You are on page 1of 4

ARTIKEL ASLI

MEDICINA 2019, Volume 50, Number 3: 438-441


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Anestesia perioperatif pada pasien obesitas morbid


dengan gangguan tidur

Ferdi Yanto,1* IB Gde Sudjana2


CrossMark
ABSTRACT

Obesity is a major health concern not only in develop country but General anesthesia was performed with awake intubation technique.
also in developing country such as Indonesia while its prevalence is Intraoperative patient stable and safe with post operation care in
still increasing in all economic status. Obesity is correlated with many Intensive Care Unit (ICU) after it. During observation in ICU show
illnesses form various organ. Obesity hypoventilation syndrome (OHS) desaturation with polisitemia so the diagnosis of OHS can be
is defined by the triad of morbid obesity, daytime hypoventilation with established. Two days after treatment with CPAP, the patient’s condition
hypercapnia, and hypoxemia. Here in we reported a case of 33 years is improved. Physical examination, full blood laboratory, blood gas
old male with chronic tonsillitis, adenoid hypertrophy and OSA, who analysis, and lung function tests are essential Obesity hypoventilation
came for a planned adenotonsilectommy. Pre-anesthesia evaluation syndrome (OHS) remains a challenge in anesthesia management and
showed patient with physical status of ASA III and Mallampati III. peri-operative evaluation.

Keywords : Obesity hypoventilation syndrome, morbid obese, pre-operative assessment, general anesthesia in Obese, perioperative evaluation
Cite This Article: Yanto, F., Sudjana, I.B.G. 2019. Anestesia perioperatif pada pasien obesitas morbid dengan gangguan tidur. Medicina 50(3):
438-441. DOI:10.15562/Medicina.v50i3.628

ABSTRAK

Obesitas menjadi perhatian kesehatan serius tidak hanya di negara status fisik ASA III dengan Mallampati III. Tindakan anestesi umum
maju namun juga di negara berkembang seperti Indonesia dengan dengan teknik intubasi sadar. Kondisi pasien stabil selama operasi,
peningkatan prevalensi di semua status ekonomi penduduk. Obesitas pasca-operasi pasien dirawat di Ruang Terapi Intensif (RTI). Selama
berhubungan dengan banyak gangguan organ. Sindrom hipoventilasi observasi di RTI menunjukkan adanya desaturasi dengan polisitemia
obesitas (SHO) merupakan kumpulan gejala berupa trias obesitas sehingga diagnosis SHO dapat ditegakkan. Dua hari setelah perawatan
morbid, hipoventilasi dengan hiperkapnea, dan hipoksemia. Sindrom dengan continuous positive airway pressure (CPAP), kondisi pasien
SHO berbeda dengan obstructive sleep apnea (OSA). Kami melaporkan mengalami pemulihan. Pemeriksaan fisik menyeluruh, laboratorium
kasus, lelaki, berusia 33 tahun dengan diagnosis tonsilitis kronis, darah lengkap, analisis gas darah, dan tes fungsi paru penting
hipertrofi adenoid, dan OSA, yang direncanakan mendapat tindakan untuk dilakukan. Sindrom SHO masih merupakan tantangan dalam
adenotonsilektomi. Evaluasi pra-anestesi menunjukkan pasien tatakelola anestesi dan evaluasi peri-operatif.

Kata kunci : Sindrom hipoventilasi obesitas, obesitas morbid, evaluasi pre-anestesi, anestesia umum pada pasien obesitas, evaluasi perioperatif
Cite Pasal Ini: Yanto, F., Sudjana, I.B.G. 2019. Anestesia perioperatif pada pasien obesitas morbid dengan gangguan tidur. Medicina 50(3):
438-441. DOI:10.15562/Medicina.v50i3.628
1,2
KSM Anestesiologi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Rumah Sakit PENDAHULUAN
Umum Pusat Sanglah Denpasar
Peningkatan jumlah penderita obesitas merupakan melakukan tatakelola dalam mengatasi penyulit
salah satu bagian dari permasalahan kesehatan yang selama proses diperlukan persiapan anestesi
*
Correspondence to: Ferdi Yanto, menjadi perhatian di banyak negara. Sekitar 7% perioperatif yang lebih baik.1,2
KSM Anestesiologi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran populasi dunia atau 250 juta penduduk mengalami Obesitas adalah suatu kondisi berlebihnya lemak
Universitas Udayana, Rumah Sakit obesitas Sekitar 34% orang dewasa dan 17% anak- tubuh. Obesitas diambil dari bahasa latin obesus yang
Umum Pusat Sanglah Denpasar anak di Amerika Serikat mengalami obesitas, 20% artinya membesar akibat makan. Seseorang dika-
ferdimissu@gmail.com orang dewasa mengalami obesitas dan 1% obesitas takan obesitas ketika jaringan lemaknya berlebihan
morbid di Inggris. Pasien dengan obesitas merupa- hingga tingkat tertentu sehingga mempengaruhi
Diterima: 2019-04-05 kan tantangan menarik bagi ahli anestesi. Seorang kesehatan fisik dan mental. Pasien obesitas berada
Disetujui: 2019-04-14 ahli anestesi harus mengetahui perubahan patofisi- pada peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas
Publis: 2019-12-01 ologi yang terjadi pada keadaan obesitas dan dapat serta berkurangnya usia harapan hidup

