpotensi mengubah antara 2,5 sampai 10 jam per minggu, dan jarang
pemahaman secara fundamental tentang_relasi- jika mengakses kurang dari 2,5 jarn per minggu.
ielasi hubungan seksual dengan lawan jenis." Skala yang digunakan adalah ordinaldalam analisis
Pada tanggal 6 dan 7 Juli 2011 Dinas univariat dan interval dalam analisis bivariat.
Ketertiban, Polresta Yogyakarta, Dinas Perijinan, Perilaku seksual pranikah remaja dalam
serta Tim Teknologi lnformasi dan Telematika penelitian ini adalah kegiatan dengan lawan jenis
mengadakan razia warung internet yang ada di seperti berpegangan tangan, berpelukan, cium pipi,
wilayah Kota Yogyakarta. Operasi hari pertama cium kening, cium bibir, masturbasi atau onani,
didapatkan masih ada 12 warung internet yang memegang atau meraba daerah sensitif, petting,
belum memasang filter antipornografi di kawasan oral seks, sampai hubungan seksual yang
Umbulharjo, Pakualaman, dan Gondomanan. dilakukan oleh remaja yang ditunjukkan dari
Akibatnya akses situs yang memuat garnbar serta jawaban atas pertanyaan kuesioner kemudlan
video porno masih bisa diakses dengan mudah oleh digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu ringan jika
pengguna jasa internet.l' responden memilih satu atau lebih dari kegiatan
Banyak remaja yang melakukan hubungan berpegangan tangan, berpeiukan, cium pipi, cium
seksual pranikah karena sekedar ingin tahu (53,8%) kening, masturbasi atau onani, memegang atau
dan coba-coba saja (32,7%), serta tidak berpikir meraba daerah sensitif, sedang jika responden
tentang konsekuensi"' Kejadian ini sudah memilih satu atau lebih dari kegiatan atau aktivitas
seharusnya dapat dicegah dengan memberikan cium bibir, petting maupun oralseks, dan berat jika
penyuh-rhan tentang kesehatanr reproduksi sejak responden menjawab pernah berhubungan seks.
usia masih muda.' Strategi yang dilakukan di Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
lndonesia yaitu strategi operasional Felayanan Penelitian ini rnenggunakan jenis data
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) untuk primer. Teknik pengumpulan data menggunakan
meningkatkan status kesehatan remaja melalui kuesioner yang mengacu pada Survei Kesehatan
peningkatan pengetahuan dan meningkatkan sikap Reproduksi Renna,la .lndonesia tahun 2007.
dan perilaku kesehatan dan seksualitas remaja. Pengolahan data terdiri dari editing, transfering, dan
tabulating. Analisa data dalam penelitian ini terdiri
METODE dari analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
Jenis penelitian ini adalah observasional untuk mencari proporsi variabel intensitas
dengan desain cross sectional. Penelitian ini mengakses situs porno dan perilaku seksual
dilaksanakan di warung internet Glagahsari, pranikah remaja. Analisa bivariat untuk mencari
Umbulharjo, Yogyakarta pada tanggal 16-18 lvlaret hubungan antara intensitas mengakses situs porno
2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dengan perilaku. seksual pranikah remaja
remaja yang mengunjungi warung internet pada menggunakan uji statistik Kendall Tau.
Bulan Maret. Sampel dalam penelitian ini adalah
remaja umur 15-24 tahun dengan kriteria eksklusi HASIL
yaitu remaja yang berpendidikan di bidang Karakteristik responden berdasarkan umur
kesehatan. Teknik sampling yang digunakan adalah sebagian besar merupakan adolensia pertengahan
purposive sampting sehingga didapatkan besar (7O,8o/o), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
sampel berjumlah 60 remaja. laki-laki (52,3o/o), dan berdasarkan tingkat
Variabel penelitian ini terdiri dari satu pendidikan sebagian besar berpendidikan
variabel independen yaitu intensitas mengakses menengah (53,8%).
situs porno dan satu variabel dependen yaitu Akses situs porno dalam intensitas jarang
perilaku seksual pranikah remaja. lntensitas 63,1o/o, kadang-kadang 33,8%, sering 3,1o/o.

