You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No.

2, November 2015

KARAKTERISASI EDIBLE FILM DARI PATI PROPAGUL MANGROVE LINDUR (Bruguiera


gymnorrhiza) DENGAN PENAMBAHAN CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) SEBAGAI
PEMLASTIS

CHARACTERIZATION OF EDIBLE FILM FROM PROPAGULES MANGROVE LINDUR


(Bruguiera gymnorrhiza) STARCH WITH ADDITION OF CARBOXYMETHYL CELLULOSE
(CMC) AS PLASTICIZER

Azka Prima Nurindra, Moch. Amin Alamsjah dan Sudarno

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

The using of synthetic packaging generally has a problem for healthy and nature. This plastic
rubbish can’t degredable by nature and soil. Necessary alternative packaging technology which safe and
degredable that is edible film. Use of single material in edible film as starch have some shortage, that is
brittle and rigid. Therefore, it is necessary to add material as plasticizer. Plasticizer that use in this study is
Carboxymethyl Cellulose. This purpose of this study is to know the effect addition of carboxymethyl
cellulose on characterization edible film from propagules mangorve B.gymnorrhiza. The method of this
study is experimental with Completely Randomized Design. The treatment is concentration addition of
CMC, that is A (0%), B (0,2%), C (0,4%), D (0,6%), E (0,8%), F (1%) and G (1,2%), with four
repeatations. Parameters measured were thcikness, water vapor transmission rate, tensile strength and
elongation at break. Data analysis using Analysis of Varioan (ANOVA) and if there is difference
significant on the result, further with Duncan’s Multiple Range Test. The result of this study show that
addition of CMC have different very significant (p<0,01) on thickness, water vapor transmission rate,
tensile strength and elongation at break. The best treatment in this study is treatment G (addition CMC
concentration 1,2%) with scoring method which basicaly on JIS (Japanesse Industrial Standard)

Keywords : Bruguiera gymnorrhiza, characteristic of edible film, carboxymethyl


cellulose

Pendahuluan pencemaran lingkungan karena menggunakan


Bertambahnya jumlah penduduk bahan yang dapat diperbaharui (Bourtoom,
menyebabkan kebutuhan pangan meningkat dan 2007).
masyarakat semakin memahami akan Pati sering digunakan dalam industri
pentingnya kualitas pangan, yaitu dengan pangan sebagai biodegradable film untuk
meningkatnya kesadaran penggunaan kemasan menggantikan polimer plastik karena ekonomis,
yang mudah terdegradasi dan aman bagi dapat diperbaharui dan memberikan
kesehatan (Utari, 2012). karakteristik fisik yang baik. Pati yang termasuk
Penggunaan kemasan sintetis yang umum ke dalam polisakarida dapat digunakan sebagai
digunakan selama ini menimbulkan masalah bahan baku pembuatan edible film (Bourtoom,
bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Sekitar 2007).
30-40% sampah di daerah perkotaan Hasil penelitian Institut Pertanian
diperkirakan terdiri dari sampah plastik Bogor bekerja sama dengan badan BIMAS
(Suminto, 2006). Oleh karena itu diperlukan Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur,
suatu teknologi kemasan yang aman dan tidak menyatakan bahwa kandungan karbohidrat
merusak lingkungan, salah satunya dengan propagul lindur 85,1 gram per 100 gram, lebih
penggunaan edible film (Fannema, 1994 dalam tinggi dari kandungan karbohidrat beras 78,9
Utari, 2012). gram per 100 gram dan jagung 63,3 per 100
Edible film didefinisikan sebagai gram (Fortuna, 2005). Penggunaan bahan
lapisan tipis yang dapat dimakan yang tunggal pada edible film seperti pati masih
ditempatkan di atas atau diantara komponen menyisakan beberapa kekurangan diantaranya
makanan, dapat memberikan alternatif bahan adalah sifat rapuh dan tidak elastis, oleh karena
pengemas yang tidak berdampak pada itu perlu ditambahkan bahan tambahan yaitu