438
ARTIKEL ASLI

Pasien dengan obesitas merupakan tantangan rutin lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan
menarik bagi ahli anestesi, mengingat kebutuhan pre-operatif disimpulkan pasien dengan status fisik
tindakan bedah yang dapat mengenai siapa pun ASA III dengan permasalahan aktual didapatkan
tanpa kecuali. Seorang ahli anestesi harus meng- morbid obese kelas III dengan indeks massa tubuh
etahui perubahan patofisiologi yang terjadi pada (IMT) 42,61 kg/m2 disertai tanda sindrom hipoven-
keadaan obesitas dan dapat melakukan tatakelola tilasi obesitas dan polisitemia dengan diperkirakan
dalam mengatasi penyulit selama proses pembiu- permasalahan potensial yang dapat terjadi adalah
san pada pasien tersebut. Perencanaan, persiapan, perdarahan, aspirasi, hiperkapnea.
kewaspadaan, dan kerjasama tim, yang semua Persiapan pre-anestesi dengan informed consent,
terangkum dalam perisiapan anestesi perioperatif puasa, obat anestesi dan emergensi, penghangat
membuat pasien obesitas dapat melalui proses darah, komponen darah siap pakai, video larin-
pembedahan dengan lebih aman goskop, akses intravena berukuran besar, lidokain
Sindrom hipoventilasi obesitas (SHO) didefi- semprot. Pasien mendapat anestesi umum dengan
nisikan sebagai obesitas ekstrim dan hipoventilasi teknik intubasi sadar. Durasi operasi selama 45 menit
alveolar selama terjaga. Pasien mengalami hiper- dan durasi anestesi 105 menit dengan fluktuasi
somnolen, dispneu, dan hipoksemia, dengan hasil hemodinamik denyut jantung 70-90 kali/menit;
sianosis dan polisitemia. SHO dapat menyebabkan tekanan darah 120-140/75-95 mmHg, laju perna-
hipertensi pulmonal, yang menyebabkan kegaga- pasan 16 kali/menit dan saturasi perifer SpO2
lan ventrikel kanan dan edema perifer. Gangguan 91-94%. Pasca-operasi diberikan terapi analgetik
keseimbangan asam basa, dalam hal ini asidosis tramadol 50 mg tiap 8 jam intravena, parasetamol
respiratorik, awalnya hanya terjadi saat tidur dan 1000 mg tiap 8 jam intravena dan pasien dirawat di
kembali normal di siang hari. Namun keadaan ini ruang terapi intensif.
dalam jangka panjang dapat menyebabkan peru-
bahan kontrol pernapasan, ditandai adanya apnea
DISKUSI
sentral, yaitu apnea tanpa disertai usaha napas.
Kondisi ini berhubungan dengan desensitisasi pusat Kasus ini dengan berat badan 129 kg dan tinggi
napas terhadap hiperkapnea, yang pada awalnya 174  cm (IMT: 42,61 kg/m2), tergolong dalam
hanya terbatas saat tidur, namun dapat berkembang obesitas morbid. Anamnesis pada pasien ini tidak
menjadi gagal napas tipe II dengan ketergantungan menunjukkan adanya kelainan pada sistem respi-
pada hipoksia dalam memacu ventilasi (hipoxic rasi, pasien memiliki gejala dan tanda yang bers-
drive). esuaian dengan obesitas, dalam hal ini OSA dan
SHO. Perhatian khusus diberikan pada saat pemer-
iksa mengevaluasi kriteria STOPBANG untuk
ILUSTRASI KASUS
mencari kemungkinan penyulit jalan napas dengan
Pasien lelaki berusia 34 tahun dengan diagno- pertimbangan kesulitan ventilasi dan intubasi.
sis tonsilitis kronis dan hipertrofi adenoid akan Pasien obesitas memiliki perubahan signifikan
menjalani tindakan adenotonsilektomi. Dari anam- pada fisiologi pulmonar. Penurunan komplians
nesis Pasien sadar datang dengan keluhan mudah dinding dada dan paru merupakan akibat dari
mengantuk dan mengorok saat tidur, terkadang peningkatan jaringan adiposa pada regio thorax
siang hari saat bekerja pasien mudah tertidur dan dan abdomen. Hal ini mengakibatkan penurunan
mengorok. Pasien dapat bangun tiba-tiba karena kapasitas vital (KV) yang signifikan, kapasitas
merasa tercekik saat jatuh tertidur. Pasien tidur residual fungsional (KRF), dan volume cadan-
menggunakan dua bantal, mengaku masih dapat gan ekspirasi (VCE). Perubahan ini disebabkan
berjalan jauh dan naik tangga di kantor tanpa oleh efek penekanan massa pada diafragma. Saat
mudah capai. Pemeriksaan fisik didapatkan berat closing volume (CV), yaitu volume paru saat jalan
badan 129 kg; tinggi badan 174 cm; indeks massa napas mulai kolaps saat ekspirasi, melampaui VCE,
tubuh (IMT) 42,61 kg/m2; Suhu 36,6°C; visual seperti pada pasien obesitas morbid, sebagian jalan
analog score diam 0/100 mm, visual analog score napas akan menutup pada siklus pernapasan tidal
bergerak 0/100 mm dengan adanya kelainan di dan hal ini menyebabkan ketidaksesuaian ventilasi
sistem respirasi dengan pernapasan 16 x/menit, perfusi atau V/Q mismatch, pintas intrapulmoner,
SpO2 93-95% tanpa terapi oksigen. Pemeriksaan dan hipoksemia arterial. Penurunan VCE terbesar
paru didapatkan vesikuler pada kedua lapang berada pada posisi telentang, di mana titik KRF
paru, ronki dan wheezing tidak ada. Dari pemer- menentukan volume residu (VR), menyebabkan
iksaan penunjang terjadi polisitemia dengan kadar pasien berada pada risiko tinggi udara terjebak saat
hemoglobin 18,88g/dL (12,00-16,00), hematokrit ekspirasi atau air trapping, atelektasis, V/Q mismatch,
63,48% (36,0-46,0) dan pemeriksaan penunjang dan desaturasi oksigen dalam waktu cepat.4