7
Kesehatan lbu dan Anak Volume 7, No.1, Juli 2015, Hal *9

Perilaku seksual pranikah remaja dalam kategori informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan
ringan 49,2o/o, sedang 46,2%, berat 4,6%. Analisis dengan kesehatan reproduksi, sebagian besar
hubungan intensitas mengakses situs porno remaja justru mendapatkan informasi dari sumber
dengan perilaku seksual pranikah remaja dilakukan yang kurang dapat dipercaya dari segi keakuratan
dengan program R 2.9.0 menggunakan uji Kendall informasi seperti dari teman dekat atau sebaya,
Tau. Dari hasil analisis didapatkan p-value 0,000 majalah, buku bacaan porno, film atau video porno.u
dan nilai tau 0,7 25467 1. lntensitas mengakses situs porno dalam
penelitian ini dikategorikan dalam tiga kategori yaitu
PEMBAHASAN jarang (kurang dari 2,5 jam per minggu), kadang-
Responden dalam penelitian ini adalah kadang (2,5 sampai 10 jam per rninggu), dan sering
rernaja usia 15-24 tahun yang berkunlung diwarung (lebih dari 10 jam per minggu). Berdasarkan hasil
internet Glagahsari, Umbu!harjo, Yogyakarta. penelitian, intensitas mengakses situs porno yang
Remaja adalah suatu masa dimana individu dilakukan responden sebagian besar jarang yaitu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan 63,1%" Hal ini karena adanya sarana yaitu media
tanda{anda seksual sekundernya sampai saat ia masa atau situs porno merupakan faktor pendorong
mencapai kematangan seksual.'n Masa remaja terjadinya perilaku seksual pranikah remaja.
berdasarkan terminologi kaum muda (young Pornografi bertujuan merangsang hasrat seksual
people) mencakup usia 10-24 tahun yang dibagi ke seseorang, sehingga efek yang ditimbulkan adalah
dalam tiga keiompok umur, yaitu 10-14 tahun perilaku yang mengarah pada peningkatan
(adolesensia awal), 15-19 tahun (adolesensia rangsangan seksual pada remaja itu sendiri.
pe rte ngah an ), d a n 2Q -24 tahun ( re m aj a d ewa sa ).
s
Pornografi dapat menghasilkan rangsangan
Penelitian ini dilakukan pada 70 remaja, fisiologis dan emosional (pengaktifan sistem syaraf
namun 5 remaja terkena kriteria eksklusi yaitu sebagai lawan ranEsangan seksual), dan
berpendidikan di bidang kesehatan sehingga tidak peningkatan tingkat rangsangan akan
dapat menjadi responden. Berdasarkan jumlah rnenghasilkan beberapa bentuk perilaku."
responden yang termasuk adolensia pertengahan Perilaku seksual adalah tingkah laku yang
(70,8%) lebih banyak daripada yang remaja dewasa didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
(29,2%). Adolensia pertengahan mengalami jenis maupun sesama jenis.'u Berdasarkan hasil
perkernbangan pubertas yang sudah lengkap dan penelitian responden yang berperilaku seksual
dorcngan-dorongan seksual lebih banyak muncul pranikah ringan yailu 49,2o/o, sedang 46,2o/c, dan
dibanding remaja dewasa. Dampaknya, remaja berat 4,6%. Hal ini dipengaruhi oleh'beberapa
akan mencari kemampuan untuk menarik lawan faktor, seperti pendidikan, pengetahuan, adanya
jenis, mulai muncul perilaku seksual dan sarana untuk mengakses (situs porno), dan
eksperimentasi dengan lawan jenis maupun tentunya tidak bisa lepas dari-faktor sistem nilai,
sejenis, dan masturbasi meningkat.'u Berdasarkan pengawasan dari orang tua, dan pendidikan
jenis kelamin responden'persentasenya lebih kesehatan reproduksi.