125
Karakterisasi Edible Film dari......

pemlastis (Khotimah dkk., 2006). Salah satu Tahapan pembuatan tepung pati
bahan pemlastis yang dapat digunakan adalah propagul lindur adalah propagul yang telah
karboksimetil selulosa (CMC). dikupas kulitnya dan dibersihkan kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dipotong kecil-kecil. Propagul B.gymnorrhiza
pengaruh konsentrasi pemlastis carboxymethyl (lindur) selanjutnya dihaluskan menggunakan
cellulose (CMC) berbeda terhadap ketebalan, blender yang sebelumnya ditimbang dan
kuat tarik, perpanjangan putus dan laju ditambah natrium metabisulfit sebanyak 0,25%
transmisi uap air edible film dari pati propagul (b/v) serta air 1:4 (b/v). Natrium metabisulfit
Bruguiera gymnorrhiza. Adapun manfaat dari digunakan untuk mempertahankan derajat putih
penelitian ini adalah dapat memberikan tepung pati propagul B.gymnorrhiza (lindur).
informasi tentang pengaruh konsentrasi Adanya penambahan natrium
pemlastis carboxymethyl cellulose (CMC) metabisulfit (Na2S2O3) dapat mencegah
berbeda terhadap ketebalan, kuat tarik, timbulnya warna coklat akibat reaksi enzimatik.
perpanjangan putus dan laju transmisi uap air Bubur propagul lindur yang dihasilkan
edible film dari pati propagul Bruguiera kemudian disaring dengan kain sehingga
gymnorrhiza. terpisah antara pati dan ampas. Susu pati yang
diperoleh diendapkan selama enam jam pada
Materi dan Metode suhu ruang. Air hasil pengendapan dibuang,
Tempat dan Waktu kemudian pati yang didapat dikeringkan pada
Kegiatan penelitian ini dilakukan di suhu 50ºC selama ±12 jam. Pati yang telah
laboratorium kering Fakultas Perikanan dan kering kemudian dihaluskan dan diayak dengan
Kelautan Universitas Airlangga, pada bulan saringan 150 mesh hingga diperoleh serbuk pati
Januari 2015. Uji karakterisasi edible film yang halus (Modifikasi dari Utari, 2012)
dilakukan di laboratorium pangan dan gizi
Fakultas Teknologi Industri Pertanian Pembuatan Edible Film
Universitas Gadjah Mada, pada bulan Februari Edible film yang dibuat pada penelitian
2015. ini menggunakan pati propagul lindur,
carboxymethyl cellulose (CMC) dan akuades.
Alat dan Bahan Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini
Bahan baku utama yang digunakan adalah pati propagul lindur sebanyak satu gram
dalam penelitian ini adalah propagul Bruguiera (4% dari total larutan edible film 25 ml), dengan
gymnorrhiza yang diperoleh dari Greges, konsentrasi penambahan CMC sebanyak 0%,
Kecamatan Asemrowo, Surabaya. Bahan 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1% dan 1,2% dari
tambahan yang digunakan dalam pembuatan total larutan edible film 25 ml. Tahapan
edible film adalah natrium metabisulfit pembuatan edible film dilakukan dengan
(Na2S2O3), carboxymethyl cellulose (CMC), modifikasi metode Utari (2012).
aquades. Bahan yang digunakan untuk Tepung pati propagul lindur yang telah
pengujian karakteristik edible film adalah silika dibuat sebelumnya dilarutkan dalam 25 ml
gel. akuades sambil diaduk dengan magnetic stirrer
Alat yang digunakan untuk ekstraksi dan dipanaskan di atas hot plate stirrer pada
pati adalah blender, timbangan analitik, kain suhu 80ºC selama 10 menit. CMC ditambahkan
mori. Alat yang digunakan untuk pembuatan sesuai formulasi ke dalam larutan tersebut,
edible film adalah beaker glass, gelas ukur, diaduk dan dipanaskan kembali selama lima
magnetic stirer, hot plate stirer, termometer, menit. Larutan edible film dihasilkan kemudian
spatula, selotip, mortar, plat kaca, oven dan alat dituangkan pada plat kaca ukuran 15 x 20 cm
untuk analisis karakteristik fisik dari edible film dan diratakan untuk menghindari perbedaan
yaitu universal testing machine, mikrometer dan keteblan. Film pada plat kaca dikeringkan pada
moisture cup water vapor transmission rate. suhu ruang selama dua hari, edible film yang
telah kering kemudian dilepas dari cetakan.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, Karakterisasi Edible Film
yaitu tahap pembuatan tepung propagul B. Pengujian yang dilakukan terhadap
Gymnorrhiza dan tahap penelitian utama. edible film yang dihasilkan meliputi ketebalan,
Penelitian utama terdiri dari pembuatan dan uji kuat tarik, perpanjangan putus, dan laju
karakterisasi edible film. transmisi uap air edible film. Hasil dari
karakteristik edible film tersebut dibandingkan
Pembuatan Tepung Pati Propagul Lindur dengan JIS (Japanesse Industrial Standart)
(Bruguiera gymnorrhiza)