Medicina 2019; 50(3): 438-441 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.628 439


ARTIKEL ASLI

Pemeriksaan laboratorium pada pasien ini secara intubasi. Dalam hal ini kami menggunakan video
umum menunjukkan hasil baik, namun didapatkan laringoskop untuk dapat melihat rima glotis dan
peningkatan pada kadar hemoglobin dan hema- memastikan arah masuk pipa endotrakeal untuk
tokrit. Peningkatan kadar hemoglobin dan hema- mengurangi risiko laringoskopi berulang dengan
tokrit seringkali ditemukan pada pasien obesitas. segala konsekuensinya. Pendampingan seorang ahli
Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan volume anestesi yang berpengalaman di bidang penyulit
darah pada obesitas, penanda keadaan hipoksemia jalan napas juga harus dilakukan mengingat sewak-
berulang, misalnya OSA dan SHO. Pemeriksaan tu-waktu pasien dapat mengalami penyulit jalan
penunjang perioperatif juga diperlukan dalam napas.
menentukan status fisik untuk kesiapan operasi bagi Ventilasi dilakukan secara kontrol penuh
pasien. Foto radiologi thorax dan evaluasi elektro- dengan fraksi oksigen cukup tinggi, yaitu 80%
kardiografi dapat menunjukkan kelainan hipertrofi selama tindakan pembedahan. Pasien tidak berna-
atau kardiomegali yang sering terjadi pada pasien pas spontan karena bahaya hipoventilasi dan risiko
obesitas. Pemeriksaan spirometri sebaiknya dilaku- hiperkapnea dan hipoksia. Pasien obesitas diberi
kan pada kasus obesitas morbid sehingga seorang ventilasi menggunakan volume tidal 10-12 ml/kg
ahli anestesi dapat mengetahui fungsi paru pre untuk meningkatkan oksigenasi. Penggunaan
operatif, mengingat pada pasien obesitas banyak tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) menyebab-
terjadi perubahan pada sistem respirasi. Evaluasi kan peningkatan, baik pada FRC maupun PaO2
sistem pernapasan harus mencakup diskusi tentang (tetapi dengan mengorbankan venous return, stroke
toleransi latihan, dispneu, orthopnea, OSA dan volume, dan hantaran oksigen). Untuk operasi
penggunaan CPAP  / BiPAP, serta riwayat mero- laparoskopi, laju pernapasan dapat ditingkatkan
kok. Penyakit paru obstruktif atau restriktif yang menjadi 12-14 kali/menit. Operasi dengan durasi
menyertai dan pulse oxymetry udara dalam ruan- panjang, melibatkan perut, dada, dan tulang
gan harus diperhatikan. Hal paling penting adalah belakang, yang termasuk juga pergeseran organ
penilaian kemampuan pasien dalam mentoleransi ke cephalad dan peranan tarikan saat tindakan
posisi telentang karena hal ini dapat menyebabkan bedah, menyebabkan penurunan ventilasi alveolar,
obstruksi jalan napas dan desaturasi. Informasi ini atelektasis, dan kongesti paru, sehingga dengan