banyak yang laki-laki (52,30/o) daripada perempuan Tersedianya fasilitas media massa
(47,7%). Laki-laki cenderung lebih terbuka dalam merupakan faktor pendukung terbentuknya
menyatakan bahwa mereka sudah pernah perilaku. Jika seorang remaja sering mengakses
berperilaku seksual daripada perempuan. situs porno maka akan terpengaruh perilaku
Sebagian besar dari hubungan seks remaja diawali seksual pranikahnya. Apalagi remaja seringkali
dengan agresivitas remaja laki-laki. Remaja laki-laki kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan
cenderung menekan. dan memaksa remaja reproduksi, keterampilan menegosiasikan
perempuan untuk berhubungan seks, namun ia hubungan seksual, dan akses terhadap pelayanan
sendiri tidak merasa memaksa.'o Berdasarkan kesehatan reproduksi yang terjangkau serta
pendidikan terakhir sebagian besar responden terjamin kerahasiaannya.2
berpendidikan menengah (53,8%). Pendidikan Korelasi antara kedua variabel tersebut
merupakan faktor predisposisi terbentuknya terlihat bahwa sebagian besar responden yang
perilaku.'u jarang mengakses situs porno, perilaku seksual
Remaja berada dalam situasi yang sangat pranikahnya ringan yaitu 75,6%. Berdasarkan hasil
peka terhadap pengaruh nilai baru dan cenderung penelitian Juli Astuti yang berjudul Pengaruh
lebih mudah melakukan penyesuaian dengan arus Karakteristik Siswa dan Sumber nformasi terhadap
I

globalisasi dan arus informasi bebas yang dapat Kecenderungan Melakukan Hubungan Seksual
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan Pranikah pada Siswa SMA Negeri di Banda Aceh
perilaku menyimpang.o Dalam mendapatkan Tahun 2008 menyatakan bahwa terdapat hubungan
Lestari, Suheni, Kusn,.r?t, Hubungan tntansitas Mengaksas S,.tus pomo.......

Iang signifikan antara peran media terhadap


^ http:/A,vww,path.org pada tanggal 10 JanuariZOl2
kecenderungan melakukan hubungan seksual 3. Badan Pusat Statistik (Bp3).,010. Jumlah penduduk
pranikah dengan p-value 0,OOO1.,e Hasil Sensus penduduk Tahun 2010. Diunduh dari
Analisis korelasi hubungan antara intensitas http://yogyakarta.bps.go.id pada tanggal tanggal 10
mengakses situs porno dengan perilaku seksual Januan2012
pranikah.lemajg dilakukan dengan perhitungan 4. Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan
Kontrasepsi. Jakarta: Trans lnfo Media
korelasi Kendall Tau menggunakan 'program R 5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
2.9.0. Berdasarkan hasil analisis diperoleh-p-value (BKKBN). 2011. Basetind Survey peritaku Sex
sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan Mahasiswa Diuniuh dari
yang signifikan antara keduanya, karena p-vitue go.id/ceria/penelitian/download/Bas
http ://ceria. bkkbn.