126
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015

untuk dapat dikategorikan sebagai plastik film berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai
untuk kemasan makanan. ketebalan.
Nilai ketebalan tertinggi terdapat pada
Analisa Data perlakuan G (penambahan CMC sebanyak
Data yang diperoleh terlebih dahulu 1,2%) yaitu 0,0987 mm, sedangkan nilai
ditabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik dan ketebalan terendah terdapat pada perlakuan A
dianalisis secara statistik dengan analisa varian (tanpa penambahan CMC) yaitu 0,0798 mm.
(anava). Apabila analisis ragam menunjukkan Seiring bertambahnya konsentrasi CMC, nilai
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap respon ketebalan edible film mengalami peningkatan
pengamatan, maka dilakukan uji jarak berganda
Duncan untuk mengetahui perbedaan antara Laju transmisi uap air
perlakuan satu dengan perlakuan lainnya. Hasil pengujian laju transmisi uap air
edible film dari pati Bruguiera gymnorrhiza
Hasil dan Pembahasan (lindur) pada masing-masing perlakuan A (0%),
Ketebalan B (0,2%), C (0,4%), D (0,6%), E (0,8%), F
Hasil pengujian ketebalan edible film (1%) dan G (1,2%) yaitu 22,8832 g/m2/hari,
dari pati Bruguiera gymnorrhiza (lindur) pada 21,4169 g/m2/hari, 21,1948 g/m2/hari, 20,0938
masing-masing perlakuan A (0%), B (0,2%), C g/m2/hari, 19,7564 g/m2/hari, 18,8975 g/m2/hari
(0,4%), D (0,6%), E (0,8%), F (1%) dan G dan 15,7156 g/m2/hari. Penambahan konsentrasi
(1,2%) yaitu 0,0798 mm, 0,0846 mm, 0,0856 CMC berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap
mm, 0,0862 mm, 0,0896 mm, 0,0946 mm dan nilai laju transmisi uap air.
0,0987 mm. Hasil analisis sidik ragam Nilai laju transmisi uap air tertinggi
menunjukkan penambahan konsentrasi CMC terdapat pada perlakuan A (tanpa penambahan

