You are on page 1of 8

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM

OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS


(Studi di Puskesmas Ngujung Kecamatan Maospati
Kabupaten Magetan)

Indiyah, Endang Yuswatiningsih*, Agustina Maunaturrohmah**


Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
Email : indy.anwary@gmail.com

ABSTRACT : Tuberculosis is contagious disease that can cause death. TB disease can
be cured with regular treatment for 6 – 8 months. There are many cases of TB that do not
recover because the patient does not obey the rules of treatment program. Based on data
from Ngujung Community Health Center there are 4 TB patients who are not obedient int
the treatment program. The purpose of research to determine the relationship of
motivation with adherence to taking medication in patients with TB. Design research
used is retrospektif with total sampling technique. The number of samples taken is 31.
Independent variable is motivation and dependent variable is medication adherence.
Data collected by questionnaire, compliance checklist and data retrieval from pen card
treatment of TB patients.Then processed by editing, coding, scoring and tabulating, tested
spearrman rank and presented in the form of frequency distribution table. The result of
the research shows that 31 respondents are 18 respondent (58.1%) with strong
motivation, all of whom are obedient int taking TB medication, 8 respondent ( 25.8%)
whose motivation is completely obedient in taking TB medication. And from 5 respondent
( 16.1%) whose motivation is weak, 1 respondent (3%) obedient in taking TB medication,
while 4 respondent (12.9%) are not obedient in taking TB medication. Spearman rho test
results showed correlation coefficient value = 0.632, p = 0.000 and α = 0.05 then p <α
then H1 received. The conclusion of this study there is a relationship between motivation
with adherence to taking medication in patients with TB in Ngujung Community Health
Center Maospati District Magetan Regency.
Key Words : Motivation, Medication adherence, Tuberculosis.

ABSTRAK : Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang dapat


menyebabkan kematian. Penyakit TB bisa disembuhkan dengan berobat secara rutin dan
teratur selama 6 – 8 bulan. Pada kenyataanya masih banyak ditemukan kasus TB yang
tidak sembuh karena penderita tidak mematuhi aturan program pengobatannya.
Berdasarkan data dari Puskesmas Ngujung didapatkan ada 4 penderita TB yang tidak
patuh dalam program pengobatannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Desain penelitian yang
digunakan adalah retrospektif dengan tehnik total sampling. Jumlah sampel yang diambil
adalah 31 penderita. Variabel independen adalah motivasi dan variabel dependen adalah
kepatuhan minum obat. Data dikumpulkan dengan kuesioner, ceklist dan dari kartu
pengobatan penderita TB. Kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan
tabulating, diuji dengan spearman rank serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 31 responden sebanyak 18 responden
(58,1%) yang motivasinya kuat, seluruhnya patuh dalam minum obat TB, 8 responden
(25,8%) yang motivasinya sedang, seluruhnya patuh dalam minum obat TB dan dari 5
responden (16,1%) yang motivasinya lemah, 1 responden (3%) patuh dalam minum obat
TB, sedangkan 4 responden (12,9%) tidak patuh dalam minum obat TB. Hasil uji
spearman rho menunjukkan nilai koefisien korelasi = 0,632, p = 0,000 dan α = 0,05
maka p < α maka H1diterima. Kesimpulan penelitian ini, ada hubungan antara motivasi
dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB di Puskesmas Ngujung Kecamatan
Maospati Kabupaten Magetan.
Kata Kunci : Motivasi, Kepatuhan minum obat, Tuberkulosis.

PENDAHULUAN tersebut bisa disimpulan bahwa


Tuberkulosis (TB) sampai saat ini penderita putus berobat (DO) selalu ada
masih merupakan salah satu masalah pada setiap tahunnya.
kesehatan masyarakat di dunia walaupun Kepatuhan penderita TB dalam
upaya penanggulangan TB telah minum obat dipengaruhi oleh beberapa
dilaksanankan di banyak negara sejak faktor. Selain dari faktor petugas yang
tahun 1995 (Depkes RI , 2014). Penyakit memberi pelayanan kesehatan dan faktor
TB bisa disembuhkan dengan berobat komunikasi interpersonal, faktor
secara teratur dan rutin sesuai program motivasi dari penderita TB sendiri juga
pengobatan di Puskesmas. Pada sangat berperan. Kebanyakan kasus
kenyataannya masih banyak ditemukan ditemukan penderita TB merasa sudah
kasus TB yang tidak sembuh karena sembuh setelah minum obat anti TB
penderita tidak mematuhi aturan selama 2 bulan, karena gejala
program pengobatan. Kepatuhan dalam penyakitnya sudah sangat berkurang.