dapat digunakan sebagai skrining untuk pemer- demikian, berpengaruh negatif pada fungsi perna-
iksaan lebih lanjut termasuk spirometri, evaluasi pasan. Pendekatan multidisiplin untuk tatakelola
tidur, atau pertimbangan untuk merujuk ke Bagian SHO meliputi gaya hidup modifikasi, tekanan jalan
Pulmonologi. Beberapa alat skrining yang terse- napas positif / positive airway pressure (PAP), dan
dia, kuesioner STOP-BANG telah divalidasi pada manajemen komorbiditas yang ada. PAP bertujuan
pasien obesitas. Ekokardiografi dapat dilakukan untuk membebaskan obstruksi jalan napas atas
untuk memberi informasi terkait kondisi jantung pada kondisi OSA dan memperbaiki ventilasi alve-
terutama fungsi ventrikel.5 olar (target PaCO2 < 45mmHg) dalam SHO. Dua
Pasien ini dilakukan tindakan anestesi umum mode umum PAP adalah penggunaan tekanan jalan
dengan pilihan teknik intubasi sadar. Teknik ini napas positif kontinyu/continuous positive airway
masih merupakan pilihan pada pasien dengan pressure (CPAP) dan ventilasi noninvasif (NIV).
penyulit jalan napas mengingat pasien obesitas CPAP bekerja dengan cara menciptakan tekanan
dengan BMI 46 kg/m2 memiliki risiko sulit intubasi transmural pharyngeal positif dan meningkatkan
sebesar 13%. Pasien obesitas ditempatkan dalam volume paru di ekspirasi akhir. Keuntungan dari
posisi sniffing untuk menjamin preoksigenasi yang NIV dibanding CPAP adalah menambah volume
optimal, ventilasi dengan sungkup muka, dan tidal dengan tekanan positif selama inspirasi. CPAP
visualisasi selama laringoskopi langsung, dengan membuka obstruksi saluran napas pada OSA dan
memberikan ramping position. Posisi ini mungkin bermanfaat pada sebagian besar pasien dengan
memerlukan penempatan ganjalan di bawah tubuh OSA, tetapi mungkin kurang dapat meningkatkan
bagian atas menggunakan bahan-bahan seperti seli- ventilasi alveolar pada beberapa pasien SHO. Mode
mut yang dilipat dan bantal. Pre-oksigenasi pasien NIV paling umum adalah bi-level PAP (BPAP),
dalam posisi kepala naik 25 derajat, dibandingkan umumnya dengan memberikan PAP inspirasi
dengan berbaring datar, dapat meningkatkan PaO2 16-22  cmH2O dan PAP ekspirasi 9-10 cmH2O.
sebesar 23% dengan memungkinkan untuk perger- Modus ini melibatkan titrasi PAP saat inspirasi dan
akan diafragma yang lebih baik.2,3,6 ekspirasi, dimana perbedaan antara dua penga-
Persiapan sarana dan prasarana intubasi dengan turan ini berkorelasi dengan volume tidal.5,7
penyulit jalan napas harus sudah disiapkan di Pengawasan terhadap keadaan bradikardia
ruang operasi, mengingat pasien obesitas mudah menjadi perhatian khusus karena keadaan ini
mengalami kesulitan saat ventilasi maupun menunjukkan kemungkinan iskemia jantung.