127
Karakterisasi Edible Film dari......

CMC) yaitu 22,8832 g/m2/hari, sedangkan nilai Perpanjangan putus


laju transmisi uap air terendah terdapat pada Hasil pengujian perpanjangan putus
perlakuan G (penambahan CMC sebanyak edible film dari pati Bruguiera gymnorrhiza
1,2%) yaitu 15,7156 g/m2/hari. (lindur) pada masing-masing perlakuan A (0%),
Kuat tarik B (0,2%), C (0,4%), D (0,6%), E (0,8%), F
Hasil pengujian kuat tarik edible film (1%) dan G (1,2%) yaitu 1,0209%, 3,0952%,
dari pati Bruguiera gymnorrhiza (lindur) pada 6,7372%, 7,051%, 7,5806%, 9,1543% dan
masing-masing perlakuan A (0%), B (0,2%), C 12,9614%. Hasil analisis sidik ragam
(0,4%), D (0,6%), E (0,8%), F (1%) dan G menunjukkan penambahan konsentrasi CMC
(1,2%) yaitu 9,2169 MPa, 4,0039 MPa, 3,5899 berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai
MPa, 1,9656 MPa, 1,7008 MPa, 1,5785 MPa perpanjangan putus edible film.
dan 1,5294 MPa. Hasil analisis sidik ragam Nilai perpanjangan putus tertinggi
menunjukkan penambahan konsentrasi CMC terdapat pada perlakuan G (penambahan CMC
berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai 1,2%) yaitu 12,9614%, sedangkan nilai
kuat tarik edible film. perpanjangan putus terendah terdapat pada
Kuat tarik tertinggi terdapat pada perlakuan A (tanpa penambahan CMC) yaitu
perlakuan A (tanpa penambahan CMC) yaitu 1,0209%.
9,2169 MPa, sedangkan nilai kuat tarik terendah
terdapat pada perlakuan G (penambahan CMC Penentuan perlakuan terbaik
sebanyak 1,2%) yaitu 1,5294 MPa. Seiring Kriteria yang menjadi penilaian
bertambahnya konsentrasi CMC, nilai kuat tarik penting dalam pemilihan konsentrasi CMC
edible film mengalami penurunan. terbaik adalah nilai ketebalan, laju transmisi uap

128
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015

air, kuat tarik dan perpanjangan putus. larutan yang dituangkan ke dalam cetakan lebih
Penentuan perlakuan terbaik didapatkan dengan banyak. Nilai ketebalan edible film akan
cara scoring oleh panelis yang kemudian diberi berpengaruh terhadap nilai laju transmisi uap air
ranking dari masing-masing perlakuan edible (Suryaningrum et al., 2005).
film. Berpedoman pada JIS (Japanesse
Nilai ketebalan, laju transmisi uap air, Industrial Standart), plastik film untuk kemasan
kuat tarik dan perpanjangan putus edible film makanan yang dikategorikan film adalah yang
yang mendekati kriteria JIS (Japanesse mempunyai ketebalan maksimal 0,25 mm.