program pengobatan TB mutlak Mereka merasa malas untuk
diperlukan, karena pengobatan TB melanjutkan proses pengobatannya
memerlukan waktu yang lama (6-8 sampai dinyatakan sembuh oleh petugas
bulan). Penderita yang tidak patuh kesehatan, sehingga di bulan kedua
dalam program pengobatan sangat program pengobatannya mereka sudah
beresiko gagal atau tidak sembuh dari memutuskan program
penyakit TB, sehingga harus mengulang pengobatannya.Jika penderita TB tidak
kembali proses pengobatannya mulai mematuhi program pengobatan maka
dari awal. akan terjadi komplikasi, selain itu
Jumlah kasus TB di Indonesia penyakit TB juga memberikan dampak
menurut laporan WHO tahun 2013, buruk lainnya secara sosial stigma
diperkirakan ada 8,6 juta kasus TB pada bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
tahun 2012 dengan 450.000 orang Kepatuhan dan jadwal minum obat
menderita TB MDR (Tuberculosis Multi apabila dilanggar, mengakibatkan
Drug Resistance) dan 170.000 orang kuman-kuman yang terdapat di dalam
diantaranya meningggal dunia (Depkes tubuh akan menjadi kebal ( resisten )
RI, 2014). Berdasarkan data dari Dinas terhadap obat tersebut, untuk
Kesehatan Kabupaten Magetan selanjutnya penyakit yang diderita lebih
penderita TB yang putus berobat di sulit disembuhkan (Depkes RI, 2014).
tahun 2015 sebanyak 48 (8%) penderita Maka dari itu, untuk
dari 599 penderita yang diobati, pada meminimalkan terjadinya kasus TB
tahun 2016 ada 55 (8,2%) penderita dari resisten obat atau TB MDR (Multi Drug
664 penderita yang diobati. Berdasarkan Resisten) upaya peningkatan kepatuhan
data dari Puskesmas Ngujung berobat pada penderita TB perlu
Kecamatan Maospati Kabupaten dilakukan dan ditingkatkan, baik dengan
Magetan di dapatkan ada 3 penderita TB metode pemberian motivasi lansung
(9%) yang putus berobat dari 31 pada penderita, ataupun melalui
penderita TB pada tahun 2015. Tahun pemberdayaan dukungan dari keluarga
2016 di dapatkan 34 penderita TB dan penderita TB. Dengan peningkatan
ditemukan 4 penderita (11%) yang putus motivasi penderita TB diharapkan bisa
berobat. Dan di tahun 2017 ada 31 meningkatkan angka kepatuhan
penderita TB yang penderita TB dalam proses
diobati, dan yang putus berobat ada 4 pengobatannya yang akhirnya penderita
orang penderita (12,9%). Dari data
bisa dinyatakan sembuh dari penyakit yang dilepaskan pada saat penderita TB
TB. batuk. Bakteri ini bila sering masuk
dapat berkumpul di paru-paru akan
TINJAUAN PUSTAKA berkembang biak menjadi banyak
Konsep dasar tuberkulosis (terutama pada orang dengan daya tahan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu tubuh rendah), dan dapat menyebar
penyakit menular yang disebabkan oleh melalui pembuluh darah atau kelenjar
kuman Mycobacterium tuberculosis. getah bening. Oleh sebab itu infeksi TB
Sebagian besar kuman TB menyerang di dapat terjadi pada hampir semua organ
paru-paru tetapi dapat juga mengenai tubuh seperti : paru-paru, otak, ginjal,
organ tubuh lainnya (Depkes RI,2014). saluran pencernaan, tulang, kelenjar
Tanda dan gejala yang selalu getah bening, dan lain-lain.