kurang dari 0,005. Hubungan keduanya antara e+Line+_Survey+Perilaku+Sei+Mahasiswa.doc pada
tanggal 5 Januari 2012
intensitas mengakses situs porno dengan perilaku
seksual pranikah remaja merupakan hubungan
6. Komisi Nasional p-edindungan Anak. 2010" Sebagian
Besar Siswi SMp Sudah Tidak perawan. Diunduh-dari
positif yang berarti sennakin sering mengakses situs http ://www. berita2. comigaya h id up/sex/S6 g g-
porno maka semakin berat perilaku seksual sebagian-besar-siswi-smp-suCdtr_tiOaX_perawan.html
pranikah remaja. Seba!iknya, sernakin jarang pada tanggal 1T Januari ZA12
mengakses. situs porno maka semakin ringai 7. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
perilaku seksual pranikah remaja. Hal ini sejilan LBKKBN).2008. Makin Banyak Remaja Lakukan Seks
dengan hipotesis pada penelitian ini. Koefisien
Pranikah. DiundLh dari
http://ceria. bkkbn. go.id/ceria/referensi/artikel/detail/S6
korelasi dilihat dari nilai tau sebesar 0,7254611 2 tanggal 5 Januari 201 2
termasuk dalam tingkat hubungan yang kuat.ro 8. Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan
-Seto
Permasa laha n nya. Jakarta: CV Saq unq
KESIMPULAN 9. Hurlock, E.B. 2004. psikotogi eeifeirUangan Suatu
Pencjekatan Sepanjang Renting Kehidupan. Jakarta:
Responden dalam penelitian ini adalah Erlangga
remaja yang sebagian besar adalah adolensia 10. Tukiran. 2010. Keluai-ga Berencana dan Kesehatan
pertengahan (70,8%). Berdasarkan jenis keiamin
sebagian besar adalah laki-laki gZ,g%). T"plgqq!.:i. Yogyakarta: Fusat Studi Kependudukan
dan Kebijakan UGM
Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar 11. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
berpendidikan menengah (53,9%). Reiraja yang (BKKBN). 2010. pornogra-fi Merusak Otak Anak.
Diunduh dari
lelg.akges situs porno datam intensitas jarinj adi http:1iceria. bkkbn. go, id/ceria/referensi/artikel/detaili62
63,'!%. Remaja yang berperilaku seksuit praiifan 8 tanggal 1T Januari2012
rlngan ada 49,2%. Ada hubungan yang signifikan 12. Waqur. 2007. Candu pornografi. Diunduh dari
antara intensitas mengakses situs porno dengan http://waqur.multiply.com/journaliiteml40/Candu porn
perilaku seksual pranikah remaja. ografi pada tanggal 1l Janurai2012
13. Alikhsani, lwan. 2011. 12 Warnet Kena Razia Situs
SARAN Porno Diundun dari
Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran
h ttp :/ij a te n g. tri
ews. c om I 2A 1 1
bunn fi I l0 7/2-wa rn et-
1
kena-razia--situs-porno pada tanggal
1l Januari 2012
bahwa.situs porno dapat mengakibitkai perilaku 14. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. psikologi Remaja.
seksual pranikah remaja. Sebiiknya pengunjung Jakarta: Raja Grafindo persada
warung internet yang masih rema;i 15. Soeroso, Santoso.2001. Masalah Kesehatan Remaja.
didampingi/diawasi agar tidak membuka situs Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember2001
porno. Diharapkan remaja lebih selektif dalam 16. Notoatmgdjo, S. 2O1O . llmu perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
memilih media untuk mendapatkan informasi yang 17. Thornburgh, D. & Lin, H. S.2002. youth, pornography
akurat mengenai kesehatan reproduksi. perlu
pemberian informasi yang benar mengenai
and the internet. Diund'uh -dir'i
http ://books. nap.edu/html/youth_interneVchS. htm l.
kesehatan reproduksi remaja iangat penting. pada tanggal 1 0 Januari 2012
18. Widjanarko, Mochamad. 2007. Seksualitas Remaja.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
19. Astuti, Juli. 2008. "pengaruh Karakteristik Siswa dan
DAFTAR PUSTAKA Sumber lnformasi ierhadap Kecenderungan
L Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan. Melakukan Hubungan Seksual pranikah pada Siiwa
2011 Riset Kesehatan Daslr 2010-. Diunduh dari SMA Negeri di Banda Aceh Tahun ZbOg,, lesis
http://www.riskesdas, itban g.de p kes, go, id/20 1 0/ pada
I
Program Pendidikan pascasarjana. Universitas
tanggal 12JanuanZ012 Sumatera Utara, Medan
2, ?IgSJrf forAppropriate Technotogy in Heatih (PATH). 20. Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif
2005. Kesehatan Reproduksi Rjn aja: i,,lembangun dan R & D, Bandung: CVAlfabeta
Perubahan yang Berra<ra, bi'lrduh dLri

You might also like