Industrial Standart) akan diberi score paling Edible film dari pati B.gymnorrhiza dalam
tinggi, dan sebaliknya apabila jauh dari kriteria penelitian ini masih memenuhi standar untuk
JIS (Japanesse Industrial Standart) maka akan dikategorikan sebagai film kemasan makanan,
diberi score paling rendah. Score dari masing- karena ketebalan film yang dihasilkan berkisar
masing perlakuan dijumlahkan dan diberi antara 0,0798-0,0987 mm. Dari hasil nilai
ranking untuk mendapatkan perlakuan terbaik. ketebalan edible film dapat ditentukan perlakuan
Ketebalan edible film merupakan terbaik yaitu pada perlakuan G (Penambahan
parameter penting yang berpengaruh terhadap 1,2% CMC) yang memiliki nilai ketebalan
penggunaan film dalam pembentukan produk mendekati kriteria JIS dengan nilai 0,0987 mm.
yanng akan dikemas. Seiring dengan Laju transmisi uap air terdiri dari
penambahan konsentrasi CMC nilai rata-rata proses pelarutan dan difusi aktif dimana uap air
ketebalan edible film mengalami peningkatan larut pada salah satu sisi film dan kemudian
(Gambar 6). Hasil analisis sidik ragam berdifusi melewati sisi lain. Kecepatan
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ketahanan terhadap laju transmisi uap air
konsentrasi CMC memberikan pengaruh sangat ditentukan dalam kondisi ketebalan, suhu,
nyata (p<0,01) terhadap nilai ketebalan. tekanan gradien parsial uap air (McHugh dan
Hasil uji lanjut dengan uji jarak Krochta, 1994).
berganda Duncan memperlihatkan adanya Nilai laju transmisi uap air mengalami
perbedaan yang nyata antara edible film dari penurunan seiring dengan penambahan
pati tanpa penambahan CMC dengan edible film konsentrasi CMC (Gambar 7). Parameter ini
yang ditambahkan CMC. Edible film pada berbanding terbalik dengan nilai ketebalan,
perlakuan A (tanpa penambahan CMC) apabila nilai ketebalan meningkat maka nilai
memiliki nilai ketebalan yang lebih rendah laju transmisi uap air akan menurun. Semakin
dibandingkan edible film yang ditambahkan tebal film yang dihasilkan, maka semakin
CMC. Hal ini disebabkan karena semakin sedikit peluang uap air yang masuk pada sisi
banyak total padatan yang terdapat dalam film. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
larutan maka semakin tebal pula film bahwa perlakuan penambahan konsentrasi CMC
(Handayani, 2010). memberikan pengaruh sangat nyata (p<0,01)
Dalam cetakan yang sama, film yang terhadap nilai laju transmisi uap air.
terbentuk akan lebih tebal apabila volume