menyertai penyakit TB paru adalah : 1) Menurut Misnadiarly (2006)
Batuk berdahak selama 2 minggu atau penularan penyakit TBC disebabkan
lebih, 2) Demam, biasanya subfebris oleh penderita yang dahaknya
menyerupai influenza, tetapi kadang- mengandung kuman. Penyakit ini dapat
kadang panas badan mencapai 40oC – menular dan menyerang siapa saja (laki
41oC, serangan demam pertama dapat – laki, perempuan, tua, muda, miskin,
sembuh sebentar tetapi kemudian dapat kaya). Penularan ini terjadi disebabkan
timbul kembali, 3) oleh: 1) Penderita tidak menutup mulut
Batuk/batuk berdahak, kadang disertai saat batuk dan bersin, 2) Meludah
darah, 4) Sesak nafas, ditemukan pada disembarang tempat, 3) Tidak membuka
penyakit lanjut, yang infiltrasinya jendela maupun ventilasi rumah
sesudah meliputi setengah bagian paru- sehingga cahaya matahari tidak bisa
paru, 5) Nyeri dada, timbul bila infiltrasi masuk, 4) Penderita berbicara
radang sesudah sampai pada pleura keras saat berbicara dengan orang lain
sehingga menimbulkan pleuritis, 6) sehingga terdapat percikan dahak yang
Malaise, sering ditemukan berupa keluar, 5) Tidak adekuatnya jadwal
anoreksia (tidak ada nafsu makan), kontrol pada petugas kesehatan
badan makin kurus, sakit kepala, (puskesmas), 6) Ketidakteraturan minum
meriang, nyeri otot, keringat malam dan obat yang telah ditentukan.
lain-lain. (Suyono,S.,2001). Pencegahan penularan penyakit
Faktor predisposisi TB paru TB meliputi : Pencegahan oleh
meliputi faktor internal dan faktor penderita, hal ini dimaksudkan agar
eksternal. Faktor internal meliputi : 1) tidak terjadi penularan pada anggota
Infeksi primer, terjadi seseorang keluarga yang lain dan orang lain.
terpapar pertama kali dengan kuman TB Pencegahan penularan ini meliputi
paru. Waktu terjadi infeksi sampai menutup mulut waktu batuk, bersin dan
pembentukan komplek primer adalah 4 tidak berbicara keras didepan umum,
– 6 minggu, 2) Nutrisi, dalam keadaan membuang dahak pada satu tempat
gizi buruk reaksi kekebalan tubuh akan khusus yang tertutup, membuka jendela
menurun yang berarti kemampuan diri rumah atau ventilasi yang ada agar udara
terhadap serangan infeksi menjadi turun, tidak lembab dan pencahayaan yang
3) Imunisasi, yaitu imunisasi BCG pada baik untuk ruangan rumah, berobat dan
anak. minum obat secara teratur, menjalankan
Sedangkan fakttor eksternal pola hidup sehat, menggunakan alat –
meliputi : 1) Tingkat pengetahuan, 2) alat makan dan kamar tidur tersendiri
Sosial ekonomi, 3) Lingkungan , antara yang terpisah dari anggota keluarga
lain pencemaran udara dan kondisi yang lain
rumah. Pencegahan oleh masyarakat
Penyakit TB biasanya menular untuk mencegah agar tidak terjadi
melalui udara yang tercemar dengan penularan penyakit TBC adalah
bakteri Mycobacterium tuberculosis vaksinasi BCG terutama pada bayi
maupun keluarga pasien, di samping Konsep dasar kepatuhan pengobatan
penyuluhan untuk perubahan sikap TB
hidup dan perbaikan lingkungan demi Kepatuhan pasien adalah
tercapainya masyarakat sehat. sejauhmana perilaku pasien sesuai
Pencegahan oleh petugas kesehatan dengan ketentuan yang diberikan oleh
dapat dilakukan oleh penyuluhan profesional kesehatan (Sackett dalam
tentang penyakit TB pada masyarakat. Niven, Neil 2013).