440 Medicina 2019; 50(3): 438-441 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.628


ARTIKEL ASLI

Pasien dengan obesitas morbid harus dilakukan sulit ventilasi dan / atau sulit intubasi, harus dikua-
ekstubasi dalam keadaan sadar penuh, dengan sai oleh seorang ahli anestesi pada pasien obesitas.
pengawasan terhadap jalan napas, kemampuan Pemantauan ketat selama tindakan bedah dengan
napas, serta pengaruh obat pelumpuh otot. Pasien menggunakan regimen anestesi maupun ventilasi
kemudian dirawat di Ruang Terapi Intensif dengan mekanik sangat diperlukan mengingat perubahan
terapi oksigen non-rebreathing mask (NRM) fisiologi pernapasan yang signifikan pada pasien
10 liter permenit kemudian dalam waktu dua jam obesitas morbid. Pengenalan dan tatakelola pasien
diturunkan menjadi 8 liter permenit. dengan obesitas morbid dengan SHO memerlukan
Secara umum pengawasan paska-operasi kejelian dan kesungguhan meliputi evaluasi pra
pada pasien obesitas morbid sama dengan kasus anestesi, persiapan pra operasi, pemilihan tindakan
paska-operasi lainnya, namun terdapat perha- anestesi, monitor selama tindakan bedah, serta
tian khusus pada oksigenasi, ventilasi, posisi, dan perawatan pasca operasi. Anestesi perioperatif
penanganan nyeri. Pemeriksaan analisis gas darah yang baik dapat mengurangi tingkat morbiditas
dilakukan setelah operasi, yaitu hari rawat pertama dan mortalitas pada pasien obesitas morbid.
di RTI, dini hari dan pagi hari rawat kedua, serta
pagi hari rawat ketiga. Pasien sempat mendapat
DAFTAR PUSTAKA
terapi oksigen menggunakan CPAP selama hari
kedua berdasarkan hasil analisis gas darah (AGD) 1. Lorentz MN, Albergaria VF, Augusto F, Lima S De..
Anesthesia for Morbid Obesity. Revista Brasileira de
yang menunjukkan asidosis respiratorik dengan Anestesiologia. 2007;57:2. Marco-Abril 2007.
hiperkapnea dan hipoksemia. Pada hari ketiga, 2. Lotia S, Bellamy MC. Anesthesia and morbid obesity.
tekanan karbondioksida (PaCO2) mengalami Continuing Education in Anesthesia, Critical Care, &
Pain. 2008;8:5. Doi: 10.1093/bjaceaccp/mkn030
penurunan dan pH mengalami peningkatan, 3. Bucklin BA. 2015. Anesthesia for the morbidly and super
walaupun PaO2 cenderung menetap. Namun secara morbidly obese patient. CRASH 2015
klinis pasien dipertimbangkan menggunakan terapi 4. Rooney KD, Werret GC. Obesity and Anaesthesia.
World Anaesthesia Tutorial of the Week. Updat Anaesth.
oksigen NRM 8 lpm dan dilakukan observasi ketat. 2006;(21):25-9..
Pasien tidak menunjukkan penurunan kondisi 5. Chau EHL, Mokhlesi B, Chung F. Obesity Hypoventilation
dan akhirnya diputuskan untuk kembali ke ruang Syndrome and Anesthesia. Sleep Med Clin.2013 March;
8(1): 135-147.
perawatan, keesokan harinya pasien dipulangkan 6. Nightingale CE, Margason MP, Shearer E, Redman JW,
dan rawat jalan. Lucas DN, Cousins JM et  al. Perioperative manage-
ment of the obese surgical patient 2015. Association
of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. Society
SIMPULAN for Obesity and Bariatric Anaesthesia. Anaesthesia.
2015;70(7):859-76.
Obesitas merupakan permasalahan kesehatan dan 7. Raveendran R, Wong J, Singh M, Wong DT, Chung F.
Obesity hypoventilation syndrome, sleep apnea, overlap
tantangan tersendiri bagi seorang hali anestesi dalam syndrome: perioperative management to prevent compli-
praktik pembiusan kesehariannya. Pemahaman cations. Curr Opin Anaesthesiol. 2017;30(1):146-55.
yang baik tentang patofisiologi dan komplikasi
yang menyertai keadaan ini dapat mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas. Penilaian preop-
eratif yang baik sangat diperlukan untuk terutama
This work is licensed under a Creative Commons Attribution
dalam hal patensi jalan napas. Persiapan matang
terhadap kemungkinan penyulit jalan napas, yaitu

Medicina 2019; 50(3): 438-441 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.628 441

You might also like