129
Karakterisasi Edible Film dari......

Berbasis pada JIS (Japanesse karena nilai kuat tarik edible film pada JIS
Industrial Standart), plastik film untuk kemasan (Japanesse Industrial Standart) minimal
makanan yang dikategorikan film adalah yang 0,392266 MPa. Berdasarkan hasil nilai kuat
mempunyai laju transmisi uap air maksimal 7 tarik edible film dapat ditentukan perlakuan
g/m2/hari. Laju transmisi uap air dari hasil terbaik yaitu pada perlakuan A (tanpa
penelitian ini belum memenuhi standar film penambahan CMC) dimana nilai kuat tarik lebih
kemasan, karena nilai laju transmisi uap air tinggi dari nilai perlakuan yang lain dengan
yang diperoleh melebihi standar yaitu antara nilai 9,2169 MPa.
15,7156-22,8832 g/m2/hari. Perpanjangan putus merupakan persen
Nilai laju transmisi uap air yang tinggi pertambahan panjang bahan materi film yang
akan berdampak pada lama penyimpanan diukur mulai dari panjang awal pada saat
produk yang akan dikemas. Semakin tinggi nilai mengalami penarikan hingga putus. Nilai
laju transmisi uap air edible film yang perpanjangan putus mengalami peningkatan
digunakan, maka semakin tidak awet produk seiring dengan penambahan konsentrasi CMC
yang dikemas. (Gambar 9).
Tingginya laju transmisi uap air pada Parameter ini berbanding terbalik
penelitian ini disebabkan karena film terbuat dengan nilai kuat tarik. Apabila semakin kecil
dari pati dan CMC yang merupakan nilai kuat tarik, maka nilai perpanjangan putus
polisakarida. McHugh dan Krochta (1994) akan semakin besar. Hasil analisis sidik ragam
menyatakan bahwa umumnya film yang terbuat menunjukkan bahwa penambahan CMC
dari bahan protein dan polisakarida mempunyai berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap
nilai transmisi uap air yang tinggi. nilai perpanjangan putus.
Polisakarida merupakan polimer polar CMC memiliki gel strenght yang
dan mempunyai jumlah ikatan hidrogen yang tinggi. Penggunaan CMC dalam jumlah yang
besar, sehingga menghasilkan penyerapan air lebih besar menyebabkan kemampuan mengikat
pada kelembaban tinggi. Penyerapan air akan air yang lebih baik sehingga memberikan
mengganggu interaksi rantai molekuler yang matriks gel yang dapat meningkatkan persen
kemudian diikuti dengan peningkatan difusi dan pemanjangan dari edible film. Semakin besar
mampu menyerap uap air dari udara. nilai persen pemanjangannya, maka semakin
Dari hasil nilai laju transmisi uap air baik edible film karena lebih elastis dan tidak
edible film dapat ditentukan perlakuan terbaik mudah sobek (Yulianti dan Erliana, 2012).
yaitu pada perlakuan G (penambahan 1,2% Plastik film untuk kemasan makanan
CMC) dimana nilai laju transmisi uap air yang dikategorikan film adalah yang
mendekati kriteria JIS dengan nilai 15,7156 mempunyai nilai minimal 70% (Japanesse
g/m2/hari. Industrial Standart). Nilai perpanjangan putus
Kuat tarik menunjukkan nilai pada penelitian ini yang berkisar antara 1,0209-
maksimum gaya yang diproduksi jika dilakukan 12,9614% masih belum memenuhi standar
uji tarik. Edible film dengan kekuatan tarik yang untuk dikategorikan film kemasan makanan.
tinggi akan mampu melindungi produk yang Berdasarkan hasil nilai perpanjangan
dikemasnya dari gangguan mekanis dengan putus edible film dapat ditentukan perlakuan
baik. Nilai kuat tarik mengalami penurunan terbaik yaitu pada perlakuan G (penambahan
seiring dengan penambahan konsentrasi CMC 1,2% CMC) dimana nilai perpanjangan putus
(Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa lebih tinggi dari nilai perlakuan yang lain
struktur molekul edible film adalah amorf. dengan nilai 12,9614%.
Pada struktur molekul amorf, rantai- Dari hasil penentuan perlakuan terbaik
rantai bercabang namun tidak tersusun secara edible film diperoleh hasil bahwa penambahan
rapat sehingga jarak antar molekul menjadi CMC sebanyak 1,2% (perlakuan G) merupakan
lebih jauh dan kekuatan ikatan molekul menjadi perlakuan terbaik diantara perlakuan yang lain.
melemah. Lemahnya kekuatan ikatan molekul Metode yang digunakan dengan cara scoring
dalam edible film menyebabkan semakin karena setiap parameter edible film memiliki
rendahnya gaya yang dibutuhkan untuk standar yang berbeda-beda sesuai dengan JIS
memutuskan edible film tersebut (Delvia, 2006). (Japanesse Industrial Standart).
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa Penambahan konsentrasi CMC
penambahan CMC berpengaruh sangat nyata sebanyak 1,2% (perlakuan G) diberi score
(p<0,01) terhadap nilai kuat tarik edible film. paling tinggi pada parameter ketebalan, laju
Nilai kuat tarik edible film yang transmisi uap air dan perpanjangan putus edible
berkisar antara 1,5294-9,2169 MPa dapat film, namun pada parameter kuat tarik diberi
dikategorikan sebagai film kemasan makanan,