Pasien TB paru pada orang Menurut WHO (2003)
dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu menyebutkan bahwa patuh atau
dengan pemeriksaan bakteriologis kepatuhan adalah kesadaran pasien
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis melaksanakan cara pengobatan sesuai
langsung. Pasien diperiksa contoh uji dengan apa yang telah ditetapkan atau
dahak SPS (Sewaktu-Pagi- ditentukan. Kepatuhan minum obat
Sewaktu).Ditetapkan sebagai pasien TB sendiri kembali kepada kesesuaian
apabila minimal 1 (satu) dari penderita dengan rekomendasi pemberi
pemeriksaan contoh uji dahak SPS pelayanan yang berhubungan dengan
hasilnya BTA positif (Depkes RI, 2014). dosis, keteraturan minum obat dan
Diagnosis pada TB ekstra paru jangka waktu pengobatan yang
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dianjurkan.
bakteriologis dan atau histopatologis Penderita yang patuh berobat
dari contoh uji yang diambil dari organ adalah yang menyelesaikan pengobatan
tubuh yang dicurigai terkena TB. secara teratur dan lengkap tanpa terputus
Tujuan pengobatan menurut selama minimal 6 bulan sampai dengan
Depkes RI, 2014 adalah : 1) 9 bulan (Depkes RI, 2014).
Menyembuhakan pasien dan Penderita dikatakan lalai jika
memperbaiki produktivitas serta kualitas tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2
hidup, 2) Mencegah terjadinya kematian bulan dari tanggal perjanjian dan
oleh karena TB atau dampak buruk dikatakan Droup Out jika lebih dari 2
selanjutnya, 3) Mencegah terjadinya bulan berturut-turut tidak datang berobat
kekambuhan TB, 4) Menurunkan resiko setelah dikunjungi petugas kesehatan
penularan TB, 5) Mencegah terjadinya (Depkes RI, 2014).
dan penularan TB resisten obat. Menurut Cramer (1991, Patient
Tahapan Pengobatan TB terbagi Compliance and Medical Practice
dalam 1) Tahap awal. Pengobatan Clinical Trial ,http://www.pubmed.gov.
diberikan setiap hari. Paduan diperoleh tanggal 10 November 2017) ,
pengobatan pada tahap ini adalah kepatuhan penderita dibedakan menjadi
dimaksudkan untuk secara efektif :1) Kepatuhan penuh (total compliance).
menurunkan jumlah kuman yang ada Pada keadaan ini penderita tidak hanya
dalam tubuh pasien dan meminimalisir berobat secara teratur sesuai batas waktu
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang ditetapkan melainkan juga patuh
yang mungkin sudah resisten sejak memakai obat secara teratur sesuai
sebelum pasien mendapat pengobatan. petunjuk.2) Penderita yang sama sekali
Pengobatan tahap awal pada semua tidak patuh (non compliance) yaitu
pasien baru, harus diberikan selama 2 penderita yang putus berobat atau tidak
bulan. 2) Tahap lanjutan. Pengobatan menggunakan obat sama sekali.
tahap lanjutan bertujuan membunuh Menurut Niven (2002), bahwa
sisa-sisa kuman yang maih ada dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
tubuh, khusunya kuman persiter kepatuhan adalah : 1) Faktor penderita
sehingga pasien dapat sembuh dan atau individu yaitu sikap atau motivasi
mencegah kekambuhan. individu ingin sembuh, keyakinan atau
kemauan untuk melakukan kontrol
penyakitnya. 2) Dukungan keluarga
merupakan bagian dari penderita yang
paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. motivasi yang muncul dalam kondisi
3) Dukungan sosial dalam bentuk terjepit dan munculnya serentak serta
dukungan emosional dari anggota menghentak, dan cepat sekali
keluarga lain merupakan faktor-faktor munculnya pada perilaku aktivitas
yang penting dalam kepatuhan terhadap seseorang (Widayatun, 2009).
program-program medis. 4) Dukungan Secara umum tujuan motivasi
petugas kesehatan berguna saat pasien adalah untuk menggerakkan seseorang
menghadapi bahwa perilaku sehat agar timbul keinginan dan kemauan
merupakan hal penting. Begitu juga untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
dapat mempengaruhi perilaku pasien memperoleh hasil dan mencapai tujuan.
dengan cara menyampaikan antusias Faktor yang mempengaruhi motivasi
mereka terhadap tindakan tertentu dari menurut Taufik (2007) dibagi dua, yaitu
pasien, dan secara terus-menerus :1) Motivasi intrinsik terdiri dari
memberikan penghargaan yang positif kebutuhan (need), harapan
bagi pasien yang telah mampu (expectancy),minat. 2) Motivasi
beradaptasi dengan program ekstrinsik terdiri atas : dorongan
pengobatannya. keluarga, lingkungan dan imbalan
Hasil pengukuran kepatuhan Menurut Rusmi (2008),
minum obat pada penderita TB di klasifikasi motivasi adalah : 1) Motivasi
kategorikan sebagai berikut :1) Patuh kuat, manusia memiliki harapan positif,
jika penderita mengambil obat kembali harapan yang tinggi dan keyakinan yang
sebelum atau sesuai pada tanggal yang tinggi dalam melakukan aktivitas yang
telah di tulis pada kartu TB 02. 2) Tidak berkaitan dengan permasalahan yang
patuh jika penderita TB mengambil obat dihadapi. 2) Motivasi sedang, manusia
lebih dari 3 hari melewati tanggal yang memiliki harapan positif, harapan yang
tertulis dalam kartu TB 02. tinggi dan keyakinan yang rendah dalam
melakukan aktivitas yang berkaitan
Konsep dasar motivasi dengan permasalahan yang dihadapi. 3)
Menurut Uno (2007) di dalam Motivasi lemah, manusia memiliki
buku karangan Nursalam (2008) bahwa harapan dan keyakinan yang rendah
motivasi adalah dorongan internal dan dalam melakukan aktivitas yang
eksternal dalam diri seseorang yang berkaitan dengan permasalahan yang
diindikasikan dengan adanya hasrat dan dihadapi.
minat untuk melakukan kegiatan,
dorongan dan kebutuhan untuk METODE PENELITIAN
melakukan kegiatan, harapan dan cita- Dalam penelitian ini
cita, penghargaan dan penghormatan menggunakan jenis penelitian
atas diri, lingkungan yang baik ,serta “retrospektif”. Berdasarkan tujuan
kegiatan yang menarik. tujuan (Hamzah merupakan analitik kuantitatif.
Uno, 2012). Penelitian ini dilaksanakan mulai dari
Macam motivasi berdasarkan perencanaan (penyusunan proposal)
sumber dorongan terhadap perilaku, sampai dengan penyusunan laporan
motivasi dapat dibedakan, meliputi :1) akhir sejak bulan Desember 2017
Motivasi Instrinsik yaitu motivasi yang sampai bulan April 2018. Penelitian
datangnya dari dalam diri individu tanpa dilakukan di Puskesmas Ngujung
adanya rangsangan dari luar. Seperti Kecamatan Maospati Kabupaten
kondisi fisik dan kepribadian. 2) Magetan Provinsi Jawa Timur.
Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi yang Dalam penelitian ini populasinya
datangnya karena adanya rangsangan adalah semua penderita TB yang
dari luar. Seperti lingkungan, sosial menjalani pengobatan pada tahun 2017
budaya, ekonomi, ideologi politik, dan di Puskesmas Ngujung Kecamatan
pertahananan keamanan. 3) Motivasi Maospati Kabupaten Magetan Provinsi
terdesak yaitu motivasi terdesak adalah Jawa Timur yang berjumlah
31 penderita. Sampel yang digunakan Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
dalam penelitian ini adalah semua berdasarkan kepatuhan minum obat TB
penderita TB yang menjalani di Puskesmas Ngujung Kecamatan
pengobatan pada tahun 2017 di Maospati Kabupaten Magetan Bulan
Puskesmas Ngujung Kecamatan Maret 2018
Maospati Kabupaten Magetan yaitu 31 Presentase
No Kepatuhan Frekuensi
orang penderita. Cara pengambilan (%)
sampel dalam penelitian ini adalah 1 Patuh 27 87.1
dengan total sampling. 2 Tidak 4 12.9
Variabel independent pada patuh
penelitian ini adalah motivasi penderita Jumlah 31 100
TB untuk minum obat. Variabel Sumber : ceklist dan daftar hadir
dependent ( variabel tergantung ) dalam pengobatan
penelitian ini adalah kepatuhan minum
obat penderita TB. 3. Data tentang hubungan motivasi
Instrumen penelitian untuk dengan kepatuhan minum obat
variabel independent dalam penelitian pada penderita TB.