130
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015

score paling rendah karena memiliki nilai paling Chemistry, Processing and
kecil. Applications. CRC Press: Taylor and
Nilai kuat tarik tertinggi pada Francis Group. New York. Pp. 1, 2,
perlakuan A (tanpa penambahan CMC), namun 242, 326.
pada perlakuan A hanya memiliki nilai yang American Society for Testing and Material.
baik dari segi kuat tarik saja sehingga total 1989. Standard Method For Oxygen
score pada perlakuan A masih selisish jauh dari Gas Transmission Rate of Material.
total score perlakuan G yang memiliki nilai Philadelphia: ATM Book of Standards
score tertinggi pada parameter ketebalan, D385-81.
perpanjangan putus dan laju transmisi uap air. Bonilla, J., L. Atares, A. Chiralt. 2012. Edible
Total score yang diperoleh dari proses scoring Films and Coatings to Prevent the
selanjutnya diberi ranking. Detrimental Effect Oxygen on Food
Urutan pemberian ranking edible film Quality: Possibilities and Limitations.
mulai dari ranking satu hingga tujuh yaitu Journal of Food Engineering 110:208-
penambahan konsentrasi CMC sebanyak 1,2% 213.
(perlakuan G), 01% (perlakuan F), 0,8% Bourtoom, T. 2007. Efect of Some Process
(perlakuan E), 0,6% (perlakuan D), 0,4% Parameters on the Porperties of Edible
(Perlakuan C), 0,2% (perlakuan B) dan 0% Film Prepared from Strach. Songkhla:
(perlakuan A). Dari hasil ranking tersebut, maka Departement of Material Product
dapat ditentukan bahwa perlakuan dengan Technology. Challenges and
penambahan CMC sebanyak 1,2% (perlakuan Opportunities. Food Technology
G) adalah perlakuan terbaik karena diberi 51(2): 61-73.
ranking pertama. Cui, S. W. 2005. Food Carbohidrates
Kelebihan dari perlakuan G yaitu dapat Chemistry, Physical Properties, and
memberikan nilai parameter yang baik pada Aplications. Boca Raton, FL: CRC
ketebalan, laju transmisi uap air dan Press, Taylor & Francis Group.
perpanjangan putus yang berpedoman pada JIS Delvia, V. 2006. Kajian Pengaruh Penambahan
(Japanesse Industrial Standart), sehingga Dietilen Glikol Sebagai Pemlastis
penggunaan konsentrasi 1,2% CMC lebih pada Karakteristik Bioplastik dari
efisien dalam pembuatan edible film. Poli-B-Hidroksialkanoat (PHA) yang
Kelemahan dari perlakuan G adalah memiliki Dihasilkan Ralstonia eutropha pada
nilai kuat tarik yang rendah, sehingga hanya Substrat Hidrolisat Pati Sagu.
dapat digunakan sebagai edible film untuk Duke, N.C. and James A.A. 2006. Bruguiera
materi (bahan makanan) yang ringan. gymnorrhiza Species Profiles for
Pacific Island Agroforestry Apr;
Kesimpulan Version 2. I.
Penambahan pemlastis carboxymethyl Handayani, A. 2010. Pembuatan dan
cellulose (CMC) dengan konsentrasi berbeda Karakterisasi Film Biodegredable dari
berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap Kitosan/PLA (Polu Lactid Acid)
ketebalan, kuat tarik, perpanjangan putus dan dengan Pemlastis Polietilen Glikol
laju transmisi uap air edible film dari pati (PEG). Skripsi. Fakultas Teknologi
propagul Bruguiera gymnorrhiza. Penambahan Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
konsentrasi CMC meningkatkan nilai ketebalan Harsunu, B. 2008. Pengaruh Konsentrasi
dan perpanjangan putus, namun menurunkan Plasticizer Gliserol dan Komposisi
nilai laju transmisi uap air dan kuat tarik. Khitosan dalam Zat Pelarut Terhadap
Hasil perlakuan terbaik yaitu pada Sifat Fisik Edible Film dari Khitosan.
perlakuan G dengan penambahan CMC Skripsi. Departemen Metalurgi dan
sebanyak 1,2%, yang diperoleh dengan cara Material. Fakultas Teknik. Universitas
scoring berpedoman pada JIS (Japanesse Indonesia.
Industrial Standart). perlakuan G memiliki nilai Herliany, E.N. 2011. Aplikasi Kappa
ketebalan 0,0987 mm, laju transmisi uap air Karagenan dari Rumput Laut
15,7156 g/m2/hari, kuat tarik 1,5294 MPa dan Kappaphycus alvarezii sebagai Edible
perpanjangan putus 12,9614%. Coating pada Udang Kupas Rebus.
Tesis. Bogor: Program Pascasarjana,
Daftar Pustaka Institut Pertanian Bogor.
Ahmed, J., S.H. Imam, M.A. Rao and B.K Huri, D. dan Fithri C. N. 2014. Pengaruh
Tiwari. 2012. Starch Based Polymeric Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak
Materials and Nanocomposites: Ampas Kulit Apel Terhadap

131
Karakterisasi Edible Film dari......

Karakteristik Fisik dan Kimia Edible


Film. Jurnal Pangan dan Agroindustri
Vol. 2 No. 4.
JIS(Japanesse Industrial Standard) 2 1707.
1975. Japanese Standards Association.
J

132

You might also like