ini menggunakan kuesioner. Dan Tabel 3. Tabulasi silang antara motivasi
instrumen untuk variabel dependent dengan kepatuhan minum obat pada
diambil dari dokementasi/kartu berobat penderita TB di Puskesmas Ngujung
(daftar hadir pengambilan obat) dan Kecamatan Maospati Kabupaten
ceklist untuk ketepatan dosis dan Magetan Bulan Maret 2018
keteraturan minum obat pasien. Kepatuhan Total
minum obat
HASIL DAN PEMBAHASAN Motivasi Patuh Tidak Patuh
1. Data tentang motivasi penderita TB Kuat 18 58.1% 0 0% 18 58.1%
Data motivasi ini memuat data Sedang 8 25.8% 0 0% 8 25.8%
tentang tingkat motivasi responden yang Lemah 1 3 % 4 12.9% 5 16.1%
dibedakan antara lain motivasi kuat, Total 27 86.9% 4 12.9% 31 100%
sedang dan lemah. Spearman Corelation 0.632 p value 0.000
Tabel 1. Distribusi frekuensi
responden berdasarkan motivasi di Sumber : Data primer 2018.
Puskesmas Ngujung Kecamatan
Maospati Kabupaten Magetan Bulan Dari hasil penelitian didapatkan
Maret 2018 bahwa dari 18 responden (58.1%) yang
Presentase memiliki motivasi kuat seluruhnya patuh
No Motivasi Frekuensi
(%)
dalam minum obat TB. Dari 8
1 Kuat 18 58.1 responden (25.8%) yang memiliki
2 Sedang 8 25.8
3 Lemah 5 16.1
motivasi sedang, seluruhnya patuh
Jumlah 31 100 dalam minum obat TB. Dan dari 5
responden (16.1%) responden memiliki
Sumber : Kuesioner
motivasi lemah, 1 responden (3%)
patuh dalam minum obat TB, dan 4
2. Data tentang kepatuhan minum
responden (12.9%) tidak patuh dalam
obat penderita TB.
minum obat TB.
Data tentang kepatuhan minum
Hasil pengujian statistik dengan
obat pada penderita TB diperoleh dari
uji korelasi rank Spearman dengan
hasil isian ceklist yang diberikan pada
SPSS versi 24.0, didapatkan hasil
responden dan observasi dari kartu
korelasi motivasi dengan kepatuhan
daftar hadir pengobatan penderita TB di
minum obat pada penderita TB adalah
Puskesmas Ngujung
0.632 dengan tingkat keeratan atau
signifikasi 0.000 (lebih kecil dari 0,05).
Sehingga sesuai dengan kriteria bisa DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa H1 diterima. Artinya Alimul, A.H., 2009, Metode Penelitian
bahwa hipotesis yang menyatakan “ ada Keperawatan dan Teknik
hubungan antara motivasi dengan Analisis Data. Salemba Medika.
kepatuhan minum obat pada penderita Jakarta.
TB di Puskesmas Ngujung Kecamatan Alimul, A.H., 2009, Pengantar Konsep
Maospati Kabupaten Magetan” terbukti Dasar Keperawatan. Salemba
kebenarannya. Medika: Jakarta.
Arikunto, S., 2012, Prosedur Penelitian
Pembahasan Suatu Pendekatan Praktek.
Hasil uji rank Spearman melalui Rineka Cipta: Jakarta.
SPSS versi 24.0, didapatkan data Budiarto, 2012, Biostatistika. EGC:
korelasi untuk motivasi instrinsik 0,704 , Jakarta.
motivasi ekstrinsik sebesar 0,585 dan Budiman, N.E., Mauliku, D.A., 2010.
untuk korelasi motivasi terdesak sebesar Analisis Faktor Yang
0,465. Dari data tersebut bisa diambil Berhubungan Dengan
kesimpulan bahwa motivasi instrinsiklah Kepatuhan Minum Obat Pasien
yang mempunyai hubungan yang paling TB Paru Pada Fase Intensif Di
kuat dengan kepatuhan minum obat Rumah Sakit Umum Cibabat
pada penderita TB. Dan secara umum Cimahi. Sekolah Tinggi Ilmu
dapat diambil kesimpulan bahwa ada Kesehatan A. Yani : Cimahi.
hubungan yang signifikan antara Depkes. RI., 2014, Pedoman Nasional
variabel motivasi dengan variabel Penanggulangan Tuberkulosis.
kepatuhan minum obat pada penderita Jakarta: Ditjen Pengendalian
TB. Penyakit dan Penyehatan
Menurut peneliti dengan motivasi Lingkungan.
yang kuat, seseorang memiliki harapan Erni, E., Purwanta, Heru, S.,2009.
positif, harapan yang tinggi dan Faktor – Faktor yang
keyakinan yang tinggi dalam melakukan Mempengaruhi Ketidak patuhan
aktivitas yang berkaitan dengan Berobat Pada Penderita
permasalahan yang dihadapi, dalam hal Tuberkulosis Paru. Berita
ini permasalahan pengobatan penyakit kedokteran Masyarakat. Volume
TB. 25. No.3, September 2009.
Kepatuhan penderita terhadap Hamzah, B., 2012, Teori Motivasi dan
program pengobatan sangat dipengaruhi Pengukurannya. Bumi Aksara:
oleh motivasi dari dalam diri dan Jakarta.
kesadaran diri untuk mematuhi aturan Hamdu,G., & Agustina,L., 2011. Jurnal
pengobatannya. Motivasi individu ingin Penelitian Pendidikan. Diakses
tetap mempertahankan kesehatannya dari http://jurnal.upi.edu/file/8-
sangat berpengaruh terhadap faktor – Ghullam_Hamdu1.pdf. Tanggal
faktor yang berhubungan dengan akses 31 Maret 2018.
perilaku penderita dalam kontrol Hidayat, A., 2012, Metode penelitian
penyakitnya ( Niven, 2002 ). kebidanan dan teknik analisis
data. Salemba Medika: Jakarta.
KESIMPULAN Hubungan Motivasi Diri Dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang Kepatuhan Minum Obat Anti
dilakukan kepada 31 responden Tuberculosis (OAT) Pada Pasien
penderita TB, penulis mengambil TB Paru Di Puskesmas Andalas
kesimpulan bahwa ada hubungan antara Padang Tahun 2016. Diakses dari
motivasi dengan kepatuhan minum obat http://scholar.unand.ac.id/id/eprint
pada penderita TB di Puskesmas /17695. Tanggal akses 8 Januari
Ngujung Kecamatan Maospati 2018.
Kabupaten Magetan.
Misnadiarly. 2006, Penyakit Infeksi Sugiyono., 2012, Metode Penelitian
Tuberkulosis Paru dan Ekstra Kuantitatif Kualitatif dan Risert
Paru. Grafika Mardi Yuana: & Development. Alfabeta:
Bogor. Bandung.
Niven. (2002). Psikologi Kesehatan Suyono,S., 2001, Ilmu Penyakit Dalam:
Pengantar untuk Perawat dan Jilid 3. FKUI: Jakarta.
Profesional Kesehatan Lain, Alih Rusmi.,2008, Teori Motivasi, EGC :
Bahasa Agung Waluyo; Editor : Jakarta.
Monica Ester, Edisi 2, EGC: Taufik.,2007, Psikologi komunikasi, PT
Jakarta. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Niven Neil,(2013)Psikologi Kesehatan Widayatun., 2009, Ilmu Perilaku,
pengantar untuk perawat dan Sagung Seto: Jakarta.
profesional kesehatan lain, EGC :
Jakarta.
Notoatmojo, S.,2010, Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta: Jakarta.
Notoatmojo, S.,2010, Ilmu Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta.,Jakarta.
Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta.
Nursalam, M.,& Efendi, F., 2008,
Pendidikan dalam Keperawatan.
Salemba Medika., Jakarta.
Nurvita, P.P., 2013. Hubungan
Dukungan Pengawas Minum
Obat (PMO) Dengan Kepatuhan
Berobat Pasien Tuberkulosis
Paru Di Puskesmas Limboto
Kabupaten Gorontalo Tahun
2013. Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan : Gorontalo.
Pengukuran Motivasi. Diakses dari
http://dr-
suparyanto.blogspot.com.
/2010/2009/konsep-motivasi.html.
Tanggal akses 12 Desember 2017.
Purwanto, H., 2012, Pengantar Perilaku
Manusia Untuk Keperawatan,
EGC., Jakarta.
Suswanti, Enny., 2006. Hubungan
Tingkat Pendidikan Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada
Penderita Tuberkulosis. Diakses
dari
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/
JP2/article/view/843. Tanggal
akses 31 Maret 2018.

You